Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

• العربية • ܐܪܡܝܐ • Asturianu • Azərbaycanca • تۆرکجه • Беларуская • Беларуская (тарашкевіца) • Български • Bosanski • Català • کوردی • Čeština • Dansk • Deutsch • Zazaki • English • Esperanto • Español • Eesti • Euskara • فارسی • Suomi • Na Vosa Vakaviti • Français • Frysk • Galego • ગુજરાતી • עברית • हिन्दी • Hrvatski • Հայերեն • Ido • Íslenska • Italiano • 日本語 • Jawa • Taqbaylit • ភាសាខ្មែរ • ಕನ್ನಡ • 한국어 • Latina • Lietuvių • Latviešu • Basa Banyumasan • Македонски • മലയാളം • मराठी • Bahasa Melayu • Mirandés • مازِرونی • नेपाली • Nederlands • Norsk nynorsk • Norsk bokmål • ਪੰਜਾਬੀ • Polski • Português • Runa Simi • Română • Русский • Саха тыла • Srpskohrvatski / српскохрватски • සිංහල • Simple English • Slovenščina • Shqip • Српски / srpski • Sunda • Svenska • Kiswahili • தமிழ் • తెలుగు • Тоҷикӣ • ไทย • Tagalog • Setswana • Türkçe • Українська • Tiếng Việt • Winaray • 吴语 • ייִדיש • Yorùbá • 中文 • 粵語 Organisasi Kemahasiswaan di Lithuania Organisasi ( bahasa Yunani: ὄργανον, organon - alat) merupakan wadah atau tempat berkumpulnya orang dengan 3 sistematis, terpimpin, terkendali, terencana, rasional dalam memanfaatkan segala sumber daya baik dengan metode, material, lingkungan dan uang serta sarana dan prasarana, dan lain sebagainya dengan efisien dan efektif untuk bisa mencapai tujuan organisasi.

[1] Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen.

[2] Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi, perilaku organisasi, atau analisis organisasi. [2] Daftar isi • 1 Definisi • 2 Partisipasi • 2.1 Unsur-unsur • 2.2 Jenis-jenis organisasi • 2.3 Syarat-syarat • 3 Bentuk-bentuk organisasi • 4 Lihat juga • 5 Referensi Definisi [ sunting - sunting sumber ] Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok satu sama lain, dan ada pula yang berbeda.

[2] Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah bagi orang-orang untuk berkumpul, bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya ( uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

[2] Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut. • Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama. [3] • James D.

Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. [4] • Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

[5] • Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan ( entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari sekelompok tujuan. [6] Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.

[2] Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat di sekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran [2] Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus.

[2] Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. [2] Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

[2] Partisipasi [ sunting - sunting sumber ] Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. [7] Agar dapat berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. [2] Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.

[2] Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. [2] Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. [2] Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

[2] Unsur-unsur [ sunting - sunting sumber ] Menurut Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi: [2] • Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.

• Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok. • Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”. Jenis-jenis organisasi [ sunting - sunting sumber ] • Formal • Informal • Non formal Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut: [2] • Pikiran ( psychological participation) • Tenaga ( physical participation) • Pikiran dan tenaga • Keahlian • Barang • Uang Syarat-syarat [ sunting - sunting sumber ] Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu.

• Waktu. Untuk dapat berpartisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan di sini adalah untuk memahami pesan yang disampaikan oleh pemimpin.

Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta. [2] • Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang, hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negatif. [2] • Subjek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi di mana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.

[2] • Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan komunikator, dan kalaupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator. [2] • Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.

[2] • Para pihak yang bersangkutan bebas di dalam melaksanakan peran serta tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. [2] • Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan pada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.

[2] Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud meningkatkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas. [2] Bentuk-bentuk organisasi [ sunting - sunting sumber ] • Organisasi politik • Organisasi sosial • Organisasi mahasiswa • Organisasi olahraga • Organisasi sekolah • Organisasi negara • Organisasi pemuda • Organisasi agama • Organisasi terlarang Lihat juga [ sunting - sunting sumber ] • Sosiologi organisasi • Kongres Pemuda Indonesia • Pemuda Pancasila • Komite Nasional Pemuda Indonesia Referensi [ sunting - sunting sumber ] • ^ Ambarwati, Arie (April 2018).

Perilaku dan Teori Organisasi (PDF). Malang: Media Nusa Creative. hlm. 3. ISBN 978-602-462-052-3. Parameter -url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan ( bantuan) • ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Keith Davis, Human Relations at Work, (New York, San Francisco, Toronto, London: 1962).Hlm.15-19 • ^ Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi.

1976. Understanding Practice and Analysis. New York: Random House.Hlm. 132 • ^ D, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.Hlm.

56 • ^ Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Edisi keenam. International Student Edition. Tokyo: Mc.Graw-Hill Book Company Inc.Hlm. 89 • ^ Stephen P.Robbins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi, (Jakarta: Arcan: 1994), hlm.4 • ^ WS, Winkel. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.

Jakarta: Gramedia.Hlm.75 • Halaman ini terakhir diubah pada 14 Februari 2022, pukul 12.06. • Teks tersedia di bawah Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku.

Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • • MENU • Home • SMP • Agama • Bahasa Indonesia • Kewarganegaraan • Pancasila • IPS • IPA • SMA • Agama • Bahasa Indonesia • Kewarganegaraan • Pancasila • Akuntansi • IPA • Biologi • Fisika • Kimia • IPS • Ekonomi • Sejarah • Geografi • Sosiologi • SMK • S1 • PSIT • PPB • PTI • E-Bisnis • UKPL • Basis Data • Manajemen • Riset Operasi • Sistem Operasi • Kewarganegaraan • Pancasila • Akuntansi • Agama • Bahasa Indonesia • Matematika • S2 • Umum • (About Me) 9.1.

Sebarkan ini: Pengertian Pameran Pameran merupakan suatu kegiatan yang penyajian karya seni rupa dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh banyak masyarakat. Pameran ini juga merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan sebuah ide atau gagasan kepada masyarakat luas yang melalui sebuah media karya seni.

Dalam kegiatan ini diharapkan dapat terjadi komunikasi antaran perupa yang diwakili oleh masing masing karya seninya dengan apresiasi. Penyelenggaraan pameran yang terdapat disekolah menyajikan sebuah materi pameran yang berisi hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler atau menyajikan karya seni rupa dan seniman profesional yang dapat diapresiasi oleh warga sekolah.

Pameran Karya Seni Rupa adalah kegiatan yang dilakukan oleh para seniman baik itu perorangan ataupun kelompok untuk menyampaikan ide gagasan pada masyarakat melalui media seni rupa sehingga pameran tersebut dapat menjadi alat komunikasi antara seniman dengan sang apresiator. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Seni Rupa Kontemporer” Pengertian & ( Ciri – Sejarah – Macamnya ) Pengertian Menurut Para Ahli • Menurut Wikipedia Menurut wikipedia, pengertian pameran adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa agar bisa diapresiasi oleh masyarakat luas.

Contohnya, show, pekan raya, bazar, pasar murah, exhibition, dsb • B.Myers Ada beberapa tujuan diadakannya pemeran, diantaranya: • Tujuan sosialTujuan sosial memiliki arti yaitu kegiatan pameran seni rupa baik dalam skala besar maupun dalam skala yang terbatas di sekolah tersebut.Karya seni yang dipamerkan dapat digunakan untuk kepentingan sosial.

• Tujuan kemanusiaanTujuan kemanusiaan Berbeda dengan tujuan kemanusiaan kegiatan pameran.Kegiatan ini memiliki tujuan untuk kepentingan pembinaan nilai-nilai, pelestarian, dan pengembangan sebuah hasil dari karya seni yang dimiliki oleh masyarakat. Apabila pameran bertujuan untuk sosial kemanusiaan, maka dana dari hasil penjualan karya akan digunakan untuk kegiatan sosial kemanusiaan seperti sumbang ke panti asuhan, ataupun masyarakat kurang mampu serta korban bencana alam.

• Tujuan komersialTujuan komersial pameran ini berkaitan dengan adanya kegiatan yang dapat menghasilkan profit atau keuntungan terutama bagi seniman dan juga penyelenggara-penyelenggara pameran.

Berkaitan dengan tujuan komersial, sebuah kegiatan pameran akan diselenggarakan dengan tujuan agar karya yang dipamerkan akan laku terjual dan akan mendatangkan keuntungan bagi si pemilik karya atau bagi si penyelenggara pameran. Fungsi Pameran Karya Seni Rupa Pameran karya seni rupa memiliki berbagai fungsi sosial bagi masyarakat, diantaranya: • Sebagai sarana edukasi yakni pameran berfungsi mendidik siswa untuk mengetahui pentingnya pengalaman batin yang berguna untuk menyeimbangkan kegiatan akal dan pikiran manusia.

• Sebagai sarana apresiasi yakni Pameran tersebut diadakan berfungsi untuk mengeluarkan ide gagasan pencipta yang kemudian para pengunjung akan memberikan apresiasi atau memberi penilaian terhadap karya seni yang mereka buat, proses apresiasi dapat dibedakankan menjadi 2 yaitu apresiasi aktif dan apresiasi pasif. • Sebagai sarana prestasi yakni pameran dapat menjadi ajang kompetisi bagi para pencipta seni, karena melalui karya seni kita akan tahu setinggi apa keaktifan dan kreativitas pencipta seni dalam membuat karya.

• Sebagai sarana rekreasi yakni Pameran dapat musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari sebagai tempat untuk merilekskan pikiran dan menghilangkan kejenuhan atas kegiatan atau rutinitas sehari-hari baik itu sekolah, kerja atau sebagainya yang banyak menguras energi dan pikiran. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Kritik Seni” Pengertian & ( Fungsi – Jenis – Bentuk ) Pameran seni rupa yang diselenggarakan, biasanya adalah pameran heterogen, karena pameran heterogen ini menampilkan jenis karya seni rupa yang lebih beragam.Fungsi utama dari pameran seni rupa ini pada intinya adalah untuk membangkitkan sebuah apresiasi seni pada siswa, di samping itu pula sebagai media komunikasi antar seniman dengan para penonton.

Kegiatan pameran seni rupa ialah wahana dalam menumbuhkembangkan apresiasi tehadap karya seni.Menurut Cahyono (2002: 9.6) membedakan antara fungsi pameran menjadi empat kategori, yaitu fungsi apresiasi, fungsi rekreasi, fungsi edukasi, dan fungsi prestasi.

Fungsi apresiasi dapat diartikan sebagai kegiatan dalam menilai dan menghargai karya seni. Melalui kegiatan pameran ini diharapkan dapat menimbulkan sikap menghargai terhadap karya seni orang lain. Suatu penghargaan yang akan timbul setelah pengamat melihat, menghayati, memahami karya seni yang ditampilkannya. Melalui kegiatan ini juga akan muncul sebuah apresiasi aktif dan apresiasi pasif. Apresiasi aktif, biasanya berupa seniman, seteleh menonton pameran biasanya akan termotivasi atau terdorong untuk menciptakan karya seni sedangkan apresiasi pasif biasanya terjadi pada orang yang memiliki sifat awam, setelah menyaksikan pameran biasanya dapat menghayati, memahami dan menilai serta menghargai suatu karya seni.

• Fungsi edukasi, kegiatan pameran karya seni dapat memberikan nilai-nilai pelajaran terhadap masyarakat luas terutama apresiator, misalnya nilai keindahan, nilai sejarah, nilai estetik nilai budaya, dan lain sebagainya. Selain itu karya yang dipamerkan juga harus memiliki nilai-nilai yang positif • Fungsi rekreasi, kegiatan pameran akan memberikan rasa senang sehingga dapat memberikan nilai psikis dan juga spiritual terutama untuk hiburan.

Dengan menyaksikan pameran, apresiator menjadi senang, tenang dan dapat memberikan pencerahan. • Fungsi prestasi disini dimaksudkan bahwa dengan kegiatan pameran diselenggarakan di sekolah dapat diketahui bahwa siswa yang berbakat dalam bidang seni, Hal ini bisa disaksikan dari bentuk-bentuk kreasi yang dapat ditampilkan.

Apresiator ini bisa memberi penilaian apakah seseorang yang menciptakan karya seni ini kreatif atau bisa juga kurang kreatif. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : √ Seni Lukis : Pengertian, Teknik, Unsur, Aliran Serta 20 Contohnya Jenis Pameran Seni Rupa • Menurut Jumlah Pesertanya • Pameran tunggal,Merupakan pameran seni rupa yang hanya diselenggarakan secara individual (perorangan). • Pamoran kelompok/bersama,Marupakan pameran seni rupa yang diselenggarakan oleh baberapa saniman/pengrajin.

Materi yang dipamerkan pada pameran bersama marupakan karya-karya lebih dari satu seniman. Biaya Pameran ditanggung oleh seniman yang bersangkutan. Peminjaman gedung dilakukan dengan cara mangajukan parmohonan disertai proposal kepada galeri tempat berlangsungnya pameran.

Selanjutnya pormohonan tersebut akan dipertimbangkan oleh kurator. Fasilitas pokok yang disediakan gedung pameran biasanya berupa panel, lampu, bantuan teknis tata pameran, dan fasilitas keamanan. Penyalanggaraan pameran dapat dilangsungkan antara 1 minggu sampai 3 minggu. • Menurut Sifatnya • Pameran Insidental, yaitu pameran seni rupa yang diselenggarakan secara berkala yang didasarkan atas kebutuhan yang ada, misalnya: pameran kaligrafi guna menyongsong perayaan Isro’ Mi’raj. • Pameran rutin, yaitu pameran seni rupa yang diselenggarakan pada periode tertentu secara tetap dan berkelanjutan, misalnya: pentas seni yang dilakukan setiap akhir semester.

• Pameran permanen, yaitu pameran seni rupa yang diselenggarakan secara terbuka, tetap dan terus menerus. • Menurut Ragam Jenis Karya yang Digelar • Pameran homogen, yaitu pameran seni rupa yang memamerkan berbagai jenis karya seni rupa.

• Pameran heterogen, yaitu pameran seni rupa yang memamerkan satu jenis karya seni rupa yang seragam. • Menurut Tempat Berlangsungnya • Pamaran terbuka, yaitu pameran seni rupa yang berlangsung di luar ruangan secara tarbuka.

• Pameran tertutup, yaitu pameran seni rupa yang berlangsung di dalam ruangan suatu gedung. • Pameran bergerak, yaitu pameran seni rupa yang diselenggarakan menggunakan alat yang bergerak, seperti kendaraan/ mobil.

• Menurut Jenis Dimensi Karya Seni Rupa • Pameran karya seni rupa dua dimensi. Pameran yang hanya menyajikan karya seni rupa pada bidang datar seperti gambar, lukisan, seni grafis.

Karya ini hanya dapat dinikmati dari satu arah. • Pameran karya seni rupa tiga dimensi. Pameran yang hanya menyajikan karya seni yang memiliki volume/kesan ruang yang sebenarnya, yaitu memiliki ukuran Panjang x lebar x tinggi.

Karya seni ini dapat diamati dari berbagai arah. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Seni Teater : Pengertian, Sejarah, Contoh, Gambar, Ciri, Jenis Unsur Pameran seni rupa Dalam pameran seni rupa, terdapat unsur unsur pelengkapnya.

Diantaranya: • Karya seni rupa yang akan dipamerkan. • Panel atau sketsel, standart display atau box untuk memajang karya seni yang akan dipamerkan. • Dekorasi sebagai perlengkapan untuk menyajikan karya seni agar terlihat lebih indah.

• Sound system sebagai sarana audio yang diperlukan untuk menciptakan suasana nyaman bagi para pengunjung pameran/apresiator.

• Label karya yang digunakan untuk menulis identitas (judul, pecipta, teknik dan tahun penciptaan) dan ditempel di dekat karya seni yang dipamerkan. • Katalog sebagai lembaran petunjuk yang berisi tentang penyelenggaraan pameran. • Buku tamu yang nantinya akan diisi oleh pengunjung pameran. • Buku pesan atau kesan, buku tersebut digunakan untuk mengetahui tanggapan pengunjung terhadap karya yang dipamerkan atau bisa dibilang sebagai media komunikasi antara seniman dengan apresiator. Syarat Penyelenggaraan Pameran Untuk menyelenggarakan pameran, kita harus memenuhi syarat-syarat utamanya, yaitu sebagai berikut.

Karya yang Akan Dipamerkan • Karya seni rupa homogen • Karya seni rupa 2 dimensi saja. • Karya seni rupa 3 dimensi saja. • Karya lukis saja. • Karya grafis saja, dan sebagainya. • Karya yang heterogen Campuran dari berbagai jenis karya seni rupa, baik dimensi maupun medianya. Selain menurut jenisnya, pameran juga dapat dikelompokkan menurut jumlah seniman yang akan memamerkan karyanya, yakni: • pameran tunggal, yaitu karya-karya yang dipamerkan merupakan hasil karya satu orang seniman.

• pameran kelompok, yaitu karya-karya yang dipamerkan merupakan hasil karya beberapa seniman. Panitia Pameran Penyelenggaraan sebuah pameran biasanya dilakukan oleh sebuah panitia.

Hal ini untuk mengatur mekanisme kerja secara efektif. Kepanitiaan pameran di sekolah dapat disusun sebagai berikut. Daftar Panitia Pameran Seni Rupa No Susunan Panitia Tugas/ Tanggungjawab 1 Pembimbing 2 Ketua bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan 3 Wakil Ketua membantu ketua untuk urusan keluar 4 Sekretaris membantu bidang administrasi 5 Bendahara membantu bidang keuangan 6 Seksi Penyeleksi bertugas menyeleksi karya-karya yang akan dipamerkan 7 Seksi Usaha bertugas mencari dana 8 Seksi Publikasi dan Humas bertugas menghubungi pihak luar yang terkait 9 Seksi Dekorasi bertugas mengatur komposisi pameran 10 Seksi Akomodasi bertugas menyiapkan ruang, tempat, display 11 Seksi Operasional bertugas menjaga, menerangkan, dan menerima tamu (pengunjung) 12 Seksi Keamanan bertanggung jawab atas keamanan pameran 13 Seksi PPPK bertugas mengatasi kecelakaan dalam pameran Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Seni Rupa Murni Dan Terapan : Pengertian, JenisGambar Dan 10 Contohnya [Lengkap] Sarana dan Prasarana Dalam suatu pelaksanaan pameran, sarana dan prasarana menjadi syarat mutlak yang harus musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari.

Karena, tanpa syarat ini sebuah pameran tidak akan dapat dilaksanakan. Yang termasuk sarana dan prasarana adalah : • Dana, • Ruangan / tempat, • Pencahayaan (lighting), • Panel untuk memasang karya, standar display untuk memasang karya 3 D • Sound system, • Katalaog, • Buku tamu, buku kesan dan pesan. Pengunjung Sebuah pameran baru dikatakan berjalan bila didatangi pengunjung, karena sebuah pameran pada dasarnya bertujuan mengadakan komunikasi antara seniman dengan pengunjung.

Dengan demikian, tujuan pameran tidak akan tercapai bila tak ada pengunjung.

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

Untuk mendatangkan pengunjung, perlu dilakukan publikasi secara tepat, antara lain dengan reklame-reklame yang bersifat undangan. Prinsip Penyelenggaraan Pameran Seni Rupa • Prinsip Interaksi Prinsip interaksi adalah prinsip yang harus berorientasi pada kepentingan penyelenggara dan pengunjung dalam penyelenggaraan pameran. • Prinsip Inisiatif Prinsip inisiatif adalah penyelenggaraan pameran yang mengambil inisiatif serta menentukan langkah-lagkah yang sistematis dan terencana ke arah pendekatan khalayak ramai pada pameran yang sedang diselenggarakan.

• Prinsip Repetisi Prinsip repetisi adalah prinsip penyelenggaraan pameran yang dilakukan secara berulang-ulang. • Prinsip lntegritas Prinsip integritas adalah prinsip penyelenggaraan yang menampilkan banyak koleksi pameran, contohnya pameran seni lukis, yang di dalamnya terdiri dari bermacam-macam aliran. • Prinsip Efisiensi Prinsip eflsiensi adalah penyelenggaraan pameran dengan melakukan penulisan secara sistematis agar tidak merepotkan penyelenggara dan pengunjung.

Prinsip efisiensi dapat didukung oleh lingkungan yang indah dan menarik, cara penataan warna suara maupun komposisi materi pameran hingga tercipta suasana yang menyenangkan.

Beberapa kelengkapan pameran yang perlu diketahui di antaranya adalah: • katalog, • tape recorder, • lampu untuk penerangan ruang, • spanduk untuk publikasi, • sketsel atau papan panel, • meja untuk menempatkan buku, dan • pedestal untuk menempatkan karya 3 dimensi.

Tahapan Penyelenggaraan Pameran • Perencanaan Perencanaan pameran secara lengkap, meliputi tema, materi, tempat, waktu, panitia, anggaran, sarana-prasarana, publikasi, dokumentasi, dan tata hias. Isi perencanaan pameran, antara lain sebagai berikut. • a) Menentukan tema pameran • b) Rencana kegiatan pameran Rencana kegiatan pameran, meliputi persiapan sebagai berikut: 1) Materi pameran 2) Tempat 3) Waktu pameran 4) Panitia pameran 5) Anggaran pameran 6) Kelengkapan ruang pameran 7) Publikasi 8) Tata hias atau dekorasi • c) Rencana kerja pameran 1) Bentuk pameran 2) Tema pameran 3) Tujuan pameran 4) Tempat pameran 5) Waktu pameran 6) Karya yang dipamerkan 7) Peserta pameran 8) Susunan kepanitiaan 9) Sumber dana 10) Perlengkapan pameran 11) Publikasi 12)Tata hias dan dekorasi • Pelaksanaan Pelaksanaan pameran adalah saat tibanya penyelenggaraan pameran.

Penyelenggaraan tersebut memerlukan persiapan dan kerja keras dari semua pihak. Oleh sebab itu, panitia dan pembantu panitia (petugas) harus bekerja sama dengan baik demi kelancaran tugas. Beberapa kegiatan pelaksanaan pameran, antara lain sebagai berikut. • Persiapan • Penataan tempat pameran • Membuat dekorasi ruang dan lingkungan pameran • Pelaksanaan pameran • Evaluasi • Pembubaran panitia pameran • Laporan hasil pameran Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Seni Patung” Pengertian Dan ( Jenis – Fungsi – Bentuk – Teknik ) Manfaat Pameran Seni Rupa Berikut ini adalah manfaat dari pameran karya seni: • Untuk menumbuhkan dan menambah kemampuan apresiasi seseorang terhadap karya seni rupa.

• Untuk melatih diri agar bisa bekerja sama dengan orang lain. • Untuk melatih sikap tanggung jawab dan kemandirian. • Untuk menumbuhkan motivasi. • Untuk menghilangkan rasa stres dan jenuh dari rutinitas. • Untuk dijadikan sebagai sarana promosi. Contoh Karya Seni Rupa NO GAMBAR KOMENTAR 1 LUKISAN Jenis Bentuk Teknik pembuatan Fungsi Makna : lukisan adalah jenis benda dua dimensi : kanvas, kertas, papan dan bahan film dalam fotografi : dengan memberikan imajinasi dan kehati-hatian : sebuah penembangan yang utuh dari menggambar : seni lukis adalah cabang seni rupa, dengan dasar pengertian yang sama 2 PATUNG Jenis Bentuk Teknik pembuatan Fungsi Makna : patung adalah benda tiga dimensi karya manusia : berupa bentuk apapun yang diukir oleh manusia : dengan cara dibentuk, dibuat dari bahan yang tahan lama : untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin : patung zaman dahulu dijadikan untuk berhala, tetapi zaman sekarang patung dijadikan sebagai karya seni 3 BATIK Jenis Bentuk Teknik pembuatan Fungsi Makna : batik merupakan karya seni rupa nusantara : bercorak dan bermotif batik : kegiatan menutup permukaan kain dengan menggunakan lilin malam dengan menggunakan canting yang tulis diatas kain : untuk keperluan usaha perniagaan : batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian 4 TALEMPONG Jenis Bentuk Teknik pembuatan Fungsi Makna : terbuat dari jenis kuningan dan ada pula dari kayu dan batu : berbentuk bundar pada bagian bahwanya berlubang dan diatasnya terdapat bundaran yang menonjol untuk dipukul : terbentuk dari kuningan : untuk mengiringi tarian pertunjukan/penyambutan, seperti tari piring, tari pasambahan, dll : alat musik pukul yang khas suku bangsa minangkabau 5 KERAMIK Jenis Bentuk Teknik pembuatan Fungsi Makna : karya seni yang bersifat tradisional sampai kontemporer : berupa wadah yang berukiran : berdasarkan prinsip fungsionalitas dan produksinya : sebagai benda dekoratif : merupakan cabang seni rupa yang mengolah material keramik untuk membuat karya Sebarkan ini: • • • • • Posting pada SMA, Umum Ditag apa manfaat kegiatan pameran bagi siswa, apa manfaat pameran secara khusus yang diselenggarakan di sekolah, apa saja manfaat pameran seni rupa di sekolah, apa yang dimaksud dengan pameran homogen, apa yang dimaksud dengan panil, apa yang harus dituliskan dalam proposal kegiatan pameran karya seni rupa, apakah fungsi dari seni rupa, apakah fungsi utama pameran umum, apakah manfaat mengunjungi sebuah pameran, apakah yang anda ketahui tentang spray, artikel pameran lukisan, artikel pameran seni rupa, artikel pameran seni rupa 2017, artikel tentang pameran seni ilustrasi, bentuk dan jenis kritik karya seni rupa, bentuk pameran, berikut kegunaan dari penataan cahaya kecuali, berita pameran seni rupa, contoh gambar pameran tunggal, contoh karya seni yang dipamerkan, contoh pagelaran seni, contoh pameran heterogen, contoh pameran insidental, contoh pameran karya seni rupa, contoh pameran seni rupa, contoh pameran seni rupa di sekolah, contoh pameran tunggal, contoh proposal kegiatan pameran fotografi, contoh proposal pameran batik di sekolah, contoh tema pagelaran seni budaya, contoh tema pameran batik, contoh tema pameran yang unik, format penulisan proposal pameran, fungsi kurator pameran, fungsi pameran, fungsi utama pameran seni rupa bagi perupa atau senimannya adalah, jelaskan bentuk bentuk pameran seni rupa, jelaskan pengertian pameran tetap, jenis jenis pameran, jenis pagelaran, jenis pameran, jenis pameran seni rupa, judul pameran seni rupa, kepanitiaan pameran seni rupa, konsep konsep pameran seni rupa, kurasi pameran adalah, macam macam pameran, makalah pameran karya seni rupa pdf, makalah pameran seni rupa kelas xi, manfaat pameran, manfaat pameran bagi siswa, manfaat pameran seni rupa, manfaat pameran seni rupa di sekolah, materi pameran batik, materi pameran seni rupa, membandingkan jenis pameran seni rupa, mengapa perlu dibuat proposal, merencanakan pameran, nama tema pameran yang unik, pagelaran seni tari, pameran lukisan, pameran seni, pameran seni rupa, penentuan tema pameran harus sesuai dengan, pengertian pagelaran, pengertian pameran, pengertian pameran menurut para ahli, pengertian pameran seni rupa, pengertian pameran seni rupa menurut para ahli, perlengkapan pameran, proposal pameran makanan di sekolah, proposal pameran seni lukis, proposal seni budaya kelas 12, prosedur pameran seni rupa, sebutkan contoh karya seni rupa dua dimensi, sebutkan dan jelaskan 3 tujuan pameran seni rupa di sekolah, sebutkan jenis jenis pameran seni rupa, tahapan pameran seni rupa, teknik pameran seni rupa, tempat pameran seni rupa, tujuan pameran, tujuan pameran brainly, tujuan pameran di sekolah, tujuan pameran secara umum, tujuan pameran seni rupa di sekolah, unsur unsur pameran, uraikan tentang karya seni rupa dua dimensi Navigasi pos Pos-pos Terbaru • Pengertian Sistem Regulasi Pada Manusia Beserta Macam-Macamnya • Rangkuman Materi Jamur ( Fungi ) Beserta Penjelasannya • Pengertian Saraf Parasimpatik – Fungsi, Simpatik, Perbedaan, Persamaan, Jalur, Cara Kerja, Contoh • Higgs domino apk versi 1.80 Terbaru 2022 • Pengertian Gizi – Sejarah, Perkembangan, Pengelompokan, Makro, Mikro, Ruang Lingkup, Cabang Ilmu, Para Ahli • Proses Pembentukan Urine – Faktor, Filtrasi, Reabsorbsi, Augmentasi, Nefron, zat Sisa • Peranan Tumbuhan – Pengertian, Manfaat, Obat, Membersihkan, Melindungi, Bahan Baku, Pemanasan Global • Diksi ( Pilihan Kata ) Pengertian Dan ( Fungsi – Syarat – Contoh ) • Penjelasan Sistem Ekskresi Pada Manusia Secara Lengkap • Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan • Contoh Soal Psikotes • Contoh CV Lamaran Kerja • Rukun Shalat • Kunci Jawaban Brain Out • Teks Eksplanasi • Teks Eksposisi • Teks Deskripsi • Teks Prosedur • Contoh Gurindam • Contoh Kata Pengantar • Contoh Teks Negosiasi • Alat Musik Ritmis • Tabel Periodik • Niat Mandi Wajib • Teks Laporan Hasil Observasi • Contoh Makalah • Alight Motion Pro • Alat Musik Melodis • 21 Contoh Paragraf Deduktif, Induktif, Campuran • 69 Contoh Teks Anekdot • Proposal • Gb WhatsApp • Contoh Daftar Riwayat Hidup • Naskah Drama • Memphisthemusical.Com
Sedang mencari contoh cerpen?

Perhatikan ulasan gramedia berikut ini ya.Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling banyak dijadikan sebagai bahan bacaan untuk hiburan. Dalam penyajiannya, ada berbagai macam tema yang bisa diangkat untuk menjadi ide dari penulisan cerpen, dan salah satunya adalah tema motivasi. Penulisan cerpen bertema motivasi harus disertai dengan struktur yang lengkap agar karya sastra tersebut semakin menarik untuk dibaca. Namun, sebelum itu, Anda harus mengetahui terlebih dahulu pengertian cerpen beserta struktur penulisannya.

Berikut adalah ulasan secara lengkap mengenai cerpen motivasi. Table of Contents • Pengertian Cerpen • Anda Mungkin Juga Menyukai • Struktur Cerpen • 1 Abstrak • 2 Orientasi • 3 Komplikasi • 4 Evaluasi • 5 Resolusi • 6 Koda • Kumpulan Contoh Cerpen • 1.

Contoh Cerpen Motivasi : Mimpi Sang Dara • 2. Contoh Cerpen Lucu: Teman Yang Baik • 3. Contoh Cerpen tentang Kehidupan • 4. Contoh Cerpen Anak : Ied Adha Bersama Teman-Teman • 5. Contoh Cerpen Anak : Bilang Dulu Sebelum Pinjam • 6.

Contoh Cerpen Pendidikan: Pendidikan yang Aku Tunggu • 7. Contoh Cerpen Persahabatan: Persahabatan yang Tak Akan Pernah Luntur • 8. Contoh Cerpen Singkat: Hadiah dari Ayah • Contoh cerpen dan karya siapa? • Apa saja bentuk cerpen? • Apa judul mencerminkan isi cerpen?

• Apa saja struktur dalam teks cerpen? Pengertian Cerpen Apa itu cerpen? Cerpen adalah karya sastra yang berbentuk prosa pendek dengan jumlah kalimat yang dibatasi, biasanya isi ceritanya bukan kejadian nyata dan hanya dibuat-buat. Pembatasan panjang cerpen ini ditujukan agar pembaca bisa menyelesaikannya dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar 30 menit hingga 2 jam saja.

Alur cerita di dalam karya sastra berbentuk cerita pendek yang biasanya disusun dengan seringan mungkin agar pembaca tidak memerlukan waktu lama untuk memahaminya. Di samping itu, alur yang ringan tersebut juga ditujukan agar tidak membuat konflik yang diceritakan di dalamnya semakin luas. Cerpen adalah bahan bacaan yang tepat bagi penyuka karya sastra berbentuk prosa, namun tidak menyukai kisah berbelit. Kisah yang diangkat pada cerpen biasanya langsung pada titik utama permasalahan dari tokoh utamanya.

Pengantar yang disajikan dalam cerpen untuk membawa tokoh utama mencapai titik permasalahan pun umumnya dibuat dengan tidak terlalu panjang. Hal ini ditujukan agar pembaca tidak bosan terhadap pengantar tersebut yang malah bisa merusak alur puncak permasalahan. Berkaitan dengan itu, tentu Anda perlu memahami bahwa, menurut KBBI, cerpen adalah cerita yang menyajikan kesan tertentu dengan memusatkan hanya pada satu tokoh utama saja.

Kisah yang diangkat dalam cerpen mempunyai makna tersendiri bagi para pembaca dengan ukuran penulisan relatif pendek. Seperti yang sudah kita kenal cerpen merupakan cerita pendek, yang memiliki unsur-unsur, seperti penokohan, tema, alur, latar, dan juga gaya bahasa. Biasanya cerpen hanya memuat jalan peristiwa yang padat dan latar maupun kilas baiknya disinggung sambil lalu saja. Kiat Menulis Cerita Pendek Oleh Harris Effendi Thahar ini berisi tentang pengertian, hakikat cerpen, kiat menulis cerpen, hingga proses kreatif.

Grameds bisa mempelajari hal tersebut dalam buku tersebut dan juga bisa Grameds beli dengan klik “Beli Buku” di bawah ini. Struktur Cerpen Saat akan membuat cerita pendek, termasuk pada karya yang bertema motivasi, penulis harus memahami strukturnya terlebih dahulu. Patokan dalam menulis cerpen ini harus dipahami agar penulis bisa menyusun kisah fiksi yang runtut, sehingga bisa diterima oleh pembaca dengan mudah.

Penulis bisa memahami setiap struktur cerpen terlebih dahulu untuk selanjutnya dikembangkan sesuai tema yang diangkat agar bisa berkesinambungan ketika dibaca. Berikut adalah ulasan terkait beberapa struktur cerita pendek yang wajib untuk dipahami saat akan menulis karya prosa tersebut. 1 Abstrak Bagian pertama di dalam cerpen adalah abstrak yang sifatnya opsional, sehingga tidak semua bentuk karya sastra tersebut harus menyertakannya.

Abstrak merupakan bagian dari cerpen yang memuat inti dari sebuah cerita atau ringkasan pendeknya. Abstrak ini bisanya hanya terdiri dari beberapa kalimat saja untuk membuka cerpen atau sebagai pengantar saja. Bagian ini berguna untuk memudahkan pembaca untuk sedikit lebih memahami kisah yang dituliskan dalam cerpen, sebab sudah disampaikan ringkasan singkatnya.

Pada cerpen bertema motivasi, bagian abstrak ini berfungsi untuk menarik perhatian pembaca agar bisa memusatkan fokusnya ke dalam kisah yang disajikan. Abstrak akan membawa pembaca untuk berpikir luas, sehingga bisa menangkap kisah yang diangkat di dalam cerpen tersebut. Teks cerpen boleh saja tidak mencantumkan bagian abstrak apabila diperkirakan tidak perlu untuk memberi ringkasan cerita.

Bagian yang satu ini sifatnya tidak paten harus ada dalam penulisan cerpen, melainkan digunakan secara opsional sesuai dengan kehendak penulis. 2 Orientasi Orientasi merupakan tahap pengenalan yang berkaitan dengan munculnya tokoh dan latar cerita.

Bagian pengenalan tokoh berkaitan dengan peristiwa apa yang sedang dialami oleh tokoh utama. Pada tahapan pengenalan tokoh ini akan ditunjukkan bagaimana karakter dari pemeran utama tersebut.

Bagian lain dari orientasi adalah pengenalan latar waktu dan suasana atas peristiwa yang ada dalam cerpen. Fungsi dari latar dalam cerita pendek adalah untuk membuat suasana semakin hidup, sehingga pembaca bisa terhanyut di dalamnya. Selanjutnya fungsi dari bagian orientasi adalah untuk menunjukkan watak tokoh, baik secara psikis maupun fisik. Orientasi merupakan bagian yang wajib ada di dalam cerpen, sebab merupakan struktur awal untuk membangun suasana. Orientasi pada cerpen motivasi memuat hal yang sedang dialami oleh tokoh utamanya di awal cerita.

Di samping itu, akan ditunjukkan pula bagaimana karakteristik dari tokoh tersebut. Bagian ini juga akan menunjukkan awal mula hal-hal yang memicu permasalahan bisa terjadi pada tokoh.

3 Komplikasi Tahapan munculnya permasalahan dalam sebuah cerita pendek akan ditunjukkan pada bagian komplikasi. Bagian ini akan menunjukkan bagaimana sang tokoh utama di dalam cerpen akan menyikapi konflik yang dihadapi dalam kisah tersebut.

Komplikasi ini bermula dari mulai munculnya bibit permasalahan yang dialami oleh tokoh utama. Selanjutnya, akan terjadi peningkatan konflik akibat adanya permasalahan tersebut hingga mencapai titik puncak atau biasa dikenal dengan istilah klimaks. Munculnya konflik pada cerpen motivasi bisa muncul dari pemikiran sang tokoh utama sendiri yang diperbesar dengan terlibatnya karakter lain. Konflik ini akan memunculkan gejolak di dalam batin sang tokoh utama yang digambarkan melalui latar suasana, sehingga bisa membuat pembaca merasa terbawa.

Ada pula konflik lainnya yang melibatkan secara langsung para tokoh di dalam cerpen. Pada konflik jenis ini biasanya akan dimunculkan tokoh penengah ketika permasalahan sudah mencapai titik klimaks. Peran dari tokoh penengah tersebut adalah untuk membantu meredam terjadinya konflik.

4 Evaluasi Evaluasi merupakan struktur cerpen yang berfungsi untuk mengarahkan konflik kepada penyelesaian. Saat konflik sudah mencapai klimaks, penulis akan mulai mengarahkan alurnya menjadi peredaman suasana. Hal tersebut dilakukan dengan cara mulai menunjukkan jalan keluar atas konflik tersebut. Pembaca bisa mulai menemukan tanda-tanda bahwa konflik akan segera menemui titik penyelesaian pada tahap evaluasi. Cara yang bisa dilakukan untuk mengupayakan solusi ini bisa dengan menghadirkan tokoh lain atau permainan karakter dari pemeran yang sebelumnya sudah ada.

Kehadiran tokoh lain sebagai penengah ini bisa dipilih oleh penulis apabila pemeran di dalam cerpen tersebut tidak terlalu banyak. Tokoh tritagonis ini akan berperan penting sebagai penengah apabila konflik yang diangkat merupakan perseteruan antara dua pihak. Evaluasi konflik dengan memainkan karakter para pemeran di dalam cerpen bisa dilakukan dengan membawa alurnya untuk mendalami pemikiran dari tokoh utamanya. Pada tahap ini, penulis bisa memfokuskan tahapan evaluasi pada pemikiran tokoh utama yang mencari jalan keluar atas konflik tersebut.

Cerpen motivasi bisa menggunakan kedua cara evaluasi tersebut bergantung pada latar suasana yang dibangun oleh penulis. Tahapan evaluasi ini bisa dibuat hanya sebatas gambaran singkat berisi klue bahwa konflik akan segera menemukan titik penyelesaian.

5 Resolusi Pada bagian resolusi ini konflik yang ada di dalam cerpen akan benar-benar menentukan titik penyelesaian. Konflik dalam cerpen akan terpecahkan secara keseluruhan, sehingga bisa menemukan titik penyelesaiannya.

Resolusi ini berisi pengungkapan fakta terkait permasalahan yang terjadi hingga pada solusi untuk menyelesaikannya. Semua permasalahan yang sudah dialami oleh tokoh di dalam cerpen tersebut akan segera berakhir karena solusinya sudah ditemukan.

Bagian ini merupakan tahapan yang cukup dramatis dalam cerpen setelah terjadinya konflik. Hal ini disebabkan karena para pembaca akan dimainkan sisi emosionalnya untuk menanggapi solusi atas konflik tersebut. Pembaca akan terpengaruh dengan suasana yang musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari ketika konflik tersebut dalam tahap pemecahan. Dalam pembuatannya sendiri, penulis harus mampu memberikan suasana tersebut, sehingga cerita yang disajikannya bisa mempengaruhi pembaca.

6 Koda Akhir sebuah cerpen akan ditandai dengan bagian koda yang merupakan struktur terakhir dari karya sastra ini. Penulis cerpen bisa menyampaikan pesan moral dari kisah yang diangkat melalui tahap koda atau dalam istilah lain dikenal sebagai reorientasi.

Koda memberikan pembaca suguhan nilai-nilai pembelajaran yang bisa dipetik dari cerita pendek tersebut. Bagian koda ini bersifat opsional, sehingga tidak selalu harus dicantumkan di dalam cerita pendek. Koda dalam cerpen bisa dibuat sesuai dengan struktur ending yang diinginkan oleh penulis. Apabila penulis menghendaki ending yang menggantung, maka koda ini tidak perlu dicantumkan. Namun, apabila penulis ingin pembaca merasa sudah menyelesaikan seluruh bagian cerpen tanpa rasa penasaran lagi, maka bagian koda ini diperlukan.

Dasar yang digunakan dalam sebuah cerita pendek berasal dari Imajinasi. Maka, menulis cerita pendek itu akan mudah, jika mengerti trik-trik yang digunakan untuk membangun cerita. Baca juga : 12 Ciri-ciri Cerpen Secara Umum dan dari Berbagai Sisi 5 Buku Yang Membuatmu Lebih Mengerti Tentang Cerpen 1. 13 Poin Menulis Cerpen Dalam buku 13 Poin Menulis Cerita Pendek ini Oleh @imperialJathee, kamu akan memahami tentang tips memilih tema, membuka cerita yang baik, membangun karakter, mengatur porsi dialog dan narasi yang seimbang, dan lainnya.

