Gatal-gatal di tubuh bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari gigitan serangga, alergi, hingga penyakit tertentu, seperti diabetes. Untuk mengatasi gatal, Anda bisa menggunakan obat gatal-gatal seluruh badan. Namun, penggunaan obat tersebut perlu disesuaikan dengan penyebab gatalnya. Gatal-gatal atau pruritus dapat menyerang bagian tubuh tertentu maupun seluruh tubuh.
Gatal-gatal terkadang juga bisa muncul beserta gejala lain, seperti ruam kulit, bentol-bentol, serta kulit kering, bersisik, dan pecah-pecah. Rasa gatal yang muncul bisa berlangsung sebentar dan mereda dengan sendirinya.
Namun, terkadang keluhan gatal-gatal bisa berlangsung lebih lama dan terasa cukup berat hingga mengganggu kenyamanan. Untuk mengatasi gatal-gatal yang parah, Anda bisa menggunakan obat gatal seluruh badan. Penggunaan obat tersebut bermanfaat untuk meredakan gatal sekaligus mencegah luka atau infeksi akibat kulit yang terus digaruk. Berbagai Penyebab Gatal Untuk mengatasi gatal-gatal, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengetahui obat herpes. Ada beragam kondisi yang dapat menyebabkan gatal-gatal, yaitu: • Reaksi alergi, misalnya alergi makanan, debu, dan gigitan serangga, atau akibat paparan bahan kimia, seperti pemakaian kosmetik atau deterjen • Infeksi, misalnya infeksi jamur atau kutu (kudis) • Gangguan kulit, seperti kulit kering, eksim, obat herpes atopik, biduran, biang keringat, dan psoriasis • Gangguan sistem saraf, obat herpes multiple sclerosis, saraf terjepit, dan herpes zoster • Penyakit tertentu, seperti penyakit hati, gagal ginjal, diabetes mellitus, anemia defisiensi besi, gangguan tiroid, dan kanker • Kehamilan • Masalah psikologis, seperti stres berat dan depresi Obat Gatal Seluruh Badan yang Aman Hal terpenting dalam penanganan gatal-gatal adalah mengetahui dan menghindari pemicunya.
Bila gatal disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya diabetes, penanganan gatal-gatal perlu dilakukan dengan mengendalikan kadar gula darah. Selain itu, beberapa jenis obat gatal-gatal seluruh badan juga dapat Anda gunakan untuk membantu meredakan rasa gatal. Obat ini ada yang bisa dibeli bebas, ada juga yang perlu dibeli dengan resep dokter.
Berikut ini adalah beberapa jenis obat gatal seluruh badan yang sering digunakan untuk mengatasi rasa gatal atau pruritus: 1. Antihistamin Obat antihistamin bekerja dengan cara menghambat produksi histamin di kulit yang dapat memicu gatal.
Histamin adalah zat yang dilepaskan oleh tubuh ketika terjadi reaksi alergi. Beberapa jenis antihistamin, seperti chlorpheniramine, dapat menyebabkan kantuk sehingga lebih baik dikonsumsi saat malam hari. Namun, ada juga antihistamin yang berisiko lebih rendah untuk menyebabkan kantuk, misalnya loratadine atau cetirizine. Untuk menentukan jenis antihistamin mana yang tepat digunakan, Anda perlu berkonsultasi dulu dengan dokter.
2. Kortikosteroid Obat kortikosteroid dapat digunakan sebagai obat gatal-gatal seluruh badan yang disebabkan oleh peradangan. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet minum dan obat oles, seperti salep atau krim hydrocortisone.
Obat kortikosteroid biasanya digunakan untuk mengatasi obat herpes dan gatal-gatal akibat gigitan serangga, eksim, dermatitis, atau alergi. 3. Obat oles nonsteroid Obat ini obat herpes dalam bentuk krim, losion, gel, bedak, dan bisa Anda dapatkan secara bebas tanpa resep dokter.
Beberapa contoh obat oles nonsteroid yang dapat mengatasi gatal adalah losion calamine, krim yang mengandung mentol dan capsaicin, atau salep pramoxine. 4. Antidepresan Antidepresan golongan selective serotonine reuptake inhibitor (SSRI), obat herpes sertraline atau obat herpes, juga dapat mengurangi berbagai jenis gatal pada kulit. Biasanya obat ini digunakan untuk mengatasi gatal akibat kelainan saraf atau masalah psikologis, serta gatal-gatal yang tidak membaik dengan pengobatan lain.
Meski demikian, obat gatal-gatal seluruh badan yang satu ini hanya bisa diperoleh melalui resep dokter dan penggunaannya pun harus dalam pengawasan dokter. 5. Antibiotik Jika Anda sering menggaruk bagian tubuh yang gatal hingga menyebabkan kerusakan kulit, kulit bernanah, atau muncul bisul akibat infeksi, maka infeksi kulit tersebut perlu diobati dengan obat antibiotik sesuai resep dokter. 6. Obat herba Selain obat medis, ada pula obat herba yang dipercaya dapat mengurangi gatal-gatal. Contohnya, minyak esensial daun mint untuk mengatasi rasa gatal akibat gigitan serangga, diabetes, atau penyakit ginjal.
Selain itu, minyak esensial lain yang mengandung ekstrak bunga chamomile, lavender, lidah buaya, dan tea tree oil juga dapat digunakan untuk mengatasi keluhan gatal. Meski demikian, efektivitas obat-obatan herba dalam mengatasi gatal belum dapat dipastikan. Jika Anda tidak mengalami perbaikan gejala atau gatal-gatal justru semakin parah ketika menggunakan obat herba, sebaiknya hentikan pemakaiannya dan konsultasikan ke dokter kulit.
Beberapa Pilihan Lain untuk Mengatasi Gatal-Gatal Selain penggunaan obat gatal seluruh badan, Anda juga bisa meredakan gatal-gatal di rumah dengan beberapa cara berikut ini: • Tidak menggaruk area yang gatal, karena dapat menyebabkan luka dan infeksi, serta menghambat proses penyembuhan pada kulit • Menggunakan pelembap untuk mencegah kulit kering • Menghindari kebiasaan mandi terlalu lama (tidak lebih dari 5 menit) atau mandi air panas • Menghindari pemicu gatal bila Anda telah mengetahui apa yang menyebabkan gatal, misalnya sabun, deterjen, parfum, stres, atau suhu panas • Memberikan kompres dingin pada area yang terasa gatal Gatal yang ringan biasanya bisa mereda sendiri tanpa diobati.
Anda perlu berkonsultasi ke dokter kulit jika gatal-gatal terasa sangat parah dan mengganggu aktivitas, berlangsung hingga lebih dari 2 minggu, obat herpes tidak membaik dengan perawatan di rumah.
Sebelum meresepkan obat, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk menentukan penyebab gatal-gatal yang Anda rasakan. Setelah penyebabnya diketahui, dokter baru dapat meresepkan obat gatal-gatal seluruh badan yang sesuai. Raja singa atau sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau dubur. Luka atau ulkus pada area kelamin yang menjadi gejala sifilis (sipilis) sering kali tidak terlihat dan tidak terasa sakit, sehingga tidak disadari oleh penderitanya.
Meski demikian, pada obat herpes ini, infeksi sudah bisa ditularkan ke orang lain. Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, sifilis obat herpes merusak organ otak, jantung, dan beberapa organ lain. Pada wanita hamil, infeksi juga berbahaya karena dapat menyebabkan kondisi janin tidak normal, bahkan kematian bayi.
Oleh karena itu, kondisi ini perlu didiagnosis dan diobati secara dini. Gejala Obat herpes Gejala sipilis atau sifilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan penyakitnya. Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasannya: • Sifilis primer Sifilis jenis ini ditandai dengan luka ( chancre) di tempat bakteri masuk.
• Sifilis sekunder Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh. • Sifilis laten Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi bakteri ada di dalam tubuh penderita. • Sifilis tersier Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan organ lainnya otak, saraf, atau jantung. Penyebab Sifilis Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang menyebar melalui hubungan seksual dengan penderita sifilis.
Bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui melalui kontak fisik dengan luka yang ada di penderita. Melihat penularannya, sifilis lebih mudah tertular pada seseorang yang sering bergonta-ganti pasangan seksual.
Diagnosis Sifilis Untuk mengetahui seseorang menderita sifilis, dokter akan melakukan pemeriksaan berupa tes darah dan pengambilan cairan luka. Tes darah dilakukan untuk mengetahui adanya antibodi untuk melawan infeksi, sementara pemeriksaan cairan luka dilakukan guna mengetahui keberadaan bakteri penyebab sifilis (sipilis). Pengobatan Sifilis Pengobatan siflis atau raja singa akan lebih efektif jika dilakukan pada tahap awal. Sifilis dapat diatasi dengan antibiotik penisilin.
Selama masa pengobatan, penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter memastikan infeksi sudah sembuh. Pencegahan Sifilis Penularan sifilis dapat dicegah dengan obat herpes seks yang aman, yaitu setia pada 1 pasangan seksual atau menggunakan kondom. Selain itu, pemeriksaan atau skrining terhadap penyakit sifilis atau sipilis ini juga perlu dilakukan secara rutin pada orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi mengalami penyakit ini.
HIV AIDS telah menjadi penyakit yang membuat yang paling menakutkan bagi dunia.
Penyakit obat herpes ini disebabkan oleh infeksi virus yaitu Human Immunodeficiency. Virus akan menyebabkan tubuh penderita memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah. Ada beberapa tahapan atau fase sebelum HIV berubah menjadi AIDS dalam tubuh. Selama virus telah masuk ke dalam tubuh maka HIV akan berkembang dengan berbagai proses.
