HOT merupakan kemampuan berpikir individu pada tingkat yang lebih tinggi, meliputi cara berpikir secara kritis, logis, metakognisi, dan kreatif. Proses berpikir terkait dengan ingatan dan pengetahuan pada HOT memiliki porsi sangat kecil. Higher-order thinking meminimalisir kemampuan mengingat kembali informasi (recall) dan asesmen lebih mengukur kemampuan.
HOT terjadi ketika individu mampu menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya, kemudian membuat solusi untuk masalah pada konteks yang belum dikenal sebelumnya. HOT menunjukkan pemahaman terhadap informasi bukan sekedar mengingat informasi.
Higher-order thinking termasuk menunjukkan pemahaman akan informasi dan bernalar bukan sekedar mengingat kembali/recall informasi.
Taksonomi Bloom soal HOTS Higher order thinking tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall HOT (higher order thinking) memberi penekanan lebih pada proses: • Mentransfer fakta dari satu konteks ke konteks lain. • Memilih, memproses, dan menerapkan informasi. • Melihat keterkaitan antara beberapa informasi yang berbeda. • Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
• Menguji informasi dan gagasan secara kritis.
Bentuk Soal Ujian HOT (higher-order thinking) meliputi: • Pertanyaan dan jawaban • Eksplorasi dan analisis contoh soal menjodohkan Penalaran informasi bukan ingatan • Menilai, mengkritisi, dan menginterpretasi Sekali lagi, pertanyaan HOT tidaklah selalu lebih sulit Tipe Soal HOT dapat disajikan dalam bentuk : • Pilihan ganda • Menjodohkan • Isian singkat • Esai • Unjuk kerja • Portofolio Untuk soal HOTS yang disajikan dalam bentuk pilihan ganda diupayakan stimulus soal merupakan konteks dunia nyata.
Kemudian pertanyaan dalam soal harus menuntut proses berpikir secara kritis, logis, metakognisi, dan kreatif, tidak lagi sekedar ingatan atau pemahaman. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku sesuai dengan ranah kognitif Bloom pada level analisis, evaluasi dan mengkreasi, setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus) dan soal mengukur kemampuan berpikir kritis.
Menilai atau mengukur bukan sekadar untuk menghafal sejumlah informasi, namun lebih kepada bagaimana memproses sejumlah informasi untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang diajukkan Menilai atau mengukur keterampilan yang lebih kompleks seperti berpikir kritis dan merangsang siswa untuk mengintrepretasikan, menganalisa atau bahkan mampu memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak monoton.
Higher-order thinking menunjukkan pemahaman terhadap informasi dan bernalar (reasoning) bukan hanya sekedar mengingat informasi. Kita tidak menguji ingatan, sehingga kadang-kadang perlu untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dan siswa menunjukkan pemahaman terhadap gagasan dan informasi dan/atau memanipulasi atau menggunakan informasi tersebut.
Teknik kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif: • Adakah Cara lain? (What’s another way?), • Bagaimana jika…? (What if …?), • Manakah yang salah? (What’s wrong?), dan • Apakah yang akan dilakukan?
(What would you do?) ( Krulik & Rudnick, 1999). Bagaimana Butir Soal yang dapat menuntut HOTS ? Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi, maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks bacaan, paragrap, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/symbol, contoh, peta, film, atau suara yang direkam, dianalisis, dievaluasi, dan dikreasikan.
Teknik Penulisan Butir soal HOTS • Perhatikan cakupan materi yang diharuskan untuk level pendidikan • Perhatikan beberapa kompetensi yang diharapkan pada tiap level pendidikan yang kemudian diturunkan menjadi beberapa indikator dan tujuan dari pembelajaran berdasarkan anjuran yang tertuang pada kurikulum • Penggunaan pengetahuan dasar untuk suatu cakupan materi sangat mungkin berbeda sesuai dengan level pendidikan • Menggunakan pengetahuan atau kemampuan dasar nya untuk menyesaikan permasalahan yang ada • Dalam taksonomi Bloom tingkatan yang paling rendah dapat menjadi pengetahuan dasar untuk menjawab pertanyaan ke tingkatan selanjutnya Contoh soal Matematika HOTS Berikut ini saya sajikan beberapa contoh soal kategori HOTS (High Order Thinking Skill) mata pelajaran matematika.
Contoh soal 1 Pada sebuah kompetisi sepakbola yang diikuti oleh 38 tim, penentuan tim juara adalah berdasarkan perolehan poin terbanyak, dengan ketentuan perolehan poin sebagai berikut: contoh soal menjodohkan Tim yang menang memperoleh poin 3 • Jika pertandingan seri, masing-masing tim memperoleh poin 1 • Tim yang kalah memperoleh poin 0 Tabel berikut memuat posisi sementara 6 tim teratas dari total 38 tim dengan sisa 5 kali pertandingan.
B. Tim B akan menjadi juara hanya dengan memenangkan 4 kali pertandingan sisa dan salah satunya menang atas tim A. C. Jika tim C memenangkan semua pertandingan sisa, maka posisi tim B masih mungkin berada di atas tim C.
D. Jika tim B selalu seri pada semua pertandingan sisa, maka tim E tidak mungkin berada di atas tim C. E. Tim F akan menjadi juara jika memenangkan semua sisa pertandingan dan tim A selalu kalah pada semua sisa pertandingan. Contoh Soal 2. Kompetensi Dasar: 3.21. Mendeskripsikan data dalam bentuk tabel atau diagram/plot tertentu yang sesuai dengan informasi yang ingin dikomunikasikan.
Materi : Statistika Indikator : Disajikan suatu diagram batang ganda dari catatan mengenai banyaknya panggilan telepon masuk dan keluar perhari dalam 9 hari. Siswa dapat membaca data pada diagram batang ganda. Soal : Suatu perusahaan telekomunikasi sedang melakukan survey untuk melihat aktivitas pelanggannya dalam melakukan panggilan telepon.
Suatu hari Rana mendapatkan tugas dari perusahaan telekomunikasi tersebut untuk mencatat banyaknya panggilan telepon yang ia lakukan pada suatu periode hari-hari yang berurutan.
Hasil catatan Rana disajikan dalam grafik di contoh soal menjodohkan ini: Contoh Soal 3 Kompetensi Dasar: 3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan lainnya melalui pengamatan dan memberikan alasannya. Materi : Pola Barisan Indikator: Diberikan data barisan tempat duduk dalam suatu ruangan pertunjukan yang terdiri dari 6 baris dan harga tiket: (1) menentukan banyaknya tempat duduk yang tersedia, jika diketahui banyaknya kursi pada empat baris pertama, di mana selisih banyaknya tempat duduk antara 2 baris yang berurutan adalah berbeda-beda (2) menentukan harga tiket untuk suatu baris tertentu, jika diketahui pemasukan total yang diinginkan dari penjualan seluruh tiket.
Soal: OSIS suatu sekolah mengadakan pentas seni untuk amal yang terbuka untuk masyarakat umum. Hasil penjualan tiket acara tersebut akan disumbangkan untuk korban bencana alam. Panitia memilih tempat berupa gedung pertunjukan yang tempat duduk penontonnya berbentuk sektor lingkaran terdiri dari enam baris.
Jakarta - Asesmen Nasional (AN) akan menggantikan Ujian Nasional (UN). Pelaksanaan AN sendiri dilakukan dengan ujian Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang terdiri dari soal numerasi. Bagaimana contoh soal numerasi dan jawabannya? Pada dasarnya, dalam Asesmen Nasional (AN) ada tiga komponen yang diujikan, yakni survey karakter, survey lingkungan, dan AKM.
Ujian AKM sendiri dilakukan untuk mengukur literasi membaca dan numerasi sebagai hasil belajar kognitif para murid. 6 Contoh Soal Numerasi dan Jawabannya untuk AKM Foto: Dok Kemdikbud Sampah anorganik lebih lama terurai dibandingkan dengan sampah organik. Waktu dekomposisi popok sekali pakai lebih lama dari plastik, namun kurang dari kulit sintetis.
Berapa waktu dekomposisi yang mungkin dari popok sekali pakai? A. 100 tahun B. 250 tahun C. 375 tahun D. 475 tahun E. 575 tahun Jawaban Soal Numerasi: Perhatikan data pada diagram batang di atas! - Waktu dekomposisi sampah plastik adalah 400 tahun. Jika diketahui waktu dekomposisi popok sekali pakai lebih lama dari plastik, maka waktu dekomposisi popok akan lebih dari 400 tahun.