Grameds dapat beli buku ini dengan klik “Beli Buku” di bawah ini. 13 Poin Menulis Cerita Pendek 2. Kumpulan Cerpen Cerita di Balik Lirik Lagu Kumpulan Cerita Pendek Cerita Di Balik Lirik Lagu 3.

Kumpulan Cerita Pendek Cinta dan Sosial Media 4. Sepulus Meretas Batas: Kumpulan Puisi dan Cerita Pendek 5. Kiat Menulis Cerita Pendek Kiat Menulis Cerita Pendek Kumpulan Contoh Cerpen 1. Contoh Cerpen Motivasi : Mimpi Sang Dara Mimpi Sang Dara Pagi menjelang saat seorang gadis yang biasa dipanggil dengan nama Dara mulai menjerang air untuk membuat segelas teh panas.

Dara, ialah gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi. Dara merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya.

Namun sayangnya Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda, sehingga merasa diacuhkan bahkan saat berada di istana mewah tersebut. Kedua orang tua Dara selalu mengacuhkannya karena merasa tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya mungkin saja malu mempunyai adik dengan kondisi seperti Dara. Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman.

Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang untuk menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya. Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, namun tidak ada seorangpun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya.

Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, berniat menenangkan diri. Saat sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan namanya, yaitu Hana.

mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing. Tiba-tiba Hana Berkata, “ Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia.

Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara.” lalu, akhirnya gadis itu berpamitan pada Dara.

Semenjak pertemuannya di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. Dara berpikir bagaimana ia bisa seutuhnya menerima dirinya ketika orang di dekatnya tidak mendukungnya sama sekali.

Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan, meskipun seringkali ia menangis ketika teringat kenyataan bahwa ia hanyalah seorang gadis yang diacuhkan. Hal yang dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut. Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di dalam pameran besar. Hal yang dilakukan Dara untuk memulainya adalah rajin membuat lukisan.

Kesibukan tersebut juga dilakukan Dara untuk tidak memikirkan mengenai dirinya yang selalu diacuhkan dan mulai memahami perkataan Hana. Perlahan mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering memposting lukisannya melalui media sosial. Hingga suatu hari ada seseorang datang ke rumah Dara untuk menemui gadis itu guna mengajaknya untuk bergabung di dalam sebuah pameran lukisan.

Kedua orang tua Dara terperangah mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya tersenyum melihat respon kedua orang tuanya dan memilih menerima tawaran pameran tersebut.

Berbagai lukisan indah dipajang dalam pameran yang diberi tema Mimpi Sang Dara. Orang tua Dara menghadiri pameran tersebut dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini diacuhkannya. Sementara Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkan apa yang dimiliki. 2. Contoh Cerpen Lucu: Teman Yang Baik Teman yang Baik Rina dan Dini dikenal sebagai sahabat baik yang populer di sekolah.

Meskipun berbeda kelas, tapi mereka selalu menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak ada yang meragukan eratnya persahabatan di antara mereka. Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka.

Rina merupakan seorang siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama Dini. Sedangkan Dini cenderung seperti seorang pembual yang hobi memamerkan barang-barang milik Rina. Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu pemenang.

Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal. Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah.

Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat voucher yang tersisa. Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih voucher belanja dengan nominal paling rendah kemudian berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat anaknya.

Hal ini membuat Dini terkejut dan menganggapnya bodoh. Dini kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia bawa. Ia meminta Rina untuk mengambil salah satu uang yang ia sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil uang dengan nominal paling rendah.

Keesokan harinya Dini bercerita kepada teman-temannya tentang kebodohan Rina. Untuk membuktikannya, Dini memanggil Rina ke hadapan teman-teman kelasnya. “Hai, Rin, aku ada uang nganggur nih. Kamu pilih yang mana? Aku kasih buat kamu.” Dini menyodorkan uang sejumlah Rp10.000 dan Rp20.000 kepada Rina.

Rina pun mengambil Rp10.000 dari Dini. Dini dan teman-temannya tertawa dan mengatakan bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali. Beberapa teman Dini juga ikut-ikutan melakukan hal itu. Rina tetap diam dipermalukan seperti itu. Dan setiap kali dipaksa untuk memilih, ia selalu bersikap tenang dan memilih uang dengan nominal yang paling rendah.

Ia juga ikut tertawa ketika orang-orang menertawakannya. Hingga suatu hari ketika Dini memamerkan kebodohan Rina pada salah seorang kakak kelas terpopuler bernama Rifki dihadapan teman-teman kelasnya. Dini kembali menyodorkan uang, kali ini bernominal Rp50.000 dan Rp100.000, kepada Rina dan memintanya memilih. Lagi-lagi Rina memilih uang dengan nominal terendah. Semua orang tertawa, menertawakan Rina yang hanya tertunduk, kecuali Rifki.

Ia tertegun mengamati siapa sebenarnya yang sedang membodohi siapa. “Lihat, Kak. Teman baikku yang satu ini unik kan?” kata Dini kembali mulai mempermalukan Rina. “Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang dengan nominal tertinggi dari awal, maka kalian tidak akan mau bermain dengannya bukan? Cobalah kalian hitung berapa ratus ribu yang sudah kalian keluarkan cuma-cuma,” kata Rifki.

Dia pintar, memilih bersabar untuk mengambil keuntungan lebih. Jadi, sebenarnya siapa yang sedang membodohi siapa?” lanjut Rifki tertawa.

Semua orang terdiam mendengar penjelasan dari Kak Rifki. Seketika mereka merasa telah melakukan hal bodoh yang sia-sia. Sedangkan Rina tersenyum memandang Kak Rifki yang berbalik menertawakan Dini dan teman-temannya.

Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik itu selalu ada memberikan tambahan penghasilan tak terduga meski harus dibayar dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa, setiap perbuatan pasti ada bayarannya dan perbuatan Dini dibayar dengan uang serta rasa malu. 3. Contoh Cerpen tentang Kehidupan Andi adalah seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika di salah satu Perguruan Tinggi favorit di Jogjakarta.

Setiap hari ia bertemu dengan aku di kampus. Suatu hari, dia bercerita kepadaku tentang masalah hidupnya. Dia berpikir kalau orang lain selalu terlihat senang dan bahagia terlepas dari masalah yang dialami dalam hidupnya.

Mereka terlihat seperti orang-orang yang tak memiliki beban di pundaknya. Namun anehnya, Andi merasa tidak terlalu suka saat melihat temannya tersenyum bahagia. “Haikal, kok aku aneh ya selalu merasa bahwa kehidupan orang lain selalu baik-baik aja bahkan kelihatan seperti tidak punya masalah, beda banget sama kehidupan aku yang rasanya kayak punya banyak beban terus aku juga merasa tidak bisa bahagia.” Kata Andi waktu itu.

Pada waktu itu juga aku mengatakan kepada Andi bahwa setiap orang memiliki permasalahan dan beban hidup yang ditanggung di pundaknya. Tentunya masing-masing beban hidup yang dialami setiap orang pasti berbeda-beda. Jika beban hidupmu selalu dibandingkan dengan orang lain maka percayalah bahwa semua itu akan semakin berat. Yang selama ini dipikirkan Andi tentang orang lain tidak semuanya benar.

Padahal dia sendiri tidak tahu betul bagaimana kondisi orang lain yang menurutnya selalu baik-baik saja bisa jadi kebalikannya, serta perjuangan orang-orang untuk menenangkan dirinya sendiri. Bisa saja mereka telah berhasil melalui masa-masa terberat dalam hidupnya. Setelah itu, dia hanya terdiam merenungi perkataanku. Dia memikirkan apa yang aku katakan saat itu. Meskipun terkadang menasehati orang lain tidak semudah menasehati diri sendiri. Terkadang aku sendiri masih suka membanding- bandingkan diri dengan orang lain.

Waktu dulu aku juga pernah merasakan seperti di posisi Andi saat ini. Saat itu juga ada yang menasehati aku bahwa Tuhan selalu memberikan beban masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing orang.

Oleh karena itu respon dari orang-orang pun juga berbeda-beda, terkadang ada yang merasa dibebani ada juga yang tidak. “Tuhan tahu seberapa kuat kita untuk bisa menghadapi masalah yang diberikan oleh-Nya, maka dari itu kalau soal porsi jangan ditanyakan ya, karena kita tahu kalau Tuhan itu memang Maha Adil,” ujar seseorang kepadaku.

Mulai saat itu aku mulai introspeksi perihal diriku sendiri. Aku berusaha untuk menyelesaikan segala permasalahan yang menimpaku dengan hati yang lapang. Karena dengan begitu aku bisa menjadi bahagia. Aku juga tidak perlu membandingkan diriku dengan orang lain. Aku hanya perlu membandingkan diriku dengan aku yang kemarin. Maka dari itu aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik hingga saat ini.

Aku juga percaya jika setiap masalah yang menimpaku nantinya bisa menjadi pelajaran dalam hidupku. Karena selalu ada hikmah yang bisa aku ambil dari setiap suka dan duka ku. Yang membuat aku selalu yakin adalah setiap permasalahan ini datang dan dirancang oleh-Nya. 4. Contoh Cerpen Anak : Ied Adha Bersama Teman-Teman Mengingat betapa banyaknya cerita yang beredar di media sosial, bisa dipastikan jadi tantangan tersendiri buat kamu yang mau tahu lebih banyak perihal cerita anak.

So, di bawah ini adalah contoh cerita anak yang kami sajikan. Contoh 1 : Ied Adha Bersama Teman-Teman Beberapa hari ini, sekolah sedang ramai perbincangan hari raya kurban.

Kata Ustazah, hari raya kurban adalah hari rayanya umat Islam. Hari raya kurban adalah hari raya pemotongan kambing. Aku senang saat hari raya kurban. Ada banyak sekali kawan-kawan di sekolah. Karena saat hari raya kurban, banyak peristiwa di sekolah kami yang menyenangkan. Biasanya, ustadzah menceritakan hari raya kurban di masa lalu. Aku dan teman-teman selalu senang mendengarkan beliau cerita. Kata Ustadzahku, dahulu Nabi Ibrahim As sudah tua usianya dan baru dikarunia anak.

Namun, sayangnya begitu memiliki anak bernama Ismail, Allah datang lewat mimpi dan menyuruh Nabi Ibrahim menyembelihnya. Karena Nabi Ibrahim sangat taat pada Allah SWT, akhirnya menceritakan mimpinya pada nabi Ismail. Ismail pun bersedia untuk disembelih.

Namun, begitu pisau menyentuh leher Ismail langsung berubah menjadi kambing. Sejak saat itulah dirayakan hari raya kurban. Ada hal lain yang membuatku senang ketika hari raya kurban. Salah satunya adalah membeli kambing. Di sekolah kami menabung setiap.hati dan uangnya dikumpulkan. Saat hari raya kurban, uangnya digunakan untuk membeli kambing.

Kami ramai-ramai ke penternakan untuk membeli kambing. Di penternakan ada banyak sekali macam kambing. Kambing-kambing makan rumput dan mempunyai kaki empat. Terkadang, kambing bersuara dan aku sangat senang mendengarnya. Setelah membeli kambing, kami kembali ke sekolah. Kambing-kambing juga ikut ke sekolah dan keesokan harinya siap disembelih. Aku melihat kambing yang disembelih. Ada banyak darahnya dan bau. Daging kambing dipisahkan dari kulitnya.

Kemudian dibungkus dan dibagi-bagikan ke orang-orang. Aku dan teman-teman ikut membagikan daging kambing. Aku juga ketemu teman baru, namanya Naya. Naya sudah tidak memiliki Ayah dan Ibu. Tapi, Naya sudah menjadi temanku. Sejak menerima daging dariku dan dibawanya pulang untuk dimasak bersama neneknya, Naya jadi berterima kasih.

Sejak saat itu, Naya jadi selalu baik hati. Bahkan ia menolong saat terjatuh. Nah! Kata Naya, dagingnya di sate. Naya senang sekali karena sudah lama tidak makan sate. Kalau aku dagingnya diolah jadi sup. Ibu suka sekali membuatkan aku sup. Saat hari raya idul kurban, Naya ikut ke rumahku dan makan sup bersama. 5. Contoh Cerpen Anak : Bilang Dulu Sebelum Pinjam Contoh 2 : Bilang Dulu Sebelum Pinjam Di suatu sekolah, ada anak bernama Arkhan.

Arkhan adalah anak kelas TK besar dan sering membuat Bu guru marah. Karena sering membuat Bu guru marah, Arkhan sering dipanggil tetapi tidak dimarahi. Arkhan sering meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga sering membuat teman-teman menangis. Arkhan selalu begitu dan tidak pernah kapok. Beberapa barang juga diambil oleh Arkhan. Arkhan juga terkenal sering kabur-kaburan. Pada suatu hari saat pulang sekolah, Arkhan belum dijemput oleh ibunya. Kalau belum dijemput, maka belum boleh pulang.

Tetapi, Arkhan sering berlari dan bersembunyi. Arkhan menghindari Bu guru dan selalu berkeliling halaman sekolah yang luas. Seperti biasanya, Bu guru mencari Arkhan ke setiap sudut ruangan. Namun, Arkhan tidak ditemukan. Biasanya Arkhan bermain di taman. Begitu Bu guru kesana, Arkhan tidak ada. Sudah beberapa tempat dikunjungi, tapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Arkhan. Akhirnya, Bu guru pun kelelahan dan ia istirahat di aula. Suasana segar dari angin yang keluar di kipas membuat Bu Guru tidak menyadari kalau Arkhan ada di sana.

“Bu Guru!” Arkhan menghambur ke arah Bu guru dan memeluknya. “Arkhan kaku dari mana aja? Ibu nyariin kamu ternyata ada di sini?” Ucap Bu Guru. “Iya Bu, soalnya aku masih nungguin jemputan Ibu.” jawab Arkhan.

“Iya, lain kali bilang dulu sama Bu guru, ya! Jadinya ibu nggak nyariin kamu.” “Baik bu.” Jawa Arkhan. Setelah itu, Arkhan dan Ibu guru pun ke ruang tunggu penjemputan dan Arkhan bermain beberapa puzzle. Arkhan sangat suka bermain puzzle terlebih musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari panda milik Humaira, temannya yang dibawa akhir-akhir ini.

Humaira juga belum pulang, masih menunggu jemputan. “Mas Arkhan dijemput!” Suara Bu guru menggelegar. Sontak dengan senang hati, Arkhan pun langsung menghambur ke arah ibunya, dan mereka pun pulang. Tinggal Humaira dan beberapa teman lainnya yang belum dijemput.

Mereka masih bermain beberapa mainan. Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara Bu guru. “Mba Humaira Dijemput!” Humaira yang terbiasa rapi pun membereskan mainannya.

Namun, ada satu yang mengganjal. Humaira mulai mondar-mandir ke sana kemari, lalu tidak lama kemudian ia mewek. Tangisnya pun pecah, membuat heboh seisi ruangan. “Panda Dede nggak ada….” Ucap Humaira sambil menangis. “Panda yang mana?” tanya Bu guru. Tapi, Humaira semakin menangis dan semakin kencang tangisannya.

Semakin membuat orang bingung, apa yang dimaksud panda miliknya? “Itu bu, tadi Humaira bawa Puzzle panda. Tapi puzzlenya dipinjem sama Arkhan.” ucap Aurel, salah satu anak yang belum dijemput juga. Bu guru pun bertanya, “Sama Arkhan puzzlenya ditaruh di mana?” “Nggak tau.” Jawa Aurel. Pun pada akhirnya semua yang ada di ruangan mencari puzzlenya Humaira yang bergambar panda, tetap tidak ditemukan.

Hanya ada satu kemungkinan, bisa jadi puzzle itu ikut Arkhan pulang. Akhirnya, Bu guru pun menghubungi Ibunya Arkhan. “Oh iya Bu, maaf yaa puzzlelnya kebawa sama Arkhan. Nanti segera saya antarkan.” Ucap Ibunya Arkhan dari seberang telepon. Pada akhirnya, telepon pun ditutup. Menunggu hingga setengah jam, dua orang bertubuh tinggi dan kecil datang dari arah gerbang. “Itu Arkhan, Bu!” Teriak Aurel dari dalam ruang tunggu jemputan. Akhirnya Arkhan un mengembalikan puzzle milik Humaira yang sudah mulai berhenti menangis.

“Arkhan, kenapa kamu bawa puzzlenya Humaira?” Tanya Bu guru. “Anu itu Bu, aku nggak tau musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari tiba-tiba ada di tasku.” Jawab Arkhan. Bu guru menghela napas. Sudah biasa terjadi, Arkhan sering membawa pulang benda-benda di sekolah yang menurutnya menarik. Bahkan tempo lalu ia pernah membawa kabel.mic yang didapat dari lemari kantor sekolah.

“Arkhan kamu harus minta maaf sama Humaira.” ucap Aurel. “Kenapa aku harus minta maaf? Kan puzzlenya sudah aku kembalikan?” “Soalnya kamu udah bikin Humaira nangis. Iya kan, Bu?” Kepala kecil nan mungil itu mendongak ke arah wanita yang lebih tinggi darinya. “Nggak mau!” Arkhan melipat tangannya dan membuang muka dari Humaira.

Humaira pun menangis lagi. “Tuh, kan! Humaira jadi nangis lagi. Arkhan, sih!” “Arkhan, ayo minta maaf nak.” ucap Ibunya. Arkhan masih kekeuh tidak mau minta maaf, masih dalam posisinya semula. “Arkhan, kamu suka apa?” Tanya Ibu Guru. “Mobil.” Jawab Arkhan. “Arkhan punya mobil-mobilan di rumah?” “Punya.” “Nah!

Sekarang, ibu guru main ke rumah Arkhan. Trus ibu guru minjem mobil-mobilannya Arkhan buat mainan. Tapi, mobil-mobilannya ibu bawa pulang, bagaimana?” “Loh! Kok dibawa pulang? Itu kan punya Arkhan, Bu! Bu guru mau mencuri, ya!” “Nah! Itu tau. Berarti, kalau kamu minjem mainannya Humaira tapi nggak bilang-bilang sama aja dengan mencuri, kan?”m tanya ibu guru.

Arkhan terdiam. Sekali lagi, dibujuknya Arkhan untuk minta maaf. Akhirnya, mau tidak mau Arkhan pun luluh juga meski masih sedikit kelihatan sewot. “Ya deh iya! Aku minta maaf! Tapi besok aku pinjam puzzlenya lagi, ya!” Ucap Arkhan. “T-tapi kalo mau pinjam bilang dulu, Arkhan.” Sahut Aurel.

“Ya iyalah kan aku udah tau.” Jawab Arkhan. Setelah kejadian di hari itu, keesokan harinya Arkhan pun selalu bilang saat hendak meminjam barang.

Bukan hanya itu saja, Arkhan juga jadi lebih hati-hati dalam bertindak sehingga tidak melukai hati teman-temannya. Dengan begitu, Arkhan pun jadi punya banyak teman. Sekarang teman-teman sudah tidak takut lagi saat bergaul dengan Arkhan. Berbeda pada saat dulu, pasti banyak yang takut dekat dengan Arkhan karena Arkhan terkenal nakal.

Mereka juga cenderung menjauh supaya bisa menghindari barang-barangnya hilang karena dicuri oleh Arkhan. Namun, karena sudah minta maaf sama Humaira, keesokan harinya Aurel bilang ke teman-teman kalau Arkhan sudah menjadi baik.

Meski beberapa teman masih ada yang takut, Aurel tetap meyakinkannya supaya mau berteman baik dengan Arkhan. Pada akhirnya semua teman-teman jadi mau bergaul dan bergabung dengan Arkhan. 6. Contoh Cerpen Pendidikan: Pendidikan yang Aku Tunggu Pendidikan yang Aku Tunggu Pendidikan, sebuah kata yang seharusnya bisa dirasakan oleh setiap orang terutama bagi anak-anak. Namunm pada kenyataannya tak semua orang bisa merasakan pendidikan di sekolah, salah satu penyebabnya adalah harus mencari rezeki.

Bagus, itulah nama panggilanku dan aku satu dari sekian banyak yang tak bisa merasakan apa itu arti bersekolah. Usiaku saat ini 10 tahu, kata teman-temanku, “seharusnya akus sudah kelas 4 atau 5 SD”, tetapi karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan aku harus mencari rezeki demi bisa memenuhi kebutuhan hidup aku dan adikku yang masih berusia 5 tahun.

Aku dan adikku hanya tinggal di rumah berukuran 4×4 meter persegi dan itu pun milik orang lain. Tak pernah terbayangkan oleh diriku apabila tak ada rumah ini, mungkin saja aku dan adikku harus tidur di depan ruko yang setiap malam harus melawan dinginnya malah atau hujan.

Pada suatu waktu, malam hari terasa lebih dingin, kami berdua tak memiliki selimut dan hanya mempunyai satu sarung, kemudian sarung itu kuberikan kepada adikku.

Orang tua kami sudah lama meninggal dunia karena motor yang dikendarai oleh ayahku jatuh disaat hujan sedang turun dengan deras. Kedua orangtuaku sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi apa hendak dikata, orangtuaku meninggal dunia dan aku yang mendengar kabar itu merasakan sedih yang mendalam. Hingga akhirnya di tahun ketiga, aku dan adikku mendapatkan pembiayaan sekolah sampai lulus SMA dari lembaga pendidikan pemerintah.

Setelah mendengar kabar seperti itu, aku pun merasa senang karena bisa merasakan bersekolah dan bertemu dengan teman-teman baru. Tak hanya sampai disitu. Aku sangat merasa bahagia karena adikku tercinta bisa menempuh pendidikan yang layak dan kami berdua belajar dengan sungguh-sungguh.

Sejak saat itulah aku dan adikku mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat, bahkan aku juga berhasil melanjutkan pendidikan sarjana dengan beasiswa yang aku peroleh. Jadi, selalu percayalah bahwa kelak suatu saat nanti, hal yang kita inginkan bisa tercapai dan kita bisa bahagia. 7. Contoh Cerpen Persahabatan: Persahabatan yang Tak Akan Pernah Luntur Persahabatan yang Tak Akan Pernah Luntur Surat ini kutuliskan untuk sahabatku yang Bernama Jasmine yang sudah berpindah ke luar kota.

Dengan ditulisnya surat ini, aku berharap agar persahabatan kita terus terjaga walaupun dipisah jarak yang cukup jauh. Kisah persabahatanku dengan Jasmine dimlai sejak kami masuk SMP. Pada saat itu, aku dan dia baru berkenalan ketika aku ingin pingsan di jam olaharaga.

Sebelum pingsan, Jasmine bertanya padaaku, “ kamu terlihat lemas, apakah kamu perlu kupanggil guru agar segera dibawa ke UKS?” aku yang berusaha untuk tetap kuat kemudian menjawab, “tidak perlu, aku masih kua untuk mengikuti jam olahraga.” Jasmine yang merasa kalau diriku benar-benar sedang tidak sehat, kemudian memanggil guru untuk memberitahukan bahwa Putri sepertinya akan pingsan. Tanpa berlama-lama, guru olahraga segera membawa Putri ke ruangan UKS agar bisa beristirahat.

Setelah masuk ke ruang UKS, aku merasa sudah lebih baik dan tahu kalau penyebab ingin pingsan adalah karena belum sarapan di pagi hari. Sesampainya kembali ke kelas, aku sangat berterima kasih kepada Jasmine karena sudah memberitahukan kepada guru kalau aku bisa saja pingsan.

Tanpa Jasmine, mungkin aku akan pingsan. Kami berdua pun pulang bersama naik angkutan umum yang sama karena tanpa diduga rumah kami searah. Tiga tahun sudah aku dan Jasmine memiliki tali persabahatan dan kami selalu berbagi cerita sedih atau bahagia. Setelah kami berdua lulus dari SMP, Jasmine bersama orangtuanya pindah ke luar kota.

Mendengar kabar itu, aku sedih karena akan sulit untuk bertemu langsung dengan Jasmine. Meskipun sudah alat komunikasi canggih, tetapi rasanya akan kurang kalau tidak bisa berbagi cerita secara langsung. Tak terasa juga, aku sudah hampir selesai menempuh pendidikan SMA, sehingga aku berinisiatif untuk menulis surat kepada Jasmine.

Pada bagian akhir surat itu, aku menulis, “apakah kita bisa bertemu kembali di universitas yang sama?” 8. Contoh Cerpen Singkat: Hadiah dari Ayah Hadiah dari Ayah Ketika sudah memasuki Sekolah Dasar (SD), ayah selalu berjanji kalau aku mendapatkan rangking 10 besar akan diberikan hadiah. Namun, saat pertama kali aku kelas 1 SD tak pernah mendapatkan rangking 10 besar, sehingga aku gagal mendapatkan hadiah. Melihat keadaaku yang murung, ayah memberikanku sebua motivasi untuk tidak menyerah dan selalu belajar agar bisa mencapai rangking 10 besar dan hanya berada di 15 besar saja.

Masuk tahun ajaran baru dan aku naik ke kelas 2 SD, di kelas ini, aku selalu ingat dengan motivasi ayah agar rajin belajar. Kemudian aku terus belajar agar bisa masuk ke 10 besar, tetapi ketika belajar aku selalu merasa lelah karena sudah belajar di sekolah dan belajar lagi di rumah. Bahkan, aku seperti merasa sia-sia ketika sudah belajar dengan sungguh-sungguh karena tetap belum bisa masuk ke 10 besar. Tak pernah berhenti, ayah selalu berusaha mengingatkanku untuk terus semangat dan tidak pernah menyerah.

Ayah berkata, “coba kamu lihat waktu kelas satu kamu sudah berhasil mencapai 15 besar, kini di kelas 2 SD, kamu sudah naik ke peringkat 12 besar itu tandanya usaha kamu tidak sia-sia.” Aku yang mendengarkan perkataan ayah menjadi lebih semangat untuk melakukan belajar kembali di rumah. Ketika semester pertama di kelas 3 SD, aku sangat senang karena berhasil masuk ke 9 besar.

Ayah mendengar kabar itu sangat senang dan tak lupa dengan janjinya ketika pertama kali aku masuk SD.

“Anak ayah memang hebat, kamu mau hadiah apa karena sudah berhasil masuk ke 9 besar?” “Aku ingin hadiah mainan robot-robotan yang kemarin kita lihat di mall.” “Berarti hari minggu besok, kita pergi ke mall untuk beli robot-robotan.” Setelah mendapatkan hadiah, akhirnya aku mengerti bahwa berjuang dengan sungguh-sungguh pasti akan ada hasilnya. Jadi, itulah beberapa contoh cerpen yang bisa dibaca atau diceritakan kepada anak-anak.

Pada dasarnya cerita anak menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan tidak mengangkat kisah yang rumit. Terlebih saat tahu temanya tentang kebaikan dalam kehidupan. Anak jadi semangat berbuat kebaikan. Selain itu, penggunaan kaidah bahasanya juga mudah dipahami oleh anak-anak. Biasanya cerita anak dibaca saat hendak menjelang tidur atau ketika sedang ada pelajaran di kelas TK.

Beberapa kisah anak yang populer juga sangat banyak tersedia. Ada banyak sekali buku kumpulan cerpen terbaik yang bisa kita baca, salah satunya buku Kumpulan Cerita Pendek Cerita Di Balik Lirik Lagu oleh Suprihadi, S.Pd. Penulis mencoba menghadirkan cerita-cerita pendek dengan latar belakang kampus serta mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia sebagai pelaku cerpen. Grameds bisa menggali cerpen dalam buku tersebut dan juga membelinya dengan klik “Beli Buku” di bawah ini.

1 Abstrak 2 Orientasi 3 Komplikasi 4 Evaluasi 5 Resolusi 6 Koda Artikel terkait dengan “Contoh Cerpen” : • Contoh Puisi • Ciri-ciri Cerpen • Perbedaan Cerpen dan Novel • Pengertian Unsur Ekstrinsik dalam Novel dan Cerpen • Cara Membuat Cerpen • Contoh Cerita Anak Fiksi Pengantar Tidur • Pengertian Cerita Fiksi • Contoh Cerita Non Fiksi • Kalimat Tidak Efektif: Pengertian, Ciri-ciri, Unsur dan Contohnya • Cara Membuat Resensi Buku Dan Contohnya • Pengertian Opini: Ciri-Ciri, Jenis, hingga Cara Membuatnya • Pengertian Proposal: Fungsi, Jenis, Tujuan dan Manfaat • Apa itu Pokok Pikiran?

Fungsi, Ciri, dan Cara Menentukannya Recent Post • Cara Mengirim Artikel Ke Koran Tribun yang Perlu Kamu Tahu Mei 6, 2022 • Cara Membuat Contoh Proposal Bisnis Plan yang Baik dan Benar Mei 6, 2022 • 8 Rekomendasi Spidol Kain Terbaik untuk Melukis Mei 6, 2022 • Tips Membangkitkan Semangat Kerja & Penyebab Semangat Kerja Menurun Mei 6, 2022 • 70 Ucapan Selamat Idul Fitri Lengkap Mei 6, 2022 • Menu Sahur Enak, Mudah, dan Praktis Mei 6, 2022 • 5 Contoh Surat Pengunduran Diri Mei 6, 2022 • 11 Cara Menghilangkan Ngantuk Secara Efektif Mei 6, 2022 • Menghilangkan Bau Ketiak Secara Efektif Mei 6, 2022 • Rekomendasi Buku Hijrah Muslimah Mei 6, 2022 Jenis-Jenis Usaha Jasa – Segala cara akan kita lakukan demi mendapatkan penghasilan, tentunya dengan cara yang baik.

Banyak ide usaha yang memudahkan urusanmu soal keuangan. Sebelum memikirkan ide tersebut cari tahu lah dari dalam dirimu sendiri, apa keahlian kamu, apa yang bisa kamu kerjakan. Untuk membangun sebuah usaha perlu dipersiapkan secara matang terkait usaha yang ingin dijalani agar hasilnya maksimal. Persiapan tersebut mulai dari modal. Modal usaha tersebut tergantung dari usaha apa yang ingin dibangun. Seperti usaha jasa, modal utama dari usaha jasa adalah keahlian diri sendiri. Jika kamu memiliki passion atau keahlian pada bidang tertentu, tentunya kamu pasti tahu usaha apa yang ingin kamu bangun.

Daftar Isi • Pengertian Usaha Jasa • Pengertian Usaha Jasa Menurut Ahli • 1. Djaslim Saladin • 2. Norman • 3. Adrian Payne • 4. Christian Gronross • 5. Philip Kotler • Anda Mungkin Juga Menyukai • Karakteristik Usaha Jasa • Produk tidak berwujud • Kegiatan utamanya menjual jasa • Harga jasa tidak pasti • Tidak ada harga pokok • Jenis-Jenis Usaha Jasa • 1.

Jasa Transportasi • 2. Jasa Pelayanan Kesehatan • 3. Jasa Pendidikan • 4. Jasa Penulis • 5. Jasa Editor • 6. Jasa Fotografi dan Videografi • 7. Jasa Servis Elektronik • 8. Jasa Desain Grafis • 9. Jasa Keuangan • 10. Jasa Pariwisata • Tujuan Usaha Jasa • Kesimpulan Pengertian Usaha Jasa Usaha jasa adalah perusahaan komersial yang terdiri dari individu ataupun kelompok, memiliki ahli pada suatu bidang tertentu yang tugasnya menyelesaikan tugas untuk kepentingan pelanggan.

Produk yang diberikan dari usaha jasa bukanlah benda yang berwujud, tetapi suatu tenaga kerja keahlian untuk diberikan kepada pelanggan. Dalam usaha jasa juga mengutamakan kepuasan pelanggan. Namun, hal ini berbeda dengan usaha lainnya. Kepuasan pelanggan didapatkan dari hasil kinerja yang kita berikan kepada pelanggan. Untuk mendapatkan kepuasan pelanggan tersebut kita harus dapat menyelesaikan tugas sesuai permintaan mereka. Selain itu, kunci agar usaha ini lebih banyak dikenal orang adalah melalui testimoni pelanggan.

Testimoni ini berupa kepercayaan pelanggan atas pengalaman pelayanan yang diberikan. Karena usaha ini tidak memberikan produk yang berwujud maka usahakan untuk memaksimalkan kinerja agar pelanggan puas dan kembali lagi, atau bahkan mengusulkan usaha jasa kamu kepada teman-temannya. Pengertian Usaha Jasa Menurut Ahli 1. Djaslim Saladin Menurut Djaslim Saladin, usaha jasa merupakan usaha yang melakukan kegiatan tidak berwujud, dan tidak menghasilkan kepemilikan kepada pihak konsumen.

2. Norman Menurut Norman, usaha jasa adalah usaha yang melakukan tindakan berupa musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari antara produsen dan konsumen yang nilainya lebih dari sekadar hasil.

3. Adrian Payne Menurut Adrian Payne, usaha jasa adalah usaha yang melakukan aktivitas kegiatan ekonomi yang memiliki manfaat nilai atau manfaat tidak berwujud, di mana terdapat interaksi dengan konsumen atau barang yang tidak menghasilkan transfer kepemilikan. 4. Christian Gronross Menurut Christian Gronross, usaha jasa merupakan usaha yang dalam kegiatannya terdiri dari serangkaian aktivitas tidak berwujud antara pegawai jasa dan pelanggan untuk mengatasi suatu masalah.

Mengelola Perusahaan Jasa Profesional Karakteristik Usaha Jasa Produk tidak berwujud Perusahaan jasa tidak menawarkan produk yang berwujud, tetapi hanya berupa nilai.

Nilai ini memiliki manfaat yang diberikan untuk pelanggan. Kegiatan utamanya menjual jasa Sesuai dengan pengertian yang telah dipaparkan, usaha jasa hanya menjual dan menawarkan jasa dari pegawai jasa.

Jasa tersebut dapat berupa tenaga, pikiran, dan teknik-teknik khusus lainnya. Harga jasa tidak pasti Harga yang ditawarkan dari satu produk jasa tidak bisa disamakan dengan jasa yang lain. Hal ini berkaitan dengan keahlian pegawai jasa dan kebutuhan konsumen. Tidak ada harga pokok Karena usaha ini tidak menjual barang fisik maka usaha ini tidak memerlukan harga untuk bahan baku.

Dalam laporan keuangannya tidak bisa dilihat dan dihitung dari harga pokok penjualan. Tetapi harga jasa biasanya tercipta dari hasil jasa yang telah diberikan, dan jam terbang yang tinggi.

Untuk lebih memahami sistem akuntansi yang ada pada perusahaan jasa dan dagang, Grameds juga bisa membaca buku AKuntansi Sektor Jasa & Dagang Untuk Usaha Kecil & Menengah yang juga berisikan berbaga contoh dan pembahasan yang dapat membantu kamu untuk lebih memahaminya dengan lebih mudah.

Jenis-Jenis Usaha Jasa Ada beberapa jenis usaha yang mungkin cocok dengan kamu. Tetapi hal ini harus disesuaikan dengan keahlian masing-masing.

Penasaran ada jenis usaha apa saja? Yuk Grameds, mari simak ulasan berikut! 1. Jasa Transportasi Transportasi merupakan suatu cara untuk mengangkut dan memindahkan barang atau manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Semua aspek kehidupan memerlukan transportasi, mulai dari bidang ekonomi, politik, pertahanan, keamanan, dan lain-lain. Jasa transportasi ini dibagi menjadi tiga yaitu, transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara.

Ketiga bagian tersebut tentunya memiliki kendaraan yang berbeda juga. Jasa transportasi darat berupa mobil, motor, bus, truk, dan kereta. Jasa transportasi laut berupa kapal dan perahu. Jasa transportasi udara berupa pesawat, jet, musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari helikopter. Kemudian, contoh jasa yang ditawarkan pada setiap transportasi pun berbeda.

Pada transportasi darat berupa taksi, ojek, angkutan umum bus dan angkot, kereta api (KRL, MRT, LRT), serta bus untuk perjalanan dalam atau luar kota. Lalu, transportasi laut memiliki jasa usaha berupa kapal laut.

Selanjutnya untuk transportasi darat memiliki jasa usaha pesawat terbang dengan beberapa maskapai penerbangan, serta sewa helikopter dan jet. Untuk mempelajari bagaimana sistem akuntansi yang ada pada jenis usaha jasa ini, Grameds dapat membaca buku Sistem Akuntansi Usaha Jasa Otomotif. 2. Jasa Pelayanan Kesehatan Jasa layanan kesehatan merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis, konsultasi medis, perawatan, serta pemakaian fasilitas medis yang diberikan oleh pihak rumah sakit dan unit dinas kesehatan terkait.

Tidak hanya rumah sakit, puskesmas dan klinik juga salah satu usaha jasa pelayanan kesehatan. Perbedaannya hanya pada kelengkapan fasilitas yang ada. Biasanya fasilitas lengkap terdapat di rumah sakit. Komunikasi Efektif dalam Keperawatan dan Layanan Kesehatan 3.

Jasa Pendidikan Jasa pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan jasa pendidikan ini ditentukan dari kualitas layanan yang diberikan kepada murid, mahasiswa, atau peserta didik. Kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari manusia yang baik juga. Jasa pendidikan tidak lepas dari sumbernya yaitu lembaga pendidikan yang menyediakan jasa pendidikan ini.

Maksudnya, jika peserta didik membeli jasa ini maka langsung berhadapan dengan penyedia jasanya Selain memberikan ilmu, jasa pendidikan juga hendaknya memberikan kenyaman selama proses belajar mengajar. Kenyaman dalam belajar adalah kunci agar peserta didik dapat menyerap ilmu dengan baik.

Tentunya kalian sudah tahu apa saja contoh dari jasa pendidikan. Mereka adalah guru dan dosen. Guru dapat meliputi guru sekolah dan juga guru les.

Manajemen Pendidikan 4. Jasa Penulis Penulis adalah pelaku kreatif yang menciptakan karya tulisnya seperti karya fiksi dan nonfiksi. Karya-karya tersebut tercipta dan terkembang dari ide, perasaan, dan pikiran penulis. Dalam era digital seperti ini penulis sangat dibutuhkan.

Banyak penulis yang menulis untuk website perusahaan, sosial media perusahaan, menulis sebuah produk iklan, dan lain-lain. Penulis dapat menjadi salah satu pilihan usaha jasa. Penulis sekarang tidak perlu mencetak tulisannya jika ingin dibaca oleh khalayak ramai. Dengan adanya internet dan beberapa platform yang tersedia, penulis bisa saja mengunggah tulisannya sendiri di blog pribadinya atau juga website perusahaan tempat ia bekerja.

Ada beberapa contoh dari jasa penulis meliputi, content writer yaitu orang membuat tulisan berupa artikel di blog atau website pribadi maupun perusahaan. Lalu, SEO writer yaitu penulis yang dapat memadukan konten tulisannya dengan teknik-teknik dari SEO ( Search Engine Optimization). Selanjutnya, ada copywriter yaitu orang yang mengerjakan penulisan untuk produk yang akan diiklankan. Beberapa contoh penulis tadi termasuk dalam penulis non fiksi. Lalu penulis selanjutnya adalah penulis novel dan cerpen, seperti yang kalian tahu penulis novel dan cerpen ini biasanya memiliki cetakan bukunya sendiri, atau juga dapat mengunggah di platform tertentu.

Setelah itu ada penulis naskah skenario, penulis ini menawarkan jasanya untuk dunia perfilman. Naskah yang ia tulis nantinya akan diangkat ke sebuah film. Ingin Jadi Penulis Belajar dari Penulis Best Seller 5.

Jasa Editor Dalam setiap proyek di dunia kreatif tentunya kita memerlukan jasa dari seorang editor. Editor atau penyunting adalah seorang bertanggung jawab memastikan dan memperbaiki suatu proyek agar tidak terjadi kesalahan ketika ingin mempublikasikannya. Editor di sini tidak hanya untuk pekerjaan penulis saja, namun editor di sini juga untuk pekerjaan dalam dunia perfilman, maupun fotografi. Karena memiliki peran penting editor adalah seorang yang terlibat dalam semua aspek yang dikerjakan di suatu proyek tersebut.

Ada beberapa contoh jasa editor yaitu, copy editor (penyunting naskah, ejaan, data, dan lain-lain), lalu editor film, editor foto, dan ada juga editor suara. 6. Jasa Fotografi dan Videografi Kedua usaha jasa ini bergerak pada bidang yang sama yaitu industri kreatif, sama seperti usaha penulis dan juga editor. Meskipun jasa fotografi dan videografi terdengar mirip, namun teknik yang digunakan tetap berbeda. Jasa fotografi menawarkan jasa dengan keahliannya memotret suatu benda mati maupun hidup yang hasilnya dapat digunakan untuk kepentingan pribadi dari konsumen atau juga digunakan sebagai kepentingan perusahaan.

Untuk jasa videografi hampir sama dengan fotografi, tetapi seperti yang kita tahu videografi lebih pada teknik pengambilan video, pergerakan kamera hingga menghasilkan video yang layak sesuai dengan permintaan pelanggan. Kedua jasa ini dibantu dengan editor foto dan videonya masing-masing. Biasanya fotografer atau videografer dapat mengedit videonya sendiri, tetapi tidak menutup kemungkinan di perusahaan besar membagi dua usaha jasa tersebut. 7. Jasa Servis Elektronik Membuka jasa servis elektronik atau bekerja pada bidang servis elektronik di era sekarang adalah pilihan yang tepat.

Hampir seluruh masyarakat menggunakan gawai dan perangkat elektronik di rumahnya. Bagaimana jika alat-alat tersebut rusak? Ada beberapa orang berpikir jika barang di rumahnya rusak ia akan membelinya lagi. Namun tidak menutup kemungkinan ada yang ingin memperbaikinya lagi. Jika Grameds ingin membuka jasa servis elektronik mandiri tentunya modal yang dibutuhkan selain keahlian adalah modal sparepart dari barang-barang elektronik sesuai dengan jasa servis kalian.

