MENU • Home • SMP • Agama • Bahasa Indonesia • Kewarganegaraan • Pancasila • IPS • IPA • SMA • Agama • Bahasa Indonesia • Kewarganegaraan • Pancasila • Akuntansi • IPA • Biologi • Fisika • Kimia • IPS • Ekonomi • Sejarah • Geografi • Sosiologi • SMK • S1 • PSIT • PPB • PTI • E-Bisnis • UKPL • Basis Data • Manajemen • Riset Operasi • Sistem Operasi • Kewarganegaraan • Pancasila • Akuntansi • Agama • Bahasa Indonesia • Matematika • S2 • Umum • (About Me) Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari.
Secara ilmiah, apakah minyak nabati termasuk zat aditif aditif makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal. Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan.
Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan mana yang berbahaya. Pengertian Zat Aditif Menurut Para Ahli 4.2. Sebarkan ini: • Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 003 Tahun 2012 zat aditif makanan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
Zat aditif atau Bahan Tambahan Pangan (BPT) didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu proses pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu, sifat, atau bentuk pangan (Permenkes RI No 329/ Menkes/ PER/ XII/ 76 dalam Amalia, Rizky.
2016). Jadi, zat aditif adalah bahan tambahan pada pangan yang ditambahkan baik dalam pemrosesan, pengolahan, pengemasan atau penyimpanan makanan untuk meningkatkan mutu, sifat, atau bentuk pangan.
Di Indonesia pemakaian zat aditif diatur oleh Departemen Kesehatan, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).
Penggunaan zat aditif pada makanan dengan tujuan tertentu ini terikat pada norma-norma yang harus dipatuhi, yang bersifat sebagai berikut : • Dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut. • Tidak mengurangi zat-zat esensial didalam makanan. • Mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan. • Menarik bagi konsumen tetapi tidak merupakan suatu penipuan. • Menurut (Belitz, 2009) Zat aditif makanan adalah apakah minyak nabati termasuk zat aditif atau campuran dari beberapa zat yang ditambahkan ke dalam makanan baik pada saat produksi, pemrosesan, pengemasan atau penyimpanan dan bukan sebagai bahan baku dari makanan tertentu.
Pada umumnya, zat aditif atau produk degradasinya akan tetap berada dalam makanan, akan tetapi dalam beberapa kasus zat aditif dapat hilang selama pemrosesan tentang Pangan Bahan Tambahan Pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Fungsi Zat Aditif bahan tambahan makanan (zat aditif) dikelompokkan menjadi 14, di antaranya, yaitu : • antioksidan dan antioksidan sinergis, • pengasam, penetral, • pemanis buatan, • pemutih dan pematang, • penambah gizi, • pengawet, • pengemulsi (pencampur), • pemantap dan pengental, • pengeras, • pewarna alami dan sintetis, • penyedap rasa dan aroma, MACAM-MACAM ZAT ADITIF Zat aditif dikategorikan dalam 2 jenis yaitu zat aditif sebagai bahan tambahan pangan (BTP) dan zat aditif non pangan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 235/MEN.KES/ PER/VI/1979 tanggal 19 Juni 1979 mengelompokkan BTM (Bahan Tambahan Makanan) berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 13 diantaranya sebagai berikut: • Antioksidan • Antikempal • Pengasam, penetral, dan pendapar • Enzim • Pemanis buatan • Pemutih • Penambah gizi • Pengawet • Pengemulsi, pemantap dan pengental • Pengeras • Pewarna alami dan sintetik • Penyedap rasa dan aroma • Sekuestran/ pengikat logam (Permekes RI No 722/Menkes/PER/XII/88) Macam-macam zat aditif pangan adalah sebagai berikut.
• Zat Aditif Pangan Zat aditif pangan dibedakan menjadi zat aditif alami dan buatan atau sintetis. Zat aditif alami merupakan zat aditif yang diperoleh dari bahan alami sedangkan zat aditif buatan merupakan zat aditif yang dihasilkan dari proses non alami atau secara kimiawi.
• Penyedap rasa Penyedap rasa adalah bahan tambahan makanan yang berfungsi menambah cita rasa (penyedap), mengembalikan cita rasa makanan itu sendiri yang mungkin hilang saat proses pemasakan dan memberikan cita rasa tertentu pada makanan. Penyedap rasa ada yang berasal dari bahan alami atau sintetis. Contoh penyedap rasa alami yaitu bawang putih, garam dapur, cabai.
• Bawang putih, selain sebagai pengawet bawang putih juga digunakan sebagai bahan penyedap. Mengandung alicin, sulfur dan iodin. • Garam dapur, merupakan penyedap sekaligus pengawet pada makanan yang biasanya digunakan oleh petani laut untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya dengan cara diasinkan.
Rasa asin pada garam dapur berasal dari natrium klorida (NaCl) dari air laut yang diuapkan. • Cabai, cabai yang berwarna merah digunakan sebagai penyedap rasa yang merangsang selera makan seseorang. Selain itu, cabai merah juga mengandung vitamin C dan vitamin A yang lebih banyak daripada cabai yang berwarna hijau.
Contoh penyedap rasa sintetis atau penyedap rasa buatan yaitu vetsin atau MSG (Monosodium Glutamat), nukleotida seperti guanosin monofosfat (GMP). Penyedap rasa sintetis ini berfungsi untuk memberi rasa gurih pada makanan (Lena, Kirara.
2017). • Pewarna Pewarna pangan juga ada yang berasal dari bahan alami maupun sintetis. Pewarna alami berasal dari tumbuhan atau hewan. Contoh pewarna alami yaitu kunyit yang memberikan warna kuning, daun pandan memberikan warna hijau, buah naga memeberikan warna merah dan lain sebagainya. Pewarna alami memiliki keunggulan lebih sehat untuk dikonsumsi daripada pewarna sintetis.
Namun, pewarna alami juga memiliki kekurangan yaitu cenderung memberikan aroma dan rasa khas yang tidak diinginkan, warnanya kurang menarik, mudah rusak karena pemanasan. Pada saat ini sebagian besar masyarakat tertarik dengan makanan apakah minyak nabati termasuk zat aditif berwarna-warni karena menarik untuk dimakan, sehingga banyak yang memakai pewarna sintetis karena memberikan warna yang kuat atau sesuai yang kita inginkan untuk mewarnai makanan supaya lebih menarik.
Bahan pewarna buatan lebih dipilih oleh masyarakat karena memiliki beberapa keunggulan yaitu harganya murah, warnanya lebih kuat, memiliki banyak pilihan warna dan tidak mudah rusak karena pemanasan. Contoh pewarna sintetis yaitu Brilliant blue FCF memberikan warna biru, Karmoisin, Eritrosin dan Ponceau 4R memberikan warna merah, Sunset Yellow FCF memberikan warna kuning, Cokelat HT memberikan warna coklat dan Fast Green FCF memberikan warna hijau (Lena, Kirara.
2017). Penyalahgunaan zat aditif pewarna sintetis pada makanan yang memberika warna mencolok yaitu Rhodamin B dan Methanyl yellow (Hernawan, Edi, dkk. 2016). • Pemanis Pemanis digunakan untuk memberikan atau menambah rasa manis apakah minyak nabati termasuk zat aditif lebih kuat pada makanan. Pemanis alami yang didapatkan dari tumbuhan atau hewan contonya gula pasir yang didapatkan dari sari tebu, gula jawa, gula aren, kulit kayu dan madu dari bunga atau lebah.
Sedangkan pemanis buatan diproduksi dan digunakan hanya karena mengurangi asupan gula yang tinggi kalori tanpa mengurangi rasa manis pada makanan atau minuman. Macam-macam pemanis yang biasa digunakan yaitu siklamat, sakarin dan aspartam.
Yang memiliki rasa getir atau pahit yaitu sakarin sedangkan siklamat dan aspartam tidak menimbulkan rasa pahit hanya rasa manisnya melebihi sukrosa (Falahudin,Irham. 2016). • Aspartam, tingkat kemanisannya 200 kali lebih manis dari gula tebu.
• Sakarin, tingkat kemanisannya 300 kali lebih manis dari gula tebu. • Kalium Asesulfam, tingkat kemanisannya 200 kali lebih manis dari gula tebu. • Siklamat (natrium siklamat atau kalium siklamat), tingkat kemanisannya 30 kali lebih manis dari gula tebu.
Tabel 1. Perbedaan pemanis alami dan pemanis buatan (Ramlawati, dkk. 2017) • Pengawet Bahan pengawet digunakan untuk mengawetkan pangan supaya bisa bertahan lebih lama untuk dapat dikonsumsi dalam kondisi baik.
Pengawetan bahan makanan dapat dilakukan secara fisika, biologi dan kimia. Pengawetan secara fisik yaitu dengan cara pembekuan, pemanasan, pendinginan, pengasapan, pengeringan, pengkalengandan penyinaran.
Pengawetan secara biologis dapat dilakukan dengan cara fermentasi atau peragian dan penambahan enzim, seperti enzim papain dan enzim bromelin. Pengawetan secara kimia bisa dengan penambahan pengawet yang diingkin. Ada 2 jenis pengawet yaitu pengawet alami dan pengawet sintetis.
Pengawet alami yang sering digunakan yaitu cuka, garam, bawang putih, gula. • Garam dapur, dapat apakah minyak nabati termasuk zat aditif makanan karena menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dalam makanan. Hal ini karena sifat garam yaitu higroskopis (menyerap kandungan air dalam makanan).
Pengawetan menggunakan garam memungkinkan daya simpan makanan lebih lama dibandingkan produk segarnya. Contoh ikan laut yang hanya tahan beberapa hari, jika diasinkan dapat tahan lami hingga berminggu-minggu.
• Cuka, bersifat asam yang mampu membunuh bakteri makanan. Larutan asam 4% dalam air merupakan asam cuka yang sering digunakan untuk mengawetkan buah atau sayuran untuk mencegah pertumbuhan jamur. • Bawang putih, mengandung allicin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada makanan. Pengawet sintetis yang boleh ditambahkan pada bahan pangan sesuai ijin Badan POM Indonesia pada tabel berikut. Tabel 2. Pengawet sintetis dan kegunaannya Pengawet Kegunaan Natrium Benzoat Sebagai pengawet minuman ringan, margarin, kecap, saus, manisan, buah kaleng.
Asam Benzoat Sebagai pengawet minuman ringan, margarin, kecap, saus, manisan, buah kaleng. Natrium Nitrit Sebagai pengawet untuk mempertahankan warna daging dan ikan. Asam Propionat Sebagai pengawet roti, keju dan mentega. Asam Sorbat Untuk menghambat pertumbuhan kapang dan ragi serta mengawetkan roti, keju, sari buah, dan acar.
(Lena, Kirara. 2017) • Pemberi aroma Pemberi aroma adalah zat yang memberikan aroma tertentu pada bahan pangan, sehingga makanan memiliki daya tarik untuk dinikmati.
Pemberi aroma alami yang sering digunakan yaitu daun jeruk (memberikan bau segar dan dapat menghilangkan bau amis pada ikan), minyak atsiri atau vanili (memberikan rasa dan aroma harum), serai (menambahkan aroma segar pada minuman penghangat tubuh). Sedangkan pemberi aroma sintetis yaitu pada tabel berikut.
Tabel 3. Pemberi aroma sintetis Pemberi Aroma Sintetis Aroma Yang Dihasilkan Etil Butirat Aroma dan rasa buah nanas Metil Butirat Aroma dan rasa buah apel Oktil Asetat Aroma dan rasa buah jeruk Amil Asetat Aroma dan rasa buah pisang Butil Asetat Aroma dan rasa buah murbei Propil Asetat Aroma dan rasa buah pir Etil Format Aroma dan rasa buah rum (Lena, Kirara. 2017) • Bahan pengasam Bahan pengasam adalah bahan pengatur keasaman pangan yang dapat menghilangkan rasa mual saat mengkonsumsi makanan.
Selain itu dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Bahan pengatur keasaman alami contohnya jeruk nipis yang biasanya digunakan pada soto atau minuman. Sedangkan bahan pengatur keasaman sintetis contohnya cuka (asam asetat), asam sitrat, asam laktat, asam tatrat, natrium bikarbonat dan amonium bikarbonat (Lena, Kirara. 2017). • Antioksidan Antioksidan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat menghambat. menunda, atau mencegah terjadinya kerusakan oksidatif dalam makanan.
(Santoso dalam Sari,2018). Definisi lain dari antioksidan adalah zat-zat yang apabila ada dalam konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi zat-zat yang dapat dioksidasi secara nyata dapat menunda atau mneghambat oksidasi substrat tersebut. Beberapa macam antioksidan yang aman digunakan dalam makanan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012, antioksidan alami diantaranya lesitin, vitamin C, tokoferol atau vitamin E.
Antioksidan sintetis diantaranya askorbil palmitat, Butil hidroksianisol atau BHA (digunakan untuk lemak dan minyak makanan), Butil hidroksitoluen atau BHT (digunakan untuk lemak, margarin dan minyak makanan), propil galat dan TBHQ. • Pengemulsi, pemantap dan pengental Zat aditif ini bila ditambahkan pada makanan dapat membantu pembentukan sistem dispersi yang homogen. Contoh Gom Arab yaitu bahan aditif alami yang berfungsi untuk mengemulsi minyak dan air supaya menyatu.
Garam alginat dan gliserin yaitu bahan aditif buatan yang berfungsi untuk memekatkan dan menstabilkan makanan sehingga bertekstur lembut. Selain itu, contoh lain yaitu agar-agar dan gelatin. • Pengeras Zat aditif ini bila ditambahkan pada makanan dapat membantu memperkeras makanan tersebut. Contoh pengeras sintetis yaitu kalium glukonat yang digunakan pada buah kalengan, alumunium amonium sulfat yang digunakan pada acar ketimun botol.
• Sekuestran Zat aditif ini bila ditambahkan pada makanan dapat membantu untuk mengikat ion logam polivalen. Contohnya asam fosfat pada lemak dan minyak makanan, kalium sitrat pada es krim, kalsium dinatrium EDTA.
• Antikempal Antikempal merupakan bahan tambahan yang dapat mencegah proses penggumpalan atau pengepalan yang terjadi pada makanan, seperti serbuk, tepung dan bubuk. Sehingga mudah dikemas dan dikonsumsi. Bahan ini biasanya ditemukan dalam susu (alumunium silikat), garam meja (kalsium aluminium silikat), dsb. (F. G. Winarno dan Titi Sulistyowati Rahayu, 1994, 24).
• Pemutih Pemutih merupakan bahan zat aditif yang digunakan untuk memutihkan bahan yang dicampurinya. Pemutih pada proses pembuatan tepung berguna untuk mempercepat proses pemutihan dan pemanggangan tepung sehingga dapat meningkatkan kualitas tepung.
Contoh zat aditif pemutih: asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat (F. G. Winarno dan Titi Sulistyowati Rahayu, 1994, 25). • Penambah gizi Zat aditif merupakan suatu zat yang ditambahkan pada suatu produk. Zat aditif penambah gizi merupakan zat aditif yang berguna untuk meningkan gizi dalam produk tersebut. Zat aditif yang ditambahkan dapat berupa mineral dan vitamin.
Contoh zat apakah minyak nabati termasuk zat aditif penambah gizi: asam askorbat dalam minuman kemasan, feri fosfat, vitamin A, vitamin D, dsb. (Regina, 2009). • Zat Aditif Non Pangan Zat aditif non pangan merupakan zat tambahan buatan labolatorium (zat tambahan sintetis) yang berbahaya jika dikonsumsi. Oleh karena itu, zat aditif ini tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi, baik dalam jumlah kecil atau besar. Akan tetapi, di lingkungan masyarakat zat aditif ini sering digunakan dalam penambahan bahan makan.
Hal ini dapat terjadi, karena harga bahan yang relative murah, sehingga banyak produsen yang mengunakan zat aditif tersebut dalam makanan tanpa memikirkan dampaknya bagi tubuh konsumen. Menurut Kirara Lena (2017:19) terdapat beberapa macam-macam zat aditif non pangan yang sering digunakan masyarakat yaitu: • Boraks Boraks merupakan bahan kimia yang digunakan dalam industry kertas, pengawet kayu, keramik, serta gelas.
Daya pengawet boraks disebakan oleh senyawa aktif asam borat (H 3BO 3). Asam borat merupakan antiseptic yang sering digunakan sebagai campuran bahan kosmetik dan pengobatan (luka kecil). Akan tetapi, beberapa masyarakat yang tidak bertanggung jawab banyak yang meggunakan boraks dalam penambahan makana (yang biasanya ada pada produk penjualan). Ciri makanan yang mengandung boraks adalah tekstur pada makanan menjadi lebih kenyal, tidak mudah putus, mengkilap dan tidak lengket.
Penggunaan boraks dalam jumlah besar maka akan berdampak buruk bagi tubuh. Boraks tidak dapan dikonsumsi atau digunakan pada luka luas, karena racun apakah minyak nabati termasuk zat aditif ada pada boraks dapat terserap dalam tubuh. Banyaknya boraks yang masuk dalam tubuh dapat tertimbun atau terakumulasi dalam organ.
Gangguan yang terjadi pada orang yang mengonsumsi boraks dapat berupa diare, muntah, pusing hingga kanker. • Formalin Formalin berasal dari senyawa kimia yaitu formaldehida.
Formaldehida yang apakah minyak nabati termasuk zat aditif dengan air disebut formalin. Formalin memiliki kegunaan sebagai bahan pestisida, pengawet tekstil, dan pembersih lantai. Selain itu, formalin juga digunakan dalam mengawetkan mayat atau preparat dalam praktikum. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang menyalahgunakannya. Formalin biasanya digunakan dalam mengawetkan makan, sehingga makan yang dijual dapat bertahan hingga waktu yang lama.
Sama halnya dengan boraks, formalin yang masuk dalam tubuh seseorang akan merusak organ orang tersebut. Beberapa makanan yang mengandung formalin memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Produk Makanan Ciri-ciri Ayam potong Berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
Ikan basah Tidak rusak dalam 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua bukan merah segar dan terdapat bau menyengat formalin.
Tahu Tekstur lebih kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga 3 hari serta berbau formalin. Ikan asin Tidak rusak hingga lebih dari 1 bulan, warna ikan putih bersih, tidak erbau ikan asin.
Mie basah Awet hingga 2 hari serta lebih kenyal. Bakso Tidak rusak hingga lebih dari 5 hari serta memiliki tekstur yang kenyal seperti karet. Tabel 4. Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin (Lena, Kirara. 2017) • Pewarna Tekstil Zat pewarna tekstil merupakan zat pewana yang dapat diserap oleh tekstil dan mudah dihilangkan. Dalam masyarakat banyak kasus penyalahgunaan zat pewarna tekstil pada makanan. Pewarna tekstil tidak boleh dikonsumsi karena pada pewarna tersebut terdapat banyak residu logam berat sehingga berbahaya bagi tubuh.
Kebanyakan masyarakat meggunakan pewarna tekstil karena harganya yang murah dan memiliki warna yang mencolok.
Warna makan yang dihasilkan pewarna tekstil cenderung berpendar serta terdapat titik-titik yang tidak merata. Selain itu, pewarna teksil juga dapat menyebabkan kanker karena bersifat karsiogenik. Beberapa contoh pewarna tekstil adalah brown FG, orane G, rhodamin B dan methanil yellow.
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya. Rhodamine B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan. Namun demikian penyelaahgunaan Rhodamine B sebagai zat pewarna pada makanan masih sering terjadi di lapangan dan diberikan di beberapa media massa.
Rhodamine B ditemukan pada mkanan dan minuman seperti kerupuk, sambal botol dan sirup.
(Putra,dkk. 2014) DAMPAK PENGGUNAAN ZAT ADITIF Zat aditif yang masuk dalam tubuh kita akan menghasilkan dampak, baik zat aditif pangan atau zat aditif non pangan. Kirara Lena (2017:21) memaparkan dalam bukunya bahwa setiap bahan aditif dapat digunakan sebagai penambah makan jika memang bahan tersebut digunakan dalam pengolahan pangan (zat aditif pangan), akan tetapi zat aditif pangan yang terlalu banyak dikonsumsi diatas ambang penggunaannya juga akan menimbulkan dampak bagi kesehatan, baik zat aditif pangan ataupun zat aditif non pangan.
Beberapa dampak yang dihasilkan oleh zat aditif, yaitu: • Pewarna Penggunaan pewarna pada makanan yang boleh dan aman digunakan adalah pewarna untuk makanan (food grade), bukan pewarna tekstil. Baik pewarna alami maupun pewarna buatan (sintetis). Selain itu, pewarna yang masuk dalam tubuh harus disesuaikan kadarnya. Jika suatu senyawa pewarna melebihi ambang batas pengonsumsiannya, maka akan menimbukan dampak negative bagi tubuh.
Contonya wortel.
Wortel merupakan suatu sumber makan yang mengandung betakaroten. Sementara itu betakaroten merupakan salah satu kumpulan dari karatenoid yang nantinya akan diubah menjadi vitamin A oleh tubuh. Wortel yang dikonsumsi secara berlebih akan menyebabkan tubuh mengalami perubahan warna kulit (carotemia).
Carotemia merupakan gangguan pada system pencernaan, diseabkan oleh serat yang dikonsumsi berlebih dapat mengganggu kelacaran usus dalam bekerja. Selain itu, dampak lainnya adalah hipotensi, lemas dan malas karena pada wotel mengadung lemak yang rendah.
Makanan yang megandung pewarna tekstil akan menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Hal ini karena pewarna tekstil bukan pewarna yag digunakan untuk makanan, yang mana pada pewarna tekstil mengandung residu logam berat yang dapat menumpuk dalm tubuh, dan akhirnya akan membuat tubuh menjadi rusak. Penggunaan pewarna tekstil pada makanan tidak dianjurkan, baik dalam jumlah kecil atau besar.
Beberapa zat pewarna yang diperbolehkan sebagai bahan makanan dan penyakit yang ditimbulkan: Zat Pewarna Penyakit yang Ditimbulkan Tartazin Meningkatkan hiperaktif anak.
Sunset yellow Kerusakan kromosom. Pounceau 4R Anemia. Carmoisine Menyebabkan kanker hati serta menimbulkan alergi. Quinolone yellow Hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid. Tabel 5. Zat pewarna yang diperbolehkan dan penyakit yang ditimbulkan (Lena, Kirara. 2017) • Pemanis Senyawa pemanis sangan penting bagi tubuh, yang mana dapat diubah menjadi cadangan energi.
Salah satu contoh dari pemanis yaitu siklamat. Menurut Effendy, dkk (2016) dampak penggunaan siklamat dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Dampak positif siklamat yakni dapat digunakan untuk membantu dalam manajemen berat badan, pencegahan karies gigi, kontrol glukosa darah penderita diabetes apakah minyak nabati termasuk zat aditif, dan juga dapat digunakan untuk menggantikan gula dalam makanan.
Dampak negatif penggunaan BTP berlebih untuk jangka pendek adalah sakit perut, diare, demam, sakit kepala, mual, dan muntah, sedangkan efek jangka panjang dapat menyebabkan memicu timbulnya kanker atau karsinogenik, gangguan saraf, gangguan fungsi hati, iritasi lambung, dan perubahan fungsi sel. Akan tetapi mengonsumsi pemanis yang berlebih dapat menggangu kesehatan pula.Dampak dari mengonsumsi pemanis yang berlebih yaitu kanker kandung kemih serta tumor.
Hal ini terjadi ketika menggunakan pemanis non nutritive (sakarin dan siklat). Selain itu, dapat pula menimbulkan penyakit diabetes. • Pengawet Ada beberapa pengawet yang diperbolehkan dalam mengawetkan makan seperti garam dan gula. Selain itu ada pula beberapa senyawa pengawet yang diperbolehkan penggunaannya dalam makan serta dapat menimulkan dampak negative, yaitu: Zat Pengawet Penyakit yang Ditimbulkan Natamysin Mual, muntah, tidak nafsu makan dan diare.
Kalsium Asetat Kerusakan pada fungsi ginjal. Nitrit dan Nitrat Mempengaruhi system peredaran besar, keracunan, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal dan muntah. Kalsium Benzoate Dapat menyebabkan asma. Sulfur Dioksida Mempercepat serangan asma, dapat melukai lambung, mutasi genetic, kanker dan alergi. Kalsium dan Natrium Propionate Jika berlebihan maka akan menyebabkan migren, kelelahan dan kesulitan tidur.
Natrium Metasulfat Alergi pada kulit Tabel 6. Zat pengawet yang diperbolehkan dan penyakit yang ditimbulkan (Lena, Kirara. 2017) Selain itu, ada pula pengawet yang dilarang penggunaannya dalam makanan, yaitu: Zat Pengawet Penyakit yang Ditimbulkan Formalin Kanker paru-paru, gangguan alat pencernaan, penyakit jantung serta dapat merusak system saraf. Boraks Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjalserta gangguan pada otak dan hati.
Tabel 7. Zat pengawet yang tidak diperbolehkan dan penyakit yang ditimbulkan (Lena, Kirara. 2017) • Penyedap Rasa Penyedap rasa merupakan senyawa yang digunakan untuk meyedapkan makanan dengan memperkuat rasa daging. Penyedap rasa yang sering digunakan berupa Mononatrium Glutamate dan Monosodium Glutamate.
Dengan adanya penyedap rasa, makanan akan lebih enak dan nikat. Akan tetapi jika penyedap rasa digunakan melebihi batas ambang penggunaanya maka akan menimbulkan kerusakan pada organ tubuh. Seperti halnya dengan penggunaan Mononatrium Glutamate dan Monosodium Glutamate apakah minyak nabati termasuk zat aditif berlebih maka akan menyebabkan kelaianan hati, trauma, stress, demam tinggi, migran, asma, ketidakmampuan dalam belajar hingga depresi.
Upaya Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif Penggunaaan zat aditif pada makanan sering kali menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak yang paling sering muncul adalah dari penggunaan bahan aditif sintetik karena menggunakan bahan kimia hasil olahan industri. Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan bahan aditif, kita perlu berhati – hati dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan zat aditif makanan adalah sebagai berikut. • a) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif tidak berlebihan. • b) Teliti memilih makanan yang mengandung zat aditif dengan memeriksa kemasan, karat atau cacat lainnya.
• c) Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Biasanya makanan yang mencolok warnanya mengandung pewarna tekstil. • d) Cicipi rasa makanan tersebut. Lidah juga cukup jeli membedakan mana makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah bergetar.
Biasanya makanan-makanan seperti itu mengandung penyedap rasa dan penambah aroma berlebih. • e) Memilih sendiri zat aditif yang akan digunakan sebagai bahan makanan. • f) Menggunakan zat aditif yang berasal dari alam. • g) Perhatikan kualitas makanan dan tanggal produksi dan serta kadaluarsa yang apakah minyak nabati termasuk zat aditif pada kemasan makanan yang akan dikonsumsi.
• h) Baui juga aromanya. Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme. • i) Amati komposisi serta bahan – bahan kimia yang terkandung dalam makanan dengan cara membaca komposisi bahan pada kemasan. • j) Memeriksa apakah makanan yang akan dikonsumsi telah terdaftar di Departemen Kesehatan atau belum. Baca Juga : • Zat Adiktif Dan Psikotropika : Pengertian, Macam, Contoh, Dampaknya • Pengertian Dan Macam Klasifikasi Zat DAFTAR PUSTAKA Amalia, Rizky.
2016. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Android Materi Zat Aditif Dan Zat Adiktif Untuk Tingkat Smp Kelas VIII. Malang : FMIPA UM Falahudin, Irham. 2016. Uji Kandungan Siklamat Pada Legen Jamu Gendong Di Kelurahan Sekip Jaya Palembang.
Jurnal Biota. Vol (2:141) Hernawan, Edi, dkk. 2016. Analisis Zat Aditif Rhodamin B Dan Methanyl Yellow Pada Makananyang Dijual Di Pasaran Kota Tasikmalaya, Jurnal Kesehatan, Vol (17 : 16) Sari Dwi, Nikita. 2017. Pengembangan Mini Ensiklopedia Food Additives Antioksidan Dan Pemanis. Malang : FMIPA UM Siswanti Lena, Kirara. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu Dengan Model Pembelajaran Problem Base Learning (PBL) Pada Materi Zat Aditif Dan Zat Adiktif Untuk Siswa SMP/Mts Kelas VIII.
Malang : FMIPA UM Peraturan Kepala BPOM RI No.38 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Antioksidan Ramlawati, dkk. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG Mata Pelajaran IPA BAB IX Zat Aditif dan Adiktif Serta Sifat Bahan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan • Ranny Yulia Effendi, S. Ranny Yulia., Fardian,Nur., Maulina, Fury.
2016. Uji Kualitatif d an Kuantitatif Kandungan Pemanis Buatan Siklamat p ada Selai Roti d i Kota Lhokseumawe Tahun 2016. Dari: ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/453/376 Putra, Ilham Rizka., Asterina., Isrona, Laila. 2014. Gambaran Zat Pewarna Merah pada Saus Cabai yang Terdapat pada Jajanan yang Dijual di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Padang Utara. Dari: jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/108 Hidayati, Sri dkk.2009.
Sains Biologi 2 SMA/MA.Jakarta: Bumi Aksara Puspita, Diana. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sebarkan ini: • • • • • Posting pada Fisika, IPA, SMA, SMP, Umum Ditag aditif bahan bakar, aditif oli, apa guna zat aditif tersebut, apa tujuan penggunaan zat aditif, apa yang dimaksud zat pengawet, bagaimana cara penggunaan zat aditif brainly, bahan pengeras makanan yang aman, bahan tambahan makanan, bahan tambahan pangan pdf, bahan tambahan pangan yang dilarang, bahan yang dapat memberikan rasa manis adalah, bersifat aditif adalah, contoh makanan yang mengandung bahan kimia, contoh pemanis alami, contoh pengatur keasaman alami, contoh zat aditif, contoh zat aditif alami, contoh zat aditif alami dan buatan brainly, contoh zat aditif buatan, contoh zat aditif penyedap alami dan buatan, dampak negatif bahan tambahan makanan, dampak negatif zat aditif, dampak penggunaan zat aditif, dampak zat aditif, efek adiktif obat adalah, efek samping pengatur keasaman, efek samping zat adiktif, fungsi btp, fungsi zat aditif, glukosa termasuk zat aditif apa, jenis jenis zat aditif, jenis-jenis zat aditif berdasarkan fungsinya, macam macam zat adiktif, macam macam zat aditif dan fungsinya, macam macam zat aditif dan manfaatnya, makalah zat aditif, manfaat zat adiktif, manfaat zat aditif, pemanis alami contohnya, pengertian zat aditif pada bensin, penyedap rasa dan aroma penguat rasa, perbedaan zat aditif alami dan buatan, perbedaan zat aditif dan adiktif, premiks vitamin termasuk zat aditif apa, sebutkan 25 contoh makanan awetan nabati, sebutkan 3 contoh penyedap alami, sebutkan tiga contoh zat aditif yang biasa digunakan dalam makanan beserta kegunaannya, tabel zat aditif pada makanan, teknik subtraktif adalah, zat adiktif, zat adiktif adalah, zat aditif adalah brainly, zat aditif alami, zat aditif amaranth, zat aditif berbahaya, zat aditif dan adiktif, zat aditif dan adiktif psikotropika, zat aditif kelas 8, zat aditif pada beng beng, zat aditif pada chitato, zat aditif pada makanan dan minuman, zat aditif pada makanan pdf, zat aditif pada makanan ringan, zat aditif pada puding, zat aditif pada slai olai, zat aditif pdf, zat aditif pemberi aroma, zat aditif ppt Navigasi pos Pos-pos Terbaru • Pengertian Coelentarata – Ciri, Habitat, Reproduksi, Klasifikasi, Cara Hidup, Peranan • Pengertian Gerakan Antagonistic – Macam, Sinergis, Tingkat, Anatomi, Struktur, Contoh • Pengertian Dinoflagellata – Ciri, Klasifikasi, Toksisitas, Macam, Fenomena, Contoh, Para Ahli • Pengertian Myxomycota – Ciri, Siklus, Klasifikasi, Susunan Tubuh, Daur Hidup, Contoh • “Panjang Usus” Definisi & ( Jenis – Fungsi – Menjaga ) • Pengertian Mahasiswa Menurut Para Ahli Beserta Peran Dan Fungsinya • “Masa Demokrasi Terpimpin” Sejarah Dan ( Latar Belakang – Pelaksanaan ) • Pengertian Sistem Regulasi Pada Manusia Beserta Macam-Macamnya • Rangkuman Materi Jamur ( Fungi ) Beserta Penjelasannya • Pengertian Saraf Parasimpatik apakah minyak nabati termasuk zat aditif Fungsi, Simpatik, Perbedaan, Persamaan, Jalur, Cara Kerja, Contoh • Contoh Soal Psikotes • Contoh CV Lamaran Kerja • Rukun Shalat • Kunci Jawaban Brain Out • Teks Eksplanasi • Teks Eksposisi • Teks Deskripsi • Teks Prosedur • Contoh Gurindam • Contoh Kata Pengantar • Contoh Teks Negosiasi • Alat Musik Ritmis • Tabel Periodik • Niat Mandi Wajib • Teks Laporan Hasil Observasi • Contoh Makalah • Alight Motion Pro • Alat Musik Melodis • 21 Contoh Paragraf Deduktif, Induktif, Campuran • 69 Contoh Teks Anekdot • Proposal • Apakah minyak nabati termasuk zat aditif WhatsApp • Contoh Daftar Riwayat Hidup • Naskah Drama • Memphisthemusical.Com Apa saja zat aditif pada makanan yang paling umum, dan apa efeknya untuk kesehatan?
1. MSG MSG (monosodium glutamat) alias mecin adalah zat aditif yang digunakan sebagai penyedap rasa makanan.
Tidak hanya terbatas pada makanan kemasan dan cepat saji, masakan rumahan pun sering juga ditambahkan mecin agar rasanya makin lezat. Efek MSG terhadap kesehatan sampai saat ini masih jadi topik perdebatan hangat.
Beberapa pakar berpendapat mecin bisa menyebabkan masalah pada saraf dan kerja otak sehingga bikin Anda jadi apakah minyak nabati termasuk zat aditif. Kebanyakan makan mecin juga diduga kuat menjadi penyebab Anda sering sakit kepala dan mal-mual, sebagai gejala Chinese Restaurant Syndrome. Sementara itu, sejumla penelitian lain tidak menemukan kaitan khusus antara konsumsi MSG dengan masalah kesehatan. Terlepas dari kontroversi seputar bahaya MSG, FDA sudah menyatakan MSG zat tambahan makanan yang aman digunakan.
Keputusan FDA ini disepakati pula oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), serta Kementerian Kesehatan RI. 2. Pewarna buatan Pewarna buatan adalah zat aditif pada makanan yang dipakai untuk mempercantik penampilan. Makanan yang berwarna cerah dan segar akan menarik minat orang-orang untuk membeli. Namun, tidak semua pewarna makanan aman digunakan.
Beberapa penelitian menunjukkan pewarna buatan dapat meningkatkan kecenderungan alergi anak dan hiperaktivitas pada anak dengan ADHD.
Tidak hanya itu. Beberapa pewarna makanan buatan diduga kuat dapat memicu kanker, misalnya biru berlian (Blue 1), allura red alias Red 40, dan pewarna karamel.
Merah 3, atau dikenal sebagai eritorisin, terbukti dapat meningkatkan risiko tumor tiroid. Meski baru sebatas penelitian pada hewan, peneliti yakin bahwa efeknya kemungkinan besar sama jika dikonsumsi oleh manusia. Ada baiknya untuk memilih makanan tanpa pewarna buatan, atau gunakan perwarna dari bahan-bahan alami (seperti daun suji untuk warna hijau) untuk menghindari risiko kemunculan penyakit.
3. Natrium nitrit Natrium nitrit merupakan zat pengawet dalam daging olahan yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Selain itu, zat aditif pada makanan ini juga menambah rasa asin dan membuat daging kalengan terlihat pink kemerahan seperti daging segar. Sayangnya jika terkena suhu panas yang cukup tinggi, zat ini dapat berubah bentuk menjadi nitrosamin. Nitrosamin dikenal sebagai zat penyebab kanker usus besar, kanker payudara, kanker kandung kemih, dan juga kanker perut.
Untuk itu, usahakan untuk memakan dan memproses daging segar sendiri untuk menurunkan risiko penyakit kanker. 4. Sirup jagung tinggi fruktosa Sirup jagung fruktosa merupakan pemanis buatan yang sering ditemukan dalam soda, jus, permen, sereal, dan berbagai makanan ringan. Sebuah penelitian membuktikan bahan ini dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes jika sering dikonsumsi dalam porsi berlebihan.
Selain itu, zat yang satu ini juga dapat memicu peradangan dalam sel yang bisa mengakibatkan berbagai penyakit serius seperti penyakit jantung dan kanker.
Penelitian juga membuktikan pemanis ini tidak mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Sebagai gantinya, pilih makanan dan minuman tanpa gula buatan tambahan. Anda bisa menambahkan madu murni sebagai pengganti gula yang lebih sehat. 5. Pemanis buatan Pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, dan lainnya banyak digunakan dalam makanan dan minuman manis rendah kalori.
Penelitian membuktikan bahwa pemanis apakah minyak nabati termasuk zat aditif dapat membantu menurunkan berat badan dan membantu mengelola kadar gula darah di dalam tubuh. Meski lazim digunakan sebagai pengganti gula pasir yang lebih sehat, konsumsi pemanis buatan yang berlebihan juga belum tentu baik untuk kesehatan. Untuk menghindari risiko masalah, para ahli menganjurkan pemanis buatan dikonsumsi tetap sewajarnya saja.
6. Natrium benzoat Natrium benzoat adalah zat aditif pada makanan asam serta minuman bersoda. FDA, badan keamanan obat dan pangan milik Amerika Serikat, telah menyatakan natrium benzoat aman untuk dikonsumsi.
Meski begitu, beberapa penelitian menunjukkan kombinasi natrium benzoat dan pewarna makanan buat dapat meningkatkan kecenderungan hiperaktivitas pada anak. Selain itu, natrium benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C juga dapat berubah menjadi benzena, zat yang dapat meningkatkan risiko kanker.
Maka, ada baiknya teliti sebelum membeli.
Hindari makanan dan minuman yang mengandung asam benzoat, natrium benzoat, benzena, atau benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C seperti asam sitrat atau asam askorbat. 7. Perasa buatan Beberapa minuman dan makanan kemasan dengan embel-embel “rasa asli” kadang mendapatkan rasanya dengan bantuan perasa buatan.
Penelitian yang dilakukan pada hewan menemukan bukti bahwa perasa buatan ini memiliki beberapa efek negatif terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. Sebuah penelitian yang dikutip dari Healthline menyatakan bahwa produksi sel darah merah pada tikus berkurang setelah diberikan perasa buatan selama tujuh hari berturut-turut.
Selain itu, perasa buatan tertentu seperti coklat dan stroberi memiliki efek racun pada sel sumsum tulang. Sementara perasa anggur, plum, dan jeruk dapat menghambat pembelahan sel dan memiliki efek racun bagi sumsum tulang.
Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat efeknya pada manusia. Maka, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan dengan perasa buatan. Usahakan untuk membeli makanan atau minuman yang diracik menggunakan bahan-bahan alami untuk bisa menikmati rasa aslinya. 8. Lemak trans Lemak trans ( trans fat) merupakan minyak sayur terhidrogenasi yang biasanya ditemukan dalam margarin, biskuit, pop corn, makanan yang digoreng, hingga krimer. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa lemak trans dapat meningkatkan kolesterol jahat LDL yang lambat laun meningkatkan risiko penyakit jantung.
Untuk itu, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak trans. Selain itu, gunakan jenis minyak nabati lain yang lebih aman untuk memasak seperti minyak zaitun, minyak kanola, dan minyak biji bunga matahari. Batasi konsumsi makanan yang mengandung zat tambahan Selain delapan jenis zat aditif di atas, sebenarnya masih banyak lagi zat kimia yang ditambahkan ke dalam makanan cepat saji.
Semakin banyak porsi yang Anda konsumsi dan beragam jenisnya, semakin tinggi pula risikonya untuk kesehatan. Oleh sebab itu, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan olahan dan kemasan yang banyak mengandung zat aditif. Siasati dengan memasak sendiri menggunakan bahan-bahan alami nan segar. Untuk menguatkan rasa, Anda bisa gunakan berbagai rempah penyedap daripada pakai garam atau MSG. Food Additives https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/ConditionsAndTreatments/food-additives accessed on May 7th 2018 12 Common Food Additives — Should You Avoid Them?
https://www.healthline.com/nutrition/common-food-additives#section7 accessed on May 7th 2018 12 Dangerous Food Additives https://www.livestrong.com/article/518584-foods-that-have-bha/ accessed on May 7th 2018
Pos-pos Terbaru • 5 Teori Fisika Yang Belum Terpecahkan [WAJIB BACA] • Contoh Bilangan Cacah Lengkap • Tips Belajar Bahasa Inggris Dengan Mudah [WAJIB BACA] • 3 Manfaat Mempelajari Biologi di Bidang Pertanian Lengkap • Pengertian dan Analisis Kelayakan Pembiayaan Bank Syariah • Kumpulan Rumus Matematika Lengkap Dengan Keterangannya • Pengertian, Tujuan dan Jenis Algoritma Kriptografi Lengkap • Reorientasi UUD 1945 Sebagai Pandangan Tokoh Bangsa • Pengertian dan Sejarah Nuzulul Qur’an • Sejarah dan Biografi Singkat Abu Bakar As-Siddiq • Pengertian dan Ciri Pantun Teka-Teki beserta Contohnya • Pengertian dan Ciri-ciri Puisi • Pengertian dan Unsur Seni Rupa • Pengertian Perekonomian Syariah Beserta Tujuan dan Manfaatnya • 3 Macam Seni di Indonesia Dengan Contohnya • Menghitung Jasa Perantara, Harga Pokok, Jual dan Hasil Usaha • [SEJARAH] Isi Tindak Lanjut Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Lengkap • 60 Soal Essay Biologi Tentang Tumbuhan Dengan Jawaban • 25 Istilah Dalam Internet Yang Perlu Diketahui • Pengertian dan Bentuk Negara Dari Teori Negara Modern • Afrikaans • العربية • Azərbaycanca • Беларуская • Беларуская (тарашкевіца) • Български • Català • Dansk • Deutsch • Ελληνικά • English • Esperanto • Español • Eesti • Euskara • فارسی • Suomi • Français • Gaeilge • Galego • हिन्दी • Íslenska • Italiano • 日本語 • Jawa • 한국어 • Кыргызча • Lietuvių • മലയാളം • मराठी • Bahasa Melayu • Nederlands • Norsk nynorsk • Norsk bokmål • Ирон • Polski • Português • Runa Simi • Română • Armãneashti • Русский • Саха тыла • Scots • Srpskohrvatski / српскохрватски • Simple English • Српски / srpski • Svenska • ไทย • Türkçe • Українська • اردو • Tiếng Việt • 中文 Minyak kacang Minyak nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan.
Minyak ini digunakan sebagai makanan, bahan penggorengan, pelumas, bahan bakar, bahan pewangi ( parfum), pengobatan, dan berbagai penggunaan industri. Beberapa jenis minyak nabati yang umum digunakan ialah minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak zaitun, minyak lobak, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
Margarin adalah mentega buatan yang terbuat dari minyak nabati. • Halaman ini terakhir diubah pada 9 April 2020, pukul 20.05. • Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
• Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • •
Jakarta - Zat aditif makanan umumnya sering digunakan oleh banyak produsen sebagai bahan makanan dan minuman yang dijual oleh mereka. Lantas, apa itu zat aditif pada makanan? Zat aditif makanan merupakan bahan yang berguna apakah minyak nabati termasuk zat aditif makanan agar tetap segar dan tahan lama.
Bahkan, zat aditif juga berguna untuk meningkatkan cita rasa pada suatu makanan. Baca juga: 5 Jenis Makanan dengan Zat Aditif yang Harus Dihindari Apakah minyak nabati termasuk zat aditif aditif makanan umumnya ditambahkan saat makanan tersebut diolah, disimpan, ataupun dikemas.
Sayangnya, sejumlah zat aditif pada makanan memiliki efek samping yang buruk untuk kesehatan, seperti merusak otak ataupun memicu penyakit kanker. Zat Aditif Makanan Dikutip dari berbagai sumber, Sabtu (1/1/2022), berikut zat aditif pada makanan yang harus dihindari. 1. Monosodium Glutamate (MSG) Monosodium glutamate atau disingkat MSG merupakan zat aditif pada makanan yang digunakan untuk meningkatkan rasa gurih. Bahan ini biasanya digunakan untuk makanan olahan, makanan beku, makanan ringan, dan makanan kalengan.
Bahkan, juga digunakan apakah minyak nabati termasuk zat aditif restoran-restoran yang menyediakan makanan cepat apakah minyak nabati termasuk zat aditif. Salah satu penelitian pada tahun 1969, mengujicobakan MSG pada hewan tikus. Hasilnya, banyak tikus yang ditemukan mengidap neurologis berbahaya dan gangguan pertumbuhan atau perkembangan apakah minyak nabati termasuk zat aditif.
Jika MSG diklaim sangat bahaya untuk tikus, bagaimana dengan manusia? MSG diketahui dapat menyebabkan sakit kepala, masalah jantung, kerusakan otak, dan masalah lainnya jika dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka waktu yang panjang. 2. Pewarna makanan buatan Pewarna makanan buatan berguna untuk meningkatkan penampilan suatu makanan, seperti permen, kue, dan lainnya. Mengutip dari Healthline, ada sejumlah pewarna makanan tertentu yang menyebabkan reaksi alergi dan dapat meningkatkan hiperaktif pada anak-anak.
Bahkan, pewarna makanan juga dapat memicu penyakit kanker. Untuk itu, berhati-hatilah dalam menggunakan pewarna makanan yang berlebih dan usahakan mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi daripada pewarnanya. 3. Pemanis buatan Selain makanan, zat aditif juga ditemukan di dalam minuman. Minuman-minuman yang dijual di pasaran banyak sekali menggunakan gula pemanis buatan sebagai tambahannya.
Padahal, gua pemanis buatan jauh lebih berbahaya daripada gula biasa loh. Aspartame, sakarin, dan sucralose adalah jenis pemanis buatan yang kerap ditemukan pada minuman soda, jus kemasan, dan lainnya. Pemanis buatan tidak hanya meningkatkan risiko diabetes, tetapi juga dapat menyebabkan obesitas. Lebih baik kurangi mengonsumsi soda atau minuman kemasan yang tidak sehat dan perbanyak asupan air putih. 4. Sirup jagung kaya fruktosa Sirup jagung kaya fuktosa merupakan zat aditif pada makanan yang berbentuk cair dengan rasa manis 6 kali lipat daripada manis tebu.
Sirup jagung kerap digunakan pada makanan olahan, seperti makanan ringan, bumbu, saus apel, roti, dan sereal. Bahan makanan ini dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes, kerusakan otak, IQ rendah, dan bisa membuat orang keracunan merkuri. Sebaiknya hindari konsumsi makanan yang rasa manisnya sangat tajam.
5. Minyak nabati dan lemak trans Konsumsi makanan yang mengandung minyak nabati dalam kadar tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti kanker dan jantung. Minyak nabati dapat berubah menjadi tengik lebih cepat dan bersifat racun dalam tubuh. Perlu dicatat nih, zat aditif makanan seperti minyak nabati kebanyakan berasal dari organisme hasil rekayasa genetik termasuk minyak canola, kedelai, dan jagung yang melalui proses hidrogenasi.
6. Sodium nitrite Sodium nitrite merupakan zat aditif pada makanan yang dapat ditemukan pada daging olahan. Zat aditif ini berguna sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri sekaligus menambahkan rasa asin dan warna merah muda pada daging. Berdasarkan penelitian, zat aditif sodium nitrite pada olahan daging dapat menyebabkan risiko kanker kolorektal, kanker payudara, dan kanker kandung kemih. 7. Guar gum Zat aditif makanan yang satu ini digunakan untuk mengentalkan makanan.
Guar gum biasanya digunakan oleh industri es krim, saus salad, saus, dan makanan kaleng. Meskipun kaya akan serat dan diklaim bagus untuk kesehatan, namun penggunaan guar gum yang berlebih akan menyebabkan penyumbatan pada kerongkongan atau usus kecil. Gejala yang ditimbulkan seperti kembung dan kram pada perut.
8. Karagenan Karagenan adalah zat aditif pada makanan yang diekstraksi dari rumput laut merah. Bahan ini sering kali digunakan sebagai agen pengental dalam produk-produk makanan. Dikutip dari Healthline, karagenan pada makanan dapat memberikan efek buruk pada kesehatan pencernaan, seperti tukak lambung dan peradangan usus. Oleh karena itu, jangan berlebihan mengonsumsi makanan kental dalam kemasan kaleng untuk menghindari masalah pencernaan. Berita Terkait • Tercemar Zat Pemicu Kanker, Obat Hipertensi Pfizer Ditarik dari Peredaran • Waduh!
Jenis Ikan Ini Diklaim Bisa Sebabkan Kanker • Sakit Perut Usai Minum Kopi? Ini 3 Penyebabnya • Mengandung Nitrosamin, Ikan Asin Bisa Picu Kanker Nasofaring • Viral Mi Instan Direbus Bersama Bungkusnya, Ini Komentar Ahli Kimia LIPI MOST POPULAR • 1 4 Anak RI Meninggal Diduga Hepatitis Misterius, Ini Status Vaksin COVID-nya • 2 Anak di Jatim Meninggal Diduga karena Hepatitis Misterius, Ini Gejala Awalnya • 3 Caisar Diduga Nyabu Saat Live TikTok, Begini Ciri-ciri Pemakai Sabu • 4 Ciri-ciri Hepatitis Akut pada Anak, Orangtua Wajib Tahu!
• 5 Kemenkes Buka Suara Kasus Anak Jatim Meninggal Diduga Hepatitis Misterius • 6 Eks Bos WHO Bicara soal Potensi Hepatitis 'Misterius' Jadi Pandemi • 7 Pemerintah Pastikan Biaya Perawatan Pasien Hepatitis Ditanggung BPJS Kesehatan • 8 Hasil Kolonoskopi Diungkap, Begini Kondisi Raja Salman Usai Masuk RS • 9 Dijalani Raja Salman, Apa Itu Kolonoskopi yang Bisa Deteksi Kanker Usus Besar?
• 10 Benarkah Long COVID 'Biang Kerok' Hepatitis Misterius? Ini Penjelasan Pakar IDI • SELENGKAPNYA
Yuk, kita ketahui bersama mengenai pengertian zat aditif, jenis-jenis, dan segala dampaknya bagi tubuh. -- Kamu tahu gak sih kenapa cilok bisa enak? Atau, kenapa tahu bulat selain digoreng dadakan, asin bumbunya bisa membuat ketagihan? Tenang, mereka gak masukin narkoba ke makanan kamu kok, mereka cuma menambahkan zat aditif ke dalam bumbu itu.
Apa itu zat aditif? Apakah sama dengan zat adiktif? Yuk, kita pelajari! Jika kamu memasak nasi goreng, gak mungkin kan nasi goreng tersebut gak kamu tambahkan garam, ulekan bawang putih, cabai, dan kecap, selain itu jika kamu tidak terlalu suka manis maka kamu bisa menggorengnya tanpa kecap. Apa yang terjadi jika nasi goreng tersebut tidak dimasukkan bahan-bahan di atas?
Selain hambar, pasti penampakannya menjadi tidak menarik dan baunya tidak menggugah selera. Hmmm, lezat sepertinya nasgor itu (Sumber: giphy.com) Pengertian Zat Aditif Nah secara umum, zat aditif adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam sebuah produk makanan atau minuman, dengan tujuan untuk meningkatkan penampilan, sifat, dan kualitas makanan.
Contohnya seperti mempercantik warna, menguatkan rasa, mengatur keasaman, memperpanjang umur penyimpanan produk, dan lain-lain.
Apa Perbedaan Zat Aditif dengan Zat Adiktif? Harus dibedakan ya, zat aditif tidak sama dengan zat adiktif. Zat adiktif adalah zat yang menimbulkan ketagihan dan ketergantungan, sedangkan zat aditif adalah zat yang ditambahkan ke suatu produk makanan atau minuman, yang dimaksudkan untuk meningkatkan penampilan, sifat, dan kualitas makanan. Zat aditif yang paling umum digunakan oleh masyarakat adalah garam, gula, cuka, dan rempah-rempah, atau yang biasa kita kenal dengan sebutan bumbu dapur.
Dari jenisnya, sebenarnya zat aditif itu terbagi menjadi 2 macam, zat aditif alami dan zat aditif buatan(sintetis).
Contoh zat aditif alami dan buatan (sintetis). Mengapa sampai ada zat aditif buatan? Perkembangan industri dan permintaan manusia tidak dapat terpenuhi karena zat aditif alami membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memprosesnya.
Selain itu, zat alami belum tentu bisa didapatkan di semua tempat.
Yuk, kita lihat zat aditif apa saja yang sering kita temui! Jenis-Jenis Zat Aditif Ada empat macam zat aditif yang sering kita temui di dalam makan atau minuman yang kita konsumsi. Di antaranya sebagai berikut: 1. Bahan Pewarna Zat aditif bahan pewarna biasanya digunakan untuk mempercantik dan memperkuat warna suatu makanan atau minuman. Hal ini diperlukan karena terkadang warna bahan yang dipakai sebagai bahan baku dapat luntur ketika dilakukan proses pengolahan.
Makanya bahan pewarna diperlukan dan dipakai dalam industri makanan dan minuman. Pewarna makanan alami biasanya didapatkan dari penggunaan bahan-bahan alami, misalnya warna kuning dari kunyit, hijau dari daun suji, dan merah dari buah naga.
Penggunaan bahan alami ini tidak berbahaya bagi manusia, tetapi warna yang dihasilkan biasanya tidak terlalu cerah dan cepat pudar. Kunyit, salah satu pewarna kuning alami (Sumber: obatuntukpenyakit.com) Karena itu industri sering menggunakan pewarna sintetis yang lebih kuat dan tahan lama dalam memberikan warna.
Akan tetapi jika dikonsumsi terlalu banyak pewarna sintetis ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Contoh zat aditif yang merupakan pewarna sintetis, misalnya kuning FCF, hijau FCF, merah allura, dan masih banyak lagi.
Pewarna makanan sintetis (Sumber: qanaahshop.com) 2. Pemanis Rasa Sudah jelas, bahan ini digunakan untuk memberikan rasa manis kepada makanan atau minuman. Nah, yang termasuk pemanis alami contohnya gula tebu, gula aren atau gula merah, dan gula kelapa.
Gula menjadi manis karena di dalamnya terdapat senyawa sukrosa yang memberikan rasa manis kepada lidah. Tetapi, gula alami mengandung kalori yang tinggi dan tidak bisa dinikmati oleh orang yang menderita penyakit diabetes melitus. Sehingga diciptakan gula sintetis yang rendah kalori dan dapat dinikmati oleh penderita diabetes, misalnya aspartam, sakarin, atau siklamat. Baca juga: Macam-Macam Gerak pada Benda Beserta Contohnya 3. Pengawet Pengawetan tujuannya adalah untuk memperpanjang kondisi penyimpanan makanan.
Hal ini karena suatu bahan makanan pasti mengalami pembusukan. Pembusukan tersebut bisa terjadi karena berbagai macam hal, misalnya bakteri dan jamur, serangan tikus, atau karena zat di produk itu sendiri, seperti pembusukan yang terjadi pada buah dan sayur. Tetapi, jika rendangnya sudah seperti di gambar, saya yakin tidak akan awet (Sumber: generasizeru.com) Pengawetan paling alami dan sederhana adalah membungkus bahan mentah dengan bumbu yang tebal, seperti rendang misalnya.
Rendang dapat bertahan hingga kurang lebih 3 bulan, yang penting dipanaskan setiap hari. 4. Penyedap rasa Bahan ini digunakan untuk memberikan rasa yang berbeda kepada suatu makanan, misalnya rasa asin dari garam, asam dari perasan jeruk, kegurihan dari air rebusan kaldu ayam atau sapi.
Itu adalah sebagian bahan penyedap rasa yang alami dan bisa di dapatkan di dapur rumah serta tempat perbelanjaan. Tetapi, ketenaran semua penyedap alami tersebut kalah oleh penyedap sintetis berikut ini. Karena saking enaknya penyedap rasa sintetis ini, masyarakat terkadang memandang penyedap sintetis ini sangat berbahaya. Monosodium Glutamat, MSG, atau kamu lebih mengenal penyedap rasa buatan ini dengan nama…………… MECIN.
Gak usah pake caption ya, terwakilkan di gambar :") Bahaya Zat Aditif bagi Kesehatan Zat aditif memang bertujuan untuk meningkatkan penampilan makanan menjadi lebih menarik, dan juga apakah minyak nabati termasuk zat aditif makanan, ya. Tapi, penggunaan zat aditif buatan yang terlalu banyak juga bisa berbahaya bagi tubuh, lho!
Berikut adalah dampak zat aditif buatan yang berbahaya bagi kesehatan kita: Nah, cukup itu saja dulu pembahasan tentang pengertian zat aditif, jenis dan contoh, serta dampaknya bagi tubuh. Jika kamu ingin melihat pembahasan beserta video dari materi ini, langsung saja cus, ke ruangbelajardi sana ada ribuan video apakah minyak nabati termasuk zat aditif yang tidak hanya menarik, berkualitas, tetapi mudah dimengerti, yuk coba!
Artikel ini diperbarui pada 17 Desember 2021.Di zaman yang modern seperti sekarang ini, kehidupan manusia tidak terlepas dari makanan kemasan atau produk olahan yang dikemas dengan praktis. Namun sadarkah Anda bahwa makanan yang dijual itu ternyata mengandung bahan tambahan atau zat aditif pada makanan.
Zat aditif pada makanan ini memiliki peran dalam menambah rasa, warna dan umur simpan makanan, tetapi zat aditif juga mungkin memiliki efek negatif pada tubuh.
Luangkan waktu untuk mengenal macam-macam zat aditif pada makanan yang umum digunakan dan banhaya bagi tubuh, sehingga Anda akan tahu apa yang harus dicari tau dihindari, saat berbelanja. 11 Jenis Zat Aditif Makanan dan Efeknya bagi Tubuh 1 - Mono Sodium Glutamat (MSG) Mungkin zat yang satu ini sering kita kenal sebagai mecin, MSG adalah agen penambah rasa dan pengawet yang ditambahkan ke banyak makanan kemasan dan kaleng. Bahkan, ditemukan dalam makanan yang tidak dikemas, seperti bakso, mie ayam, masakan di warung-warung makan, bahkan masakan rumah.
Pada label biasanya tertulis sebagai MSG, penyedap alami atau asam glutamat. Menurut laporan Arizona Center for Advanced Medicine, MSG dalam jumlah tertentu dapat mendorong pertumbuhan, dan penyebaran, sel kanker dalam tubuh, dan juga dapat dihubungkan dengan "kematian jantung mendadak." Dalam sebuah penelitian di bulan Februari-Maret 2008 edisi "Journal of Autoimunitas," para peneliti menyatakan bahwa MSG terkait dengan obesitas dan peradangan dalam tubuh, terutama hati.
Para peneliti juga menyerukan untuk dievaluasi kembali penggunaan MSG sebagai aditif makanan, dan menyarankan mengeluarkannya dari rantai makanan. • Bahaya Mie Instan yang Perlu Diwaspadai 2 - Aspartam Aspartam adalah zat aditif makanan yaang berperan sebagai pemanis buatan, dan ditemukan di banyak minuman, minuman ringan, permen, makanan penutup bebas gula, permen karet dan sebagainya. Penelitian pada Juni 2009, "Clinical Journal of Pain" menyebutkan Aspartam sebagai pemicu sakit kepala migrain.
Aspartam dapat menyebabkan masalah neurologis, seperti halusinasi, dan konsumsi pemanis buatan dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko kanker. 3 - Siklamat Siklamat adalah pemanis buatan lain, di Amerika Serikat zat aditif makanan ini dilarang karena berpotensi menyebabkan kanker. Hal ini diduga bahwa siklamat dapat benar-benar meningkatkan aktivitas penyebab kanker dari zat lain, daripada menyebabkan kanker itu sendiri. 4 - Olestra Olestra adalah pengganti lemak yang tidak memiliki kalori dan tidak dapat diserap oleh sistem pencernaan, sehingga hanya lewat begitu saja.
zat aditif ini sering digunakan pada makanan keripik kentang dan makanan berminyak lainnya. Olestra sering memiliki dampak negatif pada sistem pencernaan. Selain masalah pencernaan, Center for Science in the Public Interest, atau CSPI melaporkan bahwa Olestra dapat mengganggu penyerapan tubuh dari senyawa penting dari tanaman seperti lutein, lycopene dan beta-karoten, yang semuanya membantu melindungi tubuh dari kanker dan penyakit jantung. 5 - Lemak trans Lemak trans sering ditemukan dalam makanan seperti margarin, donat, microwave popcorn dan berbagai makanan yang digoreng.
Pada apakah minyak nabati termasuk zat aditif Agustus 2009 "American Family Physician" menyatakan bahwa lemak trans harus dihindari, karena salah satu zat yang dapat menimbulkan masalah pada penyakit jantung koroner.
6 - Butylated hydroxyanisole atau BHA BHA adalah zat aditif pengawet yang memperlambat perubahan lemak menjadi tengik.
Zat ini sering apakah minyak nabati termasuk zat aditif dalam sereal, keripik dan produk minyak nabati. Ketika BHA diuji pada hewan, ditemukan dapat menyebabkan kanker. CSPI menyatakan bahwa jika suatu zat telah ditemukan menyebabkan kanker pada tiga spesies yang berbeda, dalam hal ini tikus, hamster dan kelinci, maka itu menjadi karsinogen.
Namun, The Food and Drug Administration masih memungkinkan penggunaan BHA sebagai aditif, pada 2009. 7 - Propil Gallate Propil gallate adalah zat aditif pada makanan yang berupa pengawet yang ditemukan dalam minyak, sup, permen dan produk daging.
Ia bekerja seperti BHA, yang tercantum di atas, dan merupakan dua bahan pengawet makanan yang sering digunakan bersama-sama. 8 - Sakarin Sakarin adalah pemanis buatan lain, digunakan dalam minuman ringan. CSPI menyatakan bahwa, seperti pemanis buatan lainnya, telah ditemukan bahwa sakarin dapat menyebabkan kanker pada saluran kemih dan kandung kemih pada tikus. Sakarin juga telah ditemukan menyebabkan kanker indung telur, serta organ lainnya, dan meningkatkan efek penyebab kanker senyawa lainnya.
9 - Nitrit dan nitrat Natrium nitrit dan nitrat adalah pengawet yang meningkatkan warna dan rasa daging olahan. CSPI melaporkan bahwa sementara tidak ada studi definitif yang menunjukkan bahwa nitrat dan nitrit menjadi penyebab kanker, menambahkan zat aditif nitrit pada makanan sebagai pengawet benar-benar dapat mendorong pembentukan bahan kimia yang menyebabkan kanker dalam makanan itu.
Natrium nitrit dan natrium nitrat harus dihindari, sampai studi masa depan dapat membuktikan bahwa itu aman dikonsumsi. 10 - Acesulfame-K Acesulfame-K merupakan pemanis buatan yang pada satu waktu hanya diperbolehkan dalam produk bebas gula. Sebuah studi "Preventive Medicine" Juli 2008 menyatakan bahwa penggunaan pemanis buatan selama 10 tahun mendorong perkembangan tumor saluran kemih, sementara laporan dari "National Toxicology Program" 2005 menyatakan secara khusus bahwa acesulfame-K tidak menunjukkan bukti menyebabkan apakah minyak nabati termasuk zat aditif pada tikus.
CSPI menyatakan bahwa hal itu dapat berpotensi berbahaya, dan merupakan zat aditif pada makanan yang harus dihindari. 11 - Pewarna Buatan Zat pewarna makanan, seperti Blue #1, Blue #2, Yellow #6 dan Red #3, yang digunakan dalam berbagai produk makanan, seperti soda, minuman dan permen. CSPI melaporkan bahwa keempat zat aditif pewarna makanan tersebut telah ditemukan mengandung zat penyebab kanker. Ajukan pertanyaan dengan promosi dan dapatkan jawabannya dalam 60 menit 40.000 HealthCoins Pertanyaan Anda akan dijawab dalam waktu 60 menit dan Anda akan menerima pemberitahuan secepatnya melalui email Jika pertanyaan Anda tidak terjawab dalam waktu 60 menit, kami akan mengembalikan 20.000 HealthCoins dan pertanyaan Anda akan diturunkan ke Pertanyaan Reguler.
Pertanyaan Anda akan dijawab dalam waktu 24 jam sebagai gantinya. Jika pertanyaan Anda tidak terjawab dalam 24 jam, kami akan mengembalikan semua HealthCoins. (gratis) Pertanyaan Anda akan diprioritaskan bagi dokter, perawat, dan apoteker yang terverifikasi dalam waktu 2 hari agar Anda bisa mendapatkan jawaban yang lebih banyak Standar Pemeriksaan Konten HonestDocs Konten ini ditulis atau ditinjau oleh praktisi kesehatan dan didukung oleh setidaknya tiga referensi dan sumber yang apakah minyak nabati termasuk zat aditif dipercaya.
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk mengirimkan konten yang akurat, komprehensif, mudah dipahami, terbaru, dan dapat ditindaklanjuti. Anda dapat membaca proses editorial lengkap di sini. Jika Anda memiliki pertanyaan atau komentar tentang artikel kami, Anda dapat memberi tahu kami melalui WhatsApp di 0821-2425-5233 atau email di [email protected] Buka di app
KOMPAS.com - Zat aditif adalah zat tambahan yang biasanya digunakan pada makanan dan minuman untuk meningkatkan kualitasnya.
Zat aditif telah digunakan sejak zaman lampau untuk membuat makanan lebih enak. Zat aditif seperti garam, sulfit, dan rempah-rempah juga membantu mengawetkan makanan. Saat ini, zat aditif semakin banyak jenisnya karena kemajuan industri pangan.
Zat aditif terdiri atas pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, pemberi aroma, pengental, dan pengemulsi. Pengawet Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, pengawet makanan dibagi menjadi dua yaitu antioksidan dan antimikroba. • Antioksidan Antioksidan adalah pengawet yang mencegah kerusakan makanan secara oksidatif. Contoh pengawet antioksidan adalah asam akorbat (vitamin C), asam sitrat, nutylated hydroxyanisole(BHA), nutylated hydroxytoluene(BHT), sulfit dan tokoferol. • Antimikroba Antimikroba adalah pengawet yang mencegah kerusakan makanan dengan menghambat pertumbuhan mikroba.
Contoh pengawet antimikroba adalah asam asetat, asam benzoate, asam propionate, nitrat, nitrit, dan asam sorbat.
Baca juga: 7 Bahan Aditif pada Jajanan Anak yang Wajib Diwaspadai Pewarna Pewarna digunakan untuk mempercantik makanan dan membuatnya lebih menarik. Pewarna makanan terbagi menjadi pewarna alami dan pewarna buatan. Pewarna alami atau pewarna nabati adalah pewarna yang bersumber dari sari pati buah dan sayur. Berita Terkait Mengenal Gula Stevia, Pemanis Alami dengan Berbagai Manfaat Kesehatan 3 Fakta Sirup Maple, Pemanis untuk Pancake Klasik Apa Fungsi Gula untuk Baking Selain Sebagai Pemanis?
Resep Bakso Lele Tanpa Pengawet ala Rumahan Resep Tomato Puree, Bisa Jadi Pengganti Saus Tomat yang Bebas Bahan Pengawet Berita Terkait Mengenal Gula Stevia, Pemanis Alami dengan Berbagai Manfaat Kesehatan 3 Fakta Sirup Maple, Pemanis untuk Pancake Klasik Apa Fungsi Gula untuk Baking Selain Sebagai Pemanis?
Resep Bakso Lele Tanpa Pengawet ala Rumahan Resep Tomato Puree, Bisa Jadi Pengganti Saus Tomat yang Bebas Bahan Pengawet