Pagi hari, Suriadi Jaya dan Ade Sumarna sudah beraktivitas sebagai penjaga keamanan di PT Garuda Mataram Motor di Jalan Jenderal Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan, pada 23 November 1981. Saat itu, mereka melepaskan pandangan ke arah jalanan yang sudah ramai dan padat lalu lintas kendaraan. Mendadak, hidung mereka mencium bau tak sedap, bau busuk yang menyengat. Saat mengendus bau tak sedap, mata kedua satpam tertuju pada dua buah kardus yang tergeletak begitu saja di trotoar Jalan Setiabudi, tak jauh dari jembatan penyeberangan orang.
Suriadi Jaya dan Ade Sumarna menghampiri kardus itu. Tapi firasat mereka tak enak. Makanya mereka tak berani membukanya. Keduanya lalu melaporkan penemuan kardus itu kepada polisi yang tengah mengatur lalu lintas. Polisi tak segera menindaklanjuti laporan kedua satpam tersebut karena lebih fokus untuk mengatur lalu setia budi 13 kendaraan di antara Jalan Setiabudi dan Jalan Sudirman yang macet.
Tak lama melintas dua pemulung. Mereka girang menemukan dua kardus yang teronggok di trotoar. Lumayan, kardus itu bisa dijual, pikir mereka. Kedua pemulung heran. Begitu diangkat, setia budi 13 tersebut berat. Penasaran, keduanya membuka kardus tersebut. Begitu kardus dibuka, mereka terperanjat, suaranya tercekat di tenggorokan. Mata kedua pemulung tertuju pada benda di dalam kardus.
Isinya sepotong kepala dan potongan tulang belulang manusia! Bukan hanya itu, kardus kedua ternyata berisi potongan-potongan daging dan organ tubuh manusia. Kedua pemulung itu berteriak mengundang kerumunan orang yang tengah berlalu lalang di jalan itu.
Polisi yang tadi dilapori oleh satpam menghampiri lokasi itu. Polisi awalnya tak percaya dan menduga itu mungkin potongan daging sapi. Tapi, ketika polisi melihat langsung isi kardus, bulu kuduknya langsung berdiri. Potongan tubuh itu lantas dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.
Keesokan harinya, warga terkejut oleh headline semua koran yang beredar. Baru pertama kali itulah terjadi kasus penemuan korban mutilasi di Indonesia. Bahkan kasus itu pun dinamai mutilasi āSetiabudi 13ā, berdasarkan 13 potongan tubuh manusia yang ditemukan di Jalan Setiabudi. Tapi banyak juga yang menamai kasus mutilasi ini dengan sebutan āPesona setia budi 13. Almarhum dr Abdul Munāim Idris, ahli forensik legendaris dari RSCM, adalah ahli forensik RSCM yang memeriksa korban mutilasi itu.
Ia mengatakan, dari hasil autopsi tulang belulang dan daging, diketahui pelakunya sangat sadis. Si pembunuh tak hanya memotong-motong tubuh korban, tapi juga menyayat dan mengupas seluruh daging dari tulangnya. āYang uniknya, wajahnya tidak diapa-apakan.
Telapak tangan masih ada, telapak kaki masih ada, selebihnya itu ya seperti kambing guling, disayat-sayat ratusan potong. Kemudian paru, hati, dan limpa masih utuh,ā kata Munāim Idris dalam acara Mata Najwa edisi 18 September 2013. Pembunuhan dan mutilasi diperkirakan terjadi pada 21 November 1981 karena jasad korban saat ditemukan sudah membusuk. Pelaku memotong korban menggunakan gergaji besi karena ditemukan bekas gesekan kecil pada tulang belulang.
Diperkirakan usia korban antara 18-21 tahun, tinggi badan 165 sentimeter, tubuh agak gemuk dan tegap, terdapat tahi lalat. Korban memiliki penyakit fimosis atau lubang kencing yang sangat setia budi 13 pada ujung kemaluannya.
Seluruh keterangan Munāim Idris ini dibukukan dengan judul āIndonesia X-Fileā, yang terbit pada Juni 2013. Korban dimutilasi lebih dari satu orang. Sebab, menurut Munāim, mengerat tulang dan mengelupas mayat bukan pekerjaan mudah. Saat itu polisi pun menduga pembunuhan keji itu dilatarbelakangi setia budi 13 dendam. Korban diletakkan di tempat umum agar kabar pembunuhan cepat tersiar. āTapi anehnya, sidik jari ada, muka ada, tapi tidak terungkap sampai sekarang,ā ujar Munāim saat itu. Tim forensik saat itu sepakat bahwa para pelaku sangat ahli.
Sebagai gambaran, ahli forensik profesional yang terlatih pun membutuhkan waktu sekitar dua jam hanya untuk membedah mayat. Tetapi pelaku diduga membutuhkan waktu 3-4 jam saja. Petunjuk lainnya, kantong plastik yang digunakan untuk membungkus potongan tubuh korban adalah bekas bungkus buku. Dalam plastik itu tertera sebuah nama toko yang terletak di Jalan Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Sedangkan plastik lainnya adalah plastik supermarket yang ternyata dekat dengan Pasar Baru. Di dalam kardus terdapat tiga eksemplar koran terbitan sore, 19 Agustus 1981. Koran itu masih terlihat rapi seperti belum pernah dibaca. Namun, dengan petunjuk itu, polisi tak berhasil menemukan pelakunya.
Bahkan, hingga sekarang, 40 tahun kemudian, kasus itu tak pernah terungkap. Belum pernah ada satu pun pihak yang dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas pembunuhan mutilasi itu. Bahkan identitas korban pun tak terungkap meski telah ditemukan petunjuk pada tubuh korban. Sebenarnya saat itu ada ratusan orang yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya. Tapi sayang, hingga 26 November 1981, keluarga orang hilang yang melapor ke polisi tak memiliki data yang cocok dengan korban mutilasi itu.
Keesokan paginya, tulang belulang dan daging serta organ tubuh korban dikuburkan di Tempat Pemakaman Umum Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. Benarkah kasus āSetiabudi 13ā kasus pertama di Indonesia? Ternyata, menurut guru besar psikologi Universitas Indonesia Enoch Markum dalam diskusi āThe 1st National Discussion on Indigenous Psychology: Mutilation Case-Indonesian Perspectiveā yang diikuti detikcom pada 3 Desember 2008, sudah ada sebelumnya.
Dia mengatakan, di Indonesia sudah tercatat 61 kasus mutilasi sejak 1967. Pelaku mutilasi rata-rata perorangan. Dalam sejarahnya, perilaku pembunuhan dengan cara memutilasi korban sudah dilakukan ribuan tahun silam, setidaknya sekitar 100 tahun sebelum Masehi. Enoch mencontohkan perilaku mutilasi yang dilakukan suku-suku kuno di Amerika Selatan. Pada waktu itu, suku-suku Amazon yang berkuasa adalah perempuan, bukan lelaki.
Data yang dirangkum detikX dari berbagai sumber menyebutkan ada beberapa kasus mutilasi sejak 2000 hingga 2021. Kasus tersebut di antaranya kasus Ryan Jombang, pelaku pembunuhan mutilasi 11 korban sejak 2006 hingga 2008.
Ia kini tinggal menunggu eksekusi mati. Lalu kasus Babe Baekuni, yang membunuh dan memutilasi 14 orang anak jalanan sejak 1993 hingga 2010. Kemudian Nelson Hutapea, pelaku pembunuhan dan mutilasi kedua orang tuanya di Dusun VII Kecamatan Aek Kuasan, Pulo Raja, Labuhanbatu, pada 2012. Agus alias Kusmayadi juga menghabisi nyawa kekasihnya, Nur Alikah, dengan cara dimutilasi di Tangerang, Banten, pada 2016. Petrus Bakus menghabisi nyawa kedua anaknya di Kompleks Asrama Polres Melawi, Kalimantan Barat, pada 16 Februari 2016.
Pria berpangkat brigadir itu setia budi 13 membunuh dan memutilasi kedua anaknya karena mendapat bisikan dari Tuhan. Lalu, Rahmad Awiwi menghabisi nyawa Eriyanti dan anaknya yang masih berumur 6 tahun pada 2016. Mayat Eriyanti ditemukan di dalam koper di jalan Cakung-Cilincing, Jakarta Timur, dan anaknya ditemukan di dalam kardus televisi di tepi jalan Kampung Bulak Koja, Jakarta Utara.
Prada Dero Permana, yang membunuh dan memutilasi setia budi 13 sendiri, Vera Oktaria, di Palembang, Sumatera Selatan, Mei 2019. Pada tahun yang sama, guru tari Budi Hartanto menjadi korban mutilasi yang dilakukan Aris Sugianto dan Azis Prakoso di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Terbaru, kasus driver ojol Ridho Suhendra menjadi korban mutilasi yang dilakukan tiga orang pelaku di Kedungwaringin, Bekasi, pada 27 November 2021. Pelakunya tiga orang, yaitu MAP yang dikenal sebagai Bang Jangkung, FM, dan ER.
Ketiganya menghabisi Ridho karena sakit hati korban telah menghina dan mencabuli istri salah satu pelaku. Kasus ini masih tengah disidik polisi. BINADOW.COM, JAKARTA ā Pada pagi hari tanggal 23 November 1981, warga di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, dikejutkan dengan penemuan dua karton yang berisi potongan-potongan tubuh manusia. Dilansir dari Harian Kompas, kedua karton itu diletakkan setia budi 13 jauh dari tempat pemberhentian bus Jalan.
Jenderal Sudirman di pertigaan Jl. Setiabudi. Sejumlah petugas keamanan yang pertama kali melihat isi karton tersebut awalnya mengira bahwa itu merupakan daging sapi. Namun mereka seketika terkejut saat melihat tangan manusia ikut terbungkus rapi bersama potongan daging yang lain.
Terdapat total 13 bagian tubuh di dalam kedua karton tersebut, sehingga kasus ini di kenal luas dengan sebutan āSetiabudi 13ā. Hingga tulisan ini diterbitkan, belum ada pihak yang dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas pembunuhan dan mutilasi tersebut. Bahkan identitas korban pun juga tidak terungkap meski telah ditemukan banyak petunjuk di tubuh korban.
Jejak Pelaku Menurut anggota satuan reserse Komando Daerah Kepolisian (Kodak) Metro Jaya dan beberapa dokter yang menangani tubuh korban, diduga pemotongan dilakukan menggunakan gergaji besi. Dugaan ini didasarkan pada hasil penelitian tulang belulang yang dipotong, di mana ditemukan bekas gesekan-gesekan kecil. Mereka menduga, pelaku pembunuhan ini adalah orang yang berpengalaman dilihat dari hasil pemotongannya yang rapi.
Selain memotong tubuh korban, pelaku juka menyayat dan mengupas seluruh daging dari tulangnya. Hasilnya pun sangat rapi. Kantong plastik yang digunakan untuk membungkus potongan tulang dan daging rupanya bekas bungkusan buku. Plastik itu bertuliskan nama sebuah toko buku di Jl. Pasar Baru. Sedangkan plastik lainnya bertuliskan nama sebuah super market di Jl. Samanhudi, yang letaknya tak jauh dari Jl. Pasar Baru. Di dalam karton ditemukan pula koran edisi sore terbitan Rabu (19/8/1981) sebanyak tiga eksemplar.
Masih terlipat rapi, seperti belum pernah dibuka. Latarbelakang pembunuhan: Balas dendam Di duga latar belakang pembunuhan yang keji itu adalah balas dendam. Mayat sengaja diletakkan di tempat ramai. Dengan demikian, kabar pembunuhan tersebut akan dengan cepat tersiar. āSi pembunuh merasa puas, dendamnya terbalas,ā kata reserse yang tidak disebutkan namanya itu. Polisi menduga pembunuhan tersebut telah di rencanakan dan di lakukan lebih dari satu orang.
āSi pelaku kenal dengan korban,ā ujar polisi. Hasil Autopsi Jenazah Korban Tim dokter dari Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia (LK UI) segera meluncur ke lokasi untuk memeriksa mayat yang terpotong-potong menjadi 13 bagian itu.
Ketika mereka tiba di lokasi, sekitar pukul 08.30 WIB, keadaan mayat sudah mulai membusuk. Potongan tubuh tersebut akhirnya dikirim ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM), Jakarta Pusat, pada siang harinya untuk proses identifikasi dan pemeriksaan lebih lanjut. Menurut Munāim Idries, salah satu ahli forensik RSCM yang memeriksa jenazah korban, si pembunuh memotong jasad korban dan mengupas seluruh daging dari tulangnya.
Hampir seluruh daging korban disayat, kecuali bagian pergelangan dan telapak tangan. Wajah dan bagian kepalanya juga masih tampak jelas. Dari pemeriksaan yang dilakukan, diperkirakan korban berusia antara 18 hingga 21 tahun, setia budi 13 tinggi 165 sentimeter, bertubuh agak gemuk dan tegap, seperti ditulis dalam buku karangan dokter tersebut berjudul Indonesia X-Files.
Beberapa tahi lalat yang bisa menjadi ciri menonjol korban juga ditemukan dan diumumkan ke masyarakat luas. Penyakit korban, yakni lubang kencing yang sangat sempit pada ujung kemaluanya, juga diumumkan. Munāim berpendapat bahwa korban ādigarapā oleh lebih dari satu orang. Sebab, katanya, mengerat tulang dan mengelupasi mayat bukan pekerjaan mudah.
Sumber : Kompas.com
Homicide "Setiabudi 13" was the nickname given to a man whose mutilated and dismembered body was found in two separate boxes on the sidewalk of Jalan Jenderal Sudirman in Setiabudi, Jakarta, Indonesia. His case is regarded as one setia budi 13 the first mutilation murder cases recorded in Indonesian history. Case On the morning of November 23rd, 1981, two security guards for the PT.
Garuda Mataram Motor business nearby discovered two cardboard boxes on the sidewalk emitting a foul stench. Finding setia budi 13 discovery to be suspicious, the two security guards reported the cardboard boxes to a nearby police officer. Though, the boxes were never investigated by the police officer due to him being busy directing traffic.
Later that day, two transients came across the boxes and searched for the source of the foul smell, only to find bags of human remains. Horrified, the transients called for help from passersby and alert the police. Upon investigation, it was discovered that the first box was holding thirteen bones and a head while the second box held approximately 180 pieces of human flesh, organs, and pieces of the decedent's limbs.
The bones were found to have been picked clean of flesh, meanwhile, it was reported that the decedent was missing organs such as his anus, bladder, and pancreas. The autopsy would later reveal the victim to be a slightly obese man between 18 and 21 years old, though he was unable to setia budi 13 identified as his fingerprints did not match any on record.
It was discovered that he had been systematically murdered like that of an animal in a slaughterhouse, according to forensic expert Dr. Abdul Mun'im Idris, who conducted the autopsy. It was suspected the man had been mutilated for 3 to 4 hours by multiple people at a time stripping off his flesh, though his face, hands, feet, and certain organs remained intact.
Further investigation revealed that the victim had likely been killed two days before his discovery. In addition, it is suspected the flesh found in the box may be from multiple people instead of setia budi 13 victim, though this has not yet been confirmed. Authorities suspect his killers were motivated by revenge due to his remains being left in a public area to be discovered and reported on by news media while also being skilled in dissection due to how quickly he was mutilated.
The plastic bags holding the victim's remains were then found to have originated from a book store in Jakarta and a supermarket near Pasar Baru. Three copies of a newspaper were found in the box dating setia budi 13 August 19th, 1981, though neither of these discoveries led to a potential suspect or person of interest.
Several people with missing family members would call police stations to test to see if the mutilated man was their missing loved one, though these tests were either inconclusive or negative matches. On November 26th, 1981, the decedent was buried in the Tegal Alur public cemetery in Kalideres, located in the western region of Jakarta.
No further developments in his case have been publicly announced since his burial. Characteristics ⢠Described as being slightly obese. ⢠Stated to have stood exactly upright in life. ⢠He had phimosis. Sources ⢠Wikipedia Indonesia (Indonesian) ⢠Kumparan (Indonesian) ⢠DetikX (Indonesian) Kasus Setiabudi 13 adalah sebuah kasus tak terpecahkan dari seorang pria tak teridentifikasi yang ditemukan dalam keadaan meninggal termutilasi pada tanggal 23 November 1981 di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Setiabudi, Jakarta.
Disebabkan oleh kesadisan dan ketidakpastian kasusnya, kasus ini merupakan salah satu kasus mutilasi pertama dan menjadi salah satu kasus paling misterius di Indonesia. [1] [2] Ahli forensik Mun'im Idris menangani penyelidikan autopsi jasad tersebut. Ia menyebut kasus tersebut sebagai kasus paling bengis dan paling berkesan yang pernah ditangani. [3] Kronologi [ sunting - sunting sumber ] Pada pagi hari tanggal 23 November 1981, dua orang satpam kantor PT.
Setia budi 13 Mataram Motor menemukakan dua kotak kardus di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Setiabudi, Jakarta Pusat, seberang Gedung Arthaloka (saat ini cabang Bank Muamalat). [3] Kedua kotak kardus tersebut mengundang perhatian kedua satpam tersebut karena dari kardus tersebut tercium bau anyir serta dikerubungi lalat.
Kedua satpam itu sempat melaporkan penemuan kotak-kotak kardus tersebut kepada seorang polisi yang sedang mengatur lalu lintas, namun karena sedang sibuk, penemuan ini menjadi terlupakan. [2] Kedua kardus tersebut terus tergeletak di pinggir jalan hingga ditemukan oleh dua orang gelandangan. Ketika dibuka, ditemukan sebuah jasad yang telah dimutilasi; kardus pertama berisi tiga belas tulang dan sebuah kepala, dengan kondisi tulang dikerat dari daging.
Pada kardus kedua terdapat 180 potongan daging manusia, termasuk organ-organ dalam seperti paru-paru, hati, dan limpa. Beberapa tanda-tanda tubuh seperti sidik jari, telapak tangan, telapak kaki, dan fisik kepala tidak dihilangkan, [3] sementara itu bagian-bagian tubuh seperti anus, kandung setia budi 13, dan pankreas tidak ditemukan.
[4] Hasil autopsi [ sunting - sunting sumber ] Pembedahan jasad dilakukan selama kurang lebih dua jam. Mun'im Idris menyebut bahwa korban dipotong secara sistematis dan "seperti kambing guling".
{INSERTKEYS} [3] Menurut penyelidikan, korban tanpa identitas berjenis kelamin pria tersebut diperkirakan berusia 18 hingga 21 tahun, memiliki tinggi badan 165 cm, memiliki kondisi fimosis, [5] bertubuh tegak dan sedikit gemuk. Korban dibunuh dan dimutilasi sekitar dua hingga satu hari sebelum mayat ditemukan.
[2] Hasil tes sidik jari tidak menemukan pasangan yang cocok. [3] Mutilasi diduga dilakukan oleh lebih dari satu orang dan berlangsung selama 3-4 jam. [2] [4] Ratusan orang yang mengaku kehilangan kerabat keluarga datang selama proses identifikasi berlangsung, namun dari berbagai keterangan yang dikumpulkan oleh polisi tidak ada seorang pun yang cocok dengan orang yang dicari, hingga pada tanggal 27 November 1981, korban dikebumikan di TPU Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat.
[2] Hingga saat ini, kasus ini masih belum terpecahkan. Referensi [ sunting - sunting sumber ] ⢠^ Amelya, Arai (8 Maret 2013). "8 Kasus Pembunuhan Mutilasi Paling Sadis di Indonesia!". liputan6.com . Diakses tanggal 4 April 2020. ⢠^ a b c d e "Misteri Kasus Mutilasi 'Setiabudi 13' yang Tak Terpecahkan Hingga Kini". KumparanNEWS. 10 Juli 2019 .
Diakses tanggal 4 April 2020. ⢠^ a b c d e Mun'im Idris, Najwa Shihab (18 September 2013). Mata Najwa: X Files (Television production). Metro TV. ⢠^ a b Idris 2013, hlm. 299. ⢠^ Idris 2013, hlm. 300. Daftar pustaka ⢠Halaman ini terakhir diubah pada 3 November 2021, pukul 08.14. ⢠Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. ⢠Kebijakan privasi ⢠Tentang Wikipedia ⢠Penyangkalan ⢠Tampilan seluler ⢠Pengembang ⢠Statistik ⢠Pernyataan kuki ⢠ā¢
In the Philippines, similar cases of unidentified bodies being found chopped up inside boxes thrown in a ditch or in a river.
People would usually surmise that the body was a "salvage" victim usually perpetuated by police elements, drug syndicates, vigilantes or communist hit squads. In 90s Philippines, these kinds of killings became known as "chop-chop" and it's even a popular plot in the movies. If the victim is a woman then we call her "chop-chop lady" - a gruesome fate of someone murdered usually due to a crime of passion.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Misteri pembunuhan sadis yang terjadi pada pagi hari tanggal 23 November 1981 hingga kini belum terungkap.
Berawal dari warga di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, yang dikejutkan dengan penemuan dua karton berisi potongan-potongan tubuh manusia.
Dilansir dari Harian Kompas, kedua karton itu diletakkan tak jauh dari tempat pemberhentian bis Jl. Jenderal Sudirman di pertigaan Jl. Setiabudi. ⢠Di Desa yang Sunyi Ini Ada 3 Juta Ular yang Hasilkan 172 Miliar Per Tahun, Warga Sudah Biasa Digigit ⢠Barcelona ke Semi Final Copa Del Rey Meski Tertinggal 2 Gol Hingga Menit 87, Jordi Alba Penyelamat ⢠Dwi Solo Sewa Mobil Rental Calya Milik Warga Karanganyar: Ditukar Sama Innova ⢠Gerakan Jateng di Rumah Saja Dibarengi Operasi Yustisi, Ganjar: Belanja Dulu, Gak Usah Banyak-banyak Sejumlah petugas keamanan yang pertama kali melihat isi karton tersebut awalnya mengira bahwa itu merupakan daging sapi.
Namun, mereka seketika terkejut saat melihat tangan manusia juga ikut terbungkus rapi bersama potongan daging yang lain. Terdapat total 13 bagian tubuh di dalam kedua karton tersebut, sehingga kasus ini dikenal luas dengan sebutan " Setiabudi 13".
Hingga tulisan ini diterbitkan, belum ada pihak yang dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas pembunuhan dan mutilasi tersebut. Bahkan identitas korban pun juga tidak terungkap meski telah ditemukan banyak petunjuk di tubuh korban. Jejak pelakuPagi itu, pada tanggal 23 November 1981 keadaan jalan Jenderal Sudirman masih berjalan lambat seperti biasanya, banyak pejalan kaki dan kendaraan umum lalu lalang melintasi jalan itu.
Dua satpam dari kantor PT. Garuda Mataram Motor yang bernama Suryadi Jaya dan Ade Sumarna hendak memulai aktivitasnya. {/INSERTKEYS}
Mata mereka langsung tertuju pada dua buah kardus yang tergeletak diatas trotoar dekat jalan persimpangan Setiabudi. Bau anyir yang menyengat serta dikerubungi banyak lalat, membangkitkan rasa penasaran mereka untuk mengetahui isi dari kedua kotak itu.
Meski begitu, rasa takut dan was-was sempat menyelimuti mereka. Berpikir bahwa suatu hal mengerikan akan terjadi jika mereka membuka kotak tersebut. Begitu juga dengan orang-orang disekitarnya, tidak ada yang berani membukanya.
Suryadi dan Ade sempat meminta tolong kepada polisi yang saat itu tengah mengurai riuhnya lalu lintas. Tapi karena keadaan lalu lintas yang sangat padat, polisi itu tidak mengindahkan laporan dan memilih fokus mengurai arus lalu lintas. Pada akhirnya dua kota kardus itu pun mulai terlupakan. Tak berselang lama, melintaslah dua orang pemulung yang saat itu sedang mengais sampah di sekitar trotoar. Pandangan mereka langsung tertuju kepada dua buah kardus yang tergeletak tak jauh dari tempat mereka.
Dengan tanpa ragu mereka mendekati kedua kardus itu, berharap ada barang sisa yang bisa dijual lagi. Tetapi saat membuka kardus alangkah terkejutnya mereka, ketika mengetahui isi dari kedua kardus tersebut. Teriakan keras keluar dari mulu mereka, mata mereka terperanjak melihat kedua kardus tersebut. Sebuah pemandangan yang mungkin membuat mereka trauma seumur hidup.
Kardus pertama berisi tulang belulang dan potongan kepala manusia, selain itu juga terdapat potongan tangan. Bukan cuma tulang belulang manusia saja, di kotak kedua juga ditemukan beberapa potongan daging manusia, lengkap dengan organ dalam yang masih utuh. Sontak saja penemuan itu membuat gempar masyarakat sekitar. Polisi yang awalnya mengabaikan laporan tentang dua kardus tersebut, setia budi 13 datang ke tempat kejadian.
Awalnya kedua polisi itu sempat ragu dan mengira itu adalah potongan daging sapi, tapi setelah membuka kedua kotak tersebut, barulah mereka percaya. Benar-benar mengerikan!. Polisi kemudian memanggil tim dokter dari Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia untuk melakukan olah tkp. Ketika tim LK UI tiba di lokasi, keadaan mayat sudah mulai membusuk.
Diperkirakan pembunuhan berlangsung lebih dari sehari sebelumnya. Dari hasil penyelidikan awal ditemukan ada sekitar 13 potongan tulang manusia. Hasil dari penyelidikan tersebut kemudian diserahkan ke RSCM Cipto Mangunkusomo, Jakarta Barat untuk dilakukan proses autopsi dan pemeriksaan lebih lanjut.
Sejalan dengan proses outopsi, polisi juga bergerak menggeledah tkp mencari tahu apakah ada saksi dan bukti yang dapat dijadikan petunjuk.
Namun tempat yang ramai tidak menjadi jaminan akan ada saksi mata yang melihat. Justru karena tempat yang ramai itulah, membuat pelaku lebih leluasa untuk menyelinap melancarkan aksinya. Selain itu pada tahun 1980-an belum banyak teknologi semacam CCTV yang biasa terpasang di pinggir jalan atau rumah. Keadaan inilah setia budi 13 semakin mempersulit polisi dalam menemukan pelaku.
Hasil Pemeriksaan : Dua kotak kardus yang sudah setia budi 13 oleh ahli forensik Mun'im Idris dari RSCM Cipto Mangunkusomo mengungkapkan betapa sadisnya pelaku dalam memutilasi korban.
Si pembunuh tak hanya memotong-motong jasad korban, ia juga menyayat dan mengupas habis seluruh daging dari tulangnya. Semua sayatannya sangat rapi, saking rapinya membuat tulang-tulang itu menjadi sangat bersih. Tulang-tulang tersebut kemudian dipotong menggunakan gergaji besi yang terlihat dari bekas gesekan kecil pada tulang-belulang tersebut.
Organ dalamnya disayat dengan sangat rapi, tanpa merusaknya sama sekali. Karena saking rapi dan terstruktur, tim forensik dapat dengan mudah menyatukan kembali organ dan tulang yang telah dimutilasi.
Dari hasil outopsi ini pula, diduga pelaku pembunuhan berjumlah lebih dari satu orang. Dilihat dari cara mereka memutilasi korbannya dengan sangat rapi, tim forensik sangat yakin mereka adalah sekelompok orang yang ahli. Sebagai gambaran, bagi tim forensik profesional yang sudah terlatih dan ahli sekali pun, butuh waktu lebih dari dua jam untuk sekadar membedah mayat.
Sementara pelaku, diduga hanya membutuhkan waktu 3-4 jam. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, diperkirakan korban berusia setia budi 13 18 hingga 21 tahun, memiliki tinggi 165 sentimeter dan postur tubuh agak gemuk dan tegap. Memiliki tahi lalat yang menonjol di beberapa bagian tubuhnya dan juga mengidap penyakit fimosis atau lubang kencing yang sangat sempit pada ujung kemaluannya. Beberapa hal yang menjadi keanehan dari kasus ini adalah tanda tubuh seperti sidik jari, telapak tangan, telapak kaki dan wajah semuanya masih utuh.
Seolah-olah pelaku ingin menantang para penyidik untuk memecahkan kasus ini. Bukti lain yang juga menambah bingung penyidik adalah kantong plastik yang digunakan untuk membungkus daging, ternyata berasal dari bekas bungkusan buku dari toko yang terletak di pasar baru dan kantong plastik lainnya berasal dari supermarket yang tak jauh dari tempat itu. Selain itu juga ditemukannya koran edisi sore terbitan 19 Agustus berjumlah 3 eksemplar masih terbungkus rapi dan baru dibeli, digeletakkan begitu saja didalam kardus mutilasi, entah apa maksudnya.
Karena bukti sidik jari dan wajah korban yang masih utuh, polisi pun langsung membuat sketsa wajah dan sidik jari korban untuk disebarkan seluas-luasnya. Tak berselang lama sehari setelahnya, datanglah ratusan orang menemui pihak kepolisian untuk melakukan proses identifikasi. Tetapi sampai tanggal 26 November polisi masih belum menemukan data yang cocok.
K eesokan paginya, tulang belulang, daging serta organ tubuh korban dikuburkan di Tempat Pemakaman Umum Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. 40 tahun berlalu, identitas korban sampai saat setia budi 13 masih belum terungkap meskipun telah ditemukan banyak petunjuk di tubuh setia budi 13.
Banyak dugaan yang mencuat tentang siapa dan apa motif dari pembunuhan ini, tapi dugaan yang paling kuat adalah balas dendam. Korban sengaja diletakkan di tempat umum, supaya sang pembunuh merasakan kepuasan dan dendamnya akan terbayarkan. Meski begitu semua bukti dan dugaan itu masih belum memunculkan secara pasti siapa dalang dari setia budi 13 keji ini. Sumber penulisan : 1, 2, 3 08-12-2021 12:28 Jangan lupa mampir di thread ane yang lain : Osama bin Laden Ternyata Seorang Gamer dan Wibu!
Dia Punya Akun STEAM DN Aidit Ternyata Berasal Dari Keluarga Yang Religius !! Apa Yang Akan Terjadi Jika NAZI Memenangkan Perang Dunia Dua ? [OP CIA#3] Operasi Ajax Iran, Keberhasilan CIA Menumbangkan Mossadegh Demi Minyak ?
Daftar Negara Dengan Penduduk Paling Sehat Di Dunia, Indonesia Di Urutan Berapa ? Perang Vietnam Serta Fakta dan Mitos Yang Menyelimutinya Operasi Phoenix CIA Perang Vietnam, Bukti Kegagalan dan Kekejaman Tentara Amerika ?
08-12-2021 12:41 Yah wajar, tahun segitu juga di luar sana masih susah cari barang bukti. Klo sekarang ilmu dan teknik CSI udah lebih mutakhir. Untuk kasus pembunuhan misterius, polisi masih menyelediki kasus ibu dan anak yg mati di garasi setia budi 13 dalam mobil.
Suami sekaligus ayah korban malah lagi asik di rumah istri kedua. Yang bikin polisi bingung, kejadian pembunuhan begitu rapih. 08-12-2021 16:02
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada tanggal 23 November 1981 pagi hari, warga di sekitar Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan, dikejutkan dengan penemuan dua kotak karton yang berisi potongan-potongan tubuh manusia.
Dilansir dari Harian Kompas, sejumlah petugas keamanan yang pertama kali melihat isi kotak tersebut awalnya mengira bahwa potongan daging yang ada di dalamnya merupakan daging sapi.
Namun, mereka seketika terkejut saat melihat tangan manusia juga ikut terbungkus rapi bersama potongan daging yang lain. Tim dokter dari Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia (LK UI) segera meluncur ke lokasi untuk memeriksa mayat yang terpotong-potong menjadi 13 bagian itu.
Baca juga: Kaleidoskop 2020: Kasus Kriminal Heboh, dari Tewasnya Yodi Prabowo hingga Mutilasi di Bekasi Karena 13 potongan tubuh itu ditemukan di Jalan Setiabudi, maka kasus tersebut dikenal luas dengan sebutan " Setiabudi 13". Ketika tim LK UI tiba di lokasi, sekitar pukul 08.30 WIB, keadaan mayat sudah mulai membusuk. Diperkirakan pembunuhan berlangsung lebih dari sehari sebelumnya.
Potongan tubuh tersebut kemudian dikirim ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM), Jakarta Pusat, pada siang harinya untuk proses identifikasi dan pemeriksaan lebih lanjut.
Baca juga: Akhir Kasus Mutilasi di Bekasi, Vonis 7 Tahun Penjara Bagi Si Remaja Manusia Silver Hasil autopsi Menurut Mun'im Idries, salah satu ahli forensik RSCM yang memeriksa jenazah korban, si pembunuh tak hanya memotong-motong jasad korban, ia juga menyayat dan mengupas seluruh daging dari tulangnya.
Hampir seluruh daging korban disayat, kecuali bagian pergelangan dan telapak tangan. Wajah dan bagian kepalanya juga masih tampak jelas. Diduga pemotongan dilakukan menggunakan gergaji besi karena ditemukan bekas gesekan kecil-kecil pada tulang belulang korban.
"Jateng di Rumah Saja", Bupati Banyumas: Ekonomi Jangan Sampai Tidak Bergerak Sama Sekali https://regional.kompas.com/read/2021/02/03/11255761/jateng-di-rumah-saja-bupati-banyumas-ekonomi-jangan-sampai-tidak-bergerak https://asset.kompas.com/crops/AxjUfQHTV8SrDx3UisC34RDzKns=/0x0:0x0/195x98/data/photo/2021/02/03/601a23717f21e.jpg
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada pagi hari tanggal 23 November 1981, warga di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, dikejutkan dengan penemuan dua karton yang berisi potongan-potongan tubuh manusia.
Dilansir dari Harian Kompas, kedua karton itu diletakkan tak jauh dari tempat pemberhentian bis Jl. Jenderal Sudirman di pertigaan Jl. Setiabudi. Sejumlah petugas keamanan yang pertama kali melihat isi karton tersebut awalnya mengira bahwa itu merupakan daging sapi. Namun, mereka seketika terkejut saat melihat tangan manusia juga ikut terbungkus rapi bersama potongan daging yang setia budi 13. Terdapat total 13 bagian tubuh di dalam kedua karton tersebut, sehingga kasus ini dikenal luas dengan sebutan " Setiabudi 13".
Baca juga: Setiabudi 13, Kasus Mutilasi 40 Tahun Lalu yang Tak Terpecahkan hingga Kini Hingga tulisan ini diterbitkan, belum ada pihak yang dinyatakan bersalah dan bertanggung jawab atas pembunuhan dan mutilasi tersebut. Bahkan identitas korban pun juga tidak terungkap meski telah ditemukan banyak petunjuk di tubuh korban. Jejak pelaku Menurut anggota satuan reserse Komando Daerah Kepolisian (Kodak) Metro Jaya dan beberapa dokter yang menangani tubuh korban, diduga pemotongan dilakukan menggunakan gergaji besi.
Dugaan ini didasarkan pada hasil penelitian tulang belulang yang dipotong, di mana ditemukan bekas gesekan-gesekan kecil. Mereka menduga, pelaku pembunuhan ini adalah orang yang berpengalaman dilihat dari hasil pemotongannya yang rapi.
Baca juga: Akhir Kasus Mutilasi di Bekasi, Vonis 7 Tahun Penjara Bagi Si Remaja Manusia Silver [POPULER JABODETABEK] Wacana Lockdown Akhir Pekan di DKI - Profil Zaim Saidi https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/04/05485681/populer-jabodetabek-wacana-lockdown-akhir-pekan-di-dki-profil-zaim-saidi https://asset.kompas.com/crops/vROrMaU2Dw-YHsXmWs41W3Pxv7Q=/0x0:0x0/195x98/data/photo/2020/12/29/5feaff8ae2bd8.jpg