Bagian yang paling menakutkan adalah apabila Obat herpes berkembang menjadi AIDS. Penderita akan mengalami berbagai masalah kesehatan dari tahap ringan hingga berat. Butuh waktu yang obat herpes dari perubahan infeksi HIV menjadi AIDS, tapi pada dasarnya tidak ada waktu pasti untuk setiap penderita. Penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang bagus mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama dari infeksi HIV ke AIDS.
Mengapa penyakit HIV AIDS sangat ditakuti? Pada dasarnya penyakit ini memang sangat berbahaya. Bahaya HIV AIDS tidak hanya mengancam nyawa penderita sendiri tapi juga orang lain dari potensi penularan yang besar.
Berikut ini adalah beberapa macam bahaya HIV AIDS dilihat dari berbagai aspek. Bahaya HIV AIDS Aspek Kesehatan Kondisi kesehatan menjadi hal yang paling diperhatikan dari penderita HIV AIDS.
Meskipun hingga saat ini obat untuk penyakit ini belum ditemukan, maka sebenarnya jenis obat tertentu dikembangkan untuk menjaga kondisi penderita. Dibawah ini adalah beberapa macam bahaya HIV AIDS dari aspek kesehatan. 1. Infeksi TBC (Tuberkolosis) Salah satu penyebab kematian terbesar dari penderita HIV AIDS adalah penyakit TBC atau tuberkolosis.
Penyakit ini bisa diderita oleh penderita HIV AIDS karena terkena infeksi dari bakteri tuberkolosis. Tubuh penderita akan mengalami demam, batuk berdarah, lemah dan kekurangan daya untuk melakukan aktifitas ringan. Ini adalah jenis infeksi yang paling banyak ditemukan dari penderita HIV AIDS. 2. Tipes Tipes mudah menyerang penderita HIV AIDS. Penyakit ini disebabkan karena infeksi dari bakteri Salmonella yang tinggal di dalam air atau makanan yang kurang bersih. Kondisi penyakit ini memang sangat umum tapi pada penderita HIV AIDS maka penyakit bisa berkembang lebih cepat dan menyebabkan infeksi yang lebih parah.
Beberapa gejala tipes yang sering ditemukan adalah sakit perut, diare, demam, batuk, mual, dan muntah. Perawatan diperlukan untuk penderita HIV AIDS apabila sudah terkena penyakit ini.
3. Infeksi Herpes Penyakit herpes memang sangat umum tapi pada penderita HIV AIDS maka kondisi penyakit ini bisa obat herpes lebih parah. Virus akan tinggal dalam tubuh obat herpes sehingga ketika sistem kekebalan tubuh lemah maka infeksi dapat menyerang kapan saja.
Infeksi ditunjukkan pada herpes yang muncul pada kulit dan alat kelamin. Namun penderita HIV AIDS bisa menghadapi kondisi yang serius bila virus sudah menyerang bagian mata, paru-paru, jantung dan saluran pencernaan. Radang kulit adalah salah satu infeksi yang sangat umum untuk penderita HIV AIDS. Kulit mereka menjadi sangat sensitif sehingga mudah terkena infeksi virus candida. Penyakit ini menyebabkan infeksi yang serius pada bagian selaput lendir, lidah, tenggorokan dan vagina.
Penyakit ini bisa sangat menyakitkan terutama jika virus sudah menginfeksi bagian dalam tubuh.
5. Meningitis (Radang Selaput Otak) 6. Kanker Penderita HIV AIDS juga menghadapi resiko terkena penyakit kanker. Penyakit ini bisa menyerang tubuh karena infeksi dari berbagai bakteri dan virus yang terus berkembang dalam tubuh dan berbagai organ dalam tubuh. Salah satu jenis kanker yang sangat aktif pada penderita HIV AIDS adalah sarkoma Kaposi (penyakit kanker yang muncul pada bagian pembuluh darah.
Penyakit ini ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi ungu, merah atau merah muda. Penyakit ini juga akan menyerang organ lain sepeti paru-paru dan semua saluran pencernaan.
7. Penyakit Neurologis Semua jenis penyakit yang berhubungan dengan sistem syaraf menjadi ancaman bagi penderita HIV AIDS. Penyakit ini ditandai dengan melemahnya sistem saraf karena infeksi bakteri dan virus dalam tubuh penderita. Beberapa tanda awal dari penyakit ini adalah seperti lupa ingatan, cemas, tidak bisa berjalan dan perubahan kondisi mental.
Bahkan beberapa penderita juga bisa mengalami penyakit demensia. 8. Gagal Ginjal Penderita HIV AIDS juga mudah terkena penyakit yang terjadi karena infeksi bakteri atau peradangan pada organ ginjal.
Penyakit ginjal ini dapat menyebabkan penderita mengalami gangguan pada sistem kemih. Terkadang penyakit ini juga ditemukan pada penderita HIV yang masuk dalam fase sedang atau fase pengembangkan virus dalam tubuh.
Bahaya HIV AIDS Aspek Sosial Ekonomi Ada berbagai tekanan berat yang selalu dihadapi oleh penderita HIV AIDS. Kondisi sosial ekonomi selalu menjadi ancaman yang sangat serius. Perawatan untuk mendapatkan obat HIV AIDS memang tidak mudah dilakukan. Dibawah ini adalah beberapa ancaman bahaya yang dilihat dari aspek sosial ekonomi : 1. Kehilangan Pekerjaan Tidak banyak lapangan pekerjaan yang khusus dibuka untuk penderita HIV AIDS. Penyakit ini masih dianggap sebagai penyakit yang mudah menular lewat udara atau proses yang lain.Selain itu, penderita HIV AIDS tidak mudah mendapatkan pekerjaan karena mungkin sulit untuk lolos dalam tes kesehatan.
Banyak penderita HIV AIDS yang akhirnya harus keluar dari pekerjaan dan tidak mampu melanjutkan perawatan. 2. Tidak Mampu Beraktivitas Berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus menjadi kendala kesehatan yang besar untuk penderita HIV AIDS. Mereka mudah menjadi sakit dan tidak bisa melakukan berbagai macam aktivitas dengan mudah. Karena itulah penderita HIV AIDS akan merasa sangat terbatas dalam menjalankan pekerjaan dan aktifitas lain.
3. Tidak Diterima Lingkungan Lingkungan sosial memang mengakui bahwa penyakit HIV AIDS itu memang ada. Tapi sikap sosial terhadap penderita HIV AIDS memang masih sangat minim. Banyak penderita yang akhirnya harus hidup terisolasi karena tidak diterima oleh lingkungan. Bahkan banyak penderita HIV AIDS yang merasa sulit untuk kembali ke keluarga atau lingkungan awal. Meskipun sikap ini tidak benar tapi masih banyak hambatan besar bagi penderita HIV AIDS untuk kembali ke lingkungan yang baik.
Bahaya HIV AIDS Aspek Psikologis Mental menjadi masalah yang cukup serius untuk penderita HIV AIDS. Pada dasarnya tidak ada penderita yang mudah menerima kenyataan jika memang terkena penyakit ini. Ancaman yang paling serius adalah tekanan mental berat yang bisa menyebabkan kondisi tubuh semakin lemah. Hal ini juga memicu depresi dan bunuh diri yang sangat besar bagi penderita HIV AIDS. Jadi dukungan dari keluarga dan lingkungan bisa membantu penderita HIV AIDS agar mendapatkan kehidupan yang layak.
Fakta Penyakit HIV AIDS Banyak orang yang pada awalnya menganggap bahwa penyakit ini bisa menular dengan mudah dari udara maupun sentuhan. Tapi ilmu pengetahuan terus berkembang dan menemukan bahwa bahaya HIV AIDS hanya bisa menular lewat kontak cairan atau darah. Beberapa penyebab yang membuat penularan HIV AIDS adalah seperti kontak seksual atau hubungan seksual, pemakaian jarum suntik yang berganti dari penderita HIV AIDS ke orang normal, transfusi darah dan semua kegiatan yang melibatkan kontak cairan dari tubuh penderita Obat herpes AIDS ke orang sehat.
Terdapat bebrapa fakta tentang HIV AIDS yang belum banyak diketahui seperti : • HIV adalah tahap pertama ketika penderita mendapatkan infeksi dari HIV yang menjadi penyebab awal dari AIDS. Penderita bisa membutuhkan waktu dalam jangka yang sedang hingga panjang agar HIV berkembang menjadi AIDS. • Ketika penderita mendapatkan infeksi HIV maka bisa menggunakan beberapa obat-obatan khusus yang mencegah agar perkembangan virus tidak terlalu cepat.
Obat-obatan juga digunakan untuk melawan infeksi penyebab kerusakan kekebalan tubuh. • AIDS adalah bentuk dari kelanjutan sindrom awal yang disebut HIV. Penderita yang tidak menjalani program pengobatan bisa mengalami tahap HIV menjadi AIDS dalam waktu yang lebih cepat. • Penularan HIV AIDS biasanya akan bertahap mulai dari positif HIV hingga menjadi AIDS. Bahkan beberapa penderita harus melakukan tes berulang obat herpes memastikan adanya infeksi virus HIV. • Ibu hamil bisa menularkan HIV kepada janin karena proses transfer darah dari plasenta ibu hamil.
Namun ibu hamil bisa mencegah penularan dengan mengkonsumsi obat dan tidak memberikan air susu kepada bayi yang sudah lahir. Recommended Post • Usai Libur Panjang, Ini 6 Persiapan Untuk Memulai Diet Lagi • Usai Lebaran, Begini 3 Cara Hilangkan Lemak Perut Dengan Cepat • Apakah Hepatitis Misterius di Indonesia Terkait Covid-19 dan Vaksinnya? • 3 Tips Berkeringat Lebih Banyak Saat Berolahraga Cepat • Hepatitis Akut Sebabkan 3 Anak Meninggal, Masyarakat Perlu Waspadai Gejalanya!
