Flu burung adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan oleh unggas ke manusia. Ada banyak jenis v irus flu burung, tetapi hanya beberapa yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Flu burung pernah mewabah di Asia, Afrika, Timur Tengah, serta beberapa bagian Eropa, dan menyebabkan kematian pada sebagian penderitanya. Menurut data badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO), virus flu burung jenis H5N1 telah menjangkiti 861 orang di seluruh dunia dan menyebabkan kematian pada 455 orang hingga tahun 2019.
Di Indonesia, kasus infeksi virus flu burung H5N1 pada manusia pertama kali muncul pada tahun 2005. Menurut data yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ada 200 laporan kasus dengan 168 kematian hingga tahun 2018.
Perlu diketahui, gejala flu burung mirip dengan gejala COVID-19. Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala flu burung, segera temui dokter untuk memastikan kondisi. Klik tautan di bawah ini agar Anda dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan terdekat: • Rapid Test Antibodi • Swab Antigen (Rapid Test Antigen) • PCR Penyebab Flu Burung Flu burung disebabkan oleh infeksi virus influenza tipe A yang berasal dari burung.
Sebagian besar jenis virus flu burung hanya dapat menyerang dan menular pada unggas, baik unggas liar maupun unggas peternakan, seperti ayam, bebek, angsa, dan burung. Namun, ada beberapa jenis virus flu burung yang bisa menginfeksi manusia, yaitu H5N1, H5N6, H5N8, dan H7N9.
Di tahun 2021, pemerintah China juga melaporkan bahwa terdapat penularan virus flu burung jenis baru, yaitu jenis H10N3. Virus flu burung dapat menginfeksi manusia jika terjadi kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi virus ini. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi virus flu burung adalah: • Menyentuh unggas yang terinfeksi, baik yang masih hidup atau sudah mati • Menyentuh kotoran, air liur, dan lendir, dari unggas yang terinfeksi • Kisaran inang virus flu burung adalah percikan cairan saluran pernapasan ( droplet) yang mengandung virus • Mengonsumsi daging atau telur unggas terinfeksi yang mentah dan tidak matang Penularan antarmanusia diduga juga dapat terjadi, tetapi belum jelas mekanisme dan cara penularannya.
Seseorang lebih berisiko terinfeksi virus flu burung jika memiliki faktor-faktor berikut ini: • Bekerja sebagai peternak unggas • Bekerja sebagai tim medis yang merawat penderita flu burung • Memiliki anggota keluarga yang menderita flu burung • Pergi ke daerah atau tempat terjadinya infeksi flu burung • Berada dekat dengan unggas yang terinfeksi • Sering mengonsumsi daging atau telur unggas yang tidak matang Gejala Flu Burung Gejala flu burung umumnya baru muncul setelah 3–5 hari terpapar virus ini.
Gejala yang timbul dapat berbeda-beda, mulai dari yang ringan hingga parah. Meskipun kadang orang yang terinfeksi virus flu burung bisa tidak merasakan gejala apa pun, tetapi secara umum, penderita flu burung akan mengalami gejala berupa: • Demam • Batuk • Sakit tenggorokan • Kisaran inang virus flu burung adalah otot • Sakit kepala • Kelelahan • Hidung berair atau tersumbat • Sesak napas Pada beberapa penderita, gejala lain yang juga dapat timbul antara lain muntah, sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan, nyeri dada, dan mata merah (konjungtivitis).
Pada infeksi yang berat, flu burung bahkan bisa menyebabkan pneumonia, acute respiratory distress syndrome (ARDS), gagal napas, kejang, dan gangguan sistem saraf. Kapan harus ke dokter Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala flu burung seperti yang telah disebutkan di atas, terutama jika gejala tersebut muncul setelah Anda mengunjungi daerah yang sedang mengalami wabah flu burung.
Pastikan juga untuk memberi tahu dokter jika Anda pernah berkunjung ke peternakan atau pasar unggas. Pada beberapa penderita yang memiliki kondisi tertentu, seperti sedang hamil, memiliki sistem imun yang lemah, atau berusia lebih dari 65 kisaran inang virus flu burung adalah, flu burung berisiko menyebabkan terjadinya komplikasi serius hingga kematian. Jika Anda memiliki kondisi tersebut dan mengalami gejala flu burung, segera periksakan diri ke dokter.
Diagnosis Flu Burung Dokter akan melakukan anamnesis atau tanya jawab mengenai keluhan dan gejala yang dialami pasien, serta riwayat kesehatan, riwayat perjalanan, dan kegiatan yang baru dilakukan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (suhu tubuh, tekanan darah, pemeriksaan nadi, frekuensi napas) dan pemeriksaan dada. Jika dokter mencurigai pasien terjangkit flu burung, pemeriksaan lanjutan akan dilakukan untuk memastikan diagnosis.
Pemeriksaan tersebut meliputi: • Kultur swab (usap) hidung dan tenggorokan, untuk memeriksa adanya virus pada hidung atau tenggorokan • Tes PCR, untuk mengetahui keberadaan virus yang menyebabkan flu burung • Foto Rontgen dada, untuk mendapatkan gambaran kondisi paru-paru • Tes darah, untuk mengetahui kadar sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi di dalam tubuh Pengobatan Flu Burung Pengobatan yang dilakukan untuk menangani flu burung dapat berbeda-beda, tergantung dari gejala yang dialami.
Pasien yang telah terbukti menderita flu burung biasanya akan dirawat di ruang isolasi di rumah sakit untuk mencegah penularan dengan pasien lain. Obat-obatan antivirus merupakan obat utama yang digunakan untuk mengatasi flu burung. Beberapa obat antivirus yang biasanya diberikan adalah oseltamivir dan zanamivir.
Obat antivirus dapat meredakan gejala, mencegah terjadinya komplikasi, serta meningkatkan peluang pasien untuk sembuh. Obat ini perlu dikonsumsi secepatnya dalam waktu 2 hari setelah gejala muncul.
Selain untuk pengobatan, oseltamivir dan zanamivir juga bisa digunakan sebagai obat untuk mencegah flu burung. Oleh karena itu, obat ini terkadang diberikan kepada orang yang melakukan kontak langsung dengan pasien, seperti para petugas medis yang menangani pasien serta anggota keluarga dan kerabat pasien.
Jika pasien mengalami gangguan napas yang cukup parah, termasuk mengalami hipoksemia, dokter akan memasangkan alat bantu napas dan ventilator untuk membantu mengatasinya. Komplikasi Flu Burung Beberapa komplikasi yang dapat dialami oleh penderita flu burung adalah: • Pneumonia • Sepsis • Acute respiratory distress syndrome (ARDS) • Kegagalan multiorgan, misalnya gagal jantung dan gagal ginjal • Kematian Pencegahan Flu Burung Cara terbaik yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi flu burung adalah dengan mencegah penularannya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: • Menghindari kontak langsung dengan unggas • Menghindari kontak langsung dengan orang sakit • Menerapkan etika batuk, yaitu dengan menutup mulut dan hidung dengan tisu atau lipat siku saat batuk atau bersin • Menjaga kebersihan dan mencuci tangan secara rutin • Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut, sebelum cuci tangan • Tidak mengonsumsi daging atau telur unggas yang belum matang • Melakukan isolasi mandiri saat mengalami demam atau gejala flu yang ringan, untuk mencegah penularan virus kepada orang-orang sekitar • Tidak mengunjungi daerah atau tempat terjadinya wabah flu burung Sampai saat ini, belum ada vaksinasi yang spesifik untuk virus flu burung.
Meskipun demikian, Anda dapat melakukan vaksinasi flu tahunan untuk menurunkan risiko terserang flu. Flu Burung - Gejala, Cara Menangani, dan Obat Flu burung merupakan penyakit yang sempat mewabah di tahun 1997 dan 2013. Hingga saat ini terdapat dua jenis virus flu burung yang menginfeksi manusia yaitu virus H5N1 dan H7N9.
Virus ini mewabah di daerah Asia, Timur Tengah, Afrika dan beberapa negara bagian di Eropa. Virus yang pertama kali ditemukan adalah H5N1 pada tahun 1997. Kemudian di tahun 2013, virus H7N9 ditemukan dapat menginfeksi manusia. Selain kedua virus tersebut terdapat virus flu burung jenis lain yang dapat menginfeksi manusia yaitu H9N2, H7N7, H6N1, H5N6 dan H10N8. Virus flu ini menyerang baik unggas liar maupun unggas yang diternakkan. Pesan Sekarang Sama halnya dengan flu babi, flu burung merupakan virus kisaran inang virus flu burung adalah yang ditularkan melalui burung atau unggas.
Jenis virus flu burung lebih banyak daripada flu babi. Setidaknya hingga saat ini tercatat ada dua belas jenis virus yang dapat menyerang manusia. Gejala Penyakit Flu Burung Virus ini membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 5 hari dari masuknya virus ke tubuh manusia sebagai masa inkubasi.
Setelah masa inkubasi, gejala flu burung dapat diketahui. Namun terdapat gejala yang terjadi sesaat setelah virus menginfeksi tubuh manusia.
Beberapa gejala tersebut adalah: • muntah • mimisan • gusi berdarah • sakit perut • diare • nyeri dada Penanganan yang lambat menyebabkan terjadinya komplikasi dan dapat kisaran inang virus flu burung adalah nyawa penderitanya.
Beberapa bentuk komplikasi tersebut termasuk: • acute respiratory distress syndrome • infeksi paru-paru • gagal multi organ Penyebab Penyakit Flu Burung Hingga bulan Oktober 2017, virus H5N1 telah menginfeksi 860 orang di seluruh dunia dan diantaranya 454 orang dinyatakan meninggal dunia. Sementara di Indonesia terdapat 200 kasus dengan 168 orang diantaranya meninggal dunia. Penyebabnya adalah virus flu burung dan semakin banyak kasus disebabkan karena beberapa faktor berikut: • Melakukan kontak langsung dengan unggas yang sakit.
• Tidak sengaja menyentuh percikan cairan ludah dari unggas yang sakit • Tidak sengaja menghirup debu yang mengandung kotoran unggas yang sakit • Mengkonsumsi daging atau telur dari unggas yang sakit dan tidak dimasak dengan benar dan matang.
• Pergi ke pasar dimana terdapat kandang unggas yang tidak cukup bersih. Diagnosis Penyakit Flu Burung Apabila kamu mendapati beberapa gejala tersebut terjadi pada diri kamu setelah melakukan kontak dengan unggas, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Beberapa gejala tersebut adalah pegal-pegal, batuk dan demam.
Pemeriksaan pertama adalah dengan wawancara keluhan yang kamu rasakan dan mencocokkan dengan gejala dari flu burung. Jika sebagian keluhan kamu mengarah pada infeksi flu burung, dokter akan melakukan uji laboratorium untuk memastikan apakah kamu terinfeksi virus flu burung. Dokter akan menggunakan sampel usapan hidung dan tenggorokan untuk mengetahui ada tidaknya virus flu burung.
Pemeriksaan dengan Rontgen dada akan dilakukan bila perlu. Pengobatan Penyakit Flu Burung Segera setelah diketahui positif menderita flu burung, penderita akan dimasukkan dalam ruangan isolasi. Hal ini untuk mencegah penularan virus flu burung ke sekitar penderita. Agar penyakit tidak menjadi lebih parah biasanya dokter akan menganjurkan untuk minum banyak cairan, makan makanan sehat, istirahat cukup dan memberikan resep obat pereda sakit dan antivirus.
Obat antivirus yang sering diberikan adalah oseltamivir atau zanamivir. Obat ini diberikan segera setelah diduga positif menderita flu burung. Penggunaan obat ini sangat efektif digunakan hanya dua hari setelah positif menderita flu burung.
Selain pada penderita, obat antivirus ini juga dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ahli kesehatan yang berinteraksi dengan penderita dan beberapa orang yang sering berinteraksi dengan unggas. Apabila penderita mengalami komplikasi seperti pneumonia, antibiotik akan diberikan sampai penderita sembuh dari pneumonia.
Penderita jg akan diberikan tambahan oksigen dan ventilator apabila mengalami kesulitan bernafas. Pencegahan Penyakit Flu Burung Setelah virus flu burung mewabah di Indonesia, pemerintah begitu perhatian akan langkah pencegahan penyebaran virus ini.
Untuk meminimalisir resiko penyebaran virus, pemerintah melakukan hal berikut: • Aktif melakukan sampling pada beberapa orang yang beresiko tinggi menderita flu burung. • Memberikan pelatihan pada ahli kesehatan tentang cara mengobati flu burung di rumah sakit • Mendistribusikan obat-obatan antivirus ke rumah sakit rujukan penderita flu burung. Selain dari pemerintah, kamu bisa juga melakukan upaya pencegahan tertular virus ini. Beberapa langkah yang dapat kamu lakukan yaitu: • Menjaga kebersihan tangan • Memastikan daging atau telur dimasak dengan benar dan matang • Menghindari konsumsi daging unggas liar atau hasil buruan • Membeli daging unggas yang telah dibersihkan dengan baik dan benar serta dipotong-potong.
Ajukan pertanyaan dengan promosi dan dapatkan jawabannya dalam 60 menit 40.000 HealthCoins Pertanyaan Anda akan dijawab dalam waktu 60 menit dan Anda akan menerima pemberitahuan secepatnya melalui email Jika pertanyaan Anda tidak terjawab dalam waktu 60 menit, kami akan mengembalikan 20.000 HealthCoins dan pertanyaan Anda akan diturunkan ke Pertanyaan Reguler. Pertanyaan Anda akan dijawab dalam waktu 24 jam sebagai gantinya. Jika pertanyaan Anda tidak terjawab dalam 24 jam, kami akan mengembalikan semua HealthCoins.
(gratis) Pertanyaan Anda akan diprioritaskan bagi dokter, perawat, dan apoteker yang terverifikasi dalam waktu 2 hari agar Anda bisa mendapatkan jawaban yang lebih banyak Standar Pemeriksaan Konten HonestDocs Konten ini ditulis atau ditinjau oleh praktisi kesehatan dan didukung oleh setidaknya tiga referensi dan sumber yang dapat dipercaya.
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk mengirimkan konten kisaran inang virus flu burung adalah akurat, komprehensif, mudah dipahami, terbaru, dan dapat ditindaklanjuti. Anda dapat membaca proses editorial lengkap di sini. Jika Anda memiliki pertanyaan atau komentar tentang artikel kami, Anda dapat memberi tahu kami melalui WhatsApp di 0821-2425-5233 atau email di [email protected] Buka di app
Adapun ciri-ciri yang dimiliki virus adalah sebagai berikut.
• Virus bisa bersifat seperti benda hidup, contohnya bisa berkembang biak jika berada • di dalam sel hidup. • Memiliki satu asam nukleat, DNA atau RNA saja. • Virus bisa bersifat seperti benda mati, contohnya tidak melakukan metabolisme, tidak • bernapas, tidak bergerak, dan berbentuk kristal jika berada di luar sel hidup. • Berukuran sangat kecil, yaitu antara 20 dan 300 nm.
• Berbentuk batang, contohnya TMV (Tobacco Mosaic Virus). • Berbentuk batang dan berujung oval seperti peluru, contohnya Rhabdovirus. • Berbentuk bulat, contohnya HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan Orthomyxovirus • Berbentuk filamen atau benang, contohnya virus Ebola. • Berbentuk polihedral, contohnya Adenovirus. • Kisaran inang virus flu burung adalah seperti huruf T, contohnya bakteriofag, yaitu virus yang menyerang bakteri Escherichia coli.
Virus tidak digolongkan dalam organisme seluler karena tidak memiliki bagian-bagian sel seperti, dinding sel, membran sel, sitoplasma, serta organel sel lainnya. Adapun struktur tubuh virus bakteriofag adalah sebagai berikut. • Kepala, Kepala bagian dalam mengandung asam nukleat, sedangkan bagian luarnya diselubungi oleh kapsid. Untuk virus bakteriofag, kepalanya berbentuk polihedral dengan jenis asam nukleatnya • Kapsid, Kapsid merupakan selubung luar virus yang mengandung banyak subunit protein yang disebut kapsomer.
Kapsid terdiri dari beberapa bentuk, sehingga berpengaruh pada bentuk virusnya. • Asam nukleat, Asam nukleat yang dimiliki virus hanya satu, yaitu DNA atau RNA saja. Asam nukleat inilah yang nantinya berfungsi sebagai informasi genetik untuk replikasi. • Leher, Leher merupakan penghubung antara kepala dan ekor.
Leher berfungsi sebagai saluran keluarnya asam nukleat menuju ekor. • Ekor, Ekor virus terdiri dari serabut ekor dan lempeng dasar. Ekor ini berfungsi untuk menempel pada inang. Berikut ini merupakan struktur virus selain bakteriofag yang telah ditemukan. Virus tergolong dalam parasit intraseluler obligat karena hanya dapat hidup di dalam sel yang hidup. Artinya, jika sel tersebut mati, virus tidak akan mati melainkan mengristal.
Sel hidup yang ditumpangi virus disebut sel inang. Bagaimana cara virus mengenali inangnya? Yaitu menggunakan sistem lock key atau kesesuaian. Berdasarkan jenisnya, sel inang dibagi menjadi dua, kisaran inang luas dan kisaran inang sempit. Virus dengan kisaran inang luas bisa menginfeksi beberapa inang, contohnya virus flu burung bisa menginfeksi unggas, babi, dan manusia.
Sedangkan virus dengan kisaran inang sempit hanya bisa menginfeksi inang tertentu saja, contohnya virus flu hanya menginfeksi sel-sel di saluran pernapasan dan virus bakteriofag hanya bisa menginfeksi bakteri Escherichia coli. Penularan virus dari satu inang ke inang yang lain bisa melalui udara, lendir, air, darah, atau melalui perantara seperti nyamuk.
5. Perkembangbiakan Virus Perkembangbiakan virus dikenal dengan istilah replikasi atau perbanyakan diri. Bagi virus, sel inang merupakan sumber energi untuk sintesis protein. Perkembangbiakan virus dibagi menjadi dua, yaitu daur litik dan lisogenik. • Daur litik, terjadinya daur litik disebabkan oleh ketahanan sel inang lebih lemah daripada daya infeksi virus.
Akibatnya sel inang akan pecah dan mati, serta akan menghasilkan virion-virion baru. Adapun tahapan pada daur litik adalah adsorpsi, penetrasi, sintesis dan replikasi, pematanganatau perakitan, dan lisis. • Daur lisogenik, Daur lisogenik terjadi jika pertahanan tubuh inang lebih kuat daripada daya infeksi virus. Pada daur ini sel inang masih bisa bereproduksi dengan normal dan tidak akan langsung pecah.
Akan tetapi, DNA virus bakteriofag akan berinteraksi dengan kromosom sel inang membentuk profag. Saat sel inang yang mengandung profag tersebut membelah diri, barulah profag akan diwariskan ke sel berikutnya. Adapun tahapan pada daur lisogenik adalah adsorpsi dan infeksi, pemetrasi, penggabungan, pembelahan, sintesis. Untuk memahami lebih lanjut, silakan Quipperian simak gambar berikut ini.
1. Klasifikasi virus berdasarkan ada tidaknya selubung pada nukleokapsid Terdapat dua kelompok virus dalam klasifikasi ini, yaitu sebagai berikut. • Virus berselubung yaitu virus yang selubungnya terdiri dari lipoprotein dan glikoprotein, contohnya Poxyvirus, Herpesvirus, Togavirus, • Rhabdovirus, dan Paramyxovirus.
• Virus telanjang yaitu virus yang tidak memiliki selubung pada nukleokapsidnya, contohnya Papovirus, Adenovirus, Picornavirus, dan Reovirus. 2. Klasifikasi virus berdasarkan jumlah kapsomernya Terdapat lima kelompok virus dalam klasifikasi ini, yaitu sebagai berikut.
• Virus dengan 32 kapsomer, contohnya Parvovirus. • Virus dengan 60 kapsomer, contohnya Picornavirus. • Virus dengan 72 kapsomer, contohnya Papovirus. • Virus dengan 162 kapsomer, contohnya Herpesvirus. • Virus dengan 252 kapsomer, contohnya Adenovirus. 3. Klasifikasi virus berdasarkan jenis sel inangnya Berdasarkan jenis sel inangnya, virus dikelompokkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
1. Virus penyerang bakteri, misalnya virus T. 2. Virus penyerang tanaman, misalnya TMV dan Tungro. 3. Virus penyerang hewan, misalnya virus rabies dan flu burung. 4. Virus penyerang manusia, misalnya polio, HIV, dan flu. 4. Klasifikasi virus berdasarkan tipe genom dan metode replikasinya Berdasarkan tipe genom dan replikasinya, virus dibagi menjadi tujuh kelompok, yaitu sebagai berikut.
• Virus tipe I memiliki DNA utas ganda dan reproduksinya dengan cara replikasi, contohnya Herpesvirus. • Virus tipe II memiliki DNA utas tunggal dan reproduksinya dengan cara replikasi,contohnya virus MVM. • Virus tipe III memiliki RNA utas ganda dan reproduksinya secara replikasi, contohnya Reovirus. • Virus tipe IV memiliki RNA utas tunggal (+) dan reproduksinya secara replikasi, contohnya virus polio.
• Virus tipe V memiliki RNA utas tunggal (-) dan reproduksinya secara replikasi, contohnya virus rabies. • Virus tipe VI memiliki RNA utas tunggal (+) dengan DNA perantara dan reproduksinya secara transkriptasi balik, contohnya virus AIDS. • Virus tipe VII memiliki RNA utas ganda dengan RNA perantara dan reproduksinya • secara transkriptasi balik, contohnya Heparnavirus.
5. Klasifikasi virus berdasarkan jenis asam nukleatnya Berdasarkan asam nukleatnya, virus dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. • Virus DNA yaitu virus yang asam nukleatnya berupa DNA, contoh Parvovirus. • Virus RNA yaitu virus yang asam nukleatnya berupa RNA, contoh Picornavirus. • Klasifikasi virus berdasarkan bentuk dasarnya • Berdasarkan bentuk dasarnya, virus dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.
• Virus bentuk iksohedral memiliki sumbu rotasi ganda dan tata ruangnya dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi, contohnya virus polio.
• Virus helikal memiliki satu sumbu rotasi, bentuknya menyerupai batang panjang, nukleokapsid tidak kaku, dan berbentuk heliks, contohnya virus flu. • Virus kompleks memiliki struktur lebih kompleks daripada jenis virus lainnya, contoh virus cacar. 7. Penyakit yang disebabkan virus Adapun penyakit yang disebabkan oleh virus, baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan adalah sebagai berikut. • Cacar variola disebabkan oleh virus jenis Orthopoxvirus. • Campak disebabkan oleh Morbilivirus.
• AIDS disebabkan oleh HIV, yaitu Human Immunodeficiency Virus. • Flu disebabkan oleh virus influenza atau parainfluenza. • Flu burung disebabkan oleh HPAIV yaitu High Pathogenic Avian Influenza Virus. • Rabies disebabkan oleh Rhabdovirus. • Tetelo disebabkan oleh virus NCD.
• Mosaik disebabkan oleh TMV atau Tobacco Mosaic Virus. Materi lengkap tentang virus dapat didownload di Sini Daftar Pustaka • https://d14fikpiqfsi71.cloudfront.net/media/W1siZiIsIjIwMTcvMDkvMTUvMDQvN DQvNDkvYzVlOTcyOGYtYmY1Ni00ZTI3LWJhYjYtMWExNTEzO • https://id.wikipedia.org/wiki/Virus • https://www.quipper.com/id/blog/mapel/biologi/materi-virus-kelas-10/ • ► 2022 (9) • ► February (4) • ► January (5) • ► 2021 (73) • ► December (7) • ► November (12) • ► October (5) • ► September (4) • ► August (4) • ► July (2) • ► June (5) • ► May (5) • ► April (16) • ► March (6) • ► February (2) • ► January (5) • ▼ 2020 (104) • ► December (9) • kisaran inang virus flu burung adalah November (15) • ► October (10) • ► September (8) • ► August (2) • ► July (2) • ► April (2) • ▼ March (11) • Download Contoh Spanduk Bengkel Sepeda CDR • Download Contoh Spanduk Toko Mainan.cdr • Download Spanduk Tanggap Darurat Virus Corona.cdr • Pengertian Social Distancing dalam Pencegahan Viru.
• Mengenal Lebih Dalam Virus Corona, Latar Belakang . • Download Bahan Ajar Daring Materi Pengenalan Virus. • Materi Pengenalan Virus : Ciri-ciri Virus, Bentuk. • Corona yang Telah Melukai Hati Proktor • Download Spanduk Eco Racing.cdr • Download Gratis AVS Video Editor Full Version untu.
• Download Contoh Undangan Pengajian Khitanan Word B. • ► February (11) • ► January (34) • ► 2019 (200) • ► December (17) • kisaran inang virus flu burung adalah November (11) • ► October (1) • ► September (6) • ► August (20) • ► July (29) • ► June (14) • ► May (28) • ► April (16) • ► March (14) • ► February (26) • ► January (18) • ► 2018 (763) • ► December (27) • ► November (42) • ► October (43) • ► September (30) • ► August (35) • ► July (85) • ► June (7) • ► Kisaran inang virus flu burung adalah (52) • ► April (86) • ► March (63) • ► February (120) • ► January (173) • ► 2017 (215) • ► December (91) • ► November (23) • ► October (16) • ► September (46) • ► August (24) • ► July (2) • ► May (13) • ► 2015 (3) • ► August (1) • ► February (1) • ► January (1) • ► 2014 (11) • ► December (1) • ► November (1) • ► August (1) • ► March (3) • ► February (1) • ► January (4) • ► 2013 (17) • ► December (7) • ► September (6) • ► June (4) Jerry sedang duduk santai di teras rumahnya malam hari itu.
Tiba-tiba, datang sebuah mobil dengan sorot lampu yang menyilaukan. Jerry langsung menyemp … itkan matanya untuk mengurangi efek menyilaukan yang ditimbulkan oleh sorotan lampu mobil tersebut. Bagian mata yang menyempit akibat rangsangan sinar yang sangat terang itu adalah… a. iris b. retina c. kornea d. pupil UIUuuu13, Hubungan manusia dengan Allah antaralain diwujudkan terutama dalam ibadah yang dilakukanmanusia. Relasi ini tampak dalam setiap praktik keag … amaan baik yang sederhana maupun yang lebihkompleks.
Hal ini merupakan pendapat dari.a.Frankl b. Victor Emildc. Yewangoe(1983) d.
ThomasGroome14 Cara hid
• Afrikaans • አማርኛ • العربية • مصرى • অসমীয়া • Azərbaycanca • Беларуская • Беларуская (тарашкевіца) • Български • বাংলা • Bosanski • Català • کوردی • Čeština • Cymraeg • Dansk • Deutsch • Zazaki • Ελληνικά • English • Esperanto • Español • Eesti • Euskara • فارسی • Suomi • Français • Nordfriisk • Gaeilge • Gagauz • Galego • עברית • हिन्दी • Hrvatski • Magyar • Հայերեն • Արեւմտահայերէն • Íslenska • Italiano • 日本語 • Jawa • ქართული • ಕನ್ನಡ • 한국어 • Kurdî • Lëtzebuergesch • Lingála • ລາວ • Lietuvių • Latviešu • Minangkabau • Македонски • മലയാളം • Bahasa Melayu • မြန်မာဘာသာ • Plattdüütsch • Nederlands • Norsk nynorsk • Norsk bokmål • Polski • پنجابی • Português • Runa Simi • Română • Русский • Саха тыла • سنڌي • සිංහල • Simple English • Slovenčina • Slovenščina • Shqip • Српски / srpski • Svenska • தமிழ் • తెలుగు • Тоҷикӣ • ไทย • Tagalog • Türkçe • Удмурт • Українська • اردو • Oʻzbekcha/ўзбекча • Tiếng Việt • Walon • 吴语 • Vahcuengh • 中文 • Bân-lâm-gú • 粵語 Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan.
Informasi dalam artikel ini hanya boleh digunakan hanya untuk penjelasan ilmiah, bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis.
Perhatian: Informasi dalam artikel ini bukanlah resep atau nasihat medis. Wikipedia tidak memberikan konsultasi medis. Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat, berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional. Flu burung Nama lain Avian influenza (AI), avian flu, bird flu Sianosis pada jengger ayam merupakan salah satu tanda klinis kisaran inang virus flu burung adalah burung.
Spesialisasi Penyakit infeksi, kedokteran hewan Tipe Patogenisitas tinggi (HPAI), patogenisitas rendah (LPAI) Penyebab Virus influenza A Diagnosis Isolasi virus, PCR, ELISA Flu burung ( bahasa Inggris: avian influenza, disingkat AI) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang telah beradaptasi untuk menginfeksi burung.
Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi karena membunuh ternak ayam dalam jumlah kisaran inang virus flu burung adalah.
Terkadang mamalia, termasuk manusia, kisaran inang virus flu burung adalah tertular flu burung. [1] Daftar isi • 1 Penyebab • 1.1 Subtipe • 1.2 Patogenisitas • 1.3 Nomenklatur dan klad • 1.4 Sifat alami dan perubahan antigen • 2 Spesies peka • 3 Kejadian penyakit • 3.1 Kasus pada hewan • 3.2 Kasus pada manusia • 4 Cara penularan • 4.1 Hewan • 4.2 Manusia • 5 Manifestasi klinis • 5.1 Hewan • 5.2 Manusia • 6 Diagnosis • 6.1 Hewan • 6.2 Manusia • 7 Pencegahan • 8 Referensi • 8.1 Catatan kaki • 8.2 Daftar pustaka • 9 Lihat pula • 10 Pranala luar Penyebab [ sunting - sunting sumber ] Flu burung disebabkan oleh virus influenza A dari genus Alphainfluenzavirus, famili Orthomyxoviridae.
Ia tergolong dalam grup V dalam klasifikasi Baltimore, yaitu virus dengan RNA utas tunggal negatif. Terdapat tujuh genus dalam famili Orthomyxoviridae, empat di antaranya adalah virus influenza, [2] yaitu: Genus virus Spesies virus Inang peka [3] Alphainfluenzavirus Influenza A virus Manusia, mamalia lain, dan burung Betainfluenzavirus Influenza B virus Manusia dan anjing laut Gammainfluenzavirus Influenza C virus Manusia dan babi Deltainfluenzavirus Influenza D virus Sapi Subtipe [ sunting - sunting sumber ] Virus influenza A memiliki beberapa protein pada permukaannya, di antaranya protein hemaglutinin (disingkat H atau HA) serta protein neuraminidase (disingkat NA atau N).
Kombinasi jenis protein H dan protein N akan menentukan sifat dan penamaan subtipe virus influenza, misalnya H5N1. Hingga tahun 2019, telah ditemukan 18 jenis hemaglutinin (H1 sampai H18) dan 11 jenis neuraminidase (N1 sampai N11), [2] tetapi hanya subtipe H1–H16 dan N1–N9 yang diidentifikasi dari virus yang menginfeksi burung.
[4] Sementara itu, ada dua subtipe yang diketahui tidak menginfeksi burung, yaitu H17N10 dan H18N11, yang keduanya diisolasi dari kelelawar. [2] Patogenisitas [ sunting - sunting sumber ] Berdasarkan kemampuannya menimbulkan penyakit, flu burung dibagi menjadi dua jenis, yaitu flu burung dengan patogenisitas tinggi (HPAI) yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi, dan flu burung dengan patogenisitas rendah (LPAI) yang menyebabkan penyakit dengan tanda klinis yang ringan.
Sebagian besar virus flu burung memiliki patogenisitas yang rendah (LPAI). Namun, beberapa beberapa di antara mereka mengalami mutasi genetik sehingga berubah menjadi HPAI. Secara alami, kasus HPAI disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5 atau H7. Walaupun demikian, mayoritas virus subtipe H5 dan H7 tergolong LPAI.
[5] Penentuan tingkat patogenisitas virus influenza A didasarkan pada karakteristik molekuler serta kemampuannya menimbulkan penyakit dan kematian pada ayam pada kondisi laboratorium, bukan berdasarkan beratnya derajat penyakit yang ditimbulkan pada manusia. [2] Isolat virus flu burung digolongkan sebagai HPAI jika: [6] [7] • Saat diinokulasi secara intravena terhadap minimum delapan ekor anak ayam peka berumur 4–8 minggu akan menyebabkan lebih dari 75% kematian dalam waktu 10 hari; • Saat diinokulasi terhadap 10 ekor anak ayam peka berumur 6 minggu menghasilkan indeks patogenisitas intravena (IVPI) lebih dari 1,2; atau • Isolat virus H5 dan H7 yang memiliki nilai IVPI tidak lebih dari 1,2 atau tidak menimbulkan 75% kematian pada uji letalitas intravena harus diurutkan ( sekuensing) untuk menentukan apakah terdapat beberapa asam amino basa di lokasi pembelahan molekul hemaglutinin (HA0).
Jika urutan asam aminonya mirip dengan isolat HPAI lainnya, maka isolat tersebut dianggap HPAI. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) mendefinisikan kasus flu burung sebagai infeksi pada unggas yang disebabkan oleh: (1) Virus influenza A dengan patogenisitas tinggi (HPAI), dan (2) Virus influenza A subtipe H5 dan H7 dengan patogenisitas rendah (H5/H7 LPAI). [7] Definisi ini dibuat sebagai batasan untuk kasus flu burung yang wajib dilaporkan kepada OIE.
Oleh karena itu, flu burung patogenisitas rendah (LPAI) yang penyebabnya bukanlah subtipe H5 atau H7 tidak perlu dilaporkan kepada OIE. [8] Nomenklatur dan klad [ sunting - sunting sumber ] Penamaan virus influenza. Isolat virus influenza A subtipe H5 dapat dikelompokkan lebih lanjut menjadi beberapa klad dan diberi nama berdasarkan sistem nomenklatur yang standar. [9] Standar pemberian nama ini meliputi jenis virus (misalnya A, B, atau C), asal spesies (misalnya canine, equine, chicken atau swine; identitas ini tidak dituliskan jika virus berasal dari manusia), asal lokasi geografis (misalnya Taiwan atau Vietnam), nomor strain (misalnya 1 atau 134), tahun isolasi (misalnya 2003), serta jenis antigen H dan N yang ditulis dalam tanda kurung apabila virus tersebut merupakan virus influenza A.
[10] Contoh: • A/chicken/Pekalongan/BBVW308/2007(H5N1) • A/chicken/Scotland/59(H5N1) Klad merupakan kelompok taksonomi berupa gambaran pohon kladistika untuk mengetahui hubungan kekerabatan.
Penetapan klad virus flu burung dilakukan dengan pengurutan antigen H5, yang kemudian dikelompokkan dan diberi kode berupa angka. Sebagai contoh, hingga tahun 2008, semua virus H5N1 di Indonesia digolongkan dalam klad 2.1 dengan tiga turunan, yaitu 2.1.1, 2.1.2, dan 2.1.3. Virus klad 2.1.3 selanjutnya menyebar di banyak daerah di Indonesia.
Pada bulan September 2012, isolat virus subtipe H5 dari bebek di Jawa Tengah dilaporkan berhubungan erat dengan klad 2.3.2.1 yang sebelumnya baru ditemukan di Vietnam, Tiongkok, dan Hong Kong. [11] Situs web Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyediakan gambaran lengkap pohon kladistika virus flu burung subtipe H5. [9] [12] [13] Sifat alami dan perubahan antigen [ sunting - sunting sumber ] Kelangsungan hidup virus di lingkungan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya jumlah virus, temperatur, paparan sinar matahari, keberadaan materi organik, pH dan salinitas (jika virus di air), serta kelembapan relatif (pada permukaan padat atau tinja).
[14] Virus influenza A rentan terhadap berbagai jenis disinfektan, di antaranya natrium hipoklorit, etanol 60–90%, senyawa amonium kuartener, aldehid, fenol, asam, dan iodin povidon, juga bisa diinaktivasi dengan pemanasan 56–60 °C selama minimum 60 menit serta oleh radiasi ionisasi atau pH ekstrem (pH 1–3 atau pH 10–14). [14] Virus flu burung terus berubah dengan konstan.
Ada dua cara mereka untuk berubah: [15] • Antigenic drift, yaitu ketika gen virus influenza mengalami perubahan-perubahan kecil seiring dengan waktu saat virus bereplikasi.
Perubahan genetik yang kecil ini akan berakumulasi perlahan-lahan sehingga sifat antigeniknya berbeda dan tidak dikenali lagi oleh sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan komposisi vaksin influenza perlu ditinjau secara berkala agar dapat mengimbangi laju perubahan virus.
• Antigenic shift, yaitu ketika terjadi perubahan gen yang besar dan mendadak yang menghasilkan jenis protein H yang baru dan/atau kombinasi protein H dan N yang baru. Kebanyakan individu tidak memiliki kekebalan terhadap virus influenza yang baru ini sehingga menyebabkan terjadinya wabah penyakit yang luas.
Spesies peka [ sunting - sunting sumber ] Virus influenza dapat menyerang berbagai spesies hewan dan penyakitnya diberi nama sesuai dengan jenis hewan yang diinfeksi, misalnya flu burung, flu babi, flu kuda, dan flu anjing. Mutasi genetik memungkinkan terjadinya infeksi silang antarspesies. [16] Burung liar akuatik diduga merupakan reservoir alami virus flu burung. Virus flu burung telah diisolasi pada lebih dari 100 spesies burung liar, yang sebagian besar infeksinya disebabkan oleh virus LPAI.
[17] Infeksi umumnya ditemukan pada ordo Anseriformes (seperti kisaran inang virus flu burung adalah dan angsa) serta dua famili pada ordo Charadriiformes atau burung wader, yaitu famili Laridae (seperti burung camar) serta famili Scolopacidae (seperti burung trinil). [14] Burung-burung yang telah didomestikasi, baik unggas (seperti ayam dan kalkun) maupun unggas air (bebek dan angsa) peka terhadap serangan virus flu burung. [14] Kejadian penyakit [ sunting - sunting sumber ] Peta penyebaran global H5N1 (hingga tahun 2013) Negara dengan kematian manusia, unggas, dan burung liar akibat H5N1 Negara dengan kematian unggas atau burung liar akibat H5N1, dan kasus pada manusia telah dilaporkan Negara dengan kematian unggas atau burung liar akibat H5N1 Kasus pada hewan [ sunting - sunting sumber ] Flu burung pertama kali dilaporkan pada tahun 1878 di Italia.
Awalnya, penyakit ini disangka sebagai kolera unggas bentuk akut dan septisemik. Virusnya sendiri belum diidentifikasi dan diklasifikasikan sebagai virus influenza hingga 1955. Sebelum dikenal sebagai flu burung, penyakit ini diberi nama pes unggas ( fowl plague). [18] Pada Simposium Internasional Flu Burung yang pertama pada tahun 1981, istilah HPAI mulai digunakan menggantikan pes unggas untuk menggambarkan bentuk flu burung yang sangat virulen. [18] Istilah LPAI mulai digunakan pada tahun 2002 pada simposium yang kelima.
[19] Virus flu burung ditemukan di seluruh dunia dengan laporan isolasi dari benua Afrika, Asia, Australia, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Eropa. [20] Bukti serologis infeksi pada penguin di Antarktika juga telah ditemukan. [21] Kasus pada manusia [ sunting - sunting sumber ] Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sejumlah kasus flu burung pada manusia. Manusia dapat terinfeksi virus influenza A subtipe H5N1, H7N9, dan H9N2.
[3] Infeksi flu burung pada manusia pertama kali ditemukan di Hong Kong pada tahun 1997 dengan jumlah kasus 18 orang dan 6 di antaranya meninggal dunia. [22] Temuan infeksi pada manusia selanjutnya dilaporkan di Tiongkok, Vietnam, Thailand, Kamboja, lalu Indonesia. [22] Hingga 1 Oktober 2021, WHO telah mencatat sebanyak 863 kasus dengan 456 kematian pada manusia dengan rincian pada tabel di bawah ini. [23] Negara Jumlah kasus Jumlah kematian Azerbaijan 8 5 Bangladesh 8 1 India 1 1 Indonesia 200 168 Irak 3 2 Jibuti 1 0 Kamboja 56 37 Kanada 1 1 Laos 3 2 Mesir 359 120 Myanmar 1 0 Nepal 1 1 Nigeria 1 1 Pakistan 3 1 Thailand 25 17 Tiongkok 53 31 Turki 12 4 Vietnam 127 64 Jumlah 863 456 Jumlah kasus yang dilaporkan WHO adalah jumlah kasus yang telah diverifikasi dengan hasil laboratorium.
Cara penularan [ sunting - sunting sumber ] Hewan [ sunting - sunting sumber ] Flu burung ditularkan melalui kontak langsung antara burung terinfeksi dengan burung sehat. Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, sepatu, kendaraan, maupun peralatan kandang.
Partikel virus flu burung ditemukan pada sekresi dari hidung, mulut, dan mata; kotoran; serta permukaan luar telur yang dihasilkan oleh burung terinfeksi. [24] Flu burung tidak termasuk penyakit yang menular melalui udara. Penularan dari satu peternakan ke peternakan lain terjadi melalui perpindahan unggas, produk unggas, orang, dan kendaraan yang digunakan untuk transportasi. [24] Ketahanan virus dalam kotoran burung bergantung pada jumlah virus, suhu, dan kelembaban.
Secara umum, virus lebih cepat mati jika suhu semakin tinggi dan tinja semakin kering. [24] Manusia [ sunting - sunting sumber ] Meskipun tidak biasa bagi manusia untuk terinfeksi virus influenza A langsung dari hewan, infeksi secara sporadik yang disebabkan oleh virus flu burung dan virus flu babi telah dilaporkan. [25] Sebagian besar kasus influenza A pada manusia (H5N1 dan H7N9) diasosiasikan dengan kontak dengan unggas terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi.
[3] Bukti epidemiologis dan virologis menunjukkan bahwa virus tidak mampu menular dari manusia ke manusia. [26] Beberapa ilmuwan berpendapat flu burung tidak menular ke manusia karena perbedaan reseptor virus pada sel manusia dan sel burung. Manifestasi klinis [ sunting - sunting sumber ] Hewan [ sunting - sunting sumber ] Flu burung menyebabkan beragam manifestasi klinis bergantung pada jenis virus yang menginfeksi, jenis dan umur hewan terinfeksi, hingga faktor lingkungan.
Virus HPAI mampu menyebabkan kematian mendadak sedangkan virus LPAI tidak menimbulkan tanda klinis atau hanya menyebabkan tanda klinis yang ringan. Tanda klinis yang sering kisaran inang virus flu burung adalah antara lain gangguan sistem pernapasan seperti leleran dari hidung dan mata, batuk, kesulitan bernapas (dispnea), pembengkakan sinus dan/atau kepala, penurunan nafsu makan dan minum, sianosis pada kulit yang tak berbulu, pial, dan jengger, diare, hingga inkoordinasi dan gangguan saraf.
[6] Pada ayam petelur, dapat terjadi penurunan produksi dan kualitas telur. [6] Menurut OIE, masa inkubasi flu burung adalah 21 hari. [27] Manusia [ sunting - sunting sumber ] Infeksi flu burung pada manusia dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas yang ringan ( demam dan batuk) hingga pneumonia berat, sindrom gangguan pernapasan akut, syok, bahkan kematian.
[3] Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, dan diare lebih sering dilaporkan pada infeksi virus subtipe H5N1 sedangkan konjungtivitis dilaporkan pada infeksi subtipe H7. [3] Diagnosis [ sunting - sunting sumber ] Hewan [ sunting - sunting sumber ] Pengambilan spesimen usap pada seekor ayam Identifikasi virus dilakukan untuk mengonfirmasi kasus klinis pada hewan, menilai bebasnya individu dari infeksi sebelum dilalulintaskan, menilai bebasnya populasi dari infeksi, dan serta mengetahui prevalensi infeksi dalam rangka surveilans penyakit.
Metode uji yang dilakukan dapat berupa reaksi berantai polimerase transkripsi-balik (RT-PCR), isolasi virus, dan deteksi antigen. Sementara itu, untuk mendeteksi respons kekebalan tubuh, misalnya memeriksa status kekebalan pascavaksinasi, uji hemaglutinasi inhibisi (untuk H5 atau H7), ELISA, dan imunodifusi gel agar (AGID; untuk influenza A) dapat digunakan. [6] Diagnosis banding untuk flu burung pada unggas adalah penyakit Newcastle (ND), laringotrakeitis infeksius (ILT), bronkitis infeksius (IB), kolera unggas, dan infeksi Escherichia coli.
[28] Manusia [ sunting - sunting sumber ] Berdasarkan WHO dan sesuai dengan situasi serta kondisi di Indonesia, kasus flu burung pada manusia diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu: (1) seseorang dalam investigasi; (2) kasus suspek; (3) kasus probabel; dan (4) kasus konfirmasi. [29] Kasus konfirmasi adalah seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau probabel dan disertai satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan dalam suatu laboratorium influenza yang hasil pemeriksaan H5N1-nya: • Hasil PCR H5 positif, • Peningkatan ≥ 4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil ≤ 7 hari setelah muncul gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula ≥ 1/80, • Isolasi virus H5N1, atau • Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 ≥ 1/80 pada spesimen serum yang diambil hari ke ≥ 14 setelah ditemukan penyakit, disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda ≥ 1/160 blot Western spesifik H5 positif.
Pencegahan [ sunting - sunting sumber ] Flu burung dapat dicegah dengan pemberian vaksin, penerapan biosekuriti, pengendalian lalu lintas media pembawa virus influenza A, pemusnahan unggas secara selektif (depopulasi) di daerah tertular, dan pemusnahan unggas secara menyeluruh di daerah tertular baru. [30] Orang yang sehari-hari bekerja dengan unggas atau orang yang merespons wabah flu burung disarankan mengikuti prosedur biosekuriti dan pengendalian infeksi, seperti menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dan memperhatikan higiene tangan.
[31] Referensi [ kisaran inang virus flu burung adalah - sunting sumber ] Catatan kaki [ sunting - sunting sumber ] • ^ "Avian Influenza Portal". www.oie.int (dalam bahasa Inggris). World Organisation for Animal Health (OIE). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-18. Diakses tanggal 12 Juni 2019.
• ^ a b c d "Influenza type A viruses". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). Centers for Disease Control and Prevention. Diakses tanggal 17 Juni 2019. • ^ a b c d e "Influenza (Avian and other zoonotic)".
www.who.int (dalam bahasa Inggris). World Health Organization. 13 November 2018. Diakses tanggal 25 Juni 2019. • ^ "What is Avian Influenza". www.oie.int kisaran inang virus flu burung adalah bahasa Inggris). World Organisation for Animal Health (OIE). Diakses tanggal 12 Juni 2019. • ^ OIE Manual (2018), hlm. 821. • ^ a b c d OIE Manual (2018). • ^ a b OIE Code (2019), hlm. 1. • ^ OIE Manual (2018), hlm. 822. • ^ a b "Updated unified nomenclature system for the highly pathogenic H5N1 avian influenza viruses".
www.who.int (dalam bahasa Inggris). World Health Organization. Oktober 2011. Diakses tanggal 12 Juni 2019. • ^ "Types of influenza viruses". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). Centers for Disease Control and Prevention. Diakses tanggal 17 Juni 2019. • ^ Putri dkk. (2019). • ^ Evolution of the Asian H5 Hemagglutinin (PDF) (dalam bahasa Inggris), World Health Organization • ^ HA Full Tree (PDF) (dalam bahasa Inggris), World Health Organization • ^ a b c d Spickler (2019).
• ^ "How the flu virus can change: "Drift" and "Shift "". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). Centers for Disease Control and Prevention. Diakses tanggal 17 Juni 2019. • ^ Short dkk. (2015). • ^ "Avian influenza in birds". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). Centers for Disease Kisaran inang virus flu burung adalah and Prevention. Diakses tanggal 17 Juni 2019. • ^ a b Lupiani & Reddy (2009).
• ^ Fifth International Symposium on Avian Influenza (1 September 2003). "Recommendations of the Fifth International Symposium on Avian Influenza".
Avian Diseases. 47: 1260–1261. doi: 10.1637/0005-2086-47.s3.1260. Diakses tanggal 25 Juni 2019. • ^ Saif dkk. (2008), hlm. 164. • ^ Hurt dkk. (2014). • ^ a b WHO (25 Januari 2012). "H5N1 avian influenza: Timeline of major events" (PDF).
World Health Organization. Diakses tanggal 25 Juni 2019. • ^ WHO (1 Oktober 2021). "Cumulative number of confirmed human cases for avian influenza A(H5N1) reported to WHO 2003-2021" (PDF). World Health Organization. Diakses tanggal 4 November 2021. • ^ a b c FAO. "Avian Flu: Questions & Answers". Food and Agriculture Organization. Diakses tanggal 30 Juni 2019. • ^ "Transmission of Avian Influenza A Viruses Between Animals and People".
/www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). Centers for Disease Control and Prevention.
10 Februari 2015. Diakses tanggal 30 Juni 2019. • ^ "Influenza at the human-animal interface" (PDF). www.who.int (dalam bahasa Inggris). World Health Organization. 10 Mei 2019. Diakses tanggal 26 Juni 2019. • ^ OIE Code (2019). • ^ Kementan RI (2014), hlm. 11. • ^ Kemenkes RI (2017), hlm. 29-33. • ^ Kementan Kisaran inang virus flu burung adalah (2014), hlm. 12-15. • ^ "Prevention and Treatment of Avian Influenza A Viruses in People". www.cdc.gov (dalam bahasa Inggris). Centers for Disease Control and Prevention.
Diakses tanggal 27 Agustus 2019. Daftar pustaka [ sunting - sunting sumber ] • Hurt, Aeron C.; Vijaykrishna, D.; Butler, J.; Baas, C. (2014). "Detection of Evolutionarily Distinct Avian Influenza A Viruses in Antarctica" (PDF). MBio. 5 (3): e01098–14. • Kementerian Kesehatan RI (2017). Pedoman Penanggulangan Flu Burung. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
• Kementerian Pertanian RI (2014). Manual Penyakit Unggas (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Parameter -edisi= yang tidak diketahui akan diabaikan ( bantuan) • Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (2018), Chapter 3.3.4. Avian influenza (infection with avian influenza viruses) (PDF), Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for Terrestrial Animals, World Organisation for Animal Health (OIE) • Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (2019), Chapter 10.4.
Infection with Avian Influenza Viruses (PDF), Terrestrial Animal Health Code, World Organisation for Animal Health (OIE) • Lupiani, Blanca; Reddy, Sanjay M. (Juli 2009). "Review: The history of avian influenza" (PDF). Comparative Immunology, Microbiology and Infectious Diseases. 32 (4): 311–323. doi: 10.1016/j.cimid.2008.01.004. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-06-25. Diakses tanggal 2019-06-25. • Putri, Khrisdiana; Widyarini, Sitarina; Sugiyono; Asmara, Widya (21 Maret 2019).
"The Thrift of Avian Influenza in Indonesia". IntechOpen. doi: 10.5772/intechopen.85105. • Saif, Y.M.; Fadly, A.M.; Glisson, J.R.; McDougald, L.R.; Nolan, L.K.; Dwayne, D.E. (29 Juli 2008). Diseases of Poultry (edisi ke-12). Oxford: Blackwell Publishing. ISBN 978-0-8138-0718-8. • Short, Kirsty R.; Richard, Mathilde; Verhagen, Josanne H.; Debbie, van Riel (26 Maret 2015).
"One health, multiple challenges: The inter-species transmission of influenza A virus". One Health. 1: 1–3. doi: 10.1016/j.onehlt.2015.03.001. Diakses tanggal 17 Juni 2019. • Spickler, Anna Rovid (November 2015), Avian Influenza (PDF), CFSPH Technical Disease Fact Sheets, The Center for Food Security and Public Health, Iowa State University Lihat pula [ sunting - sunting sumber ] • Flu burung di Indonesia Pranala luar [ sunting - sunting sumber ] Media terkait Avian influenza di Wikimedia Commons • Antraks • Bruselosis ( B.
abortus) • Bruselosis ( B. suis) • Cacingan • Demam babi klasik • Demam Q • Ensefalitis virus Nipah • Flu babi • Flu burung • Kampilobakteriosis • Leptospirosis • Paratuberkulosis • Penyakit jembrana • Penyakit surra • Rabies • Rhinotrakeitis sapi infeksius • Salmonelosis • Septisemia epizotik • Sindrom reproduksi dan respirasi babi • Sistiserkosis • Toksoplasmosis • Tuberkulosis sapi PHMS yang penyakitnya belum ada di Indonesia • Adenokarsinoma paru domba • Anemia infeksius kuda • Arteritis viral kuda • Artritis dan ensefalitis kambing • Cacar domba dan cacar kambing • Cacar kuda genital • Cacar unta • Demam babi Afrika • Demam hemoragik krimea-kongo • Demam lembah rift • Ensefalitis lembah murray dan demam nil barat • Ensefalitis virus nipah • Ensefalomielitis burung • Ensefalomielitis kuda ( timur, barat, venezuela) • Ensefalomielitis teskovirus • Enteritis viral bebek • Flu babi • Flu burung patogenisitas tinggi • Flu kuda • Gastroenteritis menular babi • Hepatitis viral bebek • Infeksi Hendravirus • Maedi-visna • Miksomatosis • Penyakit domba nairobi • Penyakit hemoragik kelinci • Penyakit kuda Afrika • Penyakit kulit berbenjol • Penyakit mulut dan kuku • Penyakit virus ebola • Penyakit virus marburg • Penyakit vesikular • Penyakit vesikular babi • Pseudorabies • Rhinopneumonitis kuda • Rhinotrakeitis kalkun • Sampar domba • Sampar sapi • Sindrom reproduksi dan respirasi babi Penyakit bakterial • Agalaksia menular • Aktinomikosis sapi • American foulbrood • Bruselosis kambing dan bruselosis domba • Epididimitis domba • European foulbrood • Heartwater • Ingus jahat • Ingus tenang • Kampilobakteriosis • Metritis kuda menular • Pleuropneumonia kambing menular • Pleuropneumonia sapi menular • Rhinitis atropik babi • Septisemia Yersinia pseudotuberkulosis • Tularemia Penyakit parasitik • Anemia ayam infeksius • Bronkitis infeksius • Cacar unggas • Demam babi klasik • Demam kataral malignan • Diare ganas/penyakit mukosal sapi • Ensefalitis Jepang • Flu burung patogenisitas rendah • Laringotrakeitis infeksius • Leukosis limfoid • Leukosis sapi enzootik • Orf • Penyakit gumboro • Penyakit Jembrana • Penyakit lidah biru • Penyakit Marek • Penyakit Newcastle • Penyakit parvovirus anjing • Rabies • Rhinotrakeitis sapi infeksius/vulvovaginitis pustular infeksius • Sindrom kekerdilan ayam • Sindrom penurunan telur Penyakit bakterial • Antraks • Bruselosis • Dermatofilosis • Disentri babi • Erisipelas • Kolera unggas • Leptospirosis • Listeriosis • Mikoplasmosis burung ( penyakit respirasi kronis, sinovitis infeksius) • Paratuberkulosis • Psitakosis • Radang paha • Septisemia epizotik • Tifoid unggas • Tuberkulosis • Tuberkulosis burung • Tuberkulosis sapi Penyakit fungal • Halaman ini terakhir diubah pada 4 November 2021, pukul 08.17.
• Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • •
Setiap tipe virus hanya dapat menginfeksi beberapa jenis inang tertentu.
Jenis inang yang dapat diinfeksi oleh virus ini disebut kisaran inang. Akan tetapi, beberapa virus memiliki kisaran inang yang cukup luas sehingga dapat menginfeksi dan menjadi parasit pada beberapa spesies. Misalnya, virus flu burung dapat juga menginfeksi babi, unggas ayam dan juga manusia.6 Pengendalian dan Pencegahan Flu Burung Sumber : Wikimedia.org Penularan Virus Flu Burung Sumber penularan flu burung berasal dari sekreta atau ekskreta hewan yang terinfeksi dalam hal ini yaitu feses dan lendir dari mukosa hidung, sumber penularan juga bisa berasal dari burung yang bertindak sebagai recervoar (pembawa) seperti itik liar, camar, dan beberapa burung pantai.
Cara penularan flu burung dibagi menjadi dua yaitu kontak langsung didalam peternkan dan tidak langsung yakni diluar peternakan. Hospes alami dari AI adalah unggas air, unggas domestik (ayam, kalkun, burung merpati, dan burung puyuh) sangat peka terhadap flu burung sedangkan itik dan angsa bisa kebal terhadap virus AI. BACA : Marek's Disease pada Unggas Masa Inkubasi Virus Flu Burung Masa inkubasi unggas saat setelah terinfeksi virus AI adalah 2 sampai 3 hari.
Cepat atau lambatnya gejala klinis muncul sangat tergantung pada dosis, route kontak dan spesies unggas yang kisaran inang virus flu burung adalah. Gejala klinis Flu Burung Gejala klinis muncul bergantung pada dosis, rute kontak dan spesies unggas yang terserang. Berdasarkan tingkat virulensinya virus ini dibagi menjadi dua yaitu ( highly pathogenic avian influenza /HPAI) dan LPAI (low pathogenic avian influenzae). Pada HPAI ditandai dengan : • gejala klinis yang cepat, • angka kematian yang tinggi, • terjadi gangguan pernafasan hingga sianosis pada daerah muka, jengger, pial, dada, tungkai,dan telapak kaki, • lakrimasi yang berlebihan, • sinusitis, • oedema daerah kepala dan muka, • penurunan produksi telur, dan • terjadi diare dan adanya Perdarahan pteki.
Sedangkan pada LPAI (low pathogenic avian influenzae) ditandai dengan : • gangguan pernafasan, • anoreksia, • depresi, • kisaran inang virus flu burung adalah, • penurunan produksi telur, Pada LPAI ini jarang menyebabkan kematian. Patogenesis Flu Burung Cara menginfeksi virus flu burung bisa dilakukan melalui udara (inhalasi) maupun makanan (per oral). Mula -mula virus AI masuk kedalam tubuh inang melalui udara yang tercemar,kemudian menempel dan menginfeksi epitel silia mukosa hidung, virus ini kemudian bereplikasi dan menyebar melalui saluran pernafasan dalam kurun waktu kurang dari 3 hari.
BACA : Infectious Bronchitis (IB) Pada infeksi AI yang berat (HPAI) virus menyebar hingga daerah bronkioli yang bisa menyebabkan timbulnya gejala bronkopneumonia yang ditandai dengan eksresi mukopurulent.
Tidak hanya melalui udara virus juga bisa tercampur dengan pakan atau air minum yang tercemar,selanjutnya virus menginfeksi epitel saluran pencernaan lalu bereplikasi dan menyebar melalui ekskreta saluran pencernaan dan menimbulkan gejala diare. Penyebaran virus melalui aliran darah juga bisa dilakukan istilah ini biasa disebut dengan viremia primerdimana virus mengikuti aliran darah menuju organ-organ dalam yang menyebabkan viremia sekunder.
Gejala klinis mulai nampak beberapa jam sampai 3 hari setelah unggas terinfeksi yaitu adanya lesi berdarah pada organ-organ dalam. Perubahan patologis Pada kasus AI akut, perubahan organ ditandai adanya : • kongesti, • perdarahan serta oedema pada paru-paru. Pada ayam yg bertahan hidup 3 sampai 5 hari setelah gejala klinis, terjadi perubahan patologis seperti : • kepala membengkak, • sianosis pada jengger dan pial • serta dapat berkembang menjadi nekrosis yang berwarna merah tua kebiruan.
Pada organ dengan infeksi yang akut perubahan yang terjadi adalah hemoragi dan kongesti. Hemoragi terjadi pada oviduct dan ususlemak abdomen, permukaan serosa dan peritonium, proventriculus terutama di daerah perbatasan dengan ventriculus. Pada stadium lanjut organ pankreas, hepar, jantung dan paru-paru ditemukan adanya foki nekrotik dengan warna kekuningan.
BACA : Marek's Disease pada Unggas Daerah muka yang mengalami sianosis Ptekie pada mukosa mata Perubahan patologis pada AI bentuk ringan ada pada daerah tractus respiratorius di daerah sinus dan ditandai dengan radang catharal, fibrinosa, dan mucopurulen, pada daerah mukosa trakea terjadi odema dengan eksudat serosa sampai perkejuan.
Infeksi virus AI bisa berlanjut parah apabila terjadi infeksi sekunder. Pengendalian dan Pencegahan Flu Burung Beberapa tindakan strategis yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit AI ialah : • peningkatan biosekuriti, • vaksinasi (vaksin inaktif yang homolog), • depopulasi dan pemusnahan (stamping out), kisaran inang virus flu burung adalah pengendalian lalu lintas ternak, • monitoring terhadap unggas sakit.
Dari pembahasan mengenai virus flu burung dan cara penyebaran-nya di atas, apakah ada yang ingin Anda tanyakan? Silakan sampaikan melalui kolom komentar di bawah ya 🙂 Categories Virologi Tags Ayam, Burung, Flu Burung, Kalkun, Unggas Post navigation Ingin konsultasi seputar hewan peliharaan Anda secara online?
Klik di sini Terbaru • Benarkah Kucing Disteril Menjadi Lebih Gemuk? • Layanan Dokter Hewan di Ngawi • Benarkah Bulu Kucing Menyebabkan Penyakit Asma?
• Kenapa Kucing Suka Membawa Pulang Tikus Mati • Memotong Kuku Kucing, Perlukah? • Kenapa Kucing Makan Rumput? Apakah Berbahaya? • Infeksi Jamur pada Kucing dan Anjing • Marek’s Disease pada Unggas • Flu Burung (Avian Influenza) • Infectious Bronchitis (IB) Kategori • FAQ • Info • Mikrobiologi • Parasitologi • Reptil • Tips • Virologi