Kanker rahim terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Adenokarsinoma Adenokarsinoma atau kanker endometrium terbentuk di lapisan bagian dalam rahim. Kanker endometrium merupakan jenis kanker rahim yang paling sering terjadi, yakni lebih dari 80 persen dari keseluruhan kasus kanker rahim. Sarkoma Sarkoma terbentuk di kelenjar atau jaringan penunjang rahim, seperti otot rahim.
Sarkoma hanya terjadi pada 2–4 persen dari seluruh kejadian kanker rahim. Penyebab kanker rahim belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan bahwa kondisi ini terkait dengan mutasi atau perubahan pada DNA di sel endometrium.
Selain itu, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terserang kanker rahim, yaitu: • Berusia di atas 50 tahun • Sudah melewati masa menopause • Memiliki riwayat sulit hamil atau belum pernah hamil • Pernah menjalani radioterapi pada area panggul • Memiliki lapisan dalam rahim yang terlalu tebal • Mengalami menstruasi terlalu dini atau terlalu lambat • Mengonsumsi tamoxifen, yaitu obat untuk menangani kanker payudara • Menjalani terapi penggantian hormon estrogen • Menderita diabetes, hipertensi, obesitas, atau PCOS • Menderita kanker payudara, kanker usus besar, atau kanker ovarium, atau memiliki keluarga inti yang menderita penyakit tersebut Meski demikian, seseorang yang memiliki satu atau lebih faktor di atas tidak berarti pasti terserang kanker rahim.
Penyebab kanker leher rahim kanker serviks Apa yang dimaksud dengan kanker serviks (kanker leher rahim)? Pengertian dari kanker serviks adalah kanker yang terjadi saat ada sel-sel di leher rahim yang tidak normal, dan berkembang terus tanpa terkendali. Leher rahim alias serviks adalah organ yang berbentuk seperti tabung.
Fungsinya yaitu menghubungkan vagina dengan rahim. Sel-sel abnormal tersebut bisa berkembang dengan cepat sehingga mengakibatkan tumor pada serviks.
Tumor yang ganas nantinya berkembang jadi penyebab kanker serviks. Kanker leher rahim ini adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak terjadi pada wanita di seluruh dunia.
Namun, tes pap smear sebagai salah satu tes untuk diagnosis yang dilakukan secara rutin dapat membantu mengetahui adanya kanker leher rahim sejak dini. Kanker ini sering kali masih bisa disembuhkan jika ditemukan sejak awal. Selain itu, ada beberapa metode untuk mengendalikan risiko kanker leher rahim, yang membuat angka kasus kanker ini menurun. Jenis kanker serviks Ada dua jenis kanker pada leher rahim yang mungkin dialami wanita, di antaranya adalah: • Squamous cell carcinoma, yaitu jenis kanker yang berawal pada dinding bagian luar leher rahim dan mengarah ke vagina.
Ini merupakan jenis kanker pada leher rahim yang paling sering terjadi. • Adenocarcinoma, yaitu kanker yang berawal pada sel glandular, terdapat pada dinding kanal serviks. Seberapa umumkah kanker jenis ini? Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang sangat umum ditemui di seluruh penyebab kanker leher rahim. Menurut catatan World Health Organization atau WHO, kanker leher rahim merupakan jenis kanker nomor empat yang paling sering menyerang wanita. Lebih jauh, WHO juga mengamati bahwa angka kejadian dari kanker leher rahim ini lebih besar di negara-negara berkembang daripada negara-negara maju.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan bahkan mencatat bahwa kanker ini menempati peringkat kedua untuk jenis kanker yang paling banyak ditemui setelah kanker payudara. Setiap tahunnya, ada sekitar 40.000 kasus baru kanker serviks yang terdeteksi pada perempuan Indonesia. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapa pun. Namun, semakin bertambah usia, risiko seseorang mengalami kanker leher rahim ini semakin besar.
Kanker leher rahim dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut. Tanda & gejala kanker serviks Pada tahap awal, wanita dengan kanker serviks stadium awal dan pre-kanker tidak akan mengalami gejala. Pasalnya, kanker leher rahim tidak menunjukkan gejala awal penyebab kanker leher rahim tumor terbentuk.
Tumor kemudian bisa mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat. Gejala kanker leher rahim bisa ditandai dengan ciri-ciri berikut ini. • Perdarahan tidak wajar dari vagina, seperti perdarahan padahal tidak haid, menstruasi yang lebih panjang, perdarahan setelah atau saat berhubungan seks, setelah menopause, setelah buang air besar, atau setelah pemeriksaan panggul.
• Siklus menstruasi jadi tidak teratur. • Nyeri pada panggul (di perut bagian bawah). • Nyeri saat berhubungan seks. • Nyeri di pinggang (punggung bawah) atau kaki.
• Badan lemas dan mudah lelah. • Berat badan menurun padahal tidak sedang diet. • Kehilangan nafsu makan. • Keputihan yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah. Ada beberapa kondisi lainnya, seperti infeksi, yang dapat menyebabkan berbagai ciri-ciri kanker serviks tersebut. Namun, apa pun penyebabnya, Anda tetap harus mengunjungi dokter untuk memeriksakannya. Mengabaikan kemungkinan gejala kanker serviks hanya akan membuat kondisi memburuk dan kehilangan kesempatan perawatan yang efektif.
Lebih baik lagi, penyebab kanker leher rahim menunggu hingga gejala kanker leher rahim muncul. Cara terbaik untuk merawat kesehatan alat reproduksi Anda adalah dengan melakukan tes pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin ke dokter kandungan. Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala kanker leher rahim yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Kapan harus periksa ke dokter?
Jika Anda menunjukkan beberapa tanda atau gejala kanker serviks di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda.
Gejala pada satu orang belum tentu sama dengan yang lainnya. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda dan memeriksakan diri setiap muncul ciri-ciri kanker pada leher rahim ini. Akan tetapi, sebenarnya semua wanita (terutama yang sudah menikah atau aktif secara seksual) harus ke dokter untuk memeriksakan diri dan mendapatkan vaksin HPV.
Tidak perlu menunggu sampai muncul ciri-ciri dari kanker ini baru mencari bantuan medis. Wanita yang berusia di atas 40 tahun juga sangat disarankan untuk periksa ke dokter dan melakukan tes pap smear secara rutin. Pasalnya, semakin bertambah usia, Anda makin rentan terhadap salah satu penyakit kanker pada leher rahim. Sedangkan Anda mungkin saja tidak merasakan berbagai gejala yang sudah mulai menyerang. Penyebab kanker serviks Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh Human papillomavirus atau disingkat HPV.
Ada lebih dari seratus jenis HPV, tapi sejauh ini hanya ada kira-kira 13 jenis HPV yang bisa jadi penyebab kanker ini. Virus penyebab kanker leher rahim sering ditularkan melalui hubungan seksual. Di dalam tubuh wanita, virus penyebab kanker leher rahim ini menghasilkan dua jenis protein, yaitu E6 dan E7. Kedua protein ini berbahaya karena bisa menonaktifkan gen-gen tertentu dalam tubuh wanita yang berperan dalam menghentikan perkembangan tumor.
Kedua protein ini juga memicu pertumbuhan sel-sel dinding rahim secara agresif. Pertumbuhan sel yang tidak wajar ini akhirnya menyebabkan perubahan gen (disebut juga sebagai mutasi gen).
Mutasi gen inilah yang lantas menjadi penyebab kanker serviks berkembang dalam tubuh. Virus yang paling banyak menyebabkan kanker serviks Beberapa jenis HPV tidak menyebabkan gejala sama sekali. Namun, sebagian jenis infeksi HPV lainnya bisa menyebabkan kutil pada kelamin, dan beberapa bisa jadi penyebab kanker ini. Hanya dokter yang bisa mendiagnosis dan memastikan seberapa bahaya jenis HPV yang Anda alami. Dua turunan dari virus HPV (HPV 16 dan HPV 18) diketahui berperan dalam 70% dari kasus kanker serviks.