• Afrikaans • العربية • Azərbaycanca • Беларуская • Български • বাংলা • Bosanski • Català • کوردی • Čeština • Cymraeg • Dansk • Dagbanli • Deutsch • Ελληνικά • English • Esperanto • Español • Eesti • Euskara • فارسی • Suomi • Français • Gaeilge • עברית obat herpes हिन्दी • Hrvatski • Magyar • Հայերեն • Interlingua • Ido • Íslenska • Italiano • 日本語 • ქართული • Қазақша • ಕನ್ನಡ • 한국어 • Кыргызча • Latina • Lietuvių • Latviešu • Minangkabau • Македонски • മലയാളം • मराठी • Bahasa Melayu • Nederlands • Norsk bokmål • ଓଡ଼ିଆ • ਪੰਜਾਬੀ • Papiamentu • Polski • Piemontèis • پنجابی • Português • Română • Русский • Саха тыла • سنڌي • Srpskohrvatski / српскохрватски • Simple Obat herpes • Slovenčina • Slovenščina • Српски / srpski • Svenska • Kiswahili • தமிழ் • తెలుగు • Тоҷикӣ • ไทย • Türkçe • Татарча/tatarça • Українська • اردو • Oʻzbekcha/ўзбекча • Tiếng Việt • Winaray • 吴语 • 中文 • 粵語 Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan.
Informasi dalam artikel ini hanya boleh digunakan hanya untuk penjelasan ilmiah, bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis. Perhatian: Informasi dalam artikel ini bukanlah resep atau nasihat medis. Wikipedia tidak memberikan konsultasi medis.
Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat, berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional. Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan obat herpes pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan obat herpes buta.
Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan saraf mata yang berada di belakang bola mata akan tertekan, obat herpes saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati. Risiko utama glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola mata di atas 20 mmHg, penyebab lainnya adalah hipertensi dan diabetes mellitus.
Walaupun jarang dapat juga disebabkan emosi yang tidak stabil, migrain, penyempitan pembuluh darah dan lain-lain. [1] Tekanan bola mata di atas normal yang terus menerus akan merusak saraf penglihatan, tetapi sering kali tidak obat herpes oleh pasien, karena kerusakannya terjadi sedikit demi sedikit, oleh karenanya perlu pemeriksaan mata, jika telah berusia 40 tahun ke atas.
Tekanan bola mata yang di atas normal pada tahap awal akan diberikan obat tetes mata untuk menurunkan tekanan bola mata menjadi normal. [2] doktermedia Daftar isi • 1 Faktor risiko • 2 Jenis-jenis glaukoma • 3 Gejala • 4 Lihat pula • 5 Referensi • 6 Pranala luar Faktor risiko [ sunting - sunting sumber ] Glaukoma bisa menyerang siapa saja.
Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Bagi Anda yang berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan mata Anda secara teratur sejak usia 35 tahun. Faktor risiko: • Riwayat glaukoma di dalam keluarga, saudara sekandung lebih berisiko dibandingkan orang tua dan anaknya • Tekanan bola mata tinggi • Miopia (rabun jauh) • Diabetes (kencing manis) dengan gula darah tinggi yang lama • Hipertensi (tekanan darah tinggi) • Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk) • Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya • Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama • Lebih dari 45 tahun Jenis-jenis glaukoma [ sunting - sunting sumber ] • Glaukoma Sudut-Terbuka Primer ( Primary Open-Angle Glaucoma) Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang paling umum dijumpai.
Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga risiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari saraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen.:Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan bola mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
• Glaukoma Sudut-Tertutup Akut ( Acute Angle-Closure Glaucoma) Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.
Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang relatif singkat. Bila Anda merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata Anda. • Glaukoma Sekunder ( Secondary Glaukoma) Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata.
Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut. • Glaukoma Kongenital ( Congenital Glaukoma) Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak terbentuk sempurna sehingga kurang berfungsi dengan baik.
Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut juga peka terhadap cahaya. Gejala [ sunting - sunting sumber ] Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain: bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi terlihat di sekitar neon tersebut, mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak, penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal, rasa ingin mengedip terus-menerus dengan menekan kedipan berlebihan.
Hal inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa ia sudah menderita penyakit mata yang kronis.
Penyakit mata glaukoma ini dapat diderita kedua mata dari si obat herpes dan menurunkan obat herpes bola mata adalah suatu keharusan, sedangkan operasi diperlukan, jika pengobatan tidak berhasil.
Seringkali Glaukoma tanpa gejala apapun (tanpa sakit), sehingga dijuluki si “pencuri penglihatan” oleh karena kerusakan yang terjadi perlahan dan umumnya tidak disadari oleh penderitanya, kerusakan saraf penglihatan yang sudah terjadi tidak dapat dikembalikan menjadi normal. Oleh karena obat herpes screening perlu dilakukan berkala, walaupun tidak ada gejala apapun.
{INSERTKEYS} [3] Pada beberapa orang dapat terjadi Glaukoma, walaupun tekanan bola matanya rendah, sedangkan sebaliknya pada beberapa orang dengan tekanan bola mata tinggi kadang tidak merasakan sakit apapun yang bisa saja penglihatannya tetap masih normal ataupun sudah ada Glaukomanya. Kerusakan saraf mata yang masih sedikit ataupun berkurangnya luas lapang pandang yang masih sedikit tak dapat dideteksi dengan mata telanjang bahkan oleh Dokter Mata sekalipun dan perlu dilakukan Tes Humphrey untuk memastikan ada atau mulai berkurangnya luas lapang pandang.
Lihat pula [ sunting - sunting sumber ] • Mata • Penyakit mata Referensi [ sunting - sunting sumber ] • ^ Andy Pribadi (24 Agustus 2014). "Penyakit Mata Ini Penyebab Utama Tingginya Kebutaan". • ^ Herman (18 Nopember 2014). "Glaukoma Bisa Berakibat Buta Permanen".
Periksa nilai tanggal di: -date= ( bantuan) • ^ "World Glaucoma Week 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-21 . Diakses tanggal April 20, 2014. Pranala luar [ sunting - sunting sumber ] • (Indonesia) Mata Mendadak Kabur Diarsipkan 2012-09-24 di Wayback Machine. • Retinitis • Korioretinitis • Sitomegalovirus retinitis • Ablasi retina • Retinoskisis • Sindrom iskemik okular / Oklusi vena retina sentral • Oklusi arteri retina sentral • Oklusi arteri retina cabang • Retinopati • diabetes • hipertensi • Purtscher • prematur • Distrofi kristalin Bietti • Penyakit Coats • sel sabit • Degenerasi makula • Retinitis pigmentosa • Perdarahan retina • Retinopati serosa sentral • Edema makula • Membran epiretina (Macular pucker) • Distrofi makula vitelliformis • Amaurosis kongenital Leber • Birdshot chorioretinopathy Lain-lain Kategori tersembunyi: • Galat CS1: tanggal • Templat webarchive tautan wayback • Semua artikel rintisan • Rintisan bertopik medis • Semua artikel rintisan April 2022 • Artikel Wikipedia dengan penanda GND • Artikel Wikipedia dengan penanda BNE • Artikel Wikipedia dengan penanda BNF • Artikel Wikipedia dengan penanda LCCN • Artikel Wikipedia dengan penanda NDL • Artikel Wikipedia dengan penanda NSK • Artikel Wikipedia dengan penanda FAST • Artikel Wikipedia dengan penanda MA • Artikel Wikipedia dengan penanda SUDOC • Artikel Wikipedia dengan penanda ganda • Halaman ini terakhir diubah pada 18 April 2022, pukul 11.37.
• Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • •
Please Note: This is not a complete list of safe / unsafe drugs to use during breastfeeding.
Always consult your doctor or healthcare specialist for medical advice in relation to drug use while pregnant or breastfeeding. Prescription and over-the-counter drug use should be made on a case-by-case basis, and this information may not be applicable to every situation.
It is widely accepted that human milk is best for an infant. The benefits are substantial for the baby, providing the ideal nutrition, antibodies to protect against illness, and a healthy weight.
There are benefits for mom, too: it increases bonding and relaxation, can be a cost-saver, and provides health benefits like a lowered risk of breast and ovarian cancers. Exclusive breastfeeding is recommended for at least 6 months by most experts, and extended to 12 months while introducing other foods. However, many mothers will need to take medications of some type during breastfeeding, whether it be short-term for a sore back or a runny nose, or longer-term for a chronic condition like high blood pressure.
This may raise questions about the safety of common treatments while nursing. Even though you're a new mom with new responsibilities, your health still matters, too. Although many drugs are safe to use when you're breastfeeding, most will get into your milk to some degree and may even affect your milk supply. To be safe, check with your pediatrician before taking any kind of prescription or over-the-counter medication, herbal or dietary supplement, or vitamin.
Even herbal teas may contain ephedra or other harmful ingredients. Just because a label says "natural" does not always mean it's safe. Breastfeeding and Medication Tips • The American Academy of Pediatrics states that many effects of medications on breastfeeding babies simply are not known. Due to this, only take a medication when absolutely needed, at the lowest dose and for the shortest time possible. • When possible, take medications that are given only once a day right after a feeding when your baby will have the longest period without nursing; for many women this is the last feeding of the night before the infant's bedtime.
