Berdasarkan Kalender Liturgi untuk Misa Novus Ordo, Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam dirayakan pada hari terakhir Hari Minggu terakhir Masa Biasa, seminggu sebelum dimulainya Masa Adven.
Sementara, berdasarkan Kalender Liturgi untuk Hari raya kristus raja semesta alam Tridentin, Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam dirayakan pada Hari Minggu terakhir Bulan Oktober sebagaimana ditentukan oleh Paus Pius XI, Paus yang menetapkan perayaan ini.
Hari Raya ini termasuk Hari Raya baru yang ditetapkan tidak lebih dari 100 tahun yang lalu oleh Paus Pius XI pada 11 Desember 1925 dalam Ensiklik Quas Primas (QP). Dalam ensiklik inilah, kita bisa mengetahui makna lebih dalam dari Hari Raya ini. Paus Pius XI tidak asal sembarangan menetapkan Hari Raya ini, namun dilatarbelakangi oleh kondisi Paska Perang Dunia I.
Paus Pius XI, seorang yang memiliki visi jauh ke depan, melihat pentingnya penetapan Hari Raya Kristus Raja ini. Dalam Ensiklik pertamanya yang ia tulis 3 tahun sebelum Quas Primas, Ubi Arcano Dei Consilio mengenai Damai Kristus dalam Kerajaan Kristus, Paus Pius XI menyatakan: “Sejak dihentikannya Perang Besar (Perang Dunia I), individu-individu, berbagai kelas dalam hari raya kristus raja semesta alam, bangsa-bangsa di bumi belum menemukan kedamaian yang sejati.
Mereka tidak menikmati ketentraman yang nyata dan berbuah yang merupakan aspirasi dan kebutuhan umat manusia.” Paus Pius XI hari raya kristus raja semesta alam awan-awan hitam di masa depan. Ia melihat sekularisme hendak mengobarkan perang besar terhadap Gereja. Di Rusia, rezim ateistik sedang mengancam peradaban.
Di Meksiko, umat Katolik mengalami penganiayaan yang semakin buruk. Di seluruh Eropa, muncul sikap anti-Katolik yang menyebar luas dan siap untuk melawan Gereja. Sementara itu, di dalam Gereja, muncul musuh dalam selimut yang mulai menampakkan dirinya.
Banyak dinasti kerajaan pun runtuh. Namun, ada satu Kerajaan yang tidak pernah jatuh, yang Rajanya memerintah selama-lamanya. Raja yang membawa kedamaian bukan perang; keadilan bukan kekacauan; kebahagiaan abadi bukan kesenangan fana. Raja ini adalah Yesus Hari raya kristus raja semesta alam. Ia memerintah; Paus Pius XI melihat mayoritas umat manusia menyingkirkan Yesus Kristus dan hukum suci-Nya dari hidup mereka, menganggap bahwa hukum suci Kristus tidak mendapat tempat dalam perkara-perkara pribadi atau politik (QP 1).
Adalah kesalahan besar menganggap Yesus tidak memiliki kuasa apapun dalam perkara-perkara sipil karena Kerajaan Kristus mencakup seluruh ciptaan yang diserahkan oleh Allah Bapa kepada-nya, segala sesuatu berada dalam kuasa Kristus (QP 17). Paus menjelaskan bahwa Yesus Kristus diutus ke dunia bukan hanya sebagai Penebus umat manusia tetapi juga sebagai Pemberi hukum yang menuntut ketaatan seluruh umat manusia.
(QP 14). Ketika hukum negara bertentangan dengan hukum Kristus, maka hukum Kristus itulah yang harus ditaati. Bila manusia mengakui, baik dalam kehidupan pribadi maupun publik, bahwa Kristus adalah Raja, masyarakat akan menerima berkah-berkah kebebasan sejati, disiplin yang teratur, perdamaian dan harmoni yang melimpah (QP 19). Selama individu-individu manusia dan negara-negara menolak untuk taat pada hukum Juru Selamat kita, tidak akan ada harapan akan perdamaian sejati di antara negara-negara (QP 1).
Paus Pius XI menetapkan Hari Raya ini dengan harapan di masa depan masyarakat akan kembali kepada Juruselamat kita Yesus Kristus dan menjadi tugas setiap umat Katolik melakukan apapun yang mampu dilakukan untuk mencapai harapan ini (QP 24). Dalam Yesus Kristus ada keselamatan individu manusia, dalam Yesus Kristus ada keselamatan masyarakat (QP 18). Paus Pius XI menjelaskan bahwa untuk mendapatkan kedamaian sejati, manusia harus mencari kedamaian Kristus dalam Kerajaan Kristus.
(QP 1) Kerajaan Kristus melampaui seluruh dunia namun tidak berasal dari dunia. Kerajaan Kristus ini tidak dapat dimasuki selain melalui pertobatan, iman dan baptisan. Kerajaan Kristus di dunia, sebagaimana Paus Pius XI katakan, adalah Gereja Katolik yang ditakdirkan untuk menyebar di antara semua manusia dan segala bangsa. Di Kerajaan Kristus di dunia ini, Gereja Katolik, Sang Kristus disembah dan dihormati sebagai Raja dan Tuhan, sebagai Raja segala raja, dalam Liturgi Suci Gereja.
Legem credendi lex statuit supplicandi, aturan iman (rule of faith) ditunjukkan oleh hukum peribadatan kita. (QP 12). Dengan menetapkan Hari Raya Kristus, Paus Pius XI tidak hanya menegaskan kembali kedaulatan Kristus, namun Paus hendak menunjukkan kekuatan unik dari Liturgi Suci. Liturgi Suci berikut hukum-hukumnya adalah hukum peribadatan ilahi yang menyatakan iman kita.
Paus Pius XI menunjukkan bahwa Liturgi Suci dapat menjadi solusi atas problem sekularisasi bukan hanya dalam konteks spiritual semata, namun dalam konteks praktikal juga. Paus Pius XI melihat penetapan Hari Raya Kristus Raja sebagai cara yang efektif untuk mewartakan martabat rajawi Yesus Kristus (Kingship of Jesus Christ). Demikian kata Paus Pius XI, “Karena umat diajarkan dalam kebenaran-kebenaran iman dan dibawa untuk menghargai sukacita-sukacita agama jauh lebih efektif dengan perayaan tahun misteri-misteri suci kita daripada pengumuman resmi ajaran Gereja.
Pengumuman tersebut biasanya hanya menjangkau sedikit orang dan orang yang lebih pintar saja di antara umat beriman; Pesta-pesta Liturgi menjangkau umat semua, pengumaman berbicara sekali, Pesta-pesta Liturgi berbicara setiap – faktanya, selama-lamanya.” (QP 21) Di sinilah, kita dapat melihat pesan yang menarik bahwa ketaatan dalam Liturgi Suci menunjukan ketaatan terhadap Kristus Sang Raja sebab Liturgi Suci mengungkap aturan iman yang otentik kepada Kristus Sang Raja.
Oleh karena itu, perlulah kita menghindari mengimprovisasi/mengkreatifkan/mengutak-atik Liturgi Suci sesuai keinginan imam, umat, kelompok kategorial dsb karena dengan demikian kita sedang mengubah aturan iman kita.
Jangan sampai kita menjadi “raja” dalam Liturgi Suci dengan keinginan kita untuk menyesuaikan Liturgi Suci kepada diri kita atau komunitas kita. • ► 2020 ( 2 ) • ► Juni 2020 ( 1 ) • ► Maret 2020 ( 1 ) • ► 2014 ( 12 ) • ► Februari 2014 ( 2 ) • ► Januari 2014 ( 10 ) • ▼ 2013 ( 80 ) • ► Desember 2013 ( 9 ) • ▼ November 2013 ( 4 ) • Mengacaukan Misa - Masalah Narsisme Imamat Masa Se.