Namun jika Grameds bekerja pada suatu perusahaan elektronik tentunya hanya mengandalkan modal keahlian saja. Jasa servis elektronik ini luas, karena barang elektronik yang digunakan masyarakat bermacam-macam. Mulai dari barang pribadi hingga barang rumah tangga. Ini adalah beberapa contoh dari jasa servis elektronik yang meliputi, jasa servis gawai ( smartphone, laptop, tablet, komputer), printer, TV, DVD, radio, mesin cuci, kulkas, AC, alat musik, dan lain-lain yang berhubungan dengan barang elektronik.

8. Jasa Desain Grafis Jasa desain grafis ini sering diminati oleh pelaku bisnis. Pelaku bisnis memakai jasa ini untuk desain logo, kartu nama, serta hal-hal yang menyangkut bisnis perusahaan. Jasa desain grafis ini merupakan jasa perorangan atau suatu badan yang menawarkan keahlian mereka dalam hal seni seperti gambar, ilustrasi, serta yang berhubungan dengan desain sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Seorang desainer grafis yang menawarkan jasanya harus juga memiliki wawasan yang luas di luar keahliannya dalam musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari desain.

Wawasan tersebut meliputi teknologi, budaya, falsafah, sains, dan sosial. Karena hal tersebut menyangkut apa yang akan menjadi ide yang akan dituangkan menjadi sebuah gambar. 9. Jasa Keuangan Jasa keuangan adalah jenis jasa yang disediakan oleh lembaga keuangan. Industri lembaga keuangan yang dimaksud seperti bank, perusahaan asuransi, pembiayaan konsumen, pembiayaan ekspor-impor, sekuritas, dan perusahaan kartu kredit. Dalam hal ini jasa keuangan diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

OJK mengatur seluruh jasa keuangan di Indonesia yang terdiri dari perbankan, asuransi, pasar modal, dana pensiun, pembiayaan, dan industri jasa keuangan lainnya. Bagi Grameds yang memiliki keahlian dalam bidang keuangan, hal ini bisa dijadikan pilihan untuk pekerjaan kalian. Akuntansi Keuangan Menengah 10. Jasa Pariwisata Jasa pariwisata ini sangat potensial di Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari.

Hal ini karena Indonesia memiliki banyak destinasi wisata dan keindahan alam Indonesia. Keindahan Indonesia ini menjadi daya tarik untuk wisatawan domestik hingga mancanegara. Sektor pariwisata Indonesia ini tumbuh dan berkembang menjadi industri yang penting untuk menambah devisa negara. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya penikmat wisata Indonesia dari mancanegara. Selain menambah devisa negara, budaya Indonesia juga dapat dengan mudah diperkenalkan.

Contoh dari jenis usaha pariwisata meliputi bisnis penginapan, sewa kendaraan, sewa perlengkapan wisata, dan penyedia kawasan wisata. Pengantar Industri pariwisata Tujuan Usaha Jasa Perusahaan atau perseorangan jasa memiliki tujuan mendapatkan laba atau keuntungan dari jasa yang telah ditawarkan. Untuk dapat mendapatkan keuntungan, penting untuk memiliki catatan keuangan yang baik dalam bentuk laporan.

Pelajari caranya melalui buku Cara Mudah Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Jasa. Selain keuntungan untuk penyedia jasa, keuntungan ini juga diberikan kepada pelanggan dengan adanya layanan yang memuaskan dari penyedia jasa atas kebutuhan yang dicari dari pelanggan. Usaha jasa ini juga memiliki tujuan sebagai penyedia pengadaan barang.

Di mana dalam dunia bisnis juga diperlukan akses untuk pembelian barang. Umumnya suatu perusahaan akan berkonsultasi untuk melakukan jual-beli barang tertentu. Lapangan kerja juga menjadi tujuan dari usaha jasa ini.

Semakin banyak usaha jasa yang berkembang maka semakin banyak juga lapangan pekerjaan yang diciptakan. Usaha jasa ini menyerap tenaga kerja dari masyarakat. Kesimpulan Usaha jasa musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari perusahaan komersial yang terdiri dari individu atau kelompok yang memiliki keahlian pada bidang tertentu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Usaha jasa ini tidak menawarkan produk yang berwujud kepada pelanggan, tetapi hanya menawarkan tenaga kerja atau keahlian pada bidang tertentu yang dibutuhkan oleh pelanggan. Usaha jasa ini tidak memiliki harga pokok produksi karena sebagian besar tidak membutuhkan modal berupa barang untuk dipindahkan kepemilikannya. Modal untuk usaha jasa biasanya hanya dari keahlian dan passion. Namun beberapa usaha jasa juga menawarkan penyewaan barang yang modalnya adalah perawatan untuk barang itu sendiri.

Usaha jasa ini tentunya bertujuan untuk mencari laba atau keuntungan bagi individunya atau perusahaannya. Keuntungan ini ditukar kepada pelanggan dengan keahlian penyedia jasa ini. Dengan adanya usaha jasa ini lapangan pekerjaan menjadi terbuka lebar.

Semakin banyak usaha jasa berkembang maka semakin luas juga lapangan pekerjaan tercipta Nah, Grameds, itulah penjelasan mengenai jenis usaha jasa. Grameds juga dapat mempelajari usaha jasa dengan membaca buku terkait usaha jasa.

Untuk menemukan buku-buku terkait usaha jasa, Grameds bisa membelinya di https://www.gramedia.com/. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas telah menyediakan berbagai buku yang berkualitas. Mari terus belajar dengan membaca buku. Yuk, beli bukunya sekarang juga! Penulis: Ricky Atthariq Kategori • Administrasi 5 • Agama Islam 126 • Akuntansi 37 • Bahasa Indonesia 95 • Bahasa Inggris 59 • Bahasa Jawa 1 • Biografi 31 • Biologi 101 • Blog 23 • Business 20 • CPNS 8 • Desain 14 • Design / Branding 2 • Ekonomi 152 • Environment 10 • Event 15 • Feature 12 • Fisika 30 • Food 3 • Geografi 62 • Hubungan Internasional 9 • Hukum 20 • IPA 82 • Kesehatan 18 • Kesenian 10 • Kewirausahaan 9 • Kimia 19 • Komunikasi 5 • Kuliah 21 • Lifestyle 9 • Manajemen 29 • Marketing 17 • Matematika 20 • Music 9 • Opini 3 • Pendidikan 35 • Pendidikan Jasmani 32 • Penelitian 5 • Pkn 69 • Politik Ekonomi 15 • Profesi 12 • Psikologi 31 • Sains dan Teknologi 30 • Sastra 32 • SBMPTN 1 • Sejarah 84 • Sosial Budaya 98 • Sosiologi 53 • Statistik 6 • Technology 26 • Teori 6 • Tips dan Trik 57 • Tokoh 59 • Uncategorized 31 • UTBK 1
Seni merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, baik zaman dahulu maupun masa sekarang.

Tapi sebenarnya apa pengertian seni itu sendiri? Di artikel ini saya akan membahas topik seputar seni, di antaranya: • Penjelasan apa itu seni, baik pengertiannya secara umum maupun menurut para ahli. • Macam-macam seni • Fungsi seni dalam kehidupan manusia. Jika kamu tertarik dengan seni, maka kamu harus membaca artikel ini sampai akhir. Daftar isi • Pengertian Seni Adalah • Pengertian Seni Menurut Para Ahli • 1. Aristoteles • 2. Plato • 3. Herbert Read • 4.

Thomas Munro • 5. Leo Tolstoy • 6. Sudarmaji • 7. Ki Hajar Dewantara • 8. Alexander Baum Garton • 9. Drs. Popo Iskandar • 10. Immanuel Kant • 11. Hilary Bel • 12. Eric Ariyanto • 13. Ensiklopedi Indonesia • Macam-Macam Seni • 1. Seni Musik • 2. Seni Rupa • 3. Seni Tari • 4.

Seni Sastra • 5. Seni Teater • Fungsi Seni Secara Umum • A. Fungsi Seni Secara Individu • 1. Seni Sebagai Alat Pemenuhan Kebutuhan Fisik • 2.

Seni Sebagai Alat Pemenuhan kebutuhan Emosional • B. Fungsi Seni Bagi Sosial • 1. Seni Sebagai Media Agama/ Kepercayaan • 2. Seni Sebagai Media Pendidikan • 3. Seni Sebagai Media Informasi • 4. Seni Sebagai Media Hiburan • Kesimpulan Pengertian Seni Adalah Secara etimologis, kata seni berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Sani yang artinya pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Dengan kata lain, seni sangat erat hubungannya dengan upacara keagamaan yang disebut juga dengan “kesenian”.

Lalu, apa arti seni? Secara umum, pengertian seni adalah suatu ekspresi perasaan manusia yang memiliki unsur keindahan di dalamnya dan diungkapkan melalui suatu media yang sifatnya nyata, baik itu dalam bentuk nada, rupa, gerak, dan syair, serta dapat dirasakan oleh panca indera manusia.

Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian seni adalah semua hal yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan dan dapat mempengaruhi perasaan musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari lain.

Pada intinya, seni merupakan hasil akivitas batin seseorang yang dinyatakan dalam bentuk karya yang bisa mempengaruhi perasaan manusia. Pengertian Seni Menurut Para Ahli Untuk lebih memahami apa arti seni, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli tentang definisi seni. Berikut ini adalah pengertian seni menurut para ahli: 1. Aristoteles Menurut Aristoteles, pengertian seni adalah suatu bentuk ungkapan dan penampilan yang tidak pernah menyimpang dari kenyataan, dan seni itu meniru alam.

2. Plato Menurut Plato, pengertian seni itu adalah hasil tiruan alam dan segala isinya (ars imitator naturam). 3. Herbert Read Menurut Herbert Read, pengertian seni adalah ekspresi dari penuangan hasil pengamatan dan pengalaman yang dikaitkan dengan perasaan, aktivitas fisik dan psikologis ke dalam bentuk karya. 4. Thomas Munro Menurut Thomas Munor, definisi seni adalah suatu alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. 5. Leo Tolstoy Menurut Leo Tolstoy, pengertian seni adalah ungkapan perasaan pencipta yang kemudian diungkapkan pada orang lain dengan harapan mereka dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penciptanya.

6. Sudarmaji Menurut Sudarmaji, pengertian seni adalah manifestasi batin dan pengalaman estetis manusia dengan memakai media garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang. 7. Ki Hajar Dewantara Menurut Ki Hajar Dewantara, arti seni adalah hasil keindahan sehingga dapat mempengaruhi perasaan seseorang yang melihatnya, dan seni merupakan perbuatan manusia yang bisa mempengaruhi dan menimbulkan perasaan indah.

8. Alexander Baum Garton Menurut Alexander Baum Garton, pengertian seni adalah keindahan dan tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.

9. Drs. Popo Iskandar Menurut Popo Iskandar, pengertian seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan seseorang kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat/berkelompok.

10. Immanuel Kant Menurut Immanuel Kant, definisi seni adalah sebuah impian karena rumus-rumus tidak dapat mengihtiarkan kenyataan. 11. Hilary Bel Menurut Hilary Bel, pengertian seni adalah istilah yang digunakan untuk semua karya yang dapat menggugah hati untuk mencari tahu siapa penciptanya. 12.

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

Eric Ariyanto Menurut Eric Ariyanto, pengertian seni adalah aktivitas rohani atau batin yang direfleksikan dalam bentuk karya dan dapat membangkitkan perasaan seseorang yang melihat atau mendengarnya. 13. Ensiklopedi Indonesia Menurut Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari Indonesia, pengertian seni adalah ciptaan dari segala hal, karena keindahannya maka orang senang untuk melihat ataupun mendengarkannya.

Baca juga: Pengertian Apresiasi Macam-Macam Seni Seni dapat dinikmati melalui media pendengaran (audio art), penglihatan (visual art), dan kombinasi keduanya (audio visual art). Secara umum, seni dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: 1. Seni Musik Seni musik merupakan karya seni yang menggunakan bunyi sebagai unsur utamanya. Selain itu, di dalam musi terdapat juga unsur lain seperti harmonisasi, melodi, dan notasi.

Selain dari alat-alat musik, suara musik juga berasal dari manusia, misalnya akapela atau beatbox. 2. Seni Rupa Seni rupa adalah karya seni yang dapat dinikmati melalui media penglihatan, atau visual art. Seni rupa fokus pada karya yang memiliki wujud dan rupa yang diekspresikan dalam bentuk lukisan, gambar, patung, kerajinan tangan, multimedia, dan lain-lain. 3. Seni Tari Seni tari merupakan bentuk seni yang memanfaatkan gerakan tubuh sebagai keindahan.

Seorang pengarah tari (koreografer) dapat menyampaikan maksud atau pesan tertentu melalui gerakan tarian. Pada umumnya seni tari digabungkan dengan seni musik. Dengan begitu maka konsentrasi dan konsistensi gerakan tari menjadi lebih sempurna dalam penyampaian pesan dan perasaan. 4. Seni Sastra Seni sastra merupakan bentuk seni yang dinikmati melalui media pendengaran dan penglihatan.

Melalui seni sastra dalam kata-kata, seseorang bisa menyampaikan pesan dan kesan dengan cara yang indah. Contoh seni sastra misalnya puisi (suara) dan kaligrafi (tulisan). 5. Seni Teater Seni teater adalah seni yang memvisualisasikan imajinasi atau menggambarkan buah pikir seseorang. Hasil imajinasi tersebut berhubungan dengan perilaku mahluk hidup, baik secara individu maupun kelompok. Adapun beberapa kemampuan dasar dalam seni teater adalah kemampuan menciptakan naskah, memahami karakter, dan mengekspresikan karakter dalam naskah.

Fungsi Seni Secara Umum Berdasarkan pengertian seni yang telah disebutkan di atas, fungsi seni secara umum adalah sebagai bentuk/ cara penyampaian ekspresi seseorang kepada orang lain dan lingkungannya.

Beberapa fungsi seni dapat bedakan dalam dua kelompok, yaitu fungsi seni bagi individu dan fungsi seni bagi sosial. A. Fungsi Seni Secara Individu Bagi individu, seni memiliki fungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan mereka. Adapun bentuk kebutuhan tersebut diantaranya: 1. Seni Sebagai Alat Pemenuhan Kebutuhan Fisik Manusia adalah mahluk yang mempunyai kecakapan dalam memberi apresiasi pada keindahan dan penggunaan berbagai benda.

Dalam proses pemenuhan kebutuhan fisik ini, para seniman mempunyai peranan penting dalam menciptakan berbagai benda-benda bernilai seni untuk pemuasan kebutuhan fisik dan memberikan kenyamanan bagi orang lain. 2. Seni Sebagai Alat Pemenuhan kebutuhan Emosional Emosi adalah peraasaan di dalam diri manusia, baik itu perasaan senang, marah, sedih, haru, cinta, benci, dan lain-lain.

Semua orang perlu meluapkan perasaan di dalam diri mereka agar kondisi kejiwaannya tetap normal. Untuk memenuhi kebutuhan emosional tersebut, manusia membutuhkan dorongan dari luar dirinya.

Misalnya, seseorang yang punya jiwa seni dan estetika akan mengungkapkan emosinya melalui musik, lukisan. Atau ketika seseorang merasa stress, maka ia membutuhkan waktu untuk rekreasi, nonton bioskop, atau hal lainnya untuk meredakan musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari jiwa. B. Fungsi Seni Bagi Sosial Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan akan interaksi dengan orang lain dan lingkungannya.

Dalam hal ini seni juga berfungsi sebagai media untuk pemenuhan kebutuhan sosial tersebut. 1. Seni Sebagai Media Agama/ Kepercayaan Seni punya peranan penting dalam penyampaian pesan religi/ agama kepada manusia. Hal ini bisa kita lihat dari busana/ pakaian, upacara pernikahan, upacara kematian, lagu rohani, kaligrafi, dan lain-lain. Contoh fungsi seni dalam agama dapat kita lihat pada Candi Borobudur dan Candi Prambanan.

Relief yang terdapat di dinding Candi tersebut merupakan ilustrasi kitab suci agama Budha dan Hindu. 2. Seni Sebagai Media Pendidikan Seni juga punya peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu • Pendidikan formal; pendidikan di lingkungan sekolah. • Pendidikan non formal; pendidikan di lingkungan masyarakat.

• Pendidikan informal; pendidikan di lingkungan keluarga. Melalui seni, individu dapat belajar tentang nilai-nilai dan ilmu pengetahuan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya seorang siswa dapat belajar musik atau drama, dimana kegiatan ini dapat mengekspresikan diri mereka kepada orang lain. 3. Seni Sebagai Media Informasi Melalui seni juga kita bisa menjelaskan sesuatu kepada orang lain dengan lebih mudah.

Misalnya penggunaan poster yang bernilai seni dimana di dalamnya terdapat informasi tentang bahaya narkoba, pentingnya imunisasi, dan penyampaian program pemerintah. 4. Seni Sebagai Media Hiburan Sebagian besar yang berkaitan dengan hiburan mengandung unsur seni di mana para pelaku seni dapat mengekspresikan diri secara aktif atau pasif. Seorang seniman dapat merasakan senang, marah, terharu, ketika karyanya disukai atau tidak disukai orang lain. Begitupun individu yang melihat, mendengar, merasakan sebuah karya seni.

Manusia bisa merasa terhibur ketika melihat sebuah lukisan, menonton bioskop, atau menonton sebuah konser musik.

Baca juga: Seni Kriya Kesimpulan Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa seluruh kehidupan manusia tidak lepas dari kesenian karena dapat menyentuh semua bidang kehidupan. Bentuk kesenian selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan zamannya. Namun secara umum, bentuk seni dapat dinikmati melalui panca indera manusia, yaitu; pendengaran, penglihatan, maupun kombinasi keduanya.
BAB I TEORI BELAJAR DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal.

Adapun contoh teori deskriptif yaitu : Jika membuat rangkuman tentang isi buku teks yang dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik. Adapun Teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. itulah sebabnya, variabel yang diamati dalam teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan.

Adapun contoh nya yaitu Agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang dan buatlah rangkumannya. Ada beberapa pendapat teori belajar deskriptif dan preskriptif menurut : • Menurut Bruner Teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.

• Menurut Reigeluth Teori preskriptif adalah goal oriented, musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untk memberikan hasil. • Bruner (1964) diakui oleh kalangan instructional theorist sebagai peletak dasar pengembang teori-teori pembelajaran, di samping Skinner (1954) dan Ausubel (1968).

Bruner (1964) membuat pembedaan antara teori belajar dan teori pembelajaran. Teori belajar adalah deskriptif, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif.

Teori belajar mendeskripsikan adanya proses belajar, teori pembelajaran mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal yang dapat mempermudah proses belajar. • Simon (dalam Degeng, 1989) mengemukakan perbedaan serupa dengan memaparkan persamaan karakteristik dari ”a prescriptive science” dan membandingkan dengan karakteristik dari ”a descriptive science”. Dalam kerangka ini nyata sekali bahwa teori pembelajaran termasuk teori preskriptif yang berpasangan dengan teori belajar yang termasuk teori deskriptif.

Dalam ilmu preskriptif terlibat tiga jenis profesi, yaitu: • ilmuwan • teknolog dan • teknisi. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada ”bagaimana seseorang belajar”.

Sebaliknya teori pembelajaran menaruh pehatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk belajar. Teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabel. Pembedaan teori belajar (deskriptif) dan pembelajaran (preskriptif) dikembangkan oleh Bruner, lebih lanjut oleh Reigeluth (1983), Gropper (1983), dan Landa (1983). Menurut Reigeluth (dalam Degeng 1989) teori-teori dan prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan memerikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati.

Dengan kata lain kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Sebaliknya dalam teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang preskriptif menempatkan kondisi dan hasil sebagai givens sedangkan metode yang optimal ditetapkan sebagai variabel yang bisa diamati.

Jadi metode pembelajaran sebagai variabel tergantung. Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free (Reigeluth, 1983). Artinya teori pembelajaran preskriptif adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memerikan hasil.

v TEORI DESKRIPTIF DAN PERSPEKTIF Untuk membedakan antara teori belajar dan teori pembelajaran bisa diamati dari posisional teorinya, apakah berada pada tataran teori deskriptif atau perspektif. Bruner (dalam Dageng 1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif. Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.

Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan aantara variable-variabel yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. (C.Asri Budiningsih,2004). Asri Budiningsih (2004) dalam buku Belajar dan Pembelajaran menjelaskan bahwa upaya dari Bruner untuk membedakan antara teori belajar yang deskriptif dan teori pembelajaran yang perspektif dikembangkan lebih lanjut oleh Reigeluth.teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variable kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan menempatkan hasil belajar sebagai varibael yang diamati.

Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran sebagai variable bebas dan hasil pembelajaran sebagai variable tergantung. Reigeluth (1983 dalam degeng ,1990) mengemukakan bahwa teori perspektif adalah goal oriented sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya variable yang diamati dalam mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pem,belajaran deskriptif, variable yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara metode dan kondisi.

Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologi dalam diri siswa. Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran.

Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran. • KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR DESKRIPTIF DAN PRESPEKTIF • kelebihan teori belajar deskriptif yaitu lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan.mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan suatu tugas.

• Kekuragan teori belajar deskiptif yaitu kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi. • Kelebihan teori belajar prespektif yaitu lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas. banyak member motivasi agar terjadi proses belajar mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.

• Kekurangan teori belajar prespektif yaitu membutuhkan waktu cukup lama. BAB II TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama dianut oleh para pendidik.

Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mengutamakan musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.

Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa.

Inti pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R). Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur.

Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.

Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari tersebut.

Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.

Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual (Degeng, 2006). Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.

1.1 Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik a) Obyek psikologi adalah tingkah laku. b) Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek. c) Mementingkan pembentukan kebiasaan. d) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri. e) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari. 1.2 Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat dipergunakan ciri-cirinya yakni 1.

mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis) 2. mementingkan bagian-bagian (elentaristis) 3. mementingkan peranan reaksi (respon) 4. mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar 5. mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu 6. mementingkan pembentukan kebiasaan. 7. ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal’ atau trial and error. 1.3 Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.

Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.

Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ( transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.

Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.

Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik.

Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.

Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.

Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.

Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

1.4 Implikasi Teori Belajar Behaviorisme Kurikulum berbasis filsafat behaviorisme tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional, terlebih lagi pada jenjang pendidikan usia dewasa. Tetapi behaviorisme dapat diterapkan untuk metode pembelajaran bagi anak yang belum dewasa. Karena hasil eksperimentasi bihavioristik cenderung mengesampingkan aspek-aspek potensial dan kemampuan manusia yang dilahirkan.

Bahkan bihaviorisme cenderung menerapkan sistem pendidikan yang berpusat pada manusia baik sebagai subjek maupun objek pendidikan yang netral etik dan melupakan dimensi-dimensi spiritualitas sebagai fitrah manusia.

Oleh karena itu behaviorisme cenderung antropomorfis skularistik. Tokoh-Tokoh Aliran Behaviorisme • Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) • a. Teori belajar kondisioning klasik (clasical conditing) Adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan. Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing.

Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank.

Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.

Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan. • Edward Lee Throndike Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.

Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. teori ini sering disebut teori koneksionisme.

Connectionism ( S-R Bond) adalah hukum belajar yang dihasilkan oleh Thorndike yang melakukan eksperimen yang terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: 1) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. 2) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

3) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih. • Burrhus Frederic Skinner Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan.

Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Operant Conditioning adalah hukum belajar yang dihasilkan oleh B.F.

Skinner yang melakukan eksperimen yang terhadap tikus menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: 1) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

• Edwin R Gutrie Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.

Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.

Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991). • Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar.

Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup.

Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

• Watson Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

Kelemahan Teori Behavioristik a) Hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati b) Kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri c) Pebelajar berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif d) Pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat e) Kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar Kelebihan Teori Behavioristik Sesuai untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflex.

BAB III TEORI BELAJAR KOGNITIF Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin (1890-1947), seorang Jerman yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat.

Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh.

Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri secara aktif. Teori kognitivisme ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada.

Teori ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Karakteristik : a) Belajar adalah proses mental bukan behavioral b) Siswa aktif sebagai penyadur c) Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif d) Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus e) Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan f) Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.

Beberapa tokoh dalam aliran kognitivisme • Teori Gestalt dari Wertheimer dkk Menekankan pada kebermaknaan dan pengertian sehingga tidak menimbulkan ambiguitas dalam proses pembelajaran. • Teori Belajar Piaget Jean Piaget adalah seorang ilmuwan perilaku dari Swiss, ilmuwan yang sangat terkenal dalam penelitian mengenai perkembangan berpikir khususnya proses berpikir pada anak. Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur.

Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah: a. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun) Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya.

Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya. b. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun) Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas.

Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya. c. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun) Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra.

Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan. • Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun) Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan.

Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak. Berdasarkan uraian diatas, Piaget membagi tahapan perkembangan kemampuan kognitif anak menjadi empat tahap yang didasarkan pada usia anak tesebut.

• Teori Belajar Sosial Bandura Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang,paling efektif apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang,mempunyai kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan,sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang paling berpengaruh.

• Pengolahan Informasi Norman Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya di sebut learning by analogy. Pengajaran yang efektif memerlukan guru yang mengetahui struktur kognitif siswa. BAB IV TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK • A.

Pengertian dan Tujuan Konstruktivistik Teori kostruktivistik merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori gestalt. Perbedaanya : pada gestalt permasalahan yang dimunculkan berasal dari pancingan eksternal sedangkan pada konstruktivistik permasalahan muncul dibangun dari pengetahuan yang direkonstruksi oleh siswa. Teori ini sangat terpecaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadpinya, menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik dan teori dalam satu bangunan utuh.

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidupyang berbudaya modern Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teoriyang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi oranglain Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lainyang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut: • Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. • Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.

• Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. • Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. • Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Ciri-ciri pembelajaran Secara Konstruktivistik • Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar • Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.

• Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid • Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar s esuatu idea • Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomimurid • Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru • Menganggap pembel ajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran Menggalakkan proses inkuirimurid mel alui kajian dan eks perimen. Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme Kelebihan • Berfikir : Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.

• Faham : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi. • Ingat : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

• Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru. • Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.

Kelemahan • Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung. Menurut John dewey (1856-1952) Sebagai filosof dan banyak menulis mengenai pendidikan, John Dewey dikenal sebagai bapak Konstruktivisme dan Discovery Learning. Ia mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintergrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain.

Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa dalam konteks pengalaman sosial. Kesadaran sosial menjadi tujuan dari semua pendidikan. Belajar membutuhkan keterlibatan siswa dan kerjasama tim dalam mengerjakan tugas. Guru bertindak sebagai fasilitator, mengambil bagian sebagai anggota kelompok dan diadakan kegiatan diskusi dan reviu teman.

John Dewey juga menyarankan penggunaan media teknologi sebagai sarana belajar. Konsep John Dewwey ini sudah banyak dipakai Indonesia untuk pembelajaran di perguruan tinggi. Menurut Jean Piaget (1896-1980) Piaget menjadi tokoh yang disegani karena pikiran dan idenya yang orisinil mengenai cara berpikir anak dan konseptualisasi tahapan pengembangan berpikir anak. Ide Piaget digunakan untuk merancang kurikulum TK dan SD atau tontonan televisi terkenal untuk pendidikan anak.

Menurut Piaget, pengamatan sangat penting dan menjadi dasar dalam menuntun proses berpikir anak, berbeda dengan perbuatan melihat yang hanya melibatkan mata, pengamatan melibatkan seluruh indra, menyimpan kesan lebih lama dan menimbulkan sensasi yang membekas pada siswa. Oleh karena itu dalam belajar diupayakan siswa harus mengalami sendiri dan terlibat langsung sacara realistik dengan obyek yang dipelajarinya.

Belajar harus bersifat aktif dan sosial. Tahap perkembangan berpikir individu menurut Piaget melalui empat stadium yaitu : • Sensorikmotorik (0-2 tahun) • Praoperasioanl (2-7 tahun) • Operational kongkrit (7-11 tahun) • Operational formal (12-15 tahun) Piaget menyakini bahwa belajat adalah proses regulasi diri dan anak akan menciptakan sendiri sensasi perasaan mereka terhadap realitas.

Menurut Piaget, pikran manusia mempunyai struktur yang dsebut skema (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif. Dengan menggunakan skemata itu seseorang mengadaptasi dan menkoordinasi lingkungannya sehingga terbentuk skemata yang baru, yaitu melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses belajar sesungguhnya terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan).

• Asimilasi merupakan proses penyatuan atau pengintergrasian informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada ke dalam benak siswa.

• Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif pada situasi yang baru. Proses restrukturisasi skemata yang sudah ada sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru yang tidak dapar secara langsung diasimilasikan pada skema tersebut. • Disequilibriun dan Equilibrium yaitu penyesuaiaan berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Implikasi padangan Piaget dalam praktek pembelajaran adalah bahwa guru hendaknya menyesuaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan-tahapan kognitif yang dimiliki anak didik.

Karena tanpa penyesuaian proses pembelajaran dengan perkembangan kognitifnya, guru maupun siswa akan mendapatkan kesulitan dalam mencapat tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Menurut Jerome Brunner (1915- ) Menurut Brunner, belajar adalah proses yeng bersifat aktif terkait dengan ide Discovery Learning yaitu siswa berinteraksi dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi obyek, membuat pertanyaan dan menyelanggarakan eksperimen.

Teori ini menyatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam siswa adalah dengan mengkostruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu.

Teorinya yang diadaptasi dari tahapan perkembangan kognitif Piaget mempertajam konsep pendidikan usia dini. Brunner mengemukakan bahwa proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran dan bukan ditrentukan oleh umur seseorang seperti yag telah dikemukakan oleh Piaget. Brunner menjelaskan perkembangan dalam tiga tahap, yaitu : • Enaktif (0-3 tahun) yaitu pemahaman anak dicapai melalui eksplorasi dirinya sendiri dan manipulasi fisik-motorik melalui pengalaman tersebut.

• Ikonik (3-8 tahun) yaitu anak menyadari sesuatu ada secara mandiri melalui image atau gambar yang kongkret bukan abstrak. • Simbolik ( >8 tahun) yaitu anak sudah memahami simbol-simbol dan konsep seperti bahasa dan angka sebagai representasi simbol. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah : • Guru harus bertindak sebagai fasilitator, mengecek pengetahuan yang dipunyai siswa sebelumnya, menyediakan sumber-sumber belajar dan menanyakan pertanyaan yang bersifat terbuka.

• Siswa membangun pemaknanya melalui eksplorasi, manipulasi dan berpikir. • Penggunaan teknologi dalam pengajaran, siswa sebaiknya melihat begaimana tersebut bekerja daripada hanya sekedar diceritakan oleh guru. Teori belajar ini sangat membebaskan siswa untuk belajar sendiri yang disebut bersifat discovery (belajar dengan cara menemukan).

Disamping itu, karena teori ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan sehingga design yang berulang-ulang tersebut disebut sebagai kurikulum spiral Brunner. Kurikulum ini menurut guru untuk memberi materi perkuliahan setahap demi setahap dari yang sederhana sampai yang kompleks dimana suatu materi yanag sudah sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi dalam suatu materi baru yang lebih kompleks.

Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga tak terasa siswa telah mempelajari ilmu pengetahuan secara utuh. BAB V TEORI BELAJAR HUMANISTIK A. Pengertian Teori Belajar Humanistik.

Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif.

Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

B. Ciri-ciri Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari Humanisme Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.

Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya.

Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.

C. Tokoh Humanisme Ada beberapa pendapat para ahli mengenai teori belajar huamanisme yaitu diantaranya : 1. Arthur Combs (1912-1999) Arthur Combs bersama dengan Donald Syngg menyatakan bahwa belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu tersebut.

Artinya bahwa dalam kegiatan pembelajaran musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari tidak boleh memaksakan materi yang tidak disukai oleh siswa. Sehingga siswa belajar sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa adanya paksaan sedikit pun. Sebenarnya hal tersebut terjadi tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesautu yang tidak akan memberikan kepuasan bagi dirinya.

Sehingga guru harus lebih memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.

Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa diri siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. 2. Maslow Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal : suatu usaha yang positif untuk berkembang; kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya.

Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3. Carl Roger Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi.

Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.

Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?. Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya.

Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil. Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar, (3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.

Ada beberapa Asumsi dasar teori Rogers adalah: Kecenderungan formatif; Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil; Kecenderungan aktualisasi; Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya.

Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya. D. Aplikasi dan Implikasi Humanisme a. Aplikasi Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.

Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi dirimengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah : • Merumuskan tujuan belajar yang jelas • Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelasjujur dan positif.

• Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri • Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri • Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

• Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

• Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya • Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan.

Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturannormadisiplin atau etika yang berlaku. b. Implikasi v Guru Sebagai Fasilitator Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas 2.

Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum. 3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi. 4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok. 6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok 7.

Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain. 8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah : • Merespon perasaan siswa • Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang • Berdialog dan berdiskusi dengan siswa • Menghargai siswa • Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan • Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa) • Tersenyum pada siswa BAB VI TEORI BELAJAR SIBERNETIK A.

PENGERTIAN TEORI SIBERNETIK Teori sibernetik merupakan salah satu teori belajar. Pengertian teori sibernetik sendiri adalah teori belajar yang mengutamakan proses informasi. Teori sibernetik mempunyai persamaan dengan teori kognitif, yaitu lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Hanya saja sistem informasi yang akan dipelajari siswa lebih dipentingkan. memiliki arah dan tujuan yang jelas.banyak member motivasi agar terjadi proses belajar.mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.

Menurut teori sibernetik tidak ada cara belajar yang sempurna untuk segala kondisi karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Ada tiga tahap roses pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”.

Ketiga komponen ter-sebut adalah : • Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk as-linya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.

• Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memi-liki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam ben-tuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi ka-pasitas disamping melakukan pengulangan.

• Long Term Memory (LTM) diasumsikan; 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, 3) sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah ter-hapus atau hilang. Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diper-lukan. Teori sibernetik mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses in-ternal yang mencakup beberapa tahapan.

Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah : • Menarik perhatian • Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa • Merangsang ingatan pada pra syarat belajar • Menyajikan bahan peransang. • Memberikan bimbingan belajar. • Mendorong unjuk kerja • Memberikan balikan informative. • Menilai unjuk kerja. • Meningkatkan retensi dan alih belajar Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir.

Pertama, disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Jenis kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus.

Ahli lain yang pemikirannya beraliran sibernetik adalah Pask dan Scott. Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Pask dan Scott membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau wholist, dan tipe serial atau serialist.

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

Mereka mengatakan bahwa siswa yang bertipe wholist cenderung mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju ke hal-hal yang lebih khusus, sedangkan siswa dengan tipe serialist dalam berpikir akan menggunakan cara setahap demi setahap atau linier. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heuristik.

Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil. B. Kelebihan dan Kekurangan Teori Sibernetik Teori sibernetik mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan teori siber-netik adalah: • Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol. • Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis. • Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap. • Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dica-pai.

• Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesung-guhnya. • Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu. • Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk ker-ja yang diharapkan. Sedangkan kekurangan teori sibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.

C. Penerapan Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran Teori sibernetik merupakan teori belajar yang masih baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemrosesan informasi. Teori sibernetik lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari.Proses belajar menurut teori sibernetik akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari itu atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah yang lebih teknis yaitu sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya.

Satu hal lebih tepat apabila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya, agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika, biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah kesatu target tertentu.

Namun, untuk memahami makna suatu konsep yang luas dan banyak memiliki interpretasi (misalnya konsep “burung”), maka akan lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing ke arah yang “menyebar” (heuristik), dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatis, dan linier. Aplikasi teori sibernetik dalam pembelajaran dirumuskan dalam teori Gagne dan Brigss yang mendeskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian atau pengurutan pembelajaran.

BAB VII TEORI BELAJAR REVOLUSI-SOSIOKULTURAL A. Dasar Terbentuknya Teori-Kultural Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosio-kultural: 1.Piaget Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu.

Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar.

Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi). Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya.

Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.

2. Vygotsky Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya.

Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosil atau kelompoknya. Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.

Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya.

Banyak ahli psikologi perkembangan yang sepaham denga konsep yang diajukan Vygotsky. Teorinya yang menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.

B. Konsep Teori Sosio-Kultural Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran yaitu genetic law of development, zona of proximal development dan mediasi.

a.Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari development) Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental.

Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut. b.Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua tingkat: (1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental).

(2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental). Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan.

c.Mediasi Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika. Ada dua jenis mediasi, yaitu: (1) Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluating.

Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. (2) Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem.

Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya). D. APLIKASI TEORI SOSIO-KULTURAL Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu: a.Pendidikan informal (keluarga) Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat, memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya.

Oleh karena itu perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya. b.Pendidikan nonformal Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik.

Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya. c.Pendidikan formal Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain: 1). Kurikulum. Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga.

2). Siswa Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung. Selain itu pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan.

3). Guru Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor.

Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran. E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SOSIO-KULTURAL Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan: 1.Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang; 2.Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya; 3.Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental; 4.Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah; 5.Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Kelemahan dari teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku. BAB VIII TEORI PEMBELAJARAN KECERDASAN GANDA 1. TEORI KECERDASAN GANDA Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner – seorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu.

Tulisan ini bertujuan untuk membahas dan lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru dan pendidik dalam membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peseta didik.

A. Jenis-Jenis Kecerdasan Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu : a. Kecerdasan Bahasa Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu • Pengarang • Penyair • Wartawan • Pembicara • Pembaca berita b. Kecerdasan Matematis/Logis Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi matematis yang kompleks.

Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer c. Kecerdasan Spasial Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek.

Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis. d. Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan akt vfRtas fisik.

Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin. e. Kecerdasan Musikal Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara. f. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara fektif dengan orang lain.

Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.

g. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain. h. Kecerdasan Naturalis Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya.

Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini. Gardner juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan manusia menjadi tiga kelompok yaitu: • Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related) noleh objek yang dihadapi.

• Kelompok kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi oleh sistem bahasa dan musik yang didengar.

• Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi hubungan dengan orang lain (person related) yaitu kelompok yang bertalian dengan interksi dengan orang lain. B. Prinsip-prinsip Kecerdasan Ganda Disamping kedelapan jenis Kecerdasan Dasar yang telah dikembangkan dan penjelasan teoritisnya, beberapa prinsip yang perlu dipahami tentang aplikasi dari model ini, diantaranya; • Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan. Teori kecerdasan majemuk bukan alat untuk menetapkan satu kecerdasan yang sesuai dengan potensi seseorang.

Teori ini lebih menjelaskan fungsi kognitif yang menyatakan bahwa seseorang memilih kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut dan berjalan secara bersamaan dengan cara yang berbeda pada setiap orang.

• Orang pada umumnya mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan tertentu. Setiap orang sebenarnya memiliki kemampuan mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada kinerja tingkat tinggi secara memadai jika mendapat dukungan, pengayaan dan pengajaran-pelatihan.

• Kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Gardner menunjukkan bahwa setiap kecerdasan yang telah dibahas di muka sebenarnya hanyalah rekaan, tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Kedelapan kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. • Ada banyak cara untuk meningkatkan kecerdasan dalam setiap katagori. Tidak ada atribut standar yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas dalam katagori tertentu. Mungkin saja seseorang tidak mampu membaca tetapi pada sisi lain mampu menyampaikan cerita yang menarik dengan kosa kata yang sangat kaya. • Kecerdasan majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antarkecerdasan.

C. Kecerdasan Ganda dan Pembelajaran Sekolah-di-rumah memungkinkan orang tua untuk merancang kegiatan harian anak-anak mereka dengan menerapkan seluruh potensi anak. Mulailah dengan mengidentifikasi dan mengenal bakat, minta dan kecenderungan anak dalam belajar (gaya belajar) dan menetapkan cara untuk mengembangkannnya.

Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda, pembelajar hendaknya dipandang sebagai makhluk yang “unik” dan membutuhkan perlakuan uamh tidak sama. Anda haruis menghindari setiap upaya generalisasi terhadap mereka dengan alasan efektifitas. Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari ini sangat mengganggu kenyaman anak dalam menggunakan cara atau metode yang mereka anggap lebih disukai.Penjelasan tentang teori kecerdasan ganda merupakan panduan yang sangat bermanfaat Bagi setiap guru atau orang tua untuk melihat kekuatan pembelajar sekaligus untuk memperbaiki situs-situs tertentu yang perlu diperbaiki.

Hasil analisis akan membantu menentukan gaya belajar yang sesuai untuk berbagai kepentingan. Pembelajaran merupakan suatu proses hubungan atau interaksi antara individu dengan lingkungan agar terjadi proses perubahan perilaku.

Tujuan dari perubahan perilaku mencakup penguatan potensi kecerdasan secara menyeluruh. Belajar tidak saja mengangkat hal-hal yang bersifat kognitif saja dan mencakup kemampuan satu aspek kecerdasan, tetapi menghidupkan secara utuh dan alamiah seluruh kecerdasan melalui pendekatan dan teori belajar yang sesuai. Mendidik dan melatih merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan orang tua atau fasilitator dalam merangsang seluruh kecerdasan dan memperbaiki aspek-aspek yang masih lemah.

Oleh karena itu, kemampuan mendidik sangat erat kaitannya dengan kemampuan mengidentifikasi dan melihat potensi kecerdasan pembelajar serta memahami bagaimana hal itu dikumpulkan dalam suatu rangkaian belajar yang menarik.

Setiap pembelajar memiliki sembilan kecerdasan dan dapat dikembangkan sampai tingkat kompetensi yang paling optimal dapat dicapai anak. Di sisi musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari, masing-masing anak memiliki kecenderungan (inklinasi) terhadap kecerdasan tertentu atau kelebihan yang ditunjukkan melalui perilaku spesifik.

