none • Jika Anda pernah menderita COVID-19 dan memiliki gejala, isolasi setidaknya selama 5 hari. Untuk menghitung periode isolasi 5 hari Anda, hari 0 adalah hari pertama gejala Anda. • Jika Anda tidak lagi memiliki gejala atau gejala Anda membaik setelah lima hari, Anda dapat meninggalkan tempat isolasi atau keluar dari rumah Anda.
• Tetap gunakan masker saat Anda bersama orang lain selama lima hari demam setelah vaksin covid berapa hari depan. • Hindari bepergian sampai 10 hari penuh setelah hari pertama mengalami gejala.
Jika Anda harus bepergian pada hari ke 6-10, pakai masker yang ketat saat Anda berada di sekitar orang lain selama perjalanan. • Jika Anda demam, terus isolasi di rumah sampai demamnya hilang.
Efek Minyak Goreng dan Pertamax, BPS Catat Inflasi April 2021 Meroket 3,47 Persen IHSG Sesi I Sempat Tinggalkan 6.900, Asing Jual Saham Rp1,6 Triliun Mesin-Mesin Pertumbuhan Pulih, Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,01 Persen di Kuartal I/2022 IHSG Anjlok Hampir 3 Persen, Saham ANTM, BMRI, BBCA, BBRI Tekan Indeks Bisnis-27 LIVE : Harga emas masih terkapar (12:20 WIB) LIVE : Rupiah turun 77 poin (12:17 WIB) LIVE : IHSG lesu sesi I (11:30 WIB) Bisnis.com, SOLO - Sebagai sinyal bahwa tubuh sedang membangun perlindungan terhadap Covid-19, sejumlah orang biasanya akan mengalami beberapa efek samping setelah menerima suntikan booster, sama halnya seperti usai mendapatkan vaksin dosis primer.
Namun, apakah efeknya sama antara booster dan dosis primer? Dokter Muhamad Fajri Adda mengiyakannya. Seperti dikutip dari Medical Daily, vaksin booster memiliki bahan atau formulasi yang sama dengan vaksin primer Covid-19, kecuali booster vaksin Moderna yang kandungan vaksinnya hanya setengah dari dosis seri primer sehingga dapat memicu gejala atau efek samping seperti dosis utama.
Baca Juga : MA Putuskan Pemerintah Wajib Sediakan Vaksin Covid-19 Booster Halal Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kebanyakan orang yang mendapat suntikan booster Moderna dan Pfizer mengalami gejala ringan hingga sedang.
Sementara efek samping yang serius jarang terjadi. Obat yang dijual bebas, seperti ibuprofen, aspirin, asetaminofen, atau antihistamin direkomendasikan untuk mengatasi rasa sakit demam setelah vaksin covid berapa hari ketidaknyamanan setelah disuntik ini.
Efek samping lain yang mungkin muncul setelah menerima suntikan booster termasuk kemerahan dan pembengkakan di tempat suntikan, kelelahan, kedinginan, dan mual. Terpopuler • Sinopsis Film Viral, Sci-fi Horor tentang Virus Mematikan di Bioskop Trans TV • Cara Membeli Tiket Bioskop Online: TIX ID hingga M-Tix XXI • Bunda, Begini Cara Mengelola THR Anak agar Tak Habis Sia-sia • Hepatitis Akut pada Anak Disebabkan oleh Anjing?
• Kronologi Mobil Dokter Tirta Ditabrak Rombongan Pemuda, Soroti Hal Ini Apa itu coronavirus? Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. Apa itu COVID-19? COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia. Apa saja gejala COVID-19?
Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan. Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas.
Orang-orang lanjut usia (lansia) demam setelah vaksin covid berapa hari orang-orang dengan kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Namun, siapa pun dapat terinfeksi COVID-19 dan mengalami sakit yang serius.
Orang dari segala usia yang mengalami demam dan/atau batuk disertai dengan kesulitan bernapas/sesak napas, nyeri/tekanan dada, atau kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak harus segera mencari pertolongan medis.
Jika memungkinkan, disarankan untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan terlebih dahulu, sehingga pasien dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan yang tepat. Apa yang harus saya lakukan jika saya memiliki gejala COVID-19 dan kapan saya harus mencari pertolongan medis? Jika Anda mengalami gejala ringan, seperti batuk ringan atau demam ringan, secara umum tidak perlu mencari pertolongan medis. Tetap di rumah, isolasi diri, dan pantau gejala Anda.
Ikuti panduan nasional tentang isolasi mandiri. Namun, jika Anda tinggal di daerah dengan malaria atau demam berdarah, Anda tidak boleh mengabaikan gejala demam. Segera cari pertolongan medis. Saat Anda pergi ke fasilitas kesehatan, kenakan masker jika memungkinkan, jaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain, dan jangan menyentuh permukaan benda dengan tangan Anda.
Jika yang sakit adalah anak, bantu anak untuk mematuhi nasihat ini. Segera cari perawatan medis jika Anda mengalami kesulitan bernapas atau nyeri/tekanan di dada.
Jika memungkinkan, hubungi penyedia layanan kesehatan Anda terlebih dahulu, sehingga Anda dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan yang tepat. Bagaimana cara COVID-19 menyebar? Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus ini. COVID-19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin atau berbicara.
Percikan-percikan ini relatif berat, perjalanannya tidak jauh dan jatuh ke tanah dengan cepat. Orang dapat terinfeksi COVID-19 jika menghirup percikan orang yang terinfeksi virus ini.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain. Percikan-percikan ini dapat menempel di benda dan permukaan lainnya di sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan.
Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan tersebut, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Inilah sebabnya penting untuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air bersih mengalir, atau membersihkannya dengan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol.
WHO terus mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan akan menyampaikan temuan-temuan terbaru. Apakah COVID-19 dapat menular dari orang yang tidak menunjukkan gejala?
COVID-19 terutama menyebar melalui percikan saluran pernapasan yang dikeluarkan oleh seseorang yang batuk atau memiliki gejala lain seperti demam atau rasa lelah. Banyak orang yang terinfeksi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan terutama pada tahap-tahap awal. Karena itu, COVID-19 dapat menular dari orang yang hanya bergejala ringan, seperti batuk ringan, tetapi merasa sehat. Beberapa laporan menunjukkan bahwa orang tanpa gejala dapat menularkan virus ini namun belum diketahui seberapa sering penularan dengan cara tersebut terjadi.
WHO terus mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan akan menyampaikan temuan-temuan terbaru. Apa yang dapat saya lakukan untuk melindungi diri saya dan orang lain jika tidak mengetahui siapa yang terinfeksi COVID-19? Mempraktikkan kebersihan tangan dan pernapasan setiap saat sangatlah penting, dan merupakan cara terbaik untuk melindungi orang lain dan diri Anda sendiri.
Apabila memungkinkan, jaga jarak Anda dengan orang lain minimal 1 meter terutama jika berada di dekat orang yang batuk atau bersin. Karena beberapa orang yang terinfeksi mungkin belum menunjukkan gejala atau gejalanya masih ringan, menjaga jarak fisik dengan semua orang adalah upaya terbaik jika Anda berada di daerah di mana COVID-19 menyebar.
Apa yang sebaiknya saya lakukan jika saya berkontak erat dengan seseorang yang terinfeksi COVID-19? Jika Anda telah berkontak erat dengan seseorang yang terinfeksi COVID-19 maka Anda kemungkinan akan terinfeksi.
Kontak erat berarti tinggal atau berada dalam jarak kurang dari 1 meter dari orang yang terinfeksi COVID-19. Jika demikian, sangat disarankan untuk tidak meninggalkan rumah. Namun, jika Anda tinggal di daerah di mana terdapat kasus malaria atau demam berdarah, maka penting untuk tidak mengabaikan gejala demam. Segera cari pertolongan medis. Saat Anda pergi ke fasilitas kesehatan, kenakan masker jika memungkinkan, jaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain, dan jangan menyentuh permukaan dengan tangan Anda.
Jika yang sakit adalah anak, bantu anak untuk mematuhi nasihat ini. Jika Anda tidak tinggal di daerah di mana terdapat kasus malaria atau demam berdarah, lakukanlah hal-hal berikut: • Jika Anda sakit, meskipun gejalanya sangat ringan, Anda harus melakukan isolasi mandiri. • Meskipun Anda tidak menyadari telah terpajan COVID-19 dan mengalami gejala, lakukan isolasi mandiri dan pantau diri Anda.
