Lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Semua umat muslim pasti mendambakan malam Lailatul Qodar mengingat keutamaannya lebih baik dari seribu bulan. Salah satu yang yang membuat Lailatul Qadar sangat istimewa karena di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara khusus memerintahkan umatnya mencari malam tersebut pada malam 10 terakhir bulan Ramadhan.

Dalam banyak riwayat hadis, beliau menyuruh umatnya mencarinya pada malam-malam ganjil. عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ» البخاري رقم: 2017.

ومسلم : 1169. Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan: Sesungguhnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qodar pada malam ganjil dari sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan".

(HR Al-Bukhari dan Muslim) Baca Juga: Cara Mendapatkan Lailatul Qadar, Berikut Pesan Buya Yahya Dalam hadis lain, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: sesungguhnya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: «التَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ القَدْرِ، فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى، فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى، فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى» البخاري رقم: 2021 "Carilah dia (Lailatul Qodar) pada malam sepuluh terakhir dari Ramadhan, pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa".

(HR Al-Bukhari No 2011) Sebagian riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma juga: «هِيَ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ، هِيَ فِي تِسْعٍ يَمْضِينَ، أَوْ فِي سَبْعٍ يَبْقَيْنَ» يَعْنِي لَيْلَةَ القَدْرِ Dia (Lailatul Qodar) pada sepuluh terakhir, yaitu pada malam sembilan yang telah berlalu, atau pada malam ketujuh yang tersisa.

Yaitu: malam Lailatur Qodar. (HR Al-Bukhari No. 2022) Setelah hadis di atas Imam Al-Bukhari menukil perkataan Ibnu Abbas berikut: وَعَنْ خَالِدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ : (التَمِسُوا فِي أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ) Dari Khalid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas beliau berkata: "Carilah (malam Lailatul Qodar) pada malam duapuluh empat (24)".

Al-Habib Quraisy Baharun dalam Jalsah Itsnain Majelis Rasulullah (MR) Jawa Barat mengatakan, dari hadis di atas disimpulkan bahwa terdapat perintah mencari malam Lailatul Qodar pada malam-malam ganjil dan Ibnu Abbas memerintahkan untuk mencarinya di malam 24.

Hal ini menjelaskan bahwa beliau memahami bahwa malam Lailatul Qodar bisa terjadi pada malam genap, bukan malam ganjil saja. Kalau jumlah hari bulan Ramadhan 30, maka malam kesembilan yang tersisa bertepatan dengan malam 22. Malam ketujuh yang tersisa bertepatan dengan malam 24. Dan malam kelima yang tersisa bertepatan dengan malam 26, dan itu semua adalah malam malam genap. Karena itu Salafus sholeh mengatakan: "Akan tetapi witir (malam ganjil) dihitung berdasarkan yang telah berlalu, maka carilah Lailatul Qodar pada malam (21), pada malam (23), pada malam (25), pada malam (27) dan pada malam (29).

Dan bisa dihitung berdasarkan malam yang tersisa, sebagaimana Nabi bersabda: "Pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa dan pada malam ketiga yang tersisa".

Berdasarkan hal ini, jika bulan (Ramadhan) 30 hari, maka hal itu (Lailatul Qodar) terdapat dalam malam-malam genap, maka malam (22) adalah malam kesembilan yang tersisa, malam (24) adalah malam ketujuh yang tersisa.

Begitulah yang ditafsirkan Abu Sa'id Al Khudri dalam hadits yang sahih dan begitu juga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menghidupkan malamnya (dengan ibadah) dalam satu bulan. Jika demikian, maka seharusnya seorang mulism bersungguh-sungguh mencarinya di seluruh malam terakhir, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Carilah dia pada malam-malam sepuluh terakhir". • lailatul qadar • lailatul qadr • malam lailatul qadar • keutamaan lailatul qadar • malam lailatul qadar 2021 • Mengenal Allah Lebih Dekat agar Taubat Diterima • Inilah Hikmah dan Manfaat Puasa 6 Hari di Bulan Syawal • Inilah 5 Keutamaan Puasa Syawal Menurut Hadis • Agar Tidak Lupa, Begini Hukum dan Lafal Takbir Idul Fitri • Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Anjurkan yang Luput Sholat Id Berjamaah, Sholat Sendiri Empat Rakaat • 3 Perkara yang Harus Dihindari Kaum Muslimah Saat Idul Fitri • Niat Mandi Idul Fitri Lengkap dengan Tata Caranya REKOMENDASI • Masya Allah!

Inilah Rahasia dan Manfaat Salat untuk Kesehatan (1) • 40 Hadis Keutamaan Al-Quran (3) • 4 Tingkatan Membaca Al-Quran, Kamu yang Mana? • Askar Kauny Ajarkan Al-Quran di Lapas Perempuan • Hukum Meninggalkan Salat Jumat dan Ancamannya • Keutamaan Surah An-Nisa dan Kandungannya Dari Farwah bin Naufal Al Asyja'i dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat memohon kepada Allah Azza wa Jalla, maka Aisyah menjawab, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa: ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA 'AMILTU WA MIN Lailatul qadar hanya terjadi pada bulan MAA LAM A'MAL (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan).

(HR. Muslim No. 4891) Lailatul qadar adalah malam yang paling mulia. Bahkan ia lebih mulia dibanding seribu bulan. Lailatul qadar memiliki banyak keutamaan. Saking banyaknya, Allah merahasiakan waktunya. Tujuannya, agar manusia selalu berusaha ibadah dan beramal saleh. Andaikan dijelaskan waktunya, tentu sebagian orang tidak akan bersungguh-sungguh ibadah sebelumnya. Menurut mayoritas ulama, lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan, meskipun tidak diketahui secara persis kapan waktunya.

Namun bila diperhatikan dari kebiasaan Rasulullah, beliau sangat bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh terakhir Ramadhan. ‘Aisyah mengatakan, “Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadhan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al-Bukhari).

Dalam riwayat lain, Rasulullah memerinci lailatul qadar biasanya terjadi malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan. Rasulullah berkata: تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ Artinya, “Carilah lailatul qadar pada malam ganjil sepuluh terakhir Ramadhan,” (HR Al-Bukhari).

Kendati ulama sepakat lailatul qadar terjadi bulan Ramadhan, namun sebagian ulama mengatakan lailatul qadar juga ada pada bulan yang lain. Penjelasan ini sebagai disebutkan Abdul Wahab As-Sya’rani dalam Mizanul Kubra.

Ia menjelaskan: إن ليلة القدر في شهر رمضان خاصة مع قول أبي حنيفة إنها في جميع lailatul qadar hanya terjadi pada bulan فالأول مشدد والثاني مخفف Artinya, “Lailatul qadar terjadi bulan Ramadhan saja, namun menurut Abu Hanifah juga bisa terjadi pada setiap bulan. Pendapat yang pertama ketat, sementara pendapat kedua lebih longgar.” Argumentasi pendapat pertama sangatlah banyak.

Ada banyak dalil yang menjelaskan lailatul qadar hanya terjadi pada bulan lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan. Salah satunya adalah hadits yang dikutip di atas. Sementara argumentasi pendapat kedua, yang menyatakan lailatul qadar bisa terjadi tiap bulan bahkan tiap hari didasarkan pada ilham dan pengalaman spiritual. ‘Ali Al-Khawwas mengatakan: ليلة القدر هي كل ليلة حصل فيها للعبد تقريب من الله تعالى، قال: وهو منزع من قال إنها في كل السنة وأخبرني أخي الشيخ أفضل الدين أنه رآها في شهر ربيع الأول وفي رجب.

وقال معنى قوله تعالى "إنا أنزلناه في ليلة القدر" أي ليلة القرب فكل ليلة حصل فيها قرب فهي قدر Artinya, “Lailatul qadar adalah setiap malam di mana manusia mendekatkan diri kepada Allah.

Inilah dasar pendapat orang yang mengatakan lailatul qadar ada di setiap bulan.

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Saudaraku, Syeikh Afdhaluddin menceritakan bahwa ia melihat lailatul qadar pada bulan Rabiul Awwal dan Rajab. Karena itu, maksud ayat ' Inna Lailatul qadar hanya terjadi pada bulan fi Lailatul Qadr' adalah malam pendekatan. Setiap malam yang bisa mendekatkan (hamba kepada Tuhan) adalah lailatul qadar.” Pemahaman kelompok kedua terhadap lailatul qadar lebih umum daripada pendapat pertama. Mereka memahami bahwa lailatul qadar adalah setiap malam yang bias mendekatkan diri kita kepada Allah.

Malam pendekatan itu tentu tidak hanya terjadi pada bulan Ramadhan, tapi juga bisa terjadi pada bulan lain. Bahkan dalam hadits disebutkan: يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ Artinya, “Rahmat Allah turun tiap malam ke dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir.

Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Kukabulkan; siapa yang meminta kepada-Ku, akan Kuberi; siapa yang mohon ampun kepada-Ku, akan Kuampuni,” (HR Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan rahmat Tuhan turun tiap hari, khususnya di pertengahan malam.

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Sebab itu, dianjurkan memperbanyak ibadah pada pertengahan malam. Dengan demikian, sebetulnya titik temu dari dua pendapat ini bisa dicari. Perbedaan kedua pendapat ini terletak pada pendefinisian lailatul qadar itu sendiri.

Kalau yang dimaksud lailatul qadar adalah malam pendekatan diri, maka itu bisa saja terjadi pada bulan yang lain, karena Allah SWT selalu membuka pintu lailatul qadar hanya terjadi pada bulan. Adapun kalau yang dimaksud lailatul qadar adalah bulan yang paling mulia dibanding seribu bulan, sebagaimana dipahami banyak orang, maka kemungkinan besar hanya terjadi di bulan Ramadhan. Wallahu a‘lam. ( Hengki Ferdiansyah)
LAILATUL QADR, MALAM SERIBU BULAN Oleh Dr.

Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i SEBAB PENAMAAN MALAM MULIA INI DENGAN NAMA LAILATUL QADR Para ulama رحمهم الله berselisih pendapat mengenai persoalan ini, sebagai berikut: Pertama. Sesungguhnya pada malam lailatul Qadar ini, Allah menetapkan (at-taqdiir) semua rizki, ajal kematian dan semua peristiwa untuk setahun kedepan, dan para Malaikat mencatat semua hal itu.

Kedua. Pendapat kedua menyatakan bahwa kemulian (al-Qadr), kehormatan dan suasana malam ini disebabkan oleh diturunkannya (permulaan) al-Qur-an, atau pada malam ini para Malaikat turun atau turunnya keberkahan, rahmat dan maghfirah pada malam kemuliaan ini.

Ketiga. Pendapat berikutnya, bahwa orang yang menghidupkan malam ini akan mendapatkan al-Qadr (kemuliaan) yang besar, yang belum pernah dia miliki sebelumnya. Malam ini akan menambah kemuliaannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Dan masih terdapat pendapat lainnya. [1] KEBERKAHAN LAILATUL QADAR DAN KEUTAMAANNYA Lailatul Qadar ini merupakan malam yang paling utama.

Malam ini dimuliakan oleh Allah daripada malam-malam lainnya. Maka, ia merupakan lailatul qadar hanya terjadi pada bulan yang penuh keberkahan sebagaimana yang difirmankan Allah Jalla wa ‘Alaa: إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ “ Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” [ad-Dukhaan/44: 3] Imam al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Allah mensifati malam ini dengan keberkahan, karena Dia menurunkan kepada hamba-hamba-Nya berbagai berkah, kebaikan dan pahala pada malam yang mulia ini.” [2] Maka, lailatul Qadr yang penuh barakah ini mengandung berbagai keutamaan yang agung dan kebaikan-kebaikan yang banyak.

Di antaranya sebagai berikut: Pertama. Pada Malam Mulia Ini Dijelaskan Semua Perkara Yang Penuh Hikmah. Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengabarkan persoalan ini lewat firman-Nya: فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ “ Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” [ad-Dukhaan/44: 4] Makna kata يُفْرَقُ “ yufraqu” adalah yufashshal (dijelaskan, dirinci).

Dan makna kata hakiim adalah al-muhkam (yang tepat, teliti dan sempurna). Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma menyatakan bahwa dicatat dari Ummul Kitab pada Lailatul Qadr segala hal yang terjadi pada setahun kedepan berupa kebaikan, keburukan, rizki, ajal hingga keberangkatan menuju ibadah Haji. [3] Kedua. Amal-Amal Yang Dikerjakan Pada Malam Mulia Ini Akan Dilipatgandakan Dan Pengampunan Dosa-Dosa Orang Yang Menghidupkan lailatul Qadr ini. Allah Tabaaraka wa Ta’aalaa berfirman dalam surat al-Qadr: وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْر ِلَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ “ Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seri-bu bulan.” [al-Qadr/97: 2-3] Para mufassir (ahli Tafsir) menyatakan, “Maknanya adalah amal shalih (yang dilakukan pada) lailatul Qadr lebih baik dari amal shalih selama seribu bulan (yang dilakukan) di luar lailatul Qadr. Dan ini merupakan karunia yang agung, rahmat dari Allah pada hamba-hamba-Nya, serta barakah yang besar lagi nyata yang dimiliki oleh malam yang mulia ini.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu : مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

Baca Juga I'tikaaf “ Barangsiapa yang mendirikan lailatul Qadr karena iman dan mengharapkan pahala (dari Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang lalu” [4] Kata قَامَ “ mendirikan” pada hadits di atas dapat diwujudkan dalam bentuk shalat, berdzikir, berdo’a, membaca al-Qur-an dan berbagai bentuk kebaikan lainnya.

Ketiga. Turunnya al-Qur-an Pada Lailatul Qadr. Di antara keutamaan dan keberkahan lailatul Qadr, bahwa al-Qur-an al-Karim -yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi manusia dan bagi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat- telah diturunkan pada malam ini.

Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman: حم وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ “ Haa Miim.

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Demi Kitab (al-Qur-an) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” [ad-Dukhaan/44: 1-3] Dan Dia berfirman: إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ “ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan.” [al-Qadr/97: 1] Disebutkan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah turunnya al-Qur-an secara sekaligus (dari Lauh Mahfuzh ke langit pertama (Baitul ‘Izzah-pent) pada lailatul Qadr, selanjutnya diturunkan secara bertahap kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sedangkan pendapat lain mengatakan, bahwa maksud ayat di atas adalah permulaan turunnya al-Qur-an terjadi pada lailatul Qadr. [5] Wallaahu a’lam. Keempat. Keberkahan Lain Dari Lailatul Qadr Ini, Yaitu Turunnya Para Malaikat Pada Malam Yang Mulia Ini.

Allah Ta’ala berfirman dalam surat al-Qadr: تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ “ Pada malam itu turun Malaikat-Malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Lailatul qadar hanya terjadi pada bulan untuk mengatur segala urusan.” [al-Qadr/97: 4] Mengomentari ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya menyatakan, “Banyak Malaikat yang turun pada malam ini, karena banyaknya barakah Lailatul Qadr ini.

Para Malaikat turun bersamaan dengan turunnya barakah dan rahmat, sebagaimana halnya ketika mereka hadir di waktu-waktu seperti ketika al-Qur-an dibacakan, mereka mengelilingi majelis-majelis dzikir, dan bahkan pada waktu yang lain mereka meletakkan sayap-sayap mereka kepada penuntut ilmu sebagai sikap penghormatan mereka terhadap sang penuntut ilmu tersebut.

[6] Menurut jumhur ahli tafsir maksud kata وَالرُّوحُ “ war-ruuh” adalah Jibril Alaihissallam. Artinya para Malaikat turun bersama Jibril. Dan Jibril dikhususkan penyebutannya sebagai penghormatan dan pemuliaan terhadap dirinya. [7] Kelima. Lailatul Qadr Adalah Suatu Malam Yang Penuh Kesejahteraan.

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Seluruhnya berisi kebaikan, tidak ada keburukan di dalamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ “ Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [Al-Qadr/97: 5] Disebutkan berkenaan dengan makna سَلَامٌ “ salaamun” yaitu, bahwa pada malam ini tidak terjadi munculnya sebuah penyakit, dan tidak ada satu syaitan pun yang dilepas.

Pendapat yang lain menyatakan lailatul qadar hanya terjadi pada bulan salaamun adalah kebaikan dan keberkahan. [8] Maka pada sepanjang malam ini yang terdapat hanya kebaikan, tidak ada kejelekan, hingga terbit fajar.

Dan pendapat yang lain lagi menyebutkan, bahwa maksudnya adalah para Malaikat mendo’akan keselamatan buat mereka yang menghidupkan masjid (ahlul masjid) pada sepanjang lailatul Qadr ini. Wallaahu A’lam. Inilah beberapa keberkahan dan keutamaan yang sangat nyata dan fenomenal dari malam yang mulia ini. Baca Juga Perbandingan antara Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan dengan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah KAPAN TERJADINYA LAILATUL QADR?

Jumhur ulama bersepakat bahwa lailatul Qadr ini hanya ada pada bulan Ramadhan. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ “ Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an…” [al-Baqarah/2: 185] Dan firman-Nya: إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ “ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan.” [al-Qadr/97: 1] Namun mereka berbeda pendapat dalam penentuan malam keberapakah dari bulan Ramadhan ini.

Pendapat yang kuat ( ar-raajih) adalah yang dipegang oleh Jumhur (mayoritas) ulama, yaitu pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan lebih khusus lagi pada malam-malam yang ganjil. Dan dalil atas pendapat tersebut adalah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada para Sahabatnya Radhiyallahu anhum untuk lebih giat beramal pada masa tersebut.

Telah diriwayatkan oleh al-Bukhari rahimahullah dalam Shahihnya, dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.

“ Carilah lailatul Qadr pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” [9] Begitu perhatiannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau beri’tikaf, dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah. Dan mengenai ketentuan waktu jatuhnya lailatul Qadr ini terdapat banyak pendapat di kalangan ulama.

Namun mengenai indikasi-indikasi terkuat mengenai saat terjadinya lailatul Qadr ini bahwa matahari terbit pada pagi harinya dengan cerah. Hikmah dari disembunyikannya lailatul Qadr ini dari pengetahuan manusia, – wallaahu a’lam– menunjukkan keagungan seluruh malam di bulan Ramadhan, dan agar manusia bersungguh-sungguh dalam berharap untuk mendapatkannya sehingga ganjaran yang diperolehnya semakin besar pula.

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Adapun hikmah dirahasiakannya lailatul Qadr ini, agar kesungguhan para hamba dalam upaya meraih keutamaannya benar-benar terwujud secara optimal, sebagaimana (hikmah) disembunyikannya waktu-waktu yang dikabulkan pada hari Jum‘at… [10] dan seterusnya. Maka, sudah menjadi keharusan bagi kaum muslimin untuk mencari waktu (pada sepuluh malam terakhir-pen) sehingga benar-benar tepat pada lailatul Qadar, kemudian memuliakannya dan menghidupkannya dengan ibadah dan merendahkan diri kepada Allah dengan do’a, dzikir dan istighfar serta memperbanyak ibadah-ibadah Sunnah kepada Allah sehingga mereka mendapatkan ridha dari Allah Yang Mahatinggi dan Maha Pemurah serta memberikan ganjaran dan pahala yang sangat banyak.

[Disalin dari buku At Tabaruk Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu, Judul dalam Bahasa Indonesia Amalan Dan Waktu Yang Diberkahi, Penulis Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Juda’i, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir] _______ Footnote [1] Lailatul Qadr, karya Ahmad al-‘Iraqi (hal 22-23) dan Nailul Authaar (IV/362). [2] Tafsiir al-Qurthubi (XVI/126).

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

{INSERTKEYS} [3] Tafsiir al-Baghawi (III/148). [4] Shahih al-Bukhari (II/228) kitab ash-Shiyaam dan Shahih Muslim (I/524) kitab ash-Shaalah al-Musaafiriin [5] Dikutip dari kitab Lailatul Qadr, karya al-‘Iraqi (hal. 20-21). [6] Tafsiir Ibni Katsiir (III/532).

[7] Fat-hul Qadiir, karya Imam asy-Syaukani (V/472). [8] Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi (IX/532). [9] Shahih al-Bukhari (II/254) kitab ash-Shaum [10] Zaadul Masiir, karya Ibnul Jauzi (IX/189). Merdeka.com - Islam membuat waktu dan tempat tertentu menjadi hal yang disucikan di mana seorang muslim mendapat pahala lebih apabila berdoa maupun beramal di kala itu.

Ketika kita hidup hari ini di era digital dan materialistis, seringkali tindakan ibadah diperas menjadi momen singkat dalam rutinitas harian kita, yang tidak memberi kita pengalaman spiritual transformatif yang lengkap.

Ibadah yang serius tidak hanya membutuhkan waktu singkat untuk berdoa, tetapi membiarkan doa kita menentukan arah hidup kita. Dengan demikian, Islam menawarkan kesempatan untuk pengalaman spiritual yang intens, pengalaman yang melibatkan mengesampingkan dunia (kehidupan duniawi) dan gangguannya. Salah satu peluang terbesar adalah malam-malam Ramadhan yang diberkati.

Lailatul Qadar dianggap sebagai malam paling suci tahun ini bagi umat Islam di bulan suci Ramadhan. Lailatul Qadr jatuh dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

BACA JUGA: Telah Melahirkan, Ini 4 Momen Perjalanan Kehamilan Jessica Iskandar Pengertian Ilmu Komunikasi, Ketahui Kegunaan dan Prospek Kerjanya Umat Muslim di seluruh dunia memaksimalkan doa-doa mereka dan memberikan yang terbaik dalam berusaha mencapai keridhaan Allah SWT dan pengampunan atas semua dosa mereka selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (Al-Quran, 97: 3) Bagaimana malam Lailatul Qadar menjadi malam yang istimewa dan dimuliakan? Berikut sejarah malam Lailatul Qadar yang disebut pula Malam Seribu Bulan, dirangkum dari berbagai sumber: BACA JUGA: Mengenal Daddy Issues, Ketahui Dampak dan Cara Mengatasinya 35 Kata-kata Malam Minggu Kelabu yang Wakili Jiwa Kesepian Pada beberapa kesempatan, ia melakukan perjalanan ke Gua Hira, sebuah gua kecil di perbukitan dekat Mekah, sekarang di Arab Saudi.

Diyakini bahwa pada waktu tertentu, mungkin pada tahun 610 M, ia menerima ayat-ayat pertama Alquran dari Tuhan. Lailatul Qadar menandai peringatan hari itu.

Namun, tidak jelas kapan tepatnya wahyu itu terjadi. Oleh karena itu banyak Muslim menganggap sepuluh hari terakhir Ramadhan sebagai hari suci dan berusaha untuk mengunjungi masjid serta membaca Alquran pada periode ini.

Makna Teologis dari Malam Lailatul Qadar: Cendekiawan Islam memiliki pendapat berbeda-beda mengenai makna di balik nama ' Laylatul-Qadr', karena kata ' Qadr ' dapat memiliki beragam makna, dan masing-masing memiliki makna teologis sendiri.

Beberapa ulama mendefinisikan ' Qadr' dalam konteks malam suci ini sebagai 'takdir/dekrit' (qadar). Bagi mereka, berarti bahwa inilah malam di mana nasib setiap orang diputuskan. Itu akan menjadi malam di mana rezeki seseorang, umur, dan hal-hal penting lainnya akan disegel untuk tahun yang akan datang. BACA JUGA: 5 Cara Membuat Sambal Pecel Ala Rumahan, Mudah Dipraktikkan 4 Potret Ine Dewi Pemain Pelangi untuk Nirmala dalam Balutan Hijab, Banjir Pujian Imam Al-Nawawi mengartikan Lailatul Qadar dan mengatakan: “Itu bernama Laylatul-Qadr, artinya: malam penghakiman dan penegasan (dalam urusan manusia).

Makna ini adalah apa yang benar dan populer." Sarjana lain mendefinisikan arti ' Qadar' sebagai 'kekuatan' yang menunjukkan kebesaran kehormatan dan kekuatan malam itu. Bahwa perbuatan baik yang dilakukan pada malam itu jauh lebih kuat dari pada malam lainnya. Arti lain ' Qadar' dalam konteks Lailatul Qadar, melibatkan makna 'pembatasan'. Ini dipahami untuk menunjukkan bahwa bumi menjadi terbatas ketika malaikat turun ke bumi pada malam suci, menduduki bumi.

Turunnya para malaikat ini dirujuk dalam Alquran, dan karena malaikat biasanya dikaitkan dengan konsep-konsep seperti cahaya, bimbingan, dan berkah, yang merupakan simbol betapa agungnya Lailatul Qadar. BACA JUGA: 6 Cara Menghadapi Ketidakpastian yang Membuat Stres dan Down, Lakukan Hal Ini 4 Potret Terbaru Falhan Abssar, Anak Muzdalifah dan Nassar yang makin Tampan Selanjutnya, karena malaikat menempati surga tertinggi, mereka digambarkan dalam Al Quran sebagai 'dekat dengan Tuhan', pada malam Lailatul Qadar mereka 'meminta izin' kepada Allah untuk turun ke bumi sebagai pengakuan atas berkat Ilahi yang Allah tempatkan di bumi pada malam itu.

Dalam satu narasi, Nabi Muhammad SAW menyatakan: "Sungguh, malaikat pada malam ini sama banyaknya dengan kerikil di bumi." Dalam Surah al-Qadar (97: 1) dan Surah al-Dukhan (44: 3), disebutkan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada malam ini. Ibn Abbas telah menjelaskan hal ini dengan menyebutkan tentang Lailatul Qadar bahwa Al Qur'an diturunkan secara keseluruhan dari surga tertinggi ke surga terendah, dan ditempatkan di sebuah kamar khusus yang disebut Bayt al-`Izzah (Rumah Kehormatan).

Dari sana, itu terungkap secara bertahap selama dua puluh tiga tahun diturunkan kepada Nabi Muhammad. Hal ini untuk menandakan status mulia dari wahyu tersebut dan untuk mengumumkan kepada para penghuni Surga bahwa ini merupakan wahyu terakhir.

Apa hubungan antara fungsi dan keutamaan malam Lailatul Qadar? Apa hubungan antara Lailatul Qadar menjadi malam turunnya Al-Quran, dan juga menjadi malam yang paling baik untuk berdoa? Mengapa malam ketika malaikat turun dengan wahyu juga merupakan malam terbaik untuk beribadah? Satu jawaban yang mungkin untuk ini dapat ditemukan dalam penjelasan ( tafsir) dari pembukaan ayat Surah ad-Dukhan: Ha, Meem.

Demi Kitab yang jelas, sesungguhnya, sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.

Pada malam itu, setiap keputusan bijak (amr hakeem) ditentukan, dengan perintah Kami. Sesungguhnya, Kamilah yang mengutus [rasul] sebagai rahmat dari Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Tahu.

(44: 1-6) Bagian ini menegaskan kembali pentingnya Lailatul Qadar sebagai malam di mana nasib, takdir, dan keputusan diturunkan untuk tahun yang akan datang. Komentator Al-Qur'an yang terkenal, Abu'l-Thana 'al-Alusi (w. 1270 H/1854 M), mencatat dalam tafsirnya bahwa ketika Tuhan berkata, "Pada malam itu, setiap dekrit hakeem ditentukan," salah satu arti hakeem adalah mukham (tegas) yang mensyaratkan bahwa "dekrit ini tidak dapat diubah setelah diturunkan, berbeda dengan sebelum itu." Jika seseorang merenungkan semua hal yang berpotensi terjadi pada mereka di tahun mendatang, mereka akan mengalami harapan dan/ atau ketakutan yang luar biasa.

Mungkin di tahun mendatang mereka mungkin mengalami kehilangan orang yang dicintai, timbulnya penyakit yang melemahkan, konflik pahit, perusakan harta benda, atau yang terburuk dari semua kehilangan iman dan hubungan mereka dengan Allah.

Atau mungkin di tahun mendatang mereka mungkin mengalami kegembiraan besar dan kedekatan dengan keluarga mereka, pencapaian paling sukses dalam karier mereka, kebahagiaan dalam pernikahan mereka, solusi untuk masalah lama, persahabatan baru dan kemakmuran, atau pertumbuhan pertumbuhan hubungan dengan Ilahi.

Ketika seseorang merenungkan hal ini, dia menyadari bahwa Lailatul Qadar memberikan kesempatan yang sempurna untuk berdoa untuk mewujudkan mimpi-mimpi terbaik mereka, dan mencegah mimpi terburuk mereka. Ini adalah malam ketika dekrit tahunan itu diselesaikan. Dalam arti tertentu, inilah malam ketika nasib seseorang 'diunduh' dari surga.

Seperti halnya seseorang yang sedang menunggu keputusan hakim di ruang sidang berdoa dengan sangat intens pada saat keputusan itu akan diputuskan, demikian juga Lailatul Qadar dapat menandakan kesempatan terakhir untuk mengubah nasib seseorang ( taqdeer).

Setelah itu, taqdeer seseorang dalam catatan para malaikat hanya diubah jika ditulis sebelum itu akan diubah. Ada juga hubungan khusus antara malam ini dan mencari pengampunan dari Tuhan. Aisyah bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah! Jika saya tahu malam apa itu Lailatul Qadar , apa yang harus saya katakan selama itu?" Dan dia memerintahkannya untuk mengatakan: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي Ya Allah! Kamu Maha Pengampun, dan kamu suka mengampuni. Jadi maafkan aku.

Nabi Muhammad menginstruksikan untuk memanggil Allah menggunakan nama Ilahi al-Afuww (Yang Maha Pemaaf) pada malam itu, hal itu memiliki hubungan khusus dengan Qadar. Makna linguistik dari Nama Ilahi ini dijelaskan dengan mencatat bahwa akar 'afuw (pengampunan) secara linguistik berkonotasi penghapusan ( al-mahuw) dan penguraian ( al-tams).

Dengan demikian, doa-doa kita kepada Allah pada malam tersebut secara eksplisit terkait dengan permohonan agar Dia menghapus konsekuensi dari kesalahan kita.

Al-Qur'an menyatakan bahwa 'afuw Allah melindungi malapetaka dari yang ditetapkan bagi kita sebagai akibat dari dosa-dosa kita: Dan apa pun yang menimpa Anda dengan musibah (museebah), itu adalah karena apa yang telah diperoleh oleh tangan Anda, meskipun Ia banyak mengampuni (ya'fuw). (42:30) 1 Kisah Kehidupan Seks Tentara Belanda di Indonesia 2 Tak Terima Rekayasa Lalu Lintas, Pengguna Mobil Mewah Ini Berkata Kasar Kepada Polisi 3 6 Potret Terbaru Aisyahrani Hamil Anak Ketiga, Penampilannya Mencuri Perhatian 4 VIDEO: Iptu Asep Saefuloh, Polisi Dimaki Penumpang Alphard Kapolsek Sukaresik 5 6 Gaya Lucu Rayyanza Anak Raffi Ahmad & Nagita Liburan di Bali, Bikin Gemas Selengkapnya
tirto.id - Peristiwa Nuzulul Quran atau waktu turunnya Al-Qur'an ke bumi biasanya diperingati pada 17 Ramadan, yang tahun ini bertepatan dengan 9 Mei 2020.

Sementara itu, Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan) cenderung dipahami akan terjadi terutama pada malam ganjil 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Allah berfirman dalam Surah al-Qadr ayat 1 hingga 5, "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

{/INSERTKEYS}

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." Dari Surah al-Qadr tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa diturunkannya Al-Qur'an terjadi pada Lailatulkadar, yang digambarkan lebih baik daripada seribu bulan. Beberapa ahli tafsir berpendapat, Al-Qur'an diturunkan melalui dua proses. Proses yang pertamaAl-Qur'an diturunkan secara keseluruhan ( jumlatan wahidah) di Baitul Izzah. Setelah itu Al-Qur'an diturunkan secara bertahap ( najman najman) melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sesuai dengan kebutuhan umat, dimulai dari Surah al-Alaq ayat 1-5.

Turunnya 5 ayat tersebut terjadi ketika Muhammad sedang merenung di Gua Hira. Baca juga: Nuzulul Quran di Bulan Ramadan dan Pengertiannya Kapan Lailatulkadar Terjadi? Turunnya Alquran ke Baitul Izzah dalam peristiwa Lailatulkadar ini tidak diketahui pasti tanggalnya. Dalam kitab Misbahul Munir fi Tahdzibi Tafsir Ibni Katsir (2000), Imam Ibnu Katsir menyebutkan, kapan terjadinya Lailatulkadar memang disembunyikan agar umat Islam senantiasa menghidupkan setiap malam pada bulan Ramadan tanpa memilih-milih tanggal berapa.

Bila orang sudah tahu tanggalnya, maka akan giat di tanggal tertentu saja (hlm. 1521-1522). Terkait Lailatulkadar ini terdapat beberapa versi sebagai berikut. 1. Lailatulkadar terjadi pada malam sekitar 10 hari terakhir Ramadan Versi ini merujuk pada hadis riwayat dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Tunggulah lailatulkadar pada sepuluh akhir (bulan Ramadan) atau sembilan akhir.” (H.R.

Muslim) 2. Lailatulkadar terjadi pada malam sekitar 7 hari terakhir Ramadan Versi ini merujuk pada hadis riwayat dari Ibnu Umar, dengan redaksi sedikit berbeda, "Beberapa lelaki diberitahu lailatulkadar dalam mimpi pada tujuh terakhir (Ramadan), lalu Rasulullah saw bersabda, 'Saya melihat mimpimu sekalian bertepatan dengan malam tujuh (hari) terakhir (Ramadan), barangsiapa mencarinya, maka carilah ia pada tujuh (hari) terakhir'." (H.R.

Muslim) 3. Lailatulkadar terjadi pada malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan Versi ini merujuk pada hadis riwayat Aisyah, bahwa Nabi bersabda, "Carilah lailatulkadar lailatul qadar hanya terjadi pada bulan tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh (hari) terakhir bulan Ramadan.” (H.R.

Bukhari) Baca juga: Doa Lailatul Qadar dan Sebab Nuzulul Quran Diperingati 17 Ramadan Nuzululquran Dirayakan pada 17 Ramadan Disebutkan di muka, Nuzululquran yang diperingati saat ini adalah peristiwa turunnya Al-Quran pertama kali dari Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad.

Dalam peristiwa ini, 5 ayat pertama Surah Al-Alaq diturunkan sekaligus menandai periode diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur hingga 20 atau 21 tahun kemudian. Syekh Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an menyebutkan, "Sahabat Ibnu Abbas berkata, Al-Qur’an diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh secara menyeluruh kepada para malaikat pencatat wahyu di langit dunia, kemudian Jibril turun membawanya secara berangsur-angsur, 1 dan 2 ayat, pada waktu yang berbeda-beda selama 21 tahun." Nuzululquran diperingati oleh umat Islam pada malam 17 Ramadan dengan dasar Surah al-Anfal ayat 41, " .

Jika kamu lailatul qadar hanya terjadi pada bulan kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada hari Furqaan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Para ahli tafsir Alquran, menginterpretasikan bahwa hari " furqaan" atau "hari bertemunya dua pasukan" dalam ayat tersebut merujuk pada peristiwa Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadan.

Dikutip dari Nur al-Yaqin Fi Sirati Sayyid al-Mursalin (hlm. 19), Syekh Mahmud Basya, menyatakan bahwa turunnya Alquran pertama kali di Gua Hira, ketika Nabi Muhammad melakukan khalwat pada 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan Juli 610 Masehi.
Menu • HOME • RAMADHAN • Kabar Ramadhan • Puasa Nabi • Tips Puasa • Kuliner • Fiqih Ramadhan • Hikmah Ramadhan • Video • Infografis • NEWS • Politik • Hukum • Pendidikan • Umum • News Analysis • UMM • UBSI • Telko Highlight • NUSANTARA • Jabodetabek • banten • Jawa Barat • Jawa Tengah & DIY • Jawa Timur • kalimantan • Sulawesi • Sumatra • Bali Nusa Tenggara • Papua Maluku • KHAZANAH • Indonesia • Dunia • Filantropi • Hikmah • Mualaf • Rumah Zakat • Sang Pencerah • Ihram • Alquran Digital • ISLAM DIGEST • Nabi Muhammad • Muslimah • Kisah • Fatwa • Mozaik • INTERNASIONAL • Timur tengah • Palestina • Eropa • Amerika • Asia • Afrika • Jejak Waktu • Australia Plus • DW • EKONOMI • Digital • Syariah • Bisnis • Finansial • Migas • pertanian • Global • Energi • REPUBLIKBOLA • Klasemen • Bola Nasional • Liga Inggris • Liga Spanyol • Liga Italia • Liga Dunia • Internasional • Free kick • Arena • Sea Games 2021 • SEAGAMES 2021 • Berita • Histori • Pernik • Profil • LEISURE • Gaya Hidup • travelling • kuliner • Parenting • Health • Senggang • Republikopi • tips • TEKNOLOGI • Internet • elektronika • gadget • aplikasi • fun science & math • review • sains • tips • KOLOM • Resonansi • Analisis • Fokus • Selarung • Sastra • konsultasi • Kalam • INFOGRAFIS • Breaking • sport • tips • komik • karikatur • agama • JURNAL-HAJI • video • haji-umrah • journey • halal • tips • ihrampedia • REPUBLIKA TV • ENGLISH • General • National • Economy • Speak Out • KONSULTASI • keuangan • fikih muamalah • agama islam • zakat • IN PICTURES • Nasional • Jabodetabek • Internasional • Olahraga • Rana • PILKADA 2020 • berita pilkada • foto pilkada • video pilkada • KPU Bawaslu • SASTRA • cerpen • syair • resensi-buku • RETIZEN • Info Warga • video warga • teh anget • INDEKS • LAINNYA • In pictures • infografis • Pilkada 2020 • Sastra • Retizen • indeks Ada yang berpendapat Lailatul Qadar ada sampai kiamat.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Banyak pendapat yang membahas masalah Lailatul Qadar. Semuanya merujuk pada keterangan bahwa peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadhan saja.

Namun, ada perbedaan di kalangan ulama mengenai waktunya. Ada yang menyatakan Lailatul Qadar telah berakhir sejak masa Rasulullah SAW, yakni dengan berhentinya turunnya wahyu.

Tapi, ada pula yang berpendapat Lailatul Qadar ada sampai hari kiamat. Baca Juga • Wisuda dengan Penerapan Protokol Kesehatan Covid-19 • Wamenkeu Minta Masyarakat tak Khawatir dengan Resesi Ekonomi • Sanksi Denda di Tasikmalaya Mulai Disosialisasikan Benarkah Lailatul Qadar itu hanya terjadi di bulan Ramadhan? Syekh Muhammad bin Shalih Utsaimin dalam kitabnya Majalis Syahr Ramadhan menegaskan, Lailatul Qadar itu hanya terjadi pada bulan Ramadhan.

Hal ini diperkuat juga dengan pendapat lainnya yang merujuk pada hadis Nabi SAW. Carilah ia (malam kemuliaan, red), pada malam-malam ganjil di akhir bulan Ramadhan. (HR Bukhari 4/225 dan Muslim 1169). Ibnu Katsir dalam tafsirnya juga menjelaskan demikian. Menurutnya, peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadhan. Bahkan, Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fath al-Bari juga menegaskan, pendapat yang kuat mengenai Lailatul Qadar itu adalah pada bulan Ramadhan.

Dalam sebuah riwayat, Rasul SAW mengetahui malam tersebut dan bermaksud menyampaikannya kepada umatnya. Sayangnya, di saat itu, ada dua orang yang berselih tentang Lailatul Qadar. Aku keluar untuk mengabarkan kepada kalian tentang Lailatul Qadar, lailatul qadar hanya terjadi pada bulan si fulan berselisih sehingga dia pun diangkat oleh Allah. (HR Bukhari dari Ubadah bin Ash-Shamit, Muslim dari hadits Abu Said). Lihat juga dalam Al-Majmu’: 6/402 dan Asy-Syarhul Mumti’: 6/491).

Menurut Syekh Abdullah Al-Bassam dalam Taudhihul Ahkam (3/247), setidaknya ada empat pendapat mengenai masalah tersebut. Pertama, hanya ada di zaman Nabi SAW. Namun, pendapat dianggap batil. Kedua, malam itu adalah malam nisfu sya’ban. Namun, ini juga dianggap lemah. Ketiga, pada 10 malam pertama Ramadhan. Dan keempat, pada 10 hari di malam terakhir Ramadhan. Inilah pendapat yang paling kuat. Sekejap Syekh Ali Al-Thanthawi, seorang ulama terkenal dari Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, dalam bukunya Menemukan Lailatul Qadar berpendapat, Lailatul Qadar tidak hanya terjadi pada bulan Ramadhan, tetapi juga bisa di bulan lain selain Ramadhan.

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Bahkan, ia bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, tak memandang ruang dan waktu. Menurut Syekh Ali Al-Thanthawi, seseorang bisa saja mendapatkan Lailatul Qadar di saat orang tersebut sedang berada di kamar, di sebuah pub, karaoke, di jalan yang sepi, di jalan raya yang penuh pesona, ataubisa jadidi siang bolong (1993, 22-23).

Syekh Ali Al-Thanthawi menyontohkan peristiwa yang dialami Khalifah Umar bin Khattab RA sesaat sebelum masuk Islam. Banyak orang yang membaca dan mendengarkan surah Thaha [20] dan tak terhitung jumlahnya. Namun, mereka tak mengalami lailatul qadar hanya terjadi pada bulan apa pun.

Akan tetapi, ketika Umar bin Khattab mendapat kesempatan yang sekejap itu yakni saat ia mendengar adiknya membaca surah Thaha tersebut hati Umar bergetar.

Umar meyakini bahwa ayat-ayat yang dibacakan adiknya itu bukanlah ayat yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW, melainkan oleh Tuhan Yang Maha Agung. Berawal dari kejadian yang sesaat itu, akhirnya mampu mengubah pribadi dan kehidupan Umar bin Khattab. Umar yang dahulunya kasarpernah melakukan dosa besar karena membunuh dan mengubur anak kandungnya sendiri dan yang datang untuk membunuh Rasulullah SAWkemudian berubah menjadi Umar yang genius, yang mampu memimpin sebelas negara seorang diri, menjadi hakim, pemimpin negara, dan menteri dalam negeri sekaligus badan pemeriksa keuangan (BPK).

Sayyidina Umar telah sukses memimpin negara Islam di Madinah. Meski besar pengaruhnya di dunia Islam, Umar rela membawa sekarung tepung di punggungnya, memasaknya untuk seorang fakir yang sedang kelaparan, dan memberi makan anak-anak si fakir tersebut. Setiap harinya, Umar hanya makan roti dan minyak zaitun sebagai pemanisnya. Dan ketika ia tak mampu melayani kebutuhan rakyatnya, Umar pun selalu menangis.

Ia adalah sosok pemimpin yang tegas dan menjadi salah satu dambaan setiap umat Islam. Selain kisah di atas, Syekh Ali Thanthawi juga memberikan contoh lainnya. Ketika seseorang sudah berputus asa dalam berusaha dan menuntut ilmu yang selalu gagal dan terus gagal.

Suatu saat, ketika ia pergi ke hutan, hujan turun dengan lebatnya. Ia pun kemudian mencari tempat berteduh. Dan tanpa sengaja (sekejap), ia menyaksikan bagaimana bongkahan batu yang sangat keras dapat menjadi lunak dan berlubang karena tetesan air yang jatuh di atasnya. Ia pun kemudian menjadi sadar bahwa suatu kegagalan pada akhirnya pasti akan menuai keberhasilan apabila dicoba terus-menerus tanpa kenal lelah.

Seperti bongkahan batu tersebut yang memiliki sifat dasar keras dan kasar, ketika air yang lembut terus-menerus menetes di atasnya, batu itu pun akhirnya berlubang.

Menurut Syekh Ali Al-Thanthowi, dari waktu yang sekejap itulah sebuah hidayah datang dari Allah SWT. Ia menyebut dan menyerupakan hidayah Allah yang sesaat itu sebagai Lailatul Qadar karena mampu mengubah pribadi orang yang tersesat ke jalan lurus dan menjadikan pribadi yang kasar menjadi santun dan lembut.

Syekh Ali Thanthawi mengatakan, Lailatul Qadar adalah karunia Allah SWT, yang akan diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Tapi, hidayah Allah itu harus dicari. Seorang Muslim tidak boleh hanya berpangku tangan saja menanti hidayah itu. Ada ungkapan bijak yang patut direnungkan. Seorang nelayan, jika ingin mendapat ikan, dia harus membentangkan jalanya terlebih dahulu.

Penimba air harus menurunkan timbanya ke dalam sumur agar mendapatkan air. Pencari nafkah harus berusaha. Siapa yang ingin mendapatkan air, dia harus datang ke sumber air atau sungai, bukan pergi ke padang pasir atau tanah yang tandus. Demikian pula siapa yang ingin mendapatkan lahdzat tajalli (kesempatan untuk bersama-sama Allah) dalam waktu Lailatul Qadar ini, ia harus mencarinya dengan jalan berteman dengan orang-orang saleh, mendengarkan penuturan mereka, serta mengikuti jejak dan langkah mereka.

Ia harus mencarinya di Masjid, di mushala, yang menampung orang shalat, berzikir, dan membaca Alquran serta menuntut ilmu. Dia harus mencarinya dengan shalat malam, di tengah kegelapan malam, di saat orang-orang sedang terlelap tidur dengan bermunajat kepada Allah SWT, di waktu sahur saat jajaran malaikat bergerak mengikuti perintah Allah, kata Ali Thanthawi. Ia menambahkan, semua orang mengetahui bahwa gelombang suara itu ada di mana-mana, tapi dia tidak bisa mendengarnya kecuali dengan piranti penyadap atau alat perekam yang super canggih.

Begitu juga dengan Lailatul Qadar, ia ada di setiap tempat. Tapi, kita tidak akan bisa menjumpainya kecuali dengan hati yang jernih dan benar-benar tulus ikhlas karena Allah, tegasnya. Di sinilah segala kenikmatan dunia menjadi tiada artinya lailatul qadar hanya terjadi pada bulan dapat berjumpa dengan Allah serta merasakan kenikmatan rohani dan jiwa yang sangat luar biasa.

Kenikmatannya tak terbayangkan dan tak mungkin dapat digambarkan dalam kehidupan nyata. Kenikmatan inilah yang membuat orang menjadi gila (zawq, dalam istilah sufi) karena kenikmatan seperti inilah yang diidamkan oleh setiap jiwa untuk kemudian mereguknya. Kenikmatan rohani inilah yang sempat membuat Ibnu Rumi mengadu merasa kehilangan.

Padahal, pada saat itu, ia sedang menikmati kebahagiaan dengan sang kekasih. Karena itu, kata Syekh Ali Thanthawi, Lailatul Qadar hendaknya senantiasa dicari pada setiap tempat dan waktu demi mendekatkan diri kepada Allah. Wallahu A’lam.Lailatul qadar adalah malam yang paling mulia. Bahkan ia lebih mulia dibanding seribu bulan.

Lailatul qadar memiliki banyak keutamaan. Saking banyaknya, Allah merahasiakan waktunya. Tujuannya, agar manusia selalu berusaha ibadah dan beramal saleh. Andaikan dijelaskan waktunya, tentu sebagian orang tidak akan bersungguh-sungguh ibadah sebelumnya. Menurut mayoritas ulama, lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan, meskipun tidak diketahui secara persis kapan waktunya.

Namun bila diperhatikan dari kebiasaan Rasulullah, beliau sangat bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh terakhir Ramadhan. ‘Aisyah mengatakan, “Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadhan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al-Bukhari). Dalam riwayat lain, Rasulullah memerinci lailatul qadar biasanya terjadi malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan. Rasulullah berkata: تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ Artinya: “Carilah lailatul qadar pada malam ganjil sepuluh terakhir Ramadhan,” (HR Al-Bukhari).

Kendati ulama sepakat lailatul qadar terjadi bulan Ramadhan, namun sebagian ulama mengatakan lailatul qadar juga ada pada bulan yang lain. Penjelasan ini sebagai disebutkan Abdul Wahab As-Sya’rani dalam Mizanul Kubra. Ia menjelaskan: إن ليلة القدر في شهر رمضان خاصة مع قول أبي حنيفة إنها في جميع السنة، فالأول مشدد والثاني مخفف Artinya: “Lailatul qadar terjadi bulan Ramadhan saja, namun menurut Abu Hanifah juga bisa terjadi pada setiap bulan.

Pendapat yang pertama ketat, sementara pendapat kedua lebih longgar.” Argumentasi pendapat pertama sangatlah banyak. Ada banyak dalil yang menjelaskan bahwa lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan. Salah satunya adalah hadits yang dikutip di atas. Sementara argumentasi pendapat kedua, yang menyatakan lailatul qadar bisa terjadi tiap bulan bahkan tiap hari didasarkan pada ilham dan pengalaman spiritual.

‘Ali Al-Khawwas mengatakan: ليلة القدر هي كل ليلة حصل فيها للعبد تقريب من الله تعالى، قال: وهو منزع من قال إنها في كل السنة وأخبرني أخي الشيخ أفضل الدين أنه رآها في شهر ربيع الأول وفي رجب. وقال معنى قوله تعالى “إنا أنزلناه في ليلة القدر” أي ليلة القرب فكل ليلة حصل فيها قرب فهي قدر Artinya: “Lailatul qadar adalah setiap malam di mana manusia mendekatkan diri kepada Allah.

Inilah dasar pendapat orang yang mengatakan lailatul qadar ada di setiap bulan. Saudaraku, Syeikh Afdhaluddin menceritakan bahwa ia melihat lailatul qadar pada bulan Rabiul Awwal dan Rajab. Karena itu, maksud ayat ‘Inna Anzalnahu fi Lailatul Qadr’ lailatul qadar hanya terjadi pada bulan malam pendekatan.

Setiap malam yang bisa mendekatkan (hamba kepada Tuhan) adalah lailatul qadar.” Pemahaman kelompok kedua terhadap lailatul qadar lebih umum daripada pendapat pertama.

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Mereka memahami bahwa lailatul qadar adalah setiap malam yang bias mendekatkan diri kita kepada Allah. Malam pendekatan itu tentu tidak hanya terjadi pada bulan Ramadhan, tapi juga bisa terjadi pada bulan lain.

Bahkan dalam hadits disebutkan: يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ Artinya: “Rahmat Allah turun tiap malam ke dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Kukabulkan; siapa yang meminta kepada-Ku, akan Kuberi; siapa yang mohon ampun kepada-Ku, akan Kuampuni,” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menunjukkan rahmat Tuhan turun tiap hari, khususnya di pertengahan malam. Sebab itu, dianjurkan memperbanyak ibadah pada pertengahan malam. Dengan demikian, sebetulnya titik temu dari dua pendapat ini bisa dicari.

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

Perbedaan kedua pendapat ini terletak pada pendefinisian lailatul qadar itu sendiri. Kalau yang dimaksud lailatul qadar adalah malam pendekatan diri, maka itu bisa saja terjadi pada bulan yang lain, karena Allah SWT selalu membuka pintu rahmat-Nya. Adapun kalau yang dimaksud lailatul qadar adalah bulan yang paling mulia dibanding seribu bulan, sebagaimana dipahami banyak orang, maka kemungkinan besar hanya terjadi di bulan Ramadhan.

islami.co dihidupi oleh jaringan penulis, videomaker dan tim editor yang butuh dukungan untuk bisa memproduksi konten secara rutin.

Jika kamu bersedia menyisihkan sedikit rezeki untuk membantu kerja-kerja kami dalam memproduksi artikel, video atau infografis yang mengedukasi publik dengan ajaran Islam yang ramah, toleran dan mencerahkan, kami akan sangat berterima kasih karenanya. Sebab itu sangat membantu dan meringankan. Baca Juga • Berita Quraish Shihab: Berdosa, Rajin Ibadah Sunnah Semalaman Tapi Malas Bekerja • Ibadah Mengapa Zakat Fitrah Diwajibkan?

Ini Sejarahnya! • Tela'ah Mengapa Ibadah Puasa Ramadhan Mengikuti Kalender Hijriyah? • Berita Apa Tanda Orang Bertemu Lailatul Qadar? Ini dua Tandanya Menurut Prof. Quraish Shihab • Tela'ah Mengkhatamkan Al-Quran dalam Sehari, Benarkah Dianjurkan? Berita • Pengalaman Toleransi Agama dari Semarang: Saling Berkunjung di Hari Raya sampai Bebersih Vihara • Quraish Shihab: Berdosa, Rajin Ibadah Sunnah Semalaman Tapi Malas Bekerja • Kapan Shalat Idul Fitri Dilakukan? Kementerian Agama Akan Putuskan 1 Syawal Hari Ini • Quraish Shihab: Jangan Anggap Kecil Amalanmu, Jangan Remehkan Dosamu!

• Kemenag Undang Ormas Islam dan Perwakilan Dubes pada Isbat Awal Syawal 1443 H Kolom • Pesan KH. Ali Mustafa Yaqub: Dakwah Jangan Dijadikan Profesi dan Sumber Mata Pencarian • Relasi Islam & Kristen di Indonesia: Peluang Dialog Antar-Agama • Riwayat Perjumpaan Islam & Kristen di Indonesia • Mengapa Ibadah Puasa Ramadhan Mengikuti Kalender Hijriyah?

• Hikmah di Balik Baju Baru Lebaran Kajian • Ini Dalil Halal Bihalal dan Ziarah Kubur Ketika Lebaran • Argumen Bolehnya Zakat Fitrah dengan Uang dalam Madzhab Syafi’i • Tidak Semua Ghibah Dilarang, Dalam 6 Kondisi Ini Ghibah Dibolehkan • Sudah Pertengahan Ramadhan, Ini Dalil Baca Qunut Saat Shalat Witir • Suntik Insulin Saat Puasa, Apakah Membatalkan Puasa?

Ibadah • Khutbah Jumat Spesial Idul Fitri: Anjuran Menjaga Hubungan Baik dengan Tetangga • Apakah Puasa Syawal Mesti 6 Hari Berturut-turut? Ini Beberapa Perbedaan Pendapat Ulama • Hukum Shalat Idul Fitri dan Tata Cara Pelaksanaannya • Contoh Khutbah Idul Fitri 1443 H/2022 M: Menjadi Kaya Raya dengan Bersaudara • Mengapa Zakat Fitrah Diwajibkan?

Ini Sejarahnya! Budaya • Tradisi Nyadran, Ziarah dan Transfer Amal kepada Orang Tua • Tradisi Dandangan: Semarak Bulan Suci di Kota Kudus • Makna di Balik Nyadran, Nyekar, dan Tradisi Ramadhan Lainnya • Menyambut Lailatul Qadar ala Warga Desa: Tradisi Selikuran dan Pitulikuran di Pati • Budaya Melayu: Tradisi Tepung Tawar Masyarakat Melayu Langkat, Sumatera Utara
Merdeka.com - Memasuki pertengahan bulan Ramadhan, umat Islam mulai berlomba-lomba mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Namun, sebelum itu, kalian harus mengenal terlebih dahulu mengenai Lailatul Qadar. Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh akan keberkahan seribu bulan.

Pada saat itu, siapa yang meminta akan dikabulkan permintaannya. Tentu dengan berdoa bersungguh-sungguh, doa kalian akan diijabah. Malam Lailatul Qadar juga dipercaya sebagian ulama sebagai waktu pertama kali Al-Quran diturunkan.

Lailatul Qadar Malam Seribu Bulan Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kalian mengenal lebih dekat terlebih dahulu mengenai Lailatul Qadar. Dalam Al-Quran sendiri, Lailatul Qadar digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Itu artinya, Lailatul Qadar merupakan satu malam penting yang hanya terjadi pada bulan Ramadhan. Menurut lailatul qadar hanya terjadi pada bulan besar ulama, malam Lailatul Qadar biasanya jatuh di malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan malam Lailatul Qadar datang di malam-malam genap. Para ahli agama beserta sejumlah periwayat hadis seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Abdullah Bin Umar, Abu Malik hingga Mujahid menyebutkan, penulisan takdir di lauhul mahfudz dalam setahun akan dirinci di malam Lailatul Qadar.

HR. Bukhari Tidak hanya itu, ketentuan ajal dan rezeki juga akan ditetapkan serta dicatat. Seperti yang diketahui, Allah SWT akan menjamin lailatul qadar hanya terjadi pada bulan untuknya bagi siapa saja yang mendirikan salat malam dengan bersungguh-sungguh di malam itu. Allah SWT bahkan akan menggugurkan segala dosa yang pernah dibuatnya selama ini. ©REUTERS/Mohamed Abd El Ghany "Barang siapa melaksanakan salat malam di malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR.

Bukhari). Hadist Terkait Tanda-Tanda Lailatul Qadar Diriwayatkan oleh Imam Muslim, " Malam itu adalah malam yang cerah, yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadan).

Dan tanda-tandanya ialah pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru." (HR. Imam Muslim, 762). Adapun riwayat dari Ibnu Abbas, Rasullulah SAW bersabda, " Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan yang begitu menghangatkan dan menenangkan." (HR.

Al Baihaqi). Pada sebuah riwayat juga dijelaskan, " Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadan, melebihi kesungguhan Beliau di waktu lainnya. (HR. Muslim). Keutamaan Lailatul Qadar Dikatakan sebelumnya, Lailatul Qadar merupakan malam penuh kemuliaan.

Pada malam itu, para malaikat akan turun ke Bumi untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang senantiasa menghidupkan Lailatul Qadar. Allah SWT juga akan melapangkan rezeki bagi mereka yang senantiasa meminta dengan tulus serta dikehendaki-Nya. ©Reuters BACA JUGA: Bacaan Doa Lailatul Qadar Sesuai Sunnah, Amalkan untuk Tambah Pahala Makna Malam Lailatul Qadar dalam Alquran, Perlu Diketahui Tidak hanya itu, segala amalan baik akan diberikan pahala berlipat ganda di malam Lailatul Qadar.

Tentu saja, itu menandakan malam Lailatul Qadar tidak bisa disamakan dengan malam-malam lainnya. Imam Mujahid, qotadah serta ulama besar lainnya berpendapat, malam Lailatul Qadar merupakan malam yang begitu mulia dan utama. Bagi siapa saja yang senantiasa beribadah dengan tulus, mendirikan salat baik lailatul qadar hanya terjadi pada bulan wajib maupun sunah, membaca Al-Quran berzikir hingga melakukan kebaikan lainnya akan mendapatkan kesejahteraan dan ketenangan.

Mereka yang senantiasa menghidupkan malam Lailatul Qadar juga akan dijaga oleh para malaikat yang turun ke Bumi. Tanda-Tanda Lailatul Qadar Tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti kapan Lailatul Qadar turun. Sejumlah hadis pun hanya menyebutkan malam Lailatul Qadar jatuh di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Untuk itu, dianjurkan bagi orang muslim untuk meningkatkan ibadah dan amal saleh di waktu tersebut.

Tujuannya agar tidak kehilangan malam Lailatul Qadar. Adapun tanda-tanda Lailatul Qadar malam seribu bulan adalah: • Esok hari, matahari akan terbit dalam keadaan teduh, jernih dan seperti tidak ada sinar • Sinar matahari pagi tidak begitu cerah, namun teduh serta menenangkan • Udara tidak panas maupun dingin, tidak berawan dan tidak badai di malam Lailatul Qadar • Keadaan menjadi sangat tenang, nyaman, dan umat Islam akan merasakan kenikmatan tersendiri saat beribadah dengan sungguh-sungguh.

Hal ini lantaran malaikat turun ke Bumi.

lailatul qadar hanya terjadi pada bulan

1 4 Cara Mudah untuk Mengawali Hari dengan Lebih Bugar dan Bertenaga 2 Oplas Dinilai Berhasil, 5 Potret Lucinta Luna di Malaysia Dipuji Bak Boneka Barbie 3 Cantik dan Menggemaskan Salima Anak Wishnutama & Gista Putri Liburan di Luar Negeri 4 Cantik Klasik Khas Sageuk, 10 Aktris Korea Ini Jadi Sering Main Drama Sejarah 5 Selamat!

Jessica Iskandar Melahirkan Anak Kedua, Wajah Sang Bayi Bikin Penasaran Selengkapnya

Lailatul Qadar – Asbabun Nuzul – Asal Mula Channel




2022 www.videocon.com