• Mengacaukan Misa - Masalah Narsisme Imamat Masa Se. • Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam • Homili untuk Pembukaan Konferensi Liturgi • ► Oktober 2013 ( 4 ) • ► September 2013 ( 4 ) • ► Agustus 2013 ( 7 ) • ► Juli 2013 ( 10 ) • ► Juni 2013 ( 4 ) • ► Mei 2013 ( 10 ) • ► April 2013 ( 12 ) • ► Maret 2013 ( 14 ) • ► Februari 2013 ( 1 ) • ► Januari 2013 ( 1 ) • ► 2012 ( 169 ) • ► Desember 2012 ( 9 ) • ► November 2012 ( 9 ) • ► Oktober 2012 ( 18 ) • ► September 2012 ( 13 ) • ► Agustus 2012 ( 15 ) • ► Juli 2012 ( 6 ) • ► Juni 2012 ( 6 ) • ► Mei 2012 ( 12 ) • ► April 2012 ( 20 ) • ► Maret 2012 ( hari raya kristus raja semesta alam ) • ► Februari 2012 ( 19 ) • ► Januari 2012 ( 23 ) • ► 2011 ( 151 ) • ► Desember 2011 ( 19 ) • ► November 2011 ( 10 ) • ► Oktober 2011 ( 10 ) • ► September 2011 ( 14 ) • ► Agustus 2011 ( 13 ) • ► Juli 2011 ( 25 ) • ► Juni 2011 ( 14 ) • ► Mei 2011 ( 12 ) • ► April 2011 ( 6 ) • ► Maret 2011 ( 17 ) • ► Februari 2011 ( 5 ) • ► Januari 2011 ( 6 ) • ► 2010 ( 71 ) • ► Desember 2010 ( 6 ) • ► November 2010 ( 13 ) • ► Oktober 2010 ( 16 ) • ► September 2010 ( 10 ) • ► Agustus 2010 ( 9 ) • ► Juli 2010 ( 17 ) ”Santo Mikael Malaikat agung, jagalah kami dalam pertempuran, jadilah pelindung kami melawan kejahatan dan tipu daya si jahat.
Dengan rendah hati, kami memohon kepadamu, semoga Allah menghardik setan, dan engkau, Pangeran bala tentara surga, dengan kekuatan Allah, lemparkanlah ke dalam neraka, setan dan roh-roh jahat yang mengembara di dunia untuk menghancurkan jiwa-jiwa.” Amin. Ilustrasi: Yesus Kristus, Raja Semesta Alam.
PADA Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam tahun B ini dibacakan Yoh 18:33b-37. Petikan ini memperdengarkan pembicaraan antara Pilatus dan Yesus. Pilatus menanyai Yesus apakah betul ia itu raja orang Yahudi ketika memeriksa kebenaran tuduhan orang terhadap Yesus. Yesus menjelaskan bahwa kerajaanNya bukan dari dunia sini.
Ia datang ke dunia untuk bersaksi akan kebenaran. Injil mengajak kita mengenali Yesus yang sebenarnya, bukan seperti yang dituduhkan orang-orang, bukan pula seperti anggapan Pilatus yang sebenarnya tidak begitu peduli siapa Yesus itu. Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam ini juga merayakan kebesaran manusia di hadapan alam semesta. Itulah kebenaran yang dipersaksikan Yesus dan yang dipertanyakan Pilatus. Raja dalam Perjanjian Lama Dalam alam pikiran Perjanjian Lama, raja berperan sebagai wakil Tuhan di dunia.
Di Kerajaan Selatan, yakni Yudea, hari raya kristus raja semesta alam ini dipegang turun-temurun. Kepercayaan ini terpantul dalam silsilah Yesus dalam Injil Matius yang melacak leluhur Yesus, anak Daud, anak Abraham (Mat 1:1-17). Lukas menggarisbawahinya dan melanjutkannya sampai Adam, anak Allah, yakni “gambar dan rupa” Sang Pencipta sendiri di dunia ini (Luk 3:23-38). Tetapi dalam menjalankan peran ini, raja sering diingatkan para nabi agar tetap menyadari bahwa Tuhan sendirilah yang menjadi penguasa umat.
Kehancuran politik yang berakibat dalam pembuangan di Babilonia (586-538 s.M.) mengubah sama sekali keadaan ini. Raja ditawan dan dipenjarakan, kota Yerusalem dan Bait Allah dijarah, negeri terlantar dan morat-marit hampir selama setengah abad.
Pengaturan kembali baru mulai setelah pembuangan, pada zaman Persia. Bait Allah mulai dibangun kembali (baru selesai 515 s.M.), walau kemegahannya tidak seperti sebelumnya.
Tidak ada lagi raja seperti dulu walau ada penguasa setempat yang berperan dengan cukup memiliki otonomi di dalam urusan keagamaan. Pada zaman Yesus, keadaan ini tidak banyak berubah. Memang ada harapan dari sementara kalangan orang-orang Yahudi bahwa kejayaan dulu akan terwujud kembali. Maka itu, ada harapan akan Mesias Raja. Harapan ini mendasari pelbagai gerakan untuk memerdekakan diri. Hal ini sering malah memperburuk keadaan.
Penguasa asing menumpas gerakan itu dan memperkecil ruang gerak orang Yahudi sendiri. Maka itu, di kalangan pemimpin Yahudi ada kekhawatiran apakah Yesus ini sedang membuat gerakan yang akan mengakibatkan makin kerasnya pengaturan Romawi. Mereka mendahului menuduh Yesus di hadapan penguasa. Patutkah Dia? Menurut Yohanes, memang orang pernah bermaksud mengangkat dia sebagai raja (Yoh 6:15, sehabis memberi makan 5.000 orang).
Akan tetapi, tak sedikit dari mereka itu nanti juga meneriakkan agar ia disalibkan. Bukannya mereka tak berpendirian. Mereka itu seperti kebanyakan orang ingin hidup tenteram. Mereka mendapatkan roti dan ingin terus, tetapi mereka juga berusaha menghindari kemungkinan mengetatnya pengawasan dari penguasa Romawi. Di dalam kisah sengsara memang tercermin anggapan yang beredar di kalangan umum bahwa Yesus itu bermaksud menjadi raja orang Yahudi: olok-olok para serdadu (Mat 27:29; Mrk 15:9.18; Luk 23:37; Yoh 19:3), papan di kayu salib menyebut Yesus raja orang Yahudi (Mat 27:37; Mrk 15:26; Luk 23:38; Yoh 19:19-21), olok-olok para pemimpin Yahudi di muka salib (Mat 27:42; Mrk 15:32), kata-kata Pilatus di depan orang Yahudi (Yoh 19:14-15).
Kisah kelahiran Yesus menurut Matius juga menceritaan kedatangan para orang bijak dari Timur mencari raja orang Yahudi yang baru lahir (Mat 2:2).
Namun demikian, seluruh kisah itu justru menggambarkan kesederhanaannya. Gambaran yang sejalan muncul dalam kisah Yesus dielu-elukan di Yerusalem (Mat 21:1-11; Mrk 11:1-10; Luk 19:28-38; dan Yoh 12:12-13). Ia disambut sebagai tokoh yang amat diharap-harapkan dan diterima sebagai raja, terutama dalam Yohanes. Jelas juga bahwa tokoh ini ialah raja yang bisa merasakan kebutuhan orang banyak.
Menurut Markus, Matius, dan Lukas, di hadapan Pilatus Yesus tidak menyangkal tuduhan orang Yahudi bahwa ia menampilkan diri sebagai raja, tetapi tidak juga mengiakan (Mat 27:11; Mrk 15:2; Luk 23:2-3). Dalam Yoh 18:33-39, ia justru menegaskan bahwa ia bukan raja dalam ukuran-ukuran duniawi. Injil mewartakan Yesus sebagai Mesias dari Tuhan. Dalam arti itu, ia memiliki martabat raja. Namun demikian, wujud martabat itu bukan kecermelangan duniawi, melainkan kelemahlembutan, kemampuan ikut merasakan penderitaan orang, dan mengajarkan kepada orang banyak siapa Tuhan itu sesungguhnya.
Raja Semesta Alam Guna mendalami Injil Yohanes mengenai Yesus, sang raja yang bukan dari dunia ini meski dalam dunia ini, marilah kita tengok madah penciptaan Kej 1:1-2:4a. Injil Yohanes, khususnya dalam bagian pembukaannya (Yoh 1:1-18), mengandaikan pembaca tahu bahwa ada rujukan ke madah penciptaan itu.
Ciptaan terjadi dalam hari raya kristus raja semesta alam hari pertama (Kej 1:1-31) dan manusia sendiri baru diciptakan pada hari keenam. Dalam enam hari itu, Tuhan mencipta dengan bersabda.
SabdaNya menjadi kenyataan. Diciptakan berturut-turut: waktu siang dan malam (Kej 1:3-5), langit (ay. 6-8), bumi beserta tetumbuhan (ay. 9-12), matahari, bulan, dan bintang-bintang (ay. 14-19), ikan di laut dan burung di udara (ay.
