Nama suku di nusa tenggara barat

nama suku di nusa tenggara barat

Bali dan Nusa Tenggara adalah pulau kecil di Indonesia. Meski begitu, pulau – pulau ini menyimpan keindahan alam yang sangat memukau. Ditambah lagi keberagaman suku bangsa yang mendiami pulau nama suku di nusa tenggara barat pulau tersebut.

Hingga saat ini, suku bangsa yang berbeda ini hidup berdampingan. Dengan adat dan kebudayaan yang masih tetap dilestarikan. Dan pada artikel kali ini, akan membahas mengenai suku yang ada di Bali dan Nusa Tenggara.

Yuk kenali 10 Suku di Bali dan Nusa Tenggara ini: Daftar Isi • 1 Suku Bali • 2 Suku Nyama Selam • 3 Suku Bayan • 4 Suku Dompu • 5 Suku Sasak • 6 Suku Alor • 7 Suku Ngada • 8 Suku Lamaholot • 9 Suku Sumba • 10 Suku Rongga • 11 Suku Mbojo • 12 Suku Samawa Suku Bali Sumber: netralnews.com Seperti nama pulaunya, Suku Bali adalah suku yang menjadi mayoritas penduduk Pulau Bali.

Kurang lebih terdapat 3,9 juta Suku Bali di Indonesia. Dimana, Suku Bali juga menyebut diri mereka Wong Bali, Krama Bali, atau Anak Bali. Suku Bali terkenal dengan budayanya yang beraneka ragam, diantaranya seni tari, pertunjukan, nama suku di nusa tenggara barat ukir. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Orang Bali semuanya adalah seniman. Karena, terlepas dari kegiatan sehari – hari, mereka tetap berkarya sebagai seniman, ada yang menari, melukis, menyanyi, memahat, dan tentu bermain lakon.

Selain itu, banyak sekali upacara – upacara adat yang kerap kali dilakukan oleh Suku Bali. Seperti piodalan, metatah, upacara pernikahan, ngaben, melasti, dan banyak lagi. Dimana, setiap acara ini selalu dihiasi dengan unsur budaya, salah satunya adalah gamelan.

Yang menjadi alat musik vital bagi Suku Bali. Orang Bali adalah penganut agama Hindu. Dimana, sebanyakan kurang lebih 3,2 juta umat Hindu di Indonesia tinggal di Bali. Dan sebagian besar menganut aliran Siwa – Buddha, jadi berbeda dengan ajaran Hindu di India. Sementara bahasa yang digunakan untuk komunikasi sehari – hari adalah Bahasa Bali. Suku Nyama Selam Sumber: tatkala.co Suku asli yang mendiami Pulau Bali tidak hanya Suku Bali, tapi ada juga suku Nyama Selam.

Suku Nyama Selam adalah suku yang menganut agama Islam, namun menjalankan tradisi kebudayaan Bali dalam kehidupan sehari – harinya. “Nyama” memiliki arti “saudara”, sementara “Selam” memiliki arti “Islam”.

Berdampingan dengan Suku Bali tidak membuat Suku Nyama Selam merasa berbeda. Bahkan, mereka hidup berdampingan dengan rukun meski berbeda kepercayaan. Antara Suku Nyama Selam dan Suku Bali pun memiliki tradisi unik bernama Ngejot. Ngejot adalah saling membantu dan berbagi makanan saat hari raya tiba.

Suku Nyama Selam melakukan Ngejot saat Hari Raya Idul Fitri. Sementara Suku Bali melakukan Ngejot saat Nyepi, Galungan, dan Kuningan. Tradisi Ngejot biasanya disusul dengan tradisi megibung. Yang mana, megibung adalah tradisi makan bergaya banjar, dimana orang – orang akan menikmati makanan dalam satu wadah secara bersama – sama.

Di desa – desa muslim, megibung dilakukan di masjid. Selain digelar saat hari raya keagamaan, megibung juga digelar saat Ramadhan. Bahkan di Denpasar, megibung dilakuka selama tiga kali setiap 10 hari puasa. Dimana Suku Nyama Selam, umat Hindu Suku Bali, hingga pendatang, turut ikut dalam acara makan bersama ini. Keberadaan Suku Nyama Selam dimulai di Desa Pagayaman yang ada di Kabupaten Buleleng. Di sini, sejak zaman dahulu telah dihuni oleh komunitas Muslim.

Kebudayaan yang dimiliki menampilkan campuran budaya Bali, Jawa, dan Bugis. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari – hari pun menggunakan Bahasa Bali. Budaya dan tradisi yang dilakukan oleh Suku Nyama Selam tidak banyak berbeda dari Suku Bali. Yang membedakan hanya rumah ibadah, bahkan kehidupan sehari – harinya pun sama seperti Suku Bali. Suku Nyama Selam pun melakukan sistem pemberian nama layaknya Suku Bali, dengan menyematkan nama lokal seperti Kadek, Putu, dan lainnya, yang dipadukan dengan nama bernuansa Islam.

Akulturasi budaya Hindu dan Islam juga tercermin dalam aspek kesenian Suku Nyama Selam. Salah satunya dalah Tari Rudat, yaitu tarian nuansa Bali dengan kombinasi budaya Timur Tengah. Dimana, tarian ini menggunakan alat musik rebana sebagai musik pengiringnya. Suku Bayan Sumber: laluhusnulyakin.blogspot.com Suku Bayan termasuk bagian dari masyarakat Suku Sasak, yang dikenal sebagai pusat budaya Lombok tertua.

Namun, Suku Bayan memiliki ciri khas yang membedakan dengan Suku Sasak. Yaitu adat istiadat dan sistem keyakinan Suku Bayan yang bernama Islam Wetu Telu (Islam Waktu Tiga).

Sistem keyakinan ini berbeda dengan ajaran Islam murni yaitu “Islam Waktu Lima”. Sistem kepercayaan Islam Wetu Telu ini semakin berkurang jumlahnya. Hal ini terjadi dimungkinkan karena Suku Bayan menjadi sasaran kegiatan dakwah dari kalangan Islam Waktu Lima. Ajaran Islam Wetu Telu percaya kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT, dan Al Qur’an sebagai kitab sucinya.

Namun dalam pelaksanaannya, mereka melakukan upacara yang dilakukan oleh penganut Islam Waktu Lima. Seperti Syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Namun mereka belum mengenal ibadah haji. Dalam kesehariannya, Suku Bayan menggunakan bahasa Sasak untuk berkomunikasi. Sementara dalam sistem pemerintahan Suku Bayan dibagi menjadi dua, yaitu sistem kepemimpinan desa dinas dan sistem kepemimpinan desa adat.

Sistem kepemimpinan desa dinas mencakup struktur pemerintahan desa. Sementara sistem kepemimpinan desa adat dipimpin oleh penghulu yang mengurus adat istiadat. Suku Dompu Sumber: khaiyatulaisyah.wordpress.com Suku Dompu berdomisili di Pulau Sumbawa, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dimana, suku ini tersebar di empat kecamatan, yaitu Huu, Kempo, Kilo, dan Dompu.

Dalam kesehariannya, Suku Dompu berkomunikasi dengan bahasa Mbojo atau dikenal dengan bahasa Bima Nggahi Mbojo. Tapi, ada nama suku di nusa tenggara barat sebagian masyarakat yang menggunakan bahasa Bali, Sasak, dan Melayu. Mayoritas Suku Dompu bermata pencaharian sebagai petani, peternak, pedagang, dan nelayan. Komoditas utama pertanian mereka adalah kacang kedelai, ubi kayu dan jalar, serta jagung.

Sementara untuk komoditas perkebunan adalah asam, kemiri, pinang, tembakau, serta kapuk. Dalam kepercayaan, sebanyak 98% masyarakat Suku Dompu memeluk agama Islam. Bagi mereka, ulama dipandang sebagai orang yang sangat baik, karena berpendidikan tinggi serta berkehidupan layak. Tradisi yang dilestarikan oleh Suku Dompu hingga saat ini adalah upacara Peta Kapanca. Tradisi ini merupakan bagian dari tradisi pernikahan yang dilaksanakan sebelum akad nikah, nama suku di nusa tenggara barat rumah calon mempelai wanita.

Tradisi ini adalah melumatkan daun pacara atau inai yang berwarna merah di kuku calon pengantin. Secara bergantian, para perempuan yang hadir akan melumatkan daun pacar.

Maksud dan tujuannya adalah pengharapan dari seorang ibu agar putrinya mengikuti jejaknya. Suku Dompu memiliki rumah adat bernama Uma Jompa dan Uma Panggu.

Uma Jompa digunakan untuk tempat menyimpan padi. Yang letaknya terpisah dari rumah tempat tinggal. Sementara Uma Panggo adalah rumah tempat tinggal Suku Dompu, yang terbuat dari kayu berbentuk panggung. Pakaian adat Suku Dompu bagi perempuan terbagi menjadi dua, yang dibedakan berdasarkan fungsi serta status sosialnya. Diantaranya Rimpu Colo, adalah pakaian yang digunakan oleh perempuan yang sudah menikah. Bagian pakaian menutup seluruh tubuh, hanya wajah, telapak tangan, dan telapak kaki yang terlihat.

Dan yang kedua adalah Rimpu Mpida, yaitu pakaian yang digunakan oleh gadis. Yang mana Rimpu adalah jilbab khas Suku Dompu, dan dibutuhkan dua kain sarung untuk membuat rimpu.

Sementara pakaian adat untuk laki – laki adalah katente tembe. Yang terdiri dari celana pendek dari kain. Namun, saat ini baju koko adalah pilihan kedua laki – laki Suku Dompu.

Suku Nama suku di nusa tenggara barat Sumber: mobillombok.com Suku Sasak adalah mayoritas suku yang mendiami Pulau Lombok. Sebagian besar masyarakat Suku Sasak beragama Islam.

Kata Sasak berasal dari kata “sak sak”, yang artinya satu kata. Orang Sasak menggunakan bahasa Sasak dalam komunikasinya sehari – hari. Keunikan tradisi dari Suku Sasak adalah saat tradisi perkawinan. Dimana, ketika perempuan akan dinikahkan dengan seorang laki – laki, maka perempuan tersebut harus dilarikan ke rumah calon mempelai laki – laki. Tradisi ini dikenal dengan nama merarik atau pelarian. Baca juga: 12 Suku di Pulau Kalimantan Dalam tradisi ini, sang gadis tidak perlu memberitahu orang tuanya.

Namun tentu hal ini ada aturannya, dimana sebelumnya orang tua sang gadis sudah mengetahui bahwa anak mereka akan menikah. Dibawanya sang gadis ke rumah keluarga laki – laki pun diketahui oleh pihak keluarga. Setelah sang gadis menginap satu hari di rumah kerabat calon mempelai laki – laki, kemudian kerabat dari calon mempelai laki – laki mengirim utusan ke pihak keluarga sang gadis.

Untuk memberitahukan bahwa sang gadis dicuri dan kini berada di nama suku di nusa tenggara barat tempat.

Tempat ini tidak boleh diketahui oleh keluarga pihak perempuan. Tradisi ini masih dipertahankan oleh masyarakat Suku Sasak. Yang mana tujuannya adalah untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Seperti tidak disetujui oleh keluarga sang gadis, atau keterbatasan kemampuan dalam materi. Suku Alor Sumber: asidewi.id Suku Alor adalah penduduk asli yang mendiami Pulau Pantara, Pura, dan Pulau Alor, di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.

Dearah yang dihuni oleh Suku Alor adalah daerah berupa perbukitan dan pegunungan dengan berbagai kemiringan. Inilah mengapa Suku Alor memiliki mata pencaharian sebagai petani ladang. Dengan sistem tebang bakar, serta tanaman yang ditanam adalah jagung, padi, ubi kayu, sorgum, dan kacang – kacangan.

Selain itu, ada juga sebagian masyarakat Suku Alor yang bermata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan. Suku Alor memiliki nama suku di nusa tenggara barat fisik berupa rambut keriting, kulit hitam, bahu agak lebar, serta tubuh yang relatif pendek. Sebagian besar suku ini memeluk agama Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik. Tapi, ada juga masyarakat Suku Alor yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

Ada yang menyembah Tuhan atau Allah yang disebut Nayaning Lhahatal, ada juga yang menyembah matahari, bulan, dewa air, dewa hutan, dan dewa laut. Suku Ngada Sumber: kompasiana.com Suku Ngada berdomisili di sebagian besar Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Mata pencaharian Suku Ngada adalah sebagai petani, berladang, atau beternak sapi, kerbau, dan kuda. Dalam kesehariannya, masyarakat menggunakan Bahasa Ngada untuk berkomunikasi. Suku Ngada memiliki rumah adat yang dinamakan dengan Sa’o.

Setiap Sa’o menghadap ke ngadhu atau bhaga sebagai poros. Bhaga berbentuk seperti rumah yang ukurannya kecil, dan merupakan lambang leluhur perempuan. Sementara ngadhu melambangkan leluhur laki – laki, berbentuk seperti payung dengan atap alang – alang atau ijuk hitam. Yang mana, ngadhu dan bhaga ini selalu berpasangan dan menjadi lambang banyaknya klan dalam satu permukiman. Sa’o ditata dengan pola pemukiman persegi panjang atau bulat telur. Dimana, posisinya mengelilingi lapangan yang digunakan untuk berkumpul atau mengadakan upacara.

Di tengah lapangan ini sebuah ture, yaitu panggung batu untuk melengkapi upacara. Dimana di atas ture ini terdapat altar yang disebut dengan watu lewa.

Baca juga: Suku di Pulau Sulawesi Serta Penjelasannya Untuk kepercayaan sendiri, mayoritas Suku Ngada penganut agama Katolik. Sementara sebagian kecil beragama Islam. Dan sebagian lainnya menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Suku Lamaholot Sumber: ciricara.com Suku Lamaholot adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bahasa yang digunakan oleh Suku Lamaholot adalah bahasa Lamaholot. Yang digolongkan ke dalam rumpun bahasa Ambon Timur. Dimana, bahasa ini terdiri atas bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Tengah, dan Lamaholot Timur. Mata pencaharian Suku Lamaholot adalah bercocok tanam. Sistem yang digunakan adalah sistem tebang bakar. Dimana, tanah yang digunakan adalah tanah adat yang disebut tanah wungu. Setiap pekerjaan yang berhubungan dengan tanah wungu diatur oleh kepala adat, dan setiap awal pengerjaan harus diawali dengan upacara.

Pembukaan lahan dilakukan oleh laki – laki, kemudian saat menanam dan panen dikerjakan oleh laki – laki dan perempuan. Masyarakat Lamaholot menganut agama Katolik, Kristen, dan Islam. Yang mana, agama Islam diduga masuk dulu ke NTT. Suku Sumba Sumber: netralnews.com Suku Sumba merupakan suku yang mendiami Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Pulau Sumba.

Secara rasial, Suku Sumba merupakan campuran dari ras Melanesia, ras Melayu, ras Austronesia, ras Semit, ras Mongoloid, ras Kaukasoid, dan India. Dimana, mereka masih memiliki kepercayaan khas setengah leluhur setengah dewa, yang dikenal dengan Marapu.

Mayoritas Suku Sumba menganut agama Kristen Protestan, Katolik, dan Marapu. Sebagian kecil menganut agama Islam dan Yahudi. Pakaian adat laki – laki Suku Sumba dibedakan pada hierarki status sosialnya. Dimana, busana laki – laki bangsawan terbuat dari kain dan aksesoris yang lebih halus daripada milik rakyat jelata. Sementara untuk rakyat jelata tidak. Baju adat ini biasa dikenakan ketika pesta, upacara adat, atau ketika ada peristiwa besar. Dimana, busana ini terdiri dari penutup kepala, penutup badan, serta perhiasan dan senjata tajam.

Sementara untuk pakaian adat wanita, Suku Sumba menggunakan beberapa kain yang diberi nama sesuai dengan teknik pembuatannya. Seperti lau pahudu, lau kawuru, lau pahudu kiku, dan lau mutikau.

Yang mana, kain ini digunakan setinggi dada, dengan bagian bahu tertutup taba huku dan sewarna dengan sarung. Di bagian kepala, terdapat tiara berwarna polos yang dilengkapi dengan tiduhai atau hai kara.

nama suku di nusa tenggara barat

Di dahi disematkan juga perhiasan logam, dan untuk telinga tergantung kalung. Suku Rongga Sumber: ibnumubarik18.blogspot.com Suku Rongga adalah suku asli dari Nusa Tenggara Timur. Dimana, umumnya suku ini berdomisili di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Manggarai Timur. Budaya yang terkenal dari Suku Rongga adalah Tari Vera, yang mana bahkan sudah terkenal hingga mancanegara. Mayoritas Suku Rongga beragama Katolik, dan beberapa lainnya memeluk agama Islam.

Sementara ada juga sebagian kecil yang memeluk agama Kristen Protestan. Mereka hidup berdampingan dalam keharmonisan. Bahkan, Suku Rongga di Kabupaten Manggarai Timur dijadikan kawasan yang menjaga toleransi beragama. Sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai peternak dan petani. Banyak juga warga yang beternak kuda. Dan komoditas pertanian Suku Rongga sebagian besar adalah padi dan jagung. Suku Mbojo Sumber: mobillombok.com Mbojo merupakan suku awal yang tinggal di Pulau Sumbawa bagian Timur.

Secara administratif, saat ini wilayah tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. Dalam bahasa daerah Bima, “Mbojo” digunakan untuk menyebut kata “Bima”. Sebaliknya, dalam Bahasa Indonesia kata “Bima” digunakan untuk menyebut kata “Mbojo”. Mbojo juga dapat digunakan sebagai sebutan bagi suku asli Bima atau Dou Mbojo (Orang Bima).

Dalam sejarah, Dou Mbojo dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Dou Donggo yang menjadi kelompok penduduk asli dan Dou Mbojo yang menjadi kelompok orang Bima. Dou Donggo menghuni kawasan bagian barat teluk, yang tersebar di gunung dan lembah. Karakteristik Dou Donggo memiliki kesamaan dengan orang Bima di sebelah timur Teluk Bima. Pada masyarakat Bima yang lebih tua, cenderung memiliki karakteristik yang sama dengan Suku Sasak Bayan di Lombok.

Dimana berciri rambut pendek bergelombang, keriting, serta warna kulit yang agak gelap. Sementara Dou Mbojo, menghuni kawasan pesisir pantai. Yang mana, Dou Mbojo memiliki karakteristik ciri fisik rambut lurus, karena campuran dengan orang Bugis – Makassar. Uniknya, bahasa yang digunakan oleh Dou Mbojo adalah bahasa Donggo, bahasa Tarlawi, dan bahasa Kolo, yang memiliki persamaan dengan bahasa Jawa Kuno.

Terkadang pengucapannya sudah berubah, atau pengucapannya sama namun memiliki arti yang berbeda. Hal ini dikarenakan terputusnya komunikasi dengan sumber bahasa, sehingga bahasa berkembang dalam corak yang berbeda.

Suku Samawa Sumber: bernas.id Suku Samawa atau Tau Samawa adalah orang asli penduduk yang mendiami Pulau Sumbawa. Dilihat dari sisi etimologi, Tau Samawa berasal dari kata “Tau” yang berarti “Orang”, “Tana” yang berarti “Tanah”, serta “Samawa” yang berasal dari kata “Sammava” yang berarti berbagai penjuru.

Biasanya, orang asli Sumbawa dikenal dengan Tau Samawa, sementara Pulau Sumbawa sendiri disebut sebagai Tana Samawa. Jika dilihat dari tradisi, budaya, adat istiadat, senjata tradisional masyarakat, pakaian adat, dan lainnya, Tau Samawa memiliki kesamaan dengan Kerajaan Gowa. Hal inilah yang menimbulkan asumsi bahwa Tau Samawa sebenarnya adalah berasal dari Gowa yang dibuang oleh Kerajaan Gowa. Bahkan, sifat keras yang dimiliki oleh Tau Samawa juga mirip dengan orang – orang dari Gowa.

Jadi, dapat disimpulkan jika penduduk asli Tau Samawa ini merupakan percampuran dari berbagai daerah, khususnya yang ada di Kepulauan Sunda Kecil. Baca juga: Suku di Maluku Serta Penjelasannya Itulah suku – suku yang ada di Bali dan Nusa Tenggara. Tentu dengan artikel ini, kita semakin mengetahui berbagai suku yang ada di Indonesia. Nusa Tenggara Barat atau NTB merupakan salah satu provinsi di wilayah negara Indonesia.

Provinsi ini berdiri pada tanggal 14 Agustus 1958 dengan dasar hukum UU no. 64 tahun 1958. Terletak di gugusan kepulauan Nusa Tenggara Barat pada posisi 8-9 derajat LS dan 115-119 derajat BBT.

Luas wilayahnya adalah 20.153,15 km2 dn nama suku di nusa tenggara barat Mataram. Berikut ini nama-nama suku yang ada di NTB. nama suku di nusa tenggara barat. Adonara. 2. Alor solor. 3. Bali aga. 4. Atoni.

nama suku di nusa tenggara barat

5. Lombok. 6. Nama suku di nusa tenggara barat. 7. Bodha. 8. Nima. 9. Nage Keo. 10. Damar. 11. Dodongko. 12. Manggarai. 13. Mambaro. 14. Marea. 15. Leti. 16. Lombleng. 17. Kupang. 18. Dompo. 19. Ende. 20. Kisar. 21. Lio. 22. Larantuka. itulah nama-nama suku di Nusa Tenggara Barat. Suku yang lumayan terkenal adalah suku Ende.
Sistem kami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS suku nusa tengggara barat.

Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll.

Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Gunakan tanda tanya ? untuk huruf yang tidak diketahui. Contoh J?W?B Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri atas dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dihuni oleh beberapa suku bangsa. Suku bangsa yang besar di daerah tersebut adalah suku bangsa Sasak di Pulau Lombok, suku bangsa Sumbawa (Semawa), dan Bima di Pulau Sumbawa. Ada juga suku bangsa Bali yang berbaur dengan penduduk asli sebagai suku pendatang sejak abad ke-17.

Selain itu, terdapat juga beberapa suku bangsa kecil lainnya, seperti suku Mata, suku Dompo, suku Kore, suku Donggo, dan suku Mbojo.

Suku di Nusa Tenggara Barat Suku Bangsa Si Nusa Tenggara Barat antara lain adalah: Suku Sasak diperkirakan berasal dari tanah Jawa. Hal ini dilihat dari bahasa dan tulisan yang dipakai oleh penduduk Sasak hampir sama dengan bahasa Jawa di Pulau Jawa.

Diperkirakan perpindahan penduduk Jawa ke Lombok ini terjadi pada zaman Majapahit dengan membawa ajaran agama Hindu. Perpindahan penduduk itu berlanjut pada masa Kerajaan Demak yang merupakan Kerajaan Islam pertama di Jawa, dengan misi penyebaran agama Islam.

nama suku di nusa tenggara barat

Keluarga inti orang Sasak disebut koren, sedangkan beberapa keluarga inti yang bergabung ke dalam sebuah keluarga luas terbatas disebut sorohan. Setiap sorohan dipimpin oleh seorang ketua yang disebut turas dan bergelar datu. Garis keturunan berdasarkan prinsip patrilineal. Adat menetap sesudah menikah biasanya bersifat virilokal. Sistem kegotongroyongan disebut basiru. Pelapisan sosial suku bangsa Sasak didasarkan pada keturunan darah yang berasal dari pancar (garis keturunan) laki-laki.

Seseorang bisa disebut bangsawan apabila ayahnya merupakan keturunan golongan bangsawan. Tingkat kebangsawanan (wangsa) itu sendiri terdiri atas tiga tingkatan, yaitu Pewangsa Raden (tingkat paling tinggi), Triwangsa (tingkat bangsawan menengah), dan Jajar Karang (tingkat bangsawan terendah). Ada tiga lapisan sosial dalam masyarakat Sumbawa. Golongan pertama adalah golongan bangsawan yang bergelar datu atau dea, golongan merdeka disebut tan sanak, dan golongan hamba sahaya disebut lindin.

Golongan bangsawan muda diberi gelar daeng, tetapi kalau sudah memiliki anak nama suku di nusa tenggara barat datu. Anak hasil perkawinan seorang datu dengan seorang rakyat dipanggil Ialu bagi seorang laki-laki dan Iala bagi seorang perempuan. Suku Bima berdiam di Kabupaten Bima yang terletak di Pulau Sumbawa.

nama suku di nusa tenggara barat

Sebagian lagi berdiam di Kabupaten Dompu dan di Pulau Sangiang. Masyarakat suku Bima rata-rata bercocok tanam di sawah dan di ladang berpindah (ngaho). Sebagian lagi hidup dari meramu hasil hutan (ngupalade’de) dan menangkap ikan.

Keluarga inti tinggal bersama dengan keluarga batihnya dalam uma panggung. Sistem kekerabatannya adalah patrilineal. Golongan bangsawan Bima adalah keturunan raja-raja dan pemimpin adat zaman dahulu.

Mereka bergelar Datu. Golongan bangsawan yang masih bujang IaIu, kalau sudah kawin dipanggil ruma. Golongan bangsawan perempuan yang masih gadis disebut Iala dan apabila sudah kawin disebut dae. Baca juga: Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya Rumah Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap, Gambar dan Penjelasannya Upacara Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap Penjelasanny
• Acèh • العربية • Asturianu • تۆرکجه • Basa Bali • Bikol Central • Български • Català • Mìng-dĕ̤ng-ngṳ̄ • Cebuano • Čeština • Cymraeg • Deutsch • English • Esperanto • Español • Euskara • فارسی • Suomi • Français • Bahasa Hulontalo • 客家語/Hak-kâ-ngî • हिन्दी • Ilokano • Italiano • 日本語 • Jawa • ქართული • 한국어 • Lietuvių • Basa Banyumasan • Minangkabau • മലയാളം • मराठी • Bahasa Melayu • Nederlands • Norsk nynorsk • Norsk bokmål • Polski • پنجابی • Português • Русский • Scots • Srpskohrvatski / српскохрватски • Simple English • Shqip • Српски / srpski • Sunda • Svenska • ไทย • Türkçe • Українська • اردو • Tiếng Việt • Winaray • 吴语 • 中文 • Bân-lâm-gú • 粵語 Peta Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat (disingkat NTB) ialah sebuah provinsi di Indonesia yang berada di bagian Barat Kepulauan Nusa Tenggara.

Ibu kota provinsi ini berada di kota Mataram. Nusa Tenggara Barat memiliki 8 Kabupaten dan 2 Kota, termasuk kota Mataram. Pada tahun 2020, penduduk Nusa Tenggara Barat berjumlah 5.320.092 jiwa, dengan kepadatan 264 jiwa/km 2. [1] Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah ini termasuk dalam wilayah Provinsi Sunda Kecil [6] [7] yang beribu kota di Singaraja. Kemudian, wilayah Provinsi Sunda Kecil dibagi menjadi 3 provinsi: Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Sebagian besar dari penduduk pulau Lombok berasal dari suku Sasak, sementara suku Bima (suku Mbojo) dan suku Sumbawa merupakan kelompok etnis terbanyak di pulau Sumbawa. Daftar isi • 1 Geografis • 1.1 Batas wilayah • 1.2 Iklim • 2 Sejarah • 2.1 Masuknya Islam • 2.2 Masuknya Kolonialisme • 3 Demografi • 3.1 Suku • 3.2 Bahasa • 3.2.1 Bahasa Sasak • 3.2.2 Bahasa Sumbawa • 3.2.3 Bahasa Bima • 3.2.4 Bahasa Bali • 4 Pemerintahan • 4.1 Daftar gubernur • 4.2 Dewan Perwakilan • 4.3 Daftar Kabupaten/Kota • 5 Transportasi • 6 Pariwisata • 7 Olahraga • 8 Referensi • 9 Pranala luar Geografis [ sunting - sunting sumber ] Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas wilayah 20.153,15 km2.

Terletak antara 115° 46' - 119° 5' Bujur Timur dan 8° 10' - 9 °g 5' Lintang Selatan. Selong merupakan kota yang mempunyai ketinggian paling tinggi, yaitu 148 m dari permukaan laut, sementara Raba terendah dengan 13 m dari permukaan laut. Dari tujuh gunung yang ada di Pulau Lombok, Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi nama suku di nusa tenggara barat ketinggian 3.775 m, sedangkan Gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di Sumbawa dengan ketinggian 2.851 m.

Sungai-sungai di Nusa Tenggara Barat dikelompokkan ke dalam dua wilayah sungai, yaitu Wilayah Sungai (WS) yaitu WS Lombok dan WS Sumbawa. [8] WS Lombok terdiri atas 197 DAS dan WS Sumbawa 555 DAS. [9] Batas wilayah [ sunting - sunting sumber ] Utara Laut Jawa dan Laut Flores Timur Selat Sape dan Provinsi Nusa Tenggara Timur Selatan Samudra Hindia Barat Selat Lombok dan Provinsi Bali Iklim [ sunting - sunting sumber ] Berdasarkan data statistik dari lembaga meteorologi, temperatur maksimum pada tahun 2001 berkisar antara 30,9° – 32,1 °C, dan temperatur minimum berkisar antara 20,6°- 24,5 °C.

Temperatur tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah ada bulan November. Sebagai daerah tropis, NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, yaitu antara 48 - 95 %. Sejarah [ sunting - sunting sumber ] Keberadaan status provinsi, bagi NTB tidak datang dengan sendirinya. Perjuangan menuntut terbentuknya Provinsi NTB berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama. Provinsi NTB, sebelumnya sempat menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur dalam konsepsi Negara Republik Indonesia Serikat,dan menjadi bagian dari Provinsi Sunda kecil setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia.

Seiring dinamika zaman dan setelah mengalami beberapa kali proses perubahan sistem ketatanegaraan pasca diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, barulah terbentuk Provinsi NTB.

NTB, secara resmi mendapatkan status sebagai provinsi sebagaimana adanya sekarang, sejak tahun 1958, berawal dari ditetapkannya Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 Tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT, dan yang dipercayakan menja di Gubernur pertamanya adalah AR.

Moh. Ruslan Djakraningrat. Walaupun secara yuridis formal Daerah Tingkat I NTB yang meliputi 6 Daerah Tingkat II dibentuk pada tanggal 14 Agustus 1958, namun penyelenggaraan pemerintahan berjalan berdasarkan Undang- undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950, dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Keadaan yang tumpang tindih ini berlangsung hingga tanggal 17 Desember 1958, ketika Pemerintah Daerah Lombok dan Sumbawa dilikuidasi.

Hari likuidasi inilah yang menandai resmi terbentuknya Provinsi NTB. Zaman terus berganti, konsolidasi kekuasaan dan pemerintahan pun terus terjadi. Pada tahun 1968 dalam situasi yang masih belum menggembirakan sebagai akibat berbagai krisis nasional yang membias ke daerah, gubernur pertama AR. Moh. Ruslan Tjakraningrat digantikan oleh HR.Wasita Kusuma. Dengan mulai bergulirnya program pembangunan lima tahun tahap pertama (pelita I) langkah perbaikan ekonomi, sosial, politik mulai terjadi.

Pada tahun 1978, Nama suku di nusa tenggara barat. Wasita Kusuma digantikan H. Gatot Soeherman sebagai Gubernur Provinsi NTB yang ketiga. Dalam masa kepemimpinannya, usaha-usaha pembangunan kian dimantapkan dan Provinsi NTB yang dikenal sebagai daerah minus, berubah menjadi daerah swasembada. Pada tahun 1988 Drs. H. Warsito, SH terpilih memimpin NTB menggantikan H. Gatot Soeherman. Drs.H.Warsito, SH mengendalikan tampuk pemerintahan di Provinsi NTB untuk masa dua periode, sebelum digantikan Drs.

H. Harun Al Rasyid, M.Si pada tanggal 31 Agustus 1998. Drs. H. Harun Al Rasyid M.Si berjuang membangun NTB dengan berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui Program Gema Prima. Tahun 2003 hingga 1 september 2008 Drs. H.

Lalu Serinatadan wakil Gubernur Drs. H.B. Thamrin Rayes memimpin NTB. Pada masa ini berbagai macam upaya dilakukan dalam membangun NTB dan mengejar ketertinggalan diberbagai bidang dan sektor.

Di zaman ini,sejumlah program diluncurkan, seperti Gerbang E-Mas nama suku di nusa tenggara barat Program Emas Bangun Desa. Selain itu, pada masa ini pembangunan Bandara Internasional Lombok di Lombok Tengah mulai terealisasi dan rampung pada pertengahan 2009. Dalam usianya yang ke-52 Provinsi NTB kini dipimpin oleh Gubernur Dr. KH. M. Zainul Majdi dan Wakil Gubernur Ir.

H. Badrul Munir, MM. Pada tahun 2010 ini, kedua pasangan pemimpin menggenapkan dua tahun pemerintahannya di Provinsi NTB untuk mengemban amanah dan harapan masyarakat Nusa Tenggara Barat dalam mencapai kesejahteraan dan pembangunan daerah menuju NTB yang Beriman dan Berdaya Saing.

Masuknya Islam [ sunting - sunting sumber ] Islamic Center Mataram Belakangan, ketika Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri datang mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.

nama suku di nusa tenggara barat

{INSERTKEYS} [ butuh rujukan] "Susuhnii Ratu Giri memerintahkan keyakinan baru disebarkan ke seluruh pelosok. Dilembu Manku Rat dikirim bersama bala tentara ke Banjarmasin, Datu bandan di kirim ke Makasar, Tidore, Seram dan Galeier dan Putra Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok dan Sumbawa. Prapen pertama kali berlayar ke Lombok, di mana dengan kekuatan senjata ia memaksa orang untuk memeluk agama Islam. Setelah menyelesaikan tugasnya, Prapen berlayar ke Sumbawa dan Bima.

Namun selama ketiadaannya, karena kaum perempuan tetap menganut keyakinan Pagan, masyarakat Lombok kembali kepada paham pagan. Setelah kemenangannya di Sumbawa dan Bima, Prapen kembali dan dengan dibantu oleh Raden Sumuliya dan Raden Salut, ia mengatur gerakan dakwah baru yang kali ini mencapai kesuksesan.

Sebagian masyarakat berlari ke gunung-gunung, sebagian lainnya ditaklukkan lalu masuk Islam dan sebagian lainnya hanya ditaklukkan. Prapen meninggalkan Raden Sumuliya dan Raden Salut untuk memelihara agama Islam dan ia sendiri bergerak ke Bali, di mana ia memulai negosiasi (tanpa hasil) dengan Dewa Agung Klungkung." Sementara di Kerajaan Lombok, sebuah kebijakan besar dilakukan Prabu Rangkesari dengan memindahkan pusat kerajaan ke Desa Selaparang atas usul Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda.

Pemindahan ini dilakukan dengan alasan letak Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang musuh dibandingkan posisi sebelumnya. Menurut Fathurrahman Zakaria, dari wilayah pusat kerajaan yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan. Dengan demikian semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui.

Wilayah ini juga memiliki daerah belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi bertingkat-tingkat sampai hutan Lemor yang memiliki sumber air yang melimpah. Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang.

Salah satunya adalah perkembangan kebudayaan yang kemudian banyak melahirkan manusia-manusia sebagai khazanah warisan tradisional masyarakat Lombok hari ini.

Ahli sejarah berkebangsaan Belanda L. C. Van den Berg menyatakan bahwa, berkembangnya Bahasa Kawi sangat memengaruhi terbentuknya alam pikiran agraris dan besarnya peranan kaum intelektual dalam rekayasa sosial politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998) menyebutkan bahwa para intelektual masyarakat Selaparang dan Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi. Bahkan kemudian dapat menciptakan sendiri aksara Sasak yang disebut sebagai jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak.

Lontar-lontar dimaksud, antara lain Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji, Rengganis dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya.

Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim dan sebagainya. Dengan mengkaji lontar-lontar tersebut, menurut Fathurrahman Zakaria (1998) kita akan mengetahui prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam rekayasa sosial politik dan sosial budaya kerajaan dan masyarakatnya. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama lembar 6 lembar menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma dan Warsa.

• Danta artinya gading gajah, apabila dikeluarkan tidak mungkin dimasukkan lagi. • Danti artinya ludah, apabila sudah dilontarkan ke tanah tidak mungkin dijilat lagi. • Kusuma artinya kembang, tidak mungkin kembang itu mekar dua kali. • Warsa artinya hujan, apabila telah jatuh ke bumi tidak mungkin naik kembali menjadi awan. Selain itu, dalam lontar-lontar yang ada diketahui bahwa istilah-istilah dan ungkapan yang syarat dengan ide dan makna telah dipergunakan dalam bidang politik dan hukum, misalnya kata hanut (menggunakan hak dan kewajiban), tapak (stabil), tindih (bertata krama), rit (tertib), jati (utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia) atau terpi (teratur).

Dalam bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma (dermawan), kencak (terampil) atau genem (rajin). [ butuh rujukan] Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali merasa tidak senang.

Gelgel yang merasa sebagai pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi menemui kegagalan. Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai untuk melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan sisi barat Lombok yang subur.

Bahkan disebutkan, Gelgel menempuh strategi baru dengan mengirim Dangkiang Nirartha untuk memasukkan paham baru berupa singkretisme Hindu-Islam. Walau tidak lama di Lombok, tetapi ajaran-ajarannya telah dapat memengaruhi beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama memeluk agama Islam.

Namun niat Kerajaan Gelgel untuk menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena secara internal kerajaan Hindu ini juga mengalami stagnasi dan kelemahan di sana-sini. [ butuh rujukan] Masuknya Kolonialisme [ sunting - sunting sumber ] Bukit Selong, Sembalun, Lombok Timur. Kedatangan VOC Belanda ke Indonesia yang menguasai jalur perdagangan di utara telah menimbulkan kegusaran Gowa, sehingga Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang.

Untuk membendung misi kristenisasi menuju ke barat, maka Gowa juga menduduki Flores Barat dengan membangun Kerajaan Manggarai. [ butuh rujukan] Ekspansi Gowa ini menyebabkan Gelgel yang mulai bangkit tidak senang. Gowa dihadapkan pada posisi dilematis, mereka khawatir Belanda memanfaatkan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui perjanjian Saganing pada tahun 1624 yang isinya antara lain Gelgel tidak akan bekerja sama dengan Belanda dan Gowa akan melepaskan perlindungannya atas Selaparang yang dianggap halaman belakang Gelgel.

Akan tetapi terjadi perubahan sikap sepeninggal Dalem Sagining yang digantikan oleh Dalem Pemayun Anom. Terjadi polarisasi yang semakin jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka menghadapi Belanda.

Sebaliknya Belanda berhasil mendekati Gelgel, sehingga pada tahun 1640, Gowa masuk kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, diangkat sebagai raja muda, semacam gubernur mewakili Gowa, berkedudukan di bagian bara pulau Sumbawa. Akhirnya perang antara Gowa dengan Belanda tidak terelakkan. Gowa melakukan perlawanan keras terutama di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur.

Sejarah mencatat Gowa harus menerima perjanjian Bungaya pada tahun 1667. Bungaya adalah sebuah wilayah yang terletak disekitar pusat kerajaan Gelgel di Klungkung yang menandai eratnya hubungan Gelgel-Belanda. Konon Gelgel berusaha memanfaatkan situasi dengan mengirimkan ekspedisi langsung ke pusat pemerintahan Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut gagal. Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangganya, yaitu Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari arah barat telah muncul pula.

Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) secara bergelombang dan mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini. Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang berdiri pada tahun 1622. Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Belanda yang sewaktu-waktu akan melakukan ekspansi.

Kekuatan dari tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa. Di balik itu memang ada faktor-faktor lain terutama masalah perbatasan antara Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung selesai.

Hal ini menyebabkan adanya saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua kerajaan serumpun ini atau saling lempar tanggung jawab. Dalam kecamuk peperangan dan upaya mengahadapi masalah kekuatan yang baru tumbuh dari arah barat itu, maka secara tiba-tiba saja, tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan, yaitu patih kerajaan sendiri yang bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih pendapat dengan rajanya.

Raden Arya Banjar Getas akhirnya meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di Kerajaan Pejanggik yang dulu (Kerajaan Pejanggik) berada di Daerah Pejanggik yang berada di Kecamatan Jonggat Atas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat.

Semula berdasarkan informasi awal yang diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik. Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan Kerajaan Selaparang karena wilayah tersebut dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, sebab sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672.

Pusat kerajaan hancur dan rata dengan tanah serta raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh. Selaparang jatuh hanya tiga tahun setelah menghadapi Belanda. Empat belas tahun kemudian, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik, maka Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok setelah sebelumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.

Demografi [ sunting - sunting sumber ] Suku [ sunting - sunting sumber ] Seorang penenun suku Sasak. Mayoritas penduduk yang mendiami provinsi Nusa Tenggara Barat adalah suku asli setempat, yakni 93,33% termasuk suku Sasak 67,57% dan Bima, Sumbawa, Dompu serta Lainnya 25,76%. Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Nusa Tenggara Barat: [10] No Suku Jumlah 2010 % 1 Sasak 3.033.631 67,57% 2 Bima, Sumbawa, Dompu dan Lainnya 1.156.493 25,76% 3 Bali 119.407 2,66% 4 Jawa 78.916 1,76% 6 Bugis 19.965 0,45% 7 Asal NTT 11.975 0,27% 8 Tionghoa 7.288 0,16% 9 Lainnya 61.606 1,37% Provinsi Bali 4.489.281 100% Bahasa [ sunting - sunting sumber ] Pejuang atau prajurit suku Sumbawa di pulau Sumbawa ca.

1930 Bahasa Sasak [ sunting - sunting sumber ] Bahasa Sasak banyak digunakan oleh masyarakat yang mendiami Pulau Lombok. Bahasa Sasak memiliki tiga tingkatan yaitu lembut, sedang dan kasar. Terdapat lima dialek Bahasa Sasak salah satunya dialek Pejangi, Selaparang dan Bayan.

[11] Bahasa Sasak memiliki perpaduan antara Bahasa Bali dan Jawa. Dari segi aspek aksara/tulisan Bahasa Sasak memiliki persamaan dengan Bahasa Jawa-Bali, contohnya terdapat persamaan penggunaan aksara Ha, Na, Ca, Ra Ka dan lain-lain.

Tetapi ditinjau dari pelafalan Bahasa Sasak mirip dengan Bali. Sedangkan berdasarkan ethnologue Bahasa Sasak termasuk ke dalam keluarga Bahasa Austronesia, Malayo Polinesia, Nuclear Malayo Polinesia, Sunda-Sulawesi dan Sasak-Bali. [12] Bahasa Sumbawa [ sunting - sunting sumber ] Bahasa Sumbawa atau disebut juga Bahasa Semawa' merupakan bahasa yang tersebar di daerah Sumbawa.

Macam-macam dialeknya adalah dialek Semawa', Taliwang, Barturotok/Batulante, Ropangsuri, Selesek, Lebah, Dado, Jeluar, Tanganam, Geranta dan Jeruek [12] Sebelum mencapai keragamaaan dialek seperti ini, awalnya Bahasa Sumbawa terdiri dari dua bahasa yaitu pradialek Taliwang-Jereweh-Tongo dan dialek Sumbawa besar(Cikal Bakal Bahasa Suren). Namun pada perkembangannya, pradialek Taliwang-Jereweh-Tongo, terpecah menjadi tiga dialek yang berdiri sendiri. [12] Berdasarkan penyebaran penggunaannya dialek Sumbawa dan Baturotok dan dialek lainnya digunakan diwilayah Pegunungan Ropang.

Sedangkan dialek Taliwang, Tongo dan Jaraweh digunakan oleh penduduk di sebelah selatan Lunyuk. Adapun bahasa persatuan antaretnik adalah Bahasa Sumbawa Besar [12] Bahasa Bima [ sunting - sunting sumber ] Bahasa Bima digunakan oleh penduduk yang mendiami wilayah Bima, Dompu dan juga Sangiang. Bahasa Bima hanya memiliki dua tingkatan yaitu halus dan kasar. [13] Adapun macam ragan dialeknya ada tiga yaitu dialek Bima, Donggo dan Sangiang.

[11] Bahasa Bali [ sunting - sunting sumber ] Penggunaan Bahasa Bali di NTB tidak terlepas dari peran histori dan geografi. Secara histori Raja Bali XVII pernah menguasai Lombok Barat, sedangkan secara geografis Provinsi NTB berdekatan dengan Bali.

[11] Pemerintahan [ sunting - sunting sumber ] Daftar gubernur [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Daftar gubernur Nusa Tenggara Barat # Potret Gubernur Mulai menjabat Akhir menjabat Partai Wakil Gubernur Periode Ket. 1 Ruslan Tjakraningrat 14 Agustus 1958 1968 Non Partai 1 [14] 2 H.R. Wasita Kusumah 1968 1973 Militer 2 1973 1978 3 3 Gatot Suherman 1978 1983 Militer 4 [15] 1983 1988 5 4 Warsito 1988 1993 Militer 6 [16] 1993 1998 07 5 Harun Al Rasyid 1998 31 Agustus 2003 Non Partai Syahdan 08 6 Lalu Serinata 31 Agustus 2003 1 September 2008 Partai Golongan Karya Bonyo Thamrin Rayes 9 (2003) 7 Muhammad Zainul Majdi 17 September 2008 17 September 2013 Partai Bulan Bintang Badrul Munir 10 (2008) [17] [18] 17 September 2013 17 September 2018 Partai Demokrat Muhammad Amin 11 ( 2013) 8 Zulkieflimansyah 19 September 2018 Petahana Partai Keadilan Sejahtera Sitti Rohmi Djalilah 12 ( 2018) [19] Artikel utama: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat DPRD NTB beranggotakan 65 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali.

Pimpinan DPRD NTB terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. {/INSERTKEYS}

nama suku di nusa tenggara barat

Anggota DPRD NTB yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 2 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Mataram, Kresna Menon, di Gedung DPRD Provinsi NTB. [20] [21] [22] Komposisi anggota DPRD NTb periode 2019-2024 terdiri dari 12 partai politik dimana Partai Golkar adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 10 kursi, kemudian disusul oleh Partai Gerindra yang nama suku di nusa tenggara barat 9 kursi serta Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Demokrat yang masing-masing meraih 7 kursi.

[23] [24] Selama masa reformasi, jumlah anggota DPRD NTB pada awalnya hanya 45 orang, kemudian bertambah menjadi 55 orang pada Pemilu 2004 dan bertambah lagi menjadi 65 orang pada Pemilu 2014.

DPRD NTB paling sedikit ditempati oleh 10 partai politik dan paling banyak oleh 15 partai politik. Partai Golongan Karya merupakan pemenang bertahan selama masa reformasi sehingga tidak mengherankan jika posisi Ketua DPRD NTB selalu diisi oleh kadernya.

Berikut ini adalah rekapitulasi komposisi anggota DPRD NTB berdasarkan asal partai politik selama masa reformasi. [24] [25] [26] [27] Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode 1999-2004 2004-2009 2009-2014 2014-2019 2019-2024 PPPI (baru) 1 PPRN (baru) 1 PKNU (baru) 1 PBR (baru) 5 2 PKPB (baru) 0 2 Patriot (baru) 1 0 PPNU 1 0 0 PKB 2 3 1 5 6 PDI-P 7 6 5 5 4 Golkar 21 15 nama suku di nusa tenggara barat 11 10 PKS 0 6 6 6 7 PPP 6 6 4 6 7 PAN 2 4 4 5 5 Demokrat 1 3 8 8 7 PBB 2 6 5 3 2 PKPI 1 0 0 0 0 Gerindra (baru) 2 8 9 Hanura (baru) 3 5 1 NasDem (baru) 3 5 Berkarya (baru) 2 Jumlah Anggota 45* 55 55 65 65 Jumlah Partai 10 10 15 11 12 Catatan: *Pada periode 1999-2004, 2 kursi ditempati oleh Fraksi ABRI.

Daftar Kabupaten/Kota [ sunting - sunting sumber ] Transportasi [ sunting - sunting sumber ] Terdapat transportasi udara atau Bandar Udara yaitu: • Bandar Udara Selaparang di Kota Mataram, pulau Lombok; • Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid di Kabupaten Lombok Tengah, • Bandar Udara Sultan Muhammad Salahudin di Kabupaten Bima • Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin III di Kabupaten Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat Pariwisata [ sunting - sunting sumber ] Danau Segara Anak Berikut adalah beberapa tempat wisata yang terdapat di Provinsi NTB: • Pantai Senggigi • Pantai Pink • Gili Trawangan • Taman Narmada • Gunung Rinjani • Pura Batu Bolong • Pantai Kuta Lombok • Pantai Sire • Pantai Sekotong • Batu Layar • Ampenan Kota Tua • Gunung Tambora • Pulau Satonda • Pulau Kenawa Olahraga [ sunting - sunting sumber ] Nusa Tenggara Barat memiliki prasarana olahraga yang cukup memadai diantaranya Stadion Gelora 17 Desember, Mataram yang merupakan markas dari klub sepak bola PS Mataram dan PS Sumbawa Barat yang pernah bermain di Divisi Utama Liga Indonesia musim 2012.

Selain itu Gelora 17 Desember juga merupakan markas dari klub futsal ternama Vamos FC Mataram yang sudah tiga kali berturut-turut meraih gelar juara Liga Futsal Profesional Indonesia, musim 2017, 2018 dan 2019.

Daftar klub sepak bola di Nusa Tenggara Barat • PS Mataram • PS Sumbawa Barat • Loteng Raya FC • Persebi Bima • Persekobi Bima • Perslobar Lombok Barat Nusa Tenggara Barat juga memiliki sirkuit balap berstandar internasional yaitu Sirkuit Internasional Mandalika, yang terletak di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

Referensi [ sunting - sunting sumber ] • ^ a b "Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2021" (pdf). www.ntb.bps.go.id. hlm. 7, 37. Diakses tanggal 11 April 2021. • ^ "Indikator Strategis NTB - BPS". BPS. Diakses tanggal 2019-12-18. • ^ "Persentasi Penduduk Menurut Kabupaten Kota dan Agama yang Dianut di Provinsi NTB". www.ntb.bps.go.id. Diakses tanggal 18 September 2021. • ^ "Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi 2019-2021". www.bps.go.id. Diakses tanggal 26 November 2021.

• ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 26 Januari 2021. Periksa nilai tanggal di: -date= ( bantuan) • ^ "Badak Sunda dan Harimau Sunda". "[.] Mr. Muhamad Yamin yang pada 1950-an ketika menjadi Menteri P.P. dan K. mengganti istilah Kepulauan Sunda Kecil menjadi Kepulauan Nusa Tenggara. Sebab, istilah Kepulauan Sunda Kecil diganti dengan Kepulauan Nusa Tenggara, maka istilah Kepulauan Sunda Besar juga tidak lagi digunakan dalam ilmu bumi dan perpetaan nasional Indonesia – meskipun dalam perpetaan Internasional istilah Greater Sunda Islands dan Lesser Sunda Islands masih tetap digunakan." - Ajip Rosidi: Penulis, budayawan.

Pikiran Rakyat, 21 Agustus 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-08. Diakses tanggal Juli 7, 2015. • ^ "JAN B. AVE; 'INDONESIA', 'INSULINDE' AND 'NUSANTARA': DOTTING THE I'S AND Nama suku di nusa tenggara barat THE T p. 14". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2015-07-10. • ^ Berdasarkan Permen PUPR Nomor 04/PRT/M/2015 Tanggal 18 Maret 2015, tentang Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai, untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat • ^ Daerah Aliran Sungai Pada Wilayah Sungai Lombok Dan Wilayah Sungai Sumbawa Diarsipkan 2017-08-30 di Wayback Machine.

- Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I, Narmada Lombok Barat - NTB - 20 April 2014. • ^ "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (pdf). www.bps.go.id.

nama suku di nusa tenggara barat

hlm. 36–41. Diakses tanggal 17 Oktober 2021. • ^ a b c Hardini, Isriani (2008). Keragaman Bahasa Daerah di Indonesia. Jakarta: Buana Cipta Pustaka. hlm. 34. ISBN 978 602 855 121 2. Parameter -url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan ( bantuan) • ^ a b c d P, Rossalina (2018).

Suku dan Bahasa Provinsi Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. PT Saran Panca Karya Nusa. ISBN 978 979 678 452 3. Parameter -url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan ( bantuan) • ^ Hidayah, Zulyani (2015).

Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 86. Parameter -url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan ( bantuan) • ^ "Salinan arsip" (PDF).

Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-04-08. Diakses tanggal 2019-04-08. • ^ Gatot Suherman: Pak Harto Seorang Guru, Bapak Dan Pemimpin Negara Soeharto.co, Diakses tanggal 1 Juni 2020 • ^ "Mantan Gubernur NTB Dituding Otak Sengketa Lahan".

BeritaSatu. 18 Januari 2012. Diakses tanggal 4 November 2017. • ^ "Mendagri Lantik Zainul Majdi Sebagai Gubernur NTB". Kompas. 18 September 2008. Diakses tanggal 4 November 2017. • ^ DJO (17 September 2008). DJO, ed. "Gubernur dan Wagub NTB Baru Dilantik". Detik News. Diakses tanggal 1 September 2018.

• ^ Tri Y (19 September 2018). "Gubernur & Wakil Gubernur NTB Terpilih Resmi Dilantik Presiden". Dinas KOMINFOTIK NTB. Diakses tanggal 20 September 2018. [ pranala nonaktif permanen] • ^ "Anggota Dewan periode 2019-2024 dilantik hari ini (2/9/2019)". nama suku di nusa tenggara barat. 02-09-2019.

Diakses tanggal 04-12-2019. Periksa nilai tanggal di: -access-date=, -date= ( bantuan) • ^ "Anggota DPRD Provinsi NTB Periode 2019-2024 Resmi Dilantik". kicknews.today. 02-09-2019. Diakses tanggal 04-12-2019. Periksa nilai tanggal di: -access-date=, -date= ( bantuan) [ pranala nonaktif permanen] • ^ "65 Anggota DPRD NTB Periode 2019-2024 Dilantik". insidelombok.id.

02-09-2019. Diakses tanggal 04-12-2019. Periksa nilai tanggal di: -access-date=, -date= ( bantuan) • ^ "Ini Nama-Nama Anggota DPRD NTB yang Baru di Lantik".

mataraminside.com. 02-09-2019. Diakses tanggal 04-12-2019. Periksa nilai tanggal di: -access-date=, -date= ( bantuan) [ pranala nonaktif permanen] • ^ a b "SK KPU Provinsi NTB No. 145/HK.03.1-Kpt/52/Prov/VIII/2019 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPRD Provinsi NTB Tahun 2019" (PDF). kpud-ntbprov.go.id. 11-08-2019. Diakses tanggal 04-12-2019. Periksa nilai tanggal di: -access-date=, -date= ( bantuan) [ pranala nonaktif permanen] • ^ "KPU tetapkan 65 caleg DPRD NTB terpilih".

mataram.antaranews.com. 12-05-2014 .

nama suku di nusa tenggara barat

Diakses tanggal 04-12-2019. Periksa nilai tanggal di: -access-date=, -date= ( bantuan) • ^ "KPU Tetapkan Anggota DPRD NTB Terpilih". jariungu.com. 18-05-2009. Diakses tanggal 06-12-2019. Periksa nilai tanggal di: -access-date=, -date= ( bantuan) • ^ "Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2006". ntb.bps.go.id.

20-06-2007. Diakses tanggal 06-12-2019. Periksa nilai tanggal di: -access-date=, -date= ( bantuan) • ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris).

Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-10. Pranala luar [ sunting - sunting sumber ] • (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi Diarsipkan 2008-03-28 di Wayback Machine. • (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Nusa Tenggara Barat • (Indonesia) Festival Kopi NTB • (Indonesia) Budaya dan Sejarah Nusa Tenggara Barat • (Indonesia) Profil Demografi NTB • (Indonesia) Profil Ekonomi NTB • (Indonesia) Profil Wisata NTB • (Indonesia) Ekonomi Regional NTB • (Indonesia) Statistik Regional NTB Kategori tersembunyi: • Halaman dengan argumen formatnum non-numerik • Galat CS1: tanggal • Templat webarchive tautan wayback • Halaman dengan rujukan yang menggunakan parameter yang tidak didukung • Artikel dengan pranala luar nonaktif • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen • CS1 sumber berbahasa Inggris (en) • Koordinat di Wikidata • Pages using infobox settlement with no coordinates • Artikel dengan pernyataan nama suku di nusa tenggara barat tidak disertai rujukan • Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan April 2022 • Halaman dengan berkas rusak • Artikel Wikipedia dengan penanda GND • Artikel Wikipedia dengan penanda NKC • Artikel Wikipedia dengan penanda MusicBrainz area • Halaman dengan peta • Halaman ini terakhir diubah pada 20 April 2022, pukul 08.25.

• Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • •
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia, ibukotanya terletak di Mataram.

Selain itu, provinsi ini memiliki 10 Kabupaten dan 2 Kota, dan jumlah penduduknya pada tahun 2019 berjumlah sekitar 5.070.385 jiwa. Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, wilayah ini masuk dalam wilayah Provinsi Sunda Kecil, yang ibukotanya saat itu berada di Singaraja. Setelah itu, wilayah Provinsi Sunda Kecil terbagi menjadi 3 provinsi, yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Barat dan Suku Aslinya, Photo By sumber ig @lombokpusaka Adapun suku-suku terbesar yang terdapat di Nusa Tenggara Barat saat ini, terdiri dari Suku Dompu, Donggo, Bima, Sasak, dan Sumbawa.

Ulasan dari semua suku tersebut, akan kita ulas berikut ini. Baca Juga: • Mengenal 6 Suku Yang Ada Di Nusa Tenggara Timur • Inilah nama suku di nusa tenggara barat Suku Di Maluku dan Maluku Utara yang Terkenal 1. Suku Dompu NTB Suku Dompu – foto travelkompas.com Suku ini terdapat di Pulau Sumbawa, dan masuk dalam wilayah Kabupaten Dompu.Wilayahnya tersebar dalam 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Hu’u, Dompu, Kempo, dan Kilo. Kabupaten Dompu sendiri merupakan kombinasi antara daerah perbukitan, dan daerah vulkanik.

Uniknya, selama ini Suku Dompu hidup berdampingan dengan orang Donggo, Bima, Sasak, Melayu, Bugis, China, Arab, Bali, dan Timor. Sedangkan bahasa yang mereka pakai adalah Nggahi Mbojo. Dalam memenuhi kehidupannya, Suku Dompu menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan, beternak, berdagang, dan juga sebagai pegawai. 2. Suku Donggo NTB Suku Donggo Suku yang berdomisili di kecamatan Donggo Kabupaten Bima ini, bernama Suku Donggo, yang memiliki populasi sekitar lebih dari 20.000 orang.

Istilah “Donggo” atau lengkapnya “dou donggo” memiliki arti “orang gunung”. Suku Donggo sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yang perbedaanya dibagi berdasarkan daerahnya, yaitu Suku Donggo Ipa dan Suku Donggo Ela.

Wilayah Donggo Ipa terletak di sebelah timur Teluk Bima, sedangkan Donggo Ela berada di sebelah barat Teluk Bima. Perkampungan Suku Donggo sendiri, terletak di wilayah pinggir sungai, yang juga merupakan penduduk pertama yang menghuni wilayah Bima. Suku ini juga memiliki bahasa dan adat istiadat yang berbeda dengan Suku Bima, namun memiliki kesamaan dengan masyarakat Lombok Utara. 3. Suku Bima NTB Suku Bima NTB – Tradisi Adu Kepala, Foto By Fairuzzabadi Beberapa dari Suku Bima mendiami daerah di Kabupaten Bima, sedangkan sebagian lainnya berdiam di Kabupaten Dompu dan di Pulau Sangiang, di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Jumlah dari total seluruh populasinya adalah sekitar 400.000 jiwa. Bahasa daerah dari Suku Bima ini, terdiri dari beberapa dialek, yaitu Bahasa Bima, Bima Donggo, dan Sangiang. Sedangkan mata pencaharian utama dari Suku Bima adalah bercocok tanam sebagai petani, meramu hasil hutan, dan juga sebagai nelayan. 4. Suku Sasak NTB suku sasak Kediaman dari Suku sasak ini berada di Pulau Lombok, yang jumlah populasinya adalah sekitar 1,8 juta jiwa.

Bahasa Sasak memiliki beberapa dialek yang terdiri dialek Sasak Pejanggi, Sasak Selaparang, Sasak Bayan, Sasak Tanjong,dan Sasak Pujut. Namun selain itu, terdapat juga tiga dialek lainnya, yaitu Sasak Sembalun, Sasak Tebango, dan Sasak Pengantap. Bahasa Sasak juga mengenal beberapa tingkatan bahasa, yaitu bahasa halus dalem, halus biasa, dan kasar, atau bahasa pasar.

5. Suku Sumbawa Nama suku di nusa tenggara barat Suku Sumbawa NTB, Photo By Kongres kebudayaan indonesia Masyarakat Suku Sumbawa banyak berdomisili di Kabupaten Sumbawa di Pulau Sumbawa, yang populasinya sendiri berjumlah sekitar 190.000 jiwa.

Mereka menggunakan bahasa daerah Semawa yang memiliki atas beberapa dialek. Adapun dialek dari bahasa daerah tersebut, terdiri dari dialek Semawa, Semawa Taliwang, dan Semawa Baturotok atau Batulante. Namun selain itu, terdapat juga dialek lainnya, yaitu Ropang Suri, Selesek, Lebah, Dodo, Jeluar, Tanganam, Geranta dan Jeruweh.

Baca Juga: • Inilah Tugu Perdamaian Suku Dayak – Madura yang ada di Sampit • 10 Suku di kalimantan yang Terkenal Keanekaragaman suku-suku daerah yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya, merupakan kekayaan budaya dari daerah tersebut.

Keunikannya bukan hanya terlihat dari cara hidup dan budaya mereka, namun juga terlihat dari bahasa daerah setiap suku yang berbeda Perbedaan tersebutlah yang membuat banyak orang tertarik, ingin mengetahui lebih dalam tentang suku-suku daerah yang sudah ada sejak dulu. Jika Sobat semua tertarik untuk berlibur ke Nusa Tenggara Barat, tidak ada salahnya untuk berkenalan dengan suku-suku yang unik ini. Selamat berlibur! Artikel Lainnya • Jadwal Kapal Pelni Labobar Bulan Mei 2022 Dan Harga Tiketnya • Jadwal Kapal Pelni Dorolonda Bulan Mei 2022 Dan Harga Tiketnya • Jadwal Kapal Pelni KM Lambelu Bulan Mei 2022 Dan Harga Tiketnya • Jadwal Kapal Pelni KM AWU Bulan Nama suku di nusa tenggara barat 2022 Dan Harga Tiketnya • Jadwal Kapal Pelni KM Tilongkabila Bulan Mei 2022 Dan Harga TiketnyaKenapa dalam bahasan ini suku di dua pulau tersebut digabungkan?

Pertanyaan ini menarik untuk dijawab. Jawaban paling mendasar secara geografis keduanya berdekatan. Pada awal kemerdekaan Indonesia, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam provinsi Sunda Kecil yang ibu kotanya adalah Singaraja. Suku-suku di Pulau Bali dan Nusa Tenggara Suku Bali adalah suku yang paling besar di pulau Bali. Bisa dikatakan masyarakat yang tinggal di pulau Bali umumnya adalah suku ini.

Karya seni sangat melekat dengan Suku Bali. Ada beberapa panggilan yang disematkan untuk Suku Bali, diantaranya Anak Bali, Wong Bali dan Krama Bali. Mayoritas suku ini beragama Hindu.

Selain itu, suku Bali juga memiliki sub-suku, dimana penduduknya merupakan asli dari pulau Bali. Yaitu suku Bali Aga dan suku Bali Majapahit. Suku Bali Aga memiliki arti Bali pegunungan, karena beredaan suku tersebut di desa Trunyan. Sedangkang Suku Bali Majapahit adalah orang dari kerajaan Majapahit yang memilih tinggal di pulau Bali. moslemlifestyle.com Suku Loloan adalah komunitas yang tinggal di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Penduduknya menyebar di beberapa desa seperti Pengembangan, Candi Kusuma, Tuwed dan lainnya.

Mayoritas suku Loloan beragama Islam dan terbilang taat. Suku ini dikenal juga sebagai suku Melayu Bali atau Melayu Loloan. Mereka hidup di lingkungan yang mayoritas beragama Hindu. Dalam urusan budaya, suku Loloan juga memiliki ciri khas yang menjadi pembeda dengan suku lain.

Misalnya memiliki rumah adat bernama rumah Panggung. Selain itu suku Loloan juga mengenakan Awik, sebuah kain kecil sebagai penutup kepada dan badan. Ini sudah menjadi tradisi yang ada di Komunitas Guyub Melayu Bugis Loloan. 3. Suku Nyama Selam dakwahmuslimbali.com Nyama Selam adalah sebuat bagi masyarakat muslim yang telah mencampurkan budaya Bali dalam keseharian mereka.

Arti nama Nyama adalah saudara, dan Selam berarti Islam. Kelompok ini menempati wilayah Pagayaman, Kecamatan Sukssada, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Desa ini masih termasuk daerah terpencil. Pencampuran kebudayaan tersebut bisa dilhat dari penggunaan nama. Masyarakat Nyama Selam menggunakan nama seperti Nyoman dan Ketut namun dipadukan dengan nuansa Islam. 4. Suku Sasak goodnewsfromindonesia.id Suku Sasak adalah suku yang mendiami pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Kata Sasak sendiri berasal dari kata Sak Sak yang memiliki arti Satu Satu. Mayoritas Suku Sasak memeluk agama Islam yang pada mulanya mereka menyembah roh, kemudian menganut agama Hindu dan selanjutnya memeluk agama Islam. Masyarakat dari suku ini terkenal dengan keahlian menenun, yang dalam bahasa Lombok biasa disebut Sesek (Sesak). Menariknya, wanita disana boleh nama suku di nusa tenggara barat jika bisa menenun.

Selain itu ada budaya Suku Sasak yang unik dalam pernikahan yaitu merarik. Saat akan menikah, nama suku di nusa tenggara barat mempelai perempuan harus dilarikan ke keluarga laki-laki Kumpulan artikel menarik lainnya!

• Suku-suku di Pulau Jawa • Suku-suku di Pulau Kalimantan • Mengenal Suku di Sulawesi 5. Suku Donggo visionerbima.com Suku Donggo adalah suku yang tinggal di sebagian wilayah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Suku Donggo menggunakan bahasa yang bernama Mbojo. Mayoritas suku ini memeluk agama Islam, dan sebagiannya lagi menganut agama Kristen. Terdapat juga masyarakat yang masih mempercayai hal ghaib seperti Dewa Langit, Dewa Air dan Dewa Angin. Umumnya masyarakat suku ini berprofesi sebagai petani yang bercocok tanam di ladang dengan sistem tebas bakar (Ngoho). Selain itu, mereka juga berburu yang dilakukan seminggu atau sebulan sekali.

6. Suku Dompu gotripina.com Saat menjawab pertanyaan atau perintah “Sebutkan suku bangsa yang ada di Nusa Tenggara”, salah satu yang mudah diingat adalah suku Dompu. Dan tentu saja jawaban ini benar. Suku Dompu adalah suku yang tinggal di pulau Sumbawa tepatnya nama suku di nusa tenggara barat wilayah kabupated Dompu, Nusa Tenggara Barat. Persebarannya ada di 4 kecamatan. Kecamatan tersebut meliputi, Kecamatan Huu, Dompu, Kempo dan Kilo. Sebagian besar masyarakat ini berprofesi sebagai petani, menanam tanaman pangan, berkebun dan nelayan.

Seiring berjalannya waktu, tidak sedikit juga mereka bekerja sebagai pegawai, pedagang dan beternak. Sedangkan agama mayoritas adalah Islam, lainnya Katolik, Kristen, Hindu dan Buddha. 7. Suku Sumbawa berbol.co.id Suku Sumbawa atau yang biasa dikenal dengan nama Samawa ini tinggal di wilayah Barat dan Tengah di pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Semawa dengan beberapa dialeknya. Yang paling terkenal adalah dialek Semawa, Taliwang, Baturotok, Batulante dan nama suku di nusa tenggara barat. Masyarakat Suku Sumbawa mayoritas menganut agama Islam. Terdapat juga sebagian yang masih percaya bahwa penyakit ada karena makhluk halus dan harus diobate oleh sandro atau tabib.

Sedangkan untuk mata pencaharian yang dilakukan umumnya bercocok tanam di ladang, sawah, berburu, menangkap ikan dan meramu hasil hutan. 8. Suku Bima lontar.id Suku Bima atau yang dikenal dengan sebutan Duo Mbojo ini tinggal di dataran rendah wilayah Kabupaten Bima, Sangiang dan Donggo yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Bahasa yang digunakan suku ini bernama Melayu Polynesia dengan dialeknya yang bernama Bima, Bima Donggo dan Sangiang. Mayoritas suku Bima beragama Islam. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, suku Bima banyak berprofesi sebagai petani bahkan daerah ini pernah menjadi segitiga emas pertanian bersama Makassar dan Ternate pada masa kesultanan. 9. Suku Alor jawa.be Suku Alor adalah suku bangsa Indonesia yang tinggal di daratan pulau Alor, Pantar dan beberapa pulau kecil lainnya.

Sekarang daerah ini masuk ke dalam wilayah pulau Nusa Tenggara Timur. Ada beberapa ciri fisik yang mudah dikenali dari suku Alor. Mereka memiliki tubuh yang relatif pendek, memiliki bahu lebar, berkulit hitam dan rambut keriting. Untuk bahasa suku Alor yang digunakan sangatlah beragam.

Karena memiliki banyak bahasa dan dialek seperti Deing, Belagar, Danebang, Mauta, Lemma, Abui, Alor, Kabola dan masih banyak lagi. Mayoritas suku ini memeluk agama Islam, Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Ada sebagian kecil juga yang masih menganut kepercayaan animisme. 10. Suku Manggarai pandarnews.com Daftar suku-suku di pulau Bali dan Nusa Tenggara berikutnya adalah Suku Manggarai.

Suku ini tinggal di bagian Barat pulau Flores yang ada di Nusa Tenggara Timur. Persebarannya ada di beberapa kabupaten yang meliputi Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur dan Manggarai. Suku ini juga memiliki sub-suku atau suku kecil dan klan.

Sebagian besar penduduk Suku Manggarai memeluk agama besar, di Kedaulatan Timur agama Katolik, Utara, Barat dan Selatan beragama Islam. Suku Manggarai juga dikenal dengan ritualnya yang bernama Penti Manggarai, Barong Lodok, Barong Wae dan beberapa nama lainnya. Setelah membaca uraian tentang suku-suku di pulau Bali dan Nusa Tenggara ini, kita semakin mengetahui akan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.

Selain sumber daya alam yang melimpah ruah, keberagaman budaya yang ada di Indonesia tidak kalah banyaknya. Meskipun berbeda, semuanya bisa berbaur dengan baik. Referensi • Melalatoa, Muhammad Junus (1995). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia: Jilid L-Z.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan • Tim Sosiologi (2007). Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudisthira • Rachmat (2009). Ringkasan Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Grasindo • Komandoko, Gaman (2010). Esiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama • Wikipedia.org. Suku Bali. Diakses pada 01 Januari 2020, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bali Post navigation
• Halaman ini terakhir diubah pada 4 Februari 2022, pukul 06.53.

• Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • •
Suku Bayan merupakan suku masyarakat yang berada di Kabupaten Lombok Utara.

Daerah wisata suku Bayan paling terkenal ialah Air Terjun Gile (Batu Ko' atau Batu Kerbau). Menurut cerita rakyat setempat, dulu Sendang Gile adalah tempat bidadari mandi jika sedang turun ke bumi. Pada zaman dahulu Bayan dipimpin oleh seorang Raja atau disebut Datu Bayan yang bergelar Susuhunan Ratu Mas Bayan Agung, silsilah menyebutkan bahwa Raja Bayan bersaudara dengan tidak kurang dari 18 orang dari hasil perkawinannya dengan beberapa istri dan selir, saudara-saudara Raja Bayan kemudian menyebar dan beranak pinak ke seluruh pulau Lombok.

Sejarah mencatat dari hasil perkawinan Raja Bayan dengan istri pertamanya mempunyai dua orang putra bergelar Pangeran Mas mutering jagad dan Pangeran Mas mutering langit kedua pangeran inilah yang kemudian meneruskan memerintah dan berkuasa di Bayan.

Suku ini berdiam di pulau Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam wilayah kabupaten Dompu dan tersebar dalam 4 kecamatan: Huu, Dompu, Kempo, dan Kilo. Kabupaten Dompu merupakan daerah berbukit-bukit dan daerah vulkanik.

Suku Dompu hidup berdampingan dengan orang Donggo, Bima, Sasak, Melayu, Bugis, China, Arab, Bali, dan Timor. Bahasa mereka disebut Nggahi Mbojo. Mereka hidup dari pertanian, perkebunan, perikanan, beternak, berdagang, dan pegawai.

Suku Donggo (Dou Donggo) merupakan suku yang mendiami kecamatan Donggo kabupaten Bima provinsi Nusa Tenggara Barat. Populasi suku Donggo diperkirakan lebih dari 20.000 orang. Istilah "donggo" atau lengkapnya "dou donggo" berarti "orang gunung". Suku Donggo sendiri terbagi dari 2 kelompok, yang dibedakan berdasarkan daerahnya, yaitu Donggo Ipa dan Donggo Ela.

Daerah Donggo Ipa terletak di sebelah timur teluk Bima, sedangkan suku Donggo Ela terletak di sebelah barat teluk Bima. Perkampungan suku Donggo berada di pinggir jalan atau sungai.

Suku Donggo ini merupakan penduduk pertama yang menghuni daerah Bima. Menurut peneliti bahwa suku Donggo ini memiliki bahasa dan adat istiadat yang berbeda dengan suku Bima (Dou Mbojo).

Suku Donggo memiliki kesamaan dengan masyarakat daerah di Lombok bagian utara. Orang Bima berdiam di Kabupaten Bima yang terletak di Pulau Sumbawa, sebagian lagi berdiam di Kabupaten Dompu dan di Pulau Sangiang, di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah populasinya sekitar 400.000 jiwa.

nama suku di nusa tenggara barat

Bahasa Bima terdiri atas beberapa dialek, yaitu Bima, Bima Donggo, dan Sangiang. Dalam kehidupan sehari-hari digunakan bahasa halus dan kasar.Mata Pencaharian utama masyarakat Bima adalah bercocok tanam di sawah dan perladangan berpindah (ngoho). Sebagian lagi hidup dari meramu hasil hutan (ngupalade'de) dan menangkap ikan.

Orang Sasak mendiami Pulau Lombok di deretan pulau-pulau Nusa Tenggara (Sunda Kecil). Jumlah populasinya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahasa Sasak terdiri atas beberapa dialek, yaitu dialek Sasak Pejanggi, Sasak Selaparang, Sasak Bayan, Sasak Tanjong, Sasak Pujut, Sasak Sembalun, Sasak Tebango, dan Sasak Pengantap. Bahasa Sasak juga mengenal tingkatan bahasa, yaitu halus dalem, halus biasa, dan kasar (bahasa pasar). Orang Sumbawa nama suku di nusa tenggara barat Semawa mendiami Kabupaten Sumbawa di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Jumlah populasinya sekitar 190.000 jiwa. Mereka menggunakan bahasa Semawa yang terdiri atas beberapa dialek, yaitu dialek Semawa, Semawa Taliwang, Semawa Baturotok atau Batulante, Ropang Suri, Selesek, Lebah, Dodo, Jeluar, Tanganam, Geranta dan Jeruweh.

Dalam kehidupan sehari-hari dikenal bentuk bahasa halus dan bahasa kasar. • suku nusa tenggara timur • bahasa daerah nusa tenggara barat • rumah adat nusa tenggara barat • provinsi nusa tenggara barat • peta nusa tenggara barat lengkap • batas nusa tenggara • ibukota nusa tenggara barat • batas daratan pulau nusa tenggara • suku di kalimantan utara • Kumpulan suku di indonesia • Daftar Lngkap Suku di indonesia • Suku di indonesia Lengkap

nama suku di nusa tenggara barat

Budaya dan Kekhasan Provinsi Nusa Tenggara Barat - Seri Budaya Indonesia




2022 www.videocon.com