- Waktu dekomposisi sampah kulit sintetis adalah 500 tahun. Jika diketahui contoh soal menjodohkan dekomposisi popok sekali pakai kurang dari kulit sintetis, maka waktu dekomposisi popok akan kurang dari 500 tahun. Jadi, waktu dekomposisi popok berkisar antara 400 tahun sampai 500 tahun. Dengan jawaban tersebut, nilai yang mendekati adalah pilihan D, yakni 475 tahun. 2. 6 Contoh Soal Numerasi dan Jawabannya untuk AKM Foto: Dok Kemdikbud Seorang siswa membaca tabel dan diagram di atas.
Ia menyatakan selisih waktu dekomposisi pada diagram A sama dengan diagram B. Pernyataan tersebut dikoreksi oleh contoh soal menjodohkan. Manakah koreksi yang benar dari guru tersebut? A. Perhatikan jenis material sampah di contoh soal menjodohkan diagram!
B. Perhatikan satuan unit waktu dekomposisi! C. Perhatikan tinggi diagram batang setiap jenis material sampah! D. Perhatikan titik nol dari sumbu diagram! Jawaban Contoh Soal Numerasi: Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa waktu dekomposisi kertas tisu adalah 5 minggu dan waktu dekomposisi kantong kertas adalah 8 minggu.
Jadi, selisih waktu dekomposisi pada diagram A adalah 3 minggu.
Kemudian diketahui bahwa waktu dekomposisi kulit jeruk adalah 5 bulan dan waktu dekomposisi sisa apel adalah 2 bulan. Jadi, selisih waktu dekomposisi pada diagram B adalah 3 bulan. Jika diperhatikan, satuan unit waktu dekomposisi pada diagram A tidak sama dengan diagram B.
Dengan begitu, contoh soal numerasi dan contoh soal menjodohkan nomor 2 adalah B. Perhatikan satuan unit waktu dekomposisi! 6 Contoh Soal Numerasi dan Jawabannya untuk AKM Foto: Dok Kemdikbud Pilih setuju atau tidak setuju dan ketik penjelasanmu! Seorang siswa ingin menggabungkan data waktu dekomposisi sampah organik dan anorganik menjadi sebuah diagram batang. Ibu guru tidak menyarankan hal tersebut.
Setujukah kamu dengan saran ibu guru? Jelaskan! Jawaban: Ya, saya setuju dengan saran ibu guru agar tidak menggabungkan waktu dekomposisi sampah organik dan anorganik menjadi sebuah diagram batang karena satuan waktunya berbeda.
Walaupun satuannya dibuat sama, akan terlihat ketimpangan pada diagram batangnya, sehingga datanya tidak dapat disajikan dengan baik.
Coba perhatikan, rata-rata contoh soal menjodohkan dekomposisi sampah anorganik adalah ratusan tahun. Jika ingin dijadikan dalam bulan atau minggu, maka akan sangat besar angkanya, hingga mencapai ribuan bulan atau minggu. Sedangkan, rata-rata waktu dekomposisi sampah organik adalah beberapa bulan atau minggu, paling lama hanya 5 bulan. Jadi, data waktu dekomposisi sampah organik sebaiknya tidak digabungkan dengan data waktu dekomposisi sampah anorganik dalam sebuah diagram batang.
Klik selanjutnya.
Hasil belajar yang diperoleh akan membantu seorang pendidik dalam menentukan tindak lanjut yang harus dilakukan. Mengadakan pengayaan apabila hasil belajar baik dan melaksanakan remedial apabila hasil belajar kurang baik. Guru harus menyiapkan rubrik penilaian terlebih dahulu sebelum melaksanakan penilaian.
Berikut ini contoh rubrik penilaian 1.
Contoh Rubrik Penilaian Pengetahuan (Kognitif) • Latest Posts • PERAN GURU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING • KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN HARIAN • TES URAIAN DAN TES OBJEKTIF • 4 KOMPETENSI GURU INDONESIA • MODEL JARING-JARING KUBUS • Animasi Jaring-jaring Kubus, Balok/Prisma dan Limas • MENENTUKAN JUMLAH SUDUT SEGITIGA • MENENTUKAN JUMLAH SUDUT SEGITIGA • KODE ETIK GURU INDONESIA • Rintangan Meningkatkan Mutu Pendidikan • Categories • Uncategorized (13) v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:””; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:”Times New Roman”,”serif”;} TES URAIAN DAN TES OBJEKTIF A.
Tes Uraian Tes uraian yang dalam literatur disebut juga (essay examination) contoh soal menjodohkan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pernyataan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan penyataan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. 1. Jenis-jenis tes uraian Jenis tes uraian dibedakan menjadi: a.
Uraian Bebas (Free Essay) Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pernyataan uraian bebas sifatnya umum. Contoh: 1. Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, Jelaskan dengan singkat ! 2. Bagaimana peran komputer dalam pendidikan ?
b. Uraian Terbatas Dalam uraian terbatas, dalam bentuk ini pernyaaan telah diarahkan kepada kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
Pembantasan bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut padang menjawabnya,serta indikator-indikatonya. Contoh: 1.
Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer ! 2. Sebutkan 5 komponen dalam komputer ? Jenis tes uraian yang disebut juga soal-soal berstuktur. Soal berstuktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya.
Soal yang berstruktur berisi unsur – unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian sub soal. Sehubungan dengan kedua bentuk uraian diatas, Depdikbut sering menyebutkan dengan istilah lain, yaitu Bentuk Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BNUO). 1. Bentuk Uraian Objektif (BUO) Bentuk uraian seperti ini memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relati lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif. Dalam penskoran bentuk soal contoh soal menjodohkan objektif, skor hanya dimungkinkan menggunakan dua kategori, yaitu benar atau salah.
Untuk setiap kata kunci yang benar diberi skor 1 (satu) dan untuk kata kunci yang dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0 (nol). Adapun langkah-langkah pemberian skor soal bentuk uraian objektif adalah : a. Tuliskan semua kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas untuk setiap soal.
b. Setiap kata kunci yang dijawab benar diberi skor 1. Tidak ada skor setengah untuk jawaban yang kurang sempurna. Jawaban yang diberi skor 1 adalah jawaban sempurna, jawaban lainya adalah 0. c. Jika satu pertanyaan memiliki contoh soal menjodohkan subpetanyaan, perincilah kata kun ci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kuunci subjawaban dan buatkan skornya.
d. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebut. Jumlah skor ini disebut skor maksimum. Contoh : Indikator : menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan ukuranya. Soal : sebuah bak penampung air berbentuk balok berukuran panjang 100 cm, lebar 70 cm dan tinggi 60 cm.
Berapa liter isi bak penampung mampu menyimpan air ? Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Objektif Langkah Kriteria Jawab Skor 1 Rumus isi balok = panjang x lebar x tinggi 1 2 = 100 cm x 70 cm x 60 cm 1 3 = 420.000 cm 3 1 4 Isi balok dalam liter : 1 5 = 420 liter 1 Contoh soal menjodohkan maksimum 5 2. Bentuk Uraian Non-Objektif (BUNO) Bentuk soal seperti ini memiliki rumusan jawaban yang sama dengan rumusan jawaban uraian bebas, yaitu menuntut peserta didik untuk mengigat dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan) gagasan – gagasan pribadi atau hal –hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga dalam penskorannya sangat memungkinkan adanya unsur subjektivitas.
Dalam penskoran soal bentuk uraian nonobjektif,skor di jabarkan dalam rentang. Besarnya rentang. Besarnya rentang skor ditetapkan oleh kompleksitas jawaban, seperti 0-1, 0-4, 0-6, 0-8,0-10 dan lain-lain.
Skor minimal harus 0, karena peserta didik yang tidak menjawab pun akan memperoleh skor minimal tersebut, sedangkan skor maksimum ditentukan oleh penyusunan soal dankeadaan jawaban yang ditentukan dalam soal tersebut. Adapun langkah-langkah pemberian skor untuk soal bentuk uraian nonobjektif adalah sebagai berikut: a. Tulisan garis – garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pegangan dalam pemberian skor. b. Tetapkan rentang skor contoh soal menjodohkan setiap kriteria jawaban.
c. Pemberian skor pada setiap jawaban bergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta didik d. Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban sebagai skor peserta didik.
Jumlah skor tertinggi dari setiap kriteria jawaban disebut skor maksimum dari suatu soal e. Periksalah soal dari setiap nomor dari semua peserta didiksebelum pindah ke nomor soal yang lain. Tujuannya untuk menghidari pemberian skor berbeda terhadap soal yang sama. f. Jika setiap butiran soaltelah selesai diskor,hitung jumlah skor perolehan peserta didik untuk setiap soal.