20-23), hewan-hewan di bumi (ay. 24-25), hari raya kristus raja semesta alam akhirnya manusia. Sesudah menciptakan hewan-hewan pada hari keenam itu, Tuhan bersabda, “Marilah kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa kita!” (Kej 1:26). Ungkapan “kita” memuat ajakan kepada seluruh alam ciptaan yang telah diciptakanNya itu untuk ikut serta dalam penciptaan manusia.
Seluruh alam semesta yang telah diciptakan kini “menantikan” puncaknya, yakni manusia. Dalam diri manusia terdapat peta kehadiran Tuhan Pencipta yang dapat dikenali oleh alam semesta. Hari raya kristus raja semesta alam karena itu, manusia juga diserahi kuasa menjalankan pengaturan bumi dan isinya (Kej 1:29). Manusia diciptakan “laki-laki dan perempuan” (Kej 1:27).
Dalam cara bicara Ibrani, ungkapan dengan dua bagian ini merujuk kepada keseluruhan manusia, jadi seperti kata “kemanusiaan” atau “humankind” dalam bahasa Inggris. Bandingkan dengan ungkapan “benar-salahnya”, maksudnya “kebenarannya”; “jauh-dekatnya” maksudnya “jaraknya”. Pada hari ketujuh (Kej 2:1-4a) sang Pencipta beristirahat dan memberkati hari itu. Pekerjaan yang telah diawaliNya itu kini dilanjutkan oleh manusia karena manusia memetakan kehadiranNya.
Hari ketujuh tak berakhir, inilah zaman alam semesta yang diberkati Tuhan Pencipta. Gambaran di atas menjadi gambaran ideal manusia sebagai raja yang mewakili Tuhan di hadapan alam semesta. Kebesaran manusia sang “gambar dan rupa” Tuhan dan alam semesta itu diterapkan Yohanes kepada Yesus. Dalam hubungan ini Yohanes merujuk Yesus sebagai “Sabda”, yakni kata-kata “Terjadilah…!” dst. yang diucapkan Tuhan dalam menciptakan alam semesta berikut isinya, termasuk manusia sendiri.
Dengan latar di atas, makin jelas apa yang dimaksud Yesus ketika berkata kepada Pilatus (Yoh 18:36) bahwa kerajaannya bukan dari dunia ini, bukan dari sini.
Yesus itu memang raja dalam arti puncak ciptaan sendiri, kemanusiaan yang sejati seperti dulu dikehendaki sang Pencipta. Dalam ay. 37 Yesus menambahkan bahwa untuk itulah ia lahir, untuk itulah ia datang. Seluruh kehidupannya mempersaksikan kebenaran, yaitu manusia yang dikehendaki Pencipta sebagai puncak ciptaan yang membadankan unsur-unsur ilahi dan ciptaan dalam dirinya.
Dengan demikian, dalam perayaan Kristus Raja Semesta Alam, dirayakan juga kebesaran manusia, yakni manusia seperti dikehendaki Pencipta. Itulah kebesaran martabat manusia sejati. Sesudah perayaan ini, orang Kristen menyongsong Masa Adven untuk menantikan pesta kedatangan Yesus, Raja yang bakal lahir dalam kemanusiaan yang sederhana tapi yang juga mendapat perkenan Yang Maha Kuasa.
Kembali ke dialog antara Pilatus dan Yesus. Dalam Yoh 18:37 disebutkan Yesus datang ke dunia, ke tempat yang dalam alam pikiran Injil Yohanes dipenuhi kekuatan-kekuatan yang melawan Allah Pencipta, untuk mempersaksikan “kebenaran”. Apa kebenaran itu? Pertanyaan ini juga diucapkan oleh Pilatus. Ini juga pertanyaan kita yang dalam banyak hal memeriksa Yesus. Menurut Injil Yohanes, “kebenaran” yang dipersaksikan Yesus itu ialah kehadiran ilahi di kawasan yang dipenuhi kekuatan gelap.
Ia menerangi kawasan yang gelap. Inilah yang dibawakan Yesus kepada umat manusia. Inilah yang membuatnya pantas jadi Raja Semesta Alam. Orang yang mengikutinya akan menemukan jalan kembali ke martabat manusia yang asali, yakni sebagai “gambar dan rupa” Allah sendiri. Orang yang mendekat kepadanya dapat berpegang pada kebenaran ini.
Masyarakat manusia kini, di negeri kita, butuh cahaya itu juga. Dan kita-kita yang percaya kepada terang itu diajak untuk ikut membawakannya kepada semua orang. Inilah makna perayaan Kristus Raja Semesta Alam yang kita rajakan bersama Injil Yohanes tahun ini.
Salam hangat, A Gianto May 8, 2022 ARTIKEL TERBARU • Gembala Ada untuk Domba • Jelang 60 Tahun Konsili Vatikan II: “Moderasi Beragama dan Gereja yang Menyapa”, 11 Hari raya kristus raja semesta alam 2022 • Pintu Kandang Domba • RIP Br. Yosef Yakob SVD di Palangka Raya, Kalteng • Tidak Kenal • Gembala Sejati • IKHRAR Kevikepan Surakarta: Live In Aksi Panggilan di Keluarga-keluarga Katolik di Paroki Kleco • 8 Mei 1807-2022: Gereja Keuskupan Agung Jakarta Berusia 215 Tahun • Pelita Hati: 09.05.2022 – Pintu Bagi Domba-domba • Bagi Umat Katolik, Semua Makanan Itu Enak • Gembala Masa Kini • Seorang Gembala adalah Sahabat Perjalanan
Di hari Minggu biasa ke-34, Minggu terakhir masa biasa, Gereja merayakan Hari Raya Yesus Krisus Raja Semesta Alam.
Penempatan ini menegaskan iman Kristen akan Kristus sebagai penguasa waktu, sejak awal hingga akhir. Kristus Alfa dan Omega. Sejarah awal dan pemaknaan perayaan ini berkembang pada masa beberapa Paus, meskipun inti seruan mereka sama. Perayaan Liturgi. Hari Raya ini secara resmi ditetapkan oleh Paus Pius XI, pada 11 Desember 1925, sebagai akhir perayaan Gubileum pada tahun itu. Menjelang perayaan itu, umat mengadakan sebuah triduum atau tiga hari doa dan permenungan khusus, dengan tujuan memohon kepada Tuhan agar kasih Kristus sungguh merajai manusia, dan agar hati manusia dijauhkan dari berhala-berhala yang menghalangi kasih Kristus yang meraja dalam diri manusia.
Quas Primas. Penetapan Hari Raya ini ditandai dengan sebuah Ensiklik dari Pius XI yang berjudul Quas Primas ( Yang Pertama). Konteks penetapan Hari Raya dan kemunculan Ensiklik ini ialah perlawanan terhadap tendensi ‘sekularimse’ dalam dunia, yang juga menyerang Gereja Katolik waktu itu.
Sebuah Ensiklik dirasa tak cukup menyuarakan perlawanan bagi liberalisme. Bagi Paus, sebuah perayaan liturgis akan secara perlahan namun efektif mengubah mentalitas umat. Dengan merayakan perayaan ini dalam ritus liturgi, diharapkan bahwa umat Katolik semakin terpusat pada kekuasaan Kristus. Hanya Kristus lah Raja semesta alam, Awal dan Akhir (bdk Why 21: 16). Di hadapan Pilatus, Yesus menegaskan kekuasaan-Nya. “Jadi Engkau adalah raja”?
Jawab Yesus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja” (Yoh 18: 37). Ad caeli Reginam. Paus Pius XII dalam Ensiklik Ad caeli Reginam (Ratu Surga), 11 Oktober 1954 kembali menegskan kuasa Kristus atas alam semesta. Sebagai Raja, Ia sungguh ilahi dan sungguh insani. Pisu XII menekan bahwa kerajaan Kristus bersifat spiritual. Lawan dari kuasa Kristus ialah kuasa jahat: iblis. Kerajaan Kristus tidak dikuatkan dengan senjata, melainkan kasih dan kebenaran.
Para pengikut Kristus Raja ialah orang-orang yang tidak melekat pada harta dunia, melainkan yang berani menyangkal diri dan memikul salib mengikuti raja mereka. Raja itu adalah penguasa kini dan akan datang: Ia akan datang kembali di akhir zaman untuk mengadili manusia, memisahkan kambing dari domba (Mat 25: 31ss).
Dengan kedatangan yang kedua itu, Raja Kristus akan menyatukan segala ciptaan dalam kausa-Nya. Itulah saatnya langit dan bumi baru tercipta (Why 21: 1). Oleh sebab itu, selama di dunia pun para pengikut-Nya selalu siap menantikan kedatangan kembali sang raja. Bersama Bunda Maria, Gereja berdoa dan berseru: Maranatha, datanglah Tuhan (bdk.