Dalam pembelajaran harus dihindari pembatasan kemampuan hanya dalam satu katagori atau wilayah kecerdasan tertentu saja. Tetapi lebih penting bagaimana anak di perlakukan sebagai orang yang sedang melakukan perjalanan hidupnya dengan cara yang memungkinkan mengoptimalkan apa yang ada dalam dirinya.

Daftar Pustaka Anonim.2012.”Belajar Humanistik”. http://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajarhumanistik.html.Diakses 19 oktober 2012. Anonim.2012.”Kecerdasan ganda”.

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan-interpersonal.html.Diakses 19 oktober2012. Ahmadi, Abu dan Supriono, Widodo.1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni.2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta:AR -RUZZ MEDIA.

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta : Rineka Cipta. Dryden, G.S. 1999. Revolusi Cara Belajar : Keajaiban Pikiran. Bandung : Kaifa Karso, et.al.(1993). Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. Jakarta: Depdikbud. Search Recent Posts • Sistem Pernapasan manusia • teori belajar DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF dll • (no title) • (no title) • Perkecambahan Archives • November 2012 • October 2012 Categories • biologi • Biologi Tumbuhan • Pendidikan Meta • Register • Log in • Entries feed • Comments feed • WordPress.com• Afrikaans • Alemannisch • አማርኛ • Aragonés • Ænglisc • العربية • الدارجة • مصرى • অসমীয়া • Asturianu • Kotava • अवधी • Azərbaycanca • تۆرکجه • Башҡортса • Basa Bali • Boarisch • Žemaitėška • Bikol Central • Беларуская • Беларуская (тарашкевіца) • Български • भोजपुरी • Banjar • বাংলা • བོད་ཡིག • বিষ্ণুপ্রিয়া মণিপুরী • Brezhoneg • Bosanski • Буряад • Català • Нохчийн • Cebuano • کوردی • Corsu • Qırımtatarca • Čeština • Чӑвашла • Cymraeg • Dansk • Deutsch • Zazaki • डोटेली • ދިވެހިބަސް • Ελληνικά • English • Esperanto • Español • Eesti • Euskara • Estremeñu • فارسی • Fulfulde • Suomi • Võro • Føroyskt • Français • Arpetan • Furlan • Frysk • Gaeilge • 贛語 • Kriyòl gwiyannen • Gàidhlig • Galego • Avañe'ẽ • गोंयची कोंकणी / Gõychi Konknni • Bahasa Hulontalo • 𐌲𐌿𐍄𐌹𐍃𐌺 • ગુજરાતી • עברית • हिन्दी • Fiji Hindi • Hrvatski • Kreyòl ayisyen • Magyar • Հայերեն • Արեւմտահայերէն • Interlingua • Interlingue • Igbo • Ilokano • ГӀалгӀай • Ido • Íslenska • Italiano • 日本語 • Patois • La .lojban.

• Jawa • ქართული • Qaraqalpaqsha • Kabɩyɛ • Қазақша • ភាសាខ្មែរ • ಕನ್ನಡ • 한국어 • कॉशुर / کٲشُر • Kurdî • Kernowek • Кыргызча • Latina • Ladino • Lëtzebuergesch • Лезги musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari Lingua Franca Nova • Limburgs • Ligure • Lombard • ລາວ • Lietuvių • Latviešu • मैथिली • Basa Banyumasan • Malagasy • Олык марий • Minangkabau • Македонски • മലയാളം • Монгол • ꯃꯤꯇꯩ ꯂꯣꯟ • ဘာသာ မန် • मराठी • Bahasa Melayu • Malti • Mirandés • မြန်မာဘာသာ • Plattdüütsch • Nedersaksies • नेपाली • नेपाल भाषा • Nederlands • Norsk nynorsk • Norsk bokmål • Nouormand • Occitan • Livvinkarjala • ଓଡ଼ିଆ • Ирон • ਪੰਜਾਬੀ • Kapampangan • Papiamentu • Picard • पालि • Norfuk / Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari • Polski • Piemontèis • پنجابی • پښتو • Português • Runa Simi • Rumantsch • Română • Русский • Русиньскый • Ikinyarwanda • संस्कृतम् • Саха тыла • ᱥᱟᱱᱛᱟᱲᱤ • Sicilianu • Scots • سنڌي • Davvisámegiella • Srpskohrvatski / српскохрватски • ၽႃႇသႃႇတႆး • සිංහල • Simple English • Slovenčina • Slovenščina • Gagana Samoa • Soomaaliga • Shqip • Српски / srpski • Sunda • Svenska • Kiswahili • தமிழ் • ತುಳು • తెలుగు • Тоҷикӣ • ไทย • Türkmençe • Tagalog • Tok Pisin • Türkçe • Xitsonga • Татарча/tatarça • Тыва дыл • ئۇيغۇرچە / Uyghurche • Українська • اردو • Oʻzbekcha/ўзбекча • Vèneto • Vepsän kel’ • Tiếng Việt • Walon • Winaray • 吴语 • მარგალური • ייִדיש • Yorùbá • 中文 • Bân-lâm-gú • 粵語 • IsiZulu Artikel ini bukan mengenai Hindi.

Artikel ini adalah bagian dari seri Agama Hindu Topik Sejarah • Mitologi • Kosmologi • Dewa-Dewi Keyakinan Brahman • Atman • Karmaphala • Samsara • Moksa • Ahimsa • Purushartha • Maya Filsafat Samkhya • Yoga • Mimamsa • Nyaya • Waisesika • Wedanta ( Dwaita • Adwaita • Wisistadwaita) Pustaka Weda ( Samhita • Brāhmana • Aranyaka • Upanishad) • Wedangga • Purana • Itihasa • Bhagawadgita • Manusmerti • Arthasastra • Yogasutra • Tantra Ritual Puja • Meditasi • Yoga • Bhajan • Upacara • Mantra • Murti Perayaan Dipawali • Nawaratri • Siwaratri • Holi • Janmashtami • Durgapuja • Nyepi Portal agama Hindu Sungai Sindhu (atau Indus) di negara Pakistan.

Kata Hindu berasal dari nama sungai tersebut. Agama Hindu (disebut pula Hinduisme) merupakan agama dominan di Asia Selatan—terutama di India dan Nepal—yang mengandung aneka ragam tradisi.

Agama ini meliputi berbagai aliran—di antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta—serta suatu pandangan luas akan hukum dan aturan tentang "moralitas sehari-hari" yang berdasar pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan. Agama Hindu cenderung seperti himpunan berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku dan seragam. [1] Agama Hindu diklaim sebagian orang sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga kini, [a] dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-dharma ( Dewanagari: सनातन धर्म), [b] artinya " darma abadi" atau "jalan abadi" [11] yang melampaui asal mula manusia.

[12] Agama ini menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh umatnya—tanpa memandang strata, kasta, atau sekte—seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri. Para ahli dari Barat memandang Hinduisme sebagai peleburan atau sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam dan tanpa tokoh pendiri. Pangkal-pangkalnya meliputi Brahmanisme (agama Weda Kuno), agama-agama masa peradaban lembah Sungai Indus, dan tradisi lokal yang populer.

Sintesis tersebut muncul sekitar 500–200 SM, dan tumbuh berdampingan dengan agama Buddha hingga abad ke-8. Dari India Utara, "Sintesis Hindu" tersebar ke selatan, hingga sebagian Asia Tenggara. Hal itu didukung oleh Sanskritisasi. Sejak abad ke-19, di bawah dominansi kolonialisme Barat serta Indologi (saat istilah "Hinduisme" mulai dipakai secara luas [13]), agama Hindu ditegaskan kembali sebagai tempat berhimpunnya aneka tradisi yang koheren dan independen.

Pemahaman populer tentang agama Hindu digiatkan oleh gerakan "modernisme Hindu", yang menekankan mistisisme dan persatuan tradisi Hindu. Ideologi Hindutva dan politik Hindu muncul pada abad ke-20 sebagai kekuatan politis dan jati diri bangsa India. Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari (contohnya puja [sembahyang] dan pembacaan doa), perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan penziarahan.

Kaum petapa yang disebut sadu (orang suci) memilih untuk melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada umumnya, yaitu melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan tapa brata selama sisa hidupnya demi mencapai moksa. Susastra Hindu diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: Sruti (apa yang "terdengar") dan Smerti (apa yang "diingat"). Susastra tersebut memuat teologi, filsafat, mitologi, yadnya ( kurban), prosesi ritual, dan bahkan kaidah arsitektur Hindu.

[14] Kitab-kitab utama di antaranya adalah Weda, Upanishad (keduanya tergolong Sruti), Mahabharata, Ramayana, Bhagawadgita, Purana, Manusmerti, dan Agama (semuanya tergolong Smerti).

[14] Dengan penganut sekitar 1 miliar jiwa, [15] agama Hindu merupakan agama terbesar ketiga di dunia, setelah Kristen dan Islam. Daftar isi • 1 Etimologi • 2 Definisi • 2.1 Pengaruh kolonial • 2.2 Pendapat orang Hindu • 2.3 Pendapat orang Barat • 3 Karakteristik • 3.1 Akar Hinduisme • 3.2 Keanekaragaman • 3.3 Persamaan • 3.4 Penggolongan • 3.4.1 Enam tipe umum • 3.4.2 Religi dan religiositas Hindu • 3.5 Toleransi • 4 Mazhab, aliran, dan gerakan • 4.1 Enam mazhab filsafat • 4.2 Empat aliran utama • 4.3 Sekte dan aliran lainnya • 4.4 Gerakan keagamaan • 5 Keyakinan • 5.1 Konsep ketuhanan • 5.2 Atman dan jiwa • 5.3 Para dewa dan awatara • 5.4 Karma dan reinkarnasi • 5.5 Tujuan hidup manusia • 5.6 Jalan menuju Tuhan • 6 Pustaka suci • 6.1 Sruti • 6.2 Smerti • 7 Sejarah • 7.1 Periodisasi • 7.2 Agama-Agama Pra-Weda • 7.3 Periode Weda • 7.4 Reformisme Asketis • 7.5 Hinduisme Klasik • 7.5.1 Hinduisme Praklasik • 7.5.2 "Zaman Kejayaan" • 7.5.3 Hinduisme Klasik Akhir • 7.6 Kehadiran Islam dan sekte Hindu • 7.7 Hinduisme masa kini • 8 Pranata • 8.1 Caturwarna • 8.2 Jenjang kehidupan • 9 Praktik keagamaan • 9.1 Persembahyangan • 9.2 Upacara • 9.3 Ahimsa • 9.3.1 Vegetarianisme • 9.4 Pertapaan • 10 Tempat suci • 11 Simbolisme • 12 Keterangan • 13 Lihat pula • 13.1 Catatan kaki • 13.2 Daftar pustaka • 14 Pranala luar • 14.1 Riset tentang Hinduisme Etimologi [ sunting - sunting sumber ] Dalam teks ber bahasa Arab, al-Hind adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suku bangsa di suatu daerah yang kini disebut India, sedangkan 'Hindu' atau 'Hindoo' digunakan sejak akhir abad ke-18 dan seterusnya oleh orang Inggris untuk menyebut penduduk ' Hindustan', yaitu bangsa di sebelah barat daya India.

Akhirnya, 'Hindu' menjadi istilah padanan bagi 'orang India' yang bukan Muslim, Sikh, Jaina, atau Kristen, sehingga mencakup berbagai penganut dan pelaksana kepercayaan tradisional yang berbeda-beda. Akhiran '-isme' ditambahkan pada kata Hindu sekitar tahun 1830-an untuk merujuk pada kebudayaan dan agama kasta brahmana yang berlainan dengan agama lainnya, dan kemudian istilah tersebut diterima oleh orang India sendiri dalam hal membangun jati diri bangsa untuk menentang kolonialisme, meski istilah 'Hindu' pernah dicantumkan dalam babad berbahasa Sanskerta dan Bengali sebagai antonim bagi 'Yawana' atau Muslim, sekitar awal abad ke-16.

— Gavin Flood, An Introduction to Hinduism. [16] Kiri: Peta kawasan peradaban Lembah Indus (ditandai dengan warna hijau) beserta kota-kota kuno di sekitar aliran sungai Sindhu. Kanan: Peta aliran sungai Sindhu di negara Pakistan, yang terletak di antara negara Afghanistan dan India. Kata Hindu (melalui bahasa Persia) berasal dari kata Sindhu dalam bahasa Sanskerta, yaitu nama musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari sungai di sebelah barat daya Subbenua India—sebagian besar alirannya terletak di wilayah negara Pakistan—yang dalam bahasa Inggris disebut Indus.

[16] [c] Menurut Gavin Flood, pada mulanya istilah 'hindu' muncul sebagai istilah geografis bangsa Persia untuk menyebut suku bangsa yang tinggal di seberang sungai Sindhu. [16] Para sejarawan pun menyebut peradaban suku tersebut sebagai Peradaban Lembah Indus.

Maka dari itu, awalnya istilah 'Hindu' merupakan istilah geografis dan tidak mengacu pada suatu agama. Kata Hindu diserap oleh bahasa-bahasa Eropa dari istilah Arab al-Hind, dan mengacu kepada negeri bagi bangsa yang mendiami daerah sekitar Sungai Sindhu.

[19] Istilah Arab tersebut berasal istilah Persia Hindū, yang mengacu kepada seluruh suku di India. Pada abad ke-13, Hindustan muncul sebagai nama alternatif India yang acap disebutkan, yang memiliki arti "Negeri para Hindu". [20] Istilah agama Hindu kemudian sering digunakan dalam beberapa teks ber bahasa Sanskerta seperti Rajatarangini dari Kashmir (Hinduka, ca.

1450) dan beberapa teks mazhab Gaudiya Waisnawa dari abad ke-16 hingga ke-18 yang ber bahasa Bengali, seperti Caitanyacaritamerta dan Caitanyabhagawata.

Istilah itu digunakan untuk membedakan Hindu dengan Yawana atau Mleccha. [21] Sejak abad ke-18 dan seterusnya, istilah Hindu digunakan oleh para kolonis dan pedagang dari Eropa untuk menyebut para penganut agama tradisional India secara umum. Istilah Hinduism diserap ke dalam bahasa Inggris pada abad ke-19 untuk menyebut tradisi keagamaan, filasat, dan kebudayaan asli India.

Definisi [ sunting - sunting sumber ] Studi tentang India beserta kebudayaan dan agamanya—demikian pula definisi "Hinduisme"—telah dibentuk oleh minat kolonialisme, serta gagasan orang Barat tentang agama tersebut.

[22] [23] Sejak 1990-an, pengaruh-pengaruh beserta dampaknya telah menjadi topik perdebatan di kalangan ahli Hindu, [22] dan turut dicampuri oleh kritik-kritik terhadap India menurut pandangan Barat. [24] Karena istilah tersebut melingkupi berbagai tradisi dan gagasan yang luas, maka sulit untuk memperoleh definisi yang komprehensif. [16] Tanpa keseragaman, Hinduisme didefinisikan sebagai agama, tradisi keagamaan, dan seperangkat kepercayaan religius.

[25] Pengaruh kolonial [ sunting - sunting sumber ] Gagasan untuk sebuah sebutan umum bagi beberapa aliran kepercayaan dan tradisi di India sudah mendapat perhatian sejak abad ke-12. [26] [27] Gagasan "Hinduisme" sebagai "tradisi keagamaan dunia yang tunggal" dipopulerkan pada abad ke-19 oleh Indolog Eropa yang mengacu kepada "kasta-kasta brahmana" sebagai informasi mereka tentang agama-agama di India.

[28] Hal ini mengacu pada suatu kecenderungan untuk menegaskan sastra dan keyakinan terhadap Weda sebagai "esensi" bagi praktik keagamaan Hindu pada umumnya, serta bagi hubungan 'doktrin Hindu' masa kini dengan berbagai perguruan Wedanta (khususnya Adwaita Wedanta).

[23] Kolonialisme telah menjadi faktor signifikan dalam pengaruh kasta brahmana dan "brahmanisasi" dalam masyarakat Hindu. Adat kaum brahmana musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari memengaruhi pengertian Hinduisme di mata orang Eropa.

Kaum brahmana melestarikan kitab-kitab Hindu yang kemudian diteliti oleh orang-orang Eropa. Kewenangan kitab-kitab tersebut telah menjadi sasaran penelitian orang Eropa. Penetapan basis-basis tekstual agama Hindu oleh kaum orientalis Eropa didasari oleh kecenderungan untuk mengacu kepada otoritas tertulis daripada otoritas lisan.

Kaum Brahmana dan ilmuwan Eropa memiliki persepsi yang sama tentang "suatu deklinasi umum dari sebuah agama yang mulanya murni". [22] Pendapat orang Hindu [ sunting - sunting sumber ] Menurut Sarvepalli Radhakrishnan, "Hinduisme tidak sekadar keyakinan. Ia adalah gabungan antara penalaran dan intuisi yang tak dapat didefinisikan, tapi hanya bisa dirasakan." [29] Bagi orang Hindu, Hinduisme adalah jalan hidup tradisional. [30] Banyak penganutnya yang menyebut Hinduisme sebagai Sanātana-dharma, artinya " darma yang abadi" atau "jalan yang abadi".

[11] Istilah ini mengacu kepada kewajiban "abadi" yang harus dijalankan oleh seluruh umat Hindu—tanpa memandang derajat, kasta, atau sekte/aliran—seperti kejujuran, tidak menyakiti makhluk hidup, menjaga kesucian, berniat baik, pemaaf, bersabar, mengendalikan nafsu, mengendalikan diri sendiri, murah hati, dan bertafakur.

Ini berbeda dengan swadarma, artinya "darma seseorang", yaitu kewajiban yang harus dijalankan sesuai aliran yang diikuti dan tingkatan kehidupan. [31] Menurut Kim Knott, perihal darma ini mengacu pada gagasan bahwa sumbernya melampaui sejarah umat manusia, dan kebenarannya disampaikan oleh Tuhan ( Sruti) serta diwariskan dari zaman ke zaman, hingga masa kini, dalam suatu kumpulan kitab tertua di dunia, yaitu Weda.

[12] Menurut Encyclopædia Britannica: Pada masa kini, istilah [ Sanatana-dharma] itu pun digunakan oleh para pemuka, reformis, dan nasionalis Hindu untuk menyebut Hinduisme sebagai suatu agama dunia yang bersatu. Maka dari itu, Sanatana-dharma menjadi sinonim bagi kebenaran dan ajaran Hindu yang "abadi", yang kemudian dipahami bahwa tidak hanya transenden bagi sejarah dan tak berubah-ubah, tapi juga tak terbagi-bagi dan pada pokoknya bukanlah sektarian.

[d] [31] Sebagai tanggapan atas kolonialisme dan orientalisme Barat, para pemuka dan ahli Hindu menginterpretasikan agamanya dalam suatu upaya yang disebut "modernisme Hindu" oleh orang Barat. Tokoh terkemuka dalam upaya tersebut adalah Swami Vivekananda, Sarvepalli Radhakrishnan, dan Mahatma Gandhi. [32] Menurut Gavin Flood, Vivekanda (1863–1902) adalah tokoh penting dalam pengembangan pemahaman diri umat Hindu masa kini dan telah merumuskan pandangan terhadap Hinduisme bagi orang Barat.

[33] Intisari dalam filsafatnya adalah gagasan bahwa " percikan dari Tuhan" berada dalam setiap makhluk hidup, sehingga seluruh umat manusia dapat mencapai persatuan dengan "sifat ilahi bawaan" tersebut, dan dengan memandang bahwa sifat ilahi ini juga terkandung pada setiap orang maka berkembanglah kasih sayang dan harmoni sosial.

[34] Menurut Flood, pandangan Vivekananda terhadap Hinduisme adalah yang paling umum diterima oleh kebanyakan umat Hindu golongan menengah berbahasa Inggris ( English-speaking middle-class Hindus) pada masa kini. [35] Sarvepalli Radhakrishnan adalah salah satu cendekiawan terpelajar dari India yang bergelut dengan filsafat Barat dan India.

[36] Ia mencari keselarasan antara rasionalisme barat dengan Hinduisme, dan memperkenalkan Hinduisme sebagai pengalaman religius yang pada hakikatnya rasional dan humanistis. [37] [e] Wawasan Radhakrishnan disebut sangat relevan dan penting dalam membentuk jati diri Hindu kontemporer. [37] Pendapat orang Barat [ sunting - sunting sumber ] Monier-Williams (1819–1899), Profesor Sastra Sanskerta dan Indolog terawal, berpendapat bahwa "berawal dari Weda, Hinduisme telah merangkul berbagai bentuk kepercayaan, dan menyajikan fase yang cocok bagi berbagai pikiran.

Paham tersebut begitu toleran, rendah hati, komprehensif, dan menerima [berbagai bentuk tradisi]." [f] Toleransi agama Hindu terhadap aneka ragam aliran kepercayaan dan tradisi yang berbeda-beda membuatnya sulit untuk didefinisikan sebagai suatu agama menurut pemahaman tradisional orang Barat. [41] Dalam sejumlah kajian didapati bahwa agama Hindu dapat dipandang sebagai suatu kategori dengan "batas-batas yang kabur", daripada suatu lembaga yang tegar dan terdefinisikan dengan baik.

Beberapa aktivitas keagamaan Hindu dapat dipandang sebagai hal yang lazim dalam agama tersebut, sementara yang tak lazim pun masih dapat dimasukkan ke dalam kategori agama Hindu. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, Ferro-Luzzi menulis suatu 'pendekatan Teori Prototipe' untuk mendefinisikan Hinduisme.

[42] Menurut Flood, globalisasi kebudayaan Hindu diprakarsai oleh Swami Vivekananda dengan mendirikan Misi Ramakrishna, dan diikuti oleh para pemuka Hindu lainnya, yang membawa ajaran yang menjadi kekuatan kultural penting dalam masyarakat Barat, dan sebagai akibatnya menjadi kekuatan kultural penting di India, tempat ajaran itu bermula.

[43] Hinduisme Global tersebut menarik minat di seluruh dunia, melampaui batas-batas nasional, dan telah menjadikannya suatu agama dunia yang berdampingan dengan Kekristenan, Islam, dan Buddhisme, bagi komunitas Hindu seluruh dunia maupun orang-orang Barat yang tertarik dengan kebudayaan dan kepercayaan non-Barat.

[44] Agama ini menekankan nilai-nilai spiritual universal seperti keadilan sosial, kedamaian, serta "transformasi spiritual umat manusia." [44] Sebagian perkembangannya disebabkan oleh "re-enkulturasi" atau efek Pizza, yaitu suatu kondisi ketika unsur-unsur kebudayaan Hindu diperkenalkan ke Dunia Barat, lalu mendapatkan popularitas di sana, dan sebagai akibatnya juga mendapatkan popularitas yang lebih besar di India.

[45] Karakteristik [ sunting - sunting sumber ] Keberadaan agama Hindu sebagai agama tersendiri yang berbeda dengan agama Buddha dan Jainisme diperkuat oleh penegasan para penganutnya bahwa agama mereka memang demikian berbeda.

[46] Berbeda dengan dua agama tersebut, Hinduisme bersifat lebih teistik. Sebagian besar sekte dan aliran Hinduisme meyakini suatu pengatur alam semesta—dasar bagi segala fenomena di dunia yang memanifestasikan diri dalam berbagai wujud—yang disebut dengan berbagai nama, seperti Iswara, Dewa, Batara, Hyang, dan lain-lain.

Sebagian aliran meyakini bahwa berbagai kemajemukan di dunia merupakan bagian dari Brahman. Dalam agama Hindu, seorang umat boleh berkontemplasi tentang misteri Brahman (dalam konteks tertentu, Brahman dapat didefinisikan sebagai Tuhan personal ataupun impersonal) dan mengungkapkannya melalui mitos musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari jumlahnya tidak habis-habisnya, serta melalui penyelidikan filosofis.

Mereka mencari kemerdekaan atas penderitaan melalui praktik-praktik brata atau meditasi yang mendalam, atau dengan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui cinta kasih ( bhakti) dan percaya ( sradha). Akar Hinduisme [ sunting - sunting sumber ] Seorang wanita melakukan puja saat matahari terbenam di Rishikesh, Haridwar. Sejak minat akan Indologi dan studi Hindu bertumbuh, sejarah dan pangkal agama Hindu telah menjadi perdebatan para cendekiawan di Dunia Barat. Sebelumnya, tidak ada istilah 'Hinduisme' atau 'agama Hindu', tetapi keberadaan tradisi Hindu seperti sekarang telah berpangkal sejak purbakala.

[47] Selain itu, para ahli sulit mendefinisikan Hinduisme karena ketiadaan seorang tokoh pendiri agama tersebut. Para cendekiawan memandang Hinduisme sebagai gabungan dari berbagai kebudayaan atau tradisi yang ada di India. [48] [49] [50] Salah satu akarnya adalah Brahmanisme atau agama Weda Kuno dari India pada Zaman Besi, [51] [49] yang merupakan hasil peleburan antara bangsa Indo-Arya dengan kebudayaan dan peradaban Harrapa.

[52] Selain itu, tradisi yang mendukung perkembangan agama Hindu meliputi Sramana atau "tradisi penolakan" dari India Utara, serta kebudayaan mesolitik dan neolitik di India, seperti agama-agama peradaban lembah sungai Indus, [53] [54] [55] tradisi bangsa Dravida, [56] serta tradisi dan agama lokal dari suku bangsa di India. [57] Setelah periode Weda (antara 500–200 SM dan ca. 300 M, [48] pada permulaan periode "Wiracarita dan Purana" atau "periode Praklasik"), "sintesis Hindu" mulai timbul [48] (masa ketika dimasukkannya pengaruh Sramana dan Buddhisme), diiringi dengan kemunculan tradisi bhakti ke dalam balutan Brahmanisme melalui kitab-kitab Smerti.

Sintesis ini muncul di bawah tekanan perkembangan Buddhisme dan Jainisme. [58] Selama pemerintahan Dinasti Gupta, kitab-kitab Purana disusun, digunakan untuk menyebarkan ideologi keagamaan umum di tengah-tengah akulturasi yang dijalani masyarakat tribal dan buta huruf.

Hasilnya adalah kemunculan Hinduisme-Puranis ( Puranic-Hinduism) yang memiliki perbedaan mencolok jika dibandingkan dengan Brahmanisme sebelumnya (yang berpegang pada Dharmasastra dan Smerti). Selama beberapa abad, Hinduisme dan Buddhisme tumbuh berdampingan, [59] sampai akhirnya memperoleh keunggulan pada abad ke-8 M. [60] [61] Dari India Utara, "sintesis Hindu" beserta konsep pembagian masyarakat menyebar ke India Selatan dan sebagian Asia Tenggara.

[62] Hal tersebut didukung oleh sejumlah kegiatan: pengadaan permukiman bagi kaum brahmana di kawasan yang diizinkan oleh penguasa lokal; [63] [64] dimasukkannya atau di asimilasikannya dewa-dewi non-Weda (tidak disebut dalam Weda) yang populer; [65] [66] dan proses Sanskritisasi, yaitu kondisi ketika "orang-orang dari berbagai strata masyarakat India cenderung menyesuaikan kehidupan religius dan sosial mereka dengan norma-norma Brahmanis".

[65] [67] Proses asimilasi tersebut menjelaskan bahwa keanekaragaman budaya lokal di India diselimuti oleh selubung persamaan konseptual. [68] Keanekaragaman [ sunting - sunting sumber ] Prosesi pembubuhan tika saat perayaan Tihar di Nepal. Agama Hindu dapat dideskripsikan sebagai sebuah wadah tradisi yang memiliki "sifat kompleks, bertumbuh, berhierarki, dan kadangkala inkonsisten secara internal." [69] Agama Hindu tidak mengenal "satu sistem kepercayaan yang disusun demi menyeragamkan keyakinan atau iman", [16] namun menjadi istilah awam yang meliputi kemajemukan tradisi keagamaan di India.

[70] [71] Menurut Mahkamah Agung India: Tidak seperti agama lainnya di dunia, agama Hindu tidak mengklaim satu nabi saja, tidak memuja satu dewa saja, tidak menganut satu konsep filosofis saja, tidak mengikuti atau mengadakan satu ritus keagamaan saja; faktanya, ciri-ciri [agama Hindu] itu tidak seperti agama atau kepercayaan lain pada umumnya. Tak lain dan tak bukan, agama [Hindu] itu merupakan suatu jalan hidup.

[g] [72] [73] Salah satu masalah dalam merumuskan satu definisi tentang istilah "agama Hindu" adalah adanya fakta bahwa agama Hindu tidak didirikan oleh seorang tokoh. [16] [74] Agama ini merupakan sintesis dari berbagai tradisi, atau himpunan tradisi keagamaan yang berbeda tetapi memiliki persamaan.

[48] [50] Konsep ketuhanan dalam tubuh agama Hindu pun tidak seragam. Beberapa aliran bersifat monoteisme—mengagungkan Wisnu, Kresna, atau Siwa—sementara aliran lainnya bersifat monisme, yang memandang bahwa para dewa atau sembahan apa pun merupakan manifestasi beragam dari Yang Maha Esa. [75] Beberapa aliran Hindu bersifat panenteisme—sebagaimana disebutkan dalam kitab Bhagawadgita—yang meyakini bahwa Tuhan meresap ke seluruh alam semesta, tapi alam semesta bukanlah Tuhan.

[76] Beberapa filsafat Hindu membuat postulat ontologi teistis (dalil ketuhanan) tentang penciptaan dan peleburan alam semesta, meskipun beberapa umat Hindu merupakan ateis yang memandang Hinduisme tak lebih dari sebuah filsafat, bukan agama.

Di samping itu, agama Hindu tidak mengenal satu sistem saja untuk mencari "keselamatan" ( salvation), [16] namun mengandung sejumlah aliran dan berbagai bentuk tradisi keagamaan. [77] Beberapa tradisi Hindu mengandalkan ritus tertentu sebagai hal penting demi keselamatan, tapi berbagai pandangan mengenai hal tersebut juga hadir secara berdampingan.

Agama Hindu juga dicirikan dengan adanya kepercayaan akan reinkarnasi ( samsara, atau siklus lahir-mati) yang ditentukan oleh hukum karma, dan gagasan tentang "keselamatan" adalah kondisi saat individu terbebas dari siklus lahir-mati yang terus berputar.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, agama Hindu dipandang sebagai agama yang paling kompleks dari seluruh agama yang masih bertahan hingga saat ini. [78] Persamaan [ sunting - sunting sumber ] Di samping berbagai perbedaan yang teramati, ada pula rasa persamaan dalam Hinduisme. [79] Menurut tokoh spiritual Hindu Swami Vivekananda, ada kesatuan fundamental dalam tubuh Hinduisme, yang mendasari berbagai perbedaan dalam bentuk-bentuk pelaksanaannya.

[34] Pada umumnya, umat Hindu mengenal berbagai nama dan gelar seperti Wisnu, Siwa, Sakti, Hyang, Dewata, dan Batara. Beberapa aliran memandang nama dan gelar tersebut sebagai aneka manifestasi dari Yang Maha Esa atau Yang Mahakuasa, sehingga agama Hindu dapat dikatakan bersifat monisme.

Agama Hindu juga dicirikan dengan adanya kepercayaan akan makhluk ilahi/ makhluk surgawi, yang dipandang tidak setara dengan Yang Mahakuasa, sedangkan beberapa aliran juga memandangnya sebagai manifestasi dari Yang Mahakuasa. [75] Karakteristik lainnya—yang kerap dijumpai dalam tubuh Hinduisme—adalah iman tentang reinkarnasi dan karma, serta keyakinan akan kewajiban yang harus dipenuhi secara mutlak ( darma). Selain itu, banyak aliran Hinduisme mentakzimkan suatu kumpulan kitab suci yang disebut Weda, meskipun ada beberapa aliran yang mengabaikannya.

[80] Sekte Hindu seperti Linggayata bahkan tidak mengikuti Weda, tapi masih memiliki kepercayaan akan Siwa. [81] Sebaliknya, sekte Ayyavazhi memiliki kitab suci tersendiri yang disebut Akilattirattu Ammanai, [82] namun masih mengimani Tuhan yang sama dengan Hinduisme—contohnya Narayana dan Laksmi—serta memiliki sejumlah mitos yang mirip dengan mitologi Hindu pada umumnya.

Dalam perkembangannya, tradisi Hindu yang cenderung mengagungkan Wisnu—atau Narayana dan Kresna—disebut Waisnawa, sementara yang memuja Siwa disebut Saiwa (Saiwisme). Dilihat dari luar, aliran Saiwa dan Waisnawa memiliki konsep tersendiri tentang Tuhan yang diagungkan. Menurut Halbfass, meskipun aliran Saiwa dan Waisnawa dapat dipandang sebagai aliran keagamaan yang mandiri, ada kadar interaksi dan saling acu antara para teoretikus dan pujangga dari masing-masing tradisi yang mengindikasikan adanya rasa jati diri yang lebih luas, rasa koherensi dalam konteks yang sama, serta inklusi dalam kerangka dan garis besar [kepercayaan] secara umum.

[79] Menurut Nicholson, pada masa antara abad ke-12 dan ke-16, para cendekiawan tertentu mulai memandang " benang merah" terhadap kekayaan ajaran filsafat yang berasal dari Upanishad, wiracarita, Purana, dan beberapa mazhab yang dikenal sebagai "enam sistem" ( saddarsana) dari filsafat Hindu yang umum." [26] Tendensi dari kekaburan distingsi filosofis juga digarisbawahi oleh Burley.

[83] Hacker menyebut perihal tersebut sebagai "inklusivisme", [84] dan Michaels berpendapat tentang "sifat identifikasi diri". [85] Menurut Lorenzen, rasa identitas ke-Hindu-an bermula dari masa interaksi antara kaum Muslim dan Hindu, [86] dan dari sebuah proses penentuan jati diri untuk membedakan kaum Hindu dengan kaum Muslim, yang sudah dimulai sebelum 1800-an. [87] Menurut Michaels: Sebagai pencegahan terhadap supremasi Islam, dan sebagai bagian dari proses regionalisasi yang berkelanjutan, dua inovasi keagamaan berkembang dalam tubuh agama Hindu: pembentukan sekte-sekte serta historisasi yang mendahului nasionalisme pada masa berikutnya … Para orang suci, dan kadangkala pemuka sekte yang militan, seperti pujangga Maratha [bernama] Tukaram (1609–1649) dan Ramdas (1608–1681), menyuarakan gagasan-gagasan yang mengagungkan kejayaan agama Hindu pada masa lampau.

Para brahmana juga menyusun tulisan-tulisan bersejarah yang kian bertambah, terutama eulogi dan riwayat tempat-tempat suci ( mahatmya), atau mengobarkan semangat reflektif untuk menghimpun dan menggubah suatu koleksi kutipan yang musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari tentang berbagai subjek.

[h] [88] Inklusivisme ini dikembangkan lebih jauh lagi pada abad ke-19 dan ke-20 oleh gerakan reformasi Hindu dan Neo-Vedanta, serta telah menjadi karakteristik agama Hindu modern. Penggolongan [ sunting - sunting sumber ] Agama Hindu sebagaimana biasanya dapat digolongkan ke dalam beberapa mazhab atau aliran besar.

Dalam suatu kelompok mazhab pada masa lalu—yang digolongkan sebagai "enam darsana"—hanya dua mazhab yang popularitasnya masih bertahan: Wedanta dan Yoga. Golongan-golongan utama Hinduisme pada masa kini disesuaikan dengan aliran-aliran besar yang ada: Waisnawa (Waisnawisme), Saiwa (Saiwisme), Sakta (Saktisme), dan Smarta (Smartisme). [89] Enam tipe umum [ sunting - sunting sumber ] Prosesi ganga aarti di Dashashwamedh Ghat, Benares.

Menurut J. McDaniel, ada enam tipe umum dalam tubuh agama Hindu, yang disusun dengan maksud menampung berbagai pandangan terhadap suatu subjek yang kompleks. Adapun enam tipe tersebut sebagai berikut: [90] • Agama Hindu rakyat, yaitu agama Hindu yang berdasarkan pada tradisi masyarakat setempat serta pemujaan dewa-dewi lokal, seperti Hindu Tamil, Hindu Newa, Hindu Bali, Hindu Manipuri, Hindu Kaharingan, dan lain-lain.

Berpangkal dari masa prasejarah atau setidaknya mendahului penulisan Weda. [90] • Srauta atau Agama Hindu Weda, dilaksanakan oleh kaum brahmana- tradisional yang disebut srautin. • Agama Hindu Wedanta, yaitu agama Hindu yang mengacu pada filsafat Wedanta, meliputi Adwaita Wedanta ( Smarta), dan menekankan pendekatan filosofis pada kitab-kitab Upanishad.

• Agama Hindu Yoga, yaitu sekte yang menitikberatkan pelaksanaan yoga menurut Yogasutra Patanjali. • Agama Hindu Dharma atau agama "moralitas sehari-hari", yaitu Hinduisme yang berdasarkan pada realisasi karma dan pelaksanaan norma kemasyarakatan seperti wiwaha (adat pernikahan Hindu).

• Bhakti, yaitu agama Hindu yang menekankan pelaksanaan kebaktian bagi entitas tertentu, seperti Kresna, Siwa, Ganesa. Religi dan religiositas Hindu [ sunting - sunting sumber ] Menurut Axel Michaels, ada tiga bentuk religi (agama) Hindu dan empat macam religiositas (pengabdian) umat Hindu.

[77] Pembagian agama Hindu menjadi tiga bentuk bersuaian dengan metode pembagian dari India yang mengelompokkannya sebagai berikut: praktik ritual menurut Weda ( vaidika), agama rakyat dan lokal ( gramya), dan sekte keagamaan ( agama atau tantra). [91] Menurut Michaels, tiga bentuk agama Hindu yakni: • Hinduisme Brahmanis-Sanskritis ( Brahmanic-Sanskritic Hinduism): suatu agama politeistis, ritualistis, dan kependetaan yang berpusat pada suatu keluarga besar serta upacara pengorbanan, dan merujuk kepada kitab-kitab Weda sebagai keabsahannya.

[77] Agama ini mendapat sorotan utama dalam banyak risalah tentang agama Hindu karena memenuhi banyak kriteria untuk disebut sebagai agama, serta karena agama ini merupakan yang dominan di berbagai wilayah India, sebab masyarakat non- brahmana pun mencoba untuk mengasimilasinya.

[77] • Agama rakyat dan agama suku: suatu agama lokal yang politeistis, kadang kala animistis, dengan tradisi lisan yang luas. Kadang kala bertentangan dengan Hinduisme Brahmanis-Sanskritis. [92] • Agama bentukan: tradisi dengan komunitas monastis yang dibentuk untuk mencari keselamatan ( salvation), biasanya menjauhkan diri dari belenggu duniawi, dan sering kali anti-Brahmanis. [77] Agama ini dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga bagian: • Agama sektarian: aliran keagamaan yang menggarisbawahi suatu konsep filosofis dari Hinduisme dan menekankan praktik religius menurut konsep tersebut, contohnya Waisnawa dan Saiwa.

[92] • Agama-bentukan sinkretis: agama tersendiri yang terbentuk dari sinkretisme antara Hinduisme dengan agama lain, contohnya Hindu- Islam ( Sikhisme), Hindu- Buddha ( Buddhisme Newara), atau Hindu- Kristen ( Neohinduisme).

[92] • Agama proselitisis ( proselytizing religions), atau "Guru-isme": kelompok keagamaan yang berawal dari seorang guru dan biasanya menekankan isu universalisme, contohnya Maharishi Mahesh Yogi dengan gerakan Meditasi Transendental, Sathya Sai Baba dengan Federasi Satya Sai, Bhaktivedanta Swami Prabhupada dengan gerakan ISKCON, Maharaj Ji dengan Divine Light Mission, dan Osho. [92] Menurut Michaels, empat macam religiositas Hindu yakni: • Ritualisme: terutama mengacu pada ritualisme Weda-Brahmanistis ( Vedic-Brahmanistic ritualism) yang domestik dan butuh kurban, tapi dapat juga meliputi beberapa bentuk Tantrisme Tantrisme.

[91] Ini merupakan karma-marga klasik. [93] • Spiritualisme: kesalehan intelektual, bertujuan untuk mencari kebebasan ( moksa) bagi individu, biasanya dengan bimbingan seorang guru. Ini merupakan karakteristik Adwaita Wedanta, Saiwa Kashmir, Saiwa Siddhanta, Neo-Wedanta, Guruisme esoterik masa kini, dan beberapa macam Tantrisme.

[91] Ini merupakan jnana-marga klasik. [93] • Devosionalisme: pemujaan kepada Tuhan, seperti yang ditekankan dalam tradisi bhakti dan Kresnaisme. [91] Ini merupakan bhakti-marga klasik. [93] • Heroisme: bentuk religiositas politeistis yang berpangkal dari tradisi militeristis, seperti Ramaisme dan sebagian dari Hinduisme politis. [91] Ini juga disebut wirya-marga. [93] Toleransi [ sunting - sunting sumber ] Pendeta Hindu diberi kesempatan melantunkan doa dalam suatu upacara yang diselenggarakan umat agama Romuva di Lituania.

Agama Hindu memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran karena tiadanya skisma meskipun ada kemajemukan tradisi yang bernaung di bawah simbol-simbol agama Hindu. [94] [95] Pada awal perkembangannya, saat tiadanya perselisihan antaragama, umat Hindu menganggap setiap orang yang mereka temui sebagai umat Hindu pula. [96] [97] Tetapi pada masa kini, umat Hindu menerima pengaruh dari Barat tentang pengadaan konversi agama.