• Watch your baby for side effects such as sleepiness, irritability, other potential or known reactions of the medication. • Avoid long-acting (LA), extended-release (ER), and combination forms of medications, when possible. Shorter-acting medications are elimninated from your body more quickly, and single medications give you greater flexibility in dosing. • Only water-miscible (soluble) cream or gel products should be applied to the breast because ointments may expose the infant to high levels of mineral paraffins via licking.
• Special precautions may be needed in preterm (premature) infants, due to their size and organ systems that are even less developed than a regular term infant. • Ask your doctor about the risks and benefits of any medication prescribed while you are breastfeeding, or any medication you choose from OTC options that do not require a prescription.
• When more than one medication or a combination medication is used, follow the breastfeeding recommendations for the most problematic medication. If you have more questions about how a drug you're taking might affect your breast milk or your baby, you can also check our pregnancy warnings and breastfeeding warnings pages. Drugs Reported as Safe During Breastfeeding in Normal Doses Drug or Class Brand or Generic Name Notes acetaminophen Tylenol OTC; used for pain/fever/headache; amounts in milk are much less than doses usually given to infants.
Adverse effects in breastfed infants appear to be rare. 1 acyclovir and valacyclovir Zovirax, Valtrex Rx; antiviral for herpes infections; the dosage of acyclovir in milk is only about 1% of a typical infant dosage and would not be expected to cause any adverse effects in breastfed infants.
Valacyclovir is a prodrug of acyclovir. 1 Antacids (aluminum, magnesium) Maalox, Mylanta OTC; used for stomach upset (dyspepsia) The World Health Organization (WHO) considers compatible with breastfeeding; however, continue to monitor baby for side effects.
2 aspirin (low-dose, (75 to 325 mg daily ONLY if recommended by doctor) Prescription/over-the-counter; Bayer Aspirin, Bufferin, Ecotrin, others. In general, aspirin use is best avoided during breastfeeding. Acetaminophen or ibuprofen may be safer for pain relief. Some expert opinion indicates that low-dose (75 to 325 mg daily) aspirin may be used as a blood thinning agent for use in breastfeeding women who require it.
Monitor the infant for bruising and bleeding. 1 Avoid high-dose, long-term use of aspirin, if possible. bupivacaine Marcaine Rx; a local anesthetic used in labor/delivery. Because of the low levels of bupivacaine in breastmilk, and it is not orally absorbed, amounts received by the infant are small and it has not caused any adverse effects in breastfed infants. 1 caffeine Found in coffee (80-150 mg per 6 ounce cup), tea, soft drinks, energy drinks, chocolate, guarana, some OTC medications.
One Starbucks Grande (16 oz) contains ~ 300 mg caffeine. A stimulant that DOES pass into breast milk. Excess caffeine in the mother can lead to stimulation in infants. Watch for irritability in newborn. Avoid concentrated energy drinks, pure caffeine tablets. Caffeine consumption of 300 mg to 500 mg per day max suggested. Caffeine levels from breast milk may be higher in preterm infants.
1 Cephalosporins (i.e. Keflex or cephalexin) Most cephalosporins are considered compatible with breastfeeding. 2, 3 Rx; broad-spectrum antibiotics for infections. According to the American Academy of Pediatrics (AAP), in general, an antimicrobial agent is safe to administer to a lactating woman if it is safe to administer to an infant.
May interfere with gut flora in infant leading to diarrhea or thrush. clotrimazole Clotrimazole (troches or topical) Rx/OTC; used to treat yeast and fungal infections. Poor oral bioavailability, unlikely to adversely affect the breastfed infant, including topical application to the nipples. 1 Contraceptives (progestin-only or "mini-pills"): norethindrone, etonogestrel levonorgestrel, drospirenone) 4,6 Brand name examples: Ortho Micronor, Errin, Heather, Slynd, others.
Used for birth control. Generic options may be available. Progestin-only contraceptives are considered the hormonal contraceptives of choice during lactation, especially during the first 4 weeks postpartum. 1,6 Research has found that combination birth control pills don't affect lactation, as previously though, but some doctors may still prefer progestin only pills. 7 There are no reports of adverse effects in breastfed infants with maternal use of progestin-only contraceptives.
5 For some women, nonhormonal methods of birth control may be preferred during breastfeeding (this includes the copper IUD, condoms, diaphragm and cervical cap). Corticosteroids Examples: prednisone, prednisolone. Rx; used to treat inflammation of joints and other conditions. As reported by ToxNet LactMed (NIH) database, no adverse effects have been reported in breastfed infants with maternal use of any corticosteroid during breastfeeding.
1 Decongestant nasal sprays Examples: Afrin (oxymetazoline), Sinex (phenylephrine) OTC; Used to treat stuffy noses. Limited systemic absorption. Recommended over oral decongestants (such as pseudoephedrine or phenylephrine), which may inhibit milk production. 1 digoxin Lanoxin Rx; used for heart failure, other heart problems. If given intravenously, avoid breastfeeding for 2 hours after dose. Because of the low levels of digoxin in breastmilk, amounts ingested by the infant are small and would not be expected to cause any adverse effects in breastfed infants.
1 erythromycin Erythrocin; Ery-Tab Rx; macrolide used for skin and respiratory infections. Monitor infant for diarrhea, candidiasis (thrush, diaper rash). 1 fexofenadine Allegra Allergy OTC; non-drowsy antihistamine for allergies and hay fever. Lack of sedation and low milk levels; maternal use of fexofenadine would not be expected to cause any adverse effects in breastfed infants. 1 Combined use with decongestants may lower milk production. fluconazole Diflucan Rx; Used to treat yeast infections Acceptable in nursing mothers because amounts in breastmilk are less than infant dose.
1 heparin and low molecular weight heparins (examples: dalteparin, enoxaparin) Note: preservative-free heparin sodium injection is recommended when heparin therapy is needed during lactation. Rx; used to keep blood from clotting. Not expected to be appreciably excreted into breastmilk or absorbed by the infant due to high molecular weights.
No special precautions are required. 1 ibuprofen Motrin, Advil, generics and store brands Rx/OTC: used for pain relief Due to low levels in breastmilk, short action, and safe use in infants in doses higher than those found in breastmilk, ibuprofen is a preferred choice as an analgesic or anti-inflammatory agent in nursing mothers. 1 Inhaled bronchodilators albuterol, levalbuterol, terbutaline Rx; used for asthma.
No published data. Experts agree use of inhaled bronchodilators acceptable due to low bioavailability and maternal serum levels after use. 1 insulin Mothers with diabetes using insulin may nurse their infants. Careful observation of increased maternal caloric needs and maternal blood glucose levels are needed. Insulin is normally present in breastmilk. Use is acceptable. Rx; for diabetes / elevated blood sugar; dosage required may drop up to 25% during lactation.
Insulin, including newer biosynthetic insulins (aspart, detemir, glargine, glulisine, lispro) is a protein that is inactivated and destroyed in the digestive tract of the infant if taken by mouth. 8 Laxatives psyllium (Metamucil), docusate (Colace), polyethylene glycol (Miralax). OTC; used to treat constipation. Psyllium is not absorbed from the gastrointestinal tract, so it cannot enter the breastmilk. It is acceptable to use during breastfeeding. 1 Docusate is minimally absorbed and is unlikely to be found in breastmilk.
Laxatives that are completely unabsorbed may be preferred over docusate. 1 Polyethylene glycol is very poorly absorbed from the gastrointestinal tract, so it cannot enter the breastmilk in important amounts. No special precautions are required. 1 lidocaine Xylocaine Rx; a local anesthetic. {/INSERTKEYS}
Lidocaine is poorly absorbed by newborns. Lidocaine is not expected to cause side effects in breastfed infants. 1 loratadine Claritin, Claritin RediTabs OTC; non-drowsy antihistamine for allergies and hay fever.
Lack of sedation and low milk levels. Not expected to cause adverse effects in nursing infants. Some experts recommend to use at the lowest dose. Loratadine might have a negative effect on lactation, especially in combination with a decongestant like pseudoephedrine or phenylephrine.
1 Low molecular weight heparins ( enoxaparin, dalteparin) Lovenox, Fragmin Rx; used as an anticoagulant; not expected to be excreted into breastmilk due to high molecular weight. 1 magnesium sulfate Rx; used for prevention and control of seizures in pre-eclampsia and eclampsia. Postpartum IV use longer than 6 hours may delay onset of lactation. 1 See Summary of Use during Lactation. methyldopa Rx; used to treat high blood pressure; no special precautions needed.
Because of the low levels obat herpes methyldopa in breastmilk, amounts ingested by the infant are small and would not be expected to cause any adverse effects in breastfed infants. 1 metoprolol Lopressor Rx; a beta-blocker used to treat high blood pressure. Small amounts ingested by infant; no special precautions are required. Studies on the use of metoprolol during breastfeeding have found no adverse reactions in breastfed infants. 1 miconazole (topical use) Monistat OTC; used to treat yeast infections.
Poor oral bioavailability. Unlikely to affect the breastfed infant, including topical application to the nipples, but rarely prescribed. 1 nifedipine Adalat, Procardia Rx; calcium channel blocker used to treat high blood pressure and angina (chest pain). Studies on the use of metoprolol during breastfeeding have found no adverse reactions in breastfed infants.
No special precautions are required. 1 Penicillins amoxicillin, penicillin G Rx; used obat herpes treat bacterial infections. Occasionally, rash and disruption of the infant's gastrointestinal flora, resulting in diarrhea or thrush, have been reported with penicillins, but these effects have not been adequately evaluated. Amoxicillin, penicillin G are acceptable in nursing mothers. 1 propranolol Inderal LA, Inderal XL, InnoPran XL Rx; a beta blocker used to treat heart problems, high blood pressure, and infantile hemangiomas.
Low levels in breastmilk and not expected to cause side effects in breastfed infants. No special precautions are needed. 1 theophylline Elixophyllin, Theo-24, others Rx; used to treat asthma and bronchitis. Monitor infant for irritability, stimulation, and trouble sleeping in newborn and especially preterm infants.
Keep maternal serum concentrations in the lower part of the therapeutic range and monitor the infant for signs of theophylline side effects. Consider infant serum monitoring if needed. Delay nursing for 2 hours (after IV dose) or 4 hours (after oral immediate-release dose) if possible.
Delaying nursing may have no effect if taking long-acting forms. 1 tretinoin topical Obat herpes, Atralin, Renova, Retin A Rx; cream used for acne; use only water-miscible cream or gel products. Ensure that the infant's skin does not come into direct contact with the areas of skin that have been treated.
Thyroid replacement Synthroid, levothyroxine Rx; replaces the thyroid hormone normally produced by your body to help regulate your energy and metabolism. Levothyroxine is excreted into milk, but is a normal component of breast milk.
Use is considered acceptable. 1 Vaccines Breastfed infants should be vaccinated according to routine established schedules from the ACIP. According to the ACIP’s General Best Practice Guidelines for Immunization in Special Situations, except for smallpox and yellow fever vaccines, neither inactivated nor live-virus vaccines administered obat herpes a lactating woman affect the safety of breastfeeding for women or their infants.
When nursing mothers cannot avoid or postpone travel to areas endemic for yellow fever in which risk for acquisition is high, these women should be vaccinated. 9 If you are breastfeeding, you can receive a COVID vaccine obat herpes reported by the CDC. No long-term studies are available, but recent information has shown that people who are breastfeeding and have received COVID-19 mRNA vaccines have antibodies in their breastmilk, which could help protect their babies, but more data is needed to determine how protective this is for the baby.
19 vancomycin (oral) Vancocin, Firvanq Rx; oral antibiotic. No special precautions are required. Limited information indicates that oral vancomycin produces obat herpes levels in milk. Because vancomycin is poorly absorbed when taken orally, it is obat herpes to enter the bloodstream of the infant or cause side effects. 1 verapamil Calan, Calan SR, Verelan, Verelan PM Rx; calcium channel blocker used for high obat herpes pressure, angina (chest pain).
Data are limited but suggest that maternal doses of verapamil up to 360 mg daily produce detectable, but low levels in milk. Verapamil would not be expected to cause side effects in breastfed infants, especially in infants over 2 months. 1 warfarin Coumadin Rx; used to treat or prevent blood clots. Very low milk levels occur with warfarin doses up to at least 12 mg daily. No side effects in breastfed infants have been reported from maternal warfarin use during breastfeeding, even with a dose of 25 mg daily for 7 days.
There is a consensus that maternal warfarin therapy during breastfeeding poses little risk to the breastfed infant. No special precautions are needed. 1 Rx - prescription only; OTC - over-the-counter Other Common Medications Used in Breastfeeding In general, data is limited for the effects of these drugs on a breastfeeding infant.
Follow the links to learn more about use of these drugs in breastfeeding and always check with your doctor. Added monitoring or laboratory testing may be required for the infant. Prescribing is made on a case-by-case obat herpes by your healthcare provider. Drug or Class Brand or Generic Name Notes Obat herpes inhibitors captopril, enalapril (Vasotec), benazepril (Lotensin) 1 Rx; used to treat high blood pressure, kidney conditions, heart disease. Captopril, enalapril and benazepril can appear in breast milk.
However, amounts ingested are small and would not be expected to cause any adverse effects in breastfed infants. No information is available for lisinopril; an alternative may be preferred.
1 Anticonvulsants - speak with your healthcare provider first; data may be limited for some drugs. Reported as possibly safe or cautious use advised.
Monitor infant closely for side effects 1: • phenytoin (Dilantin), fosphenytoin • carbamazepine (Tegretol) • lamotrigine • levetiracetam • ethosuximide • obat herpes • oxcarbazepine • phenobarbital • primidone • valproic acid Do not use, or use with extreme caution, and monitor infant as recommended by a healthcare provider 1: • felbamate (do not use) • zonisamide (alternative drugs are preferred) Rx; used for seizures and mood disorders.
Pregnant and breastfeeding women with epilepsy should always consult their health care provider about appropriate seizures medications. Check individual drugs as certain medications can be hazardous to nursing infants, while others may be more safe. Some medications may lead to side obat herpes in the infant such as drowsiness, feeding difficulties and poor weight gain.
Treatments for epilepsy are often used in combination. Use of two or more seizure drugs may lead to worsened or unexpected side effects. Measurement of an infant serum level might help rule out toxicity if there is a concern. Monitor for developmental milestones. 1 Antihistamines Nonsedating antihistamines are usually preferred; most are not expected to cause side effects in infants. 1 • loratadine • fexofenadine • desloratadine Sedating antihistamines are alternatives for short-term, low dose use.
1 • diphenhydramine (Benadryl) • chlorpheniramine OTC/Rx; Some antihistamines may reduce milk supply (especially when used with a decongestant) and cause infant drowsiness or fussiness.
If sedating, use lowest dose possible and take at bedtime after last feeding. isoniazid generic only Rx; used to treat tuberculosis The CDC and other expert groups state that breastfeeding should not be discouraged in women taking isoniazid. Nursing obat herpes who are taking isoniazid should take 25 mg of oral pyridoxine daily.
Give the once-daily dose to the mother before the infant's longest sleep period to decrease dose that infant receives. Monitor infants for rare instances of jaundice. 1 azathioprine Imuran Rx; used to suppress the immune system following organ transplants; can be used for inflammatory bowel disease or lupus. Most experts consider breastfeeding during azathioprine to be acceptable.
May want to monitor complete blood count with differential, and liver function tests in exclusively breastfed infants.
1 Long-term follow-up for effects such as cancer in children have not been performed. Avoid breastfeeding for 4 to 6 hours after a dose. bupropion Aplenzin, Wellbutrin XL Rx; for depression, seasonal affective disorder, smoking cessation.
Clinical data is lacking; case report of possible seizure in partially breastfed 6-month-old; another drug may be preferred. 1 Monitor infant closely if combined with an SSRI. Watch for vomiting, diarrhea, jitteriness, or sedation; consider monitoring infant levels. 1 clindamycin Cleocin Rx; Used to treat abdominal and vaginal infections; topical for acne. Oral or IV product may alter infants gastrointestinal flora leading to diarrhea, thrush, or rarely blood in stool; consider alternative.
1 Obat herpes agents unlikely to cause infant side effects. Oral decongestants phenylephrine, pseudoephedrine (Sudafed) OTC; Used to treat congestion associated with colds or allergies.
May cause irritability in the infant; often interferes with or reduces milk supply - do not use if lactation not well established. A single dose of pseudoephedrine decreases milk production acutely and repeated use seems to interfere with lactation.
Mothers with newborns whose lactation is not yet well established or in mothers who are having difficulties producing sufficient milk should not receive pseudoephedrine. 1 Limited information on oral phenylephrine so alternatives may be preferred. Phenylephrine nasal spray or ophthalmic drops are less likely to lower milk production. fluconazole Diflucan Rx; antifungal. Fluconazole is acceptable in nursing mothers because amounts excreted into breastmilk are less than the neonatal fluconazole dosage.
1 Histamine H2 blockers • cimetidine (Tagamet HB) • nizatidine (Axid AR) • famotidine (Pepcid AC) OTC; used to treat stomach acid reflux/heartburn. Famotidine may be preferred. Cimetidine may inhibit hepatic enzymes leading to drug interactions.
1 WHO states to avoid cimetidine as no long-term data on side effects. 2 Ranitidine (Zantac) was found to break down to a cancer-causing chemical and has been removed from the U.S.
market. labetalol Trandate Rx; used for high blood pressure. Caution with preterm babies; other agents may be preferred. Levels of labetalol are low in breastmilk. No special precautions are required in most fullterm infants. Labetalol may predispose nursing mothers to Raynaud’s phenomenon of the nipple.
1 hydrochlorothiazide Microzide Rx; diuretic for high blood pressure. Doses of 50 mg daily or less are acceptable during lactation; higher doses may decrease milk production. 1 lorazepam Ativan Rx; used to treat anxiety, seizure disorders. Lorazepam has low levels in breastmilk, and a short half-life compared to some benzodiazepines. It obat herpes safely given directly to infants, and would not be expected to cause infant problems. Most reports do not list sedation in infants at normal maternal doses.
1 naproxen Anaprox, Aleve, Naprosyn OTC/Rx; used for pain relief. Limited data suggests that naproxen levels in breastmilk are low and side effects in breastfed infants are uncommon. However, because of naproxen's long half-life and reported serious obat herpes reaction in a breastfed newborn, other NSAIDs (i.e., ibuprofen) or acetaminophen may be preferred while nursing a newborn or preterm infant. 1 oxazepam generic only Rx; used to treat anxiety.
Low levels in breast milk. Oxazepam is not expected to cause side effects in breastfed infants with usual maternal doses. No special precautions are required; however, short-term use is always preferred. 1 quinidine Not available Rx; used to treat heartbeat irregularities. Limited data suggests that maternal doses of quinidine up to 1.8 grams daily produce low levels in milk.
Not expected to cause side effects in breastfed infants, especially if the infant is older than 2 months. Consider measurement of serum levels to rule out infant toxicity if there is a concern; monitor exclusively breastfed infants closely.
1 Select fluoroquinolone antibacterials • ciprofloxacin (Cipro) 1 • levofloxacin (Levaquin) 1 • moxifloxacin (Avelox) 1 -may be preferable to use a fluoroquinolone with safety data Rx antibiotic Due to serious side effects in patients, the FDA has stated that this class is not suitable for common conditions such as sinusitis, bronchitis, and uncomplicated urinary tract infections.
However, if clinically appropriate, short-term use of ciprofloxacin and levofloxacin appears to be acceptable in nursing mothers. No information is available on the use of moxifloxacin during breastfeeding. Recommendations now state this class should be reserved for more serious infections when possible. Monitor infant for possible effects on the gastrointestinal flora, such as diarrhea or candidiasis (thrush, diaper rash).
Fluoroquinolones have traditionally not been used in infants because obat herpes concern about adverse effects on the infants' developing joints. However, studies indicate little risk. If prescribed in a nursing woman, avoiding breastfeeding for 3 to 4 hours after a dose to help decrease the exposure of the infant. Ophthalmic preparations pose little risk to a nursing baby. 1 SSRIs Mothers taking an SSRI postpartum may have more difficulty breastfeeding, although this might be a reflection of their disease state.
Lactation support may needed. 1 • paroxetine (Paxil) • sertraline (Zoloft) Rx; used to treat depression, postpartum depression.
Most authoritative reviewers consider paroxetine or sertraline preferred antidepressants during breastfeeding. 1 Paroxetine: has not been detected in serum of most infants that were obat herpes.
Occasional mild side effects such as insomnia, restlessness and increased crying have been reported in breastfed infants. 1 Sertraline: weakly active metabolite norsertraline (desmethylsertraline) has been detected in low levels infants; preterm infants with impaired metabolism may accumulate the drug and demonstrate symptoms similar to neonatal abstinence. 1 Most newer antidepressants produce very low or undetectable plasma concentrations in nursing infants.
Shorter half-life agents may be preferred. spironolactone Aldactone Rx; used to treat high blood pressure Spironolactone appears to be acceptable during breastfeeding. 1 Intense diuresis (treatment for fluid retention) can suppress lactation but it is unlikely that spironolactone alone is potent enough to cause this effect.
1 sumatriptan Imitrex Rx; used to treat migraines Sumatriptan has low oral bioavailability with low milk levels. Sumatriptan would not be expected to cause any adverse effects in most breastfed infants Experts suggest to withhold breastfeeding for 8 hours (12 hours from manufacturer). This obat herpes be helpful in preterm infants. 1 Sumatriptan would not be expected to cause any side effects in most breastfed infants.
Tetracyclines • tetracycline • doxycycline • Achromycin V (tetracycline) • Vibramycin, Oracea, Monodox, others (doxycycline) Rx; antibiotic may be used to treat acne or UTI, Lyme disease. Available literature indicates unlikely to be harm (i.e., teeth-staining) with short-term use of tetracycline or doxycycline during lactation obat herpes milk levels are low and absorption by the infant is inhibited by the calcium in breastmilk.
1 Doxycycline use in children under 8 years is now considered acceptable in courses up to 21 days. 1 As a precaution limit to short-term use and avoid repeat treatments. Monitor for altered intestinal tract flora (diarrhea, thrush, diaper rash). trazodone Not available Rx; used for depression and sleep. Limited data shows that trazodone milk levels are low. Not expected to cause side effects in breastfed infants, especially if obat herpes than 2 months or when doses of 100 mg or less are used at bedtime for sleep.
1 Tricyclic antidepressants (TCAs) • imipramine ( Tofranil) • nortriptyline ( Pamelor) Rx; used to treat depression. Some experts consider imipramine or nortriptyline the TCAs of choice for nursing mothers, if a TCA must be used.
Low milk levels and few side effects reported in infants. 1 Avoid oral doxepin due to active metabolite, presence in infant serum, and several reports side effects.
1 Rx - prescription only; OTC - over-the-counter More Information As reported by the American Academy of Pediatrics (AAP) refer to the LactMed Database to obtain the most current data on an individual medications.
See Also • Breastfeeding Support Group • Medicine Use While Breastfeeding Sources • National Institutes of Health. US National Library of Medicine. LactMed database. Accessed July 15, 2021 at toxnet.nlm.nih.gov/newtoxnet/lactmed.htm • Department of Adolescent and Child Health and Development.
UNICEF. World Health Organization Breastfeeding and maternal medication: recommendations for drugs in the eleventh WHO model list of essential drugs. Accessed July 15, 2021 at http://whqlibdoc.who.int/hq/2002/55732.pdf • Hale's Medication and Obat herpes Milk.
Online. 2021. Springer Publishing Company. Accessed July 15, 2021 at https://www.halesmeds.com/categories • Can I use hormonal birth control while breastfeeding? Planned Parenthood. Accessed July 16, 2021 at https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/breastfeeding/whats-best-birth-control-option-while-breastfeeding • Skyla.
Prescribing information. Drugs.com. Accessed July 16, 2021 at https://www.drugs.com/pro/skyla-iud.html#s-43684-0 • Drospirenone. Prescribing information. Drospirenone use while Breastfeeding. Drugs.com. Accessed July 16, 2021 at https://www.drugs.com/breastfeeding/drospirenone.html • Minipill (progestin-only birth control pill). Mayo Clinic.
Drugs.com. Accessed July 16, 2021 at https://www.drugs.com/mcp/minipill-progestin-only-birth-control-pill • Insulin regular. Pregnancy and Breastfeeding Warnings. Drugs.com. Accessed July 16, 2021 at https://www.drugs.com/pregnancy/insulin-regular.html • Vaccination Safety for Breastfeeding Mothers. US Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Jan 24, 2018. Accessed July 17, 2021 at https://www.cdc.gov/breastfeeding/breastfeeding-special-circumstances/vaccinations-medications-drugs/vaccinations.html • FDA updates warnings for fluoroquinolone antibiotics on risks of mental obat herpes and low blood sugar adverse reactions.
US Food and Drug Administration (FDA). Press Announcements. Accessed July 21, 2021 at https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-updates-warnings-fluoroquinolone-antibiotics-risks-mental-health-and-low-blood-sugar-adverse • Clinical Report: The transfer of drugs and therapeutics into human breast milk: an update on selected topics.
Pediatrics. 2013;132(3):e796-e809. Available at: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23979084/ Reaffirmed May 2018. Accessed July 21, 2021. • Thomas J. Medications and Breastfeeding: Tips for Giving Accurate Information to Mothers. American Academy of Pediatrics (AAP). Accessed online June 17, 2021 at https://www.aap.org/en-us/advocacy-and-policy/aap-health-initiatives/Breastfeeding/Pages/Medications-and-Breastfeeding.aspx • Healthy Children.org.
Medications and Breastfeeding. Updated 12/12/2015. Accessed July 21, 2021 at http://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/breastfeeding/Pages/Medications-and-Breastfeeding.aspx • Drugs.com.
Medicine use while Breastfeeding. July 21, 2021. Accessed at https://www.drugs.com/breastfeeding/ • COVID-19 Vaccines While Pregnant or Breastfeeding. US Centers for Disease Control and Prevention (CDC). June 29, 2021. Accessed July 20, 2021 at https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/recommendations/pregnancy.html Further information Always consult your healthcare provider to ensure the information displayed on this page applies to your personal circumstances.
Medical Disclaimer Drugs.com provides accurate and independent information on more than 24,000 prescription drugs, over-the-counter medicines and natural products.
This material is provided for educational purposes only and is not intended for medical advice, diagnosis or treatment. Data sources include IBM Watson Micromedex (updated 3 May 2022), Cerner Multum™ (updated 28 Apr 2022), ASHP (updated 11 Apr 2022) and others.
Infeksi menjadi salah satu penyebab timbulnya berbagai obat herpes akibat peradangan maupun luka, yang dapat merusak fungsi jaringan maupun organ.
Masalah kesehatan ini bisa terjadi di mana saja, salah satunya adalah infeksi di rumah sakit yang dikenal dengan sebutan infeksi nosokomial. Ingin tahu seperti apa gejala, penyebab, dan penanganannya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini! Definisi infeksi nosokomial Infeksi obat herpes adalah jenis infeksi yang menyebar di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Dalam dunia medis, kondisi ini juga disebut sebagai health-care associated infection (HAI) atau hospital-acquired infections. Suatu infeksi dapat digolongkan sebagai HAI apabila penularannya terjadi di rumah sakit.
Gejalanya pun baru muncul ketika pasien sudah keluar dari rumah sakit. Selain itu, para pekerja di rumah sakit juga sangat mungkin terinfeksi. Infeksi nosokomial bisa disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit atau jamur yang ada di rumah sakit.
Banyak faktor yang dapat memicu seseorang terinfeksi di rumah sakit. Beberapa di antaranya, seperti rendahnya kekebalan tubuh, penggunaan teknologi dan prosedur medis yang meningkatkan risiko infeksi, dan penyebaran bakteri yang kebal obat di antara orang-orang di rumah sakit.
Beberapa jenis infeksi nosokomial di rumah sakit yang paling umum ditemukan adalah: • Sepsis (infeksi aliran darah) • Infeksi saluran kemih • Infeksi luka operasi • Pneumonia Seberapa umum infeksi nosokomial? Menurut data dari World Health Organizationsekitar 8,7% pasien yang dirawat di rumah sakit mengidap infeksi nosokomial. Artinya, terdapat sekitar 1,4 juta orang di dunia yang mendapatkan infeksi dari rumah sakit.
Pekerja kesehatan yang langsung menangani pasien terinfeksi seperti dokter dan perawat juga berisiko tinggi mengalami penyakit ini. Sementara itu, sebuah studi dari Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine menunjukkan bahwa obat herpes 7% kasus infeksi rumah sakit di negara maju dan 10% di negara berkembang. Infeksi nosokomial adalah salah satu kondisi medis yang menjadi penyebab terbanyak kematian di dunia. Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kesehatan, kini kasus hospital acquired infection atau infeksi di rumah sakit ini dapat diatasi dan dicegah dengan baik.
Tanda-tanda dan gejala infeksi nosokomial Infeksi nosokomial dapat menunjukkan berbagai gejala, tergantung pada jenis infeksi yang menyerang dan penyebab utamanya. Namun, biasanya infeksi dari rumah sakit memiliki tanda-tanda dan gejala umum seperti di bawah ini. • Demam • Detak jantung lebih cepat dari biasanya ( aritmia ) • Napas lebih cepat dan pendek ( tachypnea ) • Iritasi atau ruam pada kulit • Rasa tidak nyaman dan nyeri secara menyeluruh • Mengeluarkan cairan, misalnya nanah • Obat herpes infeksi membengkak Berdasarkan jenis infeksinya, di bawah ini ini adalah beberapa gejala infeksi nosokomial yang mungkin muncul.
1. Infeksi aliran darah Infeksi rumah sakit yang berkaitan dengan infeksi aliran darah menunjukkan gejala-gejala seperti di bawah ini. • Demam • Tubuh menggigil • Suhu tubuh sangat rendah • Buang air kecil lebih jarang dari biasanya • Denyut obat herpes lebih cepat • Napas lebih cepat • Diare • Mual • Muntah 2. Pneumonia Apabila infeksi nosokomial berhubungan dengan pneumonia, tanda-tanda dan gejala yang dapat dirasakan adalah: • Demam • Batuk yang disertai dahak • Wheezing (mengi, suara tersengal-sengal) • Suara bergemeretak saat bernapas • Berkeringat berlebih • Napas lebih pendek dan cepat • Rasa sakit yang menusuk di dada saat bernapas atau batuk • Kehilangan nafsu makan • Tubuh lemas • Mual dan muntah • Kebingungan, terutama pada pasien berusia lanjut 3.
Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih juga dapat dikaitkan dengan terjadinya infeksi di rumah sakit. Gejala infeksi saluran obat herpesmeliputi: • Ingin buang air kecil terus-menerus • Sensasi terbakar saat buang air kecil • Sering kencing, tetapi jumlah urine sedikit • Urine terlihat berbusa • Urine berwarna merah, merah muda, atau coklat seperti cola • Urine berbau • Rasa nyeri di panggul pada perempuan 4. Infeksi luka operasi Jika infeksi nosokomial yang diderita berhubungan dengan luka operasi, tanda-tanda dan gejala yang akan muncul umumnya seperti berikut ini: • Muncul cairan atau nanah dari luka • Luka berbau tidak sedap • Demam • Tubuh menggigil • Luka terasa hangat saat disentuh • Kemerahan pada area sekitar luka • Sakit dan nyeri saat disentuh Anda dapat dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika Anda dirujuk ke rumah sakit dan terinfeksi penyakit yang sebelumnya tidak pernah Anda miliki.
Infeksi biasanya muncul dalam rentang waktu sebagai berikut: • sekitar 48 jam setelah masuk rumah sakit, • 3 hari setelah keluar rumah sakit, • kira-kira 30 hari setelah operasi, atau • dalam fasilitas pelayanan kesehatan ketika pasien dirujuk karena alasan selain infeksi. Kapan harus pergi ke dokter? Jika Anda memiliki tanda atau gejala hospital acquired infection seperti di atas, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik.
Terkadang, ada tanda-tanda atau gejala lainnya yang mungkin tidak tercantum di atas. Apabila Anda merasa cemas akan suatu gejala atau merasakan gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya, segera konsultasikan ke dokter. Penyebab infeksi di rumah sakit Infeksi nosokomial adalah kondisi yang disebabkan oleh penyebaran virus, bakteri, atau jamur di seluruh tubuh pasien.
Penularan ini bisa terjadi akibat prosedur medis, kontak antarpasien, atau karena memasukkan alat medis ke dalam tubuh.
Kebanyakan pasien di rumah sakit memiliki sistem imun yang cenderung lemah, maka itu infeksi rentan terjadi. Tipe paling umum adalah infeksi aliran darah, pneumonia (contoh: pneumonia yang terkait dengan ventilator), infeksi saluran kemih, dan infeksi tempat operasi. Berikut adalah tiga kuman penyebab penyakit (patogen) yang paling sering menyebabkan infeksi nosokomial. 1. Bakteri Bakteri adalah patogen utama yang paling banyak ditemukan pada kasus infeksi nosokomial. Beberapa bakteri terdapat secara alami di dalam tubuh pasien, kemudian infeksi terjadi karena kekebalan tubuh pasien menurun.
Jenis bakteri Acinetobacter adalah yang paling sering ditemukan pada infeksi di ruang ICU. Selain itu, terdapat juga Bacteroides fragilis, yang biasa ditemukan di infeksi saluran usus atau usus besar. Bakteri-bakteri seperti Enterobacteriaceae, S. aureusdan C. difficile juga ditemukan pada infeksi bakteri di rumah sakit.
2. Virus Selain bakteri, virus juga termasuk penyebab utama infeksi nosokomial. Sebanyak 5% kasus infeksi rumah sakit disebabkan oleh virus. Penularannya dapat melalui pernapasan, kontak tangan, mulut, obat herpes kotoran. Salah satu penyakit kronis yang disebabkan oleh virus adalah hepatitis. Hepatitis biasanya ditularkan melalui jarum suntik yang tidak steril. Selain itu, virus seperti influenza, HIV, rotavirusdan virus herpes-simplex juga ditemukan pada infeksi rumah sakit.
3. Parasit jamur Orang yang mengalami gangguan sistem imun tubuh juga rentan terkena infeksi oleh parasit jamur di rumah sakit. Jenis parasit jamur yang paling sering ditemukan adalah Aspergillus sp ., Candida albicansdan Cyptococcus neoformans.
Jenis infeksi nosokomial Sementara, jika dilihat berdasarkan jenis infeksinya, berikut ini adalah beberapa penyebab infeksi yang penularannya terjadi di rumah sakit. 1.
Infeksi aliran darah Central line-associated bloodstream infection atau infeksi aliran darah merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling berbahaya, dengan tingkat kematian sebesar 12-25%. Infeksi aliran darah ini biasanya disebabkan oleh penggunaan alat yang dimasukkan ke dalam tubuh, seperti kateter atau alat intravaskular. Bakteri yang mungkin dapat memicu infeksi ini adalah StaphylococcusEnterococcus, dan berbagai jenis jamur Candida.
2. Infeksi saluran kemih Infeksi ini merupakan jenis nosokomial yang paling banyak ditemukan. Sebanyak 12% kasus infeksi nosokomial berhubungan dengan kondisi ini. Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh mikroflora yang ada di dalam tubuh pasien. Pasien yang memiliki kateter urine di obat herpes tubuhnya rentan terkena kondisi ini.
Kateter berpotensi menghambat aliran urine, sehingga terjadi infeksi pada kandung kemih. Bakteri yang sering ditemukan adalah E. coliC. albicandan P. aeruginosa. 3. Pneumonia Penyakit lain yang berkaitan dengan infeksi nosokomial adalah pneumonia. Kondisi ini biasanya ditemukan pada 9-27% pasien yang menggunakan alat bantu ventilator di ruang ICU.
Mikroorganisme biasanya menyerang perut, saluran pernapasan, dan bronkitis, sehingga terjadi infeksi pada paru-paru. Patogen yang umumnya ditemukan pada infeksi jenis pneumonia adalah P. aeruginosa, S. aureusdan Haemophilus influenzae. 4. Infeksi luka operasi Kondisi ini juga sering terjadi pada pasien yang menjalani prosedur operasi di rumah sakit. Infeksi dapat ditularkan secara eksogen (melalui udara, peralatan medis, dan staf medis) atau secara endogen (dari flora yang ada di dalam tubuh).
Faktor lain yang mungkin dapat menyebabkan infeksi selama prosedur bedah adalah teknik bedah, kebersihan peralatan medis, dan kondisi sistem imunitas pasien.
Tiga jenis patogen yang paling banyak ditemukan pada penderita infeksi luka operasi adalah P. aeruginosa, S. aureus, dan Staphylococcus jenis koagulasi negatif. Faktor-faktor risiko infeksi di rumah sakit Infeksi nosokomial adalah kondisi yang mungkin dapat menyerang siapa saja yang sedang menjalani perawatan atau sehabis mengunjungi rumah sakit.
Namun, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda terkena infeksi ini. Berikut adalah faktor-faktor risiko Anda dapat terserang infeksi di lingkungan rumah sakit. • Usia. Penyakit ini umumnya menyerang pasien di atas 70 tahun, walaupun dalam beberapa obat herpes infeksi ini juga ditemukan pada pasien yang lebih muda. • Sistem kekebalan tubuh.
Tubuh pasien yang memiliki sistem imun tubuh bermasalah lebih rentan terkena infeksi di dalam lingkungan rumah sakit. • Penyakit yang diderita.
Pasien dengan penyakit yang memengaruhi sistem imun, seperti leukemia, tumor, diabetes melitus, dan AIDS memiliki risiko tinggi terkena infeksi di rumah sakit. • Berada di ICU cukup lama. Pasien rumah sakit yang tinggal lebih lama dari pasien biasa, seperti pasien ICU, akan lebih mudah terkena infeksi di rumah sakit. obat herpes Fasilitas medis yang kurang memadaiPusat layanan kesehatan dengan fasilitas yang tidak sesuai standar dapat meningkatkan risiko pasien terkena infeksi, seperti t eknik menyuntik yang salah, embuangan sampah rumah sakit tidak dikelola dengan baik, atau p eralatan medis yang kurang steril • Penggunaan antibiotik.
Konsumsi antibiotik yang terlalu banyak, tidak sesuai dengan resep dokter, atau berhenti sebelum habis dapat menyebabkan tubuh menjadi resisten terhadap antibiotik. Hal ini mengakibatkan infeksi di rumah sakit lebih mudah terjadi.
Diagnosis dan pengobatan infeksi nosokomial Informasi yang dijabarkan bukan pengganti bagi nasihat medis. SELALU konsultasi ke dokter Anda. Untuk mendiagnosis infeksi nosokomial, dokter biasanya akan menanyakan apa saja tanda-tanda dan gejala yang dialami, serta kapan terakhir kali pasien obat herpes di rumah sakit atau pusat pelayanan medis. Dalam beberapa kasus, dokter dapat mendiagnosis infeksi nosokomial dengan melihat tempat infeksi melalui tanda-tanda yang kasat mata.
Dalam kasus lain, pemeriksaan tes urine dan darah, atau bahkan tes pencitraan biasanya dibutuhkan. 1. Tes darah Apabila dokter mencurigai adanya infeksi, biasanya tes darah perlu dilakukan. Dokter akan melakukan tes kultur darah untuk mengetahui adanya infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus, maupun jamur. Tes ini biasanya bertujuan untuk mendiagnosis infeksi nosokomial yang menyerang aliran darah. 2. Tes urine Jika dokter menduga jenis dari infeksi nosokomial adalah infeksi salurah kemih, dokter akan mengambil sampel urine Anda dan memeriksanya di laboratorium.
3. Tes pencitraan Terkadang, dokter juga akan melakukan tes, seperti x-ray, CT scan, dan MRI, untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam tubuh. Apa saja pilihan pengobatan infeksi nosokomial? Infeksi nosokomial adalah kondisi yang terdiri dari berbagai jenis dan penyebab. Maka dari itu, pengobatan yang akan direkomendasikan oleh dokter pun berbeda-beda pada setiap pasien tergantung apa yang menyebabkannya.
Dalam sebagian besar kasus, antibiotik akan berguna untuk melawan infeksi.
Namun, untuk kasus infeksi yang belum diketahui secara pasti apa penyebabnya, dokter akan meresepkan antibiotik yang dapat melawan hampir semua jenis bakteri, seperti pseudomona. Dokter juga mungkin akan memberikan terapi antijamur sebagai tambahan dari pengobatan antibiotik, seperti • Fluconazole • Caspofungin • Voriconazole • Amphotericin B Selain itu, untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, dokter mungkin akan memberikan terapi antivirusseperti acyclovir dan ganciclovir.
Jika infeksi nosokomial terjadi di kateter atau selang lainnya yang terpasang di dalam tubuh, dokter akan mencabut selang secepatnya. Meskipun infeksi nosokomial sering dianggap dapat terobati, beberapa bisa mematikan atau kebal terhadap obat-obatan. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memeriksa kondisi Anda secara teratur selama Anda menginap di rumah sakit.
Pengobatan infeksi nosokomial di rumah Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat membantu mengatasi infeksi nosokomial: • Menjaga kebersihan saat tinggal di rumah sakit. Sekitar 40 persen infeksi nosokomial disebabkan oleh kebersihan tangan yang buruk menurut sebuah laporan WHO. • Mensterilkan peralatan medis dengan hati-hati antara setiap penggunaan. Penyedia layanan kesehatan juga wajib mengikuti prosedur yang tepat.
Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikan ke dokter Anda untuk dapat lebih mengerti solusi terbaik untuk Anda. Khan, H. A., Baig, F. K., & Mehboob, R. (2017). Nosocomial infections: Epidemiology, prevention, control and surveillance. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 7(5), 478-482. https://doi.org/10.1016/j.apjtb.2017.01.019 WHO. (2020). Prevention of Hospital-Acquired Infection.
Retrieved October 13, 2021, from https://www.who.int/csr/resources/publications/drugresist/en/whocdscsreph200212.pdf?ua=1 U.S. National Library of Medicine. (2020). Surgical wound infection – treatment: MedlinePlus Medical Encyclopedia. Retrieved October 13, 2021, from https://medlineplus.gov/ency/article/007645.htm Urinary tract infection (UTI). (2021, April 23). Retrieved October 13, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/urinary-tract-infection/symptoms-causes/syc-20353447 Sikora A, Zahra F.
Nosocomial Infections. [Updated 2021 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559312/Menu Health and Balance Home • News • Reference • Quizzes • Slideshows • Videos • Questions & Answers • Find a Psychologist Health & Balance Guide • A Balanced Life • Take It Easy • CAM Treatments Related to Balance • Quit-Smoking Assessment • Anxiety & Panic Disorders • Mental Health • Smoking Cessation • Stress Management • More Related Topics Cupping therapy is an ancient form of alternative medicine in which a therapist puts special cups on your skin for a few minutes to create suction.
People obat herpes it for many purposes, including to help with pain, inflammation, blood flow, relaxation and well-being, and as a type of deep-tissue massage. The cups may be made of: • Glass • Bamboo • Earthenware • Silicone Cupping therapy might be trendy now, but it’s not new.
It dates back to ancient Egyptian, Chinese, and Middle Eastern cultures. One of the oldest medical textbooks in the world, the Ebers Papyrus, describes how the ancient Egyptians used cupping therapy in 1,550 B.C. Types There are different methods of cupping, including: • Dry • Obat herpes During both types of cupping, your therapist will put a flammable substance such as obat herpes, herbs, or paper in a cup and set it on fire. As the fire goes out, they put the cup upside down on your skin.
As the air inside the cup cools, it creates a vacuum. This causes your skin to rise and redden as your blood vessels expand. The cup is generally left in place for up to 3 minutes. A more modern version of cupping uses a rubber pump instead of fire to create the vacuum inside the cup. Sometimes therapists use silicone cups, which they can move from place to place on your skin for a massage-like effect. Wet cupping creates a mild suction by leaving a cup in place for about 3 minutes.
The therapist then removes the cup and uses a small scalpel to make light, tiny cuts on your skin. Next, they do a second suction to draw out a small quantity of blood. You might get 3-5 cups in your first session. Or you might just try one to see how it goes. It’s rare to get more than 5-7 cups, the British Cupping Society notes. Afterward, you may get an antibiotic ointment and bandage to prevent obat herpes. Your skin should look normal again within 10 days. Cupping therapy supporters believe that wet cupping removes harmful substances and toxins from the body to promote healing.
But that’s not proven. Some people also get “needle cupping,” in which the therapist first inserts acupuncture needles and then puts cups over them.
What Does the Research Show? There haven’t been many scientific studies on cupping. One report, published in 2015 in the Journal of Traditional and Complementary Medicine, notes that it could help with acne, herpes zoster, and pain management.
That’s similar to the findings from obat herpes 2012 report, published in PLoS One. Australian and Chinese researchers reviewed 135 studies on cupping. They concluded that cupping therapy may be effective when people also get other treatments, like acupuncture or medications, for various diseases and conditions, such as: • Herpes zoster • Acne • Facial paralysis • Cervical spondylosis But those researchers noted many of the studies they reviewed could have been biased and that better studies are needed.
The British Cupping Society says that cupping therapy is used to treat: • Blood disorders such as anemia and hemophilia • Rheumatic diseases such as arthritis and fibromyalgia • Fertility and gynecological disorders • Skin obat herpes such as eczema and acne • High blood pressure • Migraines • Anxiety and depression • Bronchial congestion caused by allergies and asthma • Varicose veins There isn’t research to back all obat herpes that up.
Side Effects Cupping is fairly safe, as long as you go to a trained health professional. But you could have these side effects in the area where the cups touch your skin: • Mild discomfort • Burns • Bruises • Skin infection If the cups and equipment become contaminated with blood and are not sterilized correctly between patients, bloodborne diseases such as obat herpes B and C can be spread.
What to Ask Your Doctor First Talk with your doctor before you start cupping or any other type of alternative or complementary medicine. And talk extensively with your cupping therapist, too, before you try it. Ask: • What conditions do they use cupping for?
• What is your training? • What is your experience in using it?
• Am I already getting the standard treatments for my condition? • Are there reasons I should not get cupping? Health Solutions • Penis Curved When Erect? • Could I have CAD? • Treat Bent Fingers • Treat HR+, HER2- MBC • Tired of Obat herpes • Benefits obat herpes CBD • Rethink MS Treatment • AFib-Related Strokes • Risk of a Future DVT/PE • Is My Penis Normal?
• Relapsing MS Options • Liver Transplants Save Lives • Finance Plastic Surgery • Bent Finger Causes • Living With Psoriasis? • Missing Teeth? More from WebMD • 5 Tips to Help With Relapsing MS • How to Thrive With Narcolepsy • Relief for Blocked Hair Follicles • Psoriatic Arthritis and Your Sleep • What Psoriasis Feels Like • First Psoriatic Arthritis Flare • Talking to Your Doctor About RA • Crohn's: A 'Full-Body' Disease • Avoiding Crohn’s Flares • Health Benefits of Hemp Seed Oil • Live Better With Psoriatic Disease • Types of B-Cell Therapy for MS • 5 Health Benefits of Hemp • Why Prostate Cancer Spreads • Living with Advanced Breast Cancer • Where Breast Cancer Spreads