1Kor 16: 22). Dengan keyakinan itu, Pius XII terus mengecam bentuk baru idolatria yang muncul di Eropa dan Amerika Latin (Meksiko): perang, berhala ekonomi, intrik politik, rasisme. ******** Dr. Andreas B. Atawolo, OFM: Penulis adalah dosen teologi di STFT Driyarkara, Jakarta Untuk membaca tulisan tulisan-tulisan seputar teologi dan humaniora silakan mengunjungi situs Pater Andreas di https://christusmedium.com Dan linknya ada juga pada website Komkat KWI ini.
• As A Loving Mother: Hari raya kristus raja semesta alam Apostolik Paus Fransiskus tentang Gereja yang Penuh Kasih • Sacerdotalis Caelibatus: Ensiklik Paus Paulus VI tentang Hidup Selibat Para Imam • Logo Resmi Sinode 2021-2023 • Pesan Bapa Suci pada Forum Air Sedunia IX • Sensus Fidei: Naluri Iman dalam Kehidupan Gereja Pos-pos Terbaru • Renungan Hari Minggu Paskah IV: “Aku Memberi Hidup Yang Kekal” • Renungan Hari Minggu Paskah III: “Itu Tuhan” • Renungan Hari Minggu Paskah II : “Ya Tuhanku Dan Allahku” • Renungan Hariraya Paskah Kebangkitan Tuhan: “Kristus Bangkit, Alleluia” • Renungan Hari Sabtu Paskah: “Terang Kristus Yang Bangkit” Arsip Menu • Berita • Berita Paroki • Artikel • Renungan • Tanya-Jawab • Agenda • Profil • Sejarah Paroki • Visi dan Misi Paroki • Sekretariat Paroki • Pastor Yang Pernah Bertugas • DPP dan DKP • Wilayah & Lingkungan • Download • Formulir Baptis Bayi • Formulir Baptis Dewasa • Formulir Sakramen Perkawinan • Formulir Permohonan Ibadat • Formulir Permohonan Misa • Formulir Komuni Pertama • Formulir Pengantar Lingkungan & Wilayah • Galeri • Kategorial • Legio Mariae • Lektor-Lektris • Misdinar • BIA – BIR • Novisiat Transitus • Organis • Paguyuban Simeon-Hanna • Prodiakon • Wanita Katolik Republik Indonesia • Yayasan Mardiyuana • Kontak Kami • Tanya Kepada Pastor • Donasi • Laporan Keuangan Donasi • Info Iklan Yesus Kristus Raja Adil Prologue.
Setiap tahun Gereja merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta alam. Ada dua dimensi yang tampak di dalam perayaan ini, yakni dimensi kosmik dan skatologis. Dimensi kosmik hendak menekankan bahwa Kristus tidak hanya menjadi Raja bagi manusia tetapi bagi segenap ciptaan atau semesta alam.
Sementara dimensi skatologis menekankan pada Kristus yang akan datang dalam kemuliaanya dan akan mengadili manusia dengan kasih. Dalam renungan ini, saya mau mengajak kita untuk merefleksikan secara mendalam satu hal yang amat penting yaitu,Kristus sebagai raja adil.
Kristus adalah Raja sekaligus sebagai hakim yang mengadili manusia dengan penuh kasih pada akhir zaman. Yesus sebagai raja dan hakim yang adil itu ditampakkan dalam bacaan Mat. 25:31-46.
Matius menunjukkan kepada kita bagaimana kelak Yesus Kristus akan menentukan orang yang duduk di sisi kanan dan yang di sisi kiri yang diumpamakan dengan domba dan kambing. Pemisahan itu bukan terjadi semata-mata karena kuasa Yesus Kristus, tetapi berdasarkan pada tindakan kasih dan kebaikan manusia. Latar belakang Historis Perayaan Kristus raja semesta alam ditetapkan oleh Paus Pius XI, pada 1925.
Pada waktu itu perayaan ini dilaksanakan pada setiap hari raya kristus raja semesta alam Minggu terakhir bulan Oktober, menjelang pesta segala orang kudus. Maksud utama dari Perayaan ini mempunyai makna spiritual-pedaggogi. Hal ini terungkap secara jalas dalam ensiklik “ Quos Primas” oleh Paus Pius XI. Tujuannya untuk menentang paham ateisme dan sekularisme yang berkembang pada waktu itu. Ensiklik ini menekankan bahwa Kristus melampaui segala kekuatan dan kuasa manapun di dunia ini.
Dalam perkembangannya pemaknaan dan penekanan pada hari raya ini berubah. Sejak tahun 1970 perayaan Kristus Raja semesta alam dimaknai dalam corak kosmis dan eskatologis.
Pemaknaan ini juga membawa perubahan pada penetapan tanggal perayaan dalam penanggalan liturgi. Sebagaimana kita ketahui sekarang perayaan itu dilaksanakan pada minggu biasa XXXIII/XXXIV menjelang minggu pertama masa Adven. Secara jelas pula bahwa perayaan ini sebagai penutup seluruh rangkaian tahun liturgi Gereja. Di sini kita dapat memahami bahwa Kristus adalah alfa dan omenga atau Kristus adalah awal dan akhir dari segala sesuatu.
Setiap tahun liturgi mempunyai makna dan penekanan yang berbeda pada Kristus sebagai Raja Semesta alam. Pertama, bacaan Injil Tahun A diambil dari Mat 25:31-46 menekankan pada kabar kedatangan Putra Manusia dalam kemuliaan untuk mengadili manusia dengan penuh kasih pada akhir zaman. Dalam bacaan ini terlihat begitu jela dimensi kosmis-eskatologis.
Kedua, bacaan Injil Tahun B diambil dari Yoh 18:33b-37 tentang Kristus di hadapan Pilatus. Yesus menjawab pertanyaan Pilatus dengan mengatakan “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Tampak dimensi pengalaman mistik umat beriman, di mana Yesus menekankan asal-usul kuasa-Nya. Ketiga, bacaan Injil Tahun C diambil dari Luk 22:35-43. Dalam bacaan ini ditekankan bahwa Kristus yang tersalib adalah Raja bangsa Yahudi. Di sini, kita dapat melihat dimesi penderitaan Kristus sampai wafat-Nya di kayu salib.
Dalam peristiwa penderitaan itu ditampakkan sekaligus urapan imamat Sang Raja yang mengurbankan diri sebagai santapan keselamatan abadi. Pada tahun ini, kita diajak untuk merefleksikan secara mendalam akan Kristus sebagai raja yang adil dan penuh kasih.
Untuk itu, perenungan kita akan lebih fokus pada Injil Matius 25:31-46. Kristus Raja Adil dan Penuh Kasih Penginjil Matius menggambarkan kepada Kita bahwa Kristus adalah Raja semesta Alam.
Ia adalah raja adil yang akan melakukan penghakiman berdasarkan pada tindakan kasih. Penginjil Matius menulis demikian, “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.” (Mat. 31). Dalam tahkta-Nyalah, Ia akan melakukan pemisahan terhadap orang fasik dan orang benar. Orang Fasik digambarkan sebagai kambing dan orang benar digambarkan sebagai domba.
Penghakiman dan pemisahan itu bukan berdasarkan pada kekuasaan Sang Raja semata, akan tetapi berdasarkan pada tindakan kasih dan kebaikan dari manusia. Tindakan kasih itu dilakukan pada orang-orang yang menjadi milik Kristus. Mereka yang menjadi milik Kristus itu sungguh tampak dalam mereka yang menderita dan terpinggirkan atau seperti yang diakatakan oleh Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (ay.
40) .” Mereka yang dimaksudkan Yesus adalah orang-orang lapar, mereka yang haus, mereka yang tidak mempunyai tumpangan, mereka sakit, dan mereka yang ada dipenjara. Yesus menghendaki pelayanan yang sungguh pada mereka-mereka itu. Jadi pelayanan terhadap Kristus Raja Semesta Alam itu akan terwujud secara konkret ketika kita melayani orang-orang yang miskin dan terpinggirkan.
Setiap hari kita jumpai begitu banyak saudara-saudari yang menderita, yang tidak mempunyai tumpangan, dan yang tidak mempunyai makanan. Pertanyaannya adalah apakah kita sudah tergerak hati untuk menolong mereka? Ataukah kita menaruh curiga dan prasangka atas mereka? Terkadang pransangka dan curiga kita itu membuat kita gagal dalam melayani mereka yang miskin dan terpinggirkan.