[98] Maka, banyak umat Hindu berpendapat bahwa identitas kehinduan diperoleh semenjak lahir, [99] sementara yang lainnya berpendapat bahwa siapa pun yang mengikuti kepercayaan dan praktik agama Hindu merupakan seorang Hindu. [100] Gandhi menyatakan bahwa Hinduisme bebas dari dogma-dogma yang memaksa, serta dapat menampung berbagai bentuk ekspresi diri dalam ruang lingkup yang besar. [101] Dalam tubuh agama Hindu, perbedaan pada setiap tradisi—bahkan pada agama lain—tidak untuk diperkarakan, karena ada keyakinan bahwa setiap orang memuja Tuhan yang sama dengan nama yang berbeda, entah disadari atau tidak oleh umat bersangkutan.

[102] Dalam kitab Regweda terdapat suatu bait yang sering dikutip oleh umat Hindu untuk menegaskan hal tersebut, sebagai berikut: एकम् सत् विप्रा: बहुधा वदन्ति ( Ekam Sat Viprāh Bahudhā Vadanti) Arti: "Hanya ada satu kebenaran, tetapi para cendekiawan menyebut-Nya dengan banyak nama." ( I:CLXIV:46) Dalam Parlemen Agama-Agama Dunia (1893) di Chicago, Swami Vivekananda sebagai perwakilan India mengawali pidatonya dengan salam " Sisters and brothers of America!" dan mendapatkan sambutan yang hangat.

[103] Ia memperkenalkan Hinduisme sebagai agama yang mengajarkan toleransi dan bersikap sangat terbuka. [104] Agama Hindu memandang seluruh dunia sebagai suatu keluarga besar yang mengagungkan satu kebenaran yang sama, sehingga agama tersebut menghargai segala bentuk musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari dan tidak mempersoalkan perbedaan agama.

[105] Maka dari itu, agama Hindu tidak mengakui konsep murtad, bidah, dan penghujatan. [94] [106] [107] Agama Hindu bersifat mendukung pluralisme agama dan lebih menekankan harmoni dalam kehidupan antar-umat beragama, dengan tetap mengindahkan bahwa tiap agama memiliki perbedaan mutlak yang tak patut diperselisihkan.

[108] Menurut tokoh spiritual Hindu Swami Vivekananda, setiap orang tidak hanya patut menghargai agama lain, tapi juga merangkulnya dengan pikiran yang baik, dan kebenaran itulah yang merupakan dasar bagi setiap agama.

[109] Dalam agama Hindu, toleransi beragama tidak hanya ditujukan pada umat agama lain, tapi juga pada umat Hindu sendiri. Hal ini terkait dengan keberadaan beragam tradisi dalam tubuh Hinduisme.

Agama Hindu memberikan jaminan kebebasan bagi para penganutnya untuk memilih suatu pemahaman dan melakukan tata cara persembahyangan tertentu. [95] [110] [111] Sebuah sloka dalam Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari sering dikutip untuk mendukung pernyataan tersebut: ये यथा मां प्रपद्यन्ते तांस्तथैव भजाम्यहम् मम वर्त्मानुवर्तन्ते मनुष्या: पार्थ सर्वश: ( Ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah.) Arti: "Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku, Aku memberinya anugerah setimpal.

Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan, wahai Arjuna." ( Bhagawadgita, IV:11) Dalam Parlemen Agama-Agama Dunia (1893) di Chicago, Vivekananda juga mengutip suatu ayat yang menyatakan bahwa setiap orang menempuh jalan yang berbeda-beda dalam memuja Tuhan, sebagaimana berbagai aliran sungai pada akhirnya menyatu di lautan.

[104] Mazhab, aliran, dan gerakan [ sunting - sunting sumber ] Partisipasi umat Waisnawa dalam acara Festival Woodstock di Polandia. Hinduisme tidak mengandalkan otoritas berdasarkan doktrin sentral seperti kredo, pengakuan iman, rukun iman, atau syahadat.

[112] Meskipun tradisi Hindu tidak seragam, banyak umat Hindu yang tidak mau mengakui dirinya sebagai penganut aliran atau sekte Hindu tertentu. [112] Pada umumnya, aliran dibedakan berdasarkan pada dewa yang dipuja sebagai manifestasi Yang Mahakuasa, serta pada tradisi mengenai cara pemujaan dewa tersebut. Ada empat aliran utama yang sering teramati: Waisnawa, Saiwa, Sakta, dan Smarta. [113] Umat Waisnawa memuja Wisnu sebagai manifestasi Yang Mahakuasa; umat Saiwa memuja Siwa sebagai manifestasi Yang Mahakuasa; umat Sakta memuja Sakti (kekuatan) atau Dewi yang dipersonifikasikan sebagai wanita ilahi; sedangkan Smarta meyakini kesatuan mendasar dari lima ( Pancadewa) atau enam ( Shanmata) dewa sebagai personifikasi dari Yang Mahakuasa.

Aliran lainnya seperti Ganapatya (pemujaan terhadap Ganesa) dan Saura (pemujaan terhadap Surya) kurang menyebar secara luas. Sejumlah gerakan keagamaan terkategorikan ke dalam salah satu aliran besar Hinduisme, contohnya Gerakan Hare Krishna terkategorikan ke dalam golongan Waisnawa. Ada pula gerakan keagamaan Hindu yang sukar ditentukan untuk dimasukkan ke dalam golongan yang disebutkan di atas, contohnya Arya Samaj yang diprakarsai Swami Dayananda Saraswati. Gerakan keagamaan ini berbeda dengan tradisi Hindu pada umumnya, yaitu tidak memuja Tuhan dengan sarana arca atau lukisan.

Gerakan ini berfokus kepada Weda dan yadnya ( yajña; ritus keagamaan berdasarkan Weda). Di samping empat aliran besar dalam agama Hindu, sekte-sekte keagamaan yang ada meliputi Ayyavazhi, Swaminarayana, Ravidassia, Linggayata, dan lain-lain. Beberapa sekte memiliki konsep, mitologi, serta pustaka suci tersendiri yang berbeda dengan tradisi Hindu pada umumnya. Sekte-sekte tertentu pun memiliki aliran di dalamnya, misalnya tradisi Tantra. [114] Enam mazhab filsafat [ sunting - sunting sumber ] Lukisan Kapila, dari abad ke-19.

Menurut sistem astika dan nastika, ada sembilan filsafat India klasik. Enam di antaranya merupakan filsafat Hindu klasik ( astika) yang mengakui otoritas Weda sebagai kitab suci. Tiga filsafat lainnya merupakan aliran heterodoks ( nastika) yang tidak mengakui otoritas Weda, tapi menekankan tradisi perguruan yang berbeda. Adapun enam filsafat Hindu tersebut sebagai berikut: • Samkhya: mazhab filsafat yang—dipercaya secara tradisional—digagas oleh Resi Kapila.

Mazhab ini dianggap sebagai salah satu mazhab filsafat tertua di India. [115] Mazhab ini bersifat dualisme. [116] [117] [118] Menurut Samkhya, alam semesta terdiri dari dua realitas: purusa (kesadaran) dan prakerti (materi). Jiwa adalah kondisi saat purusa terikat pada prakriti karena suatu "perekat" yang disebut kehendak, dan akhir dari ikatan itu disebut moksa. Samkhya menolak bahwa sumber segalanya adalah Iswara (Tuhan). [119] Samkhya tidak mendeskripsikan apa yang terjadi setelah moksa, dan tidak menyinggung apa pun yang berkaitan dengan Iswara atau Tuhan, karena filsafat ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan esensial antara purusa individu dengan alam semesta setelah mencapai moksa.

• Yoga: mazhab yang menekankan pada pengendalian diri dan pikiran. Mazhab Yoga menerima psikologi dan metafisika yang diajarkan Samkhya, tapi bersifat lebih teistis daripada Samkhya, karena ditambahkannya entitas ketuhanan pada 25 elemen realitas menurut Samkhya.

[120] Mazhab ini digagas oleh Resi Patanjali. Yoga menurut Patanjali dikenal sebagai Rajayoga, yaitu suatu sistem untuk mengontrol pikiran. [121] Berbagai tradisi Yoga didapati dalam agama Hindu, Buddha, dan Jaina. [122] Para guru dari India memperkenalkan Yoga ke Dunia Barat, [123] mengikuti keberhasilan Vivekananda pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. [123] Pada tahun 1980-an, salah satu jenis Yoga menjadi populer sebagai suatu sistem latihan jasmani di Dunia Barat.

Bentuk Yoga semacam itu disebut Hathayoga. • Nyaya: mazhab logika dalam Hinduisme. Mazhab spekulasi filosofis ini berdasarkan kitab-kitab yang disebut Nyayasutra, ditulis oleh Aksapada Gautama pada abad ke-2 Masehi. [124] Kontribusi signifikan dari mazhab Nyaya adalah metodologi untuk membuktikan keberadaan Tuhan, menurut kitab Weda. Menurut mazhab Nyaya, ada empat sumber untuk memperoleh pengetahuan ( pramana): persepsi, inferensi, perbandingan, dan testimoni.

Pengetahuan yang diperoleh melalui masing-masing sumber tersebut bisa saja sahih atau tidak. Sebagai dampaknya, para filsuf Nyaya berusaha keras untuk mencari cara membuktikan kesahihan pengetahuan melalui sejumlah bagan penjelasan.

• Waisesika: mazhab atomisme dalam Hinduisme yang menyatakan suatu postulat bahwa segala benda di alam semesta dapat dibagi-bagi menjadi sejumlah atom. Mazhab ini mulanya digagas oleh Resi Kanada sekitar abad ke-2 Masehi. [125] Secara historis, mazhab ini dikaitkan erat dengan Nyaya. Meskipun sistem Waisesika dan Nyaya berkembang secara mandiri, keduanya bergabung karena teori-teori metafisis yang memiliki keterkaitan.

Akan tetapi, dalam bentuknya yang klasik, ajaran Waisesika berbeda dengan Nyaya, karena Nyaya mengakui empat sumber pengetahuan, sementara Waisesika hanya mengakui persepsi dan inferensi.

• Mimamsa: mazhab yang kajian utamanya adalah sifat-sifat darma berdasarkan hermeneutika pada kitab-kitab Weda. Sifat-sifat darma tidak dapat diakses untuk penalaran atau pengamatan, sehingga harus dikaji melalui otoritas wahyu-wahyu yang dikandung dalam Weda, yang diyakini kekal, tanpa pengarang ( apauruṣeyatva), dan sempurna.

[126] Mazhab Mimamsa mengandung doktrin yang ateistis maupun teistis dan tidak terlalu tertarik pada keberadaan Tuhan, tapi pada karakteristik darma. [127] [128] Mimamsa sangat memerhatikan penafsiran tekstual, sehingga memberi rintisan pada kajian filologi dan filsafat bahasa. Gagasannya tentang "tuturan" ( śabda) sebagai kesatuan suara dan makna (penanda dan petanda) yang tak dapat dibagi lagi dipengaruhi oleh Bhartṛhari ( ca. abad ke-5). [129] Patung Adi Shankara, filsuf mazhab Adwaita yang tertemuka, terletak di Mysore, India.

• Wedanta: mazhab yang berfokus pada kajian tentang tiga sastra dasar dalam filsafat Hindu, yaitu Upanishad, Brahmasutra, dan Bhagawadgita. [130] Sekurang-kurangnya, ada sepuluh aliran dalam mazhab Wedanta, [131] namun tiga di antaranya— Adwaita, Wisistadwaita, dan Dwaita—lebih termasyhur.

[132] Wedanta terdiri dari berbagai macam aliran, tiga di antaranya ialah: • Adwaita: perguruan Wedanta yang dirintis oleh Adi Shankara (awal abad ke-8) dan guru besarnya, Gaudapada, yang menjabarkan Ajatiwada. Menurut perguruan ini, Brahman adalah satu-satunya kenyataan, sedangkan dunia yang teramati hanyalah ilusi belaka.

Karena Brahman adalah kenyataan sejati, Ia tidak dapat dikatakan memiliki atribut. Kekuatan ilusif dari Brahman yang disebut maya ( māyā) membuat dunia ini tampak ada. Ketidaktahuan akan kenyataan tersebut merupakan penyebab adanya penderitaan di dunia, sehingga kebebasan (dari penderitaan) hanya bisa diperoleh melalui kesadaran akan Brahman.

Ketika seseorang mencoba memahami Brahman melalui pikirannya, maka—karena pengaruh maya—Brahman hadir sebagai Tuhan berkepribadian ( Iswara), yang berbeda dengan dunia dan juga individu. Pada kenyataannya, tiada perbedaan antara esensi individu yang sejati ( jiwatman) dengan Brahman. Kebebasan dapat diperoleh dengan merasakan bahwa tiada perbedaan antara keduanya. Maka dari itu, jalan kebebasan ditempuh dengan pengetahuan ( jñāna).

[133] • Wisistadwaita: perguruan Wedanta yang dirintis oleh Ramanuja (1017–1137). Menurut perguruan ini, jiwatman adalah bagian dari Brahman, sehingga mereka mirip, tetapi tidak sama. Menurut Wisistadwaita, Brahman dinyatakan memiliki atribut ( Saguna-brahman), termasuk materi dan jiwa kesadaran individu.

Brahman, materi, dan jiwa individu tidaklah sama tetapi merupakan entitas yang tidak terpisahkan. Perguruan ini menegaskan Bhakti atau pengabdian kepada Tuhan—yang dibayangkan sebagai Wisnu—sebagai jalan untuk mencapai kebebasan ( moksa). Dalam perguruan ini, maya dipandang sebagai daya cipta dari Tuhan.

[133] • Dwaita: perguruan Wedanta yang dirintis oleh Madhwacarya (1199–1278). Perguruan ini juga disebut sebagai tatvavādā – "Filsafat Kenyataan". Perguruan ini menyamakan Tuhan dengan Brahman, sehingga tiada berbeda dengan Wisnu ataupun berbagai perwujudan-Nya seperti Kresna, Narasinga, Wenkateswara, dan lain-lain.

Perguruan ini memandang Brahman, jiwa individu, dan materi sebagai entitas yang berbeda. Perguruan ini menekankan Bhakti sebagai jalan yang benar untuk mencapai kebebasan, dan pengabaian akan Tuhan akan berujung pada neraka serta ikatan duniawi. Menurut Dwaita, segala tindakan diberdayakan oleh jiwa yang diberi kekuatan oleh Tuhan, dan hasil tindakan tersebut dilimpahkan kepada jiwa, tapi Tuhan tidak ikut terpengaruh oleh hasil tindakan tersebut.

[133] Dalam sejarah agama Hindu, keberadaan enam mazhab tersebut di atas mencapai masa gemilang pada masa Dinasti Gupta. Dengan bubarnya Waisesika dan Mimamsa, perguruan filsafat tersebut kehilangan pamornya pada masa-masa berikutnya, sedangkan berbagai aliran-aliran Wedanta mulai naik pamor sebagai cabang-cabang utama dalam filsafat keagamaan.

Nyaya bertahan sampai abad ke-17 dan berganti nama menjadi Nawya-nyaya ("Nyaya Baru"), sedangkan Samkhya lenyap perlahan-lahan, tapi ajarannya diserap oleh Yoga dan Wedanta. Empat aliran utama [ sunting - sunting sumber ] Umat Saiwa di kuil Pashupatinatha, Nepal.

Empat aliran utama yang sering didapati adalah Waisnawa, Saiwa, Sakta, dan Smarta. Dalam masing-masing aliran, ada beberapa perguruan atau aliran lain yang menempuh caranya sendiri. • Waisnawa: aliran dalam tubuh Hinduisme yang memuja Wisnu—dewa pemelihara menurut konsep Trimurti (Tritunggal)—beserta sepuluh perwujudannya ( awatara).

Aliran ini menekankan pada kebaktian, dan para pengikutnya turut memuja berbagai dewa, termasuk Rama dan Kresna yang diyakini sebagai perwujudan Wisnu.

Pengikut aliran ini biasanya non-asketis, monastis (mengikuti cara hidup biarawan), dan menekuni praktik meditasi serta melantunkan lagu-lagu pemujaan. [134] [135] [136] Biasanya umat Waisnawa bersifat dualisme. Aliran ini memiliki banyak tokoh suci, kuil, dan kitab suci. [137] Aliran ini terbagi dalam beberapa golongan, yaitu: Sri Sampradaya (Waisnawa yang memuja Laksmi sebagai pasangan Wisnu), Brahma Sampradaya (Waisnawa yang memuja Wisnu secara eksklusif), Rudra Sampradaya (Waisnawa yang memuja Wisnu atau para awatara, seperti Kresna, Rama, Balarama, dan lain-lain), Kumara Sampradaya (Waisnawa yang memuja Caturkumara).

• Saiwa: aliran dalam tubuh Hinduisme yang memuja Siwa. Kadang kala Siwa digambarkan sebagai Bhairawa yang menyeramkan. Umat Saiwa lebih tertarik pada tapa brata daripada umat Hindu aliran lainnya, dan biasa ditemui berkeliaran di India dengan wajah yang dilumuri abu dan melakukan ritual penyucian diri.

[134] [135] [136] Mereka bersembahyang di kuil dan melakukan yoga, berjuang untuk dapat menyatukan diri dengan Siwa. [137] Aliran ini terbagi dalam beberapa golongan, yaitu: Pasupata (Saiwa yang menekankan tapa brata, terutama tersebar di Gujarat, Kashmir, dan Nepal), Saiwa Siddhanta (Saiwa yang mendapat pengaruh Tantra), Kashmira Saiwadarshana (Saiwa yang monistis dan idealistis), Natha Siddha Siddhanta (Saiwa yang monistis), Linggayata (Saiwa yang monoteistis), Saiwa Adwaita (Saiwa yang monistis dan teistis).

Umat Hindu Nepal mengoleskan tika dan jamara pada puncak hari raya Dashain, yaitu hari pemujaan terhadap 9 manifestasi Dewi Durga selama 9 hari berturut-turut.

• Sakta: aliran Hinduisme yang memuja Sakti atau Dewi. Pengikut Saktisme meyakini Sakti sebagai kekuatan yang mendasari prinsip-prinsip maskulinitas, yang dipersonifikasikan sebagai pasangan dewa. Sakti diyakini memiliki berbagai wujud. Beberapa di antaranya tampak ramah, seperti Parwati (pasangan Siwa) atau Laksmi (pasangan Wisnu). Yang lainnya tampak menakutkan, seperti Kali atau Durga. Sakta memiliki kaitan dekat dengan Hinduisme Tantra, yang mengajarkan ritual dan praktik untuk penyucian pikiran dan tubuh.

[134] [135] [136] Umat Sakta menggunakan mantra-mantra, sihir, gambar sakral, yoga, dan upacara untuk memanggil kekuatan kosmis. [137] Aliran ini mengandung dua golongan utama, yaitu: Srikula (pemujaan kepada dewi-dewi yang bergelar Sri) dan Kalikula (pemujaan kepada dewi-dewi perwujudan Kali). • Smarta: aliran Hindu-monistis yang memuja lebih dari satu dewa—meliputi Siwa, Wisnu, Sakti, Ganesa, dan Surya di antara dewa dan dewi lainnya—tetapi menganggap bahwa dewa-dewi tersebut merupakan manifestasi dari zat yang Maha Esa.

Dibandingkan tiga aliran Hinduisme yang disebutkan di atas, Smarta berusia relatif muda. Berbeda dengan Waisnawa atau Saiwa, aliran ini tidak bersifat sektarian secara gamblang, dan berdasarkan pada iman bahwa Brahman adalah asas tertinggi di alam semesta dan meresap ke dalam segala sesuatu yang ada. [134] [135] [136] Pada umumnya, umat Smarta memuja Yang Mahakuasa dalam enam personifikasi: Ganesa, Siwa, Sakti, Wisnu, Surya, dan Skanda.

Karena umat Smarta menerima keberadaan dewa-dewi Hindu yang utama, mereka dikenal sebagai umat liberal atau non-sektarian. Mereka mengikuti praktik-praktik filosofis dan meditasi, serta menekankan persatuan antara individu dengan Tuhan melalui kesadaran. [137] Sekte dan aliran lainnya [ sunting - sunting sumber ] Pengikut Gerakan Hare Krishna di Rusia menyelenggarakan prosesi Rathayatra pada musim dingin 2011.

• Agama Hindu Newa: agama Hindu yang dianut oleh sebagian besar suku Newa di Nepal. Agama Hindu ini mengenal beberapa tradisi unik seperti tarian sakral dengan topeng yang disebut Chachaa Pyakhan. Agama Hindu ini juga mengenal sejumlah hari raya, dan adakalanya bertepatan dengan perayaan Buddhis di sana. • Agama Hindu Nusantara: tradisi serta kepercayaan masyarakat Indonesia yang telah mengalami akulturasi/berasimilasi dengan konsep-konsep Hindu dari India, sehingga membentuk suatu tradisi Hindu yang unik, contohnya Hindu Jawa dan Hindu Bali.

Karena sikap lembaga Hindu yang terbuka, beberapa kepercayaan asli Nusantara pun diakui sebagai bagian dari agama Hindu Nusantara sehingga mendapatkan label Hindu, contohnya Hindu Kaharingan dan Hindu Tollotang. • Agama Hindu Swaminarayana: agama yang dianut oleh sebagian besar orang Hindu Gujarat. [138] Pengikut Hindu Swaminarayana memuja Wisnu atau Kresna sebagai Tuhan sehingga sering dianggap sebagai salah satu aliran dalam Waisnawa.

Tetapi—tidak seperti aliran Waisnawa pada umumnya—Hindu Swaminarayana tidak membedakan Wisnu dan Siwa. Aliran ini menggunakan pemahaman sebagaimana aliran Smarta bahwa para dewa adalah manifestasi dari Brahman. [139] [140] • Ayyavazhi: sistem kepercayaan monistis berdasarkan darma yang berasal dari India Selatan. Aliran ini dikatakan sebagai agama tersendiri oleh media massa dan beberapa penganutnya, tetapi banyak penganutnya yang mengaku sebagai umat Hindu, sehingga Ayyavazhi juga dianggap sebagai sekte Hindu.

[141] [142] Ayyavazhi berpusat pada ajaran dan khotbah Ayya Vaikundar; gagasan dan filosofi mereka berdasarkan kitab Akilattirattu Ammanai dan Arul Nool. Ayyavazhi memiliki banyak kesamaan dengan Hinduisme dalam hal mitologi dan praktik, tapi memiliki perbedaan dalam konsep baik dan buruk, serta perbedaan pandangan tentang darma.

• Balmiki: sekte yang memuja Begawan Walmiki sebagai leluhur dan dewa mereka. Pengikutnya meyakini bahwa Walmiki adalah awatara Tuhan, dan menghormati karya-karya gubahannya, seperti Ramayana dan Yoga Vasistha, sebagai kitab suci.

• Ekasarana Dharma: aliran Hindu-panenteistis yang dirintis oleh Srimanta Sankardeva pada abad ke-15. Kini, banyak penganutnya yang tinggal di negara bagian Assam. Aliran kepercayaan ini menolak upacara dan ritus berbasis Weda, menentang pelaksanaan kurban hewan, dan hanya melakukan pemujaan dengan menyebut nama Tuhan berulang-ulang.

Kitab pegangan bagi aliran ini adalah Sankardewa Bhagawata. Aliran kepercayaan ini terbagi menjadi empat golongan: Brahma-sanghati, Purusha-sanghati, Nika-sanghati, dan Kala-sanghati.

• Ganapatya: sekte Hinduisme yang berfokus pada pemujaan Ganesa sebagai Tuhan Yang Mahakuasa. Ganesa dipuja sebagai bagian dari Saiwa sejak sekitar abad ke-5. Sekte Ganapatya mulai muncul sekitar abad ke-6 dan ke-9.

Kemudian, sekte ini dipopulerkan oleh Sri Morya Gosavi. Sekte Ganapatya mulai masyhur antara abad ke-17 dan ke-19 di Maharashtra. • Kapadi Sampradaya: aliran dan tradisi Hinduisme yang dianut sebagian masyarakat kesatria di Gujarat, terutama di Kutch.

Pengikut tradisi ini memuja Rama sebagai Tuhan Yang Mahakuasa. Kepercayaan ini terbagi menjadi empat golongan: Ramsnehi, Ashapuri, Sravani, dan Makadbantha. • Kaumaram: sekte Hinduisme yang berfokus pada pemujaan Murugan atau Skanda di kawasan India Selatan, terutama yang didominasi oleh suku Tamil. Tradisi tersebut juga dapat ditemui di luar India, khususnya di kawasan permukiman imigran Tamil.

• Mahima Dharma: sekte Hinduisme yang penganutnya banyak terdapat di Orissa, India. Sekte ini diprakarsai oleh seorang guru spiritual yang dikenal dengan nama Mahima Swami atau Mahima Gosain. [143] Sekte ini memusatkan kebaktian pada Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Alekha, serta menolak pemujaan Tuhan dengan sarana arca, gambar, ataupun pratima. [143] • Pranami Sampradaya: disebut pula Nijananda Sampradaya, adalah suatu aliran monoteistis yang memuja Tuhan dengan sebutan Raj Ji atau Prannath Ji.

Pengikut kepercayaan ini tidak diperkenankan makan daging, mengonsumsi alkohol, atau me rokok. Mereka juga memiliki kitab tersendiri yang disebut Kuljam Swarup atau Tartam Sagar. Pengikut kepercayaan ini banyak terdapat di Najarpur, Nepal. • Saura: sekte Hinduisme yang memuja Surya sebagai Saguna-brahman. Aliran ini berpangkal dari tradisi Weda kuno. Kini, hanya ada sedikit penganut aliran ini di India.

• Srauta: golongan brahmana ortodoks yang mengikuti Purwamimamsa, berbeda dengan Wedanta yang diikuti oleh kaum brahmana lainnya. Mereka merupakan penganut tradisi ritual konservatif dan membentuk golongan minoritas di antara umat Hindu di India.

Penganut aliran ini biasanya terdapat di negara bagian Kerala (kaum Nambudiri) dan Karnataka ( Mattur, Holenarsipur, Sringeri). Gerakan keagamaan [ sunting - sunting sumber ] Beberapa gerakan Hindu modern muncul di India pada periode antara abad ke-18 dan ke-20, antara lain sebagai berikut: • Brahmoisme: gerakan keagamaan yang berasal dari Benggala pada awal abad ke-19. Gerakan ini didirikan oleh Ram Mohan Roy. Dia menggagas pentingnya pemanfaatan nalar untuk mereformasi praktik sosial dan religius agama Hindu, dengan pengaruh dari agama monoteistis dan ilmu pengetahuan modern.

[144] Brahmoisme menolak dogma, takhayul, otoritas kitab suci, dan penggambaran Tuhan. [145] • Prarthana Samaj: gerakan reformasi sosial dan keagamaan yang dimulai di Bombay, didirikan oleh Dr. Atmaram Pandurang pada tahun 1867 dengan tujuan agar masyarakat meyakini satu Tuhan dan hanya menyembah satu Tuhan.

Gerakan ini dimulai sebagai reformasi sosial dan keagamaan sebagaimana Brahmo Samaj. Perintis Prarthana Samaj di Mumbai adalah Paramahamsa Sabha, perkumpulan rahasia untuk memajukan gagasan-gagasan liberal yang didirikan oleh Ram Balkrishna Jaykar. [146] • Arya Samaj: gerakan reformasi Hindu yang diprakarsai oleh Swami Dayananda, dan didirikan pada tanggal 7 April 1875. [147] Gerakan ini bermaksud mengamalkan Weda sebagaimana mestinya, dan mengesampingkan kitab-kitab yang ditulis setelah Weda.

Gerakan ini bersifat monoteistis karena tidak mengakui dewa-dewi tertentu, [148] serta menolak pemujaan Tuhan dengan sarana patung atau lukisan. [149] [150] • Misi Ramakrishna: gerakan filantropis dan sukarela yang diprakarsai oleh murid Ramakrishna, Swami Vivekananda, pada tanggal 1 Mei 1897. Gerakan ini berfokus pada masalah kemanusiaan seperti pemeliharaan kesehatan, bencana alam, kesejahteraan masyarakat desa, pendidikan, dan lain-lain. Misi gerakan ini berdasarkan konsep Karmayoga.

[151] Dalil-dalil yang digunakan adalah filsafat Wedanta. [152] • Masyarakat Internasional Kesadaran Krishna ( The International Society for Krishna Consciousness – ISKCON): gerakan keagamaan berdasarkan tradisi Gaudiya Waisnawa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama "Gerakan Hare Krishna", didirikan pada tahun 1966 di New York City oleh A.

C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Ajarannya berpegang pada Bhagawadgita dan Srimad Bhagawatam. Gerakan ini didirikan untuk menyebarkan Bhaktiyoga dan memuja Tuhan dengan wujud Kresna. Di luar Asia Selatan dan Asia Tenggara, aliran Hindu yang cukup populer adalah tradisi Waisnawa yang dibawa oleh misionaris Gerakan Hare Krishna. Tradisi Hindu juga dilaksanakan di beberapa negara dengan jumlah imigran India yang signifikan, seperti Mauritius (Afrika bagian selatan) dan Trinidad dan Tobago (Amerika Tengah).

Keyakinan [ sunting - sunting sumber ] Agama Hindu tidak memiliki seorang pendiri dan tidak berpedoman pada satu kitab suci. [47] Meskipun demikian, ada keyakinan yang kerap dijumpai dalam berbagai tradisi Hindu.

Perihal musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari umum dijumpai dalam berbagai keyakinan masyarakat Hindu—namun tidak untuk terbatas pada beberapa hal tersebut—meliputi kepercayaan akan zat Yang Mahakuasa (dapat disebut sebagai Iswara, Awatara, Dewata, Batara, dan lain-lain), darma (etika/kewajiban), samsara (siklus kelahiran, kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali yang berulang-ulang), karma (sebab dan akibat), moksa (kebebasan dari samsara), dan berbagai yoga (jalan atau praktik spiritual).

[153] Konsep ketuhanan [ sunting - sunting sumber ] Agama Hindu memiliki konsep Nirguna-brahman (esensi alam semesta; realitas sejati; atau Tuhan impersonal), sementara sebagian mazhab menganut konsep Saguna-brahman (zat ilahi yang berkepribadian; Tuhan personal yang memiliki kasih sayang), yang menyebut Tuhan dengan nama Wisnu, Siwa, atau bahkan Sakti (kualitas feminin dari Tuhan), contohnya Saraswati ( gambar).

Agama Hindu merupakan sistem kepercayaan yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat monoteisme, politeisme, panenteisme, panteisme, monisme, dan ateisme. [154] [155] [156] [157] Konsep ketuhanannya bersifat kompleks dan bergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan filsafat yang diikuti.

Kadang kala agama Hindu dikatakan bersifat henoteisme (melakukan pemujaan terhadap satu Tuhan, sekaligus mengakui keberadaan para dewa), tapi istilah-istilah demikian hanyalah suatu generalisasi berlebihan. [158] Mazhab Wedanta dan Nyaya menyatakan bahwa karma itu sendiri telah membuktikan keberadaan Tuhan. [159] Nyaya merupakan suatu perguruan logika, sehingga menarik kesimpulan "logis" bahwa [keberadaan] alam semesta hanyalah suatu "akibat", maka pasti ada suatu "penyebab" di balik semuanya.

[160] Agama Hindu mengandung suatu konsep filosofis yang disebut Brahman, yang sering didefinisikan sebagai kenyataan sejati, esensi bagi segala hal, atau sukma alam semesta yang menjadi asal usul serta sandaran bagi segala sesuatu dan fenomena. [161] Tetapi, umat Hindu tidak menyembah Brahman secara harfiah. Pada zaman Brahmanisme, Brahman adalah istilah yang disematkan bagi suatu kekuatan yang membuat yadnya (upacara) menjadi efektif, yaitu kekuatan spiritual dari ucapan-ucapan suci yang dirapalkan para ahli Weda, sehingga mereka disebut brahmana.

[162] Kadang kala, Brahman dipandang sebagai Yang Mahamutlak atau Mahakuasa, atau asas ilahi bagi segala materi, energi, waktu, ruang, benda, dan sesuatu di dalam atau di luar alam semesta. Sebagai hasil dari berbagai kontemplasi tentang Brahman, maka Ia dapat dipandang sebagai Tuhan dengan atribut ( Saguna-brahman), Tuhan tanpa atribut ( Nirguna-brahman), dan/atau Tuhan Mahakuasa ( Parabrahman), tergantung mazhab dan aliran. Mazhab dan aliran Hindu-dualistis—seperti Dwaita dan tradisi Bhakti—menyembah Tuhan yang berkepribadian (memiliki guna atau "atribut ketuhanan", yaitu supremasi dari sifat-sifat baik manusia seperti Maha-penyayang, Maha-pemurah, Maha-pelindung, dan sebagainya), sehingga mereka memujanya dengan nama Wisnu, Siwa, Dewi, Dewata, Batara, dan lain-lain, tergantung aliran masing-masing.

Dalam tradisi Hindu pada umumnya, Tuhan yang dipandang sebagai zat mahakuasa dengan supremasi dari sifat baik manusia—daripada dianggap sebagai asas semesta yang tak terbatas—disebut Iswara, Bhagawan, atau Parameswara. [163] Meski demikian, ada beragam penafsiran tentang Iswara, mulai dari keyakinan bahwa Iswara sesungguhnya tiada—sebagaimana ajaran Mimamsa—sampai pengertian bahwa Brahman dan Iswara sesungguhnya tunggal, sebagaimana yang diajarkan mazhab Adwaita.

[164] Dalam banyak tradisi Waisnawa, Ia disebut Wisnu, sedangkan kitab Waisnawa menyebutnya sebagai Kresna, dan kadang kala menyebutnya Swayam Bhagawan.

Sementara itu, dalam aliran Sakta, Ia disebut Dewi atau Adiparasakti, sedangkan dalam aliran Saiwa, Ia disebut Siwa. Ajaran Smarta yang monistis memandang bahwa seluruh nama-nama ilahi seperti Wisnu, Siwa, Ganesa, Sakti, Surya, dan Skanda sesungguhnya manifestasi dari Brahman yang Maha Esa. Mazhab Adwaita Wedanta menolak teisme dan dualisme dengan menegaskan bahwa pada hakikatnya Brahman tidak memiliki bagian atau atribut.

[165] Menurut mazhab ini, Tuhan yang berkepribadian atau menyandang atribut tertentu adalah salah satu fenomena maya, atau kekuatan ilusif Brahman. Pada hakikatnya, Brahman tidak dapat dikatakan memiliki sifat-sifat kemanusiaan seperti pelindung, penyayang, perawat, pengasih, dan sebagainya. [166] Menurut mazhab ini, pikiran manusia yang terperangkap maya menyebabkan Brahman terbayangkan sebagai Tuhan dengan sifat atau atribut tertentu, yang dapat disebut sebagai Iswara, Bhagawan, Wisnu, dan nama-nama lainnya.

[166] Mazhab ini menegaskan bahwa tiada larangan untuk musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari Tuhan dengan sifat-sifat tertentu, tapi tujuan hidup sejati adalah untuk merasakan bahwa "sesuatu yang nyata" dalam tiap makhluk sesungguhnya tiada berbeda dengan Brahman.

[167] Mazhab Adwaita dapat dikatakan sebagai monisme atau panteisme karena meyakini bahwa alam semesta tidak sekadar berasal dari Brahman, tapi pada "hakikatnya" sama dengan Brahman.

[168] Doktrin ateistis mendominasi aliran Hindu seperti Samkhya dan Mimamsa. [169] Dalam kitab Samkhyapravachana Sutra dari aliran Samkhya dinyatakan bahwa keberadaan Tuhan ( Iswara) tidak dapat dibuktikan sehingga (keberadaan Tuhan) tidak dapat diakui. [170] Samkhya berpendapat bahwa Tuhan yang abadi tidak mungkin menjadi sumber bagi dunia yang senantiasa berubah.

Dikatakan bahwa Tuhan merupakan gagasan metafisik yang dibuat untuk suatu keadaan. [171] Pendukung dari aliran Mimamsa—yang berdasarkan pada ritual dan ortopraksi—menyatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk membuktikan keberadaan Tuhan.

Aliran ini berpendapat bahwa kita tidak perlu membuat postulat tentang suatu "pencipta dunia", sebagaimana kita tidak perlu memikirkan siapa penulis Weda atau Tuhan apa yang dibuatkan upacara. [127] Mimamsa menganggap bahwa nama-nama Tuhan yang tertulis dalam Weda sebenarnya tidak mengacu pada wujud apa pun di dunia nyata, dan hanya untuk keperluan mantra belaka.

Atas pemahaman tersebut, mantra itulah yang sebenarnya merupakan "kekuatan Tuhan", sehingga Tuhan tiada lain hanyalah kekuatan mantra belaka. [172] Atman dan jiwa [ sunting - sunting sumber ] Diagram yang menunjukkan lapisan penyelubung atman: • annamayakosa (lapisan badan kasar yang mengandung daging dan kulit) • pranamayakosa (lapisan tenaga kehidupan) • manomayakosa (lapisan pikiran atau indra yang menerima rangsangan) • wijanamayakosa (lapisan nalar, akal budi, atau kecerdasan) • anandamayakosa (lapisan kebahagiaan atau tubuh kausal) Dalam agama Hindu terdapat keyakinan bahwa ada "sesuatu yang sejati" dalam tiap individu yang disebut atman, sifatnya abadi atau tidak terhancurkan.

[173] Taittiriya-upanishad mendeskripsikan bahwa atman individu diselimuti oleh lima lapisan: annamayakosa, pranamayakosa, manomayakosa, wijanamayakosa, dan anandamayakosa. [174] Istilah atman dan jiwa kadang kala dipakai untuk konteks yang sama. Dalam suatu pengertian, atman adalah percikan dari Brahman, sedangkan jiwa adalah penggerak segala makhluk hidup. [175] Menurut teologi Hindu yang monistis/ panteistis (seperti mazhab Adwaita Wedanta), sukma individu sama sekali tiada berbeda dari Brahman.

Sukma individu disebut jiwatman, sedangkan Brahman disebut paramatman. Maka dari itu, ajaran ini disebut aliran non-dualis. [164] Ketika tubuh individu hancur, jiwa tidak turut hancur. Sebaliknya, ia berpindah ke tubuh baru melalui reinkarnasi ( samsara).

Jiwa mengalaminya karena diselubungi oleh awidya atau "ketidaksadaran" bahwa dirinya sesungguhnya sama dengan Paramatman. Tujuan kehidupan menurut mazhab Adwaita adalah untuk mencapai kesadaran bahwa atman sesungguhnya sama dengan Brahman. [176] Kitab Upanishad menyatakan bahwa siapa pun yang merasakan bahwa atman merupakan esensi dari tiap individu, maka ia akan menyadari kesetaraan dengan Brahman, sehingga mencapai moksa (kebebasan atau kemerdekaan dari proses reinkarnasi/samsara).

[177] Yoga dari Resi Patanjali—sebagaimana yang diuraikan dalam Yogasutra—berbeda dengan monisme yang diuraikan dalam filsafat Adwaita. [178] Menurut yoga, pencapaian spiritual tertinggi bukanlah untuk menyadari bahwa segala kemajemukan di alam semesta merupakan maya. Jati diri yang diperoleh saat mencapai pengalaman religius tertinggi bukanlah atman belaka. Itu hanyalah salah satu jati diri yang ditemukan oleh individu.

Meruntuhkan "tembok alam sadar manusia" untuk membangun "persatuan" jati diri individu ( jiwatman) dengan sukma alam semesta ( paramatman), merupakan tujuan praktik yoga. [179] Menurut pemahaman dualistis seperti mazhab Dwaita, jiwa merupakan entitas yang berbeda dengan Tuhan, tapi memiliki kesamaan.

Jiwa bergantung kepada Tuhan, sedangkan pencapaian moksa (lepas dari samsara) bergantung kepada cinta pada Tuhan serta kasih sayang Tuhan. [180] Para dewa dan awatara [ sunting - sunting sumber ] Umat dari berbagai sekte agama Hindu memuja dewa-dewi tertentu yang tak terhitung banyaknya dan mengikuti aneka upacara untuk memuja dewa-dewi tersebut.

Karena merupakan agama Hindu, maka para penganutnya memandang kekayaan tradisi tersebut sebagai ungkapan dari suatu realitas yang kekal. Dewa-dewi yang memanggul senjata dipahami oleh umatnya sebagai simbol-simbol dari suatu realitas sejati yang tunggal. — Brandon Toropov & Luke Buckles, The Complete Idiot's Guide to World Religions.

[181] Susastra Hindu menyebutkan suatu kelompok entitas ilahi yang disebut dewa (atau dewi dalam bentuk feminin, sedangkan dewata bersinonim dengan dewa), bermakna "yang bersinar", atau dapat diterjemahkan sebagai "makhluk surgawi". [182] [183] Para dewa merupakan bagian integral dalam kebudayaan Hindu dan ditampilkan dalam kesenian ( lukisan, patung, relief), arsitektur, dan ikon.

Cerita mitologis mengenai keberadaan mereka terkandung dalam sejumlah sastra Hindu, terutama wiracarita Hindu dan Purana. Keberadaan banyak dewa diyakini sebagai manifestasi dari Brahman. [i] Pustaka Weda dan Upanishad tidak mengajarkan panteisme ataupun politeisme, melainkan monoteisme dan monisme. [185] Ada banyak dewa, tapi mereka merupakan manifestasi berbagai aspek dari suatu "kenyataan sejati".

[185] Keberadaan konsep monisme dan monoteisme berjalin-jalin. Dalam banyak sloka, kenyataan sejati dikatakan imanen, sedangkan dalam sloka lainnya dikatakan transenden. [186] Secara monisme, kenyataan sejati tersebut adalah Brahman, sedangkan pandangan monoteisme lebih berfokus pada wujud-wujud beratribut ( Saguna) dari Brahman.