• Anda lebih mungkin menginfeksi demam setelah vaksin covid berapa hari lain pada tahap awal penyakit meskipun gejala Anda ringan; oleh karena itu isolasi mandiri sangatlah penting. • Jika Anda tidak memiliki gejala, tetapi telah terpajan orang yang terinfeksi, lakukan karantina demam setelah vaksin covid berapa hari selama 14 hari.
Jika Anda terinfeksi COVID-19 (telah dikonfirmasi dengan tes), lakukan isolasi mandiri selama 14 hari bahkan setelah gejala menghilang sebagai tindakan pencegahan, meskipun belum diketahui secara pasti berapa lama pasien masih dapat menularkan setelah dinyatakan sembuh. Ikuti pedoman nasional tentang isolasi mandiri. Apa itu isolasi mandiri? Isolasi mandiri adalah tindakan penting yang dilakukan oleh orang yang memiliki gejala COVID-19 untuk mencegah penularan ke orang lain di masyarakat, termasuk anggota keluarga.
Isolasi mandiri adalah ketika seseorang yang mengalami demam, batuk, atau gejala COVID-19 lainnya tinggal di rumah dan tidak pergi bekerja, sekolah, atau ke tempat-tempat umum.
Hal ini dilakukan secara sukarela atau berdasarkan rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan.
Namun, jika Anda tinggal di daerah dengan kasus malaria atau demam berdarah, Anda tidak boleh mengabaikan gejala demam. Segera cari pertolongan medis. Saat Anda pergi ke fasilitas kesehatan, kenakan masker jika memungkinkan, jaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain dan jangan menyentuh permukaan benda dengan tangan Anda.
Jika yang sakit adalah anak, bantu anak mematuhi nasihat ini. Jika Anda tidak tinggal di daerah dengan kasus malaria atau demam berdarah, lakukanlah hal-hal berikut: • Jika seseorang melakukan isolasi mandiri, artinya orang tersebut sedang sakit namun tidak parah (tidak memerlukan pertolongan medis) • Sediakan kamar sendiri yang besar dengan sirkulasi udara yang baik dan dilengkapi sarana mencuci tangan dan toilet.
• Jika tidak memungkinkan, pisahkan tempat tidur dengan orang lain dengan jarak minimal 1 meter. • Tetap jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain, termasuk anggota keluarga. • Pantau gejala yang dialami setiap hari. • Lakukan isolasi mandiri selama 14 hari meskipun Anda merasa demam setelah vaksin covid berapa hari. • Jika Anda mengalami kesulitan bernapas, segera hubungi penyedia layanan kesehatan Anda – hubungi terlebih dahulu jika memungkinkan.
• Tetap positif dan semangat dengan cara tetap menjaga silahturahmi dengan orang-orang tercinta melalui telepon atau media online dan dengan berolahraga di rumah. Apa yang sebaiknya saya lakukan jika saya tidak memiliki gejala namun saya merasa terpajan COVID-19?
Apakah perlu melakukan karantina mandiri? Karantina mandiri berarti memisahkan diri dari orang lain karena Anda telah terpajan dengan seseorang yang terinfeksi COVID-19 meskipun Anda tidak memiliki gejala. Selama karantina mandiri, pantau gejala-gejala yang dialami. Tujuan dari karantina mandiri adalah untuk mencegah penularan. Karena orang yang terinfeksi COVID-19 dapat menularkan secara cepat ke orang lain, segera mengarantina diri dapat mencegah orang lain tertular infeksi.
Dalam hal ini: • Sediakan kamar sendiri yang besar dengan sirkulasi udara yang baik dan dilengkapi sarana mencuci tangan dan toilet. • Jika tidak memungkinkan, pisahkan tempat tidur dengan orang lain dengan jarak minimal 1 meter. • Tetap jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain, termasuk anggota keluarga.
• Pantau gejala yang dialami setiap hari. • Lakukan karantina mandiri selama 14 hari meskipun Anda merasa sehat. • Jika Anda mengalami kesulitan bernapas, segera hubungi penyedia layanan kesehatan Anda – hubungi terlebih dahulu jika memungkinkan.
• Tetap positif dan semangat Namun, jika Anda tinggal di daerah dengan kasus malaria atau demam berdarah, Anda tidak boleh mengabaikan gejala demam.
Segera cari pertolongan medis. Saat Anda pergi ke fasilitas kesehatan, kenakan masker jika memungkinkan, jaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain dan jangan menyentuh permukaan benda dengan tangan Anda. Jika yang sakit adalah anak, bantu anak mematuhi nasihat ini. Apa perbedaan antara isolasi mandiri, karantina mandiri, dan menjaga jarak fisik? Karantina berarti membatasi kegiatan atau memisahkan orang yang tidak sakit tetapi mungkin terpajan COVID-19.
Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran penyakit pada saat orang tersebut baru mulai mengalami gejala. Isolasi berarti memisahkan orang yang sakit dengan gejala COVID-19 dan mungkin menular guna mencegah penularan. Menjaga jarak fisik berarti terpisah secara fisik. WHO merekomendasikan untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain. Jarak ini merupakan ukuran umum tentang seberapa jauh semua orang harus saling menjaga jarak walaupun mereka baik-baik saja tanpa diketahui terpajan COVID-19 atau tidak.
Apakah anak-anak atau remaja dapat terinfeksi COVID-19? Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja memiliki risiko terinfeksi dan menularkan ke orang lain yang sama seperti kelompok usia lainnya. Sampai saat ini, bukti menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih kecil kemungkinannya terkena penyakit yang serius, meskipun penyakit yang serius masih dapat terjadi pada kelompok usia ini. Anak-anak dan orang dewasa harus mengikuti panduan yang sama tentang karantina dan isolasi mandiri jika ada kemungkinan bahwa mereka telah terpajan atau mulai menunjukkan gejala.
Sangat penting bagi anak-anak untuk menghindari kontak dengan orang tua dan orang lain yang berisiko memiliki penyakit serius. Apa yang dapat saya lakukan untuk melindungi diri saya dan mencegah penyebaran penyakit ini? Tetap ikuti informasi terbaru tentang wabah COVID-19 yang tersedia di situs web WHO dan melalui kementerian kesehatan dan dinas kesehatan di daerah Anda.
Di banyak negara di demam setelah vaksin covid berapa hari dunia, kasus dan bahkan wabah COVID-19 telah terjadi. Pemerintah Tiongkok dan pemerintah beberapa negara lain telah berhasil memperlambat wabah yang terjadi di wilayahnya.
Namun, situasi yang ada masih sulit diprediksi. Karena itu, tetaplah ikuti berita terbaru. Anda dapat mengurangi risiko terinfeksi atau menyebarkan COVID-19 dengan cara melakukan beberapa langkah kewaspadaan: • Seringlah mencuci tangan Anda dengan air bersih mengalir dan sabun, atau cairan antiseptik berbahan dasar alkohol.
Mengapa? Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, atau cairan antiseptik berbahan dasar alkohol dapat membunuh virus di tangan Anda. • Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain.
Mengapa? Ketika seseorang batuk, bersin, atau bicara, orang tersebut mengeluarkan percikan dari hidung atau mulutnya dan percikan ini dapat membawa virus.
Jika Anda terlalu dekat, Anda dapat menghirup percikan ini dan juga virus COVID-19 jika orang tersebut terinfeksi penyakit ini. • Hindari pergi ke tempat-tempat ramai. Mengapa? Ketika orang-orang berkumpul bersama dalam kerumunan, Anda memiliki kemungkinan untuk melakukan kontak erat dengan orang yang terinfeksi COVID-19 dan lebih sulit untuk menjaga jarak fisik minimal 1 meter.
• Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Mengapa?
Tangan menyentuh berbagai permukaan benda dan virus penyakit ini dapat tertempel di tangan. Tangan yang terkontaminasi dapat membawa virus ini ke mata, hidung, atau mulut, yang dapat menjadi titik masuk virus ini ke tubuh Anda sehingga Anda menjadi sakit.
• Pastikan Anda dan orang-orang di sekitar Anda menjalankan etika batuk dan bersin dengan cara menutup mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu saat batuk atau bersin, segera buang tisu bekas tersebut.
Mengapa? Percikan dapat menyebarkan virus. Dengan mengikuti etika batuk dan bersin, Anda melindungi orang-orang di sekitar dari virus-virus seperti batuk pilek, flu, dan COVID-19. • Tetaplah tinggal di rumah dan lakukan isolasi mandiri meskipun hanya memiliki gejala ringan seperti batuk, sakit kepala, dan demam ringan sampai Anda sembuh.
Minta seseorang untuk membawakan persediaan kebutuhan Anda. Jika Anda harus meninggalkan rumah, kenakan masker untuk menghindari penularan ke orang lain. Mengapa? Menghindari kontak dengan orang lain akan melindungi mereka dari kemungkinan penularan COVID-19 dan virus lainnya.
• Jika Anda demam, batuk, dan kesulitan bernapas, segeralah cari pertolongan medis dan tetap memberitahukan kondisi Anda terlebih dahulu. Ikuti arahan dinas kesehatan setempat Anda. Mengapa? Kementerian kesehatan dan dinas kesehatan daerah memiliki informasi terbaru tentang situasi di wilayah Anda. Dengan memberitahukan kondisi Anda terlebih dahulu, petugas kesehatan yang akan merawat Anda dapat segera mengarahkan Anda ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.
Langkah ini juga melindungi Anda dan membantu mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya. • Tetap ikuti informasi terbaru dari sumber terpercaya, seperti WHO, dinas kesehatan daerah, dan kementerian kesehatan.
Mengapa? Dinas kesehatan demam setelah vaksin covid berapa hari dan kementerian kesehatan adalah sumber terpercaya dalam memberikan arahan kepada masyarakat di wilayahnya tentang apa saja yang harus dilakukan untuk melindungi diri. Apakah ada vaksin, obat, atau perawatan untuk COVID-19? Meskipun beberapa pengobatan barat, tradisional, maupun buatan rumahan dapat meringankan dan mengurangi gejala ringan COVID-19, tidak ada obat yang terbukti dapat mencegah atau menyembuhkan COVID-19.
WHO tidak merekomendasikan tindakan mengobati diri sendiri dengan obat apa pun, termasuk antibiotik, untuk mencegah atau menyembuhkan COVID-19. Namun, beberapa uji klinis sedang berlangsung atas obat-obatan barat maupun tradisional. WHO sedang mengoordinasikan upaya-upaya pengembangan vaksin dan obat untuk mencegah dan mengobati COVID-19 dan akan terus memberikan informasi terbaru seiring tersedianya temuan klinis.
Cara efektif untuk melindungi Anda dan orang lain dari COVID-19 adalah: • Cuci tangan dengan teratur dan menyeluruh • Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut • Jalankan etika batuk dan bersin dengan cara menutup mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu. Jika menggunakan tisu, segera buang setelah digunakan dan cuci tangan.
• Jaga jarak fisik dengan orang lain setidaknya 1 meter Apakah WHO merekomendasikan penggunaan masker medis dalam mencegah penularan COVID-19? Saat ini, tidak ada cukup bukti untuk menyarankan atau mencegah penggunaan masker (baik masker medis atau jenis lainnya) oleh orang sehat di masyarakat.
Namun, WHO secara aktif terus mengikuti pengetahuan yang terus berubah mengenai penggunaan masker dan terus memperbarui panduannya. Masker medis direkomendasikan terutama dalam perawatan kesehatan, tetapi dapat dipertimbangkan dalam keadaan lain (lihat di bawah).
Masker medis harus dikombinasikan dengan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi utama lain seperti kebersihan tangan dan menjaga jarak fisik. Tenaga kesehatan Mengapa? Masker dan respirator medis seperti N95, FFP2, atau yang setara direkomendasikan dan harus dikhususkan bagi petugas layanan kesehatan saat merawat pasien.
Kontak erat dengan suspek atau orang yang terkonfirmasi COVID-19 dan lingkungan sekitarnya adalah cara utama penularan; hal ini berarti tenaga kesehatan adalah orang-orang yang paling terpajan. Orang yang sakit dan menunjukkan gejala COVID-19 Mengapa? Setiap orang yang sakit dengan gejala ringan seperti nyeri otot, batuk ringan, sakit tenggorokan, atau rasa lelah harus melakukan isolasi di rumah dan menggunakan masker medis sesuai dengan rekomendasi WHO tentang perawatan di rumah untuk pasien suspek COVID-19.
Batuk, bersin, atau berbicara dapat menghasilkan percikan yang dapat menjadi sumber penularan. Percikan ini dapat menempel di wajah orang lain di dekatnya dan lingkungan sekitar. Jika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara saat mengenakan masker medis, penggunaan masker dapat membantu melindungi orang-orang terdekat dari infeksi. Jika orang sakit perlu pergi ke fasilitas kesehatan, mereka harus memakai masker medis. Siapa pun yang merawat seseorang di rumah yang terinfeksi COVID-19 Mengapa?
Mereka yang merawat demam setelah vaksin covid berapa hari yang terinfeksi COVID-19 harus mengenakan masker medis untuk perlindungan. Sekali lagi, sering berkontak erat dalam waktu lama dengan orang terinfeksi COVID-19 memberikan risiko tinggi bagi pengasuh.
Pengambil kebijakan nasional juga dapat merekomendasikan penggunaan masker medis demam setelah vaksin covid berapa hari individu tertentu berdasarkan pendekatan berbasis risiko. Pendekatan ini mempertimbangkan tujuan penggunaan masker, risiko pajanan dan kerentanan pemakainya, tempat, seberapa mungkin masker digunakan, dan jenis masker yang harus dipertimbangkan. Bagaimana cara menggunakan masker yang benar?
Jika Anda akan menggunakan masker: 1. Sebelum menyentuh masker, cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir, atau bersihkan tangan menggunakan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol.
2. Ambil masker dan periksa apakah ada sobekan atau lubang 3. Tentukan sisi mana yang merupakan sisi atas (tempat pita logam berada) 4. Pastikan sisi masker yang tepat menghadap ke luar (sisi berwarna).
5. Tempatkan masker ke wajah Anda. Jepit pita logam atau bagian tepi masker yang kaku sehingga bentuknya sesuai hidung Anda. 6. Tarik masker ke bawah sehingga menutupi mulut dan dagu Anda. 7. Jangan menyentuh masker pada saat Anda memakainya sebagai perlindungan.
8. Setelah digunakan, lepas masker dengan tangan bersih, lepaskan tali elastis dari belakang telinga sambil menjauhkan masker dari wajah dan pakaian Anda, untuk menghindari menyentuh permukaan masker yang mungkin terkontaminasi. 9. Segera buang masker sekali-pakai di tempat sampah setelah digunakan. Jangan gunakan kembali masker tersebut. 10. Jaga kebersihan tangan setelah menyentuh atau membuang masker – Gunakan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol atau jika terlihat kotor, cuci tangan Anda dengan sabun dan air.
Perlu dipahami bahwa terjadi kekurangan ketersediaan masker di seluruh dunia (baik masker medis maupun masker N95). Masker medis harus dialokasikan sebanyak mungkin untuk tenaga kesehatan. Perlu diingat bahwa penggunaan masker bukan pengganti bagi cara-cara lain yang lebih efektif untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari COVID-19 seperti sering mencuci tangan, menutup hidung dan mulut dengan lengan yang terlipat atau tisu ketika batuk, dan menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain.
Lihat langkah-langkah perlindungan dasar terhadap coronavirus baru untuk informasi lebih lanjut. Tetap ikuti saran dari kementerian kesehatan Anda tentang penggunaan masker. Berapa lama waktu yang diperlukan bagi gejala COVID-19 untuk muncul setelah terjadi pajanan? Pada umumnya, gejala mulai muncul sekitar lima hingga enam hari setelah terjadi pajanan, tetapi waktu kemunculan gejala ini dapat berkisar dari 1-14 hari.
Apakah ada hubungan antara COVID-19 dan hewan? COVID-19 ditularkan dari manusia ke manusia. Kita sudah banyak mengetahui tentang virus lain dalam keluarga coronavirus dan sebagian besar jenis virus ini berasal dari hewan.
Virus COVID-19 (disebut juga SARS-CoV-2) adalah virus baru pada manusia. Kemungkinan hewan sumber COVID-19 saat ini belum dipastikan tetapi penelitian sedang berlangsung. WHO terus memantau penelitian terbaru tentang ini dan topik COVID-19 lainnya serta akan memberikan pemutakhiran jika temuan baru tersedia. Apakah saya dapat tertular COVID-19 dari hewan peliharaan saya?
Beberapa anjing dan kucing (kucing rumah tangga dan harimau) yang berkontak dengan manusia yang terinfeksi dinyatakan positif COVID-19. Selain itu, musang juga rentan terhadap infeksi. Dalam eksperimen, kucing dan musang dapat menularkan infeksi ke hewan lain dari spesies yang demam setelah vaksin covid berapa hari, tetapi tidak ada bukti bahwa hewan-hewan ini dapat menularkan penyakit ke manusia dan berperan dalam menyebarkan COVID-19.
COVID-19 menyebar terutama melalui percikan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Orang yang sakit COVID-19 dan orang-orang yang berisiko direkomendasikan untuk membatasi kontak dengan hewan pendamping dan hewan-hewan lain. Saat menangani dan merawat hewan, langkah-langkah kebersihan dasar harus selalu dilaksanakan termasuk mencuci tangan setelah memegang hewan, makanan, atau persediaan mereka, serta menghindari mencium, menjilat, atau berbagi makanan.
Rekomendasi lainnya tersedia di situs web: https://www.oie.int/en/scientific-expertise/specific-information-and-recommendations/questions-and-answers-on-2019novel-coronavirus/ WHO terus memantau penelitian terbaru tentang ini dan topik COVID-19 lainnya serta akan memberikan pemutakhiran jika temuan baru tersedia.
Berapa lama virus dapat bertahan di permukaan benda? Hal yang paling penting untuk diketahui tentang coronavirus pada permukaan benda adalah bahwa coronavirus mudah dibersihkan menggunakan disinfektan rumah tangga biasa yang dapat membunuh virus tersebut. Penelitian telah menunjukkan bahwa virus COVID-19 dapat bertahan hingga 72 jam pada plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga, dan kurang dari 24 jam pada karton.
Pastikan Anda selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir, atau cairan antiseptik berbahan dasar alkohol.
Hindari menyentuh mata, mulut, atau hidung Anda. Bagaimana cara berbelanja secara aman? Saat berbelanja bahan makanan, jaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain dan tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung Anda. Jika memungkinkan, bersihkan pegangan kereta belanja atau keranjang sebelum berbelanja.
Saat tiba di rumah, cuci tangan Anda sampai bersih dan juga setelah memegang dan menyimpan produk yang Anda beli.
Saat ini tidak ada kasus konfirmasi COVID-19 yang ditularkan melalui makanan atau kemasan makanan. Bagaimana cara mencuci buah dan sayuran? Buah dan sayuran adalah komponen penting dalam diet sehat. Cuci buah dan sayuran dengan cara yang sama ketika Anda mencucinya dalam demam setelah vaksin covid berapa hari lain: sebelum menyentuh buah dan sayuran, cuci tangan Anda dengan sabun dan air bersih mengalir. Kemudian, cuci buah dan sayuran secara menyeluruh dengan air bersih, terutama jika Anda memakannya dalam keadaan mentah.
Apakah antibiotik efektif dalam mencegah atau mengobati COVID-19? Tidak. Antibiotik tidak efektif melawan virus; antibiotik hanya efektif melawan infeksi bakteri.
COVID-19 disebabkan oleh virus, sehingga antibiotik tidak efektif melawan COVID-19. Antibiotik tidak boleh digunakan sebagai upaya pencegahan atau pengobatan COVID-19.
Di rumah sakit, dokter kadang-kadang akan menggunakan antibiotik untuk mencegah atau mengobati infeksi bakteri sekunder yang dapat menjadi komplikasi COVID-19 pada pasien yang sakit serius. Antibiotik hanya boleh digunakan sesuai dengan anjuran dokter untuk mengobati infeksi bakteri.
Apakah saya dapat tertular COVID-19 dari kotoran orang yang terinfeksi penyakit ini? Saat ini, penyelidikan awal menunjukkan bahwa virus dapat ada pada kotoran dalam beberapa kasus, tetapi belum ada laporan penularan COVID-19 melalui kotoran. Selain itu, sampai dengan saat ini tidak ada bukti tentang kelangsungan hidup virus COVID-19 di air atau selokan. WHO sedang mengkaji penelitian yang sedang berlangsung terkait cara penularan COVID-19 dan akan terus menyampaikan temuan baru dalam topik ini.
Jakarta - Demam setelah vaksin booster umumnya dialami sebagian orang.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan stamina tubuh, sehingga beberapa efek samping vaksin booster turut dialami. Demam setelah vaksin booster menjadi hal yang tidak perlu di khawatirkan. Sebagaimana disampaikan Satgas COVID-19, demam menjadi salah satu Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) setelah vaksin booster. Penanganannya pun dapat dilakukan dengan mudah. Meski demam setelah vaksin booster dialami sebagian orang, namun Satgas COVID-19 menekankan hal itu bukanlah masalah.
Sebab, dalam uji klinisnya vaksin booster tidak menimbulkan KIPI bergejala berat. "Sejauh ini telah dilakukan uji klinis pemberian booster vaksin dan ditemukan tidak ada indikasi KIPI berat pada subjek penelitian," ungkap Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Demam setelah vaksin covid berapa hari dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 beberapa waktu lalu yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden. Baca juga: Vaksin untuk Ibu Hamil, Ini Jenis yang Disetujui Kemenkes Lantas, bagaimana cara mengatasi demam setelah vaksin booster?
Simak ulasan yang sudah detikcom rangkum berikut ini. Demam Setelah Vaksin Booster: Penyebab KIPI Sebelum mengetahui penyebab demam setelah vaksin booster, mari simak dahulu pengertian KIPI. Mengutip laman Covid19.go.id, KIPI merupakan gejala medis yang terjadi setelah vaksin/imunisasi.
Hal ini diduga berkaitan erat dengan vaksin atau imunisasi yang diberikan. "Jika tubuh bereaksi dengan KIPI setelah menerima vaksinasi, tetap tenang. Reaksi nyeri, bengkak, dan kemerahan di lokasi suntikan dapat diatasi dengan kompres dengan air dingin. Jika demam dapat mengompres atau mandi dengan air hangat, perbanyak minum air putih, istirahat, dan minum obat bila perlu," demikian keterangan dalam situs COVID-19, seperti yang dilihat detikcom beberapa waktu lalu.
Demam Setelah Vaksin Booster: Ini Hal yang Perlu Dilakukan Demam setelah vaksin booster terjadi karena KIPI. Umumnya, KIPI hanya bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya. Baca juga: Vaksin Sinopharm Boosternya Apa? Kini Dapat Izin Penggunaan Darurat BPOM Jika kamu mengalami demam setelah vaksin booster, tetap tenang dan tak perlu khawatir.
Mengutip laman covid19.go.id, berikut hal-hal yang perlu dilakukan guna meredakan demam: • Tetap tenang dan tidak panik • Untuk menurunkan demam setelah vaksin, kamu hanya perlu mandi dengan air hangat atau kompres • Perbanyak minum air putih hangat • Istirahat yang cukup • Jika demam belum reda, kamu disarankan minum obat sesuai dengan anjuran petugas kesehatan • Setelah vaksinasi, laporkan semua reaksi atau keluhan yang dialami kepada petugas kesehatan melalui nomor yang tertera di kartu vaksinasi Demam setelah vaksin booster disebabkan karena KIPI.
pemerintah pun bakal menanggung biaya penanganannya.
Simak halaman berikutnya.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis ketiga kepada warga saat vaksinasi booster COVID-19 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Selasa 25 Januari 2022. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kebut program vaksinasi booster atau dosis ketiga di wilayah Jabodetabek setelah mendeteksi adanya lonjakan kasus Omicron di Indonesia. ANTARA FOTO/Galih Pradipta TEMPO.CO, Jakarta - Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pasien COVID-19 bisa mendapatkan vaksin booster setelah selesai melakukan isolasi, disarankan lima hari penuh, dan gejala telah membaik, yang berarti telah bebas demam selama 24 jam.
Namun, berdasarkan laporan beberapa dokter, penyintas disarankan menunda vaksinasi selama 30, 60, atau bahkan 90 hari sebelum mendapatkan booster. "Jika telah demam setelah vaksin covid berapa hari dan kemudian terinfeksi COVID-19, infeksi itu sebenarnya memiliki peran yang mirip dengan booster," kata direktur medis di Northwestern Medicine Lake Forest Hospital di Lake Forest, Illinois, Michael Bauer, seperti dikutip dari Health. Data dari awal pandemi menunjukkan orang tidak mungkin langsung terinfeksi kembali.
Penelitian yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine mengamati pasien COVID-19 setelah Januari 2020. Para peneliti mengikuti orang-orang itu dari waktu ke waktu dan menemukan kemungkinan mereka terinfeksi COVID-19 lagi dalam 90 hari sangat rendah. Sebabnya tubuh mengembangkan antibodi untuk membantu melawan virus.
Tetapi, di tengah hadirnya varian Omicron, belum jelas seberapa protektif infeksi sebelumnya terhadap serangan COVID-19 di masa depan. Para ahli kesehatan mengaku masih kekurangan data. Sebuah studi yang belum ditinjau meneliti infeksi ulang COVID-19 di Afrika Selatan.
Berdasarkan data populasi, peneliti menemukan bukti yang menunjukkan Omicron mampu lolos dari kekebalan infeksi sebelumnya.
Secara terpisah, sebuah laporan dari Imperial College London (juga belum ditinjau oleh rekan sejawat) memperkirakan risiko infeksi ulang 5,4 kali lebih besar akibat Omicron dibandingkan Delta. Jadi, sesuai panduan CDC, pasien COVID-19 sebelum mendapatkan vaksin booster maka harus melanjutkan dan mendapatkan suntikan tambahan setelah masa isolasi selesai. "CDC mengatakan tidak ada interval pasti Anda perlu menunggu setelah pulih dari penyakit akut untuk mendapatkan vaksin booster," ujar profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular di Sekolah Kedoteran Universitas Vanderbilt, William Schaffner.
Spesialis penyakit menular di McGovern Medical School di UTHealth Houston dan RS Anak Hermann Memoriall, Michael Chang, menuturkan, selama memenuhi syarat untuk vaksin dan booster, maka panduannya sama. Dia bahkan menyarankan orang menjadwalkan waktu booster saat isolasi. Jika baru pulih dari COVID-19, masuk akal untuk menunggu sekitar 30-60 hari karena Anda sudah terlindungi, menurut Bauer.
Baca juga: Pemberian Vaksin Booster Tak Bikin OverdosisCovid-19 UNAIR! Surveilans covid19 (syarat presensi) Surveilans Covid19 Konsultasi Isoman berisi hotline dan ruang konsultasi isolasi mandiri covid19 Ruang konsultasi ISOMAN Hotline 085748671965 07.00 - 10.00 08113558661 10.00 - 13.00 081234558759 13.00 - 16.00 08155273000 16.00 - 19.00 Hotline (Khusus Mahasiswa) 082131972659 07.00 - 10.00 081334711682 10.00 - 13.00 085733322523 13.00 - 16.00 089680808813 16.00 - 19.00 Apakah COVID-19 Menular?
YA. Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet) dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan saat batuk atau bersin.
Jarak jangkauan droplet biasanya hingga 1 meter. Droplet bisa menempel di benda, namun tidak akan bertahan lama di udara. Waktu dari paparan virus hingga timbulnya gejala klinis antara 1-14 hari dengan rata-rata 5 hari. Maka, orang yang sedang sakit diwajibkan memakai masker guna meminimalisir penyebaran droplet. Bagaimana Cara Mencegah COVID-19?
Tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan infeksi antara lain tetap berada di rumah, menghindari bepergian dan beraktivitas di tempat umum, sering mencuci tangan dengan sabun dan air, tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang tidak dicuci. Segera hubungi Hotline jika Anda mengalami gejala atau memiliki riwayat perjalanan/berpergian dari Negara yang terjangkit. Yuk, Lindungi Diri! • Terapkan etika batuk atau bersin (dengan menutup mulut dan hidung).
Jangan meludah sembarangan. • Bersihkan benda yang sering disentuh. • Gunakan masker jika Anda sakit dan segera ke fasilitas kesehatan terdekat • Cuci tangan dengan sabun • Konsumsi makanan bergizi dan olahraga • Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci Link Penting Link penting untuk diketahui selama PANDEMI Pelaporan Mandiri Pencarian Kamar di Rumah sakit Pencarian Vaksin Info oksigen Pinjam tabung oksigen (Sistem buka tutup) Info lokasi Vaksinani Daftar Rumah sakit rujukan kasus berat Covid 19 Donor darah plasma via PMI Donor darah Via Bloodlive Paket obat-obatan Covid19 di Kimia Farma Rumah Sakit Rujukan Daftar Rumah Sakit Rujukan di Jawa Timur.
No. Nama. Alamat. 1. RSD Dr. Soebandi. Jl. Dr. Soebandi No. 124 Kel Patrang Kab. Jember Jawa Timur 68111 Telepon: (0331-487441) Fax: (0331-487564) Email: rssoebandi.ren@gmail.com 2. RSUD Kabupaten Kediri. Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa No. 1 Pare, Kediri Telepon: (0354-391718) Email: rsud.kabupatenkediri@gmail.com 3. RSUD Dr. Soetomo. Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo No. 6 - 8 Surabaya, Jawa Timur Telepon: (031-5501001) Tlp. IGD: (031-5501239) Fax: (031-55022068) Email: demam setelah vaksin covid berapa hari.
id 4. RSUD Dr. Soedono Madiun. Jl. Dr. Soetomo 59, Madiun Telepon: (0351-464325, 464326, 454567) Fax: (0351-458054) Email: rsu_soedonomdn@gmail.com 5.
RSUD Dr. Saiful Anwar Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Malang Telepon: (0341-362101) Fax: (0341-369384) Email: staf-rsudrsaifulanwar@jatimprov.go.id yanmedrssa@gamil.com 6. RSUD dr. R. Koesma Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo No. 800, Kab Tuban, Jawa Timur Telepon: (0356- 321010,325696,323266) Fax: (0356-322569) Email: rsudkoesma@gmail.com 7. RSUD. Blambangan Jl. Letkol Istiqlah No.
49 Banyuwangi, Jawa Timur Telepon: (0333-421118, 421071,) Fax: (0333-421072) Email: rsudblambangan.bwi@gmail.com 8. RSUD Dr R. Sosodoro. Djatikoesoemo Bojonegoro Jl. Veteran No. 36, Bojonegoro Telepon: (0353-3412133) Fax: (0353-3412133) Email: rsudsosdor@yahoo.co.id 9. RSUD Dr. Iskak Kab. Tulungagung. Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Tulungagung Telepon: (0355-322609) Fax: (0355-322165) Email: rsu_iskak_ta@yahoo.com 10. RSUD Sidoarjo Jl. Mojopahit No. 667, Sidowayah, Celep, Kec.
Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61215 Telepon: (031-8961649) Fax: (031-8943237) Email: rsudsda@yahoo.co.id 11. RS Universitas Airlangga. Kampus C Universitas Airlangga, Mulyorejo, Surabaya 60115 Telepon: (031-5916290, 5916287, 58208280) Fax: (031-5916291) Email: sekretariat@rsua.unair.ac.id Tidak.
Antibiotik tidak dapat demam setelah vaksin covid berapa hari virus, melainkan hanya melawan infeksi bakteri.
COVID-19 disebabkan oleh virus sehingga antibiotik tidak efektif. Antibiotik tidak boleh digunakan untuk mencegah atau mengobati COVID-19. Antibiotik hanya digunakan sesuai arahan dokter untuk mengobati infeksi bakteri.
• Apakah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) itu? Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau demam setelah vaksin covid berapa hari dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. • Siapa sajakah yang termasuk kelompok kontak erat ?
Termasuk kontak erat adalah: a. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan APD sesuai standar.
b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus (termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
• Siapakah yang dimaksud Orang Dalam Pengawasan (ODP) ? 1) Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
• Siapakah yang dimaksud Pasien Dalam Pengawasan (PDP) ? 1) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak demam setelah vaksin covid berapa hari tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
2) Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19. 3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
• Siapakah yang dimaksud suspect COVID-19? Upaya surveilans merupakan pemantauan yang berlangsung terus menerus terhadap kelompok berisiko. Sedangkan karantina merupakan pembatasan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu wilayah termasuk wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.
Kegiatan surveilans merupakan bagian tidak terpisahkan dari karantina, selama masa karantina, surveilans dilakukan untuk memantau perubahan kondisi seseorang atau sekelompok orang.
• Apakah pemeriksaan Rapid Test (RT)? Pemeriksaan Rapid Test adalah pemeriksaan secara cepat untuk mendeteksi kasus. RT ada 2 yaitu Rapid Test (RT) Antibodi dan RT Antigen. Rapid Test ini digunakan untuk deteksi kasus COVID-19 pada ODP dan PDP pada wilayah yang tidak mempunyai fasilitas untuk pemeriksaan RT-PCR atau tidak mempunyai media pengambilan spesimen (Swab dan VTM).
Hasil Pemeriksaan RT Antibodi/Antigen tetap dikonfirmasi dengan menggunakan RT-PCR ( Real Time-Polymerase Chain Reaction). • Apakah yang dimaksud Rapid Test (RT) Antibodi dan RT Antigen? A. Rapid Test Antibodi adalah pemeriksaan pada spesimen darah untuk deteksi kasus. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada komunitas (masyarakat). B. Rapid Test Antigen adalah pemeriksaan pada spesimen Swab orofaring/ Swab nasofaring untuk deteksi kasus.
Pemeriksaan ini dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas bio safety cabinet. • Apakah RT-PCR (Real Time-Polymerase Chain Reaction)?
Upaya pencegahan COVID-19 secara personal/individu yaitu dengan : 1. U paya menjaga kebersihan personal 2. Upaya menjaga kebersihan rumah 3. P eningkatan imunitas diri 4.
Hindari kumpul-kumpul atau kerumunan orang. 5. Ti dak berjabat tangan atau saling cium pipi 6. Memak ai masker apabila keluar rumah atau ke tempat fasilitas umum. 7. Jaga jarak bila bertemu orang sekitar 1-2 meter 8. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit 9. M engendalikan komorbid (penyakit penyerta) • Bagaimanakah melakukan upaya menjaga kebersihan personal dan rumah ?
Upaya menjaga kebersihan personal dan rumah dengan cara: a. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik atau menggunakan hand sanitizer, sesampainya rumah atau di tempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan.
b. Mandi atau cuci muka setelah sesampainya di rumah atau tempat kerja. c. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci d. Demam setelah vaksin covid berapa hari mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas dan ketiak atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci tangan e.
Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah berpergian f. Bersihkan dengan desinfektan secara berkala pada benda- benda yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja, kursi, dan lain-lain), gagang pintu, dan lain-lain. • Bagaimanakah upaya pencegahan COVID-19 dengan peningkatan imunitas diri? Upaya peningkatan imunitas diri dan mengendalikan komorbid (penyakit penyerta) yaitu sebagai berikut : a.
Konsumsi gizi seimbang b. Aktifitas fisik/senam ringan selama 30 menit setaip hari c. Istirahat cukup d. Suplemen vitamin e. Tidak merokok • Bagaimanakah upaya pencegahan COVID-19 pada level masyarakat ?
1. Tidak berdekatan atau berkumpul di keramaian atau tempat-tempat umum, jika terpaksa berada di tempat umum gunakanlah masker. 2. Jaga jarak dengan orang lain 1 demam setelah vaksin covid berapa hari 2 meter (saat mengantri, duduk di bus/kereta).
3. Anak sebaiknya bermain sendiri di rumah. 4. Melaksanakan ibadah di rumah. • Bagaimanakah menerapkan etika batuk dan bersin ?
Sesuai dengan Undang-undang No. 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, untuk mengurangi penyebaran suatu wabah perlu dilakukan Karantina Kesehatan, termasuk Karantina Rumah, Pembatasan Sosial, Karantina Rumah Sakit, dan Karantina Wilayah • Bagaimanakah menjaga jarak fisik dan pembatasan sosial (physical and social distancing) ? Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah.
Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua orang di wilayah yang diduga terinfeksi penyakit. Pembatasan sosial berskala besar bertujuan untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit di wilayah tertentu.
Pembatasan sosial berskala besar paling sedikit meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja; pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Selain itu, pembatasan social juga dilakukan dengan meminta masyarakat untuk mengurangi interaksi sosialnya dengan tetap tinggal di dalam rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi publik.
Pembatasan sosial yang dapat dilakukan dengan cara: 1. Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak terdekat sekitar 1-2 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan berciuman. 2. Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk demam setelah vaksin covid berapa hari berpergian. 3. Bekerja dari rumah (work from home dan study from home), jika memungkinkan dan kantor memberlakukan ini.
4. Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum. 5. Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan bersama. Hubungi mereka dengan telepon, internet, dan media sosial.
6. Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau fasilitas lainnya. 7. Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung dengan mereka (isolasi diri) dan pakai masker 8.
Tidak menyelenggarakan kegiatan/pertemuan yang melibatkan banyak peserta (mass gathering). 9. Hindari melakukan perjalanan baik ke luar kota atau luar negeri. 10. Hindari berpergian ke tempat-tempat wisata. 11.
Mengurangi frekuensi belanja dan pergi berbelanja. Saat benar-benar butuh, usahakan bukan pada jam ramai. Semua orang harus mengikuti ketentuan ini dengan ketat dan membatasi tatap muka dengan teman dan keluarga, khususnya jika Anda: 12. Berusia 60 tahun keatas 13. Memilik penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes melitus, hipertensi, kanker,asma dan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dll 14.
Ibu hamil • Siapakan kelompok rentan terkena COVID-19?
Jakarta - Masa karantina Omicron berapa hari sih? Mengingat Omicron disebut-sebut hanya memicu gejala ringan dibandingkan COVID-19 varian lainnya, seperti Delta. Juga informasi ini sangat penting diketahui pasien COVID-19 bergejala ringan atau tanpa gejala yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah. Selain efektif dan optimal, informasi ini berguna untuk menambah wawasan masyarakat di tengah lonjakan kasus COVID-19 akibat Omicron di Indonesia.
Baca juga: Penting! Ini Cara Agar Cepat Sembuh dari Omicron Menurut Dokter Paru Senior Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) pun telah menetapkan sejumlah aturan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk menjalani masa karantina Omicron di rumah.
Kira-kira masa karantina Omicron berapa hari sih? Catat informasi berikut. Masa Karantina Omicron Tergantung Kondisi Pasien Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.01/MENKES/18/2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus COVID-19 Varian Omicron yang diperbarui 22 Februari 2022 kemarin, Kemenkes sudah mengatur waktu isoman bagi pasien bergejala ringan atau tanpa bergejala. • Pasien COVID-19 varian Omicron yang tidak bergejala (asimptomatik), isolasi dilakukan selama minimal 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.
• Pasien COVID-19 varian Omicron dengan gejala, isolasi dilakukan selama 10 hari sejak muncul gejala. Ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
Dengan demikian untuk kasus-kasus yang mengalami gejala selama 10 hari atau kurang harus menjalani isolasi selama 13 hari. Apabila masih terdapat gejala setelah hari ke 10, isolasi mandiri masih tetap dilanjutkan sampai dengan hilangnya gejala tersebut ditambah 3 hari. Masa Karantina Omicron: Ini Syarat Isoman Adapun syarat yang harus dipenuhi selama masa karantina Omicron di rumah, yaitu: Syarat Klinis dan Perilaku • Pasien berusia 45 tahun ke bawah • Tidak memiliki komorbid • Dapat mengakses telemedicine atau layanan kesehatan lainnya • Berkomitmen untuk diisolasi sebelum diizinkan keluar Syarat Rumah • Pasien yang terpapar varian Omicron harus tinggal di kamar terpisah • Tersedia kamar mandi terpisah dengan penghuni rumah lainnya • Dapat mengakses pulse oksimeter • Mempunyai peralatan pendukung Jika tidak memenuhi syarat di atas, pasien harus: • Melakukan isolasi di fasilitas isolasi terpusat.
Selama isolasi, pasien harus dalam pengawasan puskesmas atau satgas setempat. • Isolasi terpusat dilakukan pada fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau swasta yang dikoordinasikan oleh puskesmas dan dinas kesehatan.