Jenis infeksi HPV ini tidak menyebabkan gejala apa pun, sehingga banyak wanita tidak menyadari mereka memiliki infeksi. Faktanya, kebanyakan wanita dewasa sebenarnya pernah menjadi “tuan rumah†HPV pada saat tertentu dalam hidup mereka.
HPV dapat ditemukan melalui tes pap smear. Inilah sebabnya tes pap smear sangat penting untuk mencegah kanker serviks. Tes pap smear mampu mendeteksi perbedaan pada sel serviks sebelum berubah menjadi kanker.
Jika Anda menangani perubahan sel tersebut, Anda dapat melindungi diri dari kanker ini. Faktor risiko kanker serviks Sejauh ini HPV memang diketahui jadi penyebab kanker serviks yang utama. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang Anda mengalami kanker ini, meski Anda tidak punya riwayat infeksi HPV sekalipun. Simak berbagai faktor risiko penyebab kanker serviks berikut ini : • Usia yang semakin bertambah Perempuan di bawah usia lima belas tahun memiliki risiko paling rendah terhadap kanker ini.
Sedangkan risiko semakin meningkat pada wanita berusia di atas 40 tahun. • Faktor keturunan Apabila dalam keluarga Anda, misalnya nenek, ibu, atau sepupu wanita yang pernah kena kanker serviks, Anda pun jadi dua hingga kali lebih rentan mengalami kanker ini dibandingkan orang yang tidak punya faktor keturunan kanker. Masalahnya, mutasi gen yang jadi penyebab kanker ini bisa diturunkan ke generasi selanjutnya. • Aktivitas seksual dengan banyak pasangan Melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan dapat meningkatkan risiko terkena HPV 16 dan 18.
Begitu juga dengan perilaku seksual berisiko, seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks ( sex toys ) yang sama dengan orang lain. Selain itu, melakukan hubungan seksual pada usia yang masih terlalu dini juga dapat meningkatkan risiko terjangkit HPV.
Wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV juga lebih rentan terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab kanker ini. • Kebiasaan merokok Tembakau mengandung banyak zat kimia yang tidak baik untuk tubuh.
Wanita yang merokok memiliki risiko hingga dua kali lebih besar dibanding wanita non-perokok dalam terkena kanker serviks. • Kurangnya konsumsi buah dan sayur Wanita yang memiliki pola makan kurang sehat, misalnya jarang makan buah dan sayur, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terhadap kanker ini.
• Kelebihan berat badan atau obesitas Wanita dengan kelebihan berat badan lebih mudah memiliki adenocarcinoma pada serviks. • Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa minum kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari sekitar lima tahun, dapat meningkatkan risiko kanker ini.
Kalau Anda sudah lama minum pil KB untuk mencegah kehamilan, segera pertimbangkan untuk memilih kontrasepsi lain dan bicarakan dengan dokter kandungan Anda. • Sudah beberapa kali hamil dan melahirkan Wanita yang pernah mengalami kehamilan hingga melahirkan (tidak keguguran) tiga kali atau lebih memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker serviks. • Hamil atau melahirkan di usia sangat muda Sangat muda berarti berusia di bawah 17 tahun saat kehamilan hingga melahirkan pertama kalinya. Wanita yang berusia lebih muda dari 17 tahun saat hamil pertama (tidak keguguran) dua kali lebih rentan terkena kanker serviks.
• Terkena infeksi klamidia Beberapa penelitian menunjukkan risiko yang lebih tinggi dari kanker serviks pada wanita dengan hasil tes darah yang menunjukkan pernah atau penyebab kanker leher rahim memiliki infeksi salah satu penyakit menular seksual, yaitu klamidia.
• Pengobatan yang menurunkan sistem imun atau imunosupresi Pengobatan atau kondisi yang mempengaruhi sistem imun, seperti human immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS, bisa meningkatkan risiko terkena infeksi HPV dan jadi penyebab kanker leher rahim. • Penggunaan obat diethylstilbestrol (DES) DES adalah obat hormonal yang diberikan pada wanita untuk mencegah keguguran.
Ibu yang menggunakan obat ini saat kehamilan memiliki risiko lebih besar terhadap kanker serviks. Anak perempuan yang dilahirkan juga memiliki risiko yang lebih besar. Obat ini sudah tidak diresepkan lagi untuk ibu hamil sejak tahun 1980-an. Akan tetapi, buat Anda yang pernah hamil atau dilahirkan sebelum 1980 masih berisiko mengalami kanker. • Kesulitan akses kesehatan yang memadai Meskipun keadaan ekonomi seseorang tidak serta-merta jadi penyebab kanker serviks, namun hal ini sangat mungkin menghalangi akses wanita terhadap layanan serta pendidikan kesehatan yang memadai, termasuk tes pap smear.
Di samping beberapa faktor risiko yang telah disebutkan, ada beberapa mitos yang dianggap dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Sebagai contoh, sering makan es krim saat menstruasi, terlalu sering melahirkan, dan masih banyak mitos lainnya. Mitos-mitos ini tentu tidak benar, karena tidak berdasar secara medis. Oleh sebab itu, selalu pastikan kembali segala informasi yang Anda dapatkan mengenai faktor risiko atau penyebab kanker serviks. Anda bisa berkonsultasi dengan dokter mengenai hal tersebut.
Dengan begitu, Anda tidak perlu terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu. Obat & diagnosis kanker serviks Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda. Dokter biasanya menggunakan tes pap smear atau pemeriksaan IVA untuk mendiagnosis kanker leher rahim. Dokter dapat melakukan tes lainnya untuk melihat sel kanker atau pre-kanker pada leher rahim jika tes pap smear menunjukkan malfungsi perubahan sel, seperti biopsi serviks.
Dokter dapat merujuk Anda pada ginekolog (dokter spesialis kandungan, yaitu ahli kesehatan sistem reproduksi wanita) jika hasil tes menunjukkan kelainan, atau penyebab kanker leher rahim dokter melihat adanya pertumbuhan dalam serviks atau jika Anda memiliki perdarahan abnormal.
Tes untuk mendeteksi kanker serviks (kanker leher rahim) Ada beberapa tes yang mungkin diperlukan sebagai cara mendeteksi kanker serviks, di antaranya adalah: • Kolposkopi Prosedur kolposkopi dilakukan dengan mikroskop kecil dengan sumber cahaya di ujung digunakan untuk memeriksa leher rahim Anda. • Cone biopsy Prosedur kecil ini dilakukan di bawah obat bius.
Bagian kecil berbentuk kerucut pada serviks akan diangkat untuk diperiksa. Setelah itu, Anda mungkin mengalami perdarahan vagina selama hingga empat minggu setelah prosedur.
Tes untuk mendeteksi stadium kanker leher rahim Apabila dokter yakin Anda memiliki gejala kanker leher rahim, dokter kemudian akan memeriksa seberapa parah kondisi atau tahap stadium kanker leher rahim.
Tesnya dapat meliputi hal-hal di bawah ini. • Memeriksa rahim, vagina, rektum, dan kemih apabila terdapat kanker. Prosedur ini penyebab kanker leher rahim dengan obat bius. • Tes darah penyebab kanker leher rahim memeriksa kondisi sekitar organ, seperti tulang, darah dan ginjal. • Tes imaging (pemindaian), yaitu dengan teknologi Computerised tomography ( CT) scan, Magnetic resonance imaging (MRI) scan, sinar X, dan Positive emission tomography (PET) scan. Tujuan tes ini yaitu untuk mengidentifikasi tumor kanker dan apabila sel kanker telah menyebar (metastasis).
Apa obat kanker serviks yang sering digunakan? Semakin cepat Anda mendeteksi gejala kanker serviks dan penyakitnya, semakin tinggi pula kemungkinkanan mengobati penyakit ini. Cara mengobati kanker serviks terbilang cukup rumit. Namun, rumah sakit akan menyiapkan tim ahli yang ditentukan untuk mengatasi tahap penyebab kanker leher rahim dan tahap lanjut dari kanker leher rahim. Walau idealnya menangani kanker serviks pada tahap awal, biasanya penyakit ini tidak didiagnosis cukup awal.
Umumnya, ada tiga pilihan penanganan utama untuk kanker serviks, yaitu operasi, radioterapi dan kemoterapi.
1. Operasi Tindakan ini akan mengangkat bagian yang terinfeksi kanker. Anda dan tim medis harus bekerja sama untuk hasil yang terbaik.
Radical trachelectomy Prosedur ini mengangkat serviks, jaringan sekitar dan bagian atas vagina diangkat, namun rahim tetap pada tempatnya. Jadi, masih ada kemungkinan Anda masih bisa punya anak.
Itu sebabnya, tindakan bedah ini sering kali menjadi prioritas untuk wanita yang memiliki kanker serviks tahap awal dan masih mau punya anak.
Histerektomi total Histerektomi adalah prosedur yang dilakukan dengan mengangkat serviks dan rahim, tergantung pada stadium kanker. Mungkin juga diperlukan untuk mengangkat indung telur dan tuba falopi. Anda sudah tidak bisa memiliki anak lagi jika Anda melakukan histerektomi total. Pelvic exenteration Operasi besar yang mengangkat serviks, vagina, rahim, kemih, indung telur, tuba falopi, dan rektum. Seperti histerektomi, Anda tidak bisa memiliki anak lagi setelah menjalani pembedahan ini.
2. Radioterapi Pada tahap awal kanker serviks, Anda dapat ditangani penyebab kanker leher rahim radioterapi atau dikombinasikan dengan operasi. Apabila kanker sudah berada pada tahap lanjut, dokter dapat merekomendasi radioterapi dengan kemoterapi untuk mengurangi perdarahan dan rasa sakit pada pasien.
3. Kemoterapi Kemoterapi kanker serviks dapat dilakukan sebagai pengobatan tunggal ataupun digabung dengan radioterapi. Pada kanker tahap lanjut, metode ini sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan kanker. Anda akan membuat janji untuk mendapatkan dosis kemoterapi melalui infus. Anda mungkin akan mengalami menopause dini, penyempitan pada vagina, atau limfedema setelah menjalani perawatan kanker leher rahim. Komplikasi kanker serviks Komplikasi yang dialami oleh penderita kanker leher rahim bisa terjadi akibat pengobatan yang dijalani atau disebabkan oleh kanker yang sudah pada tahapan yang cukup parah.
Beberapa komplikasi kanker serviks yang terjadi sebagai efek samping pengobatan adalah sebagai berikut. • Menopause dini. • Gangguan limfa yang ditandai dengan pembengkakan pada tangan atau kaki. • Dampak emosional. Sementara itu, komplikasi yang terjadi karena kanker serviks yang dialami sudah pada tahapan yang cukup parah adalah: • Gagal ginjal.
• Penggumpalan darah. • Perdarahan. • Fistula, yaitu terbentuknya saluran abnormal yang menghubungkan organ-organ dalam tubuh. Pencegahan kanker serviks Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker serviks (kanker leher rahim)? Berikut adalah perubahan gaya hidup yang dapat membantu Anda mencegah kanker serviks terjadi pada Anda. • Tes pap smear adalah cara terbaik untuk menemukan perubahan sel serviks atau HPV pada serviks. • Jika Anda berusia di bawah 26 tahun, pastikan Anda mendapat vaksin HPV.
• Hindari terinfeksi HPV dengan melakukan hubungan seks yang aman. • Menjaga gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang baik dengan mengonsumsi makanan yang dapat mencegah kanker leher rahim dan rutin berolahraga.
Bila ada pertanyaan lebih lanjut, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda. Cervical cancer.
Retrieved 10 July 2020, from http://www.cancer.org/cancer/cervicalcancer/ Risk factor for cervical cancer. Retrieved 10 July 2020, from https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/causes-risks-prevention/risk-factors.html Cervical cancer – Complications.
Retrieved 10 July 2020, from https://www.nhs.uk/conditions/cervical-cancer/complications/ Cervical Cancer. Retrieved 10 July 2020, from http://www.who.int/cancer/prevention/diagnosis-screening/cervical-cancer/en/ Do We Know What Causes Cervical Cancer? Retrieved 10 July 2020, from https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/causes-risks-prevention/what-causes.html Cervical Cancer. Retrieved 10 July 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cervical-cancer/symptoms-causes/syc-20352501
Pengertian Kanker Rahim Kanker leher rahim atau kanker serviks, merupakan jenis kanker yang terjadi pada leher atau mulut rahim, yang merupakan perbatasan antara liang vagina dan rahim pada sistem reproduksi wanita.
Sebagian besar kasus kanker leher rahim disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) yang dapat ditularkan antara lain melalui kontak seksual. Penyebab Kanker Rahim Pada umumnya, kanker leher rahim disebabkan karena virus HPV (human papillomavirus).
Terdapat lebih dari 100 tipe virus HPV yang berbeda. Sayangnya, saat terjangkit virus, sebagian besar jenis virus itu tidak menimbulkan gejala yang berarti. Namun, beberapa tipe HPV diketahui bisa menyebabkan perubahan sel-sel leher rahim yang berujung pada terjadinya kanker serviks. Dua jenis HPV, yakni HPV 16 dan HPV 18, kini diketahui sebagai penyebab 70% kasus kejadian kanker serviks. Meski demikian infeksi dari virus ini pun seringkali tidak menunjukkan gejala.
Ada beberapa faktor risiko yang dikaitkan dengan kanker leher rahim, yaitu: • Jumlah pasangan seksual yang lebih tinggi. Semakin tinggi jumlah pasangan seksual seseorang dan juga semakin tinggi jumlah pasangan seksual dari pasangannya tersebut, risiko terpapar HPV pun menjadi semakin tinggi.
• Berhubungan seksual di usia dini. Mulai melakukan hubungan seksual di usia dini juga meningkatkan risiko seseorang terpapar HPV. • Adanya infeksi menular seksual lain. Seseorang yang memiliki riwayat infeksi menular seksual lain, termasuk klamidia, gonore, sifilis, atau HIV/AIDS, berisiko lebih tinggi pula untuk tertular HPV.
• Daya tahan tubuh yang lemah. Seseorang dengan daya tahan tubuh lemah akibat kondisi kesehatannya sedang terganggu akan lebih berisiko mengalami kanker leher rahim.
• Merokok. Mereka yang merokok diketahui berisiko lebih tinggi mengalami kanker leher rahim jenis sel skuamosa. Gejala Kanker Rahim Sungguh disayangkan, kanker leher rahim seringkali tidak menampakkan gejala yang berarti hingga mencapai stadium lanjut.
Pada sebagian kasus, bisa terjadi perdarahan atau keputihan abnormal dari vagina. Kondisi ini merupakan salah satu gejala yang patut diperiksa lebih lanjut. Begitu pula bila seorang wanita sering mengalami perdarahan saat berhubungan seksual. Perdarahan di luar siklus menstruasi dapat dikategorikan sebagai perdarahan abnormal, termasuk penyebab kanker leher rahim di penyebab kanker leher rahim adalah perdarahan setelah menopause. Oleh sebab itu, konsultasikan segera dengan dokter bila Anda mengalami perdarahan abnormal.
Gejala lain yang mungkin dialami oleh seseorang dengan kanker leher rahim adalah rasa nyeri yang sangat dan rasa tidak nyaman saat berhubungan intim, terlebih disertai keluarnya cairan dari vagina yang berbau tajam. Waspadai pula kanker leher rahim pada stadium lanjut yang telah menyebar ke jaringan sekitar. Kondisi ini dapat memicu timbulnya beberapa keluhan lain, termasuk konstipasi, adanya darah pada air seni, hilangnya kendali kandung kemih (inkontinensia atau tidak mampu menahan berkemih), nyeri pada tulang, pembengkakan pada kaki, nyeri pinggang, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, serta rasa lelah yang berlebihan.
Artikel Lainnya: Tanda penyebab kanker leher rahim Gejala Kanker Rahim yang Harus Anda Tahu Diagnosis Kanker Rahim Bila pada pemeriksaan skrining leher rahim (pap smear) ditemukan hasil yang abnormal atau mencurigakan, dokter spesialis kandungan dan kebidanan akan menganjurkan seorang wanita untuk melakukan pemeriksaan kolposkopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya abnormalitas pada leher rahim. Saat dilakukan kolposkopi, mikroskop kecil dengan sumber cahaya akan digunakan untuk melihat daerah leher rahim dengan lebih jelas.
Selain itu, dapat juga dilakukan biopsi. Tindakan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan dari leher rahim untuk diperiksa lebih lanjut di bawah mikroskop guna mengamati ada tidaknya sel kanker.
Bila hasil biopsi menunjukkan kesan adanya keganasan dan kemungkinan terjadi penyebaran, maka beberapa pemeriksaan lain juga biasanya akan dilakukan. Termasuk di sini adalah pemeriksaan darah untuk memeriksa kondisi hati dan ginjal, pemeriksaan computerized tomography (CT) – scan, pemeriksaan magnetic resonance imaging, pemeriksaan rontgen dada, serta beberapa jenis pemeriksaan lainnya untuk mencek kondisi pasien secara menyeluruh.
Pengobatan Kanker Rahim Penanganan kanker leher rahim selalu dilakukan berdasarkan stadium kanker dan kondisi masing-masing pasien. Karena penanganan kanker merupakan sesuatu yang kompleks, rumah sakit umumnya menggunakan tim multidisiplin untuk menangani kanker leher rahim. Pada sebagian besar kasus kanker leher rahim stadium awal, umumnya penanganan mencakup pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh rahim, radioterapi, atau kombinasi dari keduanya.
Sedangkan pada kasus leher rahim stadium lanjut, umumnya dilakukan radioterapi dan/atau kemoterapi, walaupun pembedahan terkadang juga dilakukan. Kemungkinan kesembuhan secara menyeluruh relatif baik bila kanker leher rahim terdeteksi pada stadium awal. Semakin awal terdeteksi, semakin tinggi tingkat kesembuhan seseorang. Artikel Lainnya: Kenali Faktor Risiko Kanker Serviks bagi Remaja Wanita Pencegahan Kanker Rahim Ada beberapa anjuran untuk menurunkan risiko terjadinya kanker leher rahim.
Berikut ini beberapa kiat yang bisa Anda lakukan untuk mencegah kanker leher rahim: • Salah satu cara menurunkan risiko kanker leher rahim adalah dengan mempraktekkan hubungan seksual yang aman, mengingat virus HPV diketahui menyebar melalui kontak seksual. Vaksinasi untuk kanker leher rahim juga kini bisa dilakukan untuk melindungi terhadap infeksi HPV.
Vaksin dimaksudkan memberi perlindungan terhadap serangan HPV, termasuk dua tipe yang diketahui berkaitan dengan sekitar 70% dari kanker serviks, yakni HPV 16 dan HPV 18. • Melakukan skrining atau pemeriksaan leher rahim secara rutin adalah cara terbaik untuk mengidentifikasi adanya perubahan abnormal sel-sel leher rahim pada fase awal. Setiap wanita yang sudah, pernah, dan masih aktif secara seksual disarankan untuk menjadwalkan pemeriksaan leher rahim pap-smear secara rutin setahun sekali.
• human papilloma virus sebagai penyebab kondiloma akuminata • kelajutan dari neoplasia intraepitel serviks (NIS) • merokok • penyebab kanker leher rahim hubungan seksual pertama kali pada usia dini • berganti-ganti pasangan hubungan seksual • suaminya pertama kali melakukan hubungan seksual pada usia dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan atau pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks • pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran • gangguan sistem kekebalan • pemakaian obat pil kontrasepsi/KB • infeksi menular seksual : herpes genitalis atau infeksi klamidia yang penyebab kanker leher rahim • tidak melakukan deteksi dini kanker serviks (IVA/ pap smear) secara rutin Gejala awal : • perdarahan pada vagina yang tidak normal terutama diantara 2 menstruasi, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dan perdarahan pada menopause • menstruasi yang tidak normal dimana waktunya lebih lama dan darah lebih banyak • keputihan yang menetap dengan cairan encer, berwarna pink atau coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk • seluruh kanker biasanya dapat diangkat dengan pisau bedah jika kanker masih terbatas pada lapisan serviks paling luar • dianjurkan untuk menjalani pengangkatan rahim (histerektomi) bila tidak memiliki rencana untuk hamil lagi • dilakukan histerektomi dan pengangkatan jaringan di sekitarnya serta kelenjar getah bening pada kanker invasif Radioterapi • dianjurkan pada kanker yang telah menyebar keluar panggul • menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker • selain membunuh sel-sel kanker juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga sering menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan • efek samping dari pengobatan kanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan • reaksi dari setiap penderita berbeda-beda Terapi Biologis • mencegah infeksi HPV • melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur • tidak melakukan hubungan seksual sebelum usia 18 tahun • tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit kelamin atau dengan menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit kelamin • tidak berganti-ganti pasangan seksual • berhenti merokok • vagina : rawat organ kewanitaan sebisa mungkin untuk menghindari risiko kanker serviks.
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel tak terkendali (kanker) yang terjadi pada leher rahim.
Ini penyebab, gejala dan pengobatannya. Kanker Serviks Dokter spesialis Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis bedah onkologi Gejala Keluar darah setelah berhubungan di luar siklus menstruasi atau pascamenopause Faktor risiko Genetik, faktor keturunan, berhubungan seksual dengan lebih dari satu orang, infeksi menular seksual Cara diagnosis IVA, pap smear, biopsi Pengobatan Berdasarkan stadium (operasi, kemoterapi, radioterapi) Obat Kemoterapi, radioterapi Komplikasi Metastasis ke organ lain Kapan Harus ke Dokter?
Terdapat gejala, kelainan pada skrining rutin (IVA, pap smear) Pengertian Kanker Serviks Kanker serviks adalah pertumbuhan sel tak terkendali pada leher rahim (serviks). Leher rahim merupakan bagian dari saluran reproduksi wanita yang menghubungkan vagina dengan rahim atau uterus.
Semua wanita berisiko menderita kanker ini. Namun, wanita yang aktif secara seksual cenderung lebih berisiko. Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak menimbulkan gejala yang mudah dikenali. Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, dokter akan menyarankan Anda untuk menjalani serangkaian pemeriksaan dan prosedur. Jika dicurigai terdapat pertumbuhan kanker leher rahim, Anda akan dirujuk ke dokter spesialis. Penyebab Kanker Serviks Awalnya, sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubah pertumbuhan sel sehat menjadi tidak normal.
Hal ini menyebabkan sel-sel leher rahim tumbuh dengan pesat, tanpa terkendali. Perkembangan sel yang abnormal ini terjadi akibat infeksi Human Papillomavirus ( HPV). Faktanya, hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh HPV. Ini adalah sekumpulan grup virus yang menginfeksi manusia pada sel epitel kulit dan membran mukosa, termasuk di daerah kelamin. Hingga saat ini hampir seratus tipe HPV berhasil diidentifikasi.
Sebagian besar jenis HPV tidak berbahaya. Namun, ada beberapa jenis HPV yang diketahui dapat mengganggu sel-sel leher rahim hingga memicu kanker, yaitu HPV 16 dan 18. Sel kanker yang muncul kemudian menyerang jaringan di sekitarnya.
Sel kanker dapat melepaskan diri dari lokasi awal dan menyebar ke bagian tubuh lain. Proses ini disebut sebagai metastasis Gejala Kanker Serviks Gejala kanker serviks pada umumnya adalah: • Flek atau perdarahan tidak normal dari vagina adalah gejala yang paling mudah dikenali sebagai gejala kanker serviks. Biasanya perdarahan terjadi usai berhubungan seksual, di luar masa haid, ataupun pasca-menopause. Segera periksakan diri ke dokter jika pendarahan yang tidak normal terjadi lebih dari satu kali • Rasa sakit dan tidak nyaman saat berhubungan seksual • Cairan yang keluar dari vagina beraroma aneh, berwarna tidak wajar atau mengandung darah Kanker serviks stadium 4 akan menyebar ke luar dari leher rahim menuju jaringan dan organ sekitarnya.
Pada tahap ini, gejala yang dialami akan berbeda, seperti: • Sembelit • Ada darah dalam urine • Terjadi pembengkakan pada salah satu kaki • Nyeri pada tulang • Hilang nafsu makan • Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul • Kelelahan • Lemas • Rasa nyeri pada punggung atau pinggang yang disebabkan oleh pembengkakan ginjal.
Kondisi tersebut disebut hidronefrosis. Perlu diketahui kalau ciri-ciri kanker serviks di atas tidak selalu terlihat jelas. Bahkan, gejala tidak muncul sama sekali sampai kanker memasuki stadium akhir. Itu sebabnya, pap smear perlu dilakukan untuk mendeteksi sel abnormal dan mencegah perkembangannya menjadi kanker serviks. Artikel Lainnya: Malas Periksa, Kanker Serviks Mengintai Faktor Risiko Kanker Serviks Beberapa faktor risiko kanker leher rahim adalah: • Genetik • Faktor keturunan • Riwayat anggota keluarga dengan kanker • Merokok • Berhubungan seksual di usia muda • Penggunaan KB hormonal • Melahirkan lebih dari 3 kali • Melahirkan di usia muda • Usia lanjut • Berhubungan seksual dengan lebih dari 1 orang • Riwayat infeksi menular seksual • Konsumsi obat imunosupresan • Tidak divaksinasi Diagnosis Kanker Serviks Kanker serviks yang dideteksi dini dapat membantu meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.
Apabila hasil pap smear menunjukkan adanya sel abnormal pada leher rahim, Anda akan diberikan rujukan ke dokter spesialis sistem reproduksi wanita. Hasil sel abnormal bukan berarti Anda memiliki kanker rahim.
Jika terjadi perdarahan abnormal pada vagina, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mencari penyebabnya. Umumnya, pemeriksaan yang dilakukan meliputi: • Prosedur Kolposkopi Prosedur ini akan dianjurkan dokter apabila hasil pap smear menunjukkan adanya sel abnormal atau gejala yang timbul dicurigai sebagai kanker serviks.
Dokter akan menggunakan mikroskop khusus dengan lampu penyebab kanker leher rahim di bagian ujung untuk melihat vagina, vulva, dan leher rahim.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kelainan pada serviks. Apabila terlihat kelainan, sampel jaringan akan diambil dari leher rahim untuk dianalisis apakah terdapat sel kanker di dalamnya.
• Biopsi Kerucut ( Cone Biopsy ) Pada beberapa kasus, prosedur operasi kecil yang dikenal dengan istilah biopsi kerucut mungkin akan dilakukan. Pasien akan dibius lokal saat prosedur dilakukan. Jaringan berbentuk kerucut akan diambil dari leher rahim untuk dianalisa apakah terdapat sel kanker di dalamnya. Efek dari pemeriksaan ini adalah pasien bisa mengalami perdarahan disertai nyeri, mirip dengan gejala menstruasi, hingga empat minggu pascaoperasi.
Apabila hasil biopsi memperlihatkan bahwa pasien memiliki kanker serviks dan ada indikasi kanker telah menyebar, pasien akan dianjurkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan biasanya meliputi: • Tes penyebab kanker leher rahim Dilakukan untuk mengetahui kondisi organ hati, ginjal, dan sumsum tulang • Pemeriksaan organ panggul Dokter akan memeriksa vagina, rahim, kandung kemih, dan rektum apakah terdapat kanker • CT scan Pemindaian dilakukan untuk melihat kondisi tubuh bagian dalam dengan komputer untuk mendapatkan gambar tiga dimensi.
Ini dilakukan untuk melihat kanker yang ada dan apakah sudah terjadi penyebaran • MRI scan Pemeriksaan ini memakai medan magnet kuat dan gelombang radio untuk mendapatkan gambar detail tubuh bagian dalam. Hal ini dilakukan untuk melihat penyebaran kanker yang mungkin sudah terjadi • X-ray dada Pemeriksaan untuk melihat apakah kanker sudah menyebar ke paru-paru • PET scan Pemindaian khusus di mana pasien disuntikkan cairan radioaktif untuk melihat jaringan kanker dengan lebih jelas.
Jika dikombinasikan dengan CT scan, bisa memperlihatkan penyebaran kanker serta respons pasien pada pengobatan yang sedang dilakukan Setelah semua pemeriksaan selesai dilakukan, stadium kanker dapat ditentukan.
Stadium digunakan penyebab kanker leher rahim penanda seberapa jauh kanker telah menyebar. Semakin tinggi stadium, semakin luas penyebaran kankernya. Berikut adalah stadium kanker serviks: • Stadium 0: stadium prakanker. Tidak ada sel kanker dalam serviks, tapi ada perubahan biologis yang berpotensi memicu kanker di kemudian hari.
Tahap ini disebut sebagai cervical intraepithelial neoplasia (CIN) atau carcinoma in situ (CIS) • Stadium 1: kanker masih penyebab kanker leher rahim di dalam serviks dan belum ada penyebaran • Stadium 2: kanker sudah menyebar ke luar serviks dan di jaringan sekitarnya. Tapi belum mencapai dinding panggul atau bagian bawah vagina • Stadium 3: kanker sudah menyebar ke ke bagian bawah vagina dan/atau dinding panggul • Stadium 4: kanker sudah menyebar ke usus, kandung kemih, atau organ lain, seperti paru-paru Pengobatan Kanker Serviks Pemilihan metode pengobatan kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, misalnya: • Stadium kanker • Jenis kanker • Usia pasien • Kondisi medis lain yang mungkin sedang penyebab kanker leher rahim Artikel lainnya: Mitos Kanker Serviks yang Bikin Salah Kaprah Pengobatan kanker serviks berdasarkan stadium dibagi menjadi dua.
Pertama, operasi pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim, radioterapi, atau kombinasi keduanya. Kedua, penanganan kanker serviks stadium akhir, yaitu radioterapi dan/atau kemoterapi. Terkadang, operasi juga perlu dilakukan. 1. Pengangkatan Sel-Sel Prakanker Penanganan sel prakanker dibutuhkan apabila hasil pap smear memperlihatkan adanya perubahan biologis yang berpotensi menjadi kanker di kemudian hari. Beberapa prosedur pengkangkatan sel prakanker antara lain: • Terapi laser: pemakaian laser untuk membakar sel-sel abnormal • Biopsi kerucut: yaitu pengangkatan wilayah tempat jaringan yang abnormal melalui prosedur operasi • Large loop excision of transformation zone (LLETZ): sel-sel abnormal dipotong memakai kawat tipis dan arus listrik 2.
Operasi Pengangkatan Kanker Serviks Ada tiga prosedur operasi pengangkatan kanker serviks, yakni: • Radical Trachelectomy Prosedur ini bertujuan mengangkat serviks, jaringan sekitarnya, dan bagian atas dari vagina, tanpa mengangkat rahim.
• Histerektomi Prosedur ini adalah operasi pengangkatan rahim. Biasanya dilakukan untuk kanker serviks stadium awal. Ada dua jenis operasi histerektomi. Yang pertama histerektomi sederhana. Yaitu, prosedur pengangkatan leher rahim dan rahim. Pada beberapa kasus, ovarium dan tuba falopi bisa juga turut diangkat. Prosedur ini bisa dilakukan untuk kanker serviks stadium awal.
Yang kedua, histerektomi radikal. Yakni, proses pengangkatan leher rahim, rahim, jaringan di sekitarnya, nodus limfa, ovarium, dan tuba falopi. Efek samping jangka pendek dari operasi histerektomi antara lain perdarahan, infeksi, risiko cedera pada kandung kemih, ureter, dan rectum, serta penggumpalan darah.
Adapun komplikasi jangka panjangnya bisa meliputi pembengkakan pada lengan dan kaki karena penumpukan cairan.
Komplikasi lainnya adalah produksi cairan vagina akan berkurang dan menyebabkan hubungan seksual bisa terasa tidak nyaman. penyebab kanker leher rahim Pelvic Exenteration Prosedur operasi besar yang dilakukan untuk mengangkat leher rahim, jaringan sekitarnya serta bagian atas vagina. Namun, rahim tidak ikut diangkat. 3. Penanganan dengan Radioterapi Pada kanker serviks stadium akhir, radioterapi akan dikombinasikan dengan kemoterapi untuk mengendalikan pendarahan dan rasa nyeri.
Prosedur radioterapi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: • Eksternal: Mesin radioterapi akan menembakkan gelombang energi tinggi ke bagian panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker.
• Internal: Implan radioaktif akan dimasukkan di dalam vagina dan leher rahim pasien. Radioterapi tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker, tetapi sering kali juga menghancurkan jaringan yang sehat.
Efek samping prosedur ini antara lain: • Perdarahan dari vagina dan rektum • Diare • Mual • Merusak kandung kemih sehingga pasien kehilangan kontrol buang air besar dan kecil • Merusak ovarium, berakibat pada menopause • Perih pada kulit panggul 4.
Pengobatan dengan Kemoterapi Kemoterapi dilakukan untuk memperlambat penyebaran dan mengurangi gejala yang muncul. Metode ini memakai obat-obatan yang berfungsi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Kemoterapi bisa dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi obat-obatan. Pengobatan kemoterapi diberikan melalui infus pada pasien rawat jalan. Pasien diperbolehkan pulang setelah menerima pengobatan sesuai dosis. Pengobatan ini memberi dampak pada seluruh tubuh. Jadi, tak hanya menghancurkan sel kanker yang tumbuh dengan cepat, sel-sel sehat juga turut terpengaruh.
Pasien yang menjalani pengobatan dengan kemoterapi harus melakukan tes darah rutin. Hal ini dilakukan untuk memeriksa kesehatan ginjal, karena beberapa obat-obatan kemoterapi bisa merusak ginjal. Efek samping yang paling sering terjadi setelah kemoterapi, antara lain: • Mengalami sariawan • Hilang nafsu makan • Merasakan kelelahan • Mual dan muntah • Rambut rontok Pencegahan Kanker Serviks Ada beberapa cara yang dapat mencegah dan mengurangi risiko terkena kanker serviks, yakni: • Menggunakan Kondom Penggunaan kondom saat berhubungan seks dapat melindungi Anda dari HPV.
Selain itu, cegah kanker serviks dengan membatasi jumlah pasangan seksual yang Anda miliki. Artikel lainnya: Daftar Makanan untuk Mencegah Kanker Serviks • Vaksin HPV Vaksin untuk mencegah infeksi HPV yang berisiko kanker sudah tersedia. Vaksinasi HPV yang saat ini tersedia adalah vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18; vaksin kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9 jenis HPV yaitu 4 jenis ditambah 31,33, 45, 52, dan 58.
• Deteksi Dini dengan Pap Smear Berkala Screening serviks atau pap smear juga dianjurkan karena dapat mendeteksi dini kelainan pada perubahan sel di dalam serviks. Saat melakukan pap smear, sampel sel diambil dari leher rahim dan diperiksa di bawah mikroskop.
Risiko terkena kanker serviks dapat ditekan dengan menjalani pengobatan ketika sel-sel masih dalam tahap prakanker. Namun, perlu dimengerti bahwa screening serviks bukanlah tes untuk mendiagnosis kanker serviks, melainkan untuk mendeteksi sel yang abnormal. Perubahan sel tidak selalu berujung pada kanker. Sel yang abnormal masih bisa penyebab kanker leher rahim normal dengan sendirinya.
Pada kasus tertentu, sel yang bersifat abnormal perlu diangkat karena berpotensi menjadi kanker. Untuk wanita usia 21-29 tahun dianjurkan menjalani pap smear setiap 3 tahun. Adapun pada wanita usia 30-64 tahun, kombinasi pap smear dan tes HPV DNA dapat dilakukan tiap 5 tahun, atau bisa juga dengan menjalani masing-masing tes secara terpisah setiap 3 tahun. Pada wanita usia 65 tahun ke atas, mintalah saran dokter mengenai perlunya menjalani pemeriksaan pap smear. Wanita yang aktif secara seksual dan berusia di atas 21 tahun serta memiliki risiko besar penyakit menular seksual, disarankan untuk melakukan tes untuk penyakit-penyakit, seperti klamidia, gonorrhea, dan sifilis setiap tahunnya.
Bila diperlukan, lakukanlah tes HIV setiap tahunnya. Tanyakan kepada dokter yang menangani Anda mengenai vaksin HPV. Mendapatkan vaksin HPV dapat membantu Anda mencegah infeksi HPV yang juga dapat mengurangi risiko Anda terkena kanker serviks dan penyakit kanker lain yang berhubungan dengan HPV. • Tidak Merokok dan Batasi Minum Alkohol Jangan merokok, baik rokok konvensional ataupun rokok elektrik, dan batasi minum alkohol.
Merokok dan minum alkohol dapat meningkatkan risiko Anda terkena kanker serviks berkali-kali lipat. Merokok juga dapat menyebabkan Anda terkena kanker jenis lain, seperti kanker sel skuamosa. Tingkatkan daya tubuh Anda dengan mengonsumsi makanan yang penuh nutrisi, istirahat yang penyebab kanker leher rahim, dan berolahraga dengan intensitas sedang agar tubuh Anda juga menjadi lebih bugar. Komplikasi Kanker Serviks Sama halnya dengan jenis kanker lain, kanker serviks juga dapat menyebar atau metastasis ke organ lain yang menyebabkan gangguan pada fungsi organ.
Kapan Harus ke Dokter? Ketika Anda mengalami gejala seperti keluar darah setelah berhubungan seksual di luar siklus menstruasi atau setelah menopause, sangat disarankan segera memeriksakan diri ke dokter. Selain itu, ketika Anda melakukan skrining rutin seperti IVA atau pap smear dan ditemukan suatu keanehan, sangat disarankan untuk segera konsultasi lebih lanjut dengan dokter. Konsultasikan masalah kesehatan Anda langsung penyebab kanker leher rahim dokter. Manfaatkan layanan Live Chat 24 Jam dari KlikDokter.
[HNS] Terakhir diperbaharui: 11 April 2022 Diperbaharui: dr. Valda Gracia Referensi: Mayo Clinic. Diakses 2022.
Cervical Cancer. NHS.UK. Diakses 2022. Cervical Cancer. Cancer.Org. Diakses 2022. Cervical Cancer
Kanker rahim atau kanker uterus adalah tumor ganas yang tumbuh di rahim. Kanker rahim paling sering terjadi pada wanita penyebab kanker leher rahim telah memasuki masa menopause atau berusia 50 tahun ke atas.
Kanker rahim bermula ketika sel-sel sehat di dalam rahim tumbuh tidak terkendali dan membentuk tumor atau benjolan. Tumor tersebut bisa bersifat jinak atau ganas. Pada kanker rahim, tumor bisa membesar dan menyebar ke organ tubuh lainnya. Gejala dan Penyebab Kanker Rahim Gejala yang paling sering dialami penderita kanker rahim adalah perdarahan tidak normal dari vagina, yang terjadi di luar siklus menstruasi atau setelah menopause.
Meski begitu, tidak semua perdarahan setelah menopause disebabkan oleh kanker rahim. Untuk memastikannya, diperlukan pemeriksaan oleh dokter. Belum diketahui secara pasti penyebab kanker leher rahim yang menyebabkan kanker rahim. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terserang kanker rahim, yaitu: • Menderita diabetes • Menggunakan obat tamoxifen untuk mengatasi kanker payudara • Menggunakan hormon estrogen, baik saat terapi penggantian hormon pascamenopause atau sebagai kontrasepsi Pengobatan dan Pencegahan Kanker Rahim Metode yang paling sering dilakukan untuk mengobati kanker rahim adalah operasi pengangkatan rahim ( histerektomi ).
Prosedur tersebut bisa dikombinasikan dengan radioterapi dan kemoterapi untuk memaksimalkan pengobatan. Perlu diketahui, kanker rahim tidak dapat dicegah. Namun demikian, risiko terserang kanker rahim bisa dikurangi dengan mengontrol kadar gula darah, menjaga berat badan ideal, dan berkonsultasi dahulu dengan dokter sebelum menggunakan pil KB.Bandung - Data WHO menunjukkan di Indonesia sepanjang tahun 2018 setiap hari muncul kurang lebih 58 kasus kanker leher rahim.
Setiap hari 26 wanita meninggal karena kanker leher rahim atau dengan kata lain setiap satu jam satu wanita di Indonesia meninggal karena kanker leher rahim atau yang lebih dikenal dengan kanker serviks. “Ironisnya, di Indonesia lebih dari 70% pasien dengan kanker serviks ini justru datang terlambat, sudah dalam stadium lanjut,” tutur dr Siti Salima, SpOG atau spesialis Obstetri dan Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) RS Hasan Sadikin, Bandung, Senin 25 November 2019.
Menurut dr Siti, salah satu penyebab banyaknya pasien dengan kanker serviks datang terlambat tersebut karena rasa malu dan ketidaktahuan terhadap penyakit yang masuk dalam kategori tumor ganas ini.
“Oleh karena itu, sangat perlu mengetahui penyakit kanker leher rahim ini,” kata dia. Apa itu Kanker Leher Rahim? Kanker leher rahim atau yang sering disebut kanker serviks termasuk tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim (serviks) atau bagian bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina.
“Dan kanker serviks ini biasanya akan menyerang wanita berusia 35 sampai 55 tahun,” tuturnya. Lebih lanjut dr Siti menjelaskan, kanker serviks ini terjadi jika sel-sel serviks tumbuh menjadi tidak normal dan tak terkendali.
Apabila sel serviks terus tumbuh, maka akan terbentuk suatu massa jarigan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau justru ganas. “Kalau tumor tersebut ganas, maka kondisi inilah yang disebut dengan kanker leher rahim atau kanker serviks,” jelas dia. Diakui dr Siti, penyebab pasti terjadinya kelainan pada sel-sel serviks belum diketahui. Tetapi, terdapat beberapa faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks ini.
Pertama, karena HPV atau Humas Papilloma Virus. HPV ini merupakan virus penyebab kutil kelamin penyebab kanker leher rahim akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kedua, sangat dipengaruhi oleh kebiasaan merokok. Merokok, tembakau dinilai merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks. “Ketiga, melakukan hubungan seksual pertama pada usia dini, berganti-ganti pasangan hubungan seksual bisa menjadi salah satu penyebab munculnya kanker serviks ini,” terang dia.
Penyebab keempat, suami pasangan seksualnya melakukan hubungan sesksual pertama pada usia dibawah 18 tahun, dan (kelima) berganti-ganti pasangan atau pernah menikah dengan wanita yang menderita kankder serviks pun termasuk faktor penyebab. “Keenam, pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah penyebab kanker leher rahim, dan gangguan sistem kekebalan (keenam), pemakaian obat pil kontasepsi (KB) bisa menjadi penyebabnya munculnya kanker serviks (ketujuh) ini,” kata dia.
Termasuk tambah dr Siti, infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia yang menahun dan tidak melakukan deteksi dini kanker serviks (IVA atau Pap Smear) secara rutin pun bisa menjadi penyebabnya. Kenali Gejalanya Bagaimana gejala yang biasanya sering muncul pada kanker serviks ini?
dr siti menjelaskan lebih lanjut, gejala yang biasanya muncul yaitu, ketika sel serviks yang tidak normal mulai berubah menjadi keganasan, dan menyusup ke jaringan disekitarnya. Pada tahapan ini biasanya akan timbul beberapa gejala yang khas diantaranya; Pertama, pendarahan pada vagina yang biasanya tidak normal, terutama di antara dua kali menstruasi, atau pendarahan setelah melakukan hubungan seksual dan pendarahan pada menopause.
“Bisa juga, menstruasi yang tidak normal seperti waktu lebih lama, dan darahnya yang lebih banyak dari biasanya (gejala kedua). Ketiga, keputihan yang menetap. Biasanya gejala ini muncul cairan encer berwarna pink atau coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk,” tutur dia.
Sedangkan gejala lain yang biasanya muncul pada pasien penderita kanker serviks stadium lanjut kata dr Siti, biasanya akan muncul gejala nafsu makan berkurang yang mengakibatkan penurunan berat badan atau gejala sering kelelahan. “Gejala lain yang sering muncul lainnya, seperti nyeri panggul, punggung atau tungkal dan keluar air kemih atau tinja dari vagina sampai patahnya tulang atau fraktur menjadi salah satu gejala yang biasanya muncul.
[]
Buka Tutup • Penyakit kanker serviks atau kanker leher rahim cukup banyak dialami oleh para wanita akibat infeksi virus Human papillomaviruses (HPV); • Risiko kanker serviks dapat meningkat jika disertai kebiasaan bergonta-ganti pasangan seks, merokok, hingga penggunaan pil KB jangka panjang; • Mengonsumsi pil KB dalam jangka panjang atau lebih dari 5 tahun juga dapat meningkatkan risiko kanker serviks; • Untuk membantu mencegah infeksi virus HPV, maka para wanita di atas usia 15 tahun disarankan untuk melakukan vaksin HPV; • Klik untuk memesan paket vaksin HPV secara online dengan harga bersahabat dan dokter berpengalaman hanya melalui HDmall.
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit kanker yang bisa dialami oleh para wanita pada bagian leher rahim (serviks). Bagian leher rahim atau serviks pada wanita merupakan bagian paling bawah dari rahim yang menjadi penghubung antara rahim dan vagina. Untuk mengurangi risiko menderita penyakit kanker penyebab kanker leher rahim, maka perlu diketahui hal apa yang dapat menjadi pemicu penyebab kanker serviks. Terlebih gejala kanker serviks juga seringkali tidak diketahui di tahap awal.
Umumnya gejala kanker serviks ditandai dengan adanya sel kanker yang mulai muncul pada leher rahim ketika terdapat sel-sel tidak normal pada serviks yang tumbuh dan berkembang dengan cepat dan tak terkendali.
Hal itu akan memicu perubahan atau mutasi DNA yang menyebabkan sel-sel tersebut akan tumbuh penyebab kanker leher rahim mati pada waktu tertentu. Namun, ada pula sel-sel yang mungkin tidak akan mati sehingga sel baru tidak dapat terbentuk karena sel mati tidak dapat beregenerasi. Jumlah sel abnormal tersebut yang dapat membentuk tumor pada serviks dan dapat berkembang menjadi penyebab kanker serviks. Penyebab kanker serviks Tak hanya pada leher rahim saja, tetapi tumor juga dapat tumbuh hingga ke jaringan leher rahim bagian dalam dan menyebar ke bagian tubuh lain (metastasis), seperti pada kandung kemih ataupun vagina.
Salah satu penyebab kanker serviks yang paling umum terjadi diduga disebabkan oleh virus HPV yang menyerang leher rahim. Ketika masuk ke dalam tubuh, virus Human papillomaviruses (HPV) mengandung 2 jenis protein yang disebut E6 dan E7.
Kedua protein tersebut akan membunuh beberapa gen penghambat perkembangan tumor kanker serviks, seperti p53 dan Rb. Hal inilah yang memungkinkan sel-sel pada serviks bertumbuh semakin banyak dan menyebabkan terjadinya perubahan gen tambahan sebagai penyebab kanker serviks. Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Serviks 4 Faktor risiko utama penyebab kanker serviks Kanker serviks sendiri termasuk jenis kanker yang cukup sering terjadi pada wanita.
Meski umumnya virus HPV yang menjadi penyebab kanker serviks paling utama, tetapi HPV bukanlah satu-satunya penyebab kanker serviks. Beberapa faktor risiko lain berisiko meningkatkan peluang seorang wanita mengidap kanker serviks, di antaranya: Bergonta ganti pasangan seksual Tak hanya meningkatkan risiko terkena penyakit menular penyebab kanker leher rahim (Sexually transmitted disease/STD), seperti HIV/AIDS, tetapi untuk menghindari terkena penyakit kanker serviks, maka disarankan untuk tidak bergonta ganti pasangan seksual.
Virus HPV sendiri dapat menular melalui hubungan seksual. Selain bergonta ganti pasangan seksual, kebiasaan melakukan aktivitas seksual di usia yang terlalu dini atau terjadi kehamilan di usia muda sebelum 17 tahun juga dapat menjadi penyebab kanker serviks.
Kebiasaan merokok Penyebab kanker serviks lainnya adalah paparan asap rokok yang mengandung bahan kimia berbahaya, tak hanya bagi perokok aktif tapi juga perokok pasif. Hal ini dikarenakan zat berbahaya pada rokok akan terserap ke dalam paru-paru dan mengalir melalui sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Bahkan wanita yang aktif merokok lebih rentan mengalami kanker serviks hingga dua kali lipat.
Karena zat berbahaya pada rokok menjadi penyebab rusaknya DNA pada sel serviks dan berkembang menjadi pemicu terjadinya kanker serviks. Selain itu, paparan asap rokok juga dapat mempengaruhi kesuburan dan menurunkan sistem daya tahan tubuh, termasuk dalam melawan infeksi virus HPV.
Baca juga: Bahaya Rokok untuk Kesuburan Sistem imun tubuh yang lemah Sistem imun atau daya tahan tubuh yang lemah tentu mempermudah berbagai virus atau kuman penyakit masuk ke dalam tubuh. Hal ini juga berlaku terhadap virus HPV penyebab kanker serviks yang mungkin menyerang ketika sistem imun tubuh sedang melemah.
Kondisi sistem imun yang melemah bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti kurang tidur, tidak berolahraga, stress, ataupun ketika mengalami penyakit tertentu, seperti HIV/AIDS. Oleh karena itu, menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh sangat penting dalam mencegah virus penyebab penyakit, termasuk kanker serviks.
Penggunaan pil KB jangka panjang Mengonsumsi pil KB dalam jangka panjang lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Hal ini dapat menjadi pemicu gejala kanker serviks seiring semakin lamanya pil KB digunakan. Akan tetapi setelah tidak lagi mengonsumsi pil KB maka penyebab kanker serviks bisa menurun, bahkan bisa kembali normal setelah menghentikan penggunaan pil KB. Untuk memastikan dan meminimalisir efek pil KB bagi kesehatan termasuk risiko kanker serviks, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan pil KB.
Selain faktor di atas, faktor keturunan atau genetik juga dapat meningkatkan risiko penyakit kanker serviks. Apabila memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker serviks maka kencenderungan risiko kanker serviks pun lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan tubuh dalam melawan infeksi virus HPV.
Bagaimana cara mencegah penyakit kanker serviks? Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan dini agar terhindar dari penyakit kanker serviks, di antaranya: • Melakukan vaksin HPV • Rutin melakukan pemeriksaan Pap Smear • Tidak bergonta ganti pasangan • Gunakan kondom ketika berhubungan seksual • Hentikan kebiasaan merokok ataupun paparan asap rokok • Hindari penggunaan pil KB jangka panjang Salah satu cara mencegah kanker serviks dari infeksi virus HPV adalah dengan melakukan vaksin HPV yang sangat penting terutama bagi wanita di usia 9-26 tahun.
Pemberian vaksin HPV umumnya terbagi menjadi 3 tahapan dalam waktu 6 bulan. Pencegahan ini akan lebih efektif jika dilakukan sebelum pernah melakukan hubungan seks.
Namun, ibu hamil tidak disarankan untuk melakukan vaksin HPV karena mungkin dapat memengaruhi janin dan menimbulkan efek samping. Baca juga: Cegah Kanker Serviks dengan Vaksin HPV Ajukan pertanyaan dengan promosi dan dapatkan jawabannya dalam 60 menit 40.000 HealthCoins Pertanyaan Anda akan dijawab dalam waktu 60 menit dan Anda akan menerima pemberitahuan secepatnya melalui email Jika pertanyaan Anda tidak terjawab dalam waktu 60 penyebab kanker leher rahim, kami akan penyebab kanker leher rahim 20.000 HealthCoins dan pertanyaan Anda akan diturunkan ke Pertanyaan Reguler.
Pertanyaan Anda akan dijawab dalam waktu 24 jam sebagai gantinya.
Jika pertanyaan Anda tidak terjawab dalam 24 jam, kami akan mengembalikan semua HealthCoins. (gratis) Pertanyaan Anda akan diprioritaskan bagi dokter, perawat, dan apoteker yang terverifikasi dalam waktu 2 hari agar Anda bisa mendapatkan jawaban yang lebih banyak Standar Pemeriksaan Konten HonestDocs Konten ini ditulis atau ditinjau oleh praktisi kesehatan dan didukung oleh setidaknya tiga referensi dan sumber yang dapat dipercaya. Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk mengirimkan konten yang akurat, komprehensif, mudah dipahami, terbaru, dan dapat ditindaklanjuti.
Anda dapat membaca proses editorial lengkap di sini. Jika Anda memiliki pertanyaan atau komentar tentang artikel kami, Anda dapat memberi tahu kami melalui WhatsApp di 0821-2425-5233 atau email di [email protected] Buka di app
Faktor Risiko Kanker Leher Rahim Kanker leher rahim atau kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel ganas pada leher rahim/serviks yang tidak terkendali. • Melakukan hubungan seksual di usia muda (<18 tahun) • Berganti-ganti pasangan seksual • Melakukan hubungan seksual dengan pria yang sering berganti-ganti pasangan • Merokok ataupun sebagai perokok pasif (terpapar asap rokok) • Infeksi berulang pada penyebab kanker leher rahim kelamin, salah satunya karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin Kanker Leher Rahim 99% disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus) onkogenik yang persisten.