Kristus sang raja itu menghendaki sebuah pelayanan yang tulus, sungguh-sungguh dan penuh kasih terhadap mereka yang miskin, kecil atau hina dan terpinggirkan itu, dengan itu kita melayani Kristus. Epilogue. Kristus Raja Semesta Alam adalah raja sejati dan kekal.
Dia adalah alfa dan omega.
Dia merajai dunia dan kerajaan-Nya kekal. Setiap kita mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya. Syaratnya sangat sederhana, yaitu dengan melayani Sang Raja Alam Semesta itu dengan kasih dan kebaikan. Bagaimana melayaninya? Pelayanan dapat diwujudkan melalui tindakan kasih, yaitu mengunjungi mereka yang sakit, memberi makan kepada yang lapar, memberi minum kepada yang haus, memberi pakaian kepada yang telanjang, dan mengunjungi mereka yang di penjara dan lain-lain.
Sebagai pengikut Kristus kita dituntut untuk rela berkorban hari raya kristus raja semesta alam melayani mereka. Ingat, Kristus yang kita imani atau raja semesta alam itu adalah kasih. Kasih yang disalibkan, atau kasih yang berkorban dan menderita untuk keselamatan umatnya.
Dalam terang itu, maka kita diundang untuk memberi diri, rela berkorban terhadap yang lain, terutama mereka yang kecil, hina, miskin dan terpinggirkan. Sekali lagi dengan melayani mereka, kita melayani Kristus Raja Semesta Alam.
Tindakan pelayanan yang penuh kasih dan kebaikan terhadap mereka akan membawa kita masuk dalam kerajaan-Nya. RP. Marciano A. Soares, OFM
Bacaan: Yeh. 34:11-12, 15-17; 1Kor. 15:20-26,28; Mat. 25:31-46. “Tuhan Raja Yang Nampak Dalam Sesama” Hari ini adalah hari minggu terakhir dalam tahun liturgi Gereja; dan Gereja merayakan pesta Kristus Raja Semesta Alam.
Raja segala raja yang akan datang dalam kemuliaan dan semarak. Di hadapan-Nya semua kita akan diadili, baik yang hidup maupun yang sudah meninggal. Pada pengadilan akhir itu tidak dipertanyakan kepada kita tentang apa pekerjaan dan status kita, tidak juga tentang kerajinan, kesuksesan atau kehebatan yang pernah kita lakukan; juga tidak tentang kemalasan dan kegagalan pekerjaan kita. Bagi sang Raja semesta alam, Ia punya satu kriteria yakni, “apa dan bagaimana kita bersikap terhadap sesama kita.
Bagaimana kita memperlakukan sesama kita”. Karena “Segala sesuatu yang telah kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina, itu kamu lakukan terhadap Aku sendiri”. Dalam diri sesama seperti itulah Sang Raja Yesus Kristus itu hadir. Allah, gembala sejati, sekaligus akan menjadi hakim bagi domba-doma-Nya itu. Ia sudah mencurahkan segala kasih dan perhatian-Nya kepada umat yang dikasihi-Nya. Hal ini tidak berarti bahwa mereka boleh berlaku seenak mereka.
Tuhan mengharapkan tanggapan umat terhadap kasih yang dilimpahkan-Nya. Tuhan akan memberikan penilaian kepada kawanan domba-Nya dan mereka yang tidak menanggapi kasih itu sebagaimana yang diharapkan Tuhan akan disingkirkan. Tetapi yang dengan rela menanggapi kasih itu akan tetap tinggal damai dan sejahtera.
Memperlakukan sesama adalah kriteria atau syarat dalam pengadilan terakhir. Sesama yang didalamnya Tuhan hadir tidak lain adalah mereka yang sakit, miskin, lapar, haus, hina, yang tak punya rumah, pakaian, yang dipenjara dan dilupakan. Mereka itu ada di sekitar kita. Dan dalam orang-orang seperti itulah, sejauhmana hati dan perhatian yang telah kita berikan.
Sang Raja tampil seperti seorang gembala. Hari raya kristus raja semesta alam adalah gembala agung, yang selama hidup-Nya telah memberikan hidup-Nya, diri-Nya bagi mereka yang sakit, yang kesepian, miskin, Mereka inilah pemilik kerajaan dan yang ikut dalam Kerajaan Kristus sang Raja semesta alam.
Allah sendiri dalam Yesus Kristus selalu berpihak pada mereka yang menderita. Tuhan memberikan perhatian penuh kasih kepada domba-domba-Nya, terutama yang sakit dan menderita. Tuhan sang gembala selalu mengundang untuk dtang kepada-Nya, gembala yang sejati itu.
Kepada mereka yang tersesat dipanggil untuk datang kepada-Nya. Mereka yang menderita diundang untuk mendapatkan penghiburan. Semua diundang untuk mempercayakan diri kepada-Nya. Dan yang datang kepada-Nya tidak akan dikecewakan. Tuhan hanya ingin mengasihi mereka dan membebaskan mereka dari segala penderitaan; Ia sama sekali tidak membutuhkan apa pun dari mereka.
Yang datang kepada-Nya tidak akan dirugikan tetapi justru akan mendapatkan kasih dan perhatian. Bagaimana nasib kita, sangatlah ditentukan oleh bagaimana sikap dan perlakuan kita terhadap sesama, terlebih yang miskin dan menderita. Tuhan melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat manusia seperti masa depan, keinginan hati setiap manusia; dan Dialah yang menguasai dunia dan segala yang terjadi di dalamnya. Maka yang percaya kepada-Nya akan ikut memerintah di dalam Kerajaan Allah.
Seperti domba-domba yang mengenal suara Gembalanya dan mengikuti sang gembala. Orang yang selama hidupnya meneladan Kristus Sang Gembala Agung, dengan tindakan kasih yang nyata, mengunjungi yang sakit, menghibur yang kesepian, menolong yang miskin dan yang mengusahakan damai di mana pun mereka berada, maka akan ikut dalam Kerajaaan Kristus, Sang Raja semesta alam. Kita berdoa: Ya Kristus Raja semesta alam, rajailah hati dan hidupku, sekarang dan selalu, sepanjang segala masa.
Amin. ** Ditulis oleh Rm. Frans Emanuel Da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI • As A Loving Mother: Surat Apostolik Paus Fransiskus tentang Gereja yang Penuh Kasih • Sacerdotalis Caelibatus: Ensiklik Paus Paulus VI tentang Hidup Selibat Para Imam • Logo Resmi Sinode 2021-2023 • Pesan Bapa Suci pada Forum Air Sedunia IX • Sensus Fidei: Naluri Iman dalam Kehidupan Gereja Pos-pos Terbaru • Renungan Hari Minggu Paskah IV: “Aku Memberi Hidup Yang Kekal” • Renungan Hari Minggu Paskah III: “Itu Tuhan” • Renungan Hari Minggu Paskah II : “Ya Tuhanku Dan Allahku” • Renungan Hariraya Paskah Kebangkitan Tuhan: “Kristus Bangkit, Alleluia” • Renungan Hari Sabtu Paskah: “Terang Kristus Yang Bangkit” Arsip
YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM (Bacaan Injil Misa, Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam, 22-11-09) Pilatus masuk kembali ke dalam istana gubernur, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya, “Apakah Engkau raja orang Yahudi?” Jawab Yesus, “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Kata Pilatus, “Apakah aku seorang Yahudi?
Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?” Jawab Yesus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” Lalu kata Pilatus kepada-Nya, “Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus, “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja.
Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku bersaksi tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku” (Yoh 18:33-37). Ketika ditanya oleh Pilatus “Apakah Engkau raja orang Yahudi?”, Yesus menjawab bahwa Dia adalah seorang raja, namun langsung menambahkan bahwa kerajaan-Nya bukanlah dari dunia ini (Yoh 18:33.36).
Yesus masuk ke dalam kerajaan-Nya dan ke dalam kemuliaan-Nya ketika Bapa surgawi membangkitkan-Nya dari maut, dan memberikan kepada-Nya tempat duduk di sebelah kanan-Nya di surga, dan memberikan kepada-Nya semua kedaulatan, otoritas, kuasa, martabat raja dan kemuliaan. Kerajaan Kristus bukanlah seperti kerajaan-kerajaan dunia yang lain, Kerajaan-Nya adalah kekal abadi.