Sewaktu Masa Isoman Omicron, Kapan Harus Tes Ulang? Berdasarkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.01/MENKES/18/2022, hari pertama positif COVID-19 terhitung mulai dari tanggal hasil lab keluar. Berikut contoh perhitungan tanggal konfirmasi positif dan tes ulang: • H+0 - tanggal hasil lab keluar • H+1 • H+2 • H+3 • H+4 • H+5 • H+6 - Melakukan exit test PCR pertama • H+7 • H+8 • H+9 • H+10 - Jika kasus konfirmasi tidak melakukan exist test, maka status warna akan kembali seperti semula Catatan Tambahan: • Perhitungan hari dihitung berdasarkan tanggal hasil lab keluar, bukan tanggal pengambilan sampel.
• Jika setelah terkonfirmasi positif dan ada hasil tes negatif pada hari H+1 sampai H+4, maka hasil negatif tersebut tidak demam setelah vaksin covid berapa hari. • Exit tes PCR dapat dilakukan mulai H+5 sejak terkonfirmasi positif. • Exit test pada h+5 dan seterusnya hanya dapat dilakukan menggunakan PCR, hasil antigen tidak diakui. "Untuk mulai nanti malam, untuk exit test PCR kedua tidak diperlukan. Hanya cukup sekali saja melakukan exit test PCR, dan hasilnya harus negatif. Kalau negatif, otomatis status PeduliLindungi menjadi hijau.
Kalau kemarin-kemarin harus dua kali, jadi banyak pertanyaan 'kok saya sudah negatif hari kelima tapi masih hitam?' Kita sederhanakan lagi, tidak diperlukan lagi exit tes kedua," kata Staf Ahli Menteri Bidang Bidang Teknologi Kesehatan, Setiaji, dalam konferensi pers virtual terkait update perkembangan COVID-19 di Indonesia, Selasa (22/2/2022).
Sebagai informasi, status hitam menandakan seseorang tidak dapat bepergian ke tempat umum dengan alasan sebagai berikut: • Positif COVID-19 kurang dari 10 hari. • Riwayat kontak dengan kasus positif kurang dari 10 hari. • Baru tiba dari luar negeri. Sedangkan status hijau menandakan seseorang dapat bepergian ke tempat umum karena termasuk ke dalam kriteria berikut: • Vaksinasi dosis lengkap sesuai dengan jenis vaksin yang diterima.
• Bukan pasien COVID-19 atau kontak erat. • Hasil tes antigen (1x24 jam) atau PCR (3x24 jam) negatif. • Sudah vaksinasi 1x dan sembuh dari COVID-19 kurang dari 90 hari (penyintas). Selama Masa Karantina Omicron, Bagaimana Cara untuk Cepat Sembuh?
Dokter paru senior dari RS Persahabatan, dr Erlina Burhan, SpP(K), mengungkapkan 4 hal yang harus dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan ketika menjalani masa karantina Omicron, yaitu: 1.
Istirahat yang cukup Selama menjalani masa karantina Omicron, pasien disarankan untuk tidak melakukan aktivitas berat hingga demam setelah vaksin covid berapa hari tubuh kelelahan. Dianjurkan untuk beristirahat yang cukup agar proses penyembuhan berjalan dengan efektif. "Ya jadi tujuan isolasi mandiri adalah bukan hanya mengurung diri, tetapi sebetulnya untuk istirahat.
Tubuh Anda diberikan istirahat karena memang sedang ada virus dan virus itu bisa saja membuat berbagai perubahan-perubahan sistem.
Mangkanya Anda bergejala sakit kepala, ,nggak enak badan, demam, dan lain-lain. Itulah gunanya perlu segera istirahat," ucapnya dalam siaran langsung Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, Selasa (22/2/2022). 2. Makan makanan yang bergizi Selama menjalani masa karantina Omicron, pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan diet sehat dan bergizi, seperti ikan, sayuran, buah-buahan, hingga vitamin.
"Jadi yang disarankan secara umum saja, makanan itu gizinya seimbang. Artinya, karbohidratnya ada, proteinnya ada yang bisa dari ikan, daging ayam, atau sapi, atau bisa dari telur juga bisa. Pokoknya karbohidrat, protein ataupun lemak, juga vitamin, sayuran, dan buah-buahan," katanya. 3. Olahraga Semasa karantina Omicron, pasien juga disarankan untuk melakukan kegiatan fisik ringan yang bisa ditoleransi oleh tubuh, seperti senam ringan.
"kemudian cukup istirahat dengan gizi yang seimbang dan juga melaksanakan protokol kesehatan, kalau bisa olahraga ringan yang bisa ditoleransi oleh tubuh, jadi jangan olahraga yang berat-berat. Cukup misalnya seperti senam-senam saja tapi rutin," ungkapnya.
4. Berjemur Ketika menjalani masa karantina Omicron, pasien bisa melakukan jemur badan di teras rumah selama 10-15 menit dalam rentang waktu jam 09.00-13.00 WIB. "Bila memungkinkan, kalau ada teras di rumah, itu berjemur sekitar 10-15 menit. Ini bisa dilakukan setiap hari dan rentang waktunya cukup panjang antara jam 9-13.00," tutur dr Erlina. Berita Terkait • Nasib PPKM RI Diumumkan Hari Ini, Begini Riwayat COVID-19 Sepekan Terakhir • 4 Anak RI Meninggal Diduga Hepatitis Misterius, Ini Status Vaksin COVID-nya • WHO: Angka Kematian Tak Langsung Pasien COVID-19 RI Tertinggi Ketiga di Dunia • DKI Jakarta Tertinggi, Ini Sebaran 227 Kasus Baru COVID-19 RI 8 Mei • Update Corona RI 8 Mei: Tambah 227 Kasus Baru, 10 Meninggal • DKI Paling Tinggi, Ini Sebaran 218 Kasus Baru COVID-19 RI 7 Mei • Ini Jenis Masker Paling Mempan Cegah Corona Jika Mudik Naik Transportasi Umum • Riset Temukan Efektivitas Vaksin COVID-19 Lebih Lemah pada Orang Obesitas MOST POPULAR • 1 4 Anak RI Meninggal Diduga Hepatitis Misterius, Ini Status Vaksin COVID-nya • demam setelah vaksin covid berapa hari Nasib PPKM RI Diumumkan Hari Ini, Begini Riwayat COVID-19 Sepekan Terakhir • 3 Anak di Jatim Meninggal Diduga karena Hepatitis Misterius, Ini Gejala Awalnya • 4 Ciri-ciri Hepatitis Akut pada Anak, Orangtua Wajib Tahu!
• 5 Caisar Diduga Nyabu Saat Live TikTok, Begini Ciri-ciri Pemakai Sabu • 6 Hepatitis Misterius Menyerang Anak Usia Berapa Sih? Dokter Ungkap Faktanya • 7 Pemerintah Pastikan Biaya Perawatan Pasien Hepatitis Ditanggung BPJS Kesehatan • 8 Kemenkes Buka Suara Kasus Anak Jatim Meninggal Diduga Hepatitis Misterius • 9 Eks Bos WHO Bicara soal Potensi Hepatitis 'Misterius' Jadi Pandemi • 10 Hasil Kolonoskopi Diungkap, Begini Kondisi Raja Salman Usai Masuk RS • SELENGKAPNYA
Vaksinator menunjukkan vaksin Moderna yang nantinya akan diberikan sebagai vaksin dosis ketiga atau booster di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Matraman, Jakarta, Jumat, 6 Agustus 2021.
Pemberian vaksin dosis ketiga atau booster kepada tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan dan tenaga penunjang yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan, hingga saat ini masih terus dilaksanakan.
Pemberian vaksin dosis ketiga atau booster ditargetkan rampung pada pekan kedua Agustus 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Pemerintah Inggris mengevaluasi apa saja efek samping dari vaksin Moderna saat digunakan sebagai vaksin booster.
Evaluasi ini melibatkan lebih dari 30 ribu orang. Mengutip laman The Standard, berikut efek samping yang paling banyak terjadi kepada mereka yang mendapatkan vaksinasi booster Moderna: • Nyeri di sekitar lengan yang disuntik • Mudah lelah • Sakit kepala • Nyeri otot atau mialgia • Nyeri sendi atau artralgia • Menggigil • Mual atau muntah • Pembengkakan atau nyeri pada kelenjar di sekitar suntikan. Salah satunya pembengkakan kelenjar di ketiak.
• Demam • Bengkak dan kemerahan di titik suntikan
Jakarta - Waktu isoman Omicron berapa hari sangat penting diketahui oleh pasien Omicron, termasuk COVID-19 lainnya yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah. Pasalnya, informasi ini sangat berguna agar isolasi mandiri yang dilakukan menjadi efektif dan optimal. Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) pun telah menetapkan sejumlah aturan yang harus dipenuhi oleh masyarakat yang menjalani isoman di rumah. Baca juga: Masa Isoman Omicron Berapa Lama?
Ini Informasi dan Aturannya Meskipun demikian, informasi ini dikhususkan untuk pasien tanpa gejala atau bergejala ringan. Sedangkan pasien dengan gejala sedang hingga berat wajib dirawat di rumah sakit. Lalu, waktu isoman Omicron berapa hari? Cek informasi berikut. Waktu Isoman Omicron Berapa Hari Tergantung Kondisi Pasien Sesuai Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.01/MENKES/18/2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus COVID-19 Varian Omicron, ini informasi waktu isoman Omicron berapa hari untuk pasien bergejala ringan atau tanpa bergejala: • Pada kasus konfirmasi COVID-19 yang tidak bergejala (asimptomatik), isolasi dilakukan selama minimal 10 (sepuluh) hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.
• Pada kasus konfirmasi COVID-19 dengan gejala, isolasi dilakukan selama 10 hari sejak muncul gejala. Ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
Dengan demikian untuk kasus-kasus yang mengalami gejala selama 10 hari atau kurang harus menjalani isolasi selama 13 hari. Apabila masih terdapat gejala setelah hari ke 10, isolasi mandiri masih tetap dilanjutkan sampai dengan hilangnya gejala tersebut ditambah 3 hari. • Pasien COVID-19 Omicron yang telah mengalami perbaikan klinis pada saat isoman dapat dilakukan pemeriksaan NAAT termasuk pemeriksaan RT-PCR pada hari ke-5 dan ke-6 dengan selang waktu pemeriksaan 24 jam. Jika hasilnya negatif atau Ct> 35 2 kali berturut-turut, maka dapat dinyatakan selesai isolasi/sembuh.
Pembiayaan untuk pemeriksaan ini dilakukan secara mandiri. • Pada kasus konfirmasi COVID-19 yang sudah mengalami perbaikan klinis pada saat isoman/isoter namun tidak melakukan pemeriksaan NAAT termasuk RT-PCR pada hari ke-5 dan ke-6 dengan selang waktu 24 jam, maka pasien harus melakukan isolasi sebagai ketentuan kriteria selesai isolasi/sembuh pada huruf b angka 2) di atas.
Tahu Waktu Demam setelah vaksin covid berapa hari Omicron, Ini Syarat Isoman Adapun syarat isoman yang wajib dipenuhi oleh masyarakat sebelum menjalani isolasi mandiri di rumah, yaitu: Syarat Klinis dan Perilaku • Pasien berusia 45 tahun ke bawah • Tidak memiliki komorbid • Dapat mengakses telemedicine atau layanan kesehatan lainnya • Berkomitmen untuk diisolasi sebelum diizinkan keluar Syarat Rumah • Pasien yang terpapar varian Omicron harus tinggal di kamar terpisah • Tersedia kamar mandi terpisah dengan penghuni rumah lainnya • Dapat mengakses pulse oksimeter • Mempunyai peralatan pendukung Jika tidak memenuhi syarat di atas, pasien harus: • Melakukan isolasi di fasilitas isolasi terpusat.
Selama isolasi, pasien harus dalam pengawasan puskesmas atau satgas setempat. • Demam setelah vaksin covid berapa hari terpusat dilakukan pada fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau swasta yang dikoordinasikan oleh puskesmas dan dinas kesehatan. Tahu Waktu Isoman Omicron Berapa Hari, Kapan Harus Tes Ulang? Setelah mengetahui masa isoman Omicron berapa hari, kapan sih harus melakukan tes COVID-19 kembali?
Dikutip dari laman resmi Kemenkes, hari pertama positif COVID-19 terhitung mulai dari tanggal hasil lab keluar. Berikut contoh perhitungan tanggal konfirmasi positif dan tes ulang: • 01 Februari hasil tes Antigen/PCR keluar - hari pertama positif • 02 Februari H+1 positif • 03 Februari H+2 positif • 04 Februari H+3 positif • 05 Februari H+4 positif • 06 Februari H+5 positif - tes PCR ulang pertama • 07 Februari H+6 positif - tes PCR ulang kedua Tes ulang harus melalui pemeriksaan Demam setelah vaksin covid berapa hari (polymerase chain reaction).
Apabila menggunakan hasil tes negatif dengan antigen, tidak akan diakui. Selain itu, jika hasil kedua tes PCR ulang dinyatakan negatif, maka status hitam di PeduliLindungi otomatis akan kembali ke warna semula. Sebagai informasi, status hitam menandakan seseorang tidak dapat bepergian ke tempat umum dengan alasan sebagai berikut: • Positif COVID-19 kurang dari 10 hari. • Riwayat kontak dengan kasus positif kurang dari 10 hari. • Baru tiba dari luar negeri.
"Pada Kasus Konfirmasi, status hitam kembali ke warna semula setelah tes PCR ulang dua kali dengan hasil negatif paling cepat dilakukan pada H+5 dan H+6 sejak positif COVID-19 dengan selang waktu pemeriksaan minimal 24 jam. Tanpa tes ulang maka status hitam otomatis selesai pada H+10," kata Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan, Setiaji, di Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bagaimana Jika Tidak Melakukan Tes Ulang? Apabila pasien tidak melakukan tes ulang menggunakan PCR atau ketika hasil tes masih positif, isolasi mandiri wajib dilanjutkan sampai minimal 10 hari.
Status hitam otomatis akan selesai pada H+10 sejak dinyatakan positif COVID-19 dengan perhitungan sebagai berikut: • 08 Februari H+7 positif • 09 Februari H+8 positif • 10 Februari H+9 positif • 11 Februari H+10 positif - isolasi mandiri selesai Berita Terkait • China Laporkan Strain Baru Omicron di Tengah Lonjakan, Mutasi Lokal atau Impor? • COVID-19 di Seluruh Dunia Turun, Kok di China Malah Makin 'Ngegas'? • Kematian COVID-19-Pasien Bergejala Melonjak, Omicron di Shanghai Makin Ngeri?
• 7 Gejala Tipes yang Harus Diwaspadai, Bedanya dengan Demam Biasa • Reinfeksi Tercepat, Kena Delta dan Omicron Cuma Berselang 20 Hari • Inikah Biang Kerok India Kembali Laporkan Lonjakan Kasus COVID-19? • 99 Persen Warga RI 'Kebal' COVID, Pakar Wanti-wanti Virus Tetap Bisa Bermutasi • Gara-gara Omicron, Wanita Ini Dua Kali Kena Corona Kurang dari Sebulan MOST POPULAR • 1 4 Anak RI Meninggal Diduga Hepatitis Misterius, Ini Status Vaksin COVID-nya • 2 Nasib PPKM RI Diumumkan Hari Ini, Begini Riwayat COVID-19 Sepekan Terakhir • 3 Anak di Jatim Meninggal Diduga karena Hepatitis Misterius, Ini Gejala Awalnya • 4 Ciri-ciri Hepatitis Akut pada Anak, Orangtua Wajib Tahu!
• 5 Caisar Diduga Nyabu Saat Live TikTok, Begini Ciri-ciri Pemakai Sabu • 6 Hepatitis Misterius Menyerang Anak Usia Berapa Sih? Dokter Ungkap Faktanya • 7 Pemerintah Pastikan Biaya Perawatan Pasien Hepatitis Ditanggung BPJS Kesehatan • 8 Kemenkes Buka Suara Kasus Anak Jatim Meninggal Diduga Hepatitis Misterius • 9 Eks Bos WHO Bicara soal Potensi Hepatitis 'Misterius' Jadi Pandemi • 10 Hasil Kolonoskopi Diungkap, Begini Kondisi Raja Salman Usai Masuk RS • SELENGKAPNYA