Teori belajar behaviorisme

teori belajar behaviorisme

• Tebar Hikmah Ramadan • Life Hack • Ekonomi • Ekonomi • Bisnis • Finansial • Fiksiana • Fiksiana • Cerpen • Novel • Puisi • Gaya Hidup • Gaya Hidup • Fesyen • Hobi • Karir • Kesehatan • Hiburan • Hiburan • Film • Humor • Media • Musik • Humaniora • Humaniora • Bahasa • Edukasi • Filsafat • Sosbud • Kotak Suara • Analisis • Kandidat • Lyfe • Lyfe • Diary • Entrepreneur • Foodie • Love • Viral • Worklife • Olahraga • Olahraga • Atletik • Balap • Bola • Bulutangkis • E-Sport • Politik • Politik • Birokrasi • Hukum • Keamanan • Pemerintahan • Ruang Kelas • Ruang Kelas • Ilmu Alam & Teknologi • Ilmu Sosbud & Agama • Teknologi • Teknologi • Digital • Lingkungan • Otomotif • Transportasi • Video • Wisata • Wisata • Kuliner • Travel • Pulih Bersama • Pulih Bersama • Indonesia Hi-Tech • Indonesia Lestari • Indonesia Sehat • Teori belajar behaviorisme World • New Teori belajar behaviorisme • Cryptocurrency • Metaverse • NFT • Halo Lokal • Halo Lokal • Bandung • Joglosemar • Makassar • Medan • Palembang • Surabaya • SEMUA RUBRIK • TERPOPULER • TERBARU • PILIHAN EDITOR • TOPIK PILIHAN • K-REWARDS • KLASMITING NEW • EVENT Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.

Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Sehingga teori belajar behavioristik bisa disebut juga dengan teori tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan perubahan tingkah laku, dengan kata lain teori belajar behaviorisme merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai interaksi antara stimulus dan respons.

Pendekatan behavioral dalam pembelajaran menekankan pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui proses yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut pandangan ini, pemikiran, perasaan, dan motif bukan subyek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab semua itu teori belajar behaviorisme bisa diobservasi secara langsung.

Pembelajaran pada teori ini menekankan kepada pembelajaran asosiatif, yaitu dua kejadian yang saling terkait. Misalnya, pembelajaran asosiatif terjadi ketika murid mengaitkan kejadian yang menyenangkan dengan pembelajaran sesuatu disekolah. Dengan perkataan lain, teori belajar behaviorisme tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang tampak, bukan dengan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.

· Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar. Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori behavioris.Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk memahami materi dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi. Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar mengenai pendidikannya sendiri.

Aplikasi teori belajar behaviorismedalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.

teori belajar behaviorisme

Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.

Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Teori behavior dengan model hubungan stimulus-respon, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.respon atau prilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau kebiasaan semata.munculnya prilaku akan semakin kuat bila diberi penguatan dan akan menghilang bila diberikan hukuman.

Dalam Proses perpindahan informasi ada dua kemungkinan respon yang akan terjadi setelah stimuli diberikan oleh komunikator, yaitu reaksi negative dan positif. Reaksi positif terjadi apabila komunikan menerima stimuli dari komunikator dan memberikan reaksi seperti apa yang diharapkan oleh sang komunikator. Sebagai contoh jika anda bertemu dengan teman anda dan anda melambaikan tangan kepadanya kemudian anda juga mendapat lambaian tangan darinya ini merupakan sebuah respon positf yang ditunjukan oleh teman anda sebagai komunikan, namun jika lambaian tangan anda tersebut dibalas oleh teman anda dengan memalingkan wajah maka dapat dikatakan proses penyampaian pesan anda berlangasung negative.

Menurut teori yang penting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bias diamati.

Factor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah factor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa yang dapat diperkuat timbulnya respond. Bila penguatan ditambahkan (positif reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon oun akan dikuatkan. teori belajar behaviorisme, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya.

Maka tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar, bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini justru merupakan aktifitas belajarnya, maka pengurangan tuas merupakan penguatan negative dalam belajar.

Jadi penguatan merupakan tugas stimulus yang penting diberikan atau dihilangkan untuk memungkinkan terjadinya respons. Teori Belajar Behaviorisme Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, teori belajar behaviorisme dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan.

Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas.

Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau teori belajar behaviorisme, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.

teori belajar behaviorisme

Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori behavioris. Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk memahami materi dan material sering terisolasi dari konteks dunia teori belajar behaviorisme atau situasi. Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar mengenai pendidikannya sendiri.

Ada beberapa tokoh teori belajar behaviorisme. Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.

Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran. Teori Belajar Behaviorisme 1. Teori Belajar Menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991).

Teori belajar behaviorisme hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon. 2. Teori Belajar Menurut Watson Watson mendefinisikan belajarsebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur.

teori belajar behaviorisme

Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

teori belajar behaviorisme

3. Teori Belajar Menurut Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah teori belajar behaviorisme bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup.

Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.

Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991). 4. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991).

Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.

Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Teori belajar behaviorisme harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991). 5. Teori Belajar Menurut Skinner Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya.

Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebihkomprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.

Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan.

Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000).

Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya. Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.

Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.

Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat teori belajar behaviorisme diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur teori belajar behaviorisme tersebut.

Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.

Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Referensi : • https://www.msu.edu/~purcelll/behaviorism%20theory.htm • http://www.scumdoctor.com/psychology/behaviorism/Theory-And-Definition-Of-Behaviorism.html • http://www.funderstanding.com/content/behaviorism • http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik Teori Belajar Behaviorisme Categories • Bimbingan Konseling • Concrete Pump Jakarta • Ilmu Psikologi teori belajar behaviorisme Informasi • Jurnal Psikologi • Kanopi • Klinis • Kusen • Metode Penelitian • Organisasi Industri • Pendidikan • Perkembangan • Pompa Beton • Psikologi Anak • Psikologi Dewasa • Psikologi Remaja • Psikologi Sosial • Teori Psikologi • Tes Psikologi • Tips Anda • Tokoh Psikologi • Umum
Proses belajar yang dialami oleh manusia selalu menjadi bahasan menarik dikalangan para ilmuan dan filsuf.

Proses bagaimana seseorang mempelajari hal baru, mengalami perubahan dan terdorong untuk terus melazimi perubahan tersebut diteliti oleh para ilmuan dan kemudian memunculkan beberapa teori mendasar dalam dunia pendidikan. Salah satu teori tersebut adalah teori behaviorisme. Artikel singkat ini merangkum pembahasan tentang teori behaviorisme, berikut kelebihan-kekurangan dan gambaran singkat aplikasinya dalam dunia pendidikan.

Pada bagian kesimpulan, kami sertakan pula pandangan terhadap relevansi teori behaviorisme pada pendidikan moderen tahun 2019. This book provides the student with an understanding of theories and research on learning and related processes and demonstrates their application in educational contexts.

teori belajar behaviorisme

The text is intended for graduate students in schools of education or related disciplines, as well as for advanced undergraduates interested in education. It is assumed that most students using this text are pursuing educationally relevant careers and that they possess minimal familiarity with psychological concepts and research methods.

Important historical theories are initially discussed, followed by accounts of current research. Differing views are presented, as well as criticism when warranted. A chapter is devoted to problem solving and learning in reading, writing, mathematics, and science. The chapters on motivation, self-regulation, and instructional processes address topics relevant to learning theories. These topics traditionally have shown little overlap with learning theories, but fortunately this situation is changing.

Researchers are addressing such topics as how motivation can influence quantity and quality of learning, how instructional practices impact information processing, and how learning principles can be applied to develop self-regulated learners. The applications of learning principles focus on school-aged students, both because of personal preference and because most students are interested in working with children and teenagers.

(PsycINFO Database Record (c) 2012 APA, all rights reserved) Penelitian (research) dapat diartikan sebagai upaya atau cara kerja yang sistematik untuk menjawab permasalahan atau pertanyaan dengan jalan mengumpulkan data dan merumuskan generalisasi berdasarkan data tersebut. Diartikan juga sebagai proses pemecahan masalah dan menemukan serta mengembangkan batang tubuh pengetahuan yang terorganisasikan melalui metode ilmiah. Berdasarkan pengertian di atas. . [Show full abstract] maka penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan (to discover knowledge) dan pemecahan masalah (problem solving) pendidikan melalui metode ilmiah, baik dalam pengumpulan maupun analisis datanya, serta membuat rumusan generalisasi berdasarkan penafsiran data tersebut.

Yang dimaksud dengan metode ilmiah di sini adalah metode yang menggunakan prinsip-prinsip science, yaitu sistematis, empiris dan objektif. Untuk memecahkan masalah dapat juga dilakukan Pendekatan non-ilmiah, yaitu menggunakan cara-cara (a) dogmatis, berdasarkan kepercayaan atau keyakinan tertentu; (b) intuitif, berdasarkan pengetahuan yang diperoleh secara tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebh dahulu; (c) spekulatif, coba-coba, atau trial and error, cara terkaan, untung-untungan, yang temuannya bersifat kebetulan; dan (d) otoritas ilmiah, yaitu berdasarkan pendapat atau pemikiran logis para ahli dalam bidang tertentu.

B. Masalah Penelitian Pendidikan Ungkapan yang sering muncul dalam penelitian adalah No Problem no teori belajar behaviorisme. Ungkapan ini menunjukkan tentang pentingnya posisi masalah dalam suatu penelitian. Yang menjadi persoalan adalah apakah masalah itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut dikemukakan indicator-indikatornya. 1. Apabila sesuatu, peristiwa, atau fenomena yang terjadi menimbulkan keragu-raguan atau ketidakpastian.

Read more Buku ini dibuat dengan maksud menyediakan rujukan yang aplikastif bagi masyarakat yang ingin menerapkan Sistem Manajemen Mutu berbasis kepada ISO 9001:2008, khususnya para pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Buku ini sudah disesuaikan dengan kontek Teori belajar behaviorisme sehingga dapat memberikan pemahaman bagi kalangan UMK mengenai sistem manajemen mutu.

Pemahaman tersebut merupakan langkah awal untuk membantu UMK . [Show full abstract] menerapkan SNI ISO 9001:2008 yang diyakini bermanfaat meningkatkan daya saing produk UMK sehingga dapat diterima dan memenuhi harapan konsumen di tengah persaingan yang semakin ketat serta konsumen yang semakin cerdas dengan tuntutan dan harapan yang kian meningkat.

Read more En este artículo se intenta entregar una visión sintética de un tema de suyo complejo como lo teori belajar behaviorisme la realidad personal del ser humano. La reflexión de Jacques Maritain alienta y alimenta las perspectivas antropológicas que dan cuenta de la conformación del hombre, de sus características propias, de su ser personal, teori belajar behaviorisme su dignidad irrenunciable, de su necesidad de contar con los otros para .

[Show full abstract] constituir la sociedad, de proyectarse en el ámbito específico de lo político; y ¿finalmente¿ de asegurar, profundizar y extender su libertad. Read more Kehadiran teknologi informasi dewasa ini memberikan tantangan bagi para konselor untuk ikut berperan serta dan menguasainya.

Sehingga tidak menutup kemungkinan penyelenggaraan konseling tidak hanya dilakukan secara face-face dalam satu ruang tertutup, namun bisa dilakukan melalui format jarak jauh. Konselor menggunakan media informasi sebagai alat bantu dalam menjalankan tugasnya, yang . [Show full abstract] selanjutnya dikenal dengan istilah Pelayanan e-konseling. Wujud nyata aplikasi dari e-konseling adalah dengan bermunculannya pelayanan konseling secara online, melalui situs-situs penyedia layanan konseling online, atau yang lebih sederhana konseling yang dilakukan melalui telpon, hand phone dan/atau melalui email pribadi dan beberapa program aplikasi untuk chatting seperti skype, yahoo Mesegger dan sebagainya.

Juga pemanfaatan program aplikasi lainnya yang mendukung penyelenggaraan tugas para konselor, seperti lahirnya program aplikasi pengolahan Alat Ungkap Masalah (AUM). Konselor sekolah selama ini melakukan pengadministrasian AUM dan melakukan pengolahan secara manual, sehingga memakan tenaga yang besar dan waktu yang tidak efisien. Untuk membantu para konselor akhirnya Tim Pengembang Instrumen atas izin tim pengusun instrument AUM berinisiatif untuk mengembangkan sebuah program aplikasi AUM dengan basis program Microsoft Acces, Teknologi e-konseling pada program ini memungkinkan menampilkan lebih banyak lagi informasi berkenaan teori belajar behaviorisme masalah-masalah responden, dalam hal ini terutama siswa yang nantinya dapat dijadikan alat bantu bagi konselor dalam menjalankan tugas profesionalnya.

Kegiatan pelatihan ini merupakan pelatihan serupa yang juga sudah dilakukan di kabupaten/kota lain di propinsi Sumatera Barat, dan dalam perencanaannya akan dilakukan pada teori belajar behaviorisme kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat, sehingga pengetahuan dan penguasaan ketrampilan dapat ditingkatkan. View full-text Teori pengajaran abad ke 21 yang dilalui saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teori ini sangat pesat dan berpengaruh signifikan terhadap masa depan pendidikan para generasi bangsa.

Oleh sebab itu individu yang tidak mampu mengikuti alur dan tidak mampu menempatkan diri pada abad ini akan merasakan rugi yang luar biasa dan ditinggalkan oleh perkembangan abad ini, sehingga menjadi . [Show full abstract] individu yang terbelakang tanpa mampu untuk berpartisipasi dan bersaing dalam abad ini.Abad ke 21 mengajarkan kita bahwa teori belajar behaviorisme segi kehidupan tidak berjalan pada porosnya melainkan terus mengalami berbagai perkembangan untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam proses menjalani kehidupan yang terus berjalan tanpa akhir dan akan selalu menimbulkan konflik untuk individu masing-masing.

Jadi perlu mawas diri dalam abad ke 21 merupakan kunci utama agar dapat menyeimbangi perkembangan zaman dan selalu menjadi individu yang produktif dimana pun dan kapan pun. Read more Halo Bapak/Ibu, bagaimana kabarnya?

teori belajar behaviorisme

Semoga selalu sehat dan tetap semangat mengajarnya, ya. Kesuksesan peserta didik saat belajar, tidak hanya teori belajar behaviorisme dari pemahaman akademiknya namun juga dilihat dari perubahan perilakunya. Sebagai seorang guru, Bapak/Ibu tentu sudah berupaya secara maksimal untuk mendidik dan membimbing mereka, salah satunya dengan membuat aturan di kelas.

Jika peserta didik tidak mematuhi aturan yang sudah dibuat, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan? Apakah Bapak/Ibu memberikan hukuman pada mereka? Hukuman yang Bapak/Ibu berikan merupakan salah satu bentuk penerapan dari teori belajar behavioristik. Ingin tahu tentang teori belajar yang dimaksud?

Inilah ulasannya. 2. Kekurangan Pengertian Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara teori belajar behaviorisme dan respon. Teori belajar ini berorientasi pada perilaku yang lebih baik. Prinsip Teori Belajar Behavioristik Seperti Bapak/Ibu ketahui bahwa teori belajar behavioristik menekankan pada perubahan perilaku peserta didik.

Namun, penerapan teori tersebut dalam pembelajaran harus mengacu pada prinsip yang ada. Menurut Mukinan, prinsip teori belajar behavioristik adalah sebagai berikut. • Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka dikatakan sudah belajar.

Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa perubahan perilaku tidak dianggap belajar menurut teori ini. teori belajar behaviorisme Hal yang paling penting pada teori ini adalah stimulus dan respon karena bisa diamati.

Hal-hal selain stimulus dan respon tidak dianggap penting karena tidak bisa diamati. • Adanya penguatan ( reinforcement ), yaitu hal-hal yang bisa memperkuat respon. Penguatan bisa berupa penguatan positif dan negatif.

Hukum pada Teori Belajar Behavioristik Hergenhahn dan Matthew menyatakan bahwa teori belajar ini mencakup empat hukum, yaitu sebagai berikut. 1. Hukum kesiapan Hukum kesiapan berarti bahwa kegiatan pembelajaran akan memberikan hasil yang diinginkan jika ada kesiapan, baik kesiapan oleh pendidik maupun peserta didik.

2. Hukum latihan Hukum latihan memiliki arti bahwa semakin banyak latihan, semakin besar peluang untuk berhasil. Artinya, kegiatan pembelajaran akan berhasil jika peserta didik dibiasakan untuk latihan secara kontinu dan terukur. 3. Hukum efek Hukum efek berarti bahwa efek yang dirasakan oleh peserta didik setelah belajar akan memotivasi dirinya untuk terus belajar. Contohnya, seorang peserta didik mendapatkan hadiah berupa buku paket Matematika karena berhasil mendapatkan nilai sempurna di ujian tulis Matematika.

Efek yang dirasakan adalah bangga dan bahagia. Efek itu diharapkan bisa memotivasi peserta didik tersebut untuk terus belajar. 4. Hukum sikap Hukum sikap berarti sikap yang terbentuk setelah melakukan pembelajaran. Perubahan sikap dipengaruhi oleh hal-hal yang ia dapatkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik Teori belajar ini dianggap sudah kuno oleh sebagian kalangan.

Namun, sampai saat ini teori ini masih sering digunakan di Indonesia. Memangnya, apa ciri yang membedakan teori ini dengan teori belajar yang lain? • Mengutamakan pengaruh lingkungan.

teori belajar behaviorisme

• Hasil pembelajaran fokus pada terbentuknya perilaku yang diinginkan. • Mementingkan pembentukan reaksi atau respon. • Bersifat mekanistis atau dilakukan dengan mekanis tertentu, misalnya meminta maaf. • Menganggap latihan itu adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran. Contoh Penerapan Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik ini adalah teori belajar yang umum digunakan di Indonesia.

teori belajar behaviorisme

Hal itu bisa dilihat dari beberapa contoh berikut. • Guru menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap, mulai materi sederhana sampai kompleks.

• Selama mengajar, guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi. • Jika guru menjumpai adanya kesahalan, baik pada materi maupun pada peserta didik maka akan segera diperbaiki.

teori belajar behaviorisme

• Guru lebih aktif memberikan latihan agar terbentuk kebiasaan yang diinginkan. • Guru memberikan evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat. • Guru harus mampu memberikan penguatan ( reinforcement ), baik dari sisi positif dan negatif. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik Produk yang dibuat oleh manusia selalu memiliki dua sisi yang saling berkebalikan, teori belajar behaviorisme kelebihan dan kekurangan.

Begitu juga dengan teori belajar behavioristik. Adapun kelebihan dan kekurangan teori belajar ini adalah sebagai berikut. 1. Kelebihan • Peserta didik dibiasakan untuk latihan dan praktik yang di dalamnya memuat unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.

teori belajar behaviorisme

• Mampu mendorong peserta didik untuk berpikir linier dan konvergen. • Memudahkan peserta didik untuk mencapai suatu target tertentu dalam pembelajaran. 2. Kekurangan • Membatasi kreatifitas, produktifitas, dan imajinasi peserta didik. • Pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga peserta didik terkesan pasif. • Berpotensi menimbulkan hukuman verbal dan fisik, seperti memberi hukuman peserta didik yang melanggar aturan atau bahkan menjewer.

Hukuman semacam itu justru bisa berakibat buruk pada perubahan perilaku peserta didik. • Timbul kesulitan untuk menjelaskan kondisi belajar yang kompleks karena hanya beracuan pada stimulus dan respon. Menurut Bapak/Ibu, apakah masih relevan teori ini diterapkan di sekolah?

Perubahan zaman yang berlangsung secara dinamis menuntut pendidik selektif dalam memilih teori belajar yang sesuai untuk peserta didiknya. Jika guru belum mampu memberikan hal-hal mendasar yang dibutuhkan, peserta didik bisa beralih ke dunia digital karena everything is available.

Itulah pembahasan Quipper Blog tentang teori belajar behavioristik. Semoga bermanfaat buat Bapak/Ibu. Jika ada pertanyaan lain tentang dunia pendidikan, jangan lupa untuk terus meng update Quipper Blog. Tetap semangat dan jaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan 3 M. Salam Quipper! Penulis: Eka Viandari Hybrid Learning – Pengertian, Manfaat, Langkah Februari 5, 2022 Psikologi Belajar – Pengertian, Ruang Lingkup, Jenis Januari 4, 2022 Metode Pembelajaran Daring Januari 4, 2022 Metakognitif – Pengertian, Manfaat, Strategi Januari 4, 2022 Metode Diskusi Januari 3, 2022 TPACK: Pengertian, Komponen, Unsur Lengkap dengan Contoh Januari 3, 2022
Daftar Isi • Sejarah Singkat Teori Belajar Behavioristik • Pengertian • Teori Belajar Behavioristik di dalam Kelas • Prinsip Teori Behavioristik • Teori belajar behaviorisme (Dorongan) • Stimulus (Rangsangan) • Respons (Reaksi) • Reinforcement (Penguatan) • Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran • Strategi Teori Pembelajaran Behavioristik di Kelas • Kelebihan dan Kekurangan • Kelebihan Teori Behavioristik • Kekurangan Teori Behavioristik • Kesimpulan Sejarah Singkat Teori Belajar Behavioristik Behaviorisme lahir karena adanya reaksi terhadap psikologi introspektif pada abad-19, di mana psikolog bernama J.B.