Tidak ada korupsi di dalamnya, dan kerajaan-Nya juga tidak akan membusuk. Pada akhir zaman Yesus akan kembali dalam kemuliaan-Nya. Kita akan melihat Dia penuh kemuliaan, penuh keagungan dan penuh kuasa. Para hamba-Nya yang setia akan bergabung dengan Dia selama-lamanya. Pada waktu itu segenap ciptaan akan berada di bawah pemerintahan-Nya; segala sesuatu akan dipenuhi dan dibuat lengkap dalam Yesus.
Fondasi kerajaan Kristus adalah kebenaran. Yesus memberi kesaksian tentang kebenaran di hadapan Pilatus: “Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku bersaksi tentang kebenaran” (Yoh 18:37).
Ia memberi kesaksian tentang kebenaran dari realitas abadi yang adalah Allah sendiri – Allah yang kudus, murni dan baik. Pada gilirannya para murid Yesus memberi kesaksian tentang realitas abadi dari Kristus dengan memproklamasikan bahwa Dia adalah raja segenap ciptaan; bahwa semua orang dapat masuk ke dalam kerajaan-Nya dengan bersembah sujud di hadapan kekudusan dan kemuliaan Allah.
Mereka memberi kesaksian dengan menerima dan melaksanakan ajaran-ajaran Kristus dalam hidup mereka dan melayani-Nya dan umat-Nya, dengan demikian memajukan kerajaan Allah. Sampai saat Dia datang kembali, Roh Kristus memberdayakan para murid-Nya untuk membangun kerajaan-Nya di atas muka bumi ini. Selagi kita bekerja untuk memerdekakan orang-orang yang lemah dan tak berdaya, yang tertindas dan terekploitasi, maka dibangunlah di tengah-tengah kita kerajaan Kristus yang berintikan keadilan, damai-sejahtera dan cintakasih.
Bagaimana kita berpartisipasi dalam martabat Kristus sebagai Raja? Apa kata Gereja dalam hal itu? Sebagai seorang awam, saya coba merujuk pada sebuah dokumen Gereja yang menyangkut peran kaum awam, yaitu ‘Imbauan Apostolik Pasca Sinode CHRISTI FIDELES LAICI dari Bapa Suci Yohanes Paulus II tentang Panggilan dan Tugas Kaum Awam Beriman di dalam Gereja dan di dalam Dunia (tanggal 12 Maret 1989)’: “Oleh karena kaum awam beriman itu milik Kristus, Tuhan dan Raja Alam Semesta, maka mereka mendapat bagian di dalam tugas rajawinya dan hari raya kristus raja semesta alam oleh Dia supaya menyebarluaskan Kerajaan itu di dalam sejarah.
Mereka menjalankan tugas rajawi mereka sebagai orang Kristiani, lebih-lebih di dalam pertarungan rohani yang di dalamnya mereka berusaha mengalahkan di dalam diri mereka sendiri kerajaan dosa (bdk. Rm 6:12), dan kemudian membuat diri mereka menjadi suatu persembahan supaya dapat melayani, dalam keadilan dan dalam cintakasih, Yesus yang sendiri hadir dalam diri semua saudara dan saudarinya, terlebih-terlebih dalam diri mereka yang paling kecil [bdk.
Mat 25:40]” ( Christi Fideles Laici, 14). DOA: Kami mengasihi Engkau, ya Kristus Raja kami. Kami datang menghadap-Mu dengan hati penuh tobat atas dosa-dosa kami. Kami juga membuka lebar-lebar hati kami bagi Roh Kudus-Mu untuk memimpin kami menyebar-luaskan Kabar Baik-Mu dalam berbagai cara seturut apa yang Kaukehendaki kami lakukan.
Semoga Roh Kudus memberdayakan kami terus untuk membangun kerajaan-Mu di atas muka bumi ini. Amin. Cilandak, 17 November 2009 [ Pesta Santa Elisabet dari Hungaria (1207-1231)] Sdr.
F.X. Indrapradja, OFS • Blog Stats • 6,145,467 hits • Pages • SANG SABDA • Recent Posts • GEMBALA YANG BAIK RELA MATI UNTUK KAWANAN DOMBA-NYA • AKU DAN BAPA ADALAH SATU • HIDUP DALAM TAKUT AKAN TUHAN DAN JUMLAHNYA BERTAMBAH BESAR OLEH PERTOLONGAN ROH KUDUS • SETIAP KALI KITA MERAYAKAN MISA KUDUS, KITA TURUT MENGAMBIL BAGIAN DALAM PENGHADIRAN-KEMBALI KEMATIAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS • AKULAH ROTI KEHIDUPAN YANG TELAH TURUN DARI SURGA • KUASA PENYELAMATAN DARI YESUS DALAM EKARISTI KUDUS • CERITA TENTANG DUA ORANG RASUL KRISTUS YANG DIRAYAKAN PESTANYA PADA HARI INI • HENDAKLAH KAMU PERCAYA KEPADA DIA YANG TELAH DIUTUS ALLAH • MODEL BAGI SEMUA ORANG PERCAYA • JANGAN TAKUT!
• YESUS MEMBERI MAKAN LIMA RIBU ORANG LAKI-LAKI, BELUM TERHITUNG PEREMPUAN DAN ANAK-ANAK • DIPANGGIL UNTUK MENJADI SAKSI-SAKSI KRISTUS • ALLAH ADALAH KASIH • PRIBADI-PRIBADI SEPERTI BARNABAS MEMBERI WARNA TERSENDIRI PADA KOMUNITAS KRISTIANI PERDANA • SEDIKIT CATATAN TENTANG SANTO MARKUS • BERBAHAGIALAH MEREKA YANG TIDAK MELIHAT, NAMUN PERCAYA • KITA SEMUA DIBERDAYAKAN OLEH ROH KUDUS UNTUK TURUT MEMAJUKAN KERAJAAN ALLAH • KITA TURUT SERTA DALAM MENYALIBKAN YESUS • MENGAPA KAMU TERKEJUT DAN APA SEBABNYA TIMBUL KERAGU-RAGUAN DI DALAM HATI KAMU?
• PETRUS MENYEMBUHKAN SEORANG YANG LUMPUH SEJAK LAHIR • KATA YESUS KEPADANYA, “MARIA!” • PENGALAMAN IMAN ANDA AKAN KRISTUS TIDAK BOLEH ANDA SIMPAN SENDIRI • MENCARI HAL-HAL YANG DI ATAS • MALAM VIGILI: MALAM UNTUK BERJAGA-JAGA • UNGKAPAN KASIH YANG PALING AGUNG • Archives Archives • Categories Categories • Blogroll • A CHRISTIAN PILGRIMAGE • Angela Merici Biblical Center • Caritas Dei • DEVELOPING SUPER LEADERS • HOSANA DI TEMPAT YANG MAHA TINGGI • PAX ET BONUM • SANG SABDA • WordPress.com • WordPress.org • Meta • Register • Log in • Entries feed • Comments feed • WordPress.com • Recent Comments sangsabda on TENANGLAH!
INILAH AKU, JANGAN… Albertus Benny on TENANGLAH! INILAH AKU, JANGAN… MARIA BUNDA KITA: Se… on BUNDA MARIA, BUNDA PENGANTARA… sangsabda on SANG SABDA Denis Desmanto on DALAM NAMA ALLAH TRITUNGGAL… sangsabda on DALAM NAMA ALLAH TRITUNGGAL… Denis Desmanto on DALAM NAMA ALLAH TRITUNGGAL… sangsabda on BERTOBATNYA RASUL PAULUS titiandjarwati on BERTOBATNYA RASUL PAULUS Gun on SANG SABDA Pieter on YESUS DIGODA IBLIS DI PADANG G… Orang Beriman Pelind… on SANTO THOMAS AQUINAS, IMAM… MATIUS – ROTI… on CERITA TENTANG MATIUS, SI PEMU… ANDREAS – ROTI… on ANDREAS, SALAH SATU DARI Hari raya kristus raja semesta alam sangsabda on JIKA KITA MARAH TERHADAP SAUDA… • • Top Posts & Pages • TAAT KEPADA ALLAH DENGAN HATI YANG SEDERHANA • KETIDAKPERCAYAAN DALAM HATI KITA • ROH KUDUS SEBAGAI PENOLONG • MENDENGAR PERKATAAN YESUS • MOVE TERAKHIR SANG PEMILIK KEBUN ANGGUR • SAULUS BERTOBAT DAN MENJADI PAULUS • PERGILAH, DAN PERBUATLAH DEMIKIAN!
