Ajaran syiah itu seperti apa

ajaran syiah itu seperti apa

ERROR: The request could not be satisfied 403 ERROR The request could not be satisfied. Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront (CloudFront) Request ID: Vg-H9ewRisXiC2rFxRLLc2mKBxBhEPVzcsDBm08xnjH8YSsNrWMWKQ== Ciri Pengikut Syiah Indonesia tengah menjadi target misionaris Syi’ah besar-besaran.

Ajaran syiah itu seperti apa kini banyak pengikutnya berada di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Jumlah penganut Syiah di Indonesia Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat, pernah mengatakan kisaran jumlah penganut Syiah di Indonesia“Perkiraan tertinggi, 5 juta orang. Tapi, menurut saya, sekitar 2,5 jiwa,” kata Kang Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat.

Pemeluk Syiah, kata Kang Jalal melanjutkan, sebagian besar ada di Bandung, Makassar, dan Jakarta. Selain itu, ada juga kelompok Syiah di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan Semarang; Garut; Bondowoso, Pasuruan, dan Madura.

Diperkirakan, kebanyakan dari mereka sedang melakukan taqiyah dalam rangka melindungi diri dari kaum muslimin. Mereka bertaqiyah dalam rangka mengelabuhi kaum muslimin, sehingga bisa menarik simpati banyak orang terhadap syiah.

ajaran syiah itu seperti apa

Keterangan selengkapnya bisa anda pelajari di: Doktrin Aliran Syiah yang Berbahaya Menurut Ali Muhammad Ash Shalabi, taqiyah dalam Syiah ada empat unsur pokok ajaran; • PERTAMA, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya.

• KEDUA, taqiyah digunakan ajaran syiah itu seperti apa berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah. • KETIGA, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan syiah.

• KEEMPAT, digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan Kemudian, menurut Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah Islam Internasional Qiblati, ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut: • Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.

• Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jum’at bersama jama’ah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empat raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya. • Pengikut Syi’ah juga tidak akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.

Anda bisa saksikan videonya di: • Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.

• Mayoritas pengikut Syi’ah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala – redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud, bila mereka shalat tidak didekat orang lain. • Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin. • Anda tidak akan mendapatkan penganut Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.

• Anda juga akan melihat penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum. Dzikir mereka tidak lagi menyebut nama Allah, tapi menyebut nama Husain atau Fatimah atau ahlul bait lainnya. • Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat radhiyallahu anhum dan para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

• Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa setelah Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam.

(mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah). • Mereka berusaha ajaran syiah itu seperti apa tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara satu kelompok kaum muslimin dengan kelompok lainnya, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan sunni. Ini tentu tidak benar.

• Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya. • Orang Syi’ah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.

• Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syi’ah.

• Orang-orang Syi’ah juga getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak.

Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan agama Syi’ah.

Ciri-ciri mereka sangat banyak. Sekalipun dalam kondisi syiah minoritas, anda sulit untuk menjumpai ciri itu, karena mereka bertaqiyah. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.

Dengan hati yang terang, kaum muslimin Ahlus Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan. Ajaran syiah itu seperti apa Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan menyepelekan al-Quran dan para sahabat radhiyallahu anhum, serta para ibunda kaum Muslimin (yaitu istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita memohon hidayah kepada Allah untuk kita dan mereka semua. Wallahu a’lam. (Qiblati/LPPIMakassar/nahimunkar) Tentang bagaimana acara sakral Syiah Indonesia, anda bisa saksikan videonya di: POPULAR CATEGORIES • FIKIH 1490 • AQIDAH 931 • Ibadah 790 • Sholat 599 • Halal Haram 552 • Pernikahan 517 Recent Posts • Bolehkah Ayah Mencium Anak Perempuannya yang Sudah Dewasa?

• Apakah Jual Beli Kurma Secara Online Termasuk Riba? • Hukum Shalat di Antara Tiang-tiang dalam Shalat Jama’ah • Hukum Meminjam Uang di Pinjaman Online (Pinjol) • Apa yang Dilakukan Masbuk ketika Masuk ke Shaf?

• Sembuh Sakit karena Bersedekah
Syi’ah adalah sekte keras yang sangat memuliakan sayyidina Ali Bin Abi Thalib secara berlebih-lebihan,dan menganggap sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, Adalah orang-orang yang merampas haknya sayyidina ali bin abi thalib menjadi khalifah setelah Rasulullah saw, Hal itu sangat bertentangan dengan konsensus (Ijma’) ulama ahlussunnah wal jama’ah.

Selain itu, banyak diantara ajaran dan keyakinan syi’ah yang sangat berbeda dengan Ahlussunnah wal jama’ah, bukan hanya dalam bidang akidah, ibadah, dan hukum, akan tetapi semua aturan baik yang berhubungan dengan Tuhan, ataupun yang berhubungan dengan umat manusia. Ada banyak persoalan penyimpangan ajaran dan keyakinan syiah dengan ahlussunnah.

Kaum syi’ah memiliki tatanan hukum yang bertentangan dengan syari’at islam, diantaranya adalah menghalalkan nikah mut’ah. Bahkan mereka menganjurkan para penganutnya untuk melakukan nikah temporer semacam ini.

Secara terminologis, yang dibatasi dengan waktu tertentu. Seperti nikah dalam rentang waktu satu tahub, satu bulan, satu minggu, atau bahkan hanya sebatas sehari saja. Sikap Ahlussunnah Wal Jama’ah Menurut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah, hukum nikah mut’ah adalah tidak sah dan haram karena bertentangan dengan tatanan syari’at islam yang telah termaktub didalam al-qur’an, al-hadist,serta ijma’ ulama. Nikah Mut’ah pernah diperbolehkan oleh Rasulullah saw pada masa permulaan islam.

Namun selanjutnya nikah mut’ah (temporer) ini diharamkan sampai hari kiamat. Allah swt berfirman dalam al-qur’an surat al Mu’minun ayat 5: وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ حٰفِظُوْنَ ۙ 5. dan orang yang memelihara kemaluannya, اِلَّا عَلٰٓى اَزْوَاجِهِمْ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُمْ فَاِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَۚ 6.

ajaran syiah itu seperti apa

kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Seorang laki-laki hanya boleh berhubungan dengan dua Wanita, yaitu istri dan budaknya. Dan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah budak yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir itu, wamita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan. Kebiasaan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. Dalam qur’an surah An-Nisa’ Ayat 24 : فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهٖ مِنْهُنَّ فَاٰتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ فَرِيْضَةً ۗوَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا تَرَاضَيْتُمْ بِهٖ مِنْۢ ajaran syiah itu seperti apa الْفَرِيْضَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki sebagai ketetapan Allah atas kamu.

Dan dihalalkan bagimu selain (perempuan-perempuan) yang demikian itu jika kamu berusaha dengan hartamu untuk menikahinya bukan untuk berzina.

Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah maskawinnya kepada mereka sebagai suatu kewajiban. Tetapi tidak mengapa jika ternyata di antara kamu telah saling merelakannya, setelah ditetapkan. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Penafsiran yang tepat dari ayat tersebut menurut Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah : ‘’Kalau kalian menikah,bayarlah mahar sesuai dengan kesepakatan dan kewajiban dari Allah swt.’’ Ayat tersebut tidak memiliki qarinah yang busa ditafsirkan dengan nikah mut’ah.

Disclaimers Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen.

Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

• Tebar Hikmah Ramadan • Life Hack • Ekonomi • Ekonomi • Bisnis • Finansial • Fiksiana • Fiksiana • Cerpen • Novel • Puisi • Gaya Hidup • Gaya Hidup • Fesyen • Hobi • Karir • Kesehatan • Hiburan • Hiburan • Film • Humor • Media • Musik • Humaniora • Humaniora • Bahasa • Edukasi • Filsafat • Sosbud • Kotak Suara • Analisis • Kandidat • Lyfe • Lyfe • Diary • Entrepreneur • Foodie • Love • Viral • Worklife • Olahraga • Olahraga • Atletik • Balap • Bola • Bulutangkis • E-Sport • Politik • Politik • Birokrasi • Hukum • Keamanan • Pemerintahan • Ruang Kelas • Ruang Kelas • Ilmu Alam & Teknologi • Ilmu Sosbud & Agama • Teknologi • Teknologi • Digital • Lingkungan • Otomotif • Transportasi • Video • Wisata • Wisata • Kuliner • Travel • Pulih Bersama • Pulih Bersama • Indonesia Hi-Tech • Indonesia Lestari • Indonesia Sehat • New World • New World • Cryptocurrency • Metaverse • NFT • Halo Lokal • Halo Lokal • Bandung • Joglosemar • Makassar • Medan • Palembang • Surabaya • SEMUA RUBRIK • TERPOPULER • TERBARU • PILIHAN EDITOR • TOPIK PILIHAN • K-REWARDS • KLASMITING NEW • EVENT Dulu saat masih kecil dan remaja, saya pernah mendengar konflik antara Syiah dan Sunni di negara timur tengah.

Saat itu saya masih belum terlalu mengerti apa beda Syiah dan Sunni. Mengapa kedua golongan ini sampai terlibat konflik walau 'kelihatannya' sama-sama mengaku Islam. Setahu saya sebagai orang awam, persatuan umat Islam di negara arab cukup solid karena disanalah pertama kali ajaran Islam yang turun melalui wahyu-wahyu ilahi disebarkan. Lalu mengapa sesama orang Arab masih berperang bahkan tidak segan-segan melakukan pembantaian seperti yang kita lihat di negara Syria misalnya?

Apakah itu murni perebutan kekuasaan atau ada konflik Syiah versus Sunni juga di dalamnya? Pernah saya menonton video salah seorang pendakwah ahli perbandingan agama yaitu dr. Zakir Naik asal India. Sebagai info beliau hafal Al-quran, dan beberapa kitab suci lainnya sebagai perbandingan. Begitu ditanyakan kepadanya mengapa ada banyak aliran/sekte di dalam umat muslim, beliau menjawab dengan bijak di Al-qur'an tidak pernah ada disebutkan Islam terbagi menjadi Syiah dan Sunni, dll.

Kedua sebutan ini murni hasil karya manusia dan bukan dari Allah Swt. Menurut beliau, jika mau tau suatu ajaran benar ajaran syiah itu seperti apa salah kembalikan saja ke isi Al-qur'an dan hadits2 Nabi Saw. Jika suatu kelompok berpegang teguh pada kedua sumber utama ajaran Islam berarti kelompok tersebut sesuai dengan Islam, jika tidak maka sudah dapat dipastikan kelompok tersebut harus kita tinggalkan.

Simple. JIKA DASAR AJARANNYA TIDAK BERSUMBER DARI AL-QUR'AN DAN HADITS YANG SANADNYA JELAS MAKA AJARAN TERSEBUT TIDAK LAYAK KITA IKUTI SEBAGAI UMAT MUSLIM. Kembali ke Syiah, karena ajaran ini mulai masuk ke Indonesia sudah sewajarnya kita sebagai umat Islam lebih aware untuk mempelajari ajaran Islam lebih baik dan ajaran syiah itu seperti apa dengan faham Syiah sebagai benteng pribadi dan juga keluarga serta teman2 sesama Islam.Â
Oleh: Maulina Dewi SYIAH merupakan sebuah sekte yang muncul pasca wafatnya Baginda Nabi.

Sebagaimana yang dicatat oleh Imam al-Asy’ari dalam kitab Maqālat Islāmiyyin bahwa awal mula perselisihan yang terjadi pada umat Islam —pasca wafatnya Rasulullah ﷺ — adalah perselisihan dalam ajaran syiah itu seperti apa Imamah (kepemimpinan)”.

Setelah Kaum Anshar mengatakan “Kita semua sama-sama memiliki sosok pemimpin” ( Minna amīrun wa minkum amīrun) akhirnya kepemimpinan pun jatuh di tangan Abu Bakar. Begitu juga yang terjadi pada khalifah ketiga, Ustman bin ‘Affan, dan keempat, Ali bin abi thalib yang pada saat itu sedang memuncaknya perseteruan. Ahmad Amin, salah seorang sastrawan Mesir, juga menjelaskan dalam bukunya Fajr al-Islam bahwa sebenarnya benih Syiah telah muncul tepat pasca Rasulullah ﷺ wafat. Mereka yang mempelopori sekte ini menganggap bahwa hak kekuasaan dalam kepemimpinan hanya sah diberikan kepada ahlu bait.

Ahlu bait yang paling utama menurut pandangan mereka adalah Abdullah bin Abbas dan Ali bin Abu Thalib dengan lebih mengunggulkan Ali dibanding Ibn Abbas. Kekuatan sekte ini membubung tinggi saat kekhalifahan benar-benar telah sampai pada tangan Ali bin Abi Thalib. Setelah pembaiatan Sayyidina Ali, Kufah dijadikan markaz pemerintahan, sehingga di sanalah akar syiah tertanam kuat yang kemudian menyebar ke suluh penjuru bumi (lihat Hayat al-Syi’ir fi ajaran syiah itu seperti apa hal.52).

Demikian paparan peneliti INSISTS, Dr. Syamsuddin Arif dalam Diskusi Ilmiah yang diadakan oleh Senat Mahasisiwa Fakultas Ushuludin Universitas Al-Azhar yang bekerjasama dengan Ruwaq Indonesia dalam tema “ Menyorot Syiah di Indonesia” Sabtu (09/02/2019) lalu. Dalam pandangan Dr. Syamsuddin, sebelum memaparkan tentang Syiah, sebaiknya kita membuat distingsi terlebih dahulu; apa yang dimaksud dengan Syiah, siapa dan apa masalahnya?

Karena orang awam di Indonesia banyak yang terkecoh hanya karena tidak paham. Sebagai contoh, mereka sangat mudah ditipu oleh berbagai pendapat yang berdalih bahwa kata ‘syiah’ merupakan kata yang disebutkan dalam al-Qur`an. Padahal kalimat yang disebutkan dalam al-Qur`an tidak berarti memliki makna kebenaran.

Misalnya, kata ‘fir’aun’ lebih banyak disebutkan daripada Muhammad, apa lantas disimpulkan peran fir’aun yang di gambarkan adalah benar?

Tentunya tidak. Syiah yang disebut dalam al-Qur`an bisa kita beri makna secara terminologis. Untuk mencairkan suasana dan mempermudah penjelasan, intelektual muslim kelahiran 71 ini memberikan sebuah contoh sederhana dengan mengatakan “ idza kuntum tansuruna Jokowi, fa antum Syiah Jokowi”, jika kalian berpihak pada kubu Jokowi, misalnya, artinya kalian adalah pengikutnya.

Tetapi yang disinggung dalam pembahasan Syiah disini tentunya lebih spesifik dari area terminologis. Baca: Soroti Syiah di Indonesia, Senat Mahasiswa Ushuluddin Al Azhar Kairo Adakan Dialog Beranjak dari makna terminologis, kita akan mendapati Syiah dalam sekte-sekte Islam —yang terpaparkan dalam permasalahan firaq islamiyah— sebagai Syiah dalam ranah politis. Sekte ini bermula dari perang sipil yang akhirnya meletus setelah terbunuhnya Sayyiduna Utsman bin Affan.

ajaran syiah itu seperti apa

Golongan Syiria dikomandoi oleh Muawiyah, yang menolak untuk mengakui legitimasi khalifah keempat, Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Di sisi lain terdapat kelompok yang menyetujui Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah, dan inilah yang disebut sebagai Syiah atau kelompok yang mendukung Ali bin Abi Thalib. Namun semua itu telah terjadi 1400 tahun yang lalu. Artinya, wafatnya para sahabat telah menjadi penutup lembaran Syiah politis.

Lalu Syiah yang bermunculan setelah zaman sahabat itulah yang dinamakan Syiah ideologis ( worldview). Akidah mereka berbeda dengan Ahlus Sunah. Dapat dilihat indikasinya dari tiga pembagian syiah; pertama, Syiah Tafdhil (golongan yang meyakini bahwa sayyidina Ali bin AbiThalib merupakan sahabat yang paling utama tanpa mengkafirkan sahabat yang lain). Kedua, Syiah Rafdh (golongan yang mengingkari tiga khalifah sebelum Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Ketiga, Syiah Ghuluw (golongan yang mengkuduskan, mendewakan bahkan menuhankan sayyidina Ali dan para imam garis keturunan sayyidina Hussein Ra). Penyebaran Syiah telah sampai di belahan bumi Asia tenggara, salah satunya Indonesia.

Meskipun dalam hal ini golongan Syiah di indonesia minoritas tetapi ada indikasi bahwa Syiah terus berkembang, baik secara kualitas maupun kuantitas di berbagai kota.

Ustadz alumni Ponpes Darussalam Gontor tersebut mejelaskan bahwa terdapat beberapa pendapat yang tersebar di Indonesia mengenai Syiah. Ada yang menganggap bahwa syiah hanya madzhab, ada yang berdalih banyak persamaan antara syiah dan Ahlus Sunah, dan ada juga argumen yang mengatakan bahwa Syiah itu tidak monolitik.

Di Indonesia sebagian orang berusaha mencari titik temu, mencari kesamaan-kesamaan, entah disengaja atau tidak dengan mengabaikan perbedaan-perbedaanya. Dr Syamsuddin mengutip perkataan pak Kiyai Abdurrahman Wahid, mantan presiden RI keempat, “Syiah adalah NU plus imamah dan NU adalah Syiah tanpa imamah”.

Maksudnya, presiden yang sohor dipanggil Gus Dur itu menggarisbawahi perbedaan di antara keduanya yaitu persoalan Imamah. Peneliti INSISTS ajaran syiah itu seperti apa juga mengutip perkataan direktur jenderal pendidikan Islam kementrian agama yang kontradiksi dengan pemaparan sebelumnya. Kutipan tersebut berbunyi, “Ketika Sunni dan Syiah mengatakan Tuhan yang sama, nabi yang sama, kiblat dan syahadat yang sama, mengapa perbedaan harus dibesar-besarkan?

Tentunya ini menyalahi akidah. Padahal orang Syiah sendiri, seorang profesor dari Iran yang berwargannegara Amerika mengatakan dalam Ensiklopedia Iranika: “Ideologi Syiah berkisar pada keyakinan mengenai imam yang disebut Imamologi”.

Bagi orang Syiah, imam itu ma’shum (bersih dari dosa), atau menyamakan derajatnya dengan Nabi dan Rasul, bahkan mereka meyakini imam adalah hujjah bagi umat Islam, dan pada diri imam-imam tersebut terdapat titisan ruh dari imam yang sebelumnya. Imam yang mati sebelumnya dipercayai hanya sembunyi, hingga suatu saat nanti akan kembali. Oleh karenanya ada istilah ‘ aqidah roj’ah’, ‘imam qoim’ (yang berdiri atau bangkit) dan ‘ imam qoid’ (pasif atau yang tidak melawan pemerintahan melainkan hanya pemimpin spiritual dalam komunitas Syiah).” Baca: Al-Azhar, Sunni dan Syiah Yang menjadi masalah kita terhadap ajaran mereka di antaranya adalah; penghinaan mereka kepada para Sahabat Nabi, gemar memalsukan hadis dan kepercayaan ajaran syiah itu seperti apa adanya konsep tanâsukh (pindahnya roh nabi kepada para imam mereka).

Menurut Dr. Syams, ada tiga kata yang dapat mewakili sosok mereka, (i) Deviator (penyimpang), (ii) Koruptor (perusak), dan (iii) Fabrikator (pemalsu).

Lalu jika ingin ditelisik lebih dalam mengenai Syiah ideologi ini, kita akan menemukan konsep yang bernama ‘Huseinsentris’.

ajaran syiah itu seperti apa

Dalam Kitab al-Ma’ārif karya Ibnu Qutaibah disebutkan silsiah sekaligus nama-nama istri dan keturunan Sayyidina Ali. “Putera dari seluruh ajaran syiah itu seperti apa berjumlah 21, tetapi yang ramai di telinga kita hanya Hasan dan Hussein, lalu yang sembilan belas kemana?

Mengapa yang dinobatkan sebagai imam hanya dari garis keturunan sayyidina Hussein?,” ujar Dr. Syams. Jawabannya bisa ditemukan pada sebuah legenda versi mereka.

Legenda yang mereka yakini benar-benar suatu peristiwa yang pernah terjadi dahulu kala. Bahwa Persia runtuh setelah diserang dan ditaklukan oleh muslim sejak masa Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq. Lalu disempurnakan pada zaman Sayyidina Umar bin Khattab. Dalam legenda tersebut disebutkan bahwa Raja Persia, Yazdegerd III memiliki seorang putra dan dua orang putri. Riwayat menyebutkan bahwa kedua putri raja tersebut dibawa ke Madinah sebagai tawanan perang. Kala itu sebagian sahabat mengingat pesan Rasulullah ﷺ, jika ada orang yang dihormati kaumnya, hendaknya para sahabat juga menghormatinya ( idza atâkum karîmu qawmin fa-akrimûhu ).

Karena putri-putri itu termasuk bangsawan yang disegani, maka mereka tidak ditawan, bahkan salah satunya, Shahrbanu dinikahkan dengan Sayyidina Hussein. Dari rahim putri Shahrbanu lahirlah seorang imam yang dikenal dengan Ali Zainal Abidin. Merupakan salah satu budaya penduduk Iran menyebut nama seorang putri bangsawan dengan sebutan penghormatan. Mereka menyebut Shahrbanu dengan sebutan bibi, sebutan untuk perempuan suci.

ajaran syiah itu seperti apa

Sampai sekarang warga Iran percaya bahwa makam Bibi Shahrbanu masih ada, sehingga didirikan di atasnya bangunan untuk menjadi tempat ziarah di Teheran bagian selatan. Mereka mempercayainya sebagai tempat mustajab yang bisa mengabulkan segala doa yang dipanjatkan para perempuan.

Makam tersebut berada di atas puncak bukit di Teheran selatan. Ribuan wanita berdesakan di sekitar makam, menangis, mencari pelipur hati dan keberkahan.

Bagi warga Iran, pernikahan Imam Hussein dengan Bibi Shahrbanu yang merupakan ibu dari imam Syiah yang keempat itu ditamsilkan sebagai pernikahan antara Iran dan Islam. Hasil perkawinan inilah yang melahirkan Syiah ideologi. Oleh karenanya dari perspektif sosiologis, papar Dr. Syams, Syiah adalah perkawinan antara iranisasi dan islamisasi, dan imamologi syiah bisa dilacak di sini. Mereka hanya menta’dzimkan keturunan imam Hussein, karena darinya bertemu darah biru Quraisy dan Persia.

Pertemuan dua nasab ini menjadi pelumas berkembangnya Syiah. Baca: Ketika Syiah Menguasai Mesir Ditambah lagi dengan terjadinya peristiwa Karbala, yaitu pada saat Sayyidina Hussein dan kerabat-kerabatnya tewas bertempur dalam pertempuran tidak seimbang antara pasukan Ibnu Ziyad (Gubernur Kufah masa itu) dan pasukan Sayyidina Hussein yang jumlahnya lebih sedikit (lihat: Tarikh al-Thabary, v/347-351).

Tragedi tragis tersebut menjadi bahan bakar ideologi Syiah sekaligus sendi penyebaran ajaran mereka. Bahkan untuk memperingati Hari Asyurayang memilukan itu, komunitas Syiah di berbagai belahan dunia —ikut serta didalamnya komunitas Syiah Indonesia— mengadakan kegiatan seremonial dengan penyiksaan diri berdarah sebagai bentuk penebusan kesalahan masa lalu (nenek moyang) mereka.

Keberadaan Syiah di Indonesia tidak berkesudahan menuai serang-menyerang dalam selimut antar umat Islam (di bawah naungan ormas masing-masing). Jika dibiarkan, perkara ini mengancam persatuan agama dan kebangsaan. Ironisnya, mereka sangat berpegang teguh pada ajaran ideologinya dengan bertaqiyah (menyembunyikan ke-Syiahannya) dalam penyebaran dakwah.

Suara mereka sangat sulit dideteksi sebab tidak mengaung lantang. Benda semu sebaiknya diterawang dengan penglihatan mikroskop, atau setidaknya tidak dengan kacamata yang sama semunya. Dalam bahasanya Dr. Syams, “Kalau kita memandang sesuatu yang eror dengan otak yang eror pula, maka negara akal sehat pun tak akan pernah terwujudkan”. Tawa para tamu undangan serentak menggemuruhkan aula.

Sebelum penulis buku berjudul “ Bukan sekedar Madzhab: Oposisi dan Heterodoksi Syiah” itu menutup pemaparannya, beliau berpesan agar kita bersungguh-sungguh dalam belajar selagi kesempatan masih terbuka lebar di hadapan kita, karena dengan begitu kita akan mengetahui sesuatu dengan hakikat pengetahuan. “Sebagai mahasiswa Indonesia yang belajar di al-Azhar, hendaknya kalian juga mempelajari tentang Syiah.

Sebab Syiah telah, masih dan akan hidup di antara masyarakat kita di Indonesia,” ujar Dosen Senior Pascasarjana UNIDA Gontor ini.* Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar Mesir dan Pimpinan Majalah Latansa Kairo periode 2017-2018 Rep: Admin Hidcom Editor: Cholis Akbar
none﷽ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ وعَجِّلْ فَرَجَهُمْ Fitnah terhadap Syiah sudah berlangsung selama berabad-abad sejak wafatnya Rasulullah saww sampai saat ini.

Adalah sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa pasca wafat Rasulullah saww, umat Islam terpecah dua, yang awalnya bersumber dari perbedaan pendapat terkait siapa sesungguhnya yang lebih layak diikuti sebagai pemimpin umat Islam sepeninggal Rasulullah saww.

Perbedaan pendapat ini kemudian dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam ajaran syiah itu seperti apa memecah belah umat Rasulullah saww menjadi benar-benar terpecah, minimal dalam 2 golongan yaitu Sunni dan Ajaran syiah itu seperti apa.

Perpecahan ini kalau dibiarkan berlarut-larut, sebetulnya akan sangat merugikan umat Islam itu sendiri. Padahal seharusnya, umat Islam harus selalu bersatu sebagaimana yang juga sedang diupayakan oleh para ulama-ulama Islam dari berbagai Mazhab.

Salah satu resolusi persatuan yang dihasilkan oleh para ulama seluruh dunia yang sangat terkenal adalah Risalah Amman, yang mana dalam resolusi itu dikatakan bahwa Mazhab Syiah diakui sebagai salah satu dari 8 madzhab dalam Islam, sehingga tidak boleh dikafirkan. Resolusi ini dikeluarkan di Jordania atas prakarsa Raja Abdullah II, ditandatangani oleh kurang lebih 500 ulama terkemuka dari 50 negara termasuk Indonesia, dan diadopsi oleh 6 dewan ulama islam internasional pada sidang Organisasi Konferensi Islam di Mekah pada bulan Juli 2006.

Adapun ulama Indonesia yang ikut menandatangani risalah amman tsb adalah Maftuh Basyuni (Menag RI pada saat itu), Ketum PB NU Hasyim Muzadi, dan Ketum Muhammadiyyah Din Syamsuddin. Silakan baca tentang risalah amman pada artikel ini. Tulisan ringkas ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman masyarakat luas tentang Mazhab Syiah yang sering sekali difitnah sebagai agama di luar Islam.

Persepsi ini timbul karena ketidaktahuan atas hal-hal yang dianggap kontroversial dan berbeda dengan keyakinan mayoritas umat Islam. Untuk Syiah sendiri, tudingan apapun yang ditujukan sesungguhnya bukan merupakan masalah, karena apapun yang ditudingkan sesungguhnya berasal dari mereka yang belum memiliki pengetahuan yang sebenarnya tentang Syiah dan atau karena mereka sudah terlanjur meyakini informasi tentang Syiah yang diketahuinya sebagai sebuah kebenaran . sesuai latar belakang dan pengetahuan masing-masing.

Namun demikian, syiah tetap memiliki kewajiban untuk menyampaikan info yang sebenarnya, terlepas dari apakah para pembaca dapat memahami dan atau menerimanya sebagai penjelasan yang sebenarnya mengenai Syiah, sebagaimana Rasulullah saww yang juga melakukan dakwahnya untuk menyampaikan kebenaran. Tentunya adalah hak setiap orang untuk menerima atau tidak, dengan segala konsekuensinya, yang tentunya akan ia pertanggung jawabkan sendiri dihadapan Allah SWT nantinya.

Tulisan ringkas ini disusun bukan untuk mendakwahkan Syiah, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing, yang secara ontologis akan menentukan bagaimana dirinya mencapai kesempurnaannya sebagai manusia, ajaran syiah itu seperti apa menggunakan akal sehatnya, dalam menentukan pilihannya.

Sesungguhnya Allah Maha Adil, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ada 14 isu-isu yang sering dipertanyakan tentang Syiah yang akan dijelaskan dalam ringkasan ini, antara lain: tentang Imamah, Ghadir Kum, Abdullah Bin Saba’, Rukun Iman, Rukun Islam, Syahadat, Al Qur’an, Hadits, Sahabat, Taqiyyah, Nikah Mut’ah, Asyura, Melukai diri sendiri dan tentang Syiah dan NKRI.

Ke 14 pertanyaan tersebut akan dijelaskan secara ringkas saja untuk mempermudah pemahaman secara umum.

ajaran syiah itu seperti apa

Bagi pembaca yang bermaksud untuk mengetahui lebih detilnya dapat mencari lebih mendalam dari berbagai sumber dalam kitab-kitab Syiah yang sudah banyak beredar, baik dalam bentuk buku maupun video, di toko-toko buku maupun secara on-line. 1. Tentang Syiah Yang Menghina Istri dan Sahabat Nabi Memang ada segelintir kaum syiah takfiri yang suka menghina sahabat dan istri Nabi.

Salah satunya yang sangat terkenal dan tersebar di berbagai video-video adalah dari syiah takfiri london, yang dipimpin oleh Yasir Al Habib, yang memang dipelihara dan dibiayai aktivitasnya oleh musuh-musuh Islam.

Aktivitas syiah takfiri inilah yang suka dimanfaatkan untuk memfitnah syiah, seolah semua kaum syiah seperti itu. Padahal semua ulama syiah mengharamkan perbuatan menghina seperti itu. Sayyid Ali Khamenei, seorang pemimpin dan marja besar Syiah di Iran dalam fatwa nya menyebutkan, "Diharamkan menghina atau mencerca simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara kaum Sunni, termasuk istri Nabi.

Pengharaman berlaku untuk seluruh istri para Nabi as, terutama istri Nabi Muhammad saww." Lalu juga fatwa dari marja besar Syiah di Irak, Sayyid Ali Sistani: "Perbuatan mencerca sahabat Nabi Muhammad saww bertentangan dengan ajaran ahlul bait". Lalu bagaimana sebenarnya pandangan syiah terhadap istri dan sahabat Nabi saww? Memang ada sedikit perbedaan pandangan antara sunni dengan syiah, tentang para sahabat Nabi, yaitu sbb: Keyakinan sebagian muslim Sunni terkait para sahabat : • Seluruh sahabat adalah orang yang baik dan adil.

Apapun yang mereka lakukan adalah benar, karena Allah sudah meridhoi mereka atas apa yang telah mereka lakukan untuk menegakkan Islam. • Apapun yang pernah terjadi diantara para sahabat (permusuhan, pertengkaran, pembunuhan) mka kita umat generasi setelahnya harus diam, tidak usah mengkritisinya. Sedangkan Keyakinan Syiah Tentang Sahabat: • Menjadi orang baik adalah perjuangan seumur hidup. Bertemu Rasulullah saww, bahkan berjuang bersama beliau bukanlah jaminan bahwa seseorang akan tetap baik hingga akhir hayat.

• Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib as, terjadi beberapa peperangan yang mana para sahabat Nabi saling berhadapan. Mereka berperang dan ribuan sahabat Nabi terbunuh dalam peperangan itu. Lantas berdasarkan fakta itu, apakah bisa dikatakan semua sahabat itu pasti adil dan pasti semua benar?

Padahal mereka saling memerangi? Itulah sebabnya, mengapa muslim syiah bersikap kritis terhadap sahabat. Sebab tidak semua sahabat pasti benar dan pasti adil. Nah, apakah pendirian sikap Syiah yang tetap bersikap kritis atas peristiwa sejarah di masa lalu bisa dijadikan sebagai alasan untuk menyebutnya sebagai kelompok sesat?

Apakah sikap Syiah yang lebih memilih riwayat dari Ali ketimbang Muawiyah disebut sebagai kesesatan? Bukankah dalam doktrin Sunni pun, sikap diam atas apa yang terjadi di antara para sahabat bukan bagian dari akidah?

Kaum muslim syiah bukan mencerca atau menghina sahabat nabi saww. Sebab dalam ajaran syiah itu seperti apa syiah juga, menghina manusia biasa saja sudah berdosa, apalagi menghina sahabat-sahabat Rasulullah saww.

2. Tentang Fitnah Bahwa Al-Quran Syiah Berbeda dengan Qur'an Sunni Syiah juga sering dituding memiliki Al Qur’an yang berbeda. Tuduhan ini sebetulnya berlawanan dengan keyakinan umat Islam bahwa dalam Al Qur’an, Allah swt telah berjanji akan menjaga kemurnian AlQuran. Dengan demikian, apabila umat lslam memang benar meyakini kebenaran Al Qur’an, maka seharusnya tudingan tersebut tidaklah patut.

Ada beberapa fakta yang perlu dijelaskan terkait tudingan ini sehingga seharusnya menjadi jelas bahwa tudingan tersebut sebenarnya tidak beralasan dan hanya merupakan prasangka buruk saja yang terus dihembus-hembuskan musuh-musuh Islam.

Semua Al Qur’an yang dicetak, beredar dan digunakan di kawasan Syiah manapun, sama persis dengan Al Qur’an yang dicetak dan beredar di Indonesia, Malaysia, Mesir, Arab Saudi dan dimanapun di dunia ini. Tidak ada satupun dan di negara manapun yang dapat menunjukkan dimana ada penerbit dan penjual AlQur’an syiah yang dikatakan berbeda tersebut. Ada lebih dari 120 ulama Syiah yang menulis tafsir Al-Qur’an. Semua ayat-ayat yang ditafsirkan adalah sama dengan ayat-ayat yang ditafsirkan dalam kitab kitab ulama Sunni.

Juga ada banyak sekali muslim Syiah yang menghapal seluruh 30 Juz dalam Al Qur’an dan ayat-ayat yang dihapal sama persis dengan ayat-ayat Al Qur’an dimanapun. Para penghapal ini bahkan banyak yang masih berusia sangat muda dan bahkan dinyatakan sebagai pemenang dalam MTQ Internasional. Seperti misalnya Mahmoud Nouruzi dari Iran, adalah juara pertama untuk katagori Hifzhul Quran dalam MTQ Internasional III Indonesia, yang dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus – 3 September 2015.

Atau yang lainnya, Muhammad Husein Tabataba'i (lahir di Qom, Iran), yang pada usia 7 tahun telah mendapatkan gelar Doktor (tahun 1998) dari Hijaz Collage Islamic University, Inggris.

Dia tidak hanya mampu menghafal seluruh isi al-Qur’an saja, tetapi juga mampu menerjemahkan arti dari setiap ayat ke dalam bahasa ibunya yaitu Persia, memahami makna ayat-ayat tersebut, dan bisa menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapan sehari-hari, sehingga ia terkenal sebagai bocah ajaib, Doktor cilik hafal dan paham al-Qur’an.

Konferensi Persatuan Umat Islam yang dilangsungkan di Teheran pada tahun 1998 juga menghadirkan seorang anak perempuan yang dengan sangat fasih melantunkan ayat-ayat Al Quran yang sama persis dengan ayat-ayat Al Qur’an yang dihapalkan siapapun di seluruh dunia. 3. Tentang Pandangan Syiah Terhadap Kitab-Kitab Hadits Tidak ada satupun kitab-kitab hadits atau kitab apapun yang diyakini Syiah sebagai kitab yang pasti benar selain AlQur’an.

Sehingga, syiah tidak memiliki kitab hadits dengan status "shahih" seperti halnya Sunni yang meyakini kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim sebagai 100% shahih. Dalam pandangan syiah, semua kitab-kitab hadits Syiah hanya diyakini sebagai KUMPULAN HADITS yang semua harus ditelaah keshahihannya dan semua layak dikritisi.

Jadi tidak ada istilah kitab hadits shahih dalam syiah. Semua hadits yang ada dalam kitab-kitab hadits harus selalu terlebih dahulu diuji kesahihannya. Sebagai contoh, hasil penelitian dari Sayyid Ali Al Milani menyatakan bahwa lebih dari setengah hadits pada kitab Al Kulaini adalah hadits yang dho’if (lemah). Dengan demikian, berbagai fitnah-fitnah keji yang sering dilontarkan kaum anti-syiah sebagai ajaran syiah dengan argumen bahwa itu berasal dari hadits-hadits shahih syiah ajaran syiah itu seperti apa.

sama sekali tidak dapat diterima akal. 4. Tentang Rukun Iman Syiah Salah satu ajaran syiah itu seperti apa berat yang dialamatkan kepada kaum Syiah adalah kesesatan akidahnya. Dikatakan bahwa Syiah hanya memiliki lima Rukun Iman, yaitu: 1. Tauhid, 2.

'Adalah (keadilan Allah), 3. Kenabian, 4. Imamah, 5. Ma’ad (hari kiamat). Sebaliknya, kaum Sunni meyakini rukun iman berjumlah enam: iman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-Nya, kepada nabi-Nya, kepada ajaran syiah itu seperti apa dan qadar, serta iman kepada hari akhir. Lalu, dari perbedaan itu, dikatakan bahwa orang-orang Syiah dipandang “bukan Islam”. Perlu diketahui, bahwa Rukun Iman dan Rukun Islam yang dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia saat ini adalah sebuah formula/rumusan yang disusun oleh para ulama teologi Asy'ariyah.

Tetapi tak dapat dipungkiri, bahwa teologi Asy’ariyah hanyalah salah satu aliran dari banyak himpunan aliran lain yang ada dalam mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Misalnya, ada aliran teologi Maturidiyah.

Juga ada aliran Mu’tazilah. Masing-masing aliran ini juga memiliki rumusan formula tersendiri tentang Rukun Iman dan Rukun Islam nya, yang juga berbeda dengan rumusan teologi Asya’riyah. Ahlul Hadis dan teologi Salafi yang menganut teologi Ahmad bin Hanbal juga memberikan rumusan rinci tentang akidah yang juga berbeda dengan Asy’ariyah. Jadi hal paling penting untuk digarisbawahi adalah: jika ada bagian keimanan yang tidak dimasukkan ke dalam formula atau rumusan sebuah rukun iman, bukan berarti bahwa bagian tersebut tidak diimani oleh para pengikut aliran tsb.

ajaran syiah itu seperti apa

Hanya saja, rumusan formulanya memang berbeda. Contohnya . Dalam rukun iman Sunni tercantum iman kepada kitab-kitab suci, sedangkan di dalam rukun Syiah tidak tercantum. Apakah Syiah tidak mempercayai kitab suci? Tentu saja tidak demikian. Orang-orang Syiah jelas meyakini keberadaan kitab-kitab suci dan bahwa kltab-kitab suci tersebut diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasulnya. Hanya saja Syiah tidak mencantumkannya secara tersendiri, tapi memasukkannya ke dalam sub-bagian dari nubuwwah (kenabian), yaitu nubuwah para Nabi terdahulu, dan Nabi terakhir Muhammad SAW.

Hal yang sama juga berlaku pada keimanan pada malaikat dan qadha/qadar. Syiah percaya bahwa malaikat ltu ajaran syiah itu seperti apa ada dan mereka masing-masing punya sejumlah tugas. Syiah juga percaya bahwa Allah punya ketetapan yang tidak mungkin bisa dilawan oleh siapapun.

Hanya saja, Syiah memasukkan bahasan tentang hal ini pada sub-bagian bab pembahasan pilar yang lainnya. Ibaratnya, ada dua penulis yang sama-sama menulis buku tentang ‘sumber daya alam’.

ajaran syiah itu seperti apa

Penulis A sangat mungkin membagi pembahasan dalam 15 bab, sementara penulis lain menulis 10 bab. Oleh penulis A, topik tentang ‘minyak bumi’ dijadikan pembahasan tersendiri di bab ke-5, sementara penulis B hanya memasukkan ‘minyak bumi’dalam salah satu sub-bab di bab 4.

Ajaran syiah itu seperti apa membatasi rukun iman hanya kepada enam perkara. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa Sunni tidak percaya kepada hal-hal yang lain. Ketika Sunni hanya memasukkan adanya ketetapan Allah sebagai rukun iman, bukan berarti mereka menolak sifat-sifat Allah yang lain seperti Mahatahu, Mahahidup.

dan Mahaabadi. Sunni juga tidak memasukkan kepercayaan terhadap alam kubur dan kefanaan dunia dalam rukun iman mereka, meskipun jelas sekali bahwa mereka meyakininya. Jadi . sekali lagi . sekadar tidak memasukkan suatu kepercayaan ke dalam rukun iman, bukan berarti tidak mempercayainya.

Itu point utama yang perlu kita sadari. 5. Tentang Rukun Islam Syiah Kasus yang sama juga berlaku pada rukun lslam-nya orang Syiah. Isu yang dihembus-hembuskan adalah, orang Syiah punya rukun Islam yang berbeda, yaitu: 1.

Shalat, 2. Puasa, 3. Zakat. 4. Haji, 5. Wilayah. Pertanyaannya, apakah orang Syiah tidak bersyahadat? Tentu saja mereka bersyahadat.

Silakan telaah buku-buku tuntunan cara beribadah orang-orang Syiah. Pasti akan mendapati bahwa pembacaan Syahadatain (dua kalimat syahadat) merupakan salah satu kewajiban di dalam salat. Syahadatain juga wajib dibaca oleh khatib salat Jumat.

Penelaahan yang seksama terbadap bab-bab fikih orang Sy‘iah (bukan hanya bersandarkan kepada ‘katanya’) akan menuntun kita pada pemahaman bahwa apa yang dipercayai oleh orang Sunni sebagai pilar keislaman juga dipercayai oleh orang Syiah. Orang Syiah juga percaya kepada ajaran amar makruf nahi munkar, munakahat (pernikahan), waqaf, jihad, mu’amalah.

hukum warisan, thaharah, mengurus jenazah, dan lain sebagainya. Semuanya sama. Seandainyapun ada perbedaan dalam tata cara, perbedaan tersebut amat sangat sedikit. Tapi, bukankah di antara mazhab fikih Sunni sendiri (Syafi’i, Maliki, Hanbali, dan Hanafi) sendiri ada banyak perbedaan dalam hal tata cara beribadah?

6. Tentang Nikah Mut'ah Salah satu fitnah paling besar tentang syiah adalah terkait isu nikah mut'ah. Dalam fitnah yang sering disebarluaskan, dikatakan bahwa syiah telah menghalalkan zina, karena dianggap nikah mut'ah sama dengan zina.

Padahal mereka yang memfitnah itu juga mengetahui bahwa dalam keyakinan semua mazhab, DULU Rasulullah saww pernah menghalalkan ajaran syiah itu seperti apa mut'ah. Nah, logika sederhananya, jika dulu nikah mut'ah pernah dihalalkan apakah mungkin nikah mut'ah itu sama dengan zina, apalagi bahkan zina dengan istri orang lain?

Tanpa disadari, tudingan itu itu sama saja dengan menuduh Rasulullah saww pernah membolehkan zina. Nauzubillah! Itu benar-benar sama saja melakukan fitnah yang sangat besar pada Rasulullah saww. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Hasan bin Muhammad dari Jabir bin Abdillah dan Salamah bin Al-Akwa’ kedua-nya berkata, “Kami bergabung dalam sebuah pasukan, lalu datanglah (utusan) Rasulullah Saw, ia berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah Saw telah mengizinkan kalian untuk menikah mut’ah, maka bermut’ahlah kalian.’ (bisa dibaca dalam Imam Al-Bukhari, hadits 5115-7, kitab Al-Nikah, bab Nahy Rasulillah saw 'an Nikah Al-Mut'ah Akhiran; dan Al-Imam Muslim bin Al-Hajjaj, hadits 3302-5, kitab Al-Nikah, bab Nikah Al-Mut'ah) Itulah fakta sejarah yang diungkapkan dalam kitab-kitab Sunni, bahwa pada masa Nabi saww (hingga masa kekhalifahan Abu bakar), nikah mut’ah dilakukan oleh para sahabat nabi.

Pernikahan mut'ah ini mulai dilarang pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, dimana beliau berpidato di hadapan khalayak: “Hai sekalian manusia, sesungguhnya Rasulullah Saw adalah utusan Allah, dan Alquran adalah Alquran ini. Dan sesungguhnya ada dua jenis mut’ah yang berlaku di masa Rasulullah Saw, tapi aku melarang keduanya dan memberlakukan sanksi atas keduanya. Salah satunya adalah nikah mut’ah, dan saya tidak menemukan seseorang yang menikahi wanita dengan jangka tertentu kecuali saya lenyapkan dengan bebatuan.

Dan kedua adalah haji tamattu’, maka pisahkan pelaksanaan haji dari umrah kamu karena sesungguhnya itu lebih sempurna buat haji dan umrah kamu.” (baca dalam Muhammad Fakhr Al-Din Al-Razi, Tafsir Al-Fakhr Al-Razi, juz 10, h.

51, QS. Al-Nisa' ajaran syiah itu seperti apa, cet. 1, Dar Al-Fikr, Beirut, Lebanon, 1981 M, 1401 H) Mengapa syiah menghalalkan nikah mut'ah? Alasannya karena syiah berpandangan bahwa apa yang sudah ditetapkan oleh AlQuran maka hukumnya tidak boleh berubah (diubah) oleh siapapun, sampai hari kiamat. AlQuran menetapkan dalam surat An-Nisa ayat 24: Dan orang-orang yang mencari kenikmatan (istamta’tum, dari akar kata yang sama sebagai mut’ah) dengan menikahi mereka (perempuan-perempuan), maka berikanlah mahar mereka sebagai suatu kewajiban .

(QS. Al-Nisâ’ [4]: 24) AlQuran adalah sumber hukum tertinggi dan karenanya tidak dapat dihapuskan dengan hukum yang lebih rendah (misalnya oleh ijtihad sahabat atau fatwa khalifah). Itulah sikap syiah terhadap nikah mut'ah.

Argumennya adalah hukum yang ditetapkan Allah swt dan Rasulullah saww tidak boleh diubah oleh manusia (sekalipun oleh fatwa khalifah). Lalu, juga perlu disadari, bahwa hukum nikah mut'ah ini hanya “Boleh”.

Bukan “mustahab (sunnah)” apalagi “wajib”, seperti yang sering ditudingkan kepada syiah. Karenanya sekalipun syiah menghalalkan nikah mut'ah, bukan berarti otomatis semua orang syiah mengamalkannya. Ini lebih ke persoalan menegakkan posisi hukum dalam Islam, karena hukum harus mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapi manusia.

Dan lagi pula, nikah mut'ah itu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Ada syarat-syarat dan ketentuannya seperti halnya dalam nikah daim (permanen), seperti harus ada izin dari wali (ayah), harus ada akad dan mahar, ketika terjadi perceraian ataupun batasan waktu pernikahan sudah berakhir, masa iddah nya adalah selama 2 kali siklus haid, dsb. Lebih lengkap penjelasan tentang nikah mut'ah ini bisa baca pada tulisan berikut ini.

7. Tentang Abdullah bin Saba Yang Disebut-Sebut Sebagai Pendiri Syiah Sosok ini banyak diyakini sebagian umat Islam awam sebagai pendiri Syiah, yaitu seorang Yahudi yang bertujuan memecah belah umat Islam.

Padahal dalam Syiah sendiri, sosok ini tidak pernah disebut-sebut atau dirujuk atau diingat-ingat, baik dalam semua kitab Syiah maupun dalam pembicaraan para ulama Syiah. Kalau memang orang ini ada dan merupakan pendiri, tentunya perkataannya akan selalu dirujuk dan dijadikan pedoman oleh Syiah. Namanya pun mestilah akan termaktub dalam berbagai riwayat sebagaimana layaknya seorang pendiri dalam berbagai aliran atau madzhab semisal madzhab Hanafiah, atau Maliki atau Syafi’i ataupun Hambali.

Syiah terkenal sangat menghormati para Wali dan Imam nya; dan mewujudkannya dalam bentuk ziarah-ziarah. Tentunya, apabila memang sosok ini ada apalagi sebagai pendiri, harus lah jelas dimana makamnya dan bagaimana riwayatnya sehingga layak untuk diziarahi dan diingat-ingat, baik ketika lahirnya maupun wafatnya.

Pada faktanya, sosok ini sangat tidak jelas. Terlepas dari fakta yang ada, perlu kiranya disampaikan 3 hal utama terkait Abdullah bin Saba sebagai sosok yang patut diragukan keberadaannya: • Kesimpangsiuran informasi, sehingga tidak jelas siapakah sebenarnya sosok ini.

Menurut Ibn Hazm dan Syahrastani, sosok ini sebenarnya bernama Ibnu Sauda. Tetapi Ibn Thahir Al Bagdadi dalam kitabnya ‘Al-Farqu Bainal Firaq’, dan Al Asfaraini dalam kitabnya ‘At-Tabsyirah fid-Diin’ menyebutkan bahwa Ibnu Sauda bukanlah Abdullah bin Saba.

• Demikian pula dengan asal muasalnya. Di kitab lain dikatakan berasal dari San’a Yaman, sedangkan di kitab lain, disebut berasal dari Hira. Kemunculannya di satu kitab dikatakan pada zaman Ustman bin Affan, di kitab lain dikatakan pada zaman pemerintahan Ali.

• Ajaran-ajarannya yang termaktub dalam berbagai kitab juga berbeda-beda. Di satu kitab dikatakan dia mengajarkan bahwa Muhammad akan hidup kembali. Di kitab lain, Ali lah yang akan hidup kembali.

Di kitab lain, dia mengajarkan bahwa Ali adalah tuhan seutuhnya tetapi di kitab lain disebutkan bahwa dia mengatakan adanya sebagian sifat Tuhan pada diri Ali. Dari ajaran yang serba tidak jelas itu, apalagi menyangkut akidah maka jelas menunjukkan bahwa sosok ini, kalaupun benar ada, bukanlah orang yang layak diikuti oleh syiah. Lalu, dari mana datangnya cerita Abdullah bin Saba ajaran syiah itu seperti apa Riwayat tentang sosok ini berasal dari kitab Tarikh Thabari melalui 2 orang sebagai narasumbernya yaitu Saif bin Umar Attamimi dan As-Surri bin Ajaran syiah itu seperti apa.

Tetapi ternyata dari berbagai kitab tentang biografi para perawi telah disebutkan bahwa Saif bin Umar adalah seorang periwayat palsu, tidak bisa dipercaya, zindiq, munkar dan lemah (Ibnu Hayyan, Al-Hakim An-Naisaburi, Ibnu Addiy, Ibnu Mu’in, Abu Dawud, An-Nasa’I dan As-Suyuthi).

Penilaian tsb juga berlaku untuk As-Surri bin Yahya yang bahkan disebut sebagai Al-Kadzdzab (tukang bohong) oleh para ulama hadits terkenal. Dari berbagai fakta itu, jelaslah bahwa tuduhan/fitnah syiah didirikan oleh Abdullah bin Ajaran syiah itu seperti apa sama sekali tidak masuk akal dan terbantahkan dengan sangat mudah. 8. Tentang Sikap Taqiyyah Yang Dilakukan Syiah Taqiyyah adalah menyembunyikan keyakinan yang dianutnya dengan menampakkan sikap lahiriah yang berbeda, disebabkan oleh adanya alasan-alasan yang membahayakan jiwa atau hartanya, baik dirinya ataupun orang lain.

Hal ini umumnya terpaksa dilakukan kaum syiah yang berada di wilayah-wilayah yang "tidak aman" untuk memperlihatkan keyakinan syiahnya (terancam dibunuh, terancam harta dan rezkinya, dlsb). Beberapa dalil bolehnya bertaqiyyah, tertulis dalam al-quran, misalnya: "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.

Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.” (Qs Ali Imran [3]: 28) dan ayat "Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman, (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa).

Akan tetapi ajaran syiah itu seperti apa yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (Qs Al-Nahl [16]: 106) Ada beberapa contoh dalam sejarah yang membuktikan bahwa melakukan taqiyyah merupakan bagian dari ajaran Islam. Ajaran syiah itu seperti apa yang terkenal adalah taqiyyah yang dilakukan oleh Asiyah (istri Fir'aun) yang menyembunyikan keyakinannya di hadapan Fir'aun.

Selain itu juga terkenal sekali kisah bagaimana salah satu sahabat Nabi saww bernama Ammar bin Yasir yang terpaksa taqiyyah karena terancam terbunuh padahal hatinya penuh dengan keimanan. 9. Tentang Syahadat Syiah Syiah meyakini bahwa syahadat merupakan ikrar yang paling penting dalam Islam.

Mengucapkan dua kalimat syahadat adalah bukti seseorang telah mengucapkan ikrar yang agung dan pertanda perubahan keimanannya untuk menjadi seorang muslim.

Syiah tidak mengakui adanya tambahan lain atas teks syahadat sebagaimana ijmak kaum muslimin. Tambahan teks “wa ‘Aliyyan waliyyullâh” sama sekali tidak ditemukan dalam buku-buku rujukan Syiah.

Bahkan, penambahan teks tersebut, sebagaimana yang dituduhkan kepada Syiah dalam azan, adalah bid'ah ajaran syiah itu seperti apa jumhur ulama Syiah. Sebagian perilaku awam yang menambahkan kalimat sebagaimana yang dituduhkan sebagai syahadat syiah yang beda dengan syahadat sunni . tidaklah dapat dijadikan sebagai dasar, karena perilaku awam bukanlah sumber hukum atau pun otoritas yang dapat dipegang dalam menilai mazhab mana pun.

Bahkan, di dalam Kitab Wasâil Al-Syi’ah bab 19 tentang azan dan ikamah disebutkan larangan untuk menambah teks “wa ‘Aliyyan waliyullâh” dalam azan. Bahkan, hal ini dianggap sebagai sesuatu yang dimasukkan dengan tidak sahih dalam kitab-kitab Syiah.

Hal yang sama disebutkan dalam semua referensi Syiah lain. Dalam pandangan syiah juga, siapapun kaum muslimin ahlus sunnah wal jamaah (sunni) yang memilih mazhab syiah, maka ia tidak perlu melakukan syahadat lagi.

Sebab dalam syiah, semua muslimin sunni adalah sudah beragama Islam. Karena itulah ia tidak perlu ber syahadat lagi. 10. Tentang Peringatan Asyura 10 Muharram Asyura bukanlah hari raya, melainkan hari duka cita. Asyura adalah peristiwa pembantaian keluarga Nabi saww di suatu tempat bernama Karbala, Irak selatan. Peristiwa ini berlangsung pada tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriah, sekitar 50 tahun setelah wafatnya Nabi. Peristiwa asyura disebut sangat tragis karena beberapa hal berikut ini : • Perang terjadi antara kafilah keluarga Nabi Muhammad SAWW melawan 30.000 pasukan yang semuanya adalah orang Islam.

Pasukan itu sendiri dipimpin oleh Umar, putera dari Sa’ad bin Abi Waqqash, salah seorang sahabat besar Nabi. Artinya, saat itu orang-orang Islam melakukan pembantaian terhadap anak-keturunan dari nabi mereka sendiri. • Rombongan keluarga Nabi sempat disiksa rasa haus selama tiga hari sebelum akhirnya dibunuh. Pasukan Umar memblokade sungai Eufrat sehingga keluarga Nabi tidak bisa mengambil air minum. • Jenazah Al Husayn dan rombongannya dimutilasi. Kepala mereka dipenggal dan ditancapkan diatas tombak.

Lalu, kepala-kepala itu diarak ke Kufah dan ke Syam (Suriah) untuk dipersembahkan kepada Yazid bin Muawiyah. • Sisa rombongan keluarga Nabi yang masih hidup yaitu para wanita dan 2 pria yang tidak berdaya, digiring dan dirantai.

Mereka diharuskan mengikuti arak-arakan kepala yang ditancapkan di atas tombak, untuk dipertontonkan kepada umat Islam di kota-kota yang dilewati. Hal-hal diatas adalah fakta yang disepakati kebenaran peristiwanya baik oleh sejarawan Sunni maupun Syiah. Nah, para muslim Syiah memperingati peristiwa Asyuro tsb terutama memperingati syahid nya Imam Husain as, sama seperti sebagian umat Islam menyelenggarakan acara HAUL tokoh-tokoh atau ulama-ulama dalam rangka mengenang keteladan dari tokoh yang ia peringati.

Apabila umat Islam sunni sering mengadakan haul setiap tahun untuk berbagai tokoh ulama-ulama, lalu mengapa kaum syiah tidak boleh mengadakan haul untuk memperingati syahid nya penghulu para syuhada, Imam Husain as? Itulah yang dimaksud dengan peringatan Asyura. 11. Tentang Melukai Diri Sendiri Dalam Acara Duka Melukai diri sendiri? Apakah benar? Bagaimana yang sebenarnya?

Mayoritas ulama Syiah berfatwa bahwa melukai diri (qameh zani) dalam acara-acara asyuro maupun hari-hari duka cita adalah pebuatan haram dan bertentangan dengan agama. Tak kurang dari Ayatullah Bagir Shadr, Imam Khomaini, Ayatullah Ali Khamenei, Ayatulah Ali Sistani, Ayatullah Jawadi Amuli, Ayatullah Makarim Syirazi, Ayatullah Mazaheri Isfahani, Ayatullah Kazim Haeri dll .

semua berfatwa mengenai keharaman melukai diri sendiri. Mengapa fatwa seperti itu harus dkeluarkan? Karena faktanya memang pernah ada sekelompok kecil kaum syiah yang ekstrem melakukan qameh zani tsb, misalnya di wilayah Pakistan, yang foto mereka itulah yang terus menerus disebarkan hingga sekarang. Bagi mereka yang pernah bermukim di Iran, Irak dan Lebanon, dengan gambling akan berkata, bahwa mereka tidak menjumpai tindakan qameh zani tersebut.

Juga di banyak Negara termasuk Indonesia. Dalam acara duka cita asyuro, paling banter hanya menepuk-nepuk dada sebagai symbol duka cita. 12. Tentang Imamah (Kepemimpinan Setelah Nabi saww) Dalam Keyakinan Sunni: • Rasulullah saww tidak dengan jelas menunjuk penggantinya. - Mengajak Abu Bakar untuk menemaninya hijrah dari Mekah ke Madinah - Menikahi anaknya - Memintanya mengimami shalat disaat beliau sedang sakit parah Sedangkan dalam Keyakinan Syiah: • Rasulullah saww telah dengan jelas dan tegas menunjuk penggantinya.

• Sebagai pemimpin yang baik, terutama demi pentingnya menjaga kemurnian ajaran Islam, maka tidak mungkin beliau meninggalkan umatnya begitu saja. • Berbagai riwayat yang juga ada dalam kitab-kitab Sunni telah menunjukkan hal ini dengan jelas, bahwa beliau telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya. Fakta-fakta seputar kelayakan Ali bin Abi Thalib menjadi pengganti Rasulullah saww: • Kerabat terdekat Rasulullah saww, baik sebagai sepupu maupun mantu.

• Terdahulu masuk Islam (as Saabiquunal Awwalun). • Pahlawan perang, sampai ada pepatah Arab “Tidak ada pemuda setangguh Ali, tak ada pedang sesakti Dzulfiqar” (Dzulfiqar adalah pedang Ali dalam setiap peperangan).

• Paling berilmu, sehingga mendapat julukan Babul ‘ilm atau Pintu Ilmu sesuai hadits beliau SAWW, “Aku adalah Kota Ilmu dan Ali adalah gerbangnya.

ajaran syiah itu seperti apa

Siapa yang mau memasuki sebuah kota, hendaknya dia masuk ajaran syiah itu seperti apa pintunya”. • Imam Kaum Sufi, sehingga dikenal sebagai Divine Wisdom (imam dalam Ilmu Hikmah) dan Spiritual Warriorship (Futuwwah).

Hampir semua tarekat bermuara kepada ajaran Ali dan para pendirinya adalah keturunannya, antara lain Syekh Abdu Qadir Jaelani, pendiri tarekat Qadiriah. Penghormatan kaum sufi kepada Ali sangat tinggi sehingga beliau mendapat julukan Karamallahu Wajhahu (Semoga Allah memuliakan wajahnya). • Orang Arab terfasih setelah Rasulullah SAWW, sehingga Ibn Abil Hadid (ulama dan sastrawan terkenal Mu’tazilah di abad ke-7 menyusun buku berjudul “Syarah Nahjul Balaghah” dengan kata pengantar: ”Demi Yang Maha Benar, perkataan Ali di bawah firman Khaliq dan diatas perkataan makhluk.

Masyarakat bisa belajar disiplin ilmu retorika dan penulisan dari Ali.” • Keterpesonaan atas kefasihan Ali ini juga diutarakan oleh Syaikh Muhammad Abduh dalam buku Syarahnya atas Nahjul Balaghah: “Tak seorangpun dari suku Arab yang tidak meyakini bahwa setelah Al Qur’an dan sabda Nabi SAW, ucapan Ali adalah yang termulia, terfasih, paling berbobot, dan juga paling komprehensif”. • Khalifah ke-4 yang diangkat umat secara ber ramai-ramai menjadi Khalifah setelah Utsman bin Affan.

Ketegasan Ali dalam memimpin umat menimbulkan perlawanan yang mendorong terjadinya 3 peperangan, yaitu perang Jamal, perang Shiffin dan perang Nahrawan. Makna kata syiah sebenarnya dalam bahasa Arab berarti ‘pengikut’. Namun dalam perjalanan waktu, kata ini kemudian dijadikan label bagi umat Islam yang meyakini bahwa pengganti Rasulullah SAWW adalah Ali dan memutuskan untuk memilih Ali sebagai pemimpinnya.

Konsekuensi dari pilihan ini adalah lebih mengutamakan pendapat dan ajaran Rasulullah saww yang disampaikan oleh Imam Ali as untuk diikuti dalam menjalankan ajaran Islam. 13. Tentang Peristiwa Ghadir Kum Peristiwa ini terjadi pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 10H yang diriwayatkan juga di berbagai kitab Sunni sebagai peristiwa yang benar terjadi dalam sejarah Islam (Ath Thabari, Al Hamedani dan Al Bahgdadi) dan atas dasar hadits mutawattir (Ahmad bin Hanbal, Ibnu Hajar, Jazari Asy Syafi’i, As Sajestani dan An Nasa’i), dengan perawi dari kalangan para sahabat yang jumlahnya beragam sampai 110 orang (catatan Allamah Amini dari berbagai kitab hadits Sunni).

Perbedaan yang diyakini atas peristiwa itu terletak pada kata “Maula” yang diucapkan Rasulullah SAWW ketika mengangkat tangan Ali dihadapan umatnya di lembah (Ghadir) bernama Rabigh atau Khum, sejauh 3 mil dari Juhfah, setelah terlebih dulu mengumpulkan umatnya sepulang dari berhaji di Mekah menuju Madinah. Sebelumnya, Allah SWT terlebih dulu menurunkan ayat 67 Surah Al Maidah: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.

Jika tidak engkau kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) engkau tidak menyampaikan Risalah-Nya. Allah memeliharamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Ajaran syiah itu seperti apa tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.

Maka saat itu di siang hari terik memanggang padang sahara, beliau SAWW memanggil jamaah haji yang sudah terlanjur berada di depan dan yang di belakang ditunggu sampai semua berkumpul. Kemudian setelah shalat berjama’ah, beliau SAWW berpidato tentang akidah, diatas mimbar yang terdiri dari tumpukan pelana unta. Usai berpidato, beliau SAWW menyampaikan: “Aku tinggalkan dua pusaka yang berharga, yaitu Al Qur’an dan Ahlul Bait”.

Kemudian memanggil Ali dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi hingga terlihat bagian putih dari lengan bawah kedua nya, serta melanjutkan: “Allah adalah Pemimpin (Maula) ku dan aku adalah pemimpin (maula) bagi orang-orang yang beriman.

Aku lebih utama bagi kaum mukminin dibandingkan diri mereka sendiri.

ajaran syiah itu seperti apa

Maka, siapa saja yang menjadikan aku sebagai pemimpin (maula) nya, maka inilah Ali sebagai pemimpinnya juga”. Usai beliau membubarkan jemaahnya, turunlah ayat 3 surah Al-Maidah: “Hari ini, Aku sempurnakan agama kalian, Kucukupkan nikmat-Ku bagi kalian dan Aku rela Islam menjadi agama kalian”.

Hanya sedikit ulama Sunni yang menyangkal terjadinya peristiwa tersebut. Hanya saja, kata Maula yang diucapkan beliau SAWW dimaknai bukan sebagai pemimpin, tetapi hanya sebagai “orang yang dicintai”. Adapun Syiah meyakini kata Maula tersebut adalah bermakna pemimpin. Karena itu peristiwa Ghadir Kum ini juga dirayakan setiap tahun oleh masyarakat Syiah sebagai salah satu hari raya, selain hari raya Ied Fitri dan Ied Adha.

14. Tentang Syiah dan NKRI Kaum Muslim Syiah bukanlah orang asing atau “pendatang baru” di bumi Indonesia. Sejak tahun 800an masehi, mazhab Syiah sudah masuk ke Nusantara. Jejak-jejak peninggalannya sangat banyak dan kuat, antara lain : • Tarian Ma’atenu di Maluku tengah yang gerakannya persis sama dengan tarian dalam tradisi Syiah untuk memperingati tragedi Karbala.

• Upacara Mahoyak Tabuik (mengiringi keranda) yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Bengkulu dan Padang Pariaman. Upacara terebut digelar setiap tgl 10 Muharram untuk memperingati hari duka di Karbala. • Upacara tradisional “Satu Suro” di jawa tengah. Suro berasal dari kata Asyuro, artinya 10 Muharram. Adanya semacam larangan tak tertulis dan kebiasaaan masyarakat untuk tidak membuat acara-acara gembira pada bulan suro adalah simbol keikutsertaan masyarakat atas duka cita pembantaian keluarga Nabi di Karbala.

Syiah tidak pernah menjadi musuh NKRI. Alih-alih menjadi musuh, justru jadi pendukung NKRI yang sangat kuat. Syiah tidak mempunyai ideologi mengganti dasar Negara Pancasila, tidak pernah menjadi teroris ataupun pengebom bunuh diri. Syiah meyakini bahwa Pancasila adalah akad kebangsaan yang harus ditaati sebagai komitmen berbangsa dan bernegara. Faktanya, justru kelompok-kelompok yang secara terbuka memperlihatkan kebencian kepada Syiah adalah kelompok yang menginginkan penggantian ideologi Pancasila, melakukan terorisme baik di dalam maupun di luar negeri yang tentunya semua itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam dan komitmen kebangsaan.

PENDAPAT ULAMA AHLUSSUNAH TENTANG SYIAH
Syiah merupakan salah satu aliran, mahdzab, yang sangat berkaitan erat dengan masalah perpolitikan juga sejarah islam di masa lalu. Pada dasarnya syiah menolak dan tidak mengakui kekhalifahan yang dipegang oleh sahabat-sahabat terdahulu nabi, yaitu Abu bakar, Umar Bin Khattab, dan Usman Bin Affan. Mereka lebih mengakui akan keimaman keluarga Nabi, salah satunya yang dianggap sebagai pengganti nabi adalah Ali.

Untuk itu, Ali dianggap sebagai imam besar dalam syiah. Dalam sejarah, syiah dilatarbelakangi oleh para pengikut Ali, walaupun Ali tak berkehendak seperti apa yang akan terjadi di zaman ini. Mereka meyakini bahwa Nabi memilih Ali sebagai penggantinya dan bukan sahabat-sahabat yang lain. Mereka menganggap bahwa keturuan dan keluarga Nabi adalah orang-orang yang suci dan terpilih. Mereka disebut dengan Ahlul Bait. Konsep Ajaran Syiah Ajaran syiah dan pemikirannya memiliki karakteristik tersendiri dengan beberapa point-point penting.

Syiah memiliki banyak sekali sekte dan satu sama lain juga sangat berbeda. Namun ada beberapa yang menjadi poin penting dan kesamaan di beberapa sekte yang ada tersebut.

Berikut adalah penjelasan mengenai pemikiran syiah secara substantif. • Ahlul Bait adalah Yang Layak Melanjutkan Kepemimpinan Nabi Kelompok syiah meyakini bahwa keluarga Nabi atau keturunan Nabi adalah orang yang paling pantas untuk menjadi imam umat muslim. Mereka yakin bahwa ahlul bait dijaa kesuciannya oleh Allah, untuk itu sangat pantas jika menggantikan Nabi. Mereka menggap juga bahwa Nabi adalah guru terbaik yang keturunannya juga akan mewarisi hal tersebut.

• Imam Ali adalah Pemimpin Pengganti Nabi Kelompok syiah berpendapat bahwa Ali Bin Abi Thalib yang menjadi sepupu dari Rasulullah dan ahlul bait lainnya merupakan penerus nabi yang paling cocok.

Untuk itu dalam hal ini syiah mengalami konflik politik sejak dulu kala dengan orang-orang sunni. Orang-orang syiah tidak sepakat bahwa sahabat-sahabat Rasul layak menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad.

Selain itu, orang Syiah meyakini bahwa sebelum meninggal, Nabi Muhammad menunjuk Ali untuk menjadi pemimpin. Hal ini berdasar hadist yang juga masih dalam perdebatan dengan orang-orang sunni.

Akhirnya permasalahan ini tidak kunjung selesai dan berakhir konflik panjang dengan orang-orang sunni. • Imamah – Kepemimpinan Illahi Masalah imamah atau kepemimpinan adalah hal yang paling sering dibahas dan cukup penting bagi pemeluk syiah. Hal ini juga yang menjadikan syiah menjadi berbagai macam sekte atau aliran. Tentunya perbedaan pandangan ini juga berakibat pada konflik yang tajam terutama ketika sudah masuk pada masalah penafsiran Al-Quran, Sunnah, Sahabat, dan segala hal yang berkenaan dengan dasar atau sumber pemahaman islam (epistemologi islam).

Ajaran Tasawuf Syiah Dalam Tasawuf Syi atau Tasawuf syiah ajaran syiah itu seperti apa dua terminologi yaitu tasawuf falsafi dan tasawuf amali. Hal ini memiliki perbedaan dan tentunya memiliki fungsi tersendiri bagi pemeluk syiah.

• Tasawuf Falsafi Tasawuf falsafi ajaran syiah itu seperti apa penekanan pada masalah filosofis atau dengan pendekatan filsafat. Tasawuf falsafi juga berkenaan dengan masalah cinta, ma;rifah, hulul, wihdatul, dan lain sebagainya. Selain itu tasawuf juga ajaran syiah itu seperti apa disebut dengan ajaran syiah itu seperti apa spekulatif dikarenakan hasil pemikirannya yang masih bersifat spekulatif.

• Tasawuf Amali Berbeda dengan tasawuf falsafi. Tasawuf amali bertujuan untuk meninggikan amalan atau akhlak manusia. Imam Al Ghazali adalah tokoh dari Tasawuf Amali ini.

Dalam hal ini Imam Ghazali berpendapat bahwa ibadah, harus memiliki makna terdalam, dan hal ini adalah soal tasawuf. Imam Aghazalli juga berpendapat bahwa ibadah tidak hanya dilakukan karena ingin memenuhi kebutuhan. Shalat harus dipahmi tujuannya tersendiri yang paling dalam. Jika tidak tentu tidak akan dapat mencapai tujuan. • Menurut Pendapat Ulama Imam Ayatullah Khoeimeni menekankan juga masalah falsafi dan amali. Imam ayatullah khomeini berkomentar bahwa dalam masalah tasawuf tidak ada perbedaan antara sunni dan syiah.

Hal ini karena keduanya sama-sama membahas mengenai Tasawuf Falsafi dan Tasawuf Amali. Namun, secara umum banyak orang syiah yang menggunakan Tasawufnya dengan pendekatan Al Gahzali. Perbedaan dengan sunni lainnya adalah persoalan mengenai fiqh. Salah satu fiqh yang menjadi perdebatan dan pertentangan adalah kawin mut’ah atau kawin kontrak. Namun, tidak semua syiah menyepakitnya dan ada banyak juga yang menolak.

Fiqh ja’fari memberikan peluang untuk hal tersebut,namun dengan syarat yang pastinya sangat berat. Tentu tidak mudah untuk dilakukan. Hanya kasus darurat istimewa saja kawin mut’ah ini diperbolehkan oleh islam atau para ulama. Menguji Pemikiran Syiah dan Tasawuf Ada banyak sekali pemikiran syiah dan tasawuf yang berkembang. Tentunya tidak hanya satu jenis atau satu aliran saja.

Untuk itu perlu kiranya umat muslim dan seluruh penganut pemikiran syiah memahami bahwa tidak asal langsung membenarkan saja apa yang disampaikan. Tentu dalam menjalankan agama islam harus kembali kepada tuntunan al-quran dan sunnah rasul serta metode yang benar dalam memahaminya.

Untuk mengujinya maka umat islam harus Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan ManusiaHakikat Penciptaan ManusiaKonsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agamaDunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.

Selain itu, umat islam juga harus selalu menilai apakah pemikiran atau aliran tasawuf syiah ini sesuai dengan rukun islamrukun imanFungsi Iman Kepada Kitab Allah, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia. Hal ini dikarenakan apa yang disampaikan manusia tidak seluruhnya benar dan bisa dibenarkan.

Manusia sangat banyak memiliki kekurangan dalam menafsirkan dan memahami agama. Untuk itu, umat islam harus terus mengenal, mempelajari, dan tidak asal-asalan dalam belajar. Termasuk juga tidak asal-asalan ajaran syiah itu seperti apa memberikan informasi sesat pada yang lain. Hal ini disampaikan oleh Allah untuk selalu mempertanggung jawabkan pengetahuan dan apa yang kita sampaikan atau lakukan, sebagaimana dalam ayat berikut: • (QS Al-Isra: 36 ), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” • (QS An-Najm : 30), “Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”
Tidak sedikit dari umat Islam juga dilanda kebingungan terkait persoalan bagaimana pengertian Syiah atau definisi Syiah.

Namun pada umumnya, Syiah memiliki konotasi negatif di antara umat Islam pada umumnya. Tetapi, ada juga beberapa dari kalangan Islam yang juga memiliki konotasi positif terkait Syiah. Persoalan ini, membuat seluruh masyarakat Islam atau umat Islam di Indonesia, kehabisan energi untuk mencari kebenaran bukan pembenaran. Persoalan demi persoalan, tidak hanya menghantui dari luar Islam, dari dalam Islam sendiri masih banyak persoalan yang dari sejak dahulu hingga saat ini, tak berkesudahan untuk kita bahas.

Tak berhenti di situ saja, berbagai literatur sejarah Islam, juga beberapa di antaranya saling mengguncing dan adanya juga yang mengambil jalan tengah dan ada juga yang tetap konsisten dalam mengungkap kebenaran berdasarkan pandangan penulis yang tentu dari hasil berbagai penelitian baik yang mendukung arti Syiah maupun yang tidak mendukung arti Syiah ini.

Syiah dari segi bahasa atau etimologi berarti pengikut, pembela, pecinta, yang ditujukan untuk atau kepada ide, individu atau kelompok tertentu (Shihab, 2007). Syiah dalam arti kata dapat dieratkan dengan kata tasyaiyu’ yang memiliki arti patuh/menaati secara agama dan mengangkat kepada orang yang ditaati dengan penuh keikhlasan dan tanpa pula keraguan. Sedangkan dalam nashkah lama dalam syair yang juga pernah diucapkan oleh sahabat Hasan bin Tsabit yang pada saat itu ia hendak memuji Nabi Muhammad Saw yang dengan syair: “ Akrama bi qawmi rasulillah syi’atuhum, Iza ta’dddatat al-ahwa wa syiya’.

Syair tersebut berarti: “Orang yang paling mulia di antara umat Rasulullah adalah para pengikutnya, apabila telah banyak para pemuja nafsu dan pengikut. Beberapa arti etimologi Syiah dalam hal yang di Informasikan di atas telah memberikan kita sebuah pemahaman baru tentang Syiah.

Selain dalam hal pengertian syiah secara etimologi. Juga terdapat arti syiah dalam arti etomologi. Namun, terdapat banyak arti terminologi syiah atau pengertian syiah hingga saat ini. Sedangkan pengertian syiah atau definisi syiah menurut Ketua Ikatan Jamaah Ahlu Bait Indonesia (IJABI) yakni Jalaluddin Rahmat yang memberikan pengertian Syiah atau definisi syiah sebagai pengikut islam yang berpedoman kepada ajaran Nabi Muhammad dan Ahlul Bait atau keluarga Nabi Muhammad yakni Ali bin Abi Thalib-sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad, Fatimah az-Zahra-putri bungsu dari Nabi Muhammad dari istri pertamanya Khadijah, Hasan bin Ali dan Husain bin Ali-cucu dari Nabi Muhammad dari Ali dan Fatimah (Fokus.news.viva.co.id).

Kelompok di luar Syiah misalnya Abdullah Muhammad Gorib, Ihsan Illahi Dhahir, Abulhasan Annadwy dan Sirajuddin Abbas yang memandang bahwa pengertian Syiah atau definisi Syiah adalah kelompok sempalan Islam buatan orang Yahudi, Abdullah bin Saba’, Abdullah bin Saba’ sayng Yahudi yang dituduh dengan sengaja membentuk kelompok baru dalam Islam dengan tujuan untuk memecah belah dan menghancurkan umat Islam dari dalam.

(Ghorib dkk, 1987). Selanjutnya pengertian atau definisi Syiah menurut Muhammad Husain Attabi’i dalam literaturnya yakni Syiah Islam juga memberikan pengertian Syiah adalah kaum muslimin yang menganggap penggantian Nabi Muhammad Saw, adalah merupakan ajaran syiah itu seperti apa istimewa yang dimiliki oleh kelaurga Nabi dan mereka dalam bidang pengetahuan dan kebudayaan slam mengikut Ahlul Bait (Husayn Attabi’i, 1989:32). Kemudian dilanjutkan lagi oleh Quraish Shihab yang dengan mengutip pendapat Ali Muhammad al-Jurjani bahwa pengertian syiah atau definisi Syiah adalah mereka yang mengikut Sayyidina Ali Ra, dan juga percaya bahwa beliau adalah Imam sesudah Rasul Saw.

dan percaya bahwa imamah tidak keluar dari beliau dan keturunnya. Sedangkan menurut MUI (Majelis Ulama Indonesia) bahwa pengertian syiah atau definisi Syiah adalah menolah hadis yang tidak diriwayatkan oleh Ahlul Bait, dan memandang imam itu mas’um, tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya Imam, kemudian menegakkan kepemimpinan/pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama serta tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar Ibnul Khatthab dan Usman bin Affan. Baca Juga: Demikianlah informasi mengenai Pengertian Syiah: Apa itu Syiah?.

Semoga informasi kali ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi sumber dalam menambah pengetahuan kita agar kita dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari atau di saat tertentu.

Sekian dan Terima Kasih. Salam Berbagi Teman-Teman. Referensi Pengertian Syiah: Apa itu Syiah? Abbas, Sirojuddin. 1992. I’itiqad Ahlussunnad Wal-Jama’ah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah. Shihab, M. Quraish. 2007. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan!

ajaran syiah itu seperti apa

Mungkinkah: Kajian Atas Konsep Ajaran dan Pemikiran. Tangerang: Lentera Hati. Mungni, Muladi. Mengubur Politik Hegemoni Sunni Syiah. http://sioelmunghni.multiply.com/ journal/item/22. Diakses: 12 Oktober 2012. Thabathaba’i, Allamah Sayyid Muhammad Husayn. 1989. Islam Syiah: Asal-usul dan Perkembangannya. Diterjemahkan dari Syi’ite Islam. Penerjemah: Djohan Effendi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Gharib dkk, Abdullah Muh. 1987. Hakekat Syiah. Solo: Pustaka Mantiq.

Recent Posts • Pengertian Kimia, Fungsi, Cabang Ilmu, Manfaat, & Kimia Menurut Para Ahli • Pengertian Kronologi, Fungsi, dan Contoh Kronologi Dalam Sejarah • Pengertian Presipitasi, Fungsi, Arti Presipitasi Menurut Para Ahli dan Kimia, Biologi • Pengertian Periodisasi, Tujuan, Komponen & Contoh Periodisasi • Pengertian Perusahaan Manufaktur, Karakteristik/Ciri, & Fungsi Perusahaan Manufaktur

2 CIRI SHOLAT SEPERTI INI, DIPASTIKAN ADALAH SYI'AH !!! - UST.ADI HIDAYAT




2022 www.videocon.com