Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidaya-nya kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”KONEP DASAR MANUSIA MENURUT ISLAM” Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Konsep manusia dalam al-qur’an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling menunjuk pada makna manusia yaitu kata basyar, insan, dan al-nas.Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah memiliki kebabasan dalam tunduk atau menentang takdir Allah. Namun, pada umumnya manusia nampak lebih sering melanggar perintah Allah dan senang sekali melakukan dosa.
Jika demikian maka manusia semacam ini jauh dibawah standar malaikat yang selalu beribadah dan menjalankan perintah Allah SWT, padahal dijelaskan dalam Al-Qur’an, Malaikatpun sujud pada manusia. Kemudian, bagaimanakah mempertanggungjawabkan firman Allah yang menyebutkan bahwa manusia adalah sebaik-baiknya makhluk Allah? Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia memang memiliki kecenderungan untuk melanggar perintah Allah, padahal Allah telah menjanjikan Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."lalu kemanakah mereka akan pergi? Untuk apa sebenarnya mereka hidup? Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran surat al-‘Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan manusia sebagai hamba allah harus menyucikannya yaitu dengan mengucapkan segumpal darah; Al-Quran surat al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah; Al-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia.
Masih banyak sekali ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan. Jadi, manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Hakikat wujudnya yang lain ialah bahwa manusia adalah makhluk yan perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori yang dikembangkan di dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme).
Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi).
Menurut Islam; kira-kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran. Salah satu sabda Rasulullah saw mengatakan: Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim) Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadis itu adalah potensi.
Potensi adalah kemampuan; jadi, fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Apa dan siapa sebenarnya manusia itu? Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia berkembamg dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama. Itulah antara lain hakikat wujud manusia yang lain ialah bahwa manusia itu adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok.
Sedangkan yang paling banyak di jelaskan dalam alquran adalah Basyar dan insan. kata Basyar menunjukan manusia dari sudut lahiriyahnya ( fisik) serta persamaanya dengan manusia seluruhnyasepeti firman Allah dalam surat Al-Anbiya : 34-35 “kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu ( Muhamad ) maka apabila kamu mati apakah mereka akan kekal ?
tiap – tiap yang berjiwa akan mati. kami akan menguji kamu dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada kami kamu dikembalikan ” Kata insan digunakan untuk menunjuk manusia dengan segala totalitasnyafisik psikis, jasmani dan rohani. di dalam diri manusia terdapat tiga kemampuan yang sangat potensial untuk membentuk struktur kerohaniahanyaitu nafsuakal dan rasa.
Nafsu merupakan tenaga potensial yang berupa dorongan untuk berbuat kreatif dan dinamis yang yang dapat berkembang kepada dua arahyaitu kebaikan dan kejahatan. Di dalam Alqur’an Proses kejadian Manusia dapat di jelaskan sebagai berikut : 1. Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, ( Qs Al Hijr : 28 ) 2. Dari segumpal tanah lalu menjadi nutfah ( didalam rahim ), segumapl darah, segumpal daging, tulang dibungkus dengan daging dan akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna (Qs Almukminun ; 12-14 ) 3.
Ditiupakn Ruh (Qs Alhijr : 29 ) 4. Sebelum ruh ditiupkanketika masih di alam ruh manusia telah berjanji mentauhidkan Allah (Qs Al A’raf : 172 ) Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah.
Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum. Sebagai makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan oleh allah didunia, peranan manusia dalam kehidupan di bumi tentulah sangat vital.
oleh karena itu dalam hidup manusia memiliki banyak sekali tujuan. Adapun tujuan – tujuan tersebut dapat dikelompokan menjadi dua • dilihat dari arahnya, dibedakan menjadi : Tujuan Hidup vertikal : Mencari ridho Allah (QS Al- Baqoroh 207) Tujuan hidup horizontal :bahagia di dunia dan akhirat rahmat bagi semua manusia dan seluruh alam ( Al anbiya’ : 107) • Dilihat dari segi lingkunganya : Tujuan hidup pribadi (albaqoroh 22) Tujuan hidup anggota keluarga (Arrum : 21) Tujuan hidup anggota lingkungan (Al a’rof : 96) Tujuan hidup warga negara / Bangsa (Saba’ : 15) Tujuan hidup warga dunia (Al qashas : 7 ) Tujuan hidup alam semesta (al anbiya : 107) Dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta makhluk-makhluk yang di tempatkan di alam penciptaanNya.
Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia manusia sebagai hamba allah harus menyucikannya yaitu dengan mengucapkan amat luas di dalam kehidupannya, meliputi manusia sebagai hamba allah harus menyucikannya yaitu dengan mengucapkan keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya. Tanggungjawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis berikut. Dari Ibnu Umar RA katanya; “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggungjawabkan terhadap apa yang digembalainya.
Seorang laki-laki adalah pengembala dalam keluarganya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya tentang pengembalaannya.Seorang khadam juga pengembala dalam harta tuannya dan akan ditanya tentang pengembalaannya.
Maka semua orang dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya.”(Muttafaq ‘alaih) Allah mencipta manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia dicipta untuk dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya atas setiap usaha dan amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia.
Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan. Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakilNya di bumi. Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Firman Allah SWT : Artinya : “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di bumi seorang Khalifah.
Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (Al-Baqarah:30) Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Firman Allah SWT : Artinya : “Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya.
(Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”(Al-Ahzab: 72) Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan denagn makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita.
Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi taffeanagengast 27 Februari 2022 07.21 Casino List 2021 Casino List - Play Casino Games for ë£°ë ›ëŒë¦¬ê¸° Real í”¼ë§ ìŠ¬ë¡¯ ë¨¸ì‹ Money or Bitcoin! casino list 2021: Full list of online 울산 대딸 casinos that accept Bitcoins. Check ê°•ì› ëœë“œ ì° out our Casino ì팟 List!
1.
Slots - Microgaming Balas Hapus Tria Hermalis/ 1112051100054 Artikel 1/ Jurnalisitk/ 2B TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH Sebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk kepentingan diri pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja. Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada tiga instansi, yaitu : 1.
Pertanggung jawaban pada diri sendiri. 2. Pertanggung jawaban pada masyarakat. 3. Pertanggung jawaban pada Allah. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah Makna yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.
Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya.
Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati. الْقَيِّمَةِ دِينُ وَذَلِكَ الزَّكَاةَ تُوا وَيُؤْ الصَّلاةَ وَيُقِيمُوا حُنَفَاءَ الدِّينَ لَهُ مُخْلِصِي اللَّهَ لِيَعْبُدُوا إِلا أُمِرُوا وَمَا Artinya “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” – (QS.98:5) Tanggung jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga.
Oleh karena itu dalam al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman, dari neraka). Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harusdipertanggung jawabkan dihadapan-Nya.
Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allahdi muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepadamanusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah danmendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukumTuhan baik yang tertulis dalam kitab suci (al-qaul), maupun yang tersirat dalamkandungan pada setiap gejala alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yangmelanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkarikedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.Oleh karena itu dia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaankewenangannya dihadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalamsurat fathir : 39.
مَقْتًۭا إِلَّا رَبِّهِمْ عِندَ هُمْ كُفْرُ ينَ ٱلْكَٰفِرِ يَزِيدُ وَلَا كُفْرُهُ فَعَلَيْهِ كَفَرَ فَمَن ٱلْأَرْضِ فِى خَلَٰٓئِفَ جَعَلَكُمْ ٱلَّذِى هُوَ خَسَارًۭا إِلَّا كُفْرُهُمْ ٱلْكَٰفِرِينَ يَزِيدُ وَلَا Artinya : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi ( al ‘imarah ).
Yakni dengan mengexploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah, supaya generasi berikutnya dapat melanjutkan exploitasi itu. Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun ( ar ri’ayah ). Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia).
Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari. Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah dan‘abdun merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran.
Dua sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti firman Allah تَقْوِيمٍأَحْسَنِفِي الإنْسَانَ خَلَقْنَا لَقَدْ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” – (QS.95:4) Nama : Tria hermalis Nim : 1112051100054 Judul brosur : Perjuangan mencari dan menemukan Allah Alasan : Alasan saya memilih judul brosur ini karna kita bisa mengetahui bahwa manusia yang ingin menjadi hamba Allah harus mengetahui Allah,mengenal Allah,dekat dengan Allah,selalu bersama Allah,bertemu Allah,mencintai Allah,dan menjadi kekasih Allah.
Dan kita bisa mengetahui tentang Allah bisa diperdalam sampai tidak terbatas,karna wujud Allah itu tidak ada batasnya,maksudnya Allah itu bukan statis yang mudah dicari dan gampang ditemukan. Judul brosur : Problem dasar manusia krisis spiritual dan solusinya Alasan : Alasan saya, memilih judul brosur ini karna kita dapat mengetahui bahwa manusia itu tidak luput dari kesalahan. Seperti kesalahan yang dapat menyesatkan,kesalahan yang dapat menjerumuskan kejurang penghinaan dan kehancuran.
Tetapi dari brosur ini juga kita mendapatkan solusi agar manusia bisa terhindar dari kesalahan,dengan cara selalu mengingat Allah,mengenal Allah, dan mendekatkan diri kepada Allah. Judul brosur :Puncak pengalaman pertemuan dengan Allah itu menjadi hamba Allah,kekasih Allah,dan Khalifahnya Alasan : Alasan saya, memilih judul brosur ini karna kita dapat mengetahui bahwa Allah adalah sang pencipta alam semesta ini,salah satu karya Allah yang paling sempurna,paling mulia,paling tinggi derajatnya,dan sebaik-baiknya itu adalah manusia.
Karna manusia yang bisa menguasai alam semesta dan segala isinya jika manusia mau dan bisa menjadi hamba Allah dan khalifahnya. Tetapi manusia bisa taat kepada Allah dan bisa melawan Allah,untuk bisa memilih menjadi hamba Allah dan memilih menjadi hamba selain Allah dengan segala resikonya.
Dari brosur ini juga kita dapat mengetahui satu-satunya jalan agar manusia bisa menjadi hamba Allah dan khalifahnya dengan cara manusia harus mengetahui Allah,mengenal Allah,dekat dengan Allah,selalu bersama Allah,bertemu Allah,mencintai Allah,dicintai Allah, dan menjadi kekasih Allah.
Judul brosur : Mengetahui Allah dan menjadi manusia sebagai hamba allah harus menyucikannya yaitu dengan mengucapkan Allah. Alasan : Alasan saya,memilih judul brosur ini karna kita belum banyak tahu tentang rasa Allah dan belum tau secara mendalam tentang rahasia wujud Allah,rahasia kekuatan Allah,rahasia ilmu Allah,rahasia kekuasaan Allah,dan rahasia Allah dalam mencipta,menguasai, mengatur, menjaga, memelihara, dan mengurus seluruh makhluknya.
Dari brosur ini juga kita dapata mengetahui tujuan Allah menciptakan manusia yaitu untuk beribadah,menyebah Allah,menjadi hamba Allah, dan agar manusia menjadi khalifahnya.
Judul brosur : Manusia itu hamba Allah dan Khalifahnya Alasan : Alasan saya, untuk memilih judul ini karna kita dapat mengetahui bahwa sebagai hamba Allah manusia diberi kesanggupan untuk memilih,menguasai,mengatur,mengerjakan,menjalani,mengalami,dan mendapat yang diinginkannya. Sebagai hamba Allah, manusia tidak dibenarkan sibuk dengan dirinya sendiri,sibuk dengan urusannya sendiri, dan sibuk dengan keperluannya sendiri.
Sebagai hamba Allah,manusia harus mengikuti petunjuk Allah,manusia harus melaksanakan perintah Allah, dan manusia juga harus menuruti maunya Allah agar manusia bertauhid,bertaqwa,dan bertawakal.
Fungsi dan Peran Manusia Berpedoman pada al-quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang mempolori oleh adam AS adalah sebagai khalifah.
Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran allah. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana manusia sebagai hamba allah harus menyucikannya yaitu dengan mengucapkan ditetapkan oleh Allah di antanya adalah: Belajar Mengajarkan ilmu Membudayakan ilmu Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan hamba allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.
Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT. Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
b. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah SWT Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil allah di muka bumi, serta pegolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya. Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh. By : Sukron Ma’mun Tanggung Jawab kepada Allah adalah tanggung jawab tertinggi dari eksistensi manusia yang beragama. Sebab tujuan utama dari beragama adalah untuk mengabdi kepada Tuhan.
Manusia yang memiliki nilai tanggung jawab yang kuat kepada Tuhannya akan memberikan efek positif kepada bentuk tanggung jawab lainnya (kepada makhluk). Manusia diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi ini bukanlah untuk main-main, senda gurau, atau tanpa tanpa arah dan tujuan. Namun, manusia yang merupakan bagian dari alam semesta ini diciptakan untuk suatu tujuan, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Kedudukan manusia dalam sistem penciptaannya adalah sebagai hamba Allah yang bertugas mengabdi kepada-Nya.
Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan kewajiban manusia di hadapan Allah sebagai penciptanya. Akan tetapi, Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap manusia sebagai hamba allah harus menyucikannya yaitu dengan mengucapkan sesuatu kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil.
Ibadah yang dilakukan oleh manusia terhadap Allah, mencakup ibadah dalam bentuk umum maupun khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul, mencakup segala macam perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus ( mahdah) yaitu berbagai macam pengabdian kepada Allah yang bentuk dan cara melakukannya sesuai dengan ketentuan yang telah disyariatkan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Manusia sebagai hamba Allah ( ‘abd) adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah, kemulian manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah karena manusia dikaruniai akal untuk berfikir dan menimbang baik-buruk, benar-salah, juga terpuji-tercela, sedangkan makhluk lainnya tidaklah memperoleh kelebihan seperti halnya yang ada pada manusia. Namun, walaupun manusia memiliki kelebihan dan kemulian itu tidaklah bersifat abadi, tergantung pada sikap dan perbuatannya.
Jika manusia memiliki amal saleh dan berakhlak mahmudah (yang baik), maka akan dipandang mulia disisi Allah dan manusia yang lain, tapi jika sebaliknya, manusia tersebut membuat kerusakan dan berakhlak mazmumah (yang jahat), maka predikat kemuliannya turun ke tingkat yang paling rendah dan bahkan lebih rendah dari hewan.
• Tebar Hikmah Ramadan • Life Hack • Ekonomi • Ekonomi • Bisnis • Finansial • Fiksiana • Fiksiana • Cerpen • Novel • Puisi • Gaya Hidup • Gaya Hidup • Fesyen • Hobi • Karir • Kesehatan • Hiburan • Hiburan • Film • Humor • Media • Musik • Humaniora • Humaniora • Bahasa • Edukasi • Filsafat • Sosbud • Kotak Suara • Analisis • Kandidat • Lyfe • Lyfe • Diary • Entrepreneur • Foodie • Love • Viral • Worklife • Olahraga • Olahraga • Atletik • Balap • Bola • Bulutangkis • E-Sport • Politik • Politik • Birokrasi • Hukum • Keamanan • Pemerintahan • Ruang Kelas • Ruang Kelas • Ilmu Alam & Teknologi • Ilmu Sosbud & Agama • Teknologi • Teknologi • Digital • Lingkungan • Otomotif • Transportasi • Video • Wisata • Wisata • Kuliner • Travel • Pulih Bersama • Pulih Bersama • Indonesia Hi-Tech • Indonesia Lestari • Indonesia Sehat • New World • New World • Cryptocurrency • Metaverse • NFT • Halo Lokal • Halo Lokal • Bandung • Joglosemar • Makassar • Medan • Palembang • Surabaya • SEMUA RUBRIK • TERPOPULER • TERBARU • PILIHAN EDITOR • TOPIK PILIHAN • K-REWARDS • KLASMITING NEW • EVENT Konten Terkait • Diskriminasi Perempuan dalam Novel Bumi Manusia • Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam • Zakat, Instrumen Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan • Semangat Komunikasi Terapeutik dalam Hubungan Antar Manusia • Penelitian Studi Kasus dalam Manajemen Pendidikan Islam • Manusia dalam Kepungan Pahala dan Dosa Al-Quran memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa.
Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Al-quran pun mempunyai beberapa istilah untuk menunjukan pengertian manusia, seperti apa contohnya? Pertama, yaitu basyar. Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makluk biologis dalam QS Ali Imran : 47 . Kedua, yaitu al-insan.
Kata al-insan dihubungkan dengan beberapa pengertian, pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah dalam QS Al-Ahzab :72, kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalam diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir dalam QS Al-Ma'arij :19-21 dan ketiga al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri menurut QS Al-Hijr :28-29. Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan spiritual.
Lalu yang ketiga, yaitu an-nas. Kata an-nas dalam al-quran mengacu kepada manusia sebagai makhluk social dengan karakteristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak menurut QS Al-Baqarah : 8. Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, mengapa demikian? Manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macam istilah yaitu turab ( tanah ), tanah kering ( thin ), dan lain-lain. Tentunya hal ini menunjukan bahwa fisik manusia berasal dari macam-macam bahan yang ada di dalam tanah menurut Al-Mu'minun 12-16.
Manusia dikaruniai akal dan pikiran oleh Allah SWT, akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Lalu apa keistimewaan manusia dibandingkan dengan makhluk lain ? Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Salah satu kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain ada pada surat al-Isra ayat 70. Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran.
Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk lainnya. Baca juga: Konsep Manusia dalam Worldview Islam Jika manusia lebih istimewa dari makhluk lainnya, tentu Allah SWT mempunyai tujuan dalam penciptaan manusia.
Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah SWT di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam tentunya. Manusia diciptakan tuhan untuk menjadi khalifahnya di bumi sangat jelas sebagaimana firman Alah SWT. Selain untuk menjadi khalifah, manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah.
Berbuat sesuai dengan kehendak dan kesukaan (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya. Setelah mengetahui tujuan penciptaan manusia, setiap manusia mempunyai fungsi dan peranannya. Peran yang hendaknya dilakukan seorang manusia sebagaimana yang ditetapkan Allah, diantaranya yaitu : • Belajar dari QS.
An-Naml:15-16, QS. Al-Mukmin: 54. Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat Al-Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al-Quran • Mengajarkan ilmu menurut QS.
Al-Baqarah:31-39. Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.
Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan • Membudayakan ilmu menurut al Mukmin : 35 Â ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Kedudukan manusia yang dimaksud pada artikel ini adalah konsep yang menunjukkan hubungan manusia dengan Allah dan dengan lingkungannya. Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan khaliknya.
Secara moral manusiawi manusia mempunyai kewajiban kepada Allah sebagai khaliknya, yang telah memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Berdasarkan hadits Al-Lu'lu Uwal, kewajiban manusia kepada Allah pada garis besarnya ada 2 yaitu mentauhidkan-Nya, maksudnya yakni tidak memusyrikan-Nya kepada sesuatu apapun dan beribadat kepada-Nya.
Orang yang demikian mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan diberi pahala yang berlipat ganda. Kewajiban manusia terhadap Allah manusia sebagai hamba allah harus menyucikannya yaitu dengan mengucapkan harus diimbangi dengan iman dan amal saleh.
Oleh karena itu, kedudukan manusia dalam islam yang pertama yaitu manusia sebagai hamba allah. Baca juga: Konsep Manusia "Plato" Tidak hanya sebagai hamba Allah saja, kedudukan manusia dalam islam yang kedua yaitu manusia sebagai khalifah Allah. Seperti yang sudah di jelaskan pada ayat sebelumnya mengenai tugas manusia sebagai khalifah, tentunya manusia sebagai makhluk Allah mendapat amanat yang harus di pertanggung jawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi sebagai tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan dan sebagai wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
Penegasan ini mengisyaratkan adanya hubungan antara manusia dengan Tuhan. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan.
Kekhalifaan adalah ralisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang yang telah menciptakan manusia.
Cerita UKM New Flash News LIVE TV News Commerce Ketahanan Informasi TIMES TV Nasional Daerah Internasional Politik Ekonomi Pemerintahan Gaya Hidup Entertainment Wisata Kuliner Tekno Olahraga Otomotif Jadwal Sepakbola Pendidikan Kesehatan Kopi TIMES Glutera News Gawainesia English • • Kanal • Kopi TIMES • Metode Penyucian dan Penyehatan Jiwa (An-Nafs) TIMESINDONESIA, MALANG – Al-Musdiy mengatakan, bahwa tazkiyatun nafs merupakan suatu jalan yang dapat mengantarkan jiwa menuju Allah dengan cara menyucikannya dari berbagai kemaksiatan, sehingga dapat mencapai derajat Ihsan.
Tazkiyatun nafs juga merupakan salah satu ajaran penting dalam Islam. Bahkan salah satu tujuan diutusnya Nabi Muhammad Saw adalah untuk membimbing manusia meraih jiwa yang suci. Tazkiyatun nafs adalah tugas terpenting para nabi dan rasul, dan menjadi tujuan orang-orang yang taqwa dan shaleh.
Rasulullah Saw merupakan pemimpin para rasul sekaligus menjadi pemimpin dalam memperbaiki dan membersihkan jiwa. Sebagaimana Allah SWT menyebutkan dalam firman-Nya. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (as-Sunnah).
dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id Adapun Raghib as-Sirjâni Mengatakan, bahwa tujuan Islam adalah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan tazkiyatun nafs melalui keimanan yang benar, mengenal Allah, amal shaleh, akhlak mulia, bukan hanya sekedar keyakinan dan berpangku tangan saja, tidak juga hanya mengharapkan syafa‘at dan perbuatan-perbuatan yang diluar kebiasaan manusia sebagai hamba allah harus menyucikannya yaitu dengan mengucapkan.
Inilah yang ingin ditunjukkan al-Qur’an, adanya ikatan antara iman dan amal, dalam seruannya untuk orang-orang yang beriman. Ahmad Farid berpendapat, ’Orang yang mengharap ridha Allah dan hari akhirat pasti akan menaruh perhatian terhadap tazkiyatun nafs secara khusus.
Di samping itu, Allah SWT telah mengaitkan kebahagiaan seseorang hamba dengan tazkiyatun nafs. Demikian itu dinyatakan dalam al-Qur’an dengan sebelas buah sumpah secara berturut-turut, yang tidak terdapat dimana masalah selain tazkiayatun nafs. Sebagaimana Firman Allah SWT: “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, Demi bulan apabila mengiringinya, Demi siang apabila menampakkan cahayanya, Demi malam apabila menutupinya, Demi langit serta pembinaannya, Demi bumi serta penghamparannya, Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Bertolak dari itulah Sa‘id Hawwa mengatakan, ‘Fardu ‘ain pertama yang menjadi kewajiban seorang Muslim, ialah harus mengetahui Islam secara global, mengimaninya serta mengucapkan dua kalimah syahadah.
Fardhu ‘ain yang kedua yang menjadi kewajiban seorang muslim, ialah harus mengetahui secara detail ajaran Islam yang menjadi kewajiban taklifiyah yang harus ia lakukan. Dan fardhu ‘ain selanjutnya yang harus diketahui ialah; Tauhid, ibadah dan kebersihan jiwa.
Sementara itu konsep mensucikan jiwa ialah agar menjadi orang yang lebih baik sebagaimana yang telah dikenal dengan “tazkiyatun nafs”. Tazkiyatun nafs bermakna sebuah proses pensucian dari ruh yang jelek (nafs amârah dan nafs lawâmah) dari dalam diri seseorang menuju kebaikan dan ruh yang lebih baik (nafs mutmainah) dengan mengikuti dan mempraktikkan prinsip hukum islam ( Syariah).
Dengan demikian, memahami hakikat tazkiyatun nafs dan bagaimana metode maupun konsep tazkiyatun nafs itu dengan benar sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap Insan. Nafsu pada dasarnya fitrah yang bisa menjadi baik atau buruk. Karena itu, nafsu harus dibentuk dan dibimbing agar tetap menjadi baik dan benar, yaitu dengan selalu mengikatkannya dengan seluruh syariat Allah dan Rasul-Nya.Inilah yang merupakan metode dalam pendidikan dan penyucian jiwa.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id Penyucian jiwa dari penyakit-penyakit dan kotoran-kotorannya merupakan implimentasi dari sabda Nabi Saw: “Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut.
Ketahuilah, ia adalah hati. Imam Ibnu Qayyim berkata: “Hati bisa sakit selayaknya badan sakit, dan obatnya adalah tobat dan menjaganya dari debu dan membersihkannya dengan dzikir, dan telanjang sebagaimana telanjangnya badan dan perhiasannya adalah takwa, lapar dan haus sebagaimana laparnya badan, dan makan serta minumannya adalah ma’rifatullah (mengetahui Allah), cinta kepada-Nya, tawakal dan mengembalikan sesuatu kepada Allah serta berbakti kepada-Nya.
Obat-obat hati yang ditunjukkan Imam Ibnul Qayyim tidak dapat dicapai, kecuali dengan melalui kesungguhan ( mujaahadah) yang tinggi terhadap jiwa ini, diikuti dengan memerangi hawa nafsu dan setan, serta dunia dengan segala isinya, dari perhiasan dunia dan segala daya tariknya.
Dan manusia sebagai hamba allah harus menyucikannya yaitu dengan mengucapkan merupakan asal dari pendidikan jiwa, sebagaimana Allah Swt. berfirman: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami”.
Imam Ibnul Qayyim berkata, ketika Allah Swt mengaitkan hidayah dengan jihad dalam ayat di atas maknanya bahwa manusia yang paling sempurna hidayahnya adalah yang paling besar jihadnya.
Dan jihad yang paling besar adalah jihad nafs (jihad menundukkan jiwa), jihad melawan nafsu syahwat, jihad melawan setan, dan jihad melawan dunia. Barang siapa yang berjihad dengan melawan keempat jihad ini karena Allah, niscaya Dia menunjukkan jalan-jalan ridha-Nya.
Setelah mujahadah yang tinggi terhadap penyucian jiwa ini dan sampai pada obat-obat yang mencegah penyakit-penyakit hati, tidak akan tampak indikasi-indikasi kesehatan, kecuali dengan berlaku benar, baik dalam kesendirian atau jauh dari pandangan manusia dan benar dihadapan manusia.
Sebagaimana Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Benarkanlah apa yang ada dalam batinmu sebagaimana kamu ingin terlihat pada zahirmu”. INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id *) Penulis: Kukuh Santoso, M.PdI, Dosen Fakultas Agama Islam Unisma Malang *)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id **) Dapatkan update informasi pilihan setiap hari dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update.
Caranya, klik link ini dan join. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di HP.HAK merupakan hal-hal yang harus kita dapatkan atas sesuatu. Di samping hak pasti ada sebuah kewajiban, dimana ia adalah hal-hal yang mesti kita berikan atas sesuatu tersebut. Hak dan kewajiban ini selalu beriringan. Dimana ada kita diberi hak pasti kita harus memenuhi kewajiban. Misalnya, hak dan kewajiban anak terhadap orang tua.
Pertama, hak yang harus diberikan oleh orang tua terhadap anaknya, salah satunya memberikan kasih sayang serta mendidik anaknya. Kedua, kewajiban.
Setelah anak diberikan hak oleh kedua orang tua, maka penuhilah kewajiban sebagai anak terhadap orang tua, yaitu berbakti kepadanya. Lantas, apa hak dan kewajiban kita sebagai seorang hamba terhadap Sang Pencipta Allah SWT? Jangan sampai kita sebagai hamba terlalu menuntut kepada Allah SWT atas haknya saja. Emang kita siapa? Berani menuntut kepada yang telah menciptakan kita. Padahal, kita tidak ada apa-apanya. Kita bagaikan sebutir debu di hadapanNya yang tak berdaya tanpa kehendakNya.
Hak dan kewajiban sebaiknya harus seimbang. Jika kita menginginkan hak kita terpenuhi oleh Allah SWT, maka kita harus menjalankan kewajiban terlebih dahulu sebagai hambanya. Kita mau dianggap menjadi hamba yang tidak bersyukur? Tentu saja tidak. Maka dari itu, penuhilah kewajiban dan Allah SWT akan memberikan hak-hak kita.
Dari Mu’adz bin Jabal SAW dia berkata: “Aku pernah membonceng Nabi SAW di atas seekor keledai. Beliau berkata kepadaku: ‘Tahukah engkau apa hak Allah atas para hambaNya, dan apa hak para hamba atas Allah?’ Aku menjawab: ‘Allah dan RasulNya lebih mengetahui.’ Beliau berkata: ‘Hak Allah atas para hambaNya adalah mereka menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun.
Sedangkan hak hamba atas Allah yaitu Allah tidak akan menyiksa hambaNya yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun.’ Aku pun bertanya: “Wahai Rasulullah, tidaklah saya berikan kabar gembira ini kepada manusia?’ Beliau menjawab: ‘Jangan, agar mereka tidak hanya pasrah (menyerahkan diri)’,” (HR Al-Bukhari).
Di dalam hadis Rasulullah SAW menerangkan tujuan Allah SWT menciptakan makhluk, yaitu mengesakan Allah SWT semata dalam beribadah dan ikhlas karenaNya. Hak yang agung ini tidak lain hanyalah milik Allah SWT yang Maha Pencipta, Maha Memberikan nikmat dan keutamaan. Jika seorang hamba telah menjalankan kewajibannya yang agung di atas dengan –ikhlas dalam beribadah- (Balasannya) yaitu Allah SWT menyelamatkan mereka dari siksa neraka dan memasukkan mereka ke dalam jannah yang penuh dengan kenikmatan.
Hak dan kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT. Pertama, hak seorang hamba terhadap Allah SWT yaitu mengesakan Allah SWT semata dalam beribadah dan ikhlas karenaNya.
Kedua, kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT. yaitu menyelamatkan mereka dari siksa neraka dan memasukkan mereka ke dalam jannah yang penuh dengan kenikmatan. [] Sumber: 21 Petunjuk Nabi SAW Dalam Masalah Aqidah dan Ittiba/Asy Syaikh Rabi bin Hadi Al Madkali/Al Haura’/2007
none