• DENGAN MEMATUHI SABDA YESUS, KITA PUN AKAN MENGHASILKAN BUAH BERLIMPAH • BARANGSIAPA MENYAMBUT KAMU, IA MENYAMBUT AKU • RABU ABU • KEGIATAN KERASULAN KITAB SUCIBerita Utama • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik : Minggu,18 April 2021 • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik : Sabtu, 17 April 2021 • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Jumat, 16 April 2021 • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Kamis, 15 April 2021 • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Rabu, 14 April 2021 • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Hari raya kristus raja semesta alam Selasa, 13 April 2021 • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Senin, 12 April 2021 • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Minggu, 11 April 2021 • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Sabtu, 10 April 2021 • Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Jumat, 9 April 2021 Yeh 34:11-12.15-17 1 Kor 15:20-26a.28 Mat 25:31-46 PENGANTAR Sebagai Hari Minggu Penutup Tahun Liturgi, Gereja hari ini merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.
Dan dalam perumpamaan yang dipakai Yesus untuk menggambarkan bagaimana Ia akan tampil sebagai Raja, hal-hal yang akan diputuskan-Nya adalah sangat jelas dan tegas. Di situlah Yesus akan menentukan bagaimana nasib kita yang abadi nanti, sesuai dengan sikap hari raya kristus raja semesta alam perbuatan hidup kita dalam menghadapi keadaan dan kebutuhan sesama kita. HOMILI Dari apa yang dikatakan Yesus sebagai Raja, seperti dicatat oleh Matius dalam Injilnya, ternyata keputusan yang diambil Yesus dalam penghakiman-Nya terakhir bukan tergantung dari pengetahuan atau kepandaian kita, atau kedudukan, jabatan ataupun pangkat yang telah kita capai dan peroleh; bukan pula dari milik atau kekayaan betapa pun besarnya yang dapat kita miliki.
Di dalam perumpamaan itu kita dapat belajar untuk tahu dan mau menolong kebutuhan orang lain atau sesama kita. Dari isi perumpamaan itu kita dapat dan harus bersedia belajar untuk menolong atau membantu sesama kita dalam hal-hal kecil dan sederhana. Yesus menyebut beberapa hal: memberi makan orang lapar; memberi minum orang haus; memberi tumpangan kepada orang tak punya penginapan, memberi pakaian orang miskin, mengunjungi orang sakit dan menderita.
Jadi yang dibutuhkan bukanlah pertama-tama memberi sumbangan jutaan, miliaran, triliunan rupiah. Bukan pula untuk berusaha agar nama kita tertulis dalam catatan sejarah, supaya selalu dikenal dan dikenang banyak orang! Pada dasarnya yang dipatut diketahui dan dilakukan ialah, bahwa kita harus membantu orang-orang yang kita jumpai setiap hari, siapa pun orangnya.
Mengenal, memperhatikan dan menolong, di situlah sebenarnya letak kebesaran dan kebahagiaan Yesus dalam kehadiran dan perbuatan-Nya dalam masyarakat di mana Ia berada. Itulah yang diajarkan dan dilakukan Yesus. Itulah juga harus harus kita lakukan. Pertolongan atau bantuan yang benar dalam bentuk apapun, yang kita berikan kepada sesama, harus kita berikan secara ikhlas tanpa perhitungan.
Bukan disertai keinginan atau harapan untuk dipuji dan dihargai. Sikap pemberian semacam itu bukanlah kerelaan, melainkan lebih berupa suatu keinginan untuk lebih dipuji dan dihargai. Suatu sikap harga diri yang palsu dalam memberi pertolongan.
Pertolongan atau bantuan yang dikehendaki dan diberkati Tuhan adalah pertolongan yang sungguh diberikan dengan rela hati dan tanpa perhitungan apapun. Sungguh sangat penting apa yang ditegaskan oleh Yesus dalam Injil Matius hari ini kepada kita. Ia mengatakan, bahwa pertolongan apapun yang kita lakukan kepada orang lain, itu kita lakukan seperti dilakukan kepada Yesus sendiri.
Begitu juga pertolongan yang tidak kita lakukan kepada sesama kita, juga tidak kita lakukan kepada-Nya. Mengapa? Karena Yesus diutus untuk memperkenalkan Allah sebagai Bapa-Nya dan Bapa kita yang mahakasih. Seperti diajarkan-Nyatetapi juga seperti dilakukan-Nya sendiri, Yesus memperhatikan dan berbuat baik kepada semua orang, khususnya mereka yang membutuhkan pertolongan.
Yesus melaksanakan apa yang dikehendaki Bapa-Nya sebagai Bapa yang sungguh baik hati terhadap segenap makhluk ciptaan-Nya sebagai anak-anak-Nya sendiri. Inilah yang diajarkan dan dilaksanakan Yesus dalam membantu atau menolong semua orang, khususnya justru kepada mereka yang paling membutuhkannya.
Yesus berkata: “ Apa yang kamu lakukan atau yang tidak kamu lakukan kepada orang lain, itulah sikap dan perbuatanmu yang sama dengan sikap hidup dan perlakuanmu terhadap diri-Ku.” Yesus dengan tegas menyamakan diri-Nya dengan orang-orang berkekurangan. Namun mendengar kata-kata Yesus itu, jangan sampai kita menganggap Yesus berpendirian dan bersikap berat sebelah atau tidak adil.
Seolah-olah Yesus hanya memperhatikan dan mengasihi orang-orang miskin atau berkekurangan saja, dan menentang atau memusuhi serta tidak mengasihi orang-orang yang kaya.
Yesus tidak pernah menyalahkan apalagi memusuhi orang karena ia kaya. Tetapi Yesus tidak membenarkan dan memberkati orang kaya, yang dalam kekayaannya itu ia hanya mencintai dan memperhatikan kepentingannya sendiri, dan tidak ikut prihatin maupun memperhatikan nasib berkekurangan sesamanya, yang semartabat di hadapan Tuhan seperti dirinya sendiri. Dalam diri Yesus, Allah mengasihi semua orang yang sama martabatnya, bagaimana pun bentuk dan kondisi hidup mereka masing-masing.
Kita umat Katolik sebagai warganegara Indonesia yang mengikuti falsafah Pancasila yang berketuhanan, berusaha hidup, bersikap dan berbuat dengan berpegangan prinsip yang dipegang oleh Mgr.
Albertus Soegijapranata: 100% Katolik, 100% Indonesia. Kita sebagai umat, sebagai Gereja adalah 100% Katolik, dan sebagai Gereja di Indonesia, dan sebagai bangsa adalah warganegara 100% Indonesia. Berkaitan dengan pesan Yesus dalam Injil Matius hari ini, kita diingatkan akan Sila Pertama dalam Pancasila: Ketuhanan yang mahaesa, namun sekaligus akan Sila Kelima: Keadilan sosial.
Marilah kita berusaha dengan penuh keyakinan dan dengan penuh iman, hidup menurut ajaran dan teladan Yesus sekaligus berpegangan pada Pancasila untuk saling menolong dengan sesama, khusunya saudara-saudari kita yang berkekurangan. Semoga Tuhan selalu memberkati kita. Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm. kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm Sumber : imankatolik.or.id Tags Covid-19 Hari raya kristus raja semesta alam homili Iman Katolik Indonesia injil matius Katolik ketuhanan yang maha esa kumpulan homili memberi makan orang lapar memberi minum orang haus memberi pakaian orang miskin memberi tumpangan kepada orang tak punya penginapan mengunjungi orang sakit dan menderita pancasila prumpamaan tahun liturgi umat gereja Umat Katolik Yesus yesus raja
• Tebar Hikmah Ramadan • Life Hack • Ekonomi • Ekonomi • Bisnis • Finansial • Fiksiana • Fiksiana • Cerpen • Novel • Puisi • Gaya Hidup • Gaya Hidup • Fesyen • Hobi • Karir • Kesehatan • Hiburan • Hiburan • Film • Humor • Media • Musik • Humaniora • Humaniora • Bahasa • Edukasi • Filsafat • Sosbud • Kotak Suara • Analisis • Kandidat • Lyfe • Lyfe • Diary • Entrepreneur • Foodie • Love • Viral • Worklife • Olahraga • Olahraga • Atletik • Balap • Bola • Bulutangkis • E-Sport • Politik • Politik • Birokrasi • Hukum • Keamanan • Pemerintahan • Ruang Kelas • Ruang Kelas • Ilmu Alam & Teknologi • Ilmu Sosbud & Agama • Teknologi • Teknologi • Digital • Lingkungan • Otomotif • Transportasi • Video • Wisata • Wisata • Kuliner • Travel • Pulih Bersama • Pulih Bersama • Indonesia Hi-Tech • Indonesia Lestari • Indonesia Sehat • New World • New World • Cryptocurrency • Metaverse • NFT • Halo Lokal • Halo Lokal • Bandung • Joglosemar • Makassar • Medan • Palembang • Surabaya • SEMUA RUBRIK • TERPOPULER • TERBARU • PILIHAN EDITOR • TOPIK PILIHAN • K-REWARDS • KLASMITING NEW • EVENT Kristus Raja Semesta Alam.
Menjadi raja adalah dambaan setiap orang. Kriteria menjadi "raja" di zaman sekarang pada dasarnya diback up oleh beberapa hal diantaranya adalah kekuasaan, kedudukan, pengaruh dan uang. Inilah beberapa sarana yang mengantar seseorang ke kursi seorang "raja." Di zaman Yesus, karakter seorang raja justru dilatarbelakangi oleh beberapa pil yang sama sekali berbeda, yakni kerendahan hati, kesederhanaan dan kesiapsediaan untuk melayani.
Dengan kata lain, menjadi seorang raja berarti siap melayani. Hari ini, Gereja sejagat merayakan Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Perayaan ini memperlihatkan kepada kita Yesus sebagai awal dan akhir -- alfa dan omega -- dari seluruh ritus keberimanan orang Katolik. Akan tetapi, pertanyaannya adalah "Apakah status Yesus sebagai raja semesta alam masih diakui hingga sekarang?" Dalam hidup harian kita, tidak jarang kita melihat kebangkitan raja baru, seperti uang dan perkakas teknologi.
Uang seakan menjadi pengatur orbit seluruh semesta. Seorang milliarder dengan kemampuan finansialnya yang ok bahkan bisa membeli sebuah pulau dalam sekejap. Ironisnya lagi, nyawa seorang manusia pun bisa ditebus dengan uang. Realitas ini gamblang terlihat sebagai sebuah evolusi -- semuanya dikendalikan oleh uang. Raja baru bercadar uang menciptakan banyak budak, termasuk manusia sendiri. Seseorang bahkan hari raya kristus raja semesta alam mengorbankan nyawa atau menjajak organ tubuh demi uang.
Uang sebagai raja di abad modern menekan laju ritme hari raya kristus raja semesta alam orang Katolik -- antara tetap mempertahankan Kristus sebagai raja semesta alam atau malah berpindah ke raja yang baru.
Yesus menjawab semua kekuatiran zaman sekarang dengan profil diri-Nya sebagai Alfa dan Omega.
Yesus sebagai penjelmaan dari Sabda yang tertuang dalam Perjanjian Lama hadir memperlihatkan diri. Tidak ada raja lain yang seharusnya disembah dan disanjung selain Dia yang merajai alam semesta. Kehadiran Kristus di zaman sekarang memang tidak gamblang terlihat. Akan tetapi, melalui ciptaan yang ada di sekitar dan tata pengaturan kosmos yang dikelola oleh tangan-Nya, kita bisa memahami bahwa selalu ada sesuatu di luar diri kita yang mengatur dan mengawasi rotasi kehidupan.
Uang sekalipun tidak mampu membeli semua kesempurnaan yang diperlihatkan Kristus atas alam semesta. Maka, yang dituntut dari kita adalah iman -- mengakui dan percaya pada kemahakuasaan-Nya.
Tawaran akan adanya "raja-raja baru" baik berbentuk uang maupun perkakas teknologi, sejatinya tidak menjadi prioritas dalam melembagakan dinasti Kristus sebagai penguasa alam semesta.
Hal inilah yang terus diingatkan oleh Yesus ketika Ia bersoal-jawab dengan orang-orang Yahudi. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku" (Luk 8:31). Akan tetapi, peringatan ini tidak mudah menetap di hati karena banyak orang sudah mempunyai kelekatan sendiri dengan "raja yang baru." Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam seyogianya merefresh ingatan kita sebagai orang beriman mengenai kemahakuasaan dan kesempurnaan Allah.
Kita perlu menyadari bahwa kita sepenuhnya hanya diselamatkan oleh Kristus dan bukan oleh kemasan "raja-raja yang baru" yang ditawarkan di zaman sekarang. Rahasia ini ada dalam relasi kita dengan Kristus.
Jika kita menjual diri sebagai budak dan gundik uang dan perkakas teknologi, kita sebenarnya sedang menolak Kristus sebagai raja atas kita. Â
Hari ini Gereja di seluruh dunia merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.
Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam ditetapkan oleh Paus Pius IX pada 1925. Pada mulanya dirayakan pada Minggu terakhir bulan Oktober menjelang Hari Raya Semua Orang Kudus, 1 November. Melalui ensiklik Quas Primas, Paus mau menunjukkan bahwa dengan gelas Yesus dan perayaan pesta itu, Kristus diakui lebih tinggi dan berkuasa di atas segala kekuatan yang hari raya kristus raja semesta alam oleh dunia. Pembaharuan liturgi pasca KV II, sejak 1970 menempatkan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam pada hari Minggu pertama Masa Adven.
Dengan perubahan tersebut, Kristus mau ditempatkan bukan hanya sebagai raja KOSMOS, (semesta alam) tetapi juga sebagai raja eskatologis. Yesus juga sebagai raja yang menentukan penghakiman atas semua orang dan segala hari raya kristus raja semesta alam di dunia. Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam di rayakan untuk menyambut tahun liturgi yang baru. Kita akan mengawali liturgi baru yaitu Masa Adven I yang akan kita rayakan minggu depan untuk menyambut Dia yang “akan datang sebagai Anak Manusia dalam kemuliaan dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia” (Mat.
25:31). Selama masa Adven, semua orang hendaknya bersukacita dan menyambut kedatangan-Nya dengan pertobatan yang mendalam. Bagaimana kita tahu kapan Sang Raja yang maha agung itu akan datang? Akankah kedatangan-Nya ditandai dengan bunyi terompet yang memekakkan telinga? Dengan arak-arakkan yang panjang?
Lahir di istana yang megah? Dikelilingi dan dilayani oleh dayang-dayang? Ataukah dengan pengawal yang siap dengan senjata lengkap untuk melindungi-Nya? Dia datang dalam kesunyian, hanya ditemani dengan bunyi jangkrik yang bersahutan memecah kesunyian malam.
Tidak ada sambutan yang gegap gempita. Dia juga datang bukan di istana yang megah dan dilayani oleh dayang-dayang. Akan tetapi Dia datang sebagai Anak Manusia dari keluarga yang sederhana. Bahkan kelahiran Sang Raja Agung di palungan yang sangat hina.
Dia yang digambarkan sebagai Raja Semesta Alam datang sebagai seorang manusia yang lemah.
Akan tetapi, sekalipun lemah, Dia kuat, dan sekalipun miskin, dia sangat kaya. Seorang raja biasanya dihormati, dilayani dan hidup dalam istana yang mewah. Yesus, yang adalah Raja Semesta Alam justru menampilkan diri sebagai orang yang sederhana dan justru kontroversi dengan kata “raja” karena justru Dia datang ke dunia untuk melayani setiap orang. Raja Agung itu hadir di dunia dengan menanggalkan kemahaagungan-Nya untuk dan menjadi sama seperti manusia. Ia datang untuk mencari orang yang berdosa dan ingin menyelamatkan semua orang dari lumpur kenistaan.
Dia menginkan semua orang untuk selamat. Dia merelakan tubuh dan darah-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan manusia. Dengan perjamuan Ekaristi, kita makan dan minum darah-Nya untuk keselamatan manusia. Dia juga seorang merupakan seorang Hakim Agung yang penuh belas kasih dan kelembutan. Sudahkah aku bersyukur dengan Tuhan yang mau merendahkan diri untuk hadir di tengah-tengah kita dan serupa pula? Masihkah kita tidak mau untuk bertobat?
Masih haruskah Yesus mati lagi di kayu salib untuk kedua kalinya lagi agar kita dapat bertobat?
Semuanya berpulang pada kehendak bebas kita untuk memilih. Dia bukan seorang yang memaksakan kehendak manusia. Manusia bukan sebagai robot sehingga dikendalikan. Manusia punya pilihan bebas untuk memilih, sekalipun Allah yang menciptakan manusia dan Allah dapat melakukannya.
Pertobatan hendaknya dari kesadaran diri sendiri. By; Vincent