Jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

Kesadaran masyarakat mengenai penyakit HIV dan AIDS ( HIV/AIDS) telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Namun, bukan berarti upaya kita mencari cara memberantas penularan HIV berhenti sampai di situ. Sebab kenyataannya kasus HIV dan angka kematian akibat AIDS secara global masih cukup tinggi.

Memahami bagaimana cara penularan HIVmerupakan inti dari pencegahan penyebaran penyakitnya beserta komplikasi HIV yang merugikan. Terlebih, masih banyak mitos tentang penyebaran HIV dan AIDS beredar di luaran sana yang harus diluruskan agar kesalahpahaman tidak lagi menelan korban. Cara penularan HIV yang paling umum Merangkum rilis media dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus baru HIV di Indonesia masih terus mengalami kenaikan sejak tahun 2005-2019.

Persentase kasus HIV sampai Juni 2019 naik sekitar 60,7% dari jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada tahun 2016 yang mencapai 640.443 jiwa. Gambaran situasi ini menunjukkan bahwa masih diperlukan kesadaran yang lebih tinggi lagi agar berhasil mencegah penyebaran HIV semakin meluas. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan HIV hanya bisa terjadi lewat perantara cairan tubuh tertentu.

Cairan tubuh tersebut yaitu darah, air mani, cairan praejakulasi, cairan anus, cairan vagina, dan ASI. Namun, agar virus penyebab HIV dapat berpindah dari orang yang terinfeksi, cairan tersebut haruslah masuk ke dalam tubuh orang yang sehat melalui: • Luka terbuka di kulit, seperti luka di sekitar organ jelaskan cara penularan virus hiv atau aids, sariawan terbuka di bibir, luka pada gusi atau lidah. • Selaput lendir pada dinding vagina.

• Jaringan tubuh yang rusak seperti luka lecet pada anus. • Aliran darah dari suntikan jarum. Berikut ini adalah beberapa cara penularan HIV/AIDS yang utama: 1. Hubungan seks tanpa kondom Hubungan seks yang melibatkan penetrasi vaginal (penis ke vagina) atau penetrasi anus (penis ke dubur) tanpa menggunakan kondom merupakan cara penularan HIV/AIDS yang paling umum.

Penularan virus HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari kontak darah, air mani, cairan vagina, atau cairan praejakulasi milik orang yang terinfeksi HIV. Cairan tersebut bisa dengan mudah menginfeksi tubuh orang lain ketika ada luka terbuka atau lecet pada alat kelamin. Penularan dari seks vaginal paling umum terjadi pada kelompok pasangan heteroseksual, sedangkan seks anal lebih berisiko menularkan HIV pada kelompok pasangan homoseksual.

Oleh sebab itu, penting untuk selalu melindungi diri Anda dengan menggunakan kondom saat melakukan aktivitas seksual apa pun. Kondom dapat mencegah penularan HIV karena menghalangi masuknya virus pada cairan sperma atau vagina. 2. Memakai jarum suntik bekas atau bergantian Menggunakan jarum suntik bekas secara bergantian juga termasuk cara penularan HIV/AIDS yang umum.

Risiko ini tinggi khususnya di kalangan pengguna narkoba suntik. Jarum yang telah digunakan oleh orang lain akan meninggalkan sisa-sisa darah. Jika orang tersebut terinfeksi HIV, darah mengandung virus yang tertinggal pada jarum dapat berpindah ke tubuh pemakai jarum selanjutnya melalui luka bekas suntikan.

Virus HIV nyatanya dapat hidup di dalam jarum suntik selama 42 hari setelah kontak pertama kali tergantung pada suhu dan faktor lainnya. Ada kemungkinan bahwa satu jarum bekas dapat menjadi perantara penularan HIV kepada banyak orang yang berbeda.

Maka dari itu, pastikan untuk selalu minta peralatan seperti jarum atau alat kesehatan lainnya yang masih dalam kemasan baru tersegel dan belum pernah dipakai sebelumnya. 3. Penularan HIV dari ibu ke bayi Ibu hamil yang terjangkit HIV sebelum maupun selama masa kehamilan dapat menularkan infeksi kepada bayinya lewat tali plasenta di dalam kandungan. Risiko penularan virus HIV dari ibu ke bayi juga dapat terjadi selama proses persalinan, baik melahirkan normal maupun operasi caesar.

Di sisi lain, Ibu dengan HIV yang menyusui juga bisa menularkan virus pada bayi melalui ASI. Atas dasar itulah, tantangan bagi ibu menyusui yang mengidap HIV yakni dilaran memberikan ASI kepada bayinya. Selain itu, penularan juga dapat terjadi pada bayi melalui makanan yang dikunyahkan oleh ibu atau perawat yang terinfeksi HIV, meski risikonya sangatlah rendah.

Sebagai upaya menghindari penyebaran HIV dari ibu ke bayi, penting untuk selalu berkonsultasi ke dokter saat sedang merencanakan kehamilan. Apabila HIV pada ibu bisa dideteksi sejak awal, penularan ke bayi bisa dicegah dengan minum obat secara rutin.

Berbagai cara penularan HIV yang tidak umum Berikut ini adalah cara penularan tidak terduga atau kurang umum yang dapat menyebabkan Anda mengidap virus HIV dan kemudian AIDS: 1. Seks oral Semua bentuk hubungan seks oral dianggap berisiko rendah untuk penularan virus HIV, tetapi bukan berarti mustahil. Risiko penularan dari seks oral masih tetap ada.

Bahkan, risiko tersebut bisa semakin besar jika Anda melakukan ejakulasi di dalam mulut dan tidak menggunakan kondom maupun pelindung mulut lain (seperti dental dan/kondom wanita).

Penularan HIV dapat terjadi saat Anda merangsang atau mengulum kelamin pasangan yang terinfeksi HIV dengan lidah dan Anda sedang memiliki luka atau sariawan terbuka di dalam mulut.

Bagaimana dengan ciuman? Jika ciuman hanya terjadi pertukaran liur saja, virus HIV tidak akan menyebar. Berbeda jika saat berciuman terdapat luka, sariawan, atau kontak darah antara Anda dan pasangan yang memiliki virus HIV, penularan dapat terjadi. Hal yang sama juga berlaku bila bibir atau lidah Anda tak sengaja tergigit oleh pasangan selama berciuman, luka baru itu dapat menjadi gerbang masuk bagi virus HIV melalui air liur pasangan. 2. Donor darah dan cangkok organ Transfusi darah langsung dari donor darah yang terinfeksi berisiko tinggi untuk menularkan virus HIV.

Namun, penularan virus HIV melalui donor darah dan cangkok organ termasuk kurang umum. Pasalnya, ada seleksi yang cukup ketat bagi calon pendonor sebelum melakukan donor darah.

Pendonor darah atau organ biasanya menjalani pemeriksaan terlebih dahulu, termasuk tes darah HIV. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir penularan HIV dengan cara donor organ dan darah. Risiko lolosnya darah yang terinfeksi HIV hingga digunakan untuk transfusi sebenarnya kecil. Ini karena pendonor darah dan organ cangkok wajib melalui proses seleksi yang ketat. Jadi, transfusi darah yang diterima dan nantinya diberikan kepada orang yang membutuhkan darah sebenarnya aman.

Jika ternyata ada satu saja donasi yang terlambat diketahui positif, darah akan langsung dibuang sementara organ calon pencangkokan juga tidak akan dipakai. Sayangnya, beberapa negara berkembang mungkin tidak memiliki teknologi atau peralatan terkait untuk menguji semua darah dan mencegah penularan HIV/AIDS.

Mungkin ada beberapa sampel sumbangan produk darah yang telah diterima ternyata mengandung HIV. Untungnya, kejadian ini terhitung langka.

3. Digigit oleh orang dengan HIV Menurut sebuah penelitian tahun 2011 dari jurnal AIDS Research and Therapy, ada kemungkinan biologis yang menyatakan gigitan jelaskan cara penularan virus hiv atau aids manusia dapat menjadi cara penularan HIV yang tak terduga.

Air liur selama ini diteliti kurang efektif sebagai perantara pembawa virus HIV karena punya sifat penghambat virus. Namun, kasus yang diteliti dalam jurnal tersebut terbilang unik. Dalam jurnal tersebut diceritakan bahwa jari tangan seorang pria sehat non-HIV yang memiliki diabetes digigit oleh anak angkatnya yang positif HIV. Jari tangan pria tersebut digigit cukup keras dan dalam sehingga bagian dalam kukunya berdarah.

Beberapa waktu setelah digigit, pria tersebut dinyatakan positif HIV dan terdeteksi memiliki viral load tinggi setelah mengalami demam HIV tinggi dan berbagai infeksi. Para dokter dan peneliti pada akhirnya menyimpulkan sementara bahwa air liur bisa menjadi media penyebaran HIV, meski belum yakin benar bagaimana mekanisme pastinya.

Diperlukan penelitian dan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan cara penularan HIV yang satu ini. 4. Pakai mainan seks ( sex toys) Penetrasi seks, entah itu lewat vaginal (penis ke vagina), oral (alat kelamin dan mulut), atau anal (penis ke dubur), dengan pasangan yang mengidap HIV dan AIDS bisa membuat Anda tertular. Tidak hanya lewat jelaskan cara penularan virus hiv atau aids ke kelamin secara langsung, penggunaan benda atau mainan seperti boneka seks berisiko menularkan penyakit, termasuk HIV.

Kondisi tersebut semakin berisiko jika mainan seks yang Anda pakai tidak dilapisi pelindung. Penularan virus HIV dan AIDS dari satu orang ke yang lainnya sering terjadi ketika mainan seks dipakai bergantian. Bila Anda atau pasangan mengidap HIV, jangan menggunakan mainan seks secara bergantian dalam satu sesi bercinta. Virus HIV memang umumnya tidak bisa hidup lama-lama di permukaan benda mati.

Namun, mainan seks yang masih basah oleh sperma, darah, atau cairan vagina bisa saja menjadi perantara virus berpindah ke orang lain. 5. Melakukan piercing, sulam alis, tato alis, sulam bibir Menindik bagian tubuh atau membuat tato juga dapat meningkatkan risiko penularan HIV.

Cara penularan HIV pada proses ini terjadi apabila saat proses menindik dan membuat tato, kulit yang ditusuk kemudian terluka hingga mengeluarkan darah. Jika alat dipakai secara bergantian, bisa saja orang yang terinfeksi HIV meninggalkan bekas darahnya yang mengandung virus. Sebenarnya melakukan sulam alis, tato alis, dan sulam bibir cukup aman untuk kesehatan. Namun, tren kecantikan yang sedang naik daun ini juga dapat menjadi cara penularan HIV dan AIDS. Hal ini bisa terjadi jika proses tersebut dilakukan oleh pegawai yang tidak berpengalaman dan tidak menggunakan peralatan steril.

Pasalnya, prosedur sulam atau tato wajah ini melibatkan pengirisan kulit terbuka. Untuk mencegah penyebaran HIV, sebelum Anda duduk dan disulam alis atau bibirnya, pastikan bahwa semua peralatan yang digunakan masih steril. 6. Bekerja di rumah sakit Mungkin sekilas Anda berpikir bahwa petugas medis adalah orang paling sehat karena memiliki akses dan pengetahuan yang mumpuni tentang kesehatan. Namun, selain pengguna narkoba yang berbagi jarum suntik secara sengaja, risiko penularan HIV juga tinggi pada tenaga medis.

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

Tenaga medis ini meliputi dokter, perawat, petugas laboratorium, hingga petugas pembersih limbah fasilitas kesehatan lewat perantara alat medis. Jarum suntik dapat menjadi perantara virus HIV saat darah pasien yang positif HIV dapat berpindah kepada petugas kesehatan jika mereka memiliki luka terbuka yang tidak terlindungi oleh pakaian. HIV juga dapat ditularkan ke petugas kesehatan lewat cara berikut: • Jika jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien positif HIV tidak sengaja tertancap ke petugas kesehatan (disebut juga needle-stick injury).

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

• Jika darah yang terkontaminasi HIV mengenai membran mukosa, seperti mata, hidung, dan mulut. • Lewat peralatan kesehatan lain yang digunakan tanpa disterilkan. Meski begitu, peluang penyebaran virus HIV di antara petugas medis di fasilitas kesehatan melalui jarum suntik bekas tergolong kecil.

Ini karena semua fasilitas kesehatan dari yang paling kecil maupun skala internasional memiliki protokol keamanan yang sudah terstandarisasi. Risiko penularan HIV tinggi apabila viral load tinggi Selain mempertimbangkan risiko penularan dari jenis cairan perantaranya, Anda juga perlu mengetahui jumlah viral load HIV di dalam tubuh.

Viral load adalah jumlah partikel virus dalam 1 ml atau 1 cc darah. Semakin banyak jumlah virus dalam darah, berarti semakin tinggi risiko Anda untuk menularkan HIV pada orang lain.

Maka ketika viral load dari orang yang positif HIV berhasil diturunkan lewat pengobatan HIV, peluang penularan HIV juga ikut berkurang. Namun, penyebaran HIV dari seseorang yang terinfeksi virus kepada pasangannya masih mungkin terjadi meski hasil tes viral load menunjukkan bahwa virus sudah tidak lagi terdeteksi.

Risiko penularan HIV dari ODHA ke pasangan seksnya tetap akan ada karena: • Tes viral load hanya mengukur jumlah virus dalam darah. Jadi, virus HIV masih dapat ditemukan dalam cairan kelamin (sperma, cairan vagina). • Viral load dapat meningkat di antara jadwal tes rutin. Jika ini terjadi, pengidap HIV berpeluang lebih besar untuk menularkan HIV kepada pasangannya.

• Memiliki penyakit menular seksual lainnya dapat meningkatkan viral load dalam cairan kelamin. Jika Anda aktif secara seksual, Anda dan pasangan harus mempertimbangkan menjalani tes HIV sebagai langkah untuk mencegah penularan penyakit.

Cara penularan HIV yang tidak mungkin HIV tidak dapat bereproduksi dalam inang selain manusia, dan tidak mampu bertahan di luar tubuh manusia dalam waktu yang lama. Maka, penularan HIV tidak akan mungkin terjadi lewat cara berikut: • Gigitan hewan, seperti gigitan nyamuk, kutu, atau serangga lainnya. • Interaksi fisik antarmanusia yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, misalnya: • Bersentuhan dan berpelukan • Berjabat atau berpegangan tangan • Tidur bersama di satu ranjang tanpa melakukan aktivitas seksual • Cipika-cipiki • Berbagi alat makan dan saling pinjam pakaian atau handuk dengan pengidap HIV.

• Menggunakan kamar mandi/toilet yang sama. • Berenang di kolam renang umum bersama pengidap HIV. • Air liur, air mata, atau keringat yang tidak bercampur dengan darah dari orang yang positif HIV. • Aktivitas seksual lainnya yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, misalnya ciuman bibir dan petting (menggesekkan alat kelamin) dengan masih saling berpakaian lengkap.

Air liur, air mata, dan keringat bukanlah perantara penularan Jelaskan cara penularan virus hiv atau aids yang ideal. Hal ini dikarenakan cairan-cairan tersebut tidak mengandung jumlah virus aktif yang cukup banyak untuk bisa menularkan infeksi ke orang lain.

Selain itu, v irus HIV hanya bisa bertahan selama beberapa hari atau minggu di laboratorium dengan kondisi yang sesuai seperti di dalam tubuh manusia. Berikut adalah prinsip-prinsip yang perlu dipahami soal peluang virus HIV bertahan hidup: • HIV sensitif terhadap suhu tinggi, yakni akan mati pada suhu panas, yakni di atas 60 derajat Celcius. • HIV lebih mampu bertahan hidup di laboratorium pada suhu dingin, yaitu sekitar 4 hingga -70 derajat Celsius.

• HIV sangat sensitif terhadap perubahan kadar pH atau tingkat basa-asam. Kadar pH di bawah 7 (asam) atau di atas 8 (basa) tidak mendukung kelangsungan hidup HIV. • HIV bisa bertahan dalam darah kering di laboratorium pada suhu kamar selama 5-6 hari, tetapi harus dengan tingkat pH yang mendukung. HIV adalah virus yang berkembang dengan cepat, tetapi untungnya penyebaran virus ini tetap bisa dicegah dan dikendalikan.

Oleh karena itu, ada baiknya Anda dan pasangan mewaspadai risiko penularannya dengan rutin menjalani tes penyakit kelamin tahunan. Banyak orang-orang yang tidak mengetahui atau bahkan menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi karena di awal gejala HIV umumnya tidak langsung muncul. Alder, M. W. (2012). ABC of HIV and AIDS, 6th Edition.

BMJ Books. London. https://www.wiley.com/en-gb/ABC+of+HIV+and+AIDS%2C+6th+Edition-p-9781118425909 Maartens, G., Celum, C., & Lewin, S. (2014). HIV infection: epidemiology, pathogenesis, treatment, and prevention. The Lancet, 384(9939), 258-271.  https://www.doi.org/10.1016/s0140-6736(14)60164-1 Deshpande, A. K., Jadhav, S.

K., & Bandivdekar, A. H. (2011). Possible transmission of HIV Infection due to human bite. AIDS research and jelaskan cara penularan virus hiv atau aids 8, 16. https://doi.org/10.1186/1742-6405-8-16 CDC. (2021). HIV Transmission - HIV Basics - HIV/AIDS - Retrieved 15 January 2021, from https://www.cdc.gov/hiv/basics/transmission.html Avert. (2015). Blood transfusions & transplants and HIV. Retrieved 15 January 2021, from https://www.avert.org/hiv-transmission-prevention/blood-transfusions-transplants ACOG.

(2021). HIV and Pregnancy. Retrieved 15 January 2021, from https://www.acog.org/womens-health/faqs/hiv-and-pregnancy?utm_source=redirect&utm_medium=web&utm_campaign=otn tirto.id - Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyakit yang dapat ditularkan dari orang ke orang.

Penyebab penularannya pun beragam, mulai dari hubungan seks hingga penularan dari ibu ke bayi. Namun, sebelum mengenal lebih jauh mengenai penularan HIV, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu HIV.

Virus yang ditemukan pada 1986 ini tergolong sebagai virus yang sangat berbahaya. Menurut Mochamad Rochiman dalam "Modul Pembelajaran SMA PJOK" HIV merupakan virus yang menyerang sel-sel darah putih manusia.

Sel darah putih sendiri merupakan sel yang berfungsi membangun kekebalan tubuh. Sel tersebut bekerja untuk melindungi tubuh manusia dari serangan bakteri dan kuman penyakit.

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

Apabila sel darah putih diserang oleh HIV, maka sistem kekebalan tubuh manusia menjadi terganggu. Infografik SC Penularan HIV AIDS. tirto.id/Fuad Proses HIV Menyerang Tubuh Manusia HIV sendiri merupakan virus yang sangat sulit dilawan oleh sel darah putih. Apalagi, menurut Jelaskan cara penularan virus hiv atau aids dan Soni Nopembri dalam "Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan" HIV menyerang sel darah putih bernama CD4.

CD4 merupakan sel yang memegang komando dalam mengatur sistem kekebalan tubuh manusia. Sel ini memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dengan sel lain. Sel CD4 inilah yang menjadi sasaran HIV ketika menginfeksi tubuh. Lebih buruknya lagi, HIV menjadikan sel CD4 untuk memperbanyak diri. Mula-mula HIV masuk ke dalam tubuh dan menyamar sebagai CD4. Kemudian, HIV akan menyusup molekul reseptor CD4 supaya virus tersebut dapat masuk ke dalam sel CD4.

Setelah masuk, HIV akan membajak genetika sel CD4 dan menggunakannya sebagai tempat memperbanyak diri. Akibatnya, HIV berproduksi secara masal dan menjadi tidak terkendali. Kondisi tersebut memicu lebih banyak sel CD4 yang mati karena tidak mampu melawan HIV yang semakin banyak. Padahal semakin banyak CD4 yang mati akan semakin banyak pula HIV yang diproduksi Pada akhirnya, tubuh manusia menjadi kekurangan sel kekebalan tubuh yang berujung pada ketidakmampuan melawan kuman dan bakteri.

Oleh karena itu, penyakit yang tergolong ringan seperti influensa, bisa menjadi sangat berbahaya bagi penderita HIV. Hal ini karena tubuhnya tidak memiliki cukup kekebalan tubuh dan tidak dapat mengobati dirinya sendiri. Kasus terburuk, penderita HIV/AIDS bisa mengalami infeksi parah yang berujung pada kematian.

Gejala Penyakit HIV/AIDS Gejala penyakit HIV/AIDS bisa muncul berbeda-beda pada setiap orang, bisa dalam beberapa hari setelah tertular atau dalam beberapa minggu. Menurut Sumaryoto dan Soni Nopembri gejala awal infeksi HIV/AIDS sama seperti flu, berupa: • demam; • rasa lemah dan lesu; • sendi-sendi terasa nyeri; • batukl • nyeri tenggorokan.

Setelah gejala awal tersebut, penderitanya akan mengalami gejala lanjutan seperti terinfeksi penyakit lain. Gejala-gejala yang ditunjukkan biasanya menunjukkan bahwa terjadi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh, termasuk: • demam berkepanjangan; • penurunan berat badan lebih dari 10 persen dalam jelaskan cara penularan virus hiv atau aids 30 hari; • tubuh melemah yang kemudian mengganggu aktivitas fisik jelaskan cara penularan virus hiv atau aids • pembengkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak; • diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas; • batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara terus menerus; • kulit gatal dan muncul bercak-bercak merah kebiruan.

Satu-satunya cara untuk mendiagnosis apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak adalah dengan melakukan tes HIV. Antibodi HIV biasanya akan terdeteksi di laboratorium setelah 1 hingga 6 bulan penderita tertular HIV. Sehingga, seseorang bisa saja dinyatakan negatif HIV meskipun sebetulnya virus tersebut sudah ada di dalam tubuhnya. Ini disebut dengan window period.

Pada saat window period penderita sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain. Cara Penularan HIV/AIDS dan Risikonya HIV umumnya terdapat pada cairan tubuh manusia, termasuk darah, sperma, dan cairan vagina. Ketiga cairan tersebut terbukti mampu menularkan HIV dari orang ke orang. Sementara itu, ilmuwan memang membenarkan bahwa HIV juga dapat ditemukan dalam air mata, air liur, cairan otak, dan keringat. Namun, jumlahnya sangat-sangat kecil, sehingga hingga saat ini belum ada bukti bahwa HIV dapat ditularkan melalui cairan-cairan tersebut.

Umumnya penularan HIV terjadi karena: • Hubungan seksual dengan penderita HIV, baik secara heteroseksual maupun homoseksual. • Penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lainnya seperti akupuntur, tindik, dan tato yang tercemar oleh HIV. Selain itu, terdapat banyak kasus dimana penularan HIV melalui jarum suntik yang digunakan bersama-sama oleh pecandu narkoba yang salah satu diantaranya pengidap HIV.

• Transfusi darah dari pendonor yang mengidap HIV kepada penerima donor. Oleh karena itu, penderita HIV dilarang untuk menyumbangkan darahnya pada orang lain. • Ibu hamil yang mengidap HIV menularkan virus kepada bayinya lewat plasenta saat kehamilan atau saat melahirkan ketika bayi menelan cairan di jalan lahir.

Oleh karena itu, risiko tinggi tertular HIV bisa terjadi pada: • Orang-orang yang aktif secara seksual dan berganti-ganti pasangan. • Orang-orang yang tidak berhubungan seksual secara aman tanpa kondom. • Wanita dan pria tuna susila, serta pelanggan mereka. • Pecandu narkoba. Hal-hal yang Tidak Menyebabkan Penularan HIV/AIDS Meskipun HIV menular, namun proses penularannya tidak melalui kontak sehari-hari, seperti: • berpelukan dengan penderita HIV; • berjabat tangan dengan penderita HIV; • penderita HIV bersin atau batuk di dekat kita; • berenang di kolam renang yang sama dengan penderita HIV; • menggunakan toilet yang sama dengan pengidap HIV; • melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya.
Liputan6.com, Jakarta HIV atau Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

HIV bisa berakibat fatal jika tidak diobati dan bisa menular dalam keadaan tertentu. Itu sebabnya penting untuk mengetahui dengan benar cara penularan HIV, sehingga dapat menghindari penyakit tersebut.

Banyak mitos yang keliru soal penularan HIV, sehingga pengidap HIV dijauhi bukan berdasarkan alasan yang tepat. Penularan HIV tidak melalui air liur, keringat, sentuhan, ciuman, gigitan nyamuk atau bekas toilet. Penularan HIV terutama berasal dari kontak cairan tubuh seperti darah dan sperma melalui perilaku seksual dan penggunaan jarum suntik. Munculnya mitos keliru soal penularan HIV juga memperparah stigma terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang bisa mengalami diskriminasi sosial oleh masyarakat yang salah paham.

Kabar keliru ini juga menghambat upaya tenaga medis dan aktivis yang ingin mengampanyekan pencegahan penyakit tersebut serta bagaimana cara merawat ODHA. Kontak sosial dengan ODHA seperti bersalaman, berpelukan sampai berciuman tak akan menularkan virus HIV/AIDS. Berikut Cara Penularan HIV AIDS yang ternyata hoaks atau keliru jelaskan cara penularan virus hiv atau aids sudah terlanjur tersebar di masyarakat seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (29/11/2018).

1. Cara penularan HIV AIDS lewat penggunaan pisau cukur secara bergantian dalam keluarga atau di tempat potong rambut. Faktanya, memakai pisau cukur bergantian dengan ODHA tidak akan menularkan virus. Sebab, virus mudah mati di udara bebas. Tetapi memakai pisau cukur bergantian tidak disarankan demi alasan kebersihan. 2. Cara penularan HIV AIDS lewat penggunaan alat makan secara bergantian antara ODHA dengan orang sehat.

Faktanya, tidak. Selain karena virus mudah mati di udara bebas, virus dalam air liur tidak cukup banyak untuk ditularkan pada orang lain. 3. Cara penularan HIV AIDS lewat makanan kaleng yang sudah diinjeksikan dengan darah yang mengandung virus. Faktanya, salah. Virus HIV mudah mati di luar tubuh manusia. Selain itu, makanan kaleng juga melewati proses sterilisasi sehingga virus mudah mati.

4. Cara penularan HIV menular lewat ciuman. Faktanya, salah. Virus HIV tinggal di sel T, salah satu bagian sel darah putih manusia. Sel ini ada di semua cairan tubuh manusia dalam jumlah yang berbeda. Paling banyak ada di dalam darah, kemudian cairan vagina, cairan semen atau mani serta ASI.Virus memang ada di air liur, air mata dan keringat tapi jumlahnya sangat sedikit sehingga tidak cukup untuk menularkan virus HIV. 5. Cara penularan HIV lewat jarum terinfeksi yang ditancapkan di kursi bioskop Faktanya, virus HIV mudah mati di udara bebas dalam waktu kurang dari semenit.

Tanpa inangnya, seperti darah, sperma, ASI dan cairan vagina, virus yang ada di udara bebas akan cepat mati. 6. Cara penularan HIV AIDS melalui air kolam renang. Faktanya, salah. Tak masalah berenang bersama ODHA karena virus HIV mudah mati di udara bebas, apalagi air kolam renang mengandung kaporit yang mempercepat matinya virus. 7. Cara penularan HIV AIDS lewat pakaian bekas.

Faktanya, salah. HIV/AIDS hanya bisa menular lewat kontak cairan tubuh seperti darah, cairan vagina, cairan mani dan ASI. Penularannya bisa lewat penggunaan jarum suntik yang tidak steril, hubungan seks tidak aman juga pemberian ASI dari ibu ke anak.

8. ARV (obat untuk ODHA) adalah bahan kimia yang bisa menyebabkan kerusakan hati. Lebih baik menggunakan obat herbal untuk merawat ODHA.Faktanya, hingga saat ini obat yang paling tepat untuk HIV adalah ARV.

Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Siapapun dari segala usia, ras, maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV.

Cara penularan HIV AIDS yang wajib kamu tahu seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (29/11/2018).

1. Cara penularan HIV lewat hubungan seks Penularan dengan melakukan hubungan seksual dapat terjadi dari pria ke wanita atau sebaliknya, serta pada sesama jenis kelamin melalui hubungan seksual yang berisiko. Penularan HIV dapat terjadi saat hubungan seks melalui vagina, anal, maupun seks oral dengan pasangan yang terinfeksi HIV.

Salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan HIV adalah menggunakan kondom saat berhubungan seks dan tidak berganti-ganti pasangan seksual. 2. Cara penularan HIV lewat penggunaan jarum suntik HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas, membuat seseorang memiliki risiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.

3. Cara penularan HIV lewat kehamilan, persalinan atau menyusui Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan pengobatan HIV selama kehamilan, guna menurunkan risiko penularan HIV pada bayi. 4. Cara penularan HIV lewat transfusi darah Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa disebabkan oleh transfusi darah.

Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena kini diterapkan uji kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.

5. Cara penularan HIV lewat penggunaan mainan seks (sex toys) Penggunaan mainan seks yang dipakai bergantian juga dapat menjadi penyebab penyebaran virus dari satu orang ke yang lainnya. Virus HIV memang umumnya tidak bisa hidup lama-lama di permukaan benda mati. Namun, mainan seks yang masih basah oleh sperma, darah, atau cairan vagina mungkin saja menjadi perantara virus untuk berpindah ke pasangan.

Oleh karena itu, selalu hindari menggunakan mainan seks bekas orang lain. 6. Cara penularan HIV lewat bekerja di rumah sakit Mungkin sekilas kamu berpikir bahwa petugas kesehatan adalah orang yang paling sehat karena memiliki akses dan pengetahuan yang mumpuni dalam bidang kesehatan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Petugas kesehatan di rumah sakit, Puskesmas, atau klinik malah masuk kelompok orang yang rentan terkena berbagai macam penyakit, mulai dari hepatitis sampai HIV. Orang-orang ini dapat mengalami kontak langsung dengan darah dari pasien yang positif HIV melalui luka terbuka. Misalnya, suster perawat yang sedang mengambil darah pasien yang positif HIV.

Bukannya tidak mungkin jika jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien positif HIV tidak sengaja tertancap ke kulit petugas kesehatan (disebut juga needle-stick injury). Risiko petugas layanan kesehatan tertular HIV akan sangat rendah terutama jika mereka selalu memakai alat pelindung diri (seperti masker, scrub/jubah rumah sakit, penutup kepala, kacamata khusus, hingga sarung tangan) dengan lengkap dan benar ketika bertugas, juga selalu berhati-hati dalam menangani benda-benda tajam dan bekas darah yang berceceran.

7. Cara penularan HIV lewat sulam alis, tato alis, sulam bibir Sebenarnya melakukan sulam alis, tato alis, dan sulam bibir cukup aman untuk kesehatan. Tapi tren kecantikan yang sedang naik daun ini dapat menjadi cara penularan HIV jika dilakukan oleh pegawai yang tidak berpengalaman atau berlisensi, juga yang tidak menggunakan peralatan steril.

Pasalnya, prosedur sulam atau tato wajah ini melibatkan pengirisan kulit terbuka. Oleh karena itu, sebelum anda duduk dan disulam alis atau bibirnya, pastikan bahwa semua peralatan yang digunakannya steril. Khususnya, jelaskan cara penularan virus hiv atau aids bahwa mata pisau bedah jarum yang digunakan adalah yang sekali pakai. 8. Cara penularan HIV lewat donor darah dan cangkok organ Salah satu syarat yang wajib dipenuhi sebelum donor adalah bahwa kamu tidak memiliki penyakit terkait infeksi yang menular lewat darah, seperti HIV.

Namun, tak semua orang menyadari betul bahwa dirinya terjangkit HIV dan memutuskan untuk ikut donor darah atau organ tubuhnya untuk menolong sesama. Jika seseorang yang positif HIV menyumbangkan darah, termasuk organ tubuh atau jaringan (seperti sumsum tulang), orang yang menerima donor kemungkinan akan terkena infeksi HIV juga.

Maka dari itu, untuk mencegah penularan HIV dan infeksi darah lainnya, petugas donor biasanya akan menguji setiap sumbangan produk darah untuk virus seperti HIV sebelum diberikan pada orang yang membutuhkan. Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin untuk jelaskan cara penularan virus hiv atau aids dan menyembuhkan infeksi HIV/AIDS. Bagi kamu yang menderita infeksi HIV, ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yaitu mengonsumsi obat antiretroviral sesuai dosis yang disarankan dokter.

Obat tersebut akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh, sehinggu penderita HIV mampu hidup lebih sehat dengan harapan hidup lebih panjang dan memperkecil risiko menularkan HIV pada pasangan. Yang tidak kalah penting adalah mencegah penularan HIV sejak awal. Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: 1.

Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks Jika anda tidak mengetahui status HIV pasangan anda, gunakan kondom setiap kali anda melakukan hubungan seks vaginal, anal maupun oral.

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

Untuk wanita, bisa menggunakan kondom wanita. 2. Hindari perilaku seksual yang berisiko Seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi dalam penularan HIV. Baik pelaku maupun penerima seks anal berisiko untuk tertular HIV, namun penerima seks anal memiliki risiko tertular lebih tinggi. Karena itu disarankan untuk melakukan hubungan seks yang aman, serta gunakan kondom untuk mencegah penularan HIV. 3. Hindari penggunaan jarum bekas Hindari penggunaan jarum bekas saat menyuntikkan obat.

Penularan HIV melalui tato dan tindik juga berisiko terjadi jika memakai jarum tato yang tidak disterilisasi dengan baik atau menggunakan tinta tato yang terkontaminasi. Sebelum melakukan tato atau tindik, pastikan jarum steril. 4. Pre-exposure prophylaxis (PrEP) PrEP merupakan metode pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi antiretroviral bagi mereka yang berisiko tinggi tertular HIV, yaitu jelaskan cara penularan virus hiv atau aids yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual, memiliki pasangan dengan HIV positif, menggunakan jarum suntik yang berisiko dalam 6 bulan terakhir, atau mereka yang sering berhubungan seksual tanpa pengaman.

Kurangnya edukasi mengenai penularan HIV membuat sebagian masyarakat menjauhi pengidap HIV. Padahal, penularannya tidak semudah itu. HIV tidak menular mela l ui air liur, keringat, sentuhan, ciuman, gigitan nyamuk atau bekas toilet. Tapi lebih kepada kontak cairan tubuh seperti darah dan sperma lewat perilaku seksual dan penggunaan jarum suntik. HIV atau h uman i mmunodeficiency v irus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

HIV bisa berakibat fatal jika tidak diobati dan bisa menular dalam keadaan tertentu. Itu sebabnya penting untuk mengetahui dengan benar cara penularan HIV, sehingga Anda tidak tertula penyakit ini. Mengenali Beragam Cara Penularan HIV Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV.

Siapa pun dari segala usia, ras, maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu dengan HIV. Beberapa metode penularan HIV antara lain adalah melalui: 1. Hubungan seks Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, baik itu melalui vagina, anal, maupun seks oral.

Selain itu seseorang yang suka berganti-ganti pasangan seksual juga lebih berisiko untuk terkena HIV. 2.

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

Penggunaan jarum suntik HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang terinfeksi HIV. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas membuat seseorang berisiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV. 3. Kehamilan, persalinan atau menyusui Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk menularkan HIV kepada bayinya.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda adalah penderita HIV yang tengah hamil agar risiko penularan HIV pada bayi bisa ditekan. 4.

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

Transfusi darah Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa terjadi melalui transfusi darah. Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV. Mencegah Penularan HIV Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin yang dapat mencegah dan menyembuhkan infeksi HIV/AIDS.

Namun bagi Anda yang menderita infeksi HIV, ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yaitu mengonsumsi obat antiretroviral sesuai dosis yang disarankan dokter.

Obat tersebut akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh, sehingga penderita HIV memiliki harapan untuk berumur lebih panjang, hidup lebih sehat, dan mampu memperkecil risiko dalam menularkan HIV kepada pasangan. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah mencegah penularan HIV sejak awal. Bagaimana caranya? Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa Anda lakukan: 1. Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks Jika Anda tidak mengetahui status HIV pasangan Anda, gunakanlah kondom setiap kali Anda melakukan hubungan seks vaginal, anal maupun oral.

Untuk wanita, bisa menggunakan kondom wanita. 2. Hindari perilaku seksual yang berisiko Seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi dalam penularan HIV. Pelaku maupun penerima seks anal sama-sama berisiko untuk tertular HIV, hanya saja penerima seks anal berisiko lebih tinggi. Karena itu, disarankan untuk melakukan hubungan seks yang aman, serta gunakan kondom untuk mencegah penularan HIV.

3. Hindari penggunaan jarum bekas Hindari penggunaan jarum bekas saat menyuntikkan obat. Penularan HIV melalui tato dan tindik juga berisiko terjadi jika memakai jarum tato yang tidak disterilisasi dengan baik atau menggunakan tinta tato yang terkontaminasi. Sebelum melakukan tato atau tindik, pastikan jarum masih steril. 4. Lakukan pre-exposure prophylaxis (PrEP) PrEP merupakan metode pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi antiretroviral bagi mereka yang berisiko tinggi tertular HIV, yaitu: • Yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual • Yang memiliki pasangan dengan HIV positif • Pengguna jarum suntik yang berisiko dalam 6 bulan terakhir, atau mereka yang sering berhubungan seksual tanpa pengaman Pemahaman dan stigma yang salah mengenai penularan HIV merupakan salah satu kendala dalam penanggulangan penyakit ini.

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan pemeriksaan dini terkait HIV, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter melalui VCT.
HIV ( human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit. HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS ( acquired immunodeficiency syndrome).

AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik. HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya.

Meski belum ada metode pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita. HIV dan AIDS di Indonesia Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, terdapat lebih dari 50.000 kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, kasus HIV paling sering terjadi pada heteroseksual, diikuti lelaki seks lelaki (LSL) atau homoseksual, pengguna NAPZA suntik (penasun), dan pekerja seks.

Sementara itu, jumlah penderita AIDS di Jelaskan cara penularan virus hiv atau aids cenderung meningkat. Di tahun 2019, tercatat ada lebih dari 7.000 penderita AIDS dengan angka kematian mencapai lebih dari 600 orang. Akan tetapi, dari tahun 2005 hingga 2019, angka kematian akibat AIDS di Indonesia terus mengalami penurunan. Hal ini menandakan pengobatan di Indonesia berhasil menurunkan angka kematian akibat AIDS.

Gejala HIV dan AIDS Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah terinfeksi HIV. Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2 minggu. Setelah flu membaik, gejala lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut menjadi AIDS. Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terserang HIV setelah memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit parah yang disebabkan oleh melemahnya daya tahan tubuh.

Penyakit parah yang dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia, atau toksoplasmosis otak. Penyebab dan Faktor Risiko HIV dan AIDS Penyakit HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus atau HIV, sesuai dengan nama penyakitnya.

Bila tidak diobati, HIV dapat makin memburuk dan berkembang menjadi AIDS. Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seks vaginal atau anal, penggunaan jarum suntik, dan transfusi darah. Meskipun jarang, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama masa kehamilan, melahirkan, jelaskan cara penularan virus hiv atau aids menyusui.

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut: • Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan pengaman • Menggunakan jarum suntik bersama-sama • Melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa menggunakan alat pengaman diri yang cukup Jelaskan cara penularan virus hiv atau aids konsultasi ke dokter bila Anda menduga telah terpapar HIV melalui cara-cara di atas, terutama jika mengalami gejala flu dalam kurun waktu 2–6 minggu setelahnya.

Pengobatan HIV dan AIDS Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa terapi antiretroviral (ARV). ARV bekerja mencegah virus HIV bertambah banyak sehingga tidak menyerang sistem kekebalan tubuh.

Pencegahan HIV dan AIDS Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari dan meminimalkan penularan HIV: • Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah • Tidak berganti-ganti pasangan seksual • Menggunakan kondom saat berhubungan seksual • Menghindari penggunaan narkoba, terutama jenis suntik • Mendapatkan informasi yang benar terkait HIV, cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya, terutama bagi anak remaja
KOMPAS.com - Hari AIDS Sedunia diperingati pada hari ini, Minggu (1/12/2019).

Peringatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai HIV/AIDS. Adapun tema yang diangkat pada peringatan Hari AIDS Sedunia 2019 adalah "Komunitas Membuat Perbedaan". HIV sendiri merupakan penyakit yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh.

Melansir dari Kompas.com (12/11/2016) masih banyak kesalahpahaman di masyarakat mengenai penularan HIV/AIDS.

Seperti penularan melalui nyamuk, penggunaan toilet duduk bersama, penggunaan alat makan yang sama atau melalui keringat ketika berpelukan atau bersalaman. Padahal hal tersebut tidaklah benar.

HIV hanya terdapat di darah, sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sehingga umumnya penularan melalui hubungan seksual dan penggunaan napza suntik. Baca juga: 5 Mitos Keliru Seputar HIV/AIDS Anal seks paling berisiko Melansir dari Pusat Tepercaya Kontrol dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) disebutkan bahwa seks anal (berhubungan melalui dubur) adalah perilaku seksual berisiko jelaskan cara penularan virus hiv atau aids untuk penularan HIV dibandingkan dengan bentuk seks lainnya, seperti seks vaginal ataupun oral.

Melansir dari medical news today, lapisan kulit anus lebih tipis dari vagina. Selain itu, anus tidak memiliki cairan pelumas layaknya vagina. Berita Terkait Sejumlah Formasi CPNS 2019 Belum Ada Pelamar, Bagaimana Nantinya? Welcome Desember! Berikut Deretan Film yang akan Tayang di Akhir Tahun 2019 Tak Hanya SEA Games, Berikut 5 Isu Tes Keperawanan yang Pernah Terjadi Catat, Ini Jadwal Film di Netflix yang Tayang Desember 2019 Simak, Berikut Informasi Seputar UTBK dan SBMPTN 2020 Berita Terkait Sejumlah Formasi CPNS 2019 Belum Ada Pelamar, Bagaimana Nantinya?

Welcome Desember! Berikut Deretan Film yang akan Tayang di Akhir Tahun 2019 Tak Hanya SEA Games, Berikut 5 Isu Tes Keperawanan yang Pernah Terjadi Catat, Ini Jadwal Film di Netflix yang Tayang Desember 2019 Simak, Berikut Informasi Seputar UTBK dan SBMPTN 2020tirto.id - HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Sementara itu, AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV.

Virus HIV merusak sistem kekebalan tubuh dengan cara menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, maka semakin lemah sistem kekebalan tubuh. Dengan demikian penderita menjadi rentan terserang berbagai penyakit. Dikutip dari situs Red Line Indonesia, infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome).

Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi telah hilang sepenuhnya. Penularan HIV dan AIDS Dikutip dari laman Kemensos, HIV/AIDS dapat ditularkan melalui berbagai hal berikut: • Penularan dapat terjadi saat tranfusi darah yang mengandung HIV, ataupun penggunaan narkoba suntik secara bergantian • Cairan sperma dan vagina, yakni ditularkan melalui berhubungan seks beresiko atau tidak aman.

• Ibu penderita HIV kepada sang bayi pada saat kehamilan, persalinan, dan menyusui (MTCT = Mother To Child Transmission).

Kemensos melalui laman resmi mereka juga membagikan berbagai informasi terkait prinsip penularan HIV, yang dikenal dengan istilah ESSE. Prinsip ini memandang kemungkinan terjadi penularan HIV antar individu, dan berikut penjabarannya: • Exit, yaitu jalan keluar cairan tubuh yang mengandung HIV dari dalam tubuh keluar tubuh.

• Survive, yaitu cairan tubuh yang keluar harus mengandung virus yang tetap bertahan hidup. • Sufficient, yaitu jumlah virus yang cukup untuk menularkan/menginkubasi ke tubuh seseorang. • Enter, yakni alur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan tubuh yang mengandung HIV. Lalu, apakah semua cairan tubuh dapat menularkan HIV/AIDS?

Jadwabnya tidak. Berikut beberapa cairan tubuh yang tidak mengandung HIV meski berasal dari para penderita. • Cairan air liur atau saliva atau air ludah • Feses atau kotoran atau BAB atau tinja • Air mata • Air keringat • Urine atau air seni atau air kencing atau air pipis Baca juga: • Mengapa Vaksin HIV Sulit Ditemukan?

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

• Perbedaan HIV dan AIDS: Ciri-Ciri, Jelaskan cara penularan virus hiv atau aids, Cara Pencegahannya Gejala dan Stadium Terkait HIV & AIDS Indikasi awal manifestasi HIV ditandai dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Akan tetapi hal itu tidak lantas menunjukkan seseorang terinfeksi HIV. Perlu dicurigai adanya infeksi HIV jika muncul penyakit yang sering kambuh dan sulit diobati, atau ada perilaku lain yang beresiko. Mengutip laman Kemensos, stadium klinis HIV (WHO) terbagi ke dalam 4 (empat) stadium, yakni: • Stadium I, pada stadium ini belum timbul gejala dan adanya pembesaran kelenjar limfa. • Stadium II, pada stadium ini ditandai dengan berat badan (BB) menurun, adanya infeksi saluran nafas, herpes zooster ulkus mulut, ruam kulit, dan infeksi jamur kuku.

• Stadium III, stadium ini ditandai dengan turunnya berat badan, diare kronis lebih dari sebulan, demam menetap, TB paru, kandidiasis, dan anemia. • Stadium IV, ditandai dengan adanya wasting syndrome, toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, herpes simplek, sarkoma kaposi, TB extra paru, meningitis kriptokokus, encefalopati HIV, dll. Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk menangani infeksi virus HIV maupun AIDS. Akan tetapi, untuk memperlambat perkembangan penyakit serta meningkatkan harapan hidup penderita sudah tersedia berbagai obat.

Baca juga: Berbagai Kesulitan Hidup Pasien HIV/AIDS saat Pandemi COVID-19 Pencegahan HIV/AIDS Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan HIV dan AIDS. Pencegahan ini dikenal dengan prinsip ABCDE, dan bisa dijabarkan sebagai berikut: • Abstinensia, yaitu puasa seks bagi yang belum menikah. • Be faithfull, yaitu prinsip untuk saling setia pada pasangan bagi yang sudah menikah.

• Condom, seperti namanya prinsip ini menganjurkan untuk menggunakan kondom bagi yang berhubungan seks beresiko. • Dont drug, artinya jangan gunakan narkoba suntik ataupun sejenisnya. • Education, yaitu dengan cara mengedukasi orang sekitar terkait informasi HIV yang benar. Baca juga: • Syarat Penyuntikan Vaksin Covid-19 untuk Orang dengan HIV/AIDS • Syarat Vaksin COVID-19 untuk Pasien HIV, Apa Saja?

HIV dan AIDS di Indonesia Dikutip dari laman Red Line Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, selama tahun 2016 terdapat lebih dari 40 ribu kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, HIV paling sering terjadi pada pria dan wanita, diikuti lelaki seks lelaki (LSL), dan pengguna NAPZA suntik (penasun).

Pada tahun yang sama, lebih dari 7000 orang menderita AIDS, dengan jumlah kematian lebih dari 800 orang. Data terakhir Kemenkes RI menunjukkan, pada rentang Januari hingga Maret 2017 telah tercatat lebih dari 10.000 laporan infeksi HIV, dan tidak kurang dari 650 kasus AIDS di Indonesia.

jelaskan cara penularan virus hiv atau aids

HIV/AIDS: Perjalanan Penyakit, Penularan, Gejala, dan Pengobatannya




2022 www.videocon.com