Kemudian hitunglah nilai tiap soal dengan rumus g. Jumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal.
Jumlah nilai ini disebut nilai akhir dari suatu perangkat tes yang di berikan. Contoh: Indikator : menjelaskan alasan yang membuat kita harus bangga sebagai bangsa Indonesia. Soal : Jelaskan alasan yang membuat kita perlu bangga sebagai bangsa Indonesia. Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Non-Objektif Kriteria Jawaban Rentang Skor Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam Indonesia 0-2 Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air Indonesia (Pemandangan alam, Geografis, dsb) 0-2 Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragaman budaya, suku, adat-istiadat tetapi dapat bersatu 0-3 Kebanggaan yang berkaitan dengan keramahtamahan masyarakat Indonesia 0-2 Skor Maksimum 9 Untuk meningkatkan objektivitas hasil pemeriksaan jawaban, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : 1.
Untuk memperoleh soal bentuk uraian yang contoh soal menjodohkan harus disusun rencana yang baik pula. Untuk ituharus diingat kembali prinsip-prinsip penyusunan tes dan langkah-langkah pengembangan tes secara umum 2. Dalam menulis soal bentuk uraian, guru harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalam dan panjang jawaban atau perincian jawaban yang mungkin diberikan oleh peserta didik.
Hal ini dimaksudkan agar dapat menghindari kemungkinan terjadinya keracunan soal dan dapat mempermudah pembuatan kriteriaatau pedoman penskoran 3. Setelah menulis soal, guru harus menyusun kunci contoh soal menjodohkan atau pokok-pokok jawabandan pedoman penskoran. Pedoman penskoran ini berisi tentang: a. Batasan atau kata-kata kunci untuk melaksanakan penskoran terhadap soal bentuk uraian objektif.
b. Kriteria jawaban digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal bentuk uraian nonobjektif 4. Semua identitas peserta didik harus disembunyikan agar tidak terlihat sebelum dan selama memeriksa, Jika memungkinkan, identitas peserta didik cukup diganti dengan kode tertentu 5.
Jauhkanlah hal-hal yang dapat mempengaruhi subjektivitas pemberian skor, seperti bentuk tulisan/ huruf, ukuran kertas, ejaan, struktur kalimat, kerapian, dll 2. Metode Pengoreksian Soal Bentuk Uraian a. Metode per nomor b. Metode per lembar c.
Metode bersilang 3. Menyusun soal bentuk uraian Agar diperoleh soal–soal bentuk yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut: vDari segi isi yang diukur Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisi suatau permasalahan, contoh soal menjodohkan aspek kongnitif lainnya.Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang ditanyakan.
vDari segi bahasa Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkadung dalam rumusan pertanyaan.bahasanya sederhana, singkat tetapi jelas apa yang ditanyakan.
Hindari bahas yang berbelit-belit, membingungkan, atau mengecoh siswa. vDari segi teknis penyajian soal Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif dari pada segi ingkup materinya.
vDari segi jawaban Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan yang jawabnnya belum pasti atau guru sendiri tidak tahu jawabannya, atau mengharapkan kebenaran jawabannya tersebut diperoleh dari siswa. 3. Kelebihan dan keunggulan tes uraian ini antara lain adalah : a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa,baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah –kaidah bahasa ; c.
Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis. d. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah (problem solving); e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpiki siswa.
4. Kelemahan atau kekurangan tes uraian ini antara lain : a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan,tidak seperti pada tes objektif yang dapat menyenangkan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan; b.
Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan,dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal – contoh soal menjodohkan yang menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya; c.
Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaanya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif contoh soal menjodohkan. 5. Penggunaan Tes Uraian Tes bentuk uraian digunakan apabila: 1. Kelompok yang akan dites kecil, dan tes itu tidak akan dilakukan berulang-ulang. 2. Tester(guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis. 3. Guru ingin menglebih mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa dari pada hasil yang telah dicapai.
4. Memiliki waktu yang cukup untuk menyusun tes. B. Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
hal ini memang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian). Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yag diajukan jauh lebih banyak dari tes uraian.
Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30 -40 buah soal. 1. Jenis- jenis tes objektif : a. Tes Benar Salah (B-S) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes benar salah adalah: 1) Buatlah pernyataan secara jelas, benar atau salah. Butir tes benar salah ini harus dinyatakan secara jelas dan bebas dari pengertian ganda. Ungkapan yang samar-samar hanya akan mengecoh para siswa dan menimbulkan kebingungan.
2) Hindarilah contoh soal menjodohkan yang bersifat spesifik, misalnya semua, selalu, tidak, tidak pernah, biasanya, kadang-kadang.
3) Hindari pernyataan-pernyataan negatif ganda. 4) Hindari petunjuk luar yang mengarah pada jawaban.
5) Bila mengukur hubungan sebab akibat gunakan satu proposisi yang benar. 6) Gunakan kalimat yang sederhana. 7) Hal-hal yang bersifat teknis lainnya perlu juga diperhatikan: jumlah soal hendaknya cukup banyak, soal yang harus dijawab dengan benar dan yang harus dijawab dengan salah, jumlahnya hendaknya seimbang, dan urutan soal-soal yang harus dijawab dengan benar dan harus dijawab dengan salah hendaknya tidak merupakan pola yang tetap.
Kelebihan dan kelemahan Tes Benar Salah disajikan pada bagan berikut: Kelebihan Tes Benar Salah Kelemahan Tes Benar Salah 1. Soal ini baik untuk hasil-hasil dimana hanya ada dua alternatif jawaban 2. Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca 3. Sejumlah soal relatif dapat dijawab dalam tipe tes secara berkala 4.
Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya. 1. Sulit menuliskan soal di luar tingkat pengetahuan yang bebas dari maksud ganda 2. Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik 3.Tidak ada informasi diagnostik dari jawaban yang salah 4. Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka. b. Tes Pilihan Ganda ( Multiple Choice) Tes pilihan ganda mengacu pada tes yang diujikan di mana siswa harus memilih salah satu dari beberapa pilihan. Tes ini mempunyai dua bagian, yaitu: • Batang tubuh, yaitu yang mengikutsertakan semua informasi yang diperlukan untuk memperkenalkan pertanyaan.
• Pilihan-pilihan, yang terdiri dari jawaban yang benar dan distraktor. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis butir tes pilihan ganda, adalah: 1) Hindari mengulangi kata-kata kunci. 2) Kalimat dalam tiap-tiap soal diusahakan dengan kalimat positif.
3) Jika mempergunakan kalimat negatif, hendaknya diberi penjelasan atau digarisbawahi. 4) Kalimat dari tiap-tiap butir soal harus jelas.
5) Hindari hubungan soal berikutnya dengan soal sebelumnya. 6) Selang-selinglah jawaban yang benar secara acak.
7) Kontrol kesulitan dalam soal dengan merubah alternatif jawaban. 8) Pastikan satu soal bebas dari pengaruh soal yang lain. 9) Jumlah option (pilihan) jangan terlalu banyak. Kelebihan dan kelemahan Tes Pilihan Ganda sebagai berikut: Kelebihan Tes Pilihan Ganda Kelemahan Tes Pilihan Ganda 1.
Hasil belajar dari yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur 2. Terstruktur dan petunjuknya jelas 3. Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik 4.
Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban 5. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya 1. Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama 2. Sulit menemukan pengacau 3. Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide 4. Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca yang baik c. Tes Menjodohkan Tes menjodohkan merupakan variasi dari tes pilihan ganda. Dengan mengubah ke dalam bentuk menjodohkan dapat dihindari pengulangan dari jawaban alternatif dan menyajikan soal-soal sama dalam bentuk yang lebih komplek.
Tes menjodohkan terdiri dari serangkaian pernyataan yang disebut premis dan serangkaian jawaban alternatif yang disebut respons.
Ini semua disusun dalam kolom dengan petunjuk-petunjuk yang mengatur aturan-aturan untuk memasangkan/menjodohkan. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis tes menjodohkan: a. Diusahakan hanya materi-materi yang homogen dalam serangkaian soal.
b. Diusahakan urutan-urutan soal singkat dan tempatkan jawaban secara singkat di sebelah kanan. c. Jumlah respon lebih banyak dari premis. d. Petunjuk harus jelas, apakah satu respon hanya dipakai satu kali atau lebih dari satu kali.
e. Serangkaian soal menjodohkan ditulis dalam halaman yang sama. Kelebihan dan kelemahan tes menjodohkan sebagai berikut: Kelebihan Tes Menjodohkan Kelemahan Tes Menjodohkan 1. Suatu bentuk yang efisien diberikan di mana sekelompok respon sama menyesuaikan dengan rangkaian isi soal 2. Waktu membaca dan merespon relatif singkat 3. Mudah untuk dibuat 4.
Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya 1. Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat tafsiran 2. Sulit menyusun soal yang mengandung sejumlah respons yang homogen 3.Mudah terpengaruh dengan petunjuk yang tidak relevan d. Tes Isian Singkat dan Jawaban Pendek ( Melengkapi) Tes bentuk isian singkat dan jawaban pendek keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam bentuk persoalan yang disajikan.
Jika masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan, maka tes itu menjadi bentuk jawaban pendek, dan apabila disajikan dalam bentuk pernyataan yang belum selesai, maka tes itu menjadi bentuk isian singkat. Dalam mempersiapkan soal-soal bentuk ini perlu diperhatikan hal-hal berikut: a) Hati-hati terhadap soal-soal isian yang terbuka. Contoh soal menjodohkan yang diinginkan harus benar-benar dibatasi. b) Titik-titik lebih baik diletakkan pada ujung pernyataan dari pada di depan.
c) Di dalam satu pernyataan janganlah terlalu banyak yang dikosongkan. d) Jika masalahnya memerlukan jawaban yang berupa angka, nyatakanlah satuan-satuan tertentu dari perhitungan itu. Kelebihan dan kelemahan tes isian singkat/jawaban pendek sebagai berikut: Kelebihan Tes Isian Singkat/Jawaban Pendek Kelemahan Tes Isian Singkat/Jawaban Pendek 1.
Mudah dalam pembuatan 2. Kemungkinan menebak jawaban sangat sulit 3. Cocok untuk soal-soal hitungan 4. Hasil-hasil pengetahuan dapat diukur secara luas 1. Sulit menyusun kata-kata yang jawabannya hanya satu 2. Tidak cocok untuk mengukur hasil-hasil belajar yang komplek 3. Contoh soal menjodohkan menjemukan dan memakan waktu banyak Latihan Soal : 1. Apa yang dimaksud dengan tes objektif dan tes uraian ?
Jawab: Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. hal ini contoh soal menjodohkan dilakukan contoh soal menjodohkan mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian). Tes uraian adalah pernyataan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan penyataan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
2. Sebutkan jenis-jenis tes uraian dan tes objektif ? Jawab: Jenis tes uraian dibedakan menjadi: a. Uraian Bebas (Free Essay) b. Uraian Terbatas Jenis- jenis tes objektif : a.
Contoh soal menjodohkan Benar Salah (B-S) b. Tes Pilihan Contoh soal menjodohkan ( Multiple Choice) c. Tes Menjodohkan d. Tes Isian Singkat dan Jawaban Pendek ( Melengkapi) 3.
Sebutkan ketentuan ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis tes menjodohkan ? Jawab : Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis tes menjodohkan: • Diusahakan hanya materi-materi yang homogen dalam serangkaian soal.
• Diusahakan urutan-urutan soal singkat dan tempatkan jawaban secara singkat di sebelah kanan. • Jumlah respon lebih banyak dari premis. • Petunjuk harus jelas, apakah satu respon hanya dipakai satu kali atau lebih dari satu kali. • Serangkaian soal menjodohkan ditulis dalam halaman yang sama. 4. Dari segi apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal bentuk uraian ?
Jawab : Yang harus diperhatikan dalam bentuk soal uraian, yaitu: 1. Dari segi isi yang diukur 2. Dari segi bahasa 3. Dari segi teknis penyajian soal 4. Dari segi jawaban 5. Sebutkan kelemahan dan kelebihan tes benar salah ? Jawab : · Kelebihan Tes Benar Salah a. Soal ini baik untuk hasil-hasil dimana hanya ada dua alternatif jawaban b. Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca c.
Sejumlah soal relatif dapat dijawab dalam tipe tes secara berkala d. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya. · Kelemahan Tes Benar Salah a. Sulit menuliskan soal di luar tingkat pengetahuan yang bebas dari maksud ganda b. Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik c. Tidak ada informasi diagnostik dari jawaban yang salah d. Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka.