Daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

Longsor adalah bencana alam yang terjadi akibat banyak hal. Longsor merupakan peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan masa batuan atau lempengan dengan berbagai jenis.

Peristiwa ini biasanya terjadi di daerah pegunungan atau bisa juga di dataran yang relatif rendah. Penyebab utama dari longsor adalah gravitasi yang mempengaruhi sebuah gerakan tanah. Sebelum kita bahas penyebab tanah longsor, saya berikan ciri – ciri bila akan terjadi bencana tanah longsor.

Ciri-ciri Akan Terjadi Bencana Longsor • Tampak retakan pada lereng saat setelah hujan • Tebing terlihat rapuh dan adanya kerikil yang berjatuhan • Muncul mata air secara tiba – tiba • Genangan air di musim hujan akan hilang • Adanya getaran sehingga pintu atau rumah terbuka • Pepohonan tampak miring Penyebab Terjadinya Tanah Longsor Penumpukan Material Banyak cara untuk memperluas wilayah pemukiman, salah satunya adalah dengan menimbun lembah atau memong tebing.

Tanah yang digunakan untuk penimbunan adalah tanah yang kering dan tidak saat hujan terjadi. Jika tanah tersebut daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah karena hujan maka tanah akan retak dan permukaan tanah jadi turun.

Kelebihan Beban Banyaknya perumahan yang ada di sekitar lereng gunung membuat tanah tidak mampu menahan beban dari rumah – rumah tersebut, sehingga terjadi tanah longsor. Selain rumah, juga bisa karena kendaraan dengan beban berat yang sering melewati kawasan lereng gunung tersebut.Hal ini sering ditemui di kawasan lereng gunung.

Curah Hujan Tinggi Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim panas dan hujan. Pada saat musim panas, kondisi tanah akan menjadi kering dan dari tanah kering tersebut akan membentuk pori – pori tanah yang nantinya menjadi sebuah retakan. Saat terjadi transisi dari musim panas ke musim hujan akan membuat tanah kering tersebut terisi dengan air hujan. Hal tersebut membuat terjadinya pergeseran tanah dan akhirnya terjadi erosi tanah. Lahan Pertanian di Lereng Di lereng gunung tentunya banyak terdapat perkebunan atau pertanian.

Jika pekebunan atau pertanian tersebut tidak ditata dengan rapi, maka daerah itu bisa menjadi daerah yang berpotensi tinggi terjadi longsor. Pertanian atau perkebunan biasanya memiliki akar yang kecil, sehingga tidak akan mampu menjaga agar struktur tanah tetap kuat.

Sebaiknya lahan yang ada di lereng gunung ditanami dengan pohon – pohon yang kokoh untuk menjaga struktur tanah. Erosi Erosi atau pengikisan tanah salah satunya terjadi karena aliran sungai yang terus mengikis tebing yang ada di sekitarnya. Hal yang menjadi penyebab terjadinya longsor adalah ketika pengikisan tebing terjadi dan ternyata tebing tersebut tidak memiliki banyak pohon maka akan terjadi longsor.

Penggundulan Hutan Hutan berfungsi sebagai penghasil oksigen terbesar. Selain itu, hutang yang berada di lereng pegunungan atau bukit juga membantu mencegah terjadinya longsor. Akar – akar kuat yang dimiliki pohon – pohon tersebut dapat minyimpan air sehingga struktur tanah menjadi kuat. Jika pohon – pohon tersebut ditebangi atau digunduli maka tidak ada lagi yang membuat struktur tanah menjadi kuat dan akhirnya akan terjadi tanah longsor.

Banyaknya Mata Air Daerah lereng pegunungan yang memiliki banyak sumber mata air memiliki kemungkinan besar untuk terjadinya longsor. Volume air yang terlalu tinggi akan membuat tebing atau tanah basah sehinnga tidak memiliki kekuatan untuk menahan air – air tersebut. Tumpukan Sampah Penumpukan sampah adalah akibat dari manusia yang tidak peduli akan lingkungannya.

Sampah yang menumpuk tidak hanya akan menjadi penyebab banjir, tapi juga menyebabkan terjadinya longsor. Ketika sampah menumpuk dan menggunung di atas tanah serta tekanan dari air hujan akan membuat tanah tidak daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah menahan beban itu hingga akhirnya terjadi longsor. Pencegahan Bencana Tanah Longsor • Jangan membangun rumah di bawah atau dekat tebing. • Hindari membuat kolam atau perkebunan di lereng gunung yang dekat dengan pemukiman warga.

• Apabila kamu melihat retakan di tanah, maka segera tutupi dengan tanah lagi kemudian padatkan agar air hujan tidak menerobos ke celah tanah. • Jangan melakukan penebangan pohon sembarangan, apalagi di sekitar lereng. • Cari daerah untuk tinggal dengan daerah yang aman dan bukan pemukiman yang didirikan di tepi sungai. • Membuat saluran pembuangan air (SPA) yang bisa otomatis menjadi saluran penampungan air tanah (SPAT). Sehingga saar curah hujan sedang tinggi, saluran akan menjadi saluran air dan saat intensitas hujan rendah maka saluran akan menjadi saluran air tanah.

• Menanami tanah dengan jenis tanaman yang keras dan ringan sehingga tanah memiliki. Jenis Tanaman Pengendali Longsor Pepohonan Dengan Sifat Akar Tunggang Yang Dalam Dan Akar Cabang Sedikit • Mahoni berdaun besar (Swietenia Macrophylla) • Rengas (Gluta Renghas) • Jati (Tectona Grandis) • Kesambi (Schleichera Oleosa) • Sono Kembang (Pterocarpus Indicus) • Sono Keling (Dalbergia Sissoides) Pepohonan Dengan Sifat Akar Tunggang Yang Dalam Dan Banyak Akar Cabang • Pohon kemiri (Aleurites Moluccana) • Laban (Vitex Pubescens) • Dlingsem (Homalium Tomentosum) • Bungur (Lagerstroemia Speciosa) • Mindi (Melia Azedarach) • Johar (Cassia Siamea) • Lamtoro merah (Acacia Villosa) • Ampupu (Eucalyptus Alba) • Petai Cina (Leucaena Glauca) Demikianlah penyebab sekaligus pencegahan tanah longsor yang bisa kami bagikan untuk kalian.

(elevenia) Dari beberapa macam ekosistem yang kita kenal di Bumi, salah satunya ada ekosistem sungai. Ekosistem sungai ini termasuk dalam jenis ekosistem air. Seperti namanya, ekosistem sungai ini mempunyai arti sebagai ekosistem yang berada di daerah sungai.

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

Ekosistem sungai ini berarti segalam macam interaksi atau hubungan timbal balik dari makhluk hidup dan juga lingkungannya yang mana meliputi kawasan atau daerah sungai. Ekosistem sungai ini meliputi di sepanjang wilayah Daerah Aliran Sungai, dari hulu sungai, badan sungai, dan juga hilir sungai, dan bahkan muara sungai (baca: ciri-ciri bagian hulu dan hilir sungai).

Di sepanjang aliran sungai inilah disebut sebagai ekosistem sungai. Ekosistem sungai ini merupakan salah satu jenis ekosistem air tawar. Indonesia sendiri di hampir semua wilayahnya mempunyai ekosistem sungai ini. Hal ini karena setiap pulau yang ada di Indonesia mempunyai sungai. Beberapa sungai yang terkenal dan sekaligus menjadi ekosistem sungai yang besar anatar lain adalah Sungai Mahakam, Sungai Kapuas, Sungai Musi, Sungai Bengawan Solo, dan lain sebagainya (baca: sungai terpanjang di Indonesia).

Ciri- ciri Ekosistem Sungai Setiap jenis ekosistem di Bumi ini mempunyai ciri- ciri atau karakteristiknya masing- masing.

Hal ini tidak berbeda dengan ekosistem sungai ini. Ekosistem sungai ini dikatakan sebagai ekosistem yang menarik. Ada 2 alasan mengapa ekosistem sungai ini menarik, yakni karena mempunyai aneka kehidupan biota yang beragam dan juga mempunyai perubahan fisik kimia yang bisa dipengarui oleh berbagai macam daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah. Ekosistem sungai ini mempunyai suatu ciri khas. Ciri khas yang dimiliki oleh ekosistem sungai ini adalah adanya aliran air yang searah sehingga memungkinkan adanya perubahan fisik dan kimia di dalamnya yang berlangsung secara terus menerus.

Selain ciri khas tersebut, kita juga dapat menemukan beragam ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh ekosistem sungai ini. Beberapa ciri atau karakteristik utama yang dimiliki oleh ekosistem sungai antara lain: • Adanya air yang terus mengalir dari arah hulu menuju ke arah hilir. • Terdapat variasi kondisi fisik dan juga kimia dalam tingkat aliran air yang sangat tinggi.

• Adanya perubahan kondisi fisik dan juga kimia yang berlangsung secara terus menerus. • Dihuni oleh berbagai macam tumbuhan dan juga binatang yang telah beradaptasi dalam kondisi aliran air.

Itulah beberapa ciri utama yang dimiliki oleh ekosistem sungai. Perlu kita ketahui bersama bahwasannya ciri atau karakteristik tersebut hanya dipuyai oleh ekosistem air ini dan tidak dimiliki oleh jenis ekosistem lainnya. Mengenai penjelasan lebih lanjut tentang beragam kondisi yang dimiliki oleh ekosistem sungai, akan dijelaskan berikut ini. Aliran Air Aliran air merupakan faktor utama yang dimiliki oleh ekosistem sungai dan merupakan pembeda dari ekosistem lainnya.

Kecepatan aliran air antara satu sungai dengan sungai yang lainnya berbeda- beda. Hal ini karena kecepatan aliran air sungai dipengaruhi oleh berbagai hal. Berbagai hal yang mempengaruhi kecepatan aliran air sungai antara lain pencairan salju, air tanah (baca: ciri-ciri air tanah yang baik), dan juga hujan (baca: jenis- jenis hujan).

Terdapat beberapa perubahan pada dasar sugai karena disebabkan oleh aliran sungai ini. Aliran sungai dapat mengubah bentuk dasar sungai melalui beberapa cara, yakni erosi (baca: akibat erosi sungai), sedimentasi (baca: batuan sedimen), serta berbagai perubahan habitat yang lainnya.

Cahaya Cahaya yang terdapat di ekosistem sungai memegang peranan yang sangat penting. Cahaya ini berperan sebagai penyedia energi untuk melakukan proses fotosintesis oleh berbagai organisme autotrof yang berperan sebagai prosusen daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah ekosistem sungai tersebut.

Cahaya yang dimaksudkan tentu saja cahaya yang berasal dari matahari (baca: bagian- bagian matahari) atau sinar sinar matahari. Cahaya matahari yang diterima oleh ekosistem sungai ini sangat dipengaruhi oleh berbagai macam variabel, diantaranya jumlah pepohonan yang menaungi sungai, lebat atau tidaknya pepohonan tersebut, dan juga tingkat kedalaman sungai itu sendiri (baca: sungai terpanjang di dunia).

Suhu Suhu merupakan salah satu komponen abiotik yang dimiliki oleh suatu ekosistem. Demikian halnya di ekosistem sungai ini pastilah juga ada suhu. Suhu yang terdapat di ekosistem sungai ini sangat bervariasi. Hal ini karena keberadaan suhu ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu radiasi di permukaan, konduksi dari atau ke udara (baca: ciri- ciri udara yang bersih), substrat di sekitarnya, iklim (baca: iklim di Indonesia), dan juga tingkat kemiringan sungai.

Selain itu di ekosistem sungai ini juga ditemukan perbedaan suhu yang cukup mencolok antara bagian permukaan air sungai dengan bagian bawah air sungai tersebut.

Substrat Subtrat merupakan bagin permukaan tempat berbagai orgenisme hidup. Kondisi substrat dalam ekosistem ini umumnya tidak permanen. Substrat di ekosistem sungai ini dipengaruhi oleh 2 faktor.

Faktor- faktor yang mempengaruhi substrat di ekosistem sungai ini adalah: • Faktor organik, misalnya sisa dedunan, kayu, lumut, dan juga berbagai macam tanaman. • Faktor anorganik, misalnya batu, bahan- bahan geologi, kerikil, pasir dan lumpur. Bakteri Dengan atau tanpa disadari oleh kita, bakteri mempunyai peranan besar dalam suatu ekosistem.

Bakteri ini mempunyai peranan yang penting dalam proses daur ulang energi. Bakteri berperan menguraikan bahan- bahan organik menjadi senyawa organik yang dapat digunakan oleh tanaman serta organisme lainnya.

Di dalam ekosistem sungai ini, bakteri hadir dalam jumlah yang banyak sehingga proses daur ulang energi dapat berlangsung dengan lancar. Kimia Air Ekosistem sungai tidak terlepas dari yang namanya kondisi kimia pada air. Pada ekosistem sungai ini, kondisi kimianya sangat bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bergantung pada input dari lingkungan atau daerah yang ada di sekitarnya, seperti hujan, dan juga penambahan bahan pencemar yang dihasilkan dari aktivitas manusia.

Meskipun demikian, kita tetap perlu mengetahui bahwasannya oksigen tetap menjadi konstituen kimia yang paling penting dari kehidupan berbagai organisme yang berada di ekosistem sungai tersebut. Tanaman/ Flora Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya tumbuhan melakukan proses fotosintesis untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia yang dapat digunakan untuk bahan bakar aktivitas organisme.

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

Beberapa tanaman atau flora dapat kita temui di ekosistem sungai ini. Tanaman- tanaman tersebut diantaranya: • Ganggang merupakan sumber yang paling signifikan sebagai makanan utama yang dimiliki oleh sebagain besar sungai. Ganggang ini biasanya mengambang bebas namun tidak bisa mempertahankan jumlah populasi yang besar dalam jangka waktu lama. • Selain ganggang, lumut juga merupakan tanaman yang sering kita jumpai di ekosistem sungai.

Lumut ini akan mudah kita temui menempel di benda- benda padat, misalnya batu. • Tanaman tingkat tinggi. tanaman tingkat tinggi berfungsi melindungi binatang- binatng dari arus dan juga dari predator, serta sebagai penyedia sumber makanan bagi binatang- binatang tersebut.

Ciri khas dari tanaman tingkat tinggi ini adalah menjalar di permukaan sungai. Contohnya adalah kangkung liar, dan enceng gondok.

Ikan Ikan merupakan binatang yang banyak kita temui di ekosistem sungai. Kemampuan jenis ikan untuk dapat bertahan hidup bervariasi serta berhubungan erat habitat sungai yang ditempatinya. Kita akan dapat menemukan sebagian besar ikan yang tinggal di bagian dasar, di sisi sungai, dan juga di balik bebatuan di sungai. Hal ini bertujuan untuk menyiasati penggunaan energi yang tinggi karena ikan- ikan tersebut harus berenang melawan arus.

Ikan- ikan ini biasanya hanya akan berenang ketika akan mencari makan dan ketika akan berpindah tempat. Invertebrata Binatang invertebrata atau tidak bertulang balakang merupakan binatang yang banyak kita temui di ekosistem sungai ini.

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

Beberapa jenis binatang invertebrata yang kita temui di sungai adalah udang karang, siput, kerang, keong, remis, dan beberapa jenis serangga invertebrata. Dari jenis- jenis tersebut, komunitas yang paling dominan di ekosistem sungai adalah jenis serangga. Serangga ini mudah sekali kita temukan dan hampur di setiap habitat, seperti di permukaan air, di dasar air, dan di bawah batu. Binatang- binatang tersebut akan banyak kita jumpai di dasar sungai.

Hal ini bertujuan untuk menghindari arus sungai yang tinggi. Selain di dasar, ada beberapa binatang yang mulai beradaptasi dengan cara hidup di sisi hilir dan terhalang oleh batu. Burung Selain binatang- binatang air, ekosistem sungai juga dihuni oleh beberapa binatang darat, seperti burung. Burung memang tidak tinggal di dalam air, namun burung ini tinggal di sekitar ekosistem sungai unyuk mmenuhi kebutuhannya (mencari makan).

Makanan utama dari burung- burung ini adalah ikan- ikan kecil atau binatang invertebrata yang tinggal di lingkungan ekosistem sungai tersebut. Komponen Ekosistem Sungai Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ekosistem adalah suatu interaksi yang melibatkan makhluk hidup dengan lingkungannya (baca: fungsi lingkungan hidup bagi manusia). Hal ini berarti ekosistem meliputi interaksi komponen biotik dan juga komponen abiotik.

Komponen biotik dan abiotik ini merupakan komponen- komponen yang dimiliki oleh semua jenis ekosistem, termasuk ekosistem sungai ini. Komponen- komponen yang dimiliki oleh ekosistem sungai adalah sebagai berikut: • Komponen daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah.

Komponen biotik merupakan komponen yang terdiri dari makhluk hidup, baik tumbuhan maupun binatang. Ekosistem sungai mempunyai banyak sekali komponen biotik, seperti tumbuhan (contoh: ganggang, angkung liar, enceng gondok, lumut, dan lain sebagainya), binatang (contoh: sipur, keong, remis, kerang, udangular, serangga, dan lain sebagainya), fitoplankton, zooplankton, serta organisme lainnya.

• Komponen abiotik. berkebalikan dengan komponen biotik, komponen abiotik ini merupakan komponen ekosistem yang berbentuk benda- benda tak hidup. Namun, meski benda- benda tersebut tak hidup, keberadaan benda- benda tersebut tetap berpengaruh terhadap kelangsungan hidup komponen biotik yang ada di ekosistem tersebut.

Beberapa komponen abiotik yang berada di ekosistem sungai antara lain: batu (baca: jenis-jenis batuan), suhu, cahaya matahari, kelembaban udara (baca: cara menjaga kelestarian udara), dan lain sebagainya. Pembagian Zona Ekosistem Sungai Tahukah Anda bahwa ternyata ekosistem sungai ini dibedakan atas beberapa zona? Ya, para ahli membagi ekosistem sungai dibagi ke dalam dua zona. Pembagian zona di ekosistem sungai adalah sebagai berikut: • Zona air deras Zona pertama yang ada di ekosistem sungai adalah zona air deras.

Zona air deras merupakan wilayah sungai yang cenderung dangkal. Pada zona ini kita akan mendapati aliran arus air yang deras atau sangat tinggi. Biasanya zona ini berada di bagian hulu sungai (atau lebih tepatnya di pegunungan). Aliran sungai yang deras ini mengakibatkan bagian dasar sungai menjadi bersih dari berbagai macam endapan serta materi- materi yang mengendap lainnya.

Hal ini juga menyebabkan bagian dasar dari zona ini cenderung terasa padat. Di zona air deras ini kita akan menemukan bentos dan juga organisme ferifitik yang mempunyai kemampuan untuk melekat dan berpegang pada dasar yang bersifat keras atau padat, atau bisa juga pada ikan yang bisa berenang dengan kuat. • Zona aliran tenang Zona kedua yang terdapat dalam ekosistem sungai adalah zona aliran tenang.

Berbeda dengan zona yang pertama, zona ini merupakan zona yang sedikit lebih dalam dan arus sungai tidak terlalu deras seperti zona yang pertama.

Zona ini biasanya berada di wilayah yang landai. Di zona ini kita juga akan menemukan lumpur dan juga bahan endapan lainnya yang mengendap di dasar sungai. Karena banyaknya bahan endapan yang mengendap ini maka menjadikan dasar sungai terasa lunak dan tidak sesuai lagi dengan bentos. Zona aliran tenang ini lebih sesuai bagi nekton dan plankton yang mempunyai kebiasaan menggali dasar sungai. Itulah dua zona yang terdapat pada ekosistem sungai.

Apabila kita perhatikan, maka dua zona tersebut mempunyai karakteristik yang bertolak belakang. Manfaat Ekosistem Sungai Semua jenis ekosistem mepunyai fungsinya masing- masing, demikian pula dengan ekosistem sungai ini.

Ekosistem sungai mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting bagi kita semua. Beberapa manfaat sungai yang akan kita peroleh dari ekosistem sungai adalah sebagai berikut: • Sumber air tawar.

Sungai menyediakan banyak sekali air tawar yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Manusia memerlukan air tawar dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi segala macam kebutuhan, seperti minum, memasak, mencuci, hingga kebutuhan untuk industri. Tidak hanya manusia saja, binatang dan tumbuhan juga sangat memerlukan air agar mereka bisa bertahan hidup. • Ekosistem air tawar (termasuk juga ekosistem sungai) ini berperan sebagai bottle neck dalam siklus hidrologi yang ada di Bumi.

• Ekosistem sungai yang bersamaan dengan ekosistem estuary merupakan tempat yang mudah dan murah untuk membuang limbah yang bersifat tertier. • Sebagai tempat hidup bagi banyak mahkluk hidup yang ada di Bumi, daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah binatang- binatang air dan juga tumbuhan yang hidup di air.

• Bisa digunakan sebagai tempat budidaya tanaman tertentu, sehingga dapat menghasilkan nilai ekonomis bagi warga masyarakat yang berada di sekitar sungai tersebut. • Sebagai tempat rekreasi bagi anak- anak dan juga bagi keluarga. Itulah beberapa manfaat dari ekosistem sungai yang dapat kita rasakan.

Selain manfaat- manfaat yang telah disebutkan di atas, pastilah ada manfaat lainnya yang dapat kita rasakan, baik secara sadar maupun secara tidak sadar.
1. teori perkembangan kognitif jean piaget merupakan salah satu pilar konseptual dan menjadi dasar proses pendidikan anak usia sekolah. jean piaget me … mbagi perkembangan kognitif menjadi 4 tahap perkembangan yaitu sensorimotorik, praoperasional, operasi konkret, operasi formal.

berdasarkan tahap perkembangan kognitif jean piaget, pada tahap manakah perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar? dan coba anda uraikan karakteristiknya! 38.

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

seorang pemulia tanaman menyilangkan tanaman terung ungu bulat dengan ungu lonjong. sifat bulat dominan terhadap lonjong dan sifat ungu dominan te … rhadap hijau. dari persilangan tersebut dihasilkan keturunan sebanyak 1.300 tanaman dengan perbandingan variasi keturunan ungu bulat : ungu lonjong : hijau bulat : hijau lonjong = 3:3:1:1. genotip kedua induk tanaman tersebut adalah …. a. uubb dan uubb b.

uubb dan uubb c. uubb dan uubb d. uubu dan uubb Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah aktivitas daratan (PP No.

37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai). DAS merupakan ekosistem yang merupakan tempat unsur organism dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Ekosistem DAS terdiri dari beberapa komponen, yaitu: manusia, hewan, vegetasi, tanah, iklim, dan air. Masing-masing komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaannya tidak berdiri sendiri, namun berhubungan dengan komponen lainnya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem).

Apabila fungsi dari suatu DAS terganggu, maka sistem hidrologi akan terganggu, penangkapan curah hujan, resapan dan penyimpanan airnya sangat berkurang, atau memiliki aliran permukaan (run off) yang tinggi. Vegetasi penutup dan tipe penggunaan lahan akan kuat mempengaruhi aliran sungai, sehingga adanya perubahan penggunaan lahan akan berdampak pada aliran sungai.

Berikut definisi dan pengertian DAS dari beberapa sumber buku: • Menurut Dharmawan, dkk (2005), DAS adalah bentang lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran (topographic divide), yaitu punggung bukit atau gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian mengalirkannya melalui saluran-saluran pengaliran ke suatu titik (outlet) yang umumnya berada di muara sungai biasa atau danau. • Menurut Asdak (2010), DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.

• Menurut Suripin (2002), DAS adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit-bukit atau gunung, maupun batas batuan, seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik kontrol (outlet). • Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), DAS adalah suatu kesatuan daerah/wilayah/kawasan tata air yang terbentuk secara alamiah dimana air tertangkap (berasal dari curah hujan), dan akan mengalir dari daerah/wilayah/kawasan tersebut menuju ke arah sungai dan sungai yang bersangkutan.

• Menurut Sugiharto (2001), DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima air hujan, menampung, menyimpan, dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut.

Fungsi DAS Fungsi utama DAS adalah sebagai hidrologis, dimana fungsi tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuk lahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk mengalirkan air, menyangga kejadian puncak hujan, melepaskan air secara bertahap, memelihara kualitas air, serta mengurangi pembuangan massa (seperti terhadap longsor).

Berdasarkan fungsinya, DAS dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. DAS bagian hulu DAS bagian hulu dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah dengan lanskap pegunungan dengan variasi topografi, mempunyai curah hujan yang tinggi dan sebagai daerah konservasi untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi.

DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen sistem aliran airnya. b. DAS bagian tengah DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.

c. DAS bagian hilir DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

Bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan yang relatif landai dengan curah hujan yang lebih rendah. Bentuk Pola DAS Pola sungai akan menentukan bentuk dari suatu DAS yang berpengaruh terhadap kecepatan terpusatnya aliran.

Meskipun semua jaringan alur sungai bercabang-cabang dengan cara yang sama akan tetapi masing-masing menunjukkan pola yang berbeda satu dengan yang lain, tergantung pada medan dan kondisi geologinya. Beberapa pola DAS berdasarkan garis batas dan arah aliran sungai antara lain sebagai berikut: Bentuk-bentuk DAS • DAS berbentuk memanjang. Biasanya induk sungainya akan memanjang dengan anak-anak sungai langsung mengalir ke induk sungai.

Kadang-kadang berbentuk seperti bulu burung. Bentuk ini biasanya akan menyebabkan besar aliran banjir relatif lebih kecil karena perjalanan banjir dari anak sungai itu berbeda-beda. Tapi biasanya banjir berlangsung agak lama. • DAS berbentuk Radial. Bentuk ini karena arah sungai seolah-olah memusat pada suatu titik sehingga menggambarkan adanya bentuk radial, kadang-kadang gambaran tersebut memberi bentuk kipas atau lingkaran.

Sebagai akibat dari bentuk tersebut maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan yang sifatnya merata di seluruh DAS akan daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah terjadinya banjir besar. • DAS berbentuk Paralel. DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu di bagian hilir.

Apabila terjadi banjir di daerah hilir biasanya terjadi setelah di bawah titik pertemuan. • DAS berbentuk Komplek. Merupakan bentuk kejadian gabungan dari beberapa bentuk DAS yang dijelaskan di atas. Karakteristik DAS Karakteristik DAS merupakan gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah geologi, vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia.

Karakteristik DAS pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu: karakteristik biogeofisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan. Karakteristik DAS secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: • Karakteristik biogeofisik, yaitu karakteristik meteorologi DAS, karakteristik morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS, dan karakteristik kemampuan DAS.

• Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan, yaitu karakteristik sosial kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial ekonomi DAS dan karakteristik kelembagaan DAS.

Parameter-parameter morfometri dan morfologi yang menjadi nilai dan angka koefisien karakteristik DAS untuk memprediksi besarnya aliran permukaan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: • Kondisi topografi yang menggambarkan kondisi fisiografi ataupun relief permukaan yang dapat diwakili sebagai ukuran kemiringan lereng permukaan lahan, menjadi faktor dominan dalam menentukan besar kecilnya curah hujan yang jatuh kemudian menjadi limpasan permukaan setelah dipertimbangkan besarnya kapasitas infiltrasi.

• Kondisi tanah dan batuan yang menentukan besarnya bagian curah hujan yang mengalami peresapan ke dalam lapisan tanah dan batuan yang dikenal dengan infiltrasi tanah. • Kondisi tutupan vegetasi dan jenis tanaman semusim yang berfungsi untuk menerima atau menangkap dan menyimpan air hujan yang jatuh di permukaan lahan tersebut tergantung pada jenis dan kerapatan penutupan vegetasi dan tanaman semusim lainnya.

• Kondisi timbunan permukaan lahan (surface storage, surface detention) yang mampu menangkap air hujan yang jatuh sehingga berfungsi untuk menghalangi laju aliran limpasan permukaan, yang berarti pula bahwa permukaan lahan tersebut menjadi tergenang ataupun mengalami pengatusan cepat.

Pengelolaan DAS Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia.

Menurut Asdak (2007), dalam pengelolaan DAS perlu dipertimbangkan aspek-aspek berikut: • Aktivitas pengelolaan sumberdaya termasuk tata guna lahan, praktek pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya setempat, dan praktek pengelolaan sumber daya di luar daerah kegiatan program atau proyek.

• Alat implementasi untuk menempatkan usaha-usaha pengelolaan DAS seefektif mungkin melalui elemen-elemen masyarakat dan perseorangan. • Pengaturan organisasi dan kelembagaan di wilayah proyek dilaksanakan. Prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan dalam pengelolaan DAS adalah sebagai berikut: • Pengelolaan DAS dilakukan dengan memperlakukan DAS sebagai satu kesatuan ekosistem dari hulu sampai hilir, satu perencanaan dan satu sistem pengelolaan.

• Pengelolaan DAS terpadu melibatkan multipihak, koordinatif, menyeluruh dan berkelanjutan. • Pengelolaan DAS bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis dan sesuai dengan karakteristik DAS.

• Pengelolaan DAS dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi, beban biaya dan manfaat antar multipihak secara adil. • Pengelolaan DAS berdasarkan akuntabilitas para pemangku kepentingan. Ruang lingkup kegiatan pengelolaan DAS adalah sebagai berikut: • Penatagunaan lahan (land use planning) untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa serta kelestarian lingkungan. • Penerapan konservasi sumberdaya air untuk menekan daya rusak air dan untuk memproduksi air (water yield) melalui optimalisasi penggunaan lahan.

• Pengelolaan lahan dan vegetasi di dalam dan luar kawasan hutan (pemanfaatan, daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah, restorasi, reklamasi dan konservasi). • Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya buatan terutama yang terkait dengan konservasi tanah dan air.

• Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan pengelolaan DAS. Daftar Pustaka • Dharmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang. • Asdak, Chay.

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Air Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. • Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi. • Kodoatie, R.J.

dan Sugiyanto. 2002. Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. • Sugiharto. 2001. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia.
4.6/5 - (31 votes) Daerah Aliran Sungai – Sebagai negara beriklim tropis yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia termasuk salah satu negara yang penuh dengan hiasan-hiasan alam.

Mulai dari pegunungan, bukit, lautan yang luas, danau, air terjun, hingga daerah aliran sungai yang mengalir di sepanjang wilayahnya. Dalam catatan sejarah manusia, hampir seluruh kebudayaan-kebudayaan besar, seperti kebudayaan Mesir Kuno, berawal dari pemukiman kecil di sepanjang aliran sungai.

Tentu hal ini dapat dijelaskan, sebab pada daerah sekitar sungai mengandung sumber kehidupan utama manusia. Kebutuhan dasar manusia dapat tercukupi dan diperoleh disekitar aliran sungai, seperti kebutuhan untuk memasak makanan, minuman, membersihkan diri, mencuci barang, dan lain sebagainya.

Selain itu, wilayah sekitar sungai juga memiliki tanah yang subur dan cukup air. Sehingga tanaman dapat tumbuh dan menjadikan masyarakat bermukim disekitarnya.

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

Beralih ke zaman modern, kawasan yang dialiri sungai-sungai semacam itu kini disebut DAS, singkatan dari Daerah Aliran Sungai. Kali ini, kita akan membahas secara lengkap mulai dari definisi, bentuk kawasan DAS, masalah-masalah yang sering terjadi, dan bagaimana cara penanggulangan, serta cara melakukan pengelolaan area tersebut.

Daftar Isi • Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) • Pengertian DAS Menurut Para Ahli • Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Daerah Tangkapan Air (DTA) • Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) • Fungsi Daerah Aliran Sungai • 1. DAS Hulu • 2.

DAS Tengah • 3. DAS Hilir • Bentuk Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) • a. Corak Bulu Burung • b. Corak Radial • c. Corak Pararel • Metode Perhitungan Curah Hujan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) • a. Metode Poligon Thiessen (Metode Thiessen) • b.

Metode Isohyet • Macam dan Jenis Daerah Aliran Sungai (DAS) • a. DAS Gemuk • b. DAS Kurus • Pola Pengairan Daerah Aliran Sungai (DAS) • Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) • Cara Penanggulangan Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) • Pengolahan dan Pengelolaan Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan atau area yang dikelilingi oleh beberapa titik alami yang terletak pada dataran tinggi.

Titik-titik tersebut berfungsi sebagai wadah penampungan air hujan yang turun di kawasan tersebut. Menurut Manan, melalui jurnal ilmiah “Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai”, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (1979), yang disebut Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah “Kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut.” Dari lokasi titik-titik tersebut, air hujan yang ditampung akan mengalir ke berbagai area, melalui alur sungai hingga akhirnya air sampai ke lautan.

Selanjutnya, diteruskan dengan proses air laut menguap hingga kembali menjadi hujan atau siklus air yang terus berulang. Tentunya, tidak semua air hujan yang jatuh pada titik-titik tersebut akan tertampung dan mengalir melalui sungai hingga kembali ke lautan. Melainkan ada sebagian yang terserap ke dalam tanah atau mengalami proses inflitrasi sehingga menjadi air tanah. Infiltrasi memiliki peran besar dalam menjaga kelembapan tanah suatu wilayah. Setelah air terserap dan mengalir di dalam permukaan tanah, air inflitrasi akan kembali keluar ke permukaan tanah dalam bentuk sumber mata ari.

Kemudian air akan mengalir melalui sungai hingga kembali ke lautan. Pengertian DAS Menurut Para Ahli Selain pengertian diatas, Daerah Aliran Sungai menurut PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, DAS merupakan suatu wilayah daratan berupa satu kesatuan dengan sunga dan anak-anak sungai yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, dimana batas di darat adalah pemisah topografis dan batas di laut hingga daerah perairan yang masih terpengaruh oleh aktivitas daratan.

Definisi lain dari para ahli mengenai Daerah Aliran Sungai adalah sebagai berikut: • Menurut Dharmawan, dkk (2005), DAS ilah bentang lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran ( topographic divide), yaitu punggung bukit atau gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian mengalirkannya melalui saluran-saluran pengaliran ke suatu titik ( outlet) yang umumnya berada di muara sungai atau danau.

• Menurut Asdak (2010), DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang mmampu menampung dan menyimpan air hujan hingga kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.

• Menurut Suripin (2002), DAS merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit-bukit atau gunung, maupun batas batuan, seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik kontrol ( outlet). • Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), DAS adalah suatu kesatuan daerah / wilayah / kawasan tata air yang terbentuk secara alami dimana air tertangkap yang berasal dari curah hujan akan mengalir dari daerah / wilayah / kawasan tersebut menuju ke sungai.

• Menurut Sugiharto (2001), DAS merupakan suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima air hujan, menampung, menyimpan, dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya menuju danau atau laut. Jika DAS dilihat dari sudut pandang daerah-daerah yang dialiri sungai, maka DTA merupakan area atau titik-titik tempat air hujan ditangkap atau ditampung.

DTA merupakan bagian terpenting dari suatu kawasan Daerah Aliran Sungai. Pixabay Air hujan yang ditampung pada Daerah Tangkapan Air (DTA) inilah yang nantinya akan mengalir melalui lereng-lereng bukit dan bergerak menuju aliran sungai dan akan membentuk kawasan DAS.

Banyak yang menganggap Daerah Aliran Sungai sama dengan Daerah Tangkapan Air, namun sebenarnya berbeda. DAS lebih fokus terhadap aliran sungai dari hulu ke hilir, sementara DTA fokus pada area penampungan air, sehingga definisi dari kedua istilah tersebut berbeda. Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) biasanya terbagi menjadi tiga area atau daerah yang mengalir mulai dari catchment area, hingga saat mengalir menuju lautan, yaitu: • Area hulu sungai • Area tengah sungai • Area hilir sungai Area hulu sungai yang menjadi titik awal penampungan air hujan, umumnya berlokasi di dataran tinggi, perbukitan, atau pegunungan serta banyak terdapat air terjun, jeram, serta memiliki lereng-lereng yang curam.

Sedangkan area tengah sungai umumnya akan relatif lebih landai dibandingkan hulu. Pada kawasan aliran sungai ini banyak memiliki lekukan atau disebut juga dengan meander. Area ini merupakan lokasi aktivitas penduduk, serta menjadi tempat pembangunan waduk dan juga danau.

Area hilir sungai daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah area yang kebanyakan digunakan untuk kawasan pertanian.

Bentuknya juga lebih landai dibandingkan area tengah, sehingga kecepatan aliran air relatif lambat. Pada area hilir banyak terjadi erosi lateral yang menyebabkan sungai melebar dibandingkan area hulu dan tengah. Fungsi Daerah Aliran Sungai Fungsi utama DAS terkait dengan masalah hidrologis, yaitu sangat dipengaruhi oleh curah hujan yang turun, faktor geologi dan bentuk lahan.

Fungsi hidrologis meliputi kapasitas DAS mengalirkan air, menyangga kondisi daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah huja, mengalirkan air secara bertahap, memelihara kualitas air dan mengurangi pembuangan massa seperti longsoran tanah. Berdasarkan fungsinya, Daerah Aliran Sungai mempunya 3 peran bagian, antara lain: 1. DAS Hulu DAS bagian hulu memiliki kondisi tutupan vegetas, kualitas air, kemampuan menyimpan air serta curah hujan. Ciri DAS hulu ialah daerah dengan lanskap pegunungan dengan topografi beragam, mempunyai curah hujan tinggi dan menjadi daerah konservasi untuk mempertahankan kondisi lingkungan agar tidak terdegradasi.

DAS bagian hulu sangat penting untuk melindungi tata kelola air, karena setiap kegiatan di daerah hulu akan daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah terhadap daerah hilir. Dampak tersebut meliputi fluktuasi debit dan transportasi sedimen pada aliran sungai.

2. DAS Tengah DASbagian tengah berfungsi sebagai wilayah pemanfaatan air sungai bagi kepentingan ekonomi dan sosial. Ciri area ini mempunyai kuantitas dan kualitas air yang baik, kemampuan menyalurkan air, serta ketinggian muka air tanah.

Selain itu juga berkaitan dengan prasarana perairan seperti pengelolaan sungai, waduk dan danau. baca juga: Pertanian Organik - Pengertian, Sejarah Perkembangan & Keuntungan 3. DAS Hilir Pola aliran sungai akan menentukan bentuk DAS yang akan berpengaruh terhadap kecapatan aliran.

Meski semua jatingan sunga bercabang dengan cara yang sama, namun setiap pila akan berbeda sesuai medan dan kondisi geologi aliran sungai. Bentuk Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kawasan yang disebut Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki beberapa variasi bentuk dan juga corak.

Menurut Sosrodarsono dan Takeda dalam jurnal ilmiah mereka yang berjudul “Hidrologi untuk Pengairan” (1982), ada tiga macam bentuk kawasan DAS, yaitu: a. Corak Bulu Burung Corak Bulu Burung memiliki bentuk yang ramping seperti bulu burung.

Aliran cabang anak sungai akan bertemu dengan aliran sungai utama menyerupai bentuk ruas bulu burung. Wilayah ini memiliki risiko banjir yang kecil, karena aliran air dari masing-masing anak sungai tidak akan kembali ke aliran sungai utama pada waktu yang bersamaan. b. Corak Radial Corak Radial memiliki bentuk yang lebih menyebar.

Anak sungai memiliki cabang-cabang lain sebelum semuanya mengalir pada sungai utama yang mengarah ke lautan. Sungai dengan bentuk ini memiliki risiko banjir yang tinggi, terutama pada titik-titik tempat pertemuan anak-anak sungai. c. Corak Pararel Corak Paralel memiliki dua jalur aliran sungai utama dan masing-masing memiliki cabang anak sungai. Kedua jalur utama akan bertemu membentuk satu aliran sungai utama yang mengarah ke lautan. Risiko banjir yang tinggi dapat terjadi pada titik pertemuan antara dua aliran sungai utama tersebut.

Metode Perhitungan Curah Hujan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Dalam menghitung curah hujan di kawasan DAS, ada beberapa metode yang bisa digunakan, antara lain: a. Metode Poligon Thiessen (Metode Thiessen) Metode Thiessen atau Metode Poligon Thiessen digunakan pada kawasan DAS yang memiliki bentuk memanjang, tetapi tidak luas atau pada area sempit, yaitu antara 1000 sampai 5000 km 2. Biasanya curah hujan pada kawasan ini tidak merata. Keakuratan data bergantung pada kemampuan stasiun pengamat curah hujan dalam melakukan pengamatan.

b. Metode Isohyet Metode Isohyet digunakan apabila luas kawasan DAS lebih dari 5000 km 2. Nantinya akan dibuat garis-garis penghubung antara titik-titik aliran sungai yang memiliki tingkat curah hujan yang sama.

Keakuratan metode ini bergantung pada keahlian serta pengalaman yang melakukan perhitungan curah hujan. Macam dan Jenis Daerah Aliran Sungai (DAS) Selain dari bentuk dan coraknya, Daerah Aliran Sungai (DAS) juga akan dibedakan berdasarkan macam dan jenisnya, yaitu: a.

DAS Gemuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Gemuk, merupakan kawasan DAS yang memiliki daya tampung air hujan yang besar. Umumnya kawasan ini mengalami luapan air yang besar, terutama saat terjadi hujan lebat pada titik penampungan awal. b. DAS Kurus Daerah Aliran Sungai (DAS) Kurus, merupakan kawasan DAS dengan daya tampung air hujan yang kecil. Luapan air ketika terjadi hujan lebat pada titik penampungan awal tidak terlalu besar.

Pola Pengairan Daerah Aliran Sungai (DAS) Pola aliran sungai pada Daerah Aliran Sungai (DAS) bergantung kepada kondisi topografis, iklim, geologis, dan juga vegetasi pada area DAS.

Berdasarkan faktor-faktor yang disebutkan diatas, maka pola pengairan Daerah Aliran Sungai (DAS) dibagi menjadi beberapa pola berikut ini: • Pola Trellis, yaitu masing-masing anak sungai bermuara secara paralel dengan aliran sungai utama atau induk sungai yang terdapat pada area pegunungan lipatan.

• Pola Rektangular, yaitu masing-masing anak sungai daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah secara tegak lurus pada induk sungai. • Pola Denritik, yaitu pola aliran sungai menyerupai pohon beserta ranting dan cabangnya. • Pola Radial Sentrifugal, yaitu hulu sungai saling berdekatan dan seakan membentuk satu titik pusat dan kemudian anak-anak sungai akan menyebar ke segala arah. • Pola Radial Sentripetal, yaitu hulu sungai tersebar, namun nantinya anak-anak sungai akan terlihat memusat dan saling berdekatan.

Biasanya air pada DAS dengan pola ini akan lebih asin, karena mengandung kadar garam yang terbilang tinggi. • Pola Paralel, yaitu aliran anak sungai yang sejajar satu sama lain seperti yang terdapat di beberapa wilayah pantai barat di Sumatera.

• Pola Annular, yaitu aliran sungai yang berbentuk melingkar.

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

baca juga: Pola Aliran Sungai - Pengertian, Jenis & Bentuk Aliran (Lengkap) Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi masalah.

Apabila tidak ditanggulangi, maka akan berpotensi merusak kawasan sungai.

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

Contohya, jika area sekitar DAS dijadikan lahan pemukiman atau kawasan industri, tentu ancaman limbah buangan semakin besar. Beberapa masalah yang dapat ditemui pada Daerah Aliran Sungai (DAS), antara lain: • Penebangan hutan yang tidak terkendali, sehingga menyebabkan serapan air ke tanah atau air infiltrasi tidak berjalan dengan sempurna.

Hal ini menyebabkan luapan air hingga banjir bandang. • Kurang diperhatikannya konservasi tanah dan air, sehingga menyebabkan lahan tidak subur, atau yang disebut lahan kritis. • Faktor alami seperti terjadinya erosi, sedimentasi, dan juga longsor pada kawasan DAS.

• Limbah hasil industri dan rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik. • Koordinasi antara pihak terkait mengenai program pengelolaan DAS masih kurang atau belum berjalan dengan baik. • Kesadaran yang rendah dari masyarakat terkait dengan pentingnya menjaga dan memelihara kawasan DAS serta lingkungan.

daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah

• Teknologi pengelolaan DAS yang masih tertinggal serta belum diperbarui. • Kurangnya kendali dari pemerintah atas kawasan-kawasan DAS yang sebagian besar sudah dimiliki oleh pihak swasta. • Tumpang tindihnya peraturan serta kebijakan perundangan negara, pada sektor-sektor industri, kehutanan, pemukiman, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut hanyalah gambaran umum dari kompleksnya permasalahan pada kawasan DAS di Indonesia. Oleh sebab itu, harus segera dicari solusi guna menghindari risiko kerusakan kawasan DAS yang lebih luas.

Cara Penanggulangan Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Dalam mengatasi masalah-masalah pada Daerah Aliran Sungai (DAS), diperlukan beberapa pertimbangan dari berbagai aspek serta bidang ilmu. Beberapa alternatif cara untuk menanggulangi permasalahan ini, antara lain: • Penanaman pohon di sekitar daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah sungai yang memiliki tingkat serapan air rendah.

• Pembangunan infrastruktur yang membantu meningkatkan kualitas kawasan DAS, seperti waduk, saluran irigasi, pengendali aliran sungai, dan sebagainya. • Mengadakan penyuluhan kepada warga di sekitar kawasan DAS mengenai pentingnya menjaga dan memelihara kawasan, serta bagaimana cara menggunakan sumber daya alam yang baik dan tidak merusak.

• Mengurangi pengurasan air tanah pada kawasan DAS. • Purifikasi limbah yang ada di sekitar atau di area kawasan DAS. Pengolahan dan Pengelolaan Selain melakukan tindakan penanggulangan masalah, tentunya akan lebih baik jika diikuti cara pengolahan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang baik dan terencana.

Pixabay Dalam menentukan tindakan pengolahan dan pengelolaan, sebaiknya memperhatikan kuantitas dan kualitas air yang ada di kawasan tersebut, agar dapat dilakukan tindakan yang optimal.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengolah dan mengelola kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu: • Mengelola dan melakukan konservasi pada lahan-lahan pertanian. • Memberlakukan program-program yang dapat membantu penutupan lahan, seperti menjadikan kawasan sebagai hutan rakyat, perikanan darat, menerapkan teknik agroforestry, dan juga holtikultura buah-buahan.

• Melakukan pemeliharaan pada area tebing-tebing sungai. • Membangun saluran dan sarana irigasi yang terencana di sekitar kawasan. • Menerapkan program-program pelestarian hutan guna meredam debit sungai terutama pada saat hujan, mempermudah penyerapan air ke dalam tanah, dan juga mengurangi tingkat erosi. • Melakukan penanaman tumbuhan yang mampu melindungi permukaan tanah dari curah hujan yang tinggi. Sehingga dapat membantu air hujan terserap ke dalam tanah dan mengalir secara perlahan ke sungai.

Kegiatan pengelolaan serta pengolahan diatas tentunya tidak bisa sembarangan dilakukan. Harus ditentukan terlebih dahulu hal apa saja yang dibutuhkan dari suatu kawasan DAS. Selain itu, tindakan konservasi juga harus dilakukan secara tepat sasaran. 20200902
• Tebar Hikmah Ramadan • Life Hack • Ekonomi • Ekonomi • Bisnis • Finansial • Fiksiana • Fiksiana • Cerpen • Novel • Puisi • Gaya Hidup • Gaya Hidup • Fesyen • Hobi • Karir • Kesehatan • Hiburan • Hiburan • Film • Humor • Media • Musik • Humaniora • Humaniora • Bahasa • Edukasi • Filsafat • Sosbud • Kotak Suara • Analisis • Kandidat • Lyfe • Lyfe • Diary • Entrepreneur • Foodie • Love • Viral • Worklife • Olahraga • Olahraga • Atletik • Balap • Bola • Bulutangkis • E-Sport • Politik • Politik • Birokrasi • Hukum • Keamanan • Pemerintahan • Ruang Kelas • Ruang Kelas • Ilmu Alam & Teknologi • Ilmu Sosbud & Agama • Teknologi • Teknologi • Digital • Lingkungan • Otomotif daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah Transportasi • Video • Wisata • Wisata • Kuliner • Travel • Pulih Bersama • Pulih Bersama • Indonesia Hi-Tech • Indonesia Lestari • Indonesia Sehat • New World • New World • Cryptocurrency • Metaverse • NFT • Halo Lokal • Halo Lokal • Bandung • Joglosemar • Makassar • Medan • Palembang • Surabaya • SEMUA RUBRIK • TERPOPULER • TERBARU • PILIHAN EDITOR • TOPIK PILIHAN • K-REWARDS • KLASMITING NEW • EVENT Apa yang saya tuliskan bukanlah sebuah hal yang tidak biasa diketahui banyak orang, melainkan sebuah kebiasaan yang dianggap umum.

Dalam arti adalah suatu hal yang dianggap lumrah akhirnya. Di musim penghujan diawal tahun ini sepertinya sedikit ekstrem curah hujan yang turun, karena hampir setiap hari hujan turun dengan kisaran debit biasa hingga luar biasa. Sebenarnya ini bukanlah sebuah masalah kalau tidak menimbulkan masalah. Tapi ditempat saya tinggal saat ini, yaitu Karawang yang merupakan daerah yang dialiri sungai Citarum dan merupakan salah satu sungai besar yang mempunyai peran besar terlebih sebagai penampung air hujandan saat ini menjadi sebuah masalah. Secara alamiah sungai berfungsi sebagai penampung air baik air hujan atau air buangan dan mengalirkannya ke laut untuk membuat daratan tidak tergenang alias bebas banjir.

Dan menjadi sebuah masalah ketika fungsi sungai tidak lagi bisa mengalirkan air atau membuang air ke laut, karena berbagai hal. Misalnya, air yang diterimanya melebihi beban dirinya karena sungai menjadi dangkal atau tidak lagi bisa lagi mengalir dengan seharusnya. Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan sungai mengalirkan air selain pendangkalan  yang disebabkan manusia itu sendiri.

Banyak daerah resapan sekitar aliran sungai yang seharusnya ditanami pepohonan atau mungkin persawahan yang beralih fungsi menjadi tempat pemukiman atau industri yang disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah faktor ekonomi.

Bukan sesuatu yang salah jika ekonomi menjadi sebuah kebutuhan utama saat ini, tetapi kebutuhan ekonomi seyogyanya sesuai atau sebanding dengan tata perencanaan daerah atau kota. Karena hal tersebut menjadi penting ketika dampak yang diberikan mengakibatkan sebuah bencana.

Kenapa saya artikan demikian, karena saat ini air hujan dengan curah yang tinggi mengakibatkan banyak daerah terdampak banjir. Bahkan banjir yang mengakibatkan kelumpuhan ekonomi juga pada akhirnya. Ketika banjir membuat akses jalan tertutup yang diakibatkan oleh saluran air yang mungkin saja tidak diperhatikan pembuatannya dan bahkan fungsinya. Atau daerah pemukiman yang awalnya adalah daerah persawahan atau resapan air yang beralih fungsi sehingga yang tadinya bila air sungai meluap tidak berdampak sosial, daerah disekitar sungai yang perlu ditanami pepohonan adalah menimbulkan akibat banyak hal.

Hal seperti ini yang seharusnya membuat kita tersadar kembali tentang fungsi sebuah sungai dan daerah sekitar aliran sungai. Mengapa daerah sekitar aliran sungai sebaiknya mempunyai resapan air dan tidak selayaknya dijadikan pemukiman.

Tetapi sekali lagi ada banyak kepentingan bermain disekitar tersebut. Harga tanah yang pasti lebih murah yang menjadi incaran pengembang real estate, tidak lagi fungsi sungai dan resapannya tapi kepentingan lainnya yang muncul. Dan mungkin juga masyarakat umum lainnya yang memang berpikiran sama bahwa daerah bantaran sungai adalah daerah ekonomis untuk mendirikan bangunan.

Ditambah dengan drainase yang tidak dibuat dengan baik bahkan cenderung seadanya, bahkan lebih yang penting ada. Ini yang menambah kompleks masalah daerah sungai dan sekitarnya, yang akhirnya banjir menjadi masalah umum dan lumrah bahkan mungkin dianggap hal yang sangat biasa, walau banyak solusi dicoba seperti pembuatan kanal bahkan waduk penampung air.

Sulap Tanah Keras & Liat jadi Gembur dan Subur ( Praktek Langsung di Lahan)




2022 www.videocon.com