Watson dan B.F. Skinner menolak metode introspektif karena terlalu subjektif dan tidak bisa teori belajar behaviorisme. Kedua ahli ini bersikeras bahwa psikologi harus bisa diukur dan dipahami secara akurat serta tidak hanya membuat teori berdasarkan opini.

Watson dan Skinner percaya teori belajar behaviorisme bila sekelompok bayi akan tumbuh dengan baik atau tidak (cara mereka bertindak di masa depan) tergantung dengan lingkungan tempat mereka tinggali bukan karena genetika atau orang tua mereka.

Terdapat pula eksperimen behaviorisme populer yakni Pavlov Dogs. Di mana sekelompok anjing akan diberi makan setelah mendengar bel berbunyi, kemudian rutinitas tersebut terus dilakukan sampai suatu hari bel berbunyi tapi tidak diberi makan, kemudian anjing-anjing tersebut mengeluarkan air liur mengharapkan makanan.

Hal tersebutlah yang dinamakan behaviorisme, yakni hal-hal yang kita alami di lingkungan adalah penggerak dari cara kita bertindak. Urutannya bisa berupa stimulus-respon, di mana stimulus diberikan (bunyi) dan respon berikutnya adalah anjing mengeluarkan air liur atau makanan diberikan.

Teori belajar behavioristik ini juga berpendapat bahwa tindakan kompleks pun bisa dipecah menjadi stimulus-respon. Pengertian Teori belajar behavioristik adalah teori yang berfokus pada perubahan tingkah laku yang disebabkan adanya komunikasi dari pengalaman. Lebih lanjut, teori behavioristik merupakan bentuk perubahan tingkah laku pada siswa dalam hal kebiasaan dan pola pikir baru sebagai akibat dari adanya stimulus yang diberikan kemudian menjadi respon.

Bila disimpulkan tujuan dari teori ini adalah, siswa bisa diasumsikan sudah belajar bila mereka telah memperlihatkan perubahan dalam tingkah lakunya. Inti dari Teori Behavioristik adalah input kepada siswa yang berbentuk rangsangan (stimulus) dan output yang berbentuk respon. Maksud dari stimulus atau rangsangan adalah segala bentuk apapun yang guru sampaikan kepada teori belajar behaviorisme, dan respon adalah bentuk tanggapan siswa dari apa yang disampaikan oleh guru.

Dalam pelaksanaanya guru harus memperhatikan dengan teliti tentang stimulus dan respon, sebab apapun yang guru sampaikan (stimulus) dan apapun yang ditanggapi pembelajar (respon) harus bisa diukur dengan baik. Teori behavioristik berfokus pada pengamatan yang terukur, karena pengukuran adalah cara paling berguna untuk mengetahui perubahan kebiasaan dan tingkah laku pada pembelajar (siswa).

Teori Belajar Behavioristik di dalam Kelas Di dalam kelas, teori pembelajaran behavioristik adalah kunci dalam memahami cara memotivasi dan membantu siswa. Informasi akan diberikan guru kepada siswa dengan stimulus yang telah diperhitungkan sehingga menimbulkan respon yang tepat. Siswa adalah peserta pasif dalam pembelajaran behaviorisme ini.

Caranya adalah dengan guru memberi mereka informasi sebagai elemen stimulus-respons. Guru menggunakan behaviorisme untuk menunjukkan kepada siswa bagaimana mereka harus bereaksi dan menanggapi rangsangan. Ini harus dilakukan berulang-ulang, agar siswa bisa memahami dan mengingat tentang perilaku yang diinginkan guru.

Penguatan positif adalah kunci dalam teori pembelajaran perilaku. Tanpa penguatan positif, siswa akan segera melupakan respon yang telah diberikan. Contohnya adalah, jika siswa mendapatkan nilai 100 (sempurna) maka siswa akan diberi hadiah berupa buku.

Namun bila siswa lain juga mendapat nilai sempurna tetapi tidak dihadiahi buku maka stimulus tersebut akan sia-sia. Baca juga: Teori Belajar Kognitif Prinsip Teori Behavioristik Prinsip adalah landasan berpikir yang sangat mendasar yang nantinya digunakan untuk beraksi.

Pada Teori behavioristik terdapat enam poin yang menjadi dasar yakni: Berdasarkan teori di atas hal utama pada teori behavioristik adalah stimulus dan respon, berikut adalah penjelasan alur dan unsurnya: Drive (Dorongan) Siswa bisa merasakan keinginan kepada sesuatu sehingga siswa bisa termotivasi untuk mendapatkannya.

Stimulus (Rangsangan) Guru akan melepaskan stimulus yang mengakibatkan adanya tanggapan siswa Respons (Reaksi) Tanggapan siswa akan hadir sebagai jenis stimulus yang dihadapi dari keterlibatan guru pada pembelajaran. Reinforcement (Penguatan) Guru akan teori belajar behaviorisme stimulus tapi dengan bentuk yang berbeda agar siswa bisa melakukan reaksi yang sama sehingga mereka bisa mendalam dalam suatu yang telah menjadi tujuan awal pembelajaran Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran Berlandaskan teori dan prinsipnya, ini adalah implementasi dari teori belajar behavioristik: • Memutuskan visi/mis dan parameter pembelajaran.

• Pengetahuan awal siswa dalam lingkungan belajar akan diidentifikasi dan dianalisis. • Memutuskan jenis materi yang akan disampaikan. • Menjelaskan materi menjadi kategori dalam bentuk kecil seperti topik, poin bahasan dan sub-poin. • Presentasi atau penjelasan pembelajaran. • Melepaskan rangsangan (stimulus) ke siswa.

• Memperhatikan dan mendalami siswa dalam bereaksi terhadap stimulus yang dilepaskan. • Menyampaikan penjelasan positif dan negatif yang baik kepada siswa.

• Melepaskan kembali stimulasi. • Memperhatikan dan mendalami siswa dalam merespon stimulus. • Menyampaikan penjelasan lagi baik negatif dan positif. • Diakhiri dengan kesimpulan dan evaluasi hasil belajar. Berikut merupakan model pembelajaran yang memiliki dasar teori behavioristik: • Grup Investigation • Problem-Based instruction • Inquiri • Model Pembelajaran Perubahan Konseptual • Model Pembelajaran Reasoning dan Problem Solving Strategi Teori Pembelajaran Behavioristik di Kelas Guru bisa menerapkan teknik strategi pembelajaran behavioristik di kelasnya dengan banyak cara, termasuk dengan: • Latihan.

Guru bisa mempraktekan sebuah keterampilan tertentu dengan cara menggunakan pola latihan berulang dengan dicontohkan langsung oleh guru. Ini bertujuan agar siswa terbantu dalam melihat pengulangan dan penguatan dalam sebuah keterampilan sehingga mereka bisa lebih paham. • Tanya jawab. Guru bisa menggunakan pertanyaan sebagai stimulus dan jawaban sebagai respon, secara bertahap pertanyaan yang diberikan akan semakin sulit dari waktu ke waktu.

Ini agar siswa bisa mengetahui pola atau penguatan yang diberikan oleh guru. • Membimbing latihan. Guru bisa terlibat langsung dalam membantu siswa dalam mengatasi masalah tertentu untuk memberi mereka penguatan dan demonstrasi • Review rutin. Ulasan atau review sangat penting untuk teori pembelajaran behavioral. Pada sesi ini kita akan melihat kembali materi dan memberikan penguatan positif sehingga membantu siswa untuk mengingat informasi dan pengetahuan dengan lebih baik.

• Penguatan positif.

teori belajar behaviorisme

Ruang kelas dengan penerapan teori belajar behavioristik akan menggunakan penguatan positif secara teratur. Ini bisa dengan cara pujian verbal, sistem penghargaan, hak tambahan dsb. Baca juga: Teori Belajar Humanistik Kelebihan dan Kekurangan Behaviorisme ini merupakan salah satu teori belajar yang sudah cukup teruji karena sudah cukup tua dan masih dipakai pada generasi ini.

Namun begitu Teori behaviorisme ini juga tidak luput dari kelebihan dan teori belajar behaviorisme berikut penjabaran lebih lanjut: Kelebihan Teori Behavioristik Berikut kelebihan teori behavioristik, diantaranya: Sesuai dengan materi pembelajaran Teori behavioristik mampu mengemban beban pembelajar untuk bisa mencapai tujuan belajar. Teori ini mengakomodasi pembelajar agar bisa termotivasi secara konsisten dalam meraih kompetensi yang dituju.

Materi Pembelajaran dirancang secara Khusus Siswa yang memiliki motivasi lebih dalam ilmu pengetahuan akan terakomodasi dengan baik, sebab teori behavioristik memiliki karakter sangat mendetail dan runtut dalam menyampaikan sebuah ilmu atau materi.

Membangun Konsentrasi Individu Behaviorisme ini menuntut setiap pembelajar untuk melahirkan kebiasaan konsentrasi. Ini berlandaskan agar pembelajar selalu siap dalam merespon segala hal yang diberikan pengajar.

Sesuai dengan Pemahaman Belajar pada Anak Teori ini sangat cocok untuk kalangan anak-anak karena dalam belajar masih membutuhkan dominasi orang tua. Apalagi mereka cenderung belajar untuk meniru setiap apa yang dilakukan orang tuanya. Ini bisa bermanfaat untuk teori belajar behaviorisme pola pikir dan respon cepat untuk menciptakan konsentrasi pada anak. Perubahan Belajar Menjadi Tolak Ukur Keberhasilan Perubahan pada individu merupakan hasil dari teori behavioristik, karena perubahan tersebut bisa dilihat dengan jelas.

Bisa disimpulkan bahwa Individu dianggap telah belajar bila mereka membentuk perilaku dan kebiasaan baru. Karena itu teori behavioristik sangat mudah untuk di identifikasi hasilnya. Kekurangan Teori Behavioristik Dari segi penerapan teori behavioristik terdapat beberapa kekurangan. Berikut unsur dan penjelasannya. Hanya Berpusat pada Tenaga Pendidik Pembelajaran yang berlandaskan behaviorisme ini dalam penerapannya berfokus pada guru yang menjelaskan suatu materi.

Bila guru tidak kreatif dalam penjelasan ilmu pengetahuan, maka pembelajar akan bosan dan mengurangi daya kreatif dan aktif pembelajar. Lebih Mengutamakan Hafalan dibandingkan Latihan Penekanan lain pada behaviorisme adalah penekanan pada hafalan. Karena umur teori ini sudah tua maka hasil dari penerapan cenderung ketat dan pembelajar akan kekurangan referensi tentang cara berpikir. Kaku dan Membosankan Karena berfokus pada guru, pembelajaran ini akan berjalan kurang menyenangkan dan yang pasti akan membosankan bilamana guru tidak kreatif dalam menjelaskan materi.

Individu Dibentuk Menjadi Pasif dan Tidak Inovatif Siswa dituntut untuk terus menerima ilmu dari guru dan belajar menggapai tujuan seperti nilai akan membuat siswa menjadi pasif dan kurang inovatif. Baca juga: Teori Belajar Kesimpulan Esensi dari Teori Belajar Behavioristik: • Siswa dikatakan telah belajar bila ada perubahan perilaku.

• Masukan atau stimulus dan keluaran berbentuk respon merupakan hal yang paling fundamental. • Pengulangan materi merupakan elemen paling mendasar dalam belajar. • Jika pengulangan pada materi dilaksanakan kembali maka respon yang dihasilkan akan semakin solid, hal tersebut juga akan berlaku bila dilaksanakan pada respon.

• Implementasi teori behavioristik ini bisa disimpulkan bahwa teori ini menekankan pada kegiatan teori belajar behaviorisme mimetic” yang berarti penguatan pada pengetahuan yang telah dipelajari.

• Presentasi pada mata pelajaran harus disusun dengan runtut dan dikategorikan secara rinci. Pada evaluasi, teori behaviorisme ini memfokuskan pada hasil dan evaluasi ada untuk kelangsungan pembelajaran yang lebih baik. Dan siswa bila menjawab atau merespon dengan benar maka siswa sudah mengatasi tugas belajar.

Teori Belajar Behavioristik/Behaviorisme




2022 www.videocon.com