[186] Biasanya pengertian dewa dibedakan dengan Iswara (Tuhan Yang Maha Esa), meskipun banyak umat Hindu menyembah Iswara dalam suatu perwujudan tertentu (seolah-olah ada Tuhan yang berbeda) sebagai istadewata ( iṣṭa devatā), yaitu sosok ideal (dewa-dewi tertentu) dari Tuhan yang cenderung dipuja. [187] [188] Pilihan tersebut bergantung pada preferensi seseorang atau menurut tradisi regional dan keluarga. [189] Dalam kitab suci Regweda disebutkan adanya 33 dewa atau dewata, dan Purana menjelaskan bahwa sebagian di antaranya merupakan para putra Dewi Aditi dan Bagawan Kasyapa, dan merupakan murid dari Wrehaspati.

Menurut mitologi Hindu dalam Purana, sebelum memperoleh keabadian melalui tirta amerta (minuman keabadian), dewata adalah golongan makhluk yang berseteru dengan para asura atau raksasa dan dapat gugur dalam pertempuran. Kekuatan dewata berbeda dengan tiga dewa utama yang abadi— Brahma, Wisnu, Siwa. Siwa dan Wisnu dimuliakan sebagai Mahadewa karena kemasyhuran mereka dalam kitab suci dan pemujaan.

[190] Mereka berdua, beserta Brahma, dipandang sebagai Trimurti—tiga aspek dari Yang Mahakuasa. Ketiga aspek tersebut melambangkan seluruh siklus samsara menurut agama Hindu: Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pelindung atau pemelihara, dan Siwa sebagai pelebur. Dua di antara tiga dewa tersebut, yaitu Wisnu dan Siwa memiliki pengikut dengan jumlah banyak sehingga membentuk dua aliran utama ( Waisnawa dan Saiwa) dalam tubuh agama Hindu.

Dalam kajian tentang Trimurti, Sir William Jones menyatakan bahwa umat Hindu "menyembah Tuhan dalam tiga wujud: Wisnu, Siwa, Brahma … Gagasan fundamental agama Hindu, bahwa metamorfosis, atau transformasi, dicontohkan melalui [konsep] awatara." [191] Tridewi ("Tiga Dewi") dalam agama Hindu memiliki peran penting sebagaimana Trimurti dan berfungsi sebagai pasangan bagi Trimurti.

Brahma adalah Sang Pencipta, sehingga ia membutuhkan pengetahuan atau Dewi Saraswati. Wisnu adalah Sang Pelindung, sehingga ia membutuhkan kemakmuran, yang dimanifestasikan sebagai Dewi Laksmi (Sri).

Sedangkan Siwa adalah Sang Pelebur, sehingga ia membutuhkan Dewi Parwati, Durga, atau Kali sebagai kekuatannya. Para dewi tersebut adalah manifestasi dari satu entitas, yaitu Sakti. Wiracarita Hindu dan Purana menceritakan beberapa kisah tentang turunnya Tuhan ke dunia (inkarnasi) dalam wujud fana demi menegakkan di masyarakat dan menuntun manusia mencapai moksa.

Inkarnasi itu disebut pula awatara. Beberapa awatara terkenal merupakan perwujudan Wisnu, meliputi Rama (tokoh utama Ramayana) dan Kresna (tokoh penting dalam Mahabharata). Karma dan reinkarnasi [ sunting - sunting sumber ] Dua sadu di Kuil Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari, Nepal. Sadu adalah istilah bagi kaum yogi yang sedang menempuh Rajayoga, yaitu jalan pengendalian pikiran, demi melepaskan diri dari belenggu duniawi sehingga dapat mencapai kesadaran spiritual tingkat tinggi atau bahkan moksa.

Karma diterjemahkan secara harfiah sebagai tindakan, kerja, perbuatan, [192] dan dapat dideskripsikan sebagai "hukum moral sebab–akibat". [193] Menurut hukum karma, nasib baik berasal dari tindakan baik terdahulu, dan nasib buruk berasal dari tindakan buruk terdahulu, yang merupakan suatu sistem aksi-reaksi dan membentuk suatu siklus reinkarnasi.

[194] Fenomena sebab-akibat tersebut tidak hanya berlaku bagi dunia material, tapi juga terhadap pikiran, perkataan, tindakan, dan tindakan yang dilakukan berdasarkan perintah seseorang. [195] Menurut kitab Upanishad, suatu jiwa membentuk sanskara (kesan) dari tindakan, baik secara fisik atau mental. Linga-sarira (tubuh yang lebih halus daripada tubuh fisik namun lebih kasar daripada jiwa) dilekati kesan-kesan tersebut, dan membawanya ke kehidupan selanjutnya, sehingga menciptakan jalan kehidupan tersendiri bagi setiap orang.

[196] Maka dari itu, konsep karma—yang universal, netral, dan tak pernah meleset—berkaitan dengan reinkarnasi, demikian pula kepribadian, watak, dan keluarga seseorang.

Karma menyatukan konsep kehendak bebas dan nasib. Karena agama Hindu meyakini bahwa jiwa tidak dapat dihancurkan, [197] maka kematian tidak dipandang sebagai momok bagi kehidupan karena merupakan fenomena alami.

[198] Maka dari itu, seseorang yang sudah meninggalkan ambisi dan keinginannya, tidak memiliki tanggung jawab lagi di dunia, atau terjangkiti penyakit mematikan dapat mengusahakan kematian dengan cara Prayopavesa.

[199] Siklus aksi, reaksi, kelahiran, kematian, dan kelahiran adalah proses berkesinambungan yang disebut samsara (reinkarnasi). Pemahaman akan reinkarnasi dan karma merupakan premis kuat dalam filsafat Hindu. Dalam kitab Bhagawadgita ( II:22) tertulis: Seperti halnya seseorang memakai baju baru dan menanggalkan baju yang lama, demikian pula jiwa memasuki tubuh yang baru, meninggalkan tubuh yang lama.

Dalam kepercayaan Hindu, samsara memberikan kesempatan bagi manusia untuk menikmati kesenangan sesaat pada setiap kelahiran. Selama manusia terlena untuk terus menikmati kesenangan tersebut, maka mereka akan dilahirkan kembali.

Akan tetapi, pelepasan diri dari belenggu samsara (melalui moksa) diyakini dapat memberikan kebahagiaan dan kedamaian abadi. [200] Menurut kepercayaan ini, setelah mengalami reinkarnasi berkali-kali, pada akhirnya suatu atman akan mencari persatuan dengan sukma alam semesta (Brahman/Paramatman).

Dalam agama Hindu, tujuan hidup sejati—yang disebut sebagai moksa, nirwana, atau semadi—dipahami dalam berbagai arti: realisasi penyatuan jiwa dengan Tuhan; realisasi hubungan kekal dengan Tuhan; realisasi dari penyatuan seluruh hal yang ada; wawas diri sempurna serta pengetahuan akan diri yang sejati; pencapaian atas kedamaian batin yang sempurna; dan pelepasan dari segala keinginan duniawi.

Realisasi semacam itu membebaskan seseorang dari samsara dan mengakhiri siklus lahir kembali. [201] [202] Konseptualisasi moksa berbeda-beda tergantung mazhab atau aliran Hinduisme. Sebagai contoh, mazhab Adwaita Wedanta berpedoman musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari setelah mencapai moksa, atman tidak lagi mengenali dirinya sebagai individu, melainkan menyadari bahwa Brahman identik dalam segala hal, termasuk kesamaannya dengan atman.

Pengikut mazhab Dwaita (dualistis) memandang individu sebagai bagian dari Brahman, dan setelah mencapai moksa, mereka yakin akan memperoleh kekekalan di loka bersama dengan manifestasi Iswara yang dipilihnya.

Maka dari itu, dianalogikan bahwa pengikut dwaita berharap untuk "menikmati gula", sementara pengikut Adwaita berharap untuk "menjadi gula". [203] Tujuan hidup manusia [ sunting - sunting sumber ] Filsafat Hindu klasik mengakui empat hal yang harus dipenuhi sebagai tujuan hidup manusia—sebagaimana dijabarkan di bawah ini—yang disebut purusarta: • Darma: Darma adalah prinsip yang tak boleh diabaikan oleh umat Hindu.

Darma dapat dipandang sebagai kewajiban (dalam hal kegiatan duniawi ataupun rohani), hukum, keadilan, tindakan benar, dan berbagai kualitas yang mendukung harmoni segala sesuatu. Brihadaranyaka-upanishad memandang darma sebagai prinsip universal—tentang aturan, kewajiban, dan harmoni—yang berasal dari Brahman. Darma berlaku sebagai prinsip moral bagi alam semesta.

Darma merupakan sat (kebenaran), ajaran pokok dalam agama Hindu. Hal ini berpangkal pada pernyataan dalam Regweda bahwa "Ekam Sat," (Kebenaran Hanya Satu), dari keyakinan bahwa Brahman itu sendiri merupakan " Satcitananda" (Kebenaran-Kesadaran-Keberkatan).

Darma tidak hanya sekadar aturan atau harmoni, tapi kebenaran murni. Dalam Mahabharata, Kresna mendefinisikan darma sebagai penegak perkara di dunia manusia dan dunia lain (Mbh 12.110.11).

Kata Sanātana berarti 'kekal', 'tak mati', atau 'selamanya'; maka, agama Hindu sebagai Sanātana-dharma bermakna suatu darma yang tidak berawal atau berakhir. [204] • Arta: Arta adalah upaya mencari harta demi penghidupan dan kemakmuran. Hal ini juga mencakup usaha mencari pekerjaan, berpolitik, memelihara kesehatan, dan mencari kesejahteraan material.

[205] Arta dibutuhkan demi mencapai kehidupan yang makmur sentosa, terutama bagi umat yang sudah berumah tangga. Ajaran tentang arta disebut Arthashastra, dan yang termasyhur di antaranya adalah Arthashastra karya Kautilya. [206] • Kama: Kama berarti hasrat, keinginan, gairah, kemauan, dan kenikmatan panca indra. Kama dapat pula berarti kesenangan estetis dalam menikmati kehidupan ( seni, hiburan, kegembiraan), kasih sayang, ataupun asmara.

[207] [208] Akan tetapi, kama dalam hubungan asmara atau percintaan hanya dapat dipenuhi melalui hubungan pernikahan. Kama dibutuhkan dalam membangun kehidupan rumah tangga, atau grehasta. • Moksa: Moksa atau mukti adalah tujuan hidup yang utama bagi umat Hindu. Moksa adalah keadaan yang sama sekali berbeda dengan pencapaian surga. Moksa adalah suatu kondisi saat individu menyadari esensi dan realitas sejati dari alam semesta, sehingga individu mengalami kemerdekaan dari kesan-kesan duniawi, tanpa suka ataupun duka, lepas belenggu samsara, serta lepas dari hasil perbuatan ( karma) yang melekati individu selama mengalami proses reinkarnasi.

[209] Jalan menuju Tuhan [ sunting - sunting sumber ] Empat jalan spiritualitas ( caturmarga) dalam agama Hindu. Setiap jalan menyediakan cara yang berbeda untuk mencapai moksa. Umat Hindu memenuhi tujuan hidupnya dengan menempuh jalan yang berbeda-beda. Jalan tersebut merupakan yoga. Yoga di sini dapat diartikan sebagai disiplin fisik, mental, dan spiritual demi memperoleh kedamaian dan ketenangan pikiran.

[210] Dalam konteks dan tradisi lain, yoga dapat pula didefinisikan sebagai "upaya mengendalikan pikiran agar [pikiran] tidak liar", atau "[usaha] mempersatukan diri dengan Tuhan". [210] Ajaran tentang pelaksanaan yoga dihimpun dan diuraikan oleh para resi atau orang bijak. Kitab yang memuat ajaran yoga meliputi Bhagawadgita, Yogasutra, Hathayoga-pradipika, dan Upanishad sebagai basis filosofis dan historisnya. Yoga mengarahkan umat Hindu untuk mencapai tujuan hidup yang spiritual (moksa, samadhi, atau nirwana), baik secara langsung maupun tidak langsung.

Empat macam jalan (yoga) utama yang sering disinggung yakni: [211] • Karmayoga (melaksanakan kewajiban sebaik-baiknya dengan ikhlas) • Bhaktiyoga (mencintai Tuhan dan menyayangi segala makhluk) • Jnanayoga (mencari pengetahuan dan berkontemplasi tentang Tuhan) • Rajayoga (mengendalikan pikiran dengan meditasi, sikap tubuh, atau semacamnya) Seseorang dapat memilih salah satu atau beberapa yoga sekaligus, sesuai dengan kecenderungan dan pemahamannya.

Beberapa aliran Hinduisme yang menekankan pengabdian mengajarkan bahwa bhakti adalah satu-satunya jalan praktis untuk mencapai kesempurnaan spiritual bagi masyarakat awam, berdasarkan kepercayaan bahwa dunia sedang berada pada masa Kaliyuga (salah satu jangka waktu dalam siklus Yuga yang kini sedang berlangsung). [212] Melaksanakan salah satu yoga tidak berarti mengabaikan yang lainnya. Banyak mazhab Hinduisme mengajarkan bahwa berbagai yoga secara alami berbaur dan mendukung pelaksanaan yoga lainnya.

Contohnya praktik jnanayoga, yang dianggap pasti mengarahkan seseorang untuk memberikan kasih sayang murni (tujuan utama bhaktiyoga), dan demikian sebaliknya. [213] Seseorang yang mendalami meditasi tingkat tinggi (seperti yang ditekankan raja yoga) harus mewujudkan prinsip pokok dari karmayoga, jnanayoga, dan bhaktiyoga, baik secara langsung maupun tak langsung.

[211] [214] Pustaka suci [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Susastra Hindu Menurut tokoh spiritual Hindu Swami Vivekananda, agama Hindu berdasarkan kepada himpunan pedoman spiritual yang ditemukan oleh orang yang berbeda-beda pada zaman yang berbeda-beda. [215] [216] Selama berabad-abad, pedoman itu diwariskan secara lisan dalam bentuk syair agar dapat dihafalkan, sampai akhirnya dituliskan. [217] Selama berabad-abad, para resi menyaring ajaran tersebut dan memperluas dalil-dalilnya.

Pada masa setelah Periode Weda dan menurut keyakinan Hindu masa kini, banyak pustaka Hindu tidak untuk ditafsirkan secara harfiah. Yang diutamakan adalah etika dan makna metaforis yang terkandung di dalamnya. [218] Di antara pustaka suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua, yang diikuti dengan Upanishad sebagai susastra dasar yang sangat penting dalam mempelajari filsafat Hindu. Sastra lainnya yang menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra, Agama, Purana, serta dua wiracarita, yaitu Ramayana dan Mahabharata.

Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat dalam Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering disebut sebagai intisari Weda. Banyak pustaka Hindu yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Pustaka-pustaka tersebut digolongkan menjadi dua kelas: Sruti dan Smerti. Sruti [ sunting - sunting sumber ] Regweda adalah salah satu kitab suci tertua di dunia. Naskah Regweda dalam foto ini ditulis dengan aksara Dewanagari. Sruti (artinya "apa yang didengar") [219] terutama mengacu kepada kumpulan Weda, yang merupakan bentuk pustaka Hindu tertua.

Banyak umat Hindu mengagungkan Weda sebagai kebenaran abadi yang diwahyukan kepada para resi purbakala, [216] [220] sementara umat yang lain tidak menyangkutpautkan penyusunan Weda dengan Tuhan atau seseorang.

Umat Hindu meyakini kumpulan Weda sebagai pedoman bagi dunia spiritual, yang akan ada selama-lamanya, bahkan tetap ada jika seandainya tidak pernah diwahyukan kepada para resi.

[215] [221] Umat Hindu memiliki kepercayaan demikian karena mengimani bahwa kebenaran spiritual dalam Weda bersifat kekal, yang dapat terus diungkapkan dengan cara-cara yang baru. [222] Ada empat kitab Weda, yaitu Regweda ( Ṛgveda), Samaweda ( Sāmaveda), Yajurweda ( Yajurveda), dan Atharwaweda ( Atharvaveda). Kitab Regweda adalah kitab Weda yang pertama dan terpenting. Setiap Weda dibagi menjadi empat bagian: yang utama— Weda yang baku—adalah Samhita ( Saṃhitā), yang menghimpun mantra-mantra.

Tiga bagian lainnya membentuk seperangkat golongan suplemen bagi Samhita, biasanya dalam bentuk prosa dan dipercaya berusia lebih muda daripada Saṃhitā. Adapun tiga bagian tersebut adalah Brahmana ( Brāhmaṇa), Aranyaka ( Āraṇyaka), dan Upanishad. Dua bagian pertama disebut Karmakanda ( Karmakāṇḍa; porsi ritual), sedangkan yang terakhir disebut Jnanakanda ( Jñānakāṇḍa; porsi pengetahuan).

[223] Kumpulan Weda berfokus kepada pelaksanaan upacara, sementara kumpulan Upanishad berfokus kepada pandangan spiritual dan ajaran filosofis, serta memperbincangkan Brahman dan reinkarnasi.

[218] [224] [225] Smerti [ sunting - sunting sumber ] Kitab-kitab Hindu yang tak termasuk Sruti digolongkan ke dalam Smerti (ingatan). Kitab Smerti yang terkenal yaitu wiracarita India ( Itihasa), terdiri dari Mahabharata ( Mahābhārata) dan Ramayana ( Rāmāyaṇa). Itihasa adalah suatu bagian dari kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah kepahlawanan para raja dan kesatria Hindu pada masa lampau dan dikombinasikan dengan filsafat keagamaan, mitologi, dan cerita tentang makhluk supernatural.

Kitab Bhagawadgita ( Bhagavadgītā) merupakan suatu bagian integral dalam Mahabharata, dan merupakan salah satu kitab suci Hindu yang masyhur. Kitab tersebut mengandung ajaran filosofis yang dinarasikan oleh Kresna—sebagai awatara Wisnu—kepada Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra. Bhagawadgita terdiri dari delapan belas bab dan berisi ± 650 sloka. Setiap bab menguraikan jawaban-jawaban yang diajukan oleh Arjuna kepada Kresna.

Jawaban-jawaban tersebut merupakan wejangan suci sekaligus pokok-pokok ajaran Weda. [226] Akan tetapi, kitab yang termasuk Gita—kadang kala disebut Gitopanishad—sering kali digolongkan ke dalam Sruti, karena konteksnya bersifat Upanishad.

[227] Kitab-kitab Purana ( Purāṇa)—yang menguraikan ajaran-ajaran Hindu melalui kisah-kisah yang gamblang—tergolong ke dalam Smerti. Purana memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman purba yang diyakini kebenarannya oleh umat Hindu.

Kata Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari berarti "sejarah kuno" atau "cerita kuno". Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai sekitar tahun 500 SM.

Terdapat delapan belas kitab Purana yang disebut Mahapurana. Kitab lain yang tergolong ke dalam Smerti meliputi Dewimahatmya ( Devīmahātmya), Tantra, Yogasutra, Tirumantiram, Siwasutra, dan Agama ( Āgama). Selain itu, ada kitab Manusmerti, yang merupakan kitab hukum preskriptif yang mendasari aturan kemasyarakatan dan stratifikasi sosial yang kemudian menuntun masyarakat membentuk sistem kasta di India.

Kitab Tantra memuat tentang cara pemujaan masing-masing aliran dalam agama Hindu. Kitab Tantra juga mengatur tentang pembangunan tempat suci Hindu dan peletakkan arca. Kitab Nitisastra memuat ajaran kepemimpinan dan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Kitab Jyotisha merupakan kitab yang memuat ajaran sistem astronomi tradisional Hindu. Kitab Jyotisha berisi pedoman tentang benda langit dan peredarannya.

Kitab Jyotisha digunakan untuk meramal dan memperkirakan datangnya suatu musim. Sejarah [ sunting - sunting sumber ] Periodisasi [ sunting - sunting sumber ] James Mill (1773–1836), dalam bukunya The History of British India (1817), membagi sejarah India menjadi tiga tahap, yaitu peradaban Hindu, Muslim, dan Britania. [228] [229] Periodisasi ini menuai kritik karena kesalahpahaman yang ditimbulkannya.

[230] Periodisasi lainnya memilah-milah menjadi periode kuno, klasik, pertengahan, dan modern. [231] Smart [232] dan Michaels [233] tampaknya mengikuti periodisasi menurut Mill, [j] sedangkan Flood [234] dan Muesse [236] [237] mengikuti periodisasi yang terbagi menjadi periode kuno, klasik, pertengahan, dan modern. [238] Periode-periode yang berbeda ditentukan sebagai masa Hinduisme Klasik: • Smart menyatakan rentang waktu antara 1000 SM dan 100 M sebagai "praklasik".

Itu merupakan periode formatif bagi Upanishad dan Brahmanisme, [k] Jainisme, dan Buddhisme. Menurut Smart, "periode klasik" berlangsung dari 100 M hingga 1000 M, dan bertepatan dengan suburnya "Hinduisme Klasik", serta pertumbuhan dan kemunduran Buddha Mahayana di India.

[240] • Menurut Michaels, rentang waktu antara 500 SM dan 200 SM adalah masa "Reformisme Asketis", [241] sedangkan rentang waktu antara 200 SM dan 1100 M adalah masa "Hinduisme Klasik", karena adanya titik balik antara agama Weda dan agama Hindu. [242] • Muesse menyatakan perbedaan rentang waktu yang lebih jauh, yaitu antara 800 SM dan 200 SM, yang ia sebut sebagai "Periode Klasik". Menurut Muesse, beberapa konsep dasar agama Hindu, yaitu karma, reinkarnasi, serta pencerahan dan transformasi seseorang—yang tidak ditemui dalam agama Weda—berkembang pada periode tersebut.

[243] Smart [232] Michaels [14] Muesse [237] Flood [244] Umum Detail Peradaban Lembah Sungai Indus dan Periode Weda ( ca. 3000 – 1000 SM) Agama-Agama Pra-Weda (prasejarah – ca. 1750 SM) Peradaban Lembah Sungai Indus (3300 – 1400 SM) Peradaban Lembah Sungai Indus ( ca.

2500 – 1500 SM) Agama Weda Kuno ( ca. 1750 – 500 SM) Periode Weda Awal ( ca. 1750 – 1200 SM) Periode Weda (1600 – 800 SM) Periode Weda ( ca. 1500 – 500 SM) Periode Weda Pertengahan (dari 1200 SM) Periode Praklasik ( ca. 1000 SM – 100 M) Periode Weda Akhir (dari 850 SM) Periode Klasik (800 – 200 SM) Reformisme Asketis ( ca. 500 – 200 SM) Periode Epos dan Purana ( ca.

500 SM – 500 M) Hinduisme Klasik ( ca. 200 SM – 1100 M) Hinduisme Praklasik ( ca. 200 SM – 300 M) Periode Epos dan Purana (200 SM – 500 M) Periode Klasik ( ca. 100 M – 1000 M) "Zaman Kejayaan" ( Kemaharajaan Gupta) ( ca.

320 – 650 M) Hinduisme-Klasik Akhir ( ca. 650 – 1100 M) Periode-Purana Pertengahan dan Akhir (500 – 1500 M) Periode-Purana Pertengahan dan Akhir (500 – 1500 M) Peradaban Hindu-Islam ( ca.

1000 – 1750 M) Penaklukan Muslim dan Kemunculan Sekte-Sekte Hinduisme ( ca. 1100 – 1850 M) Abad Modern (1500 – kini) Abad Modern ( ca.

1500 – kini) Periode Modern ( ca. 1750 – kini) Hinduisme Modern (sejak ca. 1850) Agama-Agama Pra-Weda [ sunting - sunting sumber ] Artefak yang disebut cap Shiva- pashupati (Siwa sang penguasa satwa), berasal dari masa Peradaban Lembah Sungai Indus.

Ras manusia pertama yang menduduki India ( ca. 40.000–60.000 tahun yang lalu, saat periode Paleolitik) adalah Australoid yang mungkin memiliki hubungan dengan penduduk asli Australia. [245] Ada dugaan bahwa ras tersebut hampir punah atau terdesak oleh gelombang migrasi pada masa berikutnya. [246] Setelah pendudukan oleh Australoid, maka ras Kaukasoid (meliputi bangsa Elamo-Dravida [ ca.

4000 [247] hingga 6000 SM] [248] dan Indo-Arya [ ca. 2000 [249] hingga 1500 SM] [250]) dan Mongoloid ( Sino-Tibet) bermigrasi ke India.

Bangsa Elamo-Dravida [l] ada kemungkinan berasal dari Elam, kini merupakan wilayah Iran. [247] [248] [251] [252] Agama prasejarah tertua di India—yang mungkin meninggalkan jejaknya pada agama Hindu [m]—berasal dari zaman mesolitik [254] dan neolitik. [253] Beberapa agama suku di India masih bertahan, mendahului dominansi agama Hindu, tapi tidak harus dianggap bahwa ada banyak kemiripan antara masyarakat suku pada zaman prasejarah dengan masa kini. [255] Menurut antropolog Gregory Possehl, peradaban lembah sungai Indus (2600–1900 SM) mengandung titik pangkal yang logis, atau mungkin arbitrer, bagi beberapa aspek pada tradisi Hindu di kemudian hari.

[256] Agama pada masa tersebut mengandung pemujaan kepada Dewa Yang Mahakuasa, yang dibandingkan oleh beberapa ahli (terutama John Marshall) sebagai proto- Siwa, dan mungkin sesosok Ibu Dewi, yang mendasari figur Sakti. Praktik-praktik lain dari zaman musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari lembah sungai Indus yang berlanjut ke periode Weda meliputi pemujaan kepada air dan api.

Akan tetapi, hubungan antara dewa-dewi dan praktik agama lembah sungai Indus dengan agama Hindu masa kini telah menjadi subjek perselisihan politis serta perdebatan para ahli. [257] Periode Weda [ sunting - sunting sumber ] Peta dataran subur India Utara. Periode Weda—yang berlangsung dari ca. 1750 sampai 500 SM [233] [n]—disebut demikian karena berdasarkan agama berbasis Weda yang dianut oleh bangsa Indo-Arya, [259] [o] yang bermigrasi ke India barat daya setelah mundurnya peradaban lembah sungai Indus [260] [261] [262] (ada kemungkinan dari stepa Asia Tengah).

[251] [263] Bangsa ini membawa serta bahasa [264] dan agama mereka. [250] [265] Agama mereka berkembang lebih jauh ketika bermigrasi ke dataran India Utara setelah ca. 1100 SM dan menjadi pastoralis. [266] [267] [268] Meskipun kepercayaan dan praktik pada masa Hinduisme Praklasik boleh jadi berasal dari bahan-bahan agama Proto-Indo-Eropa (yang masih hipotesis), [269] sastra yang mendasari tradisi pada masa itu adalah Weda Samhita, sehingga periode tersebut dinamai demikian.

Kitab tertua di antara sastra Weda tersebut adalah Regweda, yang diperkirakan telah disusun pada periode 1700–1100 SM. [p] Sastra Weda memusatkan pemujaan kepada para dewa seperti Indra, Baruna, dan Agni, serta melangsungkan upacara Soma. Kurban dengan api, yang disebut yadnya ( yajña) dilaksanakan dengan merapalkan mantra-mantra Weda. [271] [272] Sastra Weda dikodifikasi ketika bangsa Indo-Arya mulai menduduki dataran India Utara yang subur, kemudian melakukan transisi dari masyarakat penggembala menuju masyarakat agraris, sehingga kebutuhan akan organisasi yang lebih terstruktur mulai timbul.

Masyarakat baru tersebut melibatkan penduduk yang lebih dahulu bermukim di dataran subur tersebut. Mereka dimasukkan ke dalam sistem warna menurut bangsa Arya, dengan otoritas politik dan keagamaan berada di tangan kaum brahmana dan kesatria. [273] Selama Periode Weda Awal ( ca. 1500–1100 SM), suku-suku penganut Weda merupakan suku penggembala, berkelana di sekitar India sebelah barat laut.

[274] Setelah 1100 SM, seiring ditemukannya besi, suku-suku penganut Weda berpindah ke dataran India Utara sebelah barat, dan mengadaptasi gaya hidup agraris. [275] [276] Bentuk-bentuk wilayah berdaulat yang belum sempurna mulai muncul, dan yang paling menonjol atau berpengaruh adalah kerajaan suku Kuru.

[266] [277] Kerajaan tersebut merupakan ikatan kesukuan, yang kemudian berkembang menjadi masyarakat setingkat negara—yang pertama kali tercatat dalam sejarah Asia Selatan—sekitar 1000 M.

[266] Secara terang-terangan, mereka mengubah warisan budaya dari Periode Weda sebelumnya, mengumpulkan himne-himne Weda menjadi suatu himpunan, dan mengembangkan upacara-upacara baru yang menonjol dalam peradaban India sebagai upacara-upacara srauta, [266] yang berkontribusi bagi "sintesis klasik" atau "sintesis Hindu".

[273] [48] Pada abad ke-9 dan ke-8 SM terjadi penyusunan kitab-kitab Upanishad tertua. [278] Upanishad membentuk suatu dasar teoretis bagi Hinduisme Klasik dan dikenal sebagai Wedanta (kesimpulan dari Weda).

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

{INSERTKEYS} [279] Kitab-kitab Upanishad kuno menangkal intensitas upacara-upacara yang kian bertambah. [280] Spekulasi monistis yang beragam dari ajaran Upanishad disintesiskan menjadi suatu kerangka teistis dalam kitab suci Hindu Bhagawadgita. [281] Etika dalam kitab-kitab Weda berdasarkan konsep satya dan reta. Satya adalah prinsip integrasi yang berakar pada kemutlakan. Reta adalah ungkapan dari satya, yang meregulasi dan mengkoordinasi jalannya alam semesta beserta segala sesuatu di dalamnya.

[282] Kesesuaian dengan reta akan memungkinkan sesuatu berjalan sebagaimana mestinya, sedangkan penyimpangan akan mengakibatkan hal yang tidak diinginkan. [283] Istilah dharma sudah digunakan dalam filsafat-filsafat Brahmanis, yang dipandang sebagai aspek dari reta.

[284] Istilah reta juga dikenal dalam agama Proto-Indo-Iran, yaitu agama orang-orang Indo-Iran sebelum kehadiran kitab-kitab Weda (Indo-Aryan) dan Zoroastrianisme (Iran). Asha ( aša) adalah istilah dalam bahasa Avesta yang mirip dengan ṛta dalam Weda. [285] Kitab-kitab Weda merupakan pustaka bagi golongan atas, dan tidak semata-mata mengungkapkan gagasan atau praktik yang populer.

[286] Agama berbasis Weda pada periode selanjutnya hadir berdampingan dengan agama-agama lokal—seperti pemujaan Yaksa [273] [287] [288]—dan ia sendiri merupakan hasil dari campuran antara kebudayaan Indo-Arya dengan Harrapa. [52] Reformisme Asketis [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Sramana Peningkatan urbanisasi di India pada abad ke-7 dan ke-6 SM telah mendukung terjadinya gerakan asketis atau Sramana yang menentang fanatisme terhadap berbagai upacara.

[289] Mahavira ( ca. 549–477 SM, pemuka Jainisme) dan Buddha Gautama ( ca. 563–483 SM, penggagas tradisi Buddhisme) adalah tokoh-tokoh terkemuka dalam gerakan tersebut. [290] Menurut Heinrich Zimmer, Jainisme dan Buddhisme adalah bagian dari warisan kebudayaan pra-Weda, yang juga meliputi Samkhya dan Yoga: Jainisme tidak berasal dari sumber-sumber [budaya] Brahman- Arya, [q] tetapi mencerminkan kosmologi dan antropologi masyarakat kuno pra-Arya golongan atas [yang tinggal] di India bagian timur laut – dengan berpangkal pada dasar-dasar yang sama tentang spekulasi metafisis kuno seperti Yoga, Sankhya, dan Buddhisme, yaitu ajaran-ajaran India lainnya yang tidak berbasis Weda.

[r] [291] [292] Dalam suatu bagian, tradisi Sramana mengajarkan konsep siklus kelahiran dan kematian (siklus reinkarnasi), konsep samsara, dan konsep pencarian kebebasan (dari reinkarnasi tersebut), yang menjadi karakteristik Hinduisme. [293] James B.

Pratt dalam bukunya The Pilgrimage of Buddhism and a Buddhist Pilgrimage menulis bahwa Oldenberg (1854–1920), Neumann (1865–1915), dan Radhakrishnan (1888–1975) percaya bahwa Tripitaka Buddhis mendapat pengaruh dari kitab-kitab Upanishad, sedangkan la Vallee Poussin menyatakan ketiadaan pengaruh apa pun, dan ahli lainnya menegaskan bahwa pada bagian-bagian tertentu, Sang Buddha menyatakan antitesis secara langsung kepada Upanishad.

[294] Hinduisme Klasik [ sunting - sunting sumber ] Periode Hinduisme Klasik diawali dengan periode Hinduisme Praklasik, dilanjutkan dengan zaman kejayaan Hindu pada masa Dinasti Gupta, lalu ditutup dengan periode Hinduisme Klasik Akhir. Periode Hinduisme Klasik ini disusul dengan kedatangan agama Islam ke Asia Selatan, lalu diikuti dengan pendirian aliran atau sekte dalam agama Hindu. Hinduisme Praklasik [ sunting - sunting sumber ] Pada periode dari 500 [48] hingga 200 SM, [295] dan ca.

300 M, terjadi "sintesis Hindu", [48] yang menyerap pengaruh-pengaruh Sramana dan Buddha, [295] [296] serta kemunculan tradisi bhakti dalam balutan Brahmanisme melalui pustaka Smerti. [297] Sintesis ini timbul di bawah tekanan perkembangan agama Buddha dan Jainisme.

[58] Menurut Embree, beberapa tradisi keagamaan lainnya hadir berdampingan dengan agama berbasis Weda. Agama-agama pribumi tersebut akhirnya menemukan tempat di bawah naungan agama Weda.

[298] Ketika Brahmanisme mulai kehilangan pamornya [242] dan harus bersaing dengan Buddhisme dan Jainisme, [297] agama-agama yang populer mendapat kesempatan untuk menonjolkan ajarannya.

[298] Menurut Embree: Para Brahmanis tampaknya bergiat untuk memperluas perkembangan [agamanya] sebagai maksud untuk menghadapi gempuran aliran-aliran yang lebih heterodoks. Pada saat yang sama, di kalangan agama-agama pribumi yang ada, kesetiaan terhadap kewenangan sastra Weda telah memberikan suatu tali persatuan yang tipis—namun begitu signifikan—di antara kemajemukan dewa-dewi dan praktik keagamaan [yang ada].

[s] [298] Menurut Larson, para brahmana menanggapinya dengan asimilasi dan konsolidasi. Hal tersebut tercerminkan dalam pustaka Smerti yang mulai disusun pada periode itu. [299] Kitab-kitab Smerti dari periode 200 SM–100 M mempermaklumkan kewenangan Weda, sehingga pengakuan terhadap kewenangan Weda menjadi kriteria utama untuk membedakan Hinduisme dengan aliran heterodoks yang menolak Weda.

[300] Sebagian besar gagasan dasar dan praktik Hinduisme Klasik berasal dari pustaka Smerti, yang kemudian menjadi inspirasi dasar bagi kebanyakan umat Hindu. [299] Dua wiracarita India terkemuka— Ramayana dan Mahabharata—yang tergolong ke dalam Smerti, disusun dalam periode panjang selama akhir zaman Sebelum Masehi dan awal zaman Masehi. [301] Pustaka tersebut mengandung cerita mitologis tentang para pemimpin dan peperangan pada zaman India Kuno, dan diselingi dengan filsafat dan ajaran agama.

Sastra Purana yang disusun pada masa berikutnya mengandung cerita tentang para dewa-dewi, interaksi mereka dengan manusia, dan pertempuran mereka melawan para rakshasa. Kitab Bhagawadgita memperkuat keberhasilan [302] konsolidasi agama Hindu, [302] dengan memadupadankan gagasan-gagasan Brahmanis dan Sramana menjadi suatu kebaktian yang teistis.

[302] [303] [304] Pada awal zaman Masehi, beberapa mazhab filsafat Hindu dikodifikasikan secara formal, meliputi Samkhya, Yoga, Nyaya, Waisesika, Purwamimamsa, dan Wedanta. [305] "Zaman Kejayaan" [ sunting - sunting sumber ] Candi Dashavatara di Deogarh, negara bagian Uttar Pradesh, India.

Candi ini dibangun pada abad ke-6, era Dinasti Gupta. Selama periode ini, kekuasaan atas India disentralisasi, seiring dengan berkembangnya perdagangan ke negeri yang jauh, standardisasi prosedur legal, dan pemberantasan buta huruf.

[306] Buddhisme aliran Mahayana menyebar, sedangkan kebudayaan Brahmana ortodoks mulai disegarkan kembali di bawah perlindungan Dinasti Gupta, [307] yang dipimpin para raja penganut Waisnawa. [308] Kedudukan para brahmana diperkuat kembali dan kuil-kuil Hindu mulai didirikan sebagai dedikasi untuk dewa-dewi Hindu. [306] Selama pemerintahan Dinasti Gupta, sastra Purana mulai ditulis, digunakan untuk menyebarkan ideologi keagamaan umum di kalangan masyarakat pribumi dan buta huruf yang menjalani akulturasi.

[309] Para raja Gupta melindungi tradisi Purana yang mulai berkembang demi perbawa wangsa mereka. [308] Hal ini menyebabkan timbulnya Hinduisme-Puranis ( Puranic Hinduism), yang berbeda dengan Brahmanisme sebelumnya yang mengacu pada Dharmasastra dan Smerti. [309] Gerakan Bhakti muncul pada periode ini. Gerakan Bhakti merupakan perkembangan tradisi bhakti yang tumbuh sangat cepat, bermula di Tamil Nadu ( India Selatan). Para Nayanar dari aliran Saiwa (abad ke-4 – ke-10) [310] serta para Alwar dari aliran Waisnawa (abad ke-3 – ke-9) menyebarkan puisi dan tradisi bhakti ke berbagai penjuru India dari abad ke-12 hingga ke-18.

[311] [310] Menurut P.S. Sharma, periode Gupta dan Harsha membentuk—dari segi intelektual—kurun waktu paling gemilang dalam perkembangan filsafat India, ketika filsafat Hindu dan Buddha tumbuh subur secara berdampingan.

[312] Carwaka, mazhab materialisme ateistis, tampil di India Utara sebelum abad ke-8. [313] Hinduisme Klasik Akhir [ sunting - sunting sumber ] Setelah runtuhnya kemaharajaan Gupta dan Harsha, kekuasaan di India mengalami desentralisasi.

Beberapa kerajaan besar mulai berdiri, dengan negeri taklukan yang sangat banyak. Kerajaan-kerajaan tersebut dipimpin dengan sistem feodal. Kerajaan yang lebih kecil bergantung pada kerajaan yang lebih besar. Maharaja sulit dijangkau, sangat diagungkan dan didewakan, [314] sebagaimana yang digambarkan dalam mandala Tantra, dan kadang kala raja digambarkan sebagai pusat mandala.

[315] Perpecahan kekuasaan pusat juga mengarah kepada regionalisasi religiositas, serta persaingan religius. [316] Kultus dan bahasa lokal lebih diutamakan, dan pengaruh Hinduisme-Brahmanis ritualistis ( ritualistic Brahmanic Hinduism) berkurang. [316] Gerakan rakyat dan kebaktian mulai bermunculan, seiring dengan [tumbuhnya] aliran Saiwa, Waisnawa, Bhakti, dan Tantra, meskipun pengelompokan menurut sekte hanya terjadi saat permulaan perkembangan aliran-aliran tersebut.

[316] Gerakan keagamaan berkompetisi untuk memperoleh pengakuan dari penguasa lokal. Agama Buddha kehilangan pamornya setelah abad ke-8, lalu mulai memudar di India. {/INSERTKEYS}

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

{INSERTKEYS} [316] Hal tersebut tersirat dari penghentian ritus puja Buddhis di lingkungan istana-istana India pada abad ke-8, ketika dewa-dewa Hindu menggantikan peran Buddha sebagai pelindung kerajaan.

[317] Sastra Purana kuno disusun untuk menyebarkan ideologi keagamaan yang awam di kalangan masyarakat pribumi yang mengalami akulturasi. Seiring dengan dadal yang dialami Dinasti Gupta, tanah-tanah perawan dikumpulkan oleh para brahmana, yang tidak hanya menjamin keuntungan agraris dari eksploitasi tanah yang dimiliki para raja, tetapi juga memberikan status bagi kelas penguasa yang baru. [318] Para brahmana menyebar ke berbagai penjuru India, berinteraksi dengan warga lokal yang menganut kepercayaan dan ideologi berbeda.

Para brahmana menggunakan Purana untuk mengajak berbagai klan menjadi masyarakat agraris, serta mengikuti agama dan ideologi para brahmana. [64] Menurut Flood, para brahmana yang mengikuti agama berbasis Purana kemudian dikenal sebagai Smarta, artinya orang yang bersembahyang berdasarkan Smerti, atau Pauranika, yaitu penganut Purana.

[319] Kepala suku dan warga lokal diserap ke dalam sistem warna, demi mengendalikan tindak tanduk kaum " kesatria dan sudra baru" tersebut.

[320] Kelompok-kelompok brahmana semakin besar dengan mengikutsertakan orang lokal, seperti pendeta dan rohaniwan lokal. Hal ini mengarah ke stratifikasi bagi kaum brahmana, sehingga ada golongan brahmana yang memiliki derajat lebih tinggi dibandingkan brahmana lainnya. [64] Penarapan sistem kasta lebih sesuai bagi Hinduisme Puranis daripada aliran-aliran Sramana (Buddha atau Jaina). Pustaka Purana mencantumkan suatu riwayat silsilah yang luas sehingga dapat memberikan status kesatria baru bagi suatu golongan.

Sementara itu, ajaran Buddha menggambarkan pemerintah sebagai suatu kontrak antara orang yang terpilih dengan rakyat, dan chakkavatti Buddhis adalah konsep yang berbeda dengan model penaklukkan yang dilakukan para kesatria dan kaum Rajput Hindu. [320] Lukisan Kresna sebagai Gowinda atau "pelindung para sapi", dari abad ke-19.

Brahmanisme berdasarkan pustaka Dharmasastra dan Smerti mengalami transformasi radikal di tangan para penyusun Purana, mengakibatkan munculnya Hinduisme Puranis ( Puranic Hinduism), [309] bagaikan "raksasa" yang melangkahi "cakrawala keagamaan", yang kemudian melintangi segala agama-agama yang ada. [321] Hinduisme Puranis merupakan sistem kepercayaan yang terdiri dari banyak bagian yang tumbuh dan meluas dengan menyerap dan memadukan gagasan-gagasan bertentangan dan berbagai tradisi pemujaan.

[321] Agama ini berbeda dengan Smarta yang menjadi pangkalnya. Perbedaan itu terletak pada ketenaran, pluralisme teologis, pluralisme sekte, pengaruh Tantra, dan pengutamaan bhakti. [321] Banyak kepercayaan dan tradisi lokal yang diasimilasi ke dalam Hinduisme Puranis. Wisnu dan Siwa tampil sebagai dewa yang utama, berdampingan dengan Sakti/ Dewi. Pemujaan kepada Wisnu akhirnya menimbulkan kultus Narayana, Jagatnata, Wenkateswara, dan lain-lain.

Menurut Nath: Beberapa inkarnasi Wisnu seperti Matsya, Kurma, Waraha, dan bahkan Narasinga membantu pemaduan simbol-simbol totem populer dan mitos penciptaan, khususnya yang berkaitan dengan babi hutan, yang umumnya meresapi mitologi [masyarakat] prapustaka, sedangkan [inkarnasi] lainnya seperti Kresna dan Balarama menjadi alat untuk mengasimilasi kultus dan mitos lokal yang berpusat pada dewa-dewa pedesaan dan pertanian.

[t] [322] Rama dan Kresna menjadi pujaan utama dalam tradisi bhakti, yang terutama diungkapkan dalam Bhagawatapurana. Tradisi pemujaan Kresna melibatkan beberapa kultus berbasis naga, yaksa, bukit, dan pepohonan. [323] Siwa menyerap kultus-kultus lokal dengan menambahkan kata Isa atau Iswara pada nama dewa-dewa lokal, contohnya Buteswara, Hatakeswara, Candeswara. [324] Dalam lingkungan keluarga raja pada abad ke-8, puja terhadap Buddha mulai tergantikan oleh puja terhadap dewa-dewi Hindu.

Pada periode itu pula, Buddha dimasukkan sebagai salah satu awatara Wisnu. [325] Mazhab Adwaita Wedanta yang non-dualistis—yang mendapat pengaruh agama Buddha [326]—dirumuskan kembali oleh Adi Shankara dengan membuat sistematisasi karya-karya para filsuf pendahulunya. [327] Pada masa kini, karena pengaruh Orientalisme Barat dan Perenialisme terhadap Neo-Wedanta India dan nasionalisme Hindu, [328] Adwaita Wedanta mendapatkan sambutan yang luas dalam kebudayaan India dan di luar India sebagai contoh paradigmatis dari spiritualitas Hindu.

[328] Kehadiran Islam dan sekte Hindu [ sunting - sunting sumber ] Reruntuhan Candi Somnath pada tahun 1869. Candi ini pernah didirikan dan dihancurkan berkali-kali selama periode penaklukan India oleh Muslim, sampai akhirnya dipugar pada tahun 1951. Meskipun Islam sudah datang ke India sejak awal abad ke-7 (seiring dengan kedatangan para pedagang Arab dan penaklukan Sindhu), agama tersebut menjadi agama utama selama periode penaklukan Islam di Asia Selatan pada masa selanjutnya.

[329] Pada periode tersebut, agama Buddha memudar secara drastis, dan banyak umat Hindu pindah agama ke Islam. [330] [331] Banyak penguasa muslim beserta panglimanya, seperti Aurangzeb dan Malik Kafur yang menghancurkan tempat ibadah umat Hindu dan menindas kaum non-muslim; [332] [333] akan tetapi, beberapa penguasa muslim seperti Akbar bersikap lebih toleran.

Agama Hindu mengalami reformasi besar-besaran karena pengaruh Guru Ramanuja yang terkemuka, serta Guru Madhwa, dan Sri Caitanya. [329] Pengikut gerakan Bhakti beralih dari konsep Brahman yang abstrak—yang dianjurkan oleh filsuf Adi Shankara berabad-abad sebelumnya—dengan tradisi kebaktian yang lebih bersemangat terhadap pemujaan para awatara yang lebih mudah dibayangkan, terutama Kresna dan Rama. [334] Menurut Nicholson, antara abad ke-17 dan ke-16, beberapa cendekiawan tertentu mulai menarik benang merah pada kanekaragaman ajaran filosofis dalam Upanishad, wiracarita, Purana, dan mazhab filsafat yang dikenal sebagai "enam sistem" ( saddarsana) dari filsafat Hindu yang umum.

[335] Lorenzen menentukan bahwa asal mula identitas ke-Hindu-an yang khas berawal dari interaksi antara muslim dan umat Hindu, [86] dan dari suatu proses pencarian jati diri yang membedakan diri dengan muslim, [336] yang sudah dimulai sebelum 1800-an.

[87] Baik cendekiawan India ataupun Eropa—yang mempopulerkan istilah "Hinduisme" pada abad ke-19—telah mendapat pengaruh dari filsafat tersebut. [26] Michaels menggarisbawahi bahwa historisasi muncul sebelum nasionalisme di kemudian hari, yang menyuarakan gagasan kejayaan agama Hindu dan masa lampau.

[88] Hinduisme masa kini [ sunting - sunting sumber ] Di tengah kekuasaan British Raj (penjajahan Inggris atas India), Renaisans Hindu mulai bangkit pada abad ke-19, yang memberi perubahan besar bagi pemahaman akan agama Hindu, baik di India ataupun di Barat. [13] Indologi (disiplin ilmiah tentang kajian kebudayaan India dari sudut pandang Eropa) didirikan pada abad ke-19, dipimpin oleh para ahli seperti Max Müller dan John Woodroffe.

Mereka memboyong filsafat dan pustaka Weda, Purana, dan Tantra ke Eropa. Para orientalis mencari-cari "hakikat" agama-agama di India, dan menemukannya pada pustaka Weda, [337] sambil membuat gagasan bahwa "Hinduisme" adalah suatu kesatuan dari berbagai adat keagamaan dan gambaran populer mengenai ‘India yang mistis’. [338] [13] Gagasan tersebut diambil alih oleh beberapa gerakan reformasi Hindu seperti Brahmo Samaj, yang didukung untuk sesaat oleh Gereja Unitarian, [339] bersama dengan gagasan Universalisme dan Perenialisme, yaitu gagasan bahwa seluruh agama memiliki dasar mistisisme yang sama.

[340] "Modernisme Hindu", dengan tokoh terkemuka seperti Vivekananda, Aurobindo, serta Radhakrishnan menjadi panutan dalam pemahaman populer mengenai agama Hindu. [341] [342] [343] [344] Tokoh Hindu yang berpengaruh pada abad ke-20 adalah Ramana Maharshi, B.K.S.

Iyengar, Paramahansa Yogananda, Swami Prabhupada (pendiri ISKCON), Sri Chinmoy, dan Swami Rama, yang menerjemahkan, merumuskan ulang, dan memperkenalkan pustaka dasar agama Hindu bagi khalayak awam masa kini dengan imla yang baru, mengangkat pandangan tentang Yoga dan Wedanta di Dunia Barat, serta menarik pengikut baru dan perhatian masyarakat di India dan negara lainnya. Pada abad ke-20, agama Hindu juga mendapatkan keunggulan sebagai kekuatan politis dan acuan bagi jati diri bangsa India.

Sejak pendirian Hindu Mahasabha pada 1910-an, banyak gerakan bertumbuh dengan perumusan dan perkembangan ideologi Hindutva pada dekade-dekade berikutnya; pendirian Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) pada tahun 1925; dan percabangan RSS—yang kemudian berhasil—yaitu Jana Sangha dan Bharatiya Janata Party (BJP) dalam politik pemilu pada masa pascakemerdekaan India.

[345] Religiositas Hindu juga memainkan peran penting dalam gerakan nasionalis. [346] Pranata [ sunting - sunting sumber ] Caturwarna [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Warna dalam agama Hindu Masyarakat Hindu dikategorikan menjadi empat kelas, disebut warna, yaitu sebagai berikut: • Brahmana: pendeta dan guru kerohanian • Kesatria: bangsawan, pejabat, dan tentara • Waisya: petani, pedagang, dan wiraswasta • Sudra: pelayan dan buruh Kitab Bhagawadgita menghubungkan warna dengan kewajiban seseorang ( swadharma), pembawaan ( swabhāwa), dan kecenderungan alamiah ( guṇa).

[84] Berdasarkan pengertian warna menurut Bhagawadgita, tokoh spiritual Hindu Sri Aurobindo membuat doktrin bahwa pekerjaan seseorang semestinya ditentukan oleh bakat dan kapasitas alaminya.

[347] [348] Dalam kitab Manusmerti terdapat pengelompokan kasta-kasta yang berbeda. [349] Mobilitas dan fleksibitas dalam warna menampik dugaan diskriminasi sosial dalam sistem kasta, sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa sosiolog, [350] [351] meskipun beberapa ahli tidak sependapat. [352] Para ahli memperdebatkan apakah sistem kasta merupakan bagian dari Hinduisme yang diatur oleh kitab suci, ataukah sekadar adat masyarakat.

{/INSERTKEYS}

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

{INSERTKEYS} [353] [354] [u] Berbagai ahli berpendapat bahwa sistem kasta dibangun oleh rezim kolonial Britania. [356] Menurut guru rohani Hindu Sri Ramakrishna (1836–1886): Para pencinta Tuhan tidak tergolong dalam kasta tertentu … Seorang brahmana tanpa cinta pada Tuhan bukanlah brahmana lagi.

Dan seorang paria tanpa cinta pada Tuhan bukanlah paria lagi. Melalui bhakti (pengabdian kepada Tuhan), seorang hina dina dapat menjadi suci dan derajatnya pun meningkat. [357] Menurut sastra Wedanta, orang yang berada di luar warna disebut " warnatita". Para ahli seperti Adi Sankara menegaskan bahwa tidak hanya Brahman yang melampaui seluruh warna, tapi seseorang yang dapat bersatu dengan-Nya juga dapat melampaui seluruh perbedaan dan pembatasan kasta-kasta.

Jenjang kehidupan [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Caturasrama Secara tradisional, kehidupan umat Hindu terbagi menjadi empat āśrama atau caturasrama (empat fase atau empat tahapan). Bagian pertama dalam kehidupan seseorang adalah Brahmacari, yaitu masa menuntut ilmu.

Tahap ini dilaksanakan sebelum masa kawin, untuk dapat berkontemplasi secara murni dan bijaksana di bawah bimbingan Guru, demi membangun pikiran dan fondasi spiritual. Tahap berikutnya adalah Grehasta, yaitu tahap membangun kehidupan rumah tangga, dilaksanakan dengan cara menikah dan memenuhi kāma (kenikmatan indria) dan arta (kemakmuran). Setelah berumah tangga, kewajiban moral yang dilaksanakan meliputi: mengasuh anak, merawat orang tua, menghormati tamu dan orang suci.

Setelah berumah tangga dalam jangka waktu tertentu, umat Hindu kemudian menempuh tahap Wanaprasta, yaitu masa pensiun atau masa melepaskan diri dari kesibukan duniawi. Tahap ini dapat dilaksanakan dengan cara menyerahkan tanggung jawab kepada keturunan, agar pensiunan mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas keagamaan dan mengunjungi tempat-tempat suci.

Tahap yang terakhir adalah Sannyasa, yaitu masa menghabiskan sisa hidup dengan melakukan tapa brata, atau berusaha melepaskan diri dari ikatan duniawi. Pelepasan tersebut dilakukan dalam rangka menemukan Tuhan, serta untuk mencari cara meninggalkan tubuh fana secara damai, agar mencapai suatu kondisi yang disebut moksa. [358] Praktik keagamaan [ sunting - sunting sumber ] Praktik keagamaan Hindu biasanya bertujuan untuk mencari kesadaran akan Tuhan, dan kadang kala mencari anugerah dari para dewa.

Maka dari itu, ada beragam praktik keagamaan dalam tubuh Hinduisme yang dimaksudkan untuk membantu seseorang dalam upaya memahami Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Persembahyangan [ sunting - sunting sumber ] Seorang praktisi Bhaktiyoga sedang bermeditasi. Dalam banyak praktik keagamaan dan ritual, umat Hindu biasanya mengucapkan mantra. Mantra adalah seruan, panggilan, atau doa yang membantu umat Hindu agar dapat memusatkan pikiran kepada Tuhan atau dewa tertentu, melalui kata-kata, suara, dan cara pelantunan.

Pada pagi hari, di tepi sungai yang dikeramatkan, banyak umat Hindu yang melaksanakan upacara pembersihan sambil melantunkan Gayatri Mantra atau mantra-mantra Mahamrityunjaya. [359] Wiracarita Mahabharata mengagungkan japa (lagu-lagu pujaan) sebagai kewajiban terbesar pada masa Kaliyuga (zaman sekarang, 3102 SM–kini). [360] Banyak aliran yang mengadopsi japa sebagai praktik spiritual yang utama.

[360] Praktik spiritual Hindu yang cukup populer adalah Yoga. Yoga merupakan ajaran Hindu yang gunanya melatih kesadaran demi kedamaian, kesehatan, dan pandangan spiritual. Hal ini dilakukan melalui seperangkat latihan dan pembentukan posisi tubuh untuk mengendalikan raga dan pikiran. [361] Bhajan merupakan praktik pelantunan lagu-lagu pujian. Praktik ini memiliki bentuk beragam: dapat berupa mantra semata atau kirtan, atau berupa dhrupad atau kriti dengan musik berdasarkan raga dan tala menurut musik klasik India.

[362] Biasanya, bhajan mengandung syair untuk mengungkapkan cinta kepada Tuhan. Istilah tersebut sepadan dengan bhakti yang artinya "pengabdian religius", menyiratkan pentingnya bhajan bagi gerakan bhakti yang menyebar dari India bagian selatan ke seluruh subkontinen India pada masa Moghul.

Penggalan cerita dari kitab suci, ajaran para orang suci, serta deskripsi para dewa telah menjadi subjek bagi pelaksanaan bhajan. Tradisi dhrupad, qawwali Sufi, [363] dan kirtan atau lagu dalam tradisi Haridasi berkaitan dengan bhajan. Nanak, Kabir, Meera, Narottama Dasa, Surdas, dan Tulsidas adalah para pujangga bhajan terkemuka. Tradisi dalam bhajan seperti Nirguni, Gorakhanathi, Vallabhapanthi, Ashtachhap, Madhura-bhakti, dan Sampradya Bhajan dari India Selatan memiliki repertoar dan cara pelantunan masing-masing.

Upacara [ sunting - sunting sumber ] Upacara choroonu (nama lain dari annaprashan) di Kerala. Banyak umat Hindu dari berbagai aliran yang melaksanakan ritual keagamaan sehari-hari.

[364] [365] Banyak umat Hindu yang melaksanakannya di rumah, [366] tetapi pelaksanaannya berbeda-beda tergantung daerah, desa, dan kecenderungan umat itu sendiri. Umat Hindu yang saleh melaksanakan ritual sehari-hari seperti sembahyang subuh sehabis mandi (biasanya di kamar suci/tempat suci keluarga, dan biasanya juga diiringi dengan menyalakan pelita serta menghaturkan sesajen ke hadapan arca dewa-dewi), membaca kitab suci berulang-ulang, menyanyikan lagu-lagu pemujaan, meditasi, merapalkan mantra-mantra, dan lain-lain.

[366] Ciri menonjol dalam ritual keagamaan Hindu adalah pembedaan antara yang murni dan sudah tercemar. Ada aturan yang mengisyaratkan bagaimana kondisi-kondisi yang dikatakan tercemar atau tak murni lagi, sehingga pelaksana upacara harus melakukan pembersihan atau pemurnian kembali sebelum upacara dimulai.

Maka dari itu, penyucian—biasanya dengan air—menjadi ciri umum dalam kebanyakan aktivitas keagamaan Hindu. [366] Ciri lainnya meliputi kepercayaan akan kemujaraban upacara dan konsep pahala yang diperoleh melalui kemurahan hati atau keikhlasan, yang akan bertumpuk-tumpuk dari waktu ke waktu sehingga mengurangi penderitaan di kehidupan selanjutnya. [366] Ritus dengan sarana api ( yadnya) kini tidak dilakukan sesering mungkin, meskipun pelaksanaannya sangat diagungkan dalam teori. Akan tetapi, dalam upacara pernikahan dan pemakaman adat Hindu, pelaksanaan yadnya dan perapalan mantra-mantra Weda masih disesuaikan dengan norma.

[367] Beberapa upacara juga berubah seiring berjalannya waktu. Sebagai contoh, pada masa beberapa abad yang lalu, persembahan tarian dan musik sakral menurut kaidah Sodasa Upachara yang standar—sebagaimana tercantum dalam Agamashastra—tergantikan oleh persembahan dari nasi dan gula-gula.

Peristiwa seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian melibatkan seperangkat tradisi Hindu yang terperinci. Dalam agama Hindu, upacara bagi "siklus kehidupan" meliputi Annaprashan (ketika bayi dapat memakan makanan yang keras untuk pertama kalinya), Upanayanam (pelantikan anak-anak kasta menengah ke atas saat mulai menempuh pendidikan formal), dan Śrāddha (upacara menjamu orang-orang dengan makanan karena bersedia melantunkan doa-doa kepada "Tuhan" agar jiwa mendiang mendapatkan kedamaian).

[368] [369] Untuk perihal pernikahan, bagi sebagian besar masyarakat India, masa pertunangan pasangan muda-mudi serta tanggal dan waktu pernikahan ditentukan oleh para orang tua dengan konsultasi ahli perbintangan. [368] Untuk perihal kematian, kremasi merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kerabat mendiang, kecuali bila mendiang adalah sanyasin, hijra, atau anak di bawah lima tahun.

Biasanya, kremasi dilakukan dengan membungkus jenazah dengan pakaian terlebih dahulu, lalu membakarnya dengan api unggun. Ahimsa [ sunting - sunting sumber ] Mahatma Gandhi adalah tokoh Hindu dari India yang memilih untuk menerapkan praktik ahimsa dalam upaya menentang pemerintah kolonial Inggris pada masa Gerakan Kemerdekaan India.

Umat Hindu menganjurkan praktik ahimsa ( ahiṃsā; artinya "tanpa kekerasan") dan penghormatan kepada seluruh bentuk kehidupan karena mereka meyakini bahwa " percikan dari Tuhan" juga meresap ke dalam setiap makhluk hidup, termasuk tumbuhan dan hewan. [370] Istilah ahimsa disebutkan dalam kitab-kitab Upanishad [371] dan wiracarita Mahabharata. Ahimsa adalah yang pertama di antara lima yama ( pancayamabrata; lima prinsip pengendalian diri) dalam Yogasutra Patanjali, [372] dan menjadi prinsip pertama bagi seluruh anggota Warnasramadarma (brahmana, kesatria, waisya, dan sudra) menurut Manusmerti.

[373] Konsep ahimsa dalam Hinduisme tidak seketat agama Buddha dan Jainisme, karena jejak keberadaan praktik-praktik pengorbanan dapat ditelusuri dalam kitab-kitab Weda, contohnya mantra-mantra untuk kurban kambing (dalam Regweda), [374] kurban kuda ( Aswameda, dalam Yajurweda), dan kurban manusia ( Purusameda, dalam Yajurweda), [375] sedangkan dalam ritus Jyotistoma ada tiga hewan yang dikurbankan melalui upacara yang masing-masing disebut Agnisomiya, Sawaniya, dan Anubandya.

Yajurweda dianggap sebagai Weda pengorbanan dan ritual, [376] [377] serta menyebutkan beberapa ritus pengurbanan hewan, contohnya mantra dan prosedur pengurbanan kambing putih kepada Bayu, [378] seekor anak lembu kepada Saraswati, seekor sapi bertutul kepada Sawitr, seekor banteng kepada Indra, seekor sapi yang dikebiri kepada Baruna, dan lain-lain.

[379] Tanggapan yang menentang pelaksanaan kurban datang dari aliran Carwaka yang menuliskan kritik mereka dalam Barhaspatyasutra (abad ke-3 SM) sebagai berikut: "Jika hewan yang dikurbankan dalam ritus Jyotistoma akan segera mencapai surga, mengapa si pelaksana tidak segera mengurbankan ayahnya saja?" [380] Pada masa perkembangan Hinduisme dan Buddhisme di India, para raja Buddhis seperti Ashoka memengaruhi rakyatnya dengan larangan pelaksanaan kurban.

[375] Pada masa pemerintahan Ashoka, sebuah titah diberlakukan dan dituliskan pada sebuah batu, dengan kata-kata sebagai berikut: "Ini adalah titah dari orang yang disayangi para dewa, Raja Piyadasi.

Tindak pembunuhan kepada hewan tidak boleh dilakukan untuk seterusnya." [375] Dari sini, reaksi sosial berkenaan dengan kitab tata cara pengorbanan ( Brahmana) dapat ditelusuri. [375] Menurut Panini, ada dua macam Brahmana, yaitu Brahmana Lama dan Brahmana Baru. [375] Dalam Brahmana Lama—seperti Aitareya Brahmana untuk Regweda—pengorbanan benar-benar dilakukan, tapi dalam Brahmana Baru seperti Shatapatha Brahmana, hewan kurban dilepaskan setelah terikat pada tiang pengorbanan.

[375] Hal ini merupakan reaksi dari kebangkitan agama-agama Sramana—seperti agama Buddha dan Jainisme—yang berakibat pada peletakan konsep ahimsa di kalangan praktisi kitab Brahmana. Vegetarianisme [ sunting - sunting sumber ] Masakan vegetarian khas India Utara yang disajikan di suatu restoran di Tokyo, Jepang.

Sesuai dengan konsep ahimsa, maka banyak umat Hindu yang mengikuti vegetarianisme (tidak makan daging) demi menghormati bentuk kehidupan yang tingkatannya tinggi. Sejumlah umat justru pantang makan daging hanya pada hari-hari tertentu.

Budaya makan juga bervariasi sesuai komunitas dan kawasan. Sebagai contoh, beberapa kasta memiliki sedikit penganut vegetarianisme, sedangkan masyarakat pesisir cenderung bergantung kepada masakan laut. [381] [382] Perkiraan jumlah lakto-vegetarian di India (mencakup umat seluruh agama di sana) bervariasi antara 20% dan 42%. [v] Dalam agama Hindu, kemurnian makanan bersifat sangat penting karena ada keyakinan bahwa makanan mencerminkan tiga kualitas sifat ( triguna) yang umum, yaitu: kesucian ( satwam), semangat ( rajas), dan kelambanan ( tamas).

Maka dari itu, aturan makan yang sehat akan menjadi sesuatu yang turut membersihkan hati seseorang. [383] Berdasarkan alasan tersebut, umat Hindu dianjurkan untuk menghindari atau meminimalkan konsumsi makanan yang tidak meningkatkan kebersihan hati. Beberapa contoh makanan yang dimaksud adalah bawang merah dan bawang putih, yang diyakini mengandung sifat rajas (keadaan yang dicirikan oleh sifat suka menentang dan egois), serta daging (daging dari hewan apa pun), yang diyakini mengandung sifat tamas (keadaan yang dicirikan oleh kemarahan, kerakusan, dan iri hati).

[384] Vegetarianisme dianjurkan oleh sejumlah aliran Hinduisme—meliputi Waisnawa dan Saiwa—yang melarang pengorbanan hewan, [385] tetapi tidak dianjurkan oleh aliran Hinduisme yang mengizinkan pengorbanan hewan.

[386] Pada umumnya, pengorbanan hewan dilakukan oleh umat Hindu dari aliran Sakta, [387] (beberapa) komunitas Hindu dari golongan sudra dan kesatria, [388] [389] penganut aliran Hinduisme di India Timur, [386] serta penganut aliran Hinduisme di Asia Tenggara.

[390] Pada umumnya, umat Hindu yang mengonsumsi daging tidak akan mau memakan daging sapi. Dalam masyarakat Hindu, sapi dipercaya sebagai pengasuh manusia serta merupakan figur keibuan, [391] dan mereka menghormatinya sebagai lambang kasih tak bersyarat. [392] Maka dari itu, praktik penyembelihan sapi dilarang secara resmi di hampir seluruh negara bagian di India.

[393] Pada masa kini, ada banyak kelompok keagamaan Hindu yang menekankan praktik vegetarianisme yang ketat. Salah satu contoh yang terkenal adalah gerakan ISKCON ( International Society for Krishna Consciousness), yang mewajibkan pengikutnya untuk tidak hanya pantang makan daging (termasuk ikan dan unggas), tetapi juga menghindari sayuran/tumbuhan tertentu yang dianggap dapat memberikan pengaruh negatif, seperti bawang merah, bawang putih, [383] dan jamur.

[394] Contoh yang kedua adalah gerakan Swaminarayan. Pengikut gerakan ini juga sangat setia untuk tidak mengkonsumsi daging, telur, dan ikan. [395] Pertapaan [ sunting - sunting sumber ] Tiga petapa Hindu di Lapangan Durbar, Kathmandu. Sejumlah umat Hindu memilih untuk hidup sebagai petapa ( Sanyāsa) dalam upaya mencapai " moksa" ataupun bentuk kesempurnaan spiritual lainnya. Para petapa berkomitmen untuk hidup sederhana, tidak berhubungan seksual, tidak mencari harta duniawi, serta berkontemplasi tentang Tuhan.

[396] Petapa Hindu disebut sanyasin, sadu, atau swāmi, sedangkan yang wanita disebut sanyāsini. Orang yang melepaskan diri dari ikatan duniawi memperoleh respek yang tinggi dalam masyarakat Hindu karena egoisme dan ikatan duniawi yang mereka lepaskan menjadi inspirasi bagi umat yang masih berkeluarga untuk berjuang dalam pengendalian pikiran.

Beberapa petapa tinggal di tempat suci atau asrama, sedangkan yang lainnya berkelana dari satu tempat ke tempat lain dengan keyakinan bahwa hanya Tuhan yang dapat memenuhi keinginan mereka. [397] Bagi umat Hindu awam, menyediakan makanan dan kebutuhan untuk para petapa atau sadu merupakan jasa yang sangat besar. Sebaliknya, para sadu menerimanya dengan rasa hormat dan simpati—tanpa memedulikan orang miskin atau kaya, baik atau jahat—tanpa perlu memuji, mencela, menunjukkan rasa senang, ataupun sedih.

[396] Tempat suci [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Tempat suci Hindu Tempat suci atau tempat peribadatan umat Hindu pada umumnya disebut kuil. Beberapa istilah lokal untuk menyebut tempat suci Hindu meliputi candi, pura, mandir, devasthana, ksetram, dharmakshetram, koil, deula, wat, dan bale keramat. Pembangunan kuil dan tata cara persembahyangan diatur dalam beberapa kitab berbahasa Sanskerta yang disebut Agama, yang berhubungan dengan dewa-dewi individual.

Ada perbedaan substansial dalam arsitektur, adat, ritual, dan tradisi mengenai kuil di berbagai wilayah India. [398] Umat Hindu dapat menyelenggarakan puja (persembahyangan atau kebaktian) di rumah atau kuil. Untuk peribadatan di rumah, biasanya umat Hindu membuat kamar suci atau kuil kecil dengan ikon atau altar yang didedikasikan bagi dewa atau dewi tertentu ( istadewata), misalnya Kresna, Ganesa, Durga, dewa-dewi lokal, atau entitas lainnya yang dihormati (misalnya leluhur atau roh pelindung).

Umat Hindu melakukan persembahyangan melalui suatu murti atau pratima, dapat berupa arca, lingga, atau sesuatu lainnya—sebagai lambang dari dewa yang dipuja—yang disakralkan/disucikan terlebih dahulu melalui suatu upacara. Biasanya, bangunan kuil didedikasikan sebagai tempat pemujaan kepada suatu dewa utama beserta dewa-dewi sekunder yang terkait. Adapula bangunan kuil yang didedikasikan untuk beberapa dewa sekaligus.

Bagi sebagian besar umat Hindu di India, mengunjungi kuil bukanlah suatu kewajiban, [399] dan banyak umat yang mengunjungi kuil hanya pada saat ada perayaan/hari raya.

Murti atau pratima dalam kuil berperan sebagai medium antara umat dan Tuhan. [400] Pencitraan murti dianggap sebagai perwakilan atau manifestasi dari Tuhan, sebab umat Hindu meyakini bahwa Tuhan ada di mana-mana. Meskipun demikian, ada golongan umat Hindu yang tidak melakukan persembahyangan dengan murti dalam bentuk apa pun; contoh yang terkemuka adalah aliran Arya Samaj.

• Kuil Sri Kamadachi Ampal di Hamm, Jerman. Simbolisme [ sunting - sunting sumber ] Dalam agama Hindu ada aturan tentang simbolisme dan ikonografi untuk ditampilkan dalam karya seni, arsitektur, dan pustaka yang disakralkan. Makna simbol-simbol tersebut dicantumkan dalam kitab suci, mitologi, serta tradisi masyarakat. Suku kata om (yang melambangkan Parabrahman) dan swastika (yang melambangkan keberuntungan) telah berkembang (dalam sejarahnya) sebagai lambang bagi agama Hindu, sedangkan petanda lainnya seperti tilaka memberi ciri mengenai aliran atau kepercayaan yang dianut.

[402] [403] Umat Hindu juga menyangkutpautkan beberapa simbol—meliputi bunga teratai ( padma), cakra, dan veena—dengan dewa-dewi tertentu. [404] [405] • • ^ Ada sejumlah pakar yang menilai "ketuaan" agama Hindu di dunia.

Agama Hindu sebagai "agama tertua" dinyatakan oleh: • Fowler: " probably the oldest religion in the world (mungkin merupakan agama tertua di dunia)" [2] • Gellman & Hartman: " Hinduism, the world's oldest religion (Hinduisme, agama tertua di dunia)" [3] • Stevens: " Hinduism, the oldest religion in the world (Hinduisme, agama tertua di dunia)" [4] • Sarma: " The ‘oldest living religion’ (agama tertua yang masih bertahan)" [5] • Meriam-Webster & Klostermaier: "The ‘oldest living major religion’ in the world (salah satu agama besar yang paling tua dan masih bertahan di dunia)" [6] [7] • Laderman: " World's oldest living civilisation and religion (agama dan peradaban tertua di dunia yang masih bertahan)" [8] • Turner: " It is also recognized as the oldest major religion in the world (Ia [Hindu] juga dipahami sebagai salah satu agama besar dunia yang tertua)" [9] Di sisi lain, Smart menyebut agama Hindu sebagai salah satu agama termuda: " Hinduism could be seen to be much more recent, though with various ancient roots: in a sense it was formed in the late 19th Century and early 20th Century (Hinduisme terlihat lebih segar seperti sekarang, kendati berasal dari sumber-sumber kuno: dalam pengertian bahwa ia dikukuhkan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20)" [10] Bandingkan pula dengan: • Ureligion, syamanisme, animisme, dan pemujaan leluhur sebagai bentuk-bentuk tradisi keagaaman tertua di dunia • Sarnaisme dan Sanamahisme, agama tribal India yang berkaitan dengan migrasi manusia terawal ke India • Mitologi Aborigin, salah satu agama tertua yang masih bertahan hingga kini.

• ^ Hindu juga dikenal dengan Hindū-dharma atau Vaidika-dharma dalam beberapa bahasa India modern, seperti bahasa Hindi, Bahasa Bengali, dan beberapa turunan Bahasa Indo-Arya, juga beberapa dialek Bahasa Dravida seperti Bahasa Tamil dan Bahasa Kannada. • ^ Kata Sindhu pertama kali disebutkan dalam Regweda. [17] [18] • ^ Teks asli dalam Encyclopaedia Britannica: The term has also more recently been used by Hindu leaders, reformers, and nationalists to refer to Hinduism as a unified world religion.

Sanatana dharma has thus become a synonym for the “eternal” truth and teachings of Hinduism, the latter conceived of as not only transcendent of history and unchanging but also as indivisible and ultimately nonsectarian.

• ^ Menurut King (2001), menekankan pengalaman sebagai pembenaran bagi pandangan global religius merupakan suatu gagasan yang dikembangkan pada masa modern, yang dimulai sejak abad ke-19, dan diperkenalkan kepada bangsa India oleh misionaris Unitarianisme dari barat. [38] Istilah pengalaman religius juga ditulis oleh James (seperti dikutip Hori, 1999), dalam bukunya, The Varieties of Religious Experience.

[39] • ^ Teks asli: Starting from the Vedas, Hinduism has ended in embracing something from all religions, and in presenting phases suited to all minds. It is all tolerant, all-compliant, all-comprehensive, all-absorbing. [40] • ^ Teks asli: Unlike other religions in the World, the Hindu religion does not claim any one Prophet, it does not worship any one God, it does not believe in any one philosophic concept, it does not follow any one act of religious rites or performances; in fact, it does not satisfy the traditional features of a religion or creed.

It is a way of life and nothing more. • ^ Teks asli: As a counteraction to Islamic supremacy and as part of the continuing process of regionalization, two religious innovations developed in the Hindu religions: the formation of sects and a historicization which preceded later nationalism [...] [S]aints and sometimes and sometimes militant sect leaders, such as the Marathi poet Tukaram (1609-1649) and Ramdas (1608-1681), articulated ideas in which they glorified Hinduism and the past.

The Brahmans also produced increasingly historicizing texts, especially eulogies and chronicles of sacred sites (Mahatmyas), or developed a reflexive passion for collecting and compiling extensive collections of quotations on various subjects. • ^ Di samping konsep Brahman, agama Hindu mengenal ratusan dewa dan dewi secara harfiah.

Maka dari itu, agama Hindu [dapat disebut] politeistis. Akan tetapi, umat Hindu menganggap bahwa seluruh dewa-dewi tersebut merupakan awatara, atau perwujudan dari Brahman.

[184] • ^ Michaels menyebut Flood 1996 [234] sebagai acuan bagi periodisasi "Agama-agama Praweda". [235] • ^ Smart membedakan "Brahmanisme" dengan agama Weda, karena "Brahmanisme" dihubungkan dengan Upanishad.

[239] • ^ Bangsa Elamo-Dravida disebut dengan nama ini untuk membedakannya dengan bangsa Dravida masa kini yang menduduki India, yang didominasi oleh keturunan ras Australoid • ^ Menurut Jones & Ryan: "Beberapa praktik Hinduisme pastilah berasal dari zaman neolitik ( ca. 4000 SM). Sebagai contoh, pemujaan tumbuhan dan hewan tertentu karena dianggap suci, kemungkinan besar sudah ada sejak zaman kuno.

Demikian pula pemujaan dewi-dewi, suatu bagian agama Hindu masa kini, mungkin merupakan fitur yang sudah ada sejak zaman neolitik." [253] • ^ Tidak ada tahun pasti yang memungkinkan sebagai awal periode Weda. Witzel menyebutkan jangka waktu antara 1900 dan 1400 SM. [258] Flood menyebutkan 1500 SM. [231] • ^ Menurut Michaels: "Mereka menyebut diri sebagai arya (secara harfiah berarti "ramah," dari kata arya dalam Weda, artinya "nyaman, murah hati") tetapi dalam Regweda, arya juga berarti batas budaya dan bahasa dan tidak hanya terbatas bagi ras." [260] • ^ Menurut T.

Oberlies, [270] jangka waktu 1700–1100 SM ditentukan berdasarkan bukti-bukti kumulatif. • ^ Brahman-Arya di sini adalah Brahmanisme dan kebudayaan bangsa Arya. • ^ Teks asli: Jainism does not derive from Brahman-Aryan sources, but reflects the cosmology and anthropology of a much older pre-Aryan upper class of northeastern India - being rooted in the same subsoil of archaic metaphysical speculation as Yoga, Sankhya, and Buddhism, the other non-Vedic Indian systems.

• ^ Teks asli: The Brahmanists themselves seem to have encouraged this development to some extent as a means of meeting the challenge of the more heterodox movements. At the same time, among the indigenous religions, a common allegiance to the authority of the Veda provided a thin, but nonetheless significant, thread of unity amid their variety of gods and religiou practices.

• ^ Teks asli: Some incarnations of Vishnu such as Matsya, Kurma, Varaha and perhaps even Nrsimha helped to incorporate certain popular totem symbols and creation myths, specially those related to wild boar, which commonly permeate preliterate mythology, others such as Krsna and Balarama became instrumental in assimilating local cults and myths centering around two popular pastoral and agricultural gods.

• ^ Menurut Venkataraman dan Deshpande: "Diskriminasi berdasarkan kasta masih ada di benyak wilayah India masa kini … Diskriminasi berdasarkan kasta pada dasarnya bertentangan dengan ajaran esensial kitab suci Hindu bahwa sifat-sifat ketuhanan terdapat dalam setiap makhluk." [355] • ^ Survei mengenai kebiasaan makan di India berdasarkan: "pertumbuhan sektor peternakan dan unggas di India", "pola konsumsi masyarakat India", dan "reformasi pertanian di India".

Hasil mengindikasikan bahwa orang India jarang memakan daging, dengan persentase kurang dari 30% penduduk mengonsumsi makanan non-vegetarian sesering mungkin, meskipun alasan di balik itu mungkin mengarah ke sikap ekonomis.

Lihat pula [ sunting - sunting sumber ] • ^ Georgis 2010, hlm. 62. • ^ Fowler 1997, hlm. 1. • ^ Gellman 2011. • ^ Stevens 2001, hlm. 191. • ^ Sarma 1953. • ^ Merriam-Webster 2000, hlm. 751. • ^ Klostermaier 2007, hlm. 1. • ^ Laderman 2003, hlm. 119. • ^ Turner 1996-B, hlm. 359. • ^ Smart 1993, hlm. 1. • ^ a b Harvey 2001, hlm. xiii • ^ a b Knott 1998, hlm. 5. • ^ a b c King 2002. • ^ a b c Michaels 2004. • ^ "The Global Religious Landscape - Hinduism". Laporan Jumlah dan Persebaran Agama-Agama Besar di Dunia pada 2010.

The Pew foundation . Diakses tanggal 31 Maret 2013. • ^ a b c d e f g Flood 1996, hlm. 6. • ^ "India", Oxford English Dictionary, edisi kedua, 2100a.d. Oxford University Press. • ^ "Rigveda". Sacred-Texts.com. • ^ Thapar 1993, hlm. 77. • ^ Platts 1884. • ^ O'Conell 1973, hlm. 340-344. • ^ a b c Sweetman 2004, hlm.

13. • ^ a b King 1999, hlm. 169. • ^ Nussbaum 2009. • ^ Flood 2003, hlm. 1-17. • ^ a b c Nicholson 2010, hlm. 2. • ^ Lorenzen 2006, hlm. 1-36. • ^ King 1999, hlm. 171. • ^ Radhakrishnan 1995. • ^ Insoll 2001. • ^ a b Editor Encyclopædia Britannica. "Encyclopedia Britannica". Britannica.com. Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list ( link) • ^ Flood 1996, hlm.

256-261. • ^ Flood 1996, hlm. 257. • ^ a b Flood 1996, hlm. 258. • ^ Flood 1996, hlm. 259. • ^ Flood 1996, hlm. 248. • ^ a b Flood 1996, hlm.

249. • ^ King 2001. • ^ Hori 1999, hlm. 47. • ^ Anonim 1922, hlm. 153–157. • ^ Turner 1996-A, hlm. 275. • ^ Luzzi 1991, hlm. 187–95. • ^ Flood 1996, hlm. 267-268. • ^ a b Flood 1996, hlm. 265. • ^ Flood 1996, hlm. 267. • ^ Weightman 1998, hlm. 262–264 • ^ a b Flood 2009. • ^ a b c d e f g Hiltebeitel 2007, hlm. 12. • ^ a b Flood 1996, hlm. 16. • ^ a b Lockard 2007, hlm. 50. • ^ Samuel 2010, hlm.

41-42. • ^ a b White 2006, hlm. 28. • ^ Narayanan 2009, hlm. 11. • ^ Hiltebeitel 2007, hlm. 3. • ^ Jones 2006, hlm. xviii. • ^ Lockard 2007, hlm. 52. • ^ Tiwari 2002, hlm.

v. • ^ a b Nath 2001, hlm. 21. • ^ Samuel 2010, hlm. 193-228. • ^ Raju 1992, hlm. 31. • ^ "Mahadana". "The Mauryan Empire" (PDF). University of Oslo. • ^ Samuel 2010, hlm.

193-228, 339-353, terutama hlm.76-79 dan 199. • ^ Samuel 2010, hlm. 77. • ^ a b c Nath 2001. • ^ a b Doniger, Wendy, "Other Sources: The Process of 'Sanskritization '", Encyclopædia Britannica • ^ Nath 2001, hlm. 31-34. • ^ Flood 1996, hlm. 128, 129, 148.

• ^ Gombrich 2006, hlm. 36. • ^ Doniger 1999, hlm. 434. • ^ Smith 1962, hlm. 65. • ^ Halbfass 1991, hlm. 1-22. • ^ Klostermaier 1994, hlm. 1. • ^ Koller 1984. • ^ Osborne 2005, hlm. 9. • ^ a b Flood 1996, hlm. 14. • ^ Southgate 2005, hlm. 246 • ^ a b c d e Michaels 2004, hlm.

21. • ^ Beversluis 2000, hlm. 50. • ^ a b Halbfass 1991, hlm. 15. • ^ Flood 1996, hlm. 35. • ^ "Encyclopædia Britannica". Encyclopædia Britannica Online. 9 Juli 2010. Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • ^ "www.worldcatlibraries.org" (Akilam: vacan̲a kāviyam). Publisher: K Patchaimal, Cāmitōppu . Diakses tanggal 23 Januari 2008.

• ^ Burley 2007, hlm. 34. • ^ a b Hacker 1995, hlm. 264 • ^ Michaels 2004, hlm. 44. • ^ a b Lorenzen 2006, hlm. 24-33. • ^ a b Lorenzen 2006, hlm. 26-27. • ^ a b Micaels 2004, hlm. 44. • ^ "Statistik penganut agama dan aliran kepercayaan di dunia". Adherents.com.

Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-28 . Diakses tanggal 2014-03-03. , dihimpun dari berbagai sumber; The World Almanac and Book of Facts 1998 adalah yang relevan. • ^ a b McDaniel 2007, hlm. 52–53. • ^ a b c d e Michaels 2004, hlm. 23. • ^ a b c d Michaels 2004, hlm. 22. • ^ a b c d Michaels 2004, hlm. 24. • ^ a b de Lingen 1937, hlm. 2 • ^ a b Dogra 2003, hlm. 5. • ^ Geoffray 2005, hlm.

106. • ^ Ketkar 1909, hlm. 87–89. • ^ Growse 1996, hlm. 191. • ^ "Italy's Hindu Controversy". Hinduism Today. September 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-11-09 . Diakses tanggal 2014-09-08. • ^ Vasu 1919, hlm. 1. • ^ Gandhi 1970, hlm.

112-261. • ^ Bhaskarananda 1994. • ^ Bhide 2008, hlm. 9. • ^ a b McRae 1991, hlm. 7–36 • ^ Badlani & 2008 303. • ^ Lane 2005, hlm. 149. • ^ "India and Hinduism". Religion of World. ThinkQuest Library. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-10 . Diakses tanggal 17 Juli 2007. • ^ Murthy 2003, hlm. 7. • ^ "The Complete Works of Swami Vivekananda/Volume 5/Epistles - First Series/XXII Alasinga". Wikisource . Diakses tanggal 30 Maret 2012.

• ^ Oslon 2007, hlm. 9. • ^ Andrews & 2008 386. • ^ a b Werner 1994, hlm. 73. • ^ "iskcon.org, The Heart of Hinduism: The Four Main Denominations". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-15 . Diakses tanggal 2014-03-07. • ^ Banerji 1992, hlm.

2 • ^ Sharma 1997, hlm. 149. • ^ Michaels 2004, hlm. 264. • ^ Sen Gupta 1986, hlm. 6. • ^ Radhakrishnan & Moore 1957, hlm. 89. • ^ Dasgupta 1922, hlm. 258. • ^ Radhakrishnan 1967, hlm. 453. • ^ Flood 1996, hlm. 96–98. • ^ Carmody 1996, hlm. 68. • ^ a b White 2011, hlm. 2. • ^ Matilal 1986, hlm. xiv. • ^ Leaman 1999, hlm.

269. • ^ Encyclopædia Britannica (2007) • ^ a b Neville 2001, hlm. 51. • ^ Worthington 1982, hlm. 66. • ^ Scharf, Peter M. (1996). "Bab 3.2". The Denotation of Generic Terms in Ancient Indian Philosophy. • ^ Raju 1992, hlm. 176-177. • ^ Raju 1992, hlm. 177. • ^ Sivananda 1993, hlm. {/INSERTKEYS}

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

217. • ^ a b c Vedanta on Hindupedia, the Hindu Encyclopedia • ^ a b c d "ISKCON". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-15. Diakses tanggal 7 Februari 2014. • ^ a b c d "Hindus in SA". Diakses tanggal 7 Februari 2014. • ^ a b c d Dubois 2007, hlm. 111 • ^ a b c d "Himalayanacademy".

Diakses tanggal 7 February 2014. • ^ Werbner & 2003 395–399 • ^ Williams 2001, hlm. 25–30. • ^ Krishnamurti 1997, hlm. 67–68 • ^ "Gold Ornaments Stolen from Temple". Tamil Nadu – Nagercoil: Hindu on Net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-11.

Diakses tanggal 15 April 2009. • ^ "Fr. Maria Jeyaraj arranged an inter-faith dialogue at Samithoppu, Kanyakumari" (PDF). Kanyakumari: Madurai News Letter. Diarsipkan dari versi asli ( PDF) tanggal 2007-11-29.

Diakses tanggal 23 Januari 2008. • ^ a b "Mahima Dharma, Bhima Bhoi dan Biswanathbaba" ( PDF). Mei 2005. • ^ Chambers Dictionary Of World History. Editor BP Lenman. Chambers. 2000. • ^ brahmosamaj.org - BRAHMO SAMAJ • ^ "Prarthana Samaj". St. Martin's College: PHILTAR. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-25. Diakses tanggal 2014-03-09.

• ^ Hastings 2003, hlm. 57. • ^ "Principles of Arya Samaj". Arya Samaj.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-01. Diakses tanggal 2014-03-11. • ^ Naidoo 1982, hlm. 158. • ^ Lata 1990, hlm. x. • ^ Agarwal 1998, hlm. 243. • ^ "Belur Math (situs resmi)".

• ^ Brodd 2003. • ^ Rogers 2009, hlm. 109. • ^ Chakravarti 1991, hlm. 71. • ^ Pattanaik 2002, hlm. 38. • ^ Ninian Smart (2007). "Polytheism". Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica Online. Diakses tanggal 5 Juli 2007. • ^ Gill, N.S. "Henotheism". About, Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-03-17.

Diakses tanggal 5 Juli 2007. • ^ Reichenbach 1989, hlm. 135–149, 145. • ^ Neville 2001, hlm. 47. • ^ The Oxford Dictionary of World Religions, ed. John Bowker, OUP, 1997 • ^ Rodrigues 2006, hlm. 59. • ^ Monier-Williams 2001 • ^ a b & Bhaskarananda 1994 • ^ Wainwright, William, "Concepts of God", The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Winter 2010 Edition), Edward N. Zalta (ed.) • ^ a b Sinha 1993 • ^ Bhaskarananda 1994 • ^ Rambachan 1994, hlm. 124, 125. • ^ Sen Gupta 1986, hlm.

viii • ^ "Sāṁkhyapravacana Sūtra". Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) • ^ Rajadhyaksha 1959, hlm. 95. • ^ Coward 2008, hlm. 114. • ^ Monier-Williams 1974, hlm. 20–37 • ^ Shankaracharya, Adi; Swami Chinmayananda (penerjemah).

"Atma-bodha". Mumbai: Chinmaya Mission. • ^ McClean 1994, hlm. 32. • ^ Vivekananda 1987 • ^ Werner 1994, hlm. p37 • ^ 1882, hlm. 271 • ^ Phillips 1995, hlm.

12–13. • ^ Werner 1994, hlm. 7 • ^ Toropov 2011. • ^ Monier-Williams 2001, hlm. 492 • ^ Monier-Williams 2001, hlm.

495 • ^ McCannon, John (1 Januari 2006). World History Examination. Barron's Educational Series. • ^ a b Sehgal 1999, hlm. 1372. • ^ a b Sehgal 1999, hlm.

1373. • ^ Werner 1994, hlm. 80 • ^ Renou 1961, hlm. 55 • ^ Harman 2004, hlm. 104–106 • ^ Fuller 2004, hlm. 32. • ^ The Popular Encyclopædia.

Blackie & Son. 1841. hlm. 61. • ^ Apte 1997. • ^ Smith 1991, hlm. 64 • ^ Brodd, Jefferey (2003). World Religions. Winona, MN: Saint Mary's Press. ISBN 978-0-88489-725-5. • ^ Paramhans Swami Maheshwarananda, The hidden power in humans, Ibera Verlag, page 23., ISBN 3-85052-197-4 • ^ Radhakrishnan 1996, hlm.

254 • ^ Europa Publications Staff 2003, hlm. 39. • ^ Hindu spirituality - Volume 25 of Documenta Missionalia, Editrice Pontificia Università Gregoriana, 1999, hlm. 1, ISBN 978-88-7652-818-7 • ^ "Hinduism - Euthanasia and Suicide". BBC. 25 Agustus 2009. • ^ Bhagawadgita, ( XVI:8-20) • ^ Rinehart 2004, hlm. 19–21 • ^ Bhaskarananda 1994, hlm. 79–86 • ^ Nikhilananda 1992 • ^ Swami Prabhupada 1986, hlm. 16. • ^ Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari & 1968 315–319 • ^ Radhakrishnan & 1973 92.

• ^ Macy & 1975 145–60. • ^ Roche, Lorin. "Love-Kama". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-20. Diakses tanggal 15 Juli 2011. • ^ Kishore 2001, hlm. 152. • ^ a b Bryant 2009, hlm. 10–457 • ^ a b Bhaskarananda 1994 • ^ Bhaktivedanta 1997, ch. 11.54 • ^ Bhaktivedanta 1997, ch. 5.5) • ^ Monier-Williams 1974, hlm. 116 • ^ a b Vivekananda 1987, hlm. 6–7 Vol I • ^ a b Vivekananda 1987, hlm. 118–120 Vol III • ^ Sargeant & Chapple 1984, hlm.

3 • ^ a b Nikhilananda 1990, hlm. 3–8 • ^ Rinehart 2004, hlm. 68. • ^ Flood 2008, hlm. 4. • ^ Harshananda 1989. • ^ Vivekananda 1987, hlm. 374 Vol II • ^ "Swami Shivananda's Mission". Diakses tanggal 25 Juni 2007. • ^ Werner 1994, hlm. 166 • ^ Monier-Williams 1974, hlm.

25–41 • ^ Sarvopaniṣado gāvo, etc. ( Gītā Māhātmya 6). Gītā Dhyānam, dikutip dari Kata Pengantar Bhagavad-gītā Menurut Aslinya Diarsipkan 2014-03-01 di Wayback Machine. • ^ Coburn 1984, hlm. 435-459. • ^ Khanna 2007, hlm. xvii. • ^ Misra 2004, hlm. 194. • ^ Kulke 2004, hlm. 7. • ^ a b Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari 1996, hlm.

21. • ^ a b Smart 2003, hlm. 52-53. • ^ a b Michaels 2004, hlm. 32. • ^ a b Flood 1996. • ^ Michaels 2004, hlm. 31, 348. • ^ Muesse 2003. • ^ a b Muesse 2011.

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

• ^ Muesse 2011, hlm. 16. • ^ Smart 2003, hlm. 52, 83-86. • ^ Smart 2003, hlm. 52. • ^ Michaels 2004, hlm. 36. • ^ a b Michaels 2004, hlm. 38. • ^ Muesse 2003, hlm. 14. • ^ Flood & 1996 21-22. • ^ Phillips, Nicky (24 Juli 2009). "DNA Confirms Coastal Trek to Australia". ABC Science. Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • ^ Cavalli-Sforza 1994, hlm. 241.

• ^ a b Thani Nayagam 1963. • ^ a b Kumar 2004. • ^ Flood 1996, hlm. 34. • ^ a b Flood 1996, hlm. 30. • ^ a b Mukherjee 2001. • ^ Cordaux 2004. • ^ a b Jones 2006, hlm. xvii. • ^ Doniger 2010, hlm. 66. • ^ "PHILTAR: Division of Religion and Philosophy". University of Cumbria. Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) • ^ Possehl 2002, hlm. 154. • ^ Possehl 2002, hlm. 141–156.

• ^ Witzel 1995, hlm. 3-4. • ^ Singh 2008, hlm. 185. • ^ a b Michaels 2004, hlm. 33. • ^ Flood 1996, hlm. 30-35. • ^ Hiltebeitel 2007, hlm. 5. • ^ Allchin 1995. • ^ Samuel 2010, hlm. 53-56. • ^ Hiltebeitel 2007, hlm. 5-7. • ^ a b c d Witzel 1995. • ^ Samuel 2010, hlm. 48-51, 61-93. • ^ Hiltebeitel 2007, hlm. 8-10. • ^ Woodard 2006, hlm. 242 • ^ Oberlies 1998, hlm. 158. • ^ Singh 2008, hlm. 195. • ^ Brockington 1984, hlm. 7. • ^ a b c Samuel 2010.

• ^ Samuel 2010, hlm. 41-48. • ^ Samuel 2010, hlm. 41-93. • ^ Stein 2010, hlm. 48-49. • ^ Samuel 2010, hlm. 61-93. • ^ Neusner 2009, hlm. 183 • ^ Melton 2010, hlm. 1324. • ^ Mahadevan 1956, hlm. 57. • ^ Fowler 2012, hlm. xxii–xxiii. • ^ Holdrege 2004, hlm. 215. • ^ Panikkar 2001, hlm. 350-351. • ^ Day & 1982 42–45. • ^ Duchesne-Guillemin 1963, hlm. 46. • ^ Singh 2008, hlm. 184. • ^ Basham 1989, hlm. 74-75. • ^ "Encyclopedia Britannica".

Britannica.com. Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) • ^ Flood 1996, hlm. 82. • ^ Neusner 2009, hlm. 184. • ^ Zimmer 1989, hlm. 217. • ^ Crangle 1994, hlm. 7. • ^ Flood 2003, hlm. 273-4 • ^ Pratt & 1996 90. • ^ a b Larson 2009.

• ^ Cousins 2010. • ^ a b Hiltebeitel 2007, hlm. 13. • ^ a b c Embree 1988, hlm. 277. • ^ a b Larson 2009, hlm. 185. • ^ Hiltebeitel 2007, hlm. 14. • ^ "Itihasa". Religion Facts. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-25. Diakses tanggal 1 Oktober 2011. • ^ a b c Hiltebeitel 2007, hlm. 20. • ^ Raju 1992, hlm. 211. • ^ Basham, Arthur Llewellyn. "Encyclopædia Britannica". Britannica.com. Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) • ^ Radhakrishnan & Moore 1967, hlm.

xviii–xxi • ^ a b Michaels 2004, hlm. 40. • ^ Nakamura 2004, hlm. 687. • ^ a b Thapar 2003, hlm. 325. • ^ a b c Nath 2001, hlm. 19. • ^ a b Embree 1988, hlm. 342 • ^ Flood 1996, hlm. 131. • ^ Sharma 1980, hlm. 5. • ^ Bhattacharya 2011, hlm. 65. • ^ michaels 2004, hlm. 41.

• ^ White 2000, hlm. 25-28. • ^ a b c d Michaels 2004, hlm. 42. • ^ Inden 1998, hlm. 67. • ^ Thapar 2003, hlm. 325, 487. • ^ Flood 1996, hlm. 113. • ^ a b Thapar 2003, hlm. 487. • ^ a b c Nath 2001, hlm. 20. • ^ Nath 2001, hlm. 31-32. • ^ Nath 2001, hlm. 32. • ^ Nath 2001, hlm. 31. • ^ Holt 2004, hlm. 12, 15. • ^ Raju 1992, hlm. 177-178. • ^ Nakamura 2004, hlm. 680. • ^ a b King 1999. • ^ a b Basham 1999 • ^ Goel 1993, hlm.

38. • ^ Sharma 1991, hlm. 112. • ^ "Aurangzeb: Religious Policies". Manas Group, UCLA. Diakses tanggal 26 Juni 2011. • ^ "Halebidu - Temples of Karnataka". TempleNet.com. Diakses tanggal 17 Agustus 2006.

• ^ J.T.F. Jordens, "Medieval Hindu Devotionalism" dalam Basham 1999 • ^ Ncholson 2010, hlm. 2. • ^ Lorenzen 2006, hlm. 27. • ^ King & 2002 118. • ^ King 1999-B.

• ^ Jones 2006, hlm. 114. • ^ King 2002, hlm. 119-120. • ^ King 2002, hlm. 123. • ^ Muesse 2011, hlm. musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari. • ^ Doniger 2010, hlm. 18. • ^ Jouhki 2006, hlm. 10-11. • ^ Ram-Prasad 2003, hlm. 526–550 • ^ Rinehart 2004, hlm. 196-197. • ^ Sri Aurobindo 2000, hlm. 517. • ^ Cornelissen 2011, hlm. 116. • ^ Manu Smriti Laws of Manu Diarsipkan 2010-05-28 di Wayback Machine.

1.87-1.91 • ^ Silverberg 1969, hlm. 442–443 • ^ Smelser & Lipset 2005. • ^ Smith 1994. • ^ Michaels 2004, hlm. 188–197 • ^ V, Jayaram. "The Hindu Caste System". Hinduwebsite. Diakses tanggal 28 November 2012. • ^ Venkataraman, Swaminathan; Deshpande, Pawan. "Hinduism: Not Cast In Caste". Hindu American Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-02.

Diakses tanggal 28 November 2012. • ^ de Zwart 2000, hlm. 235–249. • ^ Nikhilananda 1992, hlm. 155 • ^ Rinehart 2004, hlm. 165–168 • ^ Albertson 2009, hlm. 71. • ^ a b Narendranand (Swami) 2008, hlm. 51 • ^ Chandra 1998, hlm. 178. • ^ Courtney, David. "Bhajan". Chandrakantha.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-15. Diakses tanggal 2014-03-08. • ^ King 2005, hlm.

359. • ^ Muesse 2011, hlm. 216. • ^ "Religious Life". Religions of India. Global Peace Works. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-03-01. Diakses tanggal 19 April 2007. • ^ a b c d "Domestic Worship". Country Studies. The Library of Congress.

September 1995. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-13. Diakses tanggal 19 April 2007. musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari ^ "Hindu Marriage Act, 1955". Sudhir-Law.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-05.

Diakses tanggal 25 Juni 2007. • ^ a b "Life-Cycle Rituals". Country Studies: India. The Library of Congress. September 1995. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-13. Diakses tanggal 19 April 2007. • ^ Banerjee, Suresh Chandra. "Shraddha". Banglapedia. Asiatic Society of Bangladesh. Diakses tanggal 20 April 2007. • ^ Monier-Williams, Religious Thought and Life in India (New Delhi, edisi 1974) • ^ Radhakrishnan 1929, hlm.

148 • ^ Taimi 1961, hlm. 206. • ^ "The Laws of Manu". Sacred-Texts.com. Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) • ^ "Rigveda". Intratext.com. Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) • ^ a b c d e f Griffith 2003, hlm.

56–66 • ^ Ramanuj Prasad. Vedas A Way Of Life, p.32 • ^ Arthur Berriedale Keith and Ralph T.H. Griffith. The Yajur Veda, iii.2.2 - iii.2.3 [1] • ^ van Bekkum 1997, hlm. 77. • ^ "The Texts of the White Yajurveda". hlm. 212–223. • ^ McGowan (ed.) 2012, hlm. 10. • ^ Fox, Michael Allen (1999), Deep Vegetarianism, Temple University Press, ISBN 1-56639-705-7 • ^ Yadav, Y. (14 Agustus 2006). "The Food Habits of a Nation".

musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari

The Hindu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-29. Diakses tanggal 17 November 2006. Parameter -coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan ( -author= yang disarankan) ( bantuan) • ^ a b Narayanan 2007 • ^ Rosen 2006, hlm. 188 • ^ "Religious or Secular: Animal Slaughter a Shame". The Hindu American foundation.

2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-03. Diakses tanggal 30 Juli 2010. • ^ a b Fuller 2004, hlm. 83. • ^ Harold 2007. • ^ Smith 2007, hlm. 12. • ^ Kamphorst 2008, hlm. 287. • ^ Gouyon 2005, hlm. 51. • ^ Walker 1968, hlm. 257. • ^ Richman 1988, hlm. 272. • ^ Krishnakumar, R. (30 Agustus–12 September 2003). "Beef without borders". Frontline. Narasimhan Ram. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-01.

Diakses tanggal 7 Oktober 2006. Periksa nilai tanggal di: -date= ( bantuan) • ^ "Culture: Food". ISKCON. • ^ Williams & 2001 159. • ^ a b Bhaskarananda 1994, hlm. 112 • ^ Michaels 2004, hlm. 316 • ^ Kramrisch, Stella (1946).

The Hindu Temple. Calcutta: University of Calcutta. • ^ Bhaskarananda 1994, hlm. 157. • ^ Bhaskarananda 1994, hlm. 137. • ^ Jha 2007. • ^ Doniger 1999, hlm. 1041. • ^ A David Napier (1987), Masks, Transformation, and Paradox, University of California Press, ISBN 978-0520045330, hlm. 186-187 • ^ TA Gopinath Rao (1998), Elements of Hindu iconography, Motilal Banarsidass, ISBN 978-8120808782, hlm. 1–8 • ^ JN Banerjea, The Development Of Hindu Iconography, Kessinger, ISBN 978-1417950089, hlm.

247–248, 472–508 Daftar pustaka [ sunting - sunting sumber ] • Agarwal, Satya P. (1998), The Social Role of the Gītā: How and Why, New Delhi: Motilal Banarsidass, ISBN 978-81-208-1524-7, OCLC 68037824 • Albertson, Todd (2009), The Gods of Business: The Intersection of Faith and the Marketplace, ISBN 978-0-615-13800-8 • Allchin, Frank Raymond; Erdosy, George (1995), The Archaeology of Early Historic South Asia: The Emergence of Cities and States, Cambridge University Pressdiakses tanggal 25 November 2008 • Andrews, Margaret; Boyle, Joyceen (2008), Transcultural concepts in nursing care, Lippincott Williams & Wilkins, ISBN 978-0-7817-9037-6 • Anonim (1922), Eminent Orientalists: Indian, European, American (AES reprint) (edisi ke-cetak ulang), New Delhi: Asian Educational Services, ISBN 8120606973 • Apte, Vaman S.

(1997), The Student's English-Sanskrit Dictionary (edisi ke-baru), Delhi: Motilal Banarsidas, ISBN 81-208-0300-0 • Badlani, Hiro (2008), Hinduism: Path of the Ancient Wisdom, iUniverse, ISBN 978-0-595-70183-4 • Banerji, S. C. (1992), Tantra in Bengal (edisi ke-Second Revised and Enlarged), Delhi: Manohar, ISBN 81-85425-63-9 musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari Basham, Arthur Llewellyn (1989), The Origins and Development of Classical Hinduism, Oxford University Press • Basham, Arthur Llewellyn (1999), A Cultural History of India, Oxford University Press, ISBN 0-19-563921-9 • Beversluis, Joel (2000), Sourcebook of the World's Religions: An Interfaith Guide to Religion and Spirituality (Sourcebook of the World's Religions, 3rd ed), Novato, Calif: New World Library, ISBN 1-57731-121-3 • Bhaktivedanta, A.

C. (1997), Bhagavad-Gita As It Is, Bhaktivedanta Book Trust, ISBN 0-89213-285-X, diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-13diakses tanggal 14 Juli 2007 • Bhaskarananda, Swami (1994), The Essentials of Hinduism: a comprehensive overview of the world's oldest religion, Seattle, WA: Viveka Press, ISBN 1-884852-02-5 • Bhattacharya, Vidhushekhara (1943), Gauḍapādakārikā, Delhi: Motilal Banarsidass • Bhattacharyya, N.N (1999), History of the Tantric Religion (edisi ke-Second Revised), Delhi: Manohar publications, ISBN 81-7304-025-7 • Bhattacharya, Ramkrishna (15 Desember 2011), Studies on the Carvaka/Lokayata, Anthem Press, ISBN 978-0-85728-433-4 Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Bhide, Nivedita Raghunath (2008), Swami Vivekananda in America, ISBN 978-81-89248-22-2 • Brockington, J.L.

(1984), The Sacred Thread: Hinduism in its Continuity and Diversity, Edinburgh University Press • Brodd, Jefferey (2003), World Religions, Winona, MN: Saint Mary's Press, ISBN 978-0-88489-725-5 • Bryant, Edwin (2009), The Yoga Sutras of Patañjali: A New Edition, Translation, and Commentary, New York, USA: North Point Press, ISBN 978-0865477360 • Burley, Mikel (2007), Classical Samkhya and Yoga: An Indian Metaphysics of Experience, Taylor & Francis • Carmody, Denise Lardner; Carmody, John (1996), Serene Compassion, Oxford University Press • Cavalli-Sforza, Luigi Luca; Menozzi, Paolo; Piazza, Alberto (1994), The History and Geography of Human Genes, Princeton University Press • Chakravarti, Sitansu (1991), Hinduism: A Way of Life, Motilal Banarsidass Publ., ISBN 978-81-208-0899-7 • Chandra, Suresh (1998), Encyclopaedia of Hindu Gods and Goddesses • Chidbhavananda, Swami (1997), The Bhagavad Gita, Sri Ramakrishna Tapovanam • Clarke, Peter Bernard (2006), New Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari in Global Perspective, Routledge, hlm.

209, ISBN 0-7007-1185-6 • Coburn, Thomas B. (September, 1984), Journal of the American Academy of Religion, 52 (3) Periksa nilai tanggal di: -date= ( bantuan); Tidak memiliki atau tanpa -title= ( bantuan); Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Comans, Michael (2000), The Method of Early Advaita Vedānta: A Study of Gauḍapāda, Śaṅkara, Sureśvara, and Padmapāda, Delhi: Motilal Banarsidass • Cordaux, Richard; Weiss, Gunter; Saha, Nilmani; Stoneking, Mark (2004), "The Northeast Indian Passageway: A Barrier or Corridor for Human Migrations?", Molecular Biology and Evolution, Society for Molecular Biology and Evolution, doi: 10.1093/molbev/msh151, PMID 15128876diakses tanggal 25 November 2008 • Cornelissen, R.

M. Matthijs; Misra, Girishwar; Varma, Suneet (2011), Foundations of Indian Psychology Volume 2: Practical Applications, Pearson Education India, ISBN 978-81-317-3085-0 • Cousins, L.S. (2010), Buddhism. In: "The Penguin Handbook of the World's Living Religions", Penguin • Coward, Harold (Februari 2008), The Perfectibility of Human Nature in Eastern and Western Thought, ISBN 978-0-7914-7336-8 • Cowell, E.B.; Gough, A.E. (1882), Sarva-Darsana Sangraha of Madhava Acharya: Review of Different Systems of Hindu Philosophy, New Delhi: Indian Books Centre/Sri Satguru Publications, ISBN 978-81-7030-875-1 • Crangle, Edward Fitzpatrick (1994), The Origin and Development of Early Indian Contemplative Practices, Otto Harrassowitz Verlag • Day, Terence P (1982), The Conception of Punishment in Early Indian Literature, Ontario: Wilfrid Laurier University Press, ISBN 0-919812-15-5 • de Lingen, John; Ramsurrun, Pahlad (1937), An Introduction to The Hindu Faith, Sterling Publishers Pvt.

Ltd, ISBN 978-81-207-4086-0 • de Zwart, Frank (Juli 2000), "The Logic of Affirmative Action: Caste, Class and Quotas in India", Acta Sociologica, 43 (3), doi: 10.1177/000169930004300304, JSTOR 4201209 Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Dogra, R.C; Dogra, Urmila (2003), Let's Know Hinduism: The Oldest Religion of Infinite Adaptability and Diversity, Star Publications, ISBN 978-81-7650-056-2 • Doniger, Wendy (1999), Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions, Merriam-Webster • Doniger, Wendy (2010), The Hindus: An Alternative History, Oxford University Press • Dubois, Abbe J.A.

(2007), Hindu Manners, Customs and Ceremonies, Cosimo • Duchesne-Guillemin, Jacques (1963), "Heraclitus and Iran", History of Religions, 3 (1): 34–49, doi: 10.1086/462470 • Eliot, Sir Charles (2003), Hinduism and Buddhism: An Historical Sketch, I (edisi ke-Reprint), Munshiram Manoharlal, ISBN 81-215-1093-7 • Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari, Ainslie Thomas (1988), Sources of Indian Tradition: From the Beginning to 1800, I (edisi ke-2), Columbia University Press, ISBN 978-0-231-06651-8 Parameter -coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan ( -author= yang disarankan) ( bantuan) • Europa Publications Staff (2003), The Far East and Australasia, 2003 - Regional Surveys of the World, Routledge, ISBN 978-1-85743-133-9 • Flood, Gavin D.

(1996), An Introduction to Hinduism, Cambridge University Press • Flood, Gavin D. (2008), The Blackwell Companion to Hinduism, John Wiley & Sons • Flood, Gavin D. (24 Agustus 2009), History of Hinduism, BBC Religions Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Fowler, Jeaneane D. (1997), Hinduism: Beliefs and Practices, Sussex Academic Press • Fowler, Jeaneane D. (1 Februari 2012), The Bhagavad Gita: A Text and Commentary for Students, Sussex Academic Press, ISBN 978-1-84519-346-1 Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Fuller, C.

J. (26 Juli 2004), "IV. Sacrifice", The Camphor Flame: Popular Hinduism and Society in India [Paperback] (edisi ke-revisi), Princeton University Press, ISBN 978-0-691-12048-5 Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Gandhi, Mahatma (1970), The Collected Works of Mahatma Gandhi, 34, New Delhi, ISBN 1443740209 • Georg, Feuerstein (2002), The Yoga Tradition, Motilal Banarsidass, ISBN 3-935001-06-1 • Georgis, Faris (2010), Alone in Unity: Torments of an Iraqi God-Seeker in North America, Dorrance Publishing, hlm.

62, ISBN 1-4349-0951-4 • Garces-Foley, Katherine (2005), Death and religion in a changing world, M. E. Sharpe • Garg, Gaṅgā Rām (1992), Encyclopaedia of the Hindu World, Volume 1, Concept Publishing Company • Gellman, Marc; Hartman, Thomas (2011), Religion For Dummies, John Wiley & Sons • Geoffray, Davis; Peter Marsden; Benedicte Ledent; Marc Delrez (2005), Towards a Transcultural Future: Literature and society in a post-colonial world, Rodopi, ISBN 90-420-1736-8 • Ghurye, Govind Sadashiv (1980), The Scheduled Tribes of India, Transaction Publishers • Goel, Sita (1993), Tipu Sultan: Villain or Hero?

– An Anthology, Voice of India, ISBN 978-81-85990-08-8 • Gombrich, Richard F. (1996), Theravada Buddhism. A Social History from Ancient Benares to Modern Colombo, London and New York: Routledge • Gomez, Luis O. (2013), Buddhism in India. In: Joseph Kitagawa, "The Religious Traditions of Asia: Religion, History, and Culture", Routledge • Gouyon, Anne; Yayasan Bumi Kita (30 September 2005), "The Hiden Life of Bali", The Natural Guide to Bali: Enjoy Nature, Meet the People, Make a Difference, Equinox Publishing (Asia) Pte.

Ltd., ISBN 979-3780-00-2diakses tanggal 12 Agustus 2010 • Griffith, Ralph Thomas Hotchkin (2003), The Vedas: With Illustrative Extracts, Book Tree, ISBN 1585092231 • Growse, Frederic Salmon (1996), Mathura - A District Memoir (edisi ke-Reprint), Asian Educational Services • Hacker, Paul; Halbfass, Wilhelm (1995), Philology and Confrontation: Paul Hacker on Traditional and Modern Vedānta, SUNY Press, ISBN 978-0-7914-2581-7 • Halbfass, Wilhelm (1991), Tradition and Reflection, SUNY Press • Halbfass, Wilhelm (2007), Research and reflection: Responses to my respondents / iii.

Issues of comparative philosophy (pp. 297-314). In: Karin Eli Franco (ed.), "Beyond Orientalism: the work of Wilhelm Halbfass and its impact on Indian and cross-cultural studies" (edisi ke-1st Indian ed.), Delhi: Motilal Banarsidass Publishers, ISBN 8120831101 Pemeliharaan CS1: Teks tambahan ( link) • Harold, Smith (1 Januari 2007), Outline of Hinduism, Read Books, ISBN 1-4067-8944-5 Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Harshananda, Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari (1989), "A Bird's Eye View of the Vedas", Holy Scriptures: A Symposium on the Great Scriptures of the World (edisi ke-ke-2), Mylapore: Sri Ramakrishna Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari, ISBN 81-7120-121-0 • Harvey, Andrew (2001), Teachings of the Hindu Mystics, Boulder: Shambhala, ISBN 1-57062-449-6 • Hastings, James; John A.

Selbie (Ed.) (2003), Encyclopedia of Religion and Ethics, Part 3, Kessinger Publishing, ISBN 0-7661-3671-X Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list ( link) [ pranala nonaktif permanen] • Hiltebeitel, Alf (2002), Hinduism.

In: Joseph Kitagawa, "The Religious Traditions of Asia: Religion, History, and Culture", Routledge • Hiltebeitel, Alf (2007), Hinduism. In: Joseph Kitagawa, "The Religious Traditions of Asia: Religion, History, and Culture". Digital printing 2007, Routledge • Hoiberg, Dale (2001), Students' Britannica India, Popular Prakashan, ISBN 0-85229-760-2 • Holt, John (2004), The Buddhist Visnu, Columbia University Press • Hopfe, Lewis M.; Woodward, Mark R.

(2008), Religions of the World, Pearson Education • Hori, Victor Sogen (1994), Teaching and Learning in the Zen Rinzai Monastery. In: Journal of Japanese Studies, Vol.20, No. 1, (Winter, 1994), 5-35 (PDF), diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-10-25diakses tanggal 2014-03-07 • Insoll, Timothy (2001), Archaeology and World Religion, Routledge, ISBN 978-0-415-22155-9 • Inden, Ronald (1998), Ritual, Authority, And Cycle Time in Hindu Kingship. In: JF Richards, ed., "Kingship and Authority in South Asia", New Delhi: Oxford University Press • Inden, Ronald B.

(2000), Imagining India, C. Hurst & Co. Publishers • Jha, Preeti (26 Desember 2007), Guinness Comes to East Delhi: Akshardham World’s Largest Hindu Temple, ExpressIndia.com, diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-28diakses tanggal 2 Januari 2008 Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Johnson, W.J.

(2009), A Dictionary of Hinduism, Oxford University Press, ISBN 978-0-19-861025-0 • Jones, Constance; Ryan, James D. (2006), Encyclopedia of Hinduism, Infobase Publishing • Jouhki, Jukka (2006), "Orientalism and India" (PDF), J@RGONIA 8/2006, diarsipkan dari versi asli ( PDF) tanggal 2017-05-25diakses tanggal 2014-03-07 • Kamphorst, Janet (5 Juni 2008), "9", In Praise of Death: History and Poetry in Medieval Marwar (South Asia), Leiden University Press, ISBN 90-8728-044-0 • Ketkar, Shridhar (1909), The History of Caste in India, Taylor & Carpenter • Khanna, Meenakshi (2007), Cultural History Of Medieval India, Berghahn Books • King, Anna; Brockington, John (2005), The Intimate Other: Love Divine in Indic Religions, Orient Longman • King, Richard (1999), Orientalism and Religion: Post-Colonial Theory, India and "The Mystic East", Routledge • King, Richard (1999-B), "Orientalism and the Modern Myth of "Hinduism "", NUMEN, Vol.

46, pp 146-185, BRILL Periksa nilai tanggal di: -year= ( bantuan) • King, Richard (2002), Orientalism and Religion: Post-Colonial Theory, India and "The Mystic East", Routledge • Kishore, B. R. (2001), Hinduism, Diamond Pocket Books Ltd., ISBN 9788128800825 • Klostermaier, Klaus K. (1994), A Survey of Hinduism: Second Edition, SUNY Press • Klostermaier, Klaus K.

(2007), A Survey of Hinduism: Third Edition, SUNY Press • Knott, Kim (1998), Hinduism: A Very Short Introduction, Oxford University Press • Koller, John M. (Oktober 1968), "JSTOR: Philosophy East and West", Philosophy East and West, 18 (4) Parameter -chapter= akan diabaikan ( bantuan) Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Koller, John M.

(April, 1984), "JSTOR: Philosophy East and West", Philosophy East and West, www.jstor.org, 34 (2), JSTOR 1398925 Periksa nilai tanggal di: -date= ( bantuan) Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Kramer, Kenneth (1986), World scriptures: an introduction to comparative religions, ISBN 978-0-8091-2781-8 • Krishnamurti, B.N. (1997), Encyclopedia of Hinduism, Centre for International Religious Studies, ISBN 8174881689 • Kulke, Hermann; Rothermund, Dietmar (1998), High-resolution analysis of Y-chromosomal polymorphisms reveals signatures of population movements from central Asia and West Asia into India, Routledge, ISBN 0-415-15482-0diakses tanggal 25 November 2008 • Kulke, Hermann; Rothermund, Dietmar (2004), A History of India, Routledge • Kumar, Dhavendra (2004), Genetic Disorders of the Indian Subcontinent, Springer, ISBN 1-4020-1215-2diakses tanggal 25 November 2008 • Kuruvachira, Jose (2006), Hindu nationalists of modern India, Rawat publications, ISBN 81-7033-995-2 • Laderman, Gary (2003), Religion and American Cultures: An Encyclopedia of Traditions, Diversity, and Popular Expressions, ABC-CLIO, ISBN 1-57607-238-X • Lane, Jan-Erik; Ersson, Svante (2005), Culture and Politics: A Comparative Approach (edisi ke-2), Ashgate Publishing, Ltd, ISBN 978-0-7546-4578-8 • Larson, Gerald (1995), India's Agony Over Religion, SUNY Press • Larson, Gerald (2009), Hinduism.

In: "World Religions in America: An Introduction", pp. 179-198, Westminster John Knox Press • Lata, Prem (1990), Swami Dayānanda Sarasvatī, Sumit Publications, ISBN 81-7000-114-5 • Leaman, Oliver (1999), Key Concepts in Eastern Philosophy, Routledge • Lockard, Craig A. (2007), Societies, Networks, and Transitions.

Volume I: to 1500, Cengage Learning • Lorenzen, David N. (2006), Who Invented Hinduism: Essays on Religion in History, Yoda Press • Luzzi, Ferro (1991), "The Polythetic-Prototype Approach to Hinduism", dalam G.D. Sontheimer dan H. Kulke (ed.), Hinduism Reconsidered, Delhi: Manohar Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: editors list ( link) • Macy, Joanna (1975), "The Dialectics of Desire", Numen, BRILL, 22 (2), JSTOR 3269765 • Mahadevan, T.

M. P (1956), Sarvepalli Radhakrishnan, ed., History of Philosophy Eastern and Western, George Allen & Unwin Ltd • Matilal, B. K. (1986), Perception. An Essay on Classical Indian Theories of Knowledge, Oxford University Press • McDaniel, J.

(2007), "Hinduism", dalam Corrigan, John, The Oxford Handbook of Religion and Emotion, Oxford University Press, ISBN 0-19-517021-0 • McGowan (ed.), Dale (2012), Voices of Unbelief: Documents from Atheists and Agnostics, ISBN 1598849786 Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list ( link) • McMahan, David L. (2008), The Making of Buddhist Modernism, Oxford University Press, ISBN 9780195183276 • McRae, John (1991), "Oriental Verities on the American Frontier: The 1893 World's Parliament of Religions and the Thought of Masao Abe", Buddhist-Christian Studies, University of Hawai'i Press, 11, doi: 10.2307/1390252, JSTOR 1390252.

• McRae, John (2003), Seeing Through Zen. Encounter, Transformation, and Genealogy in Chinese Chan Buddhism, The University Press Group Ltd, ISBN 9780520237988 • Melton, J. Gordon; Baumann, Martin (2010), Religions of the World, Second Edition: A Comprehensive Encyclopedia of Beliefs and Practices, ABC-CLIO, ISBN 978-1-59884-204-3 • Merriam-Webster (2000), Merriam-Webster's Collegiate Encyclopedia, Merriam-Webster • Michaels, Axel (2004), Hinduism.

Past and present, Princeton, New Jersey: Princeton University Press • Michell, George (1977), The Hindu Temple: An Introduction to Its Meaning and Forms, University of Chicago Press • Misra, Amalendu (2004), Identity and Religion: Foundations of Anti-Islamism in India, SAGE • Monier-Williams, Monier (2001), English Sanskrit dictionary, Delhi: Motilal Banarsidass, ISBN 81-206-1509-3diakses tanggal 24 Juli 2007 • Morgan, Kenneth W.; Sarma, D.

S. (1953), The Religion of the Hindus, Ronald Press • Muesse, Mark William (2003), Great World Religions: Hinduism • Muesse, Mark Willaim (2011), The Hindu Traditions: A Concise Introduction, Fortress Press, ISBN 9780800697907 • Mukherjee, Namita; Nebel, Almut; Oppenheim, Ariella; Majumder, Partha P.

(December 2001, Vol. 80, No. 3), "High-resolution analysis of Y-chromosomal polymorphisms reveals musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari of population movements from central Asia and West Asia into India" ( PDF), Journal of Genetics, Springer Indiadiakses tanggal 25 November 2008 Periksa nilai tanggal di: -date= ( bantuan) Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) [ pranala nonaktif permanen] • Murthy, B.S. (2003), Puppets of Faith: theory of communal strife, Bulusu Satyanarayana Murthy, ISBN 978-81-901911-1-1 • Naidoo, Thillayvel (1982), The Arya Samaj Movement in South Africa, Motilal Banarsidass, ISBN 81-208-0769-3 • Nakamura, Hajime (2004), A History of Early Vedanta Philosophy.

Part Two, Delhi: Motilal Banarsidass Publishers Private Limited • Narayanan, Vasudha (2007), "The Hindu Tradition", dalam Willard G. Oxtoby dan Alan F. Segal, A Concise Introduction to World Religions, New York: Oxford University Press • Narayanan, Vasudha (2009), Hinduism, The Rosen Publishing Group • Narendranand (Swami) (2008), Hindu spirituality: a help to conduct prayer meetings for Hindus, Jyoti Ashram • Nath, Vijay (2001), "From 'Brahmanism' to 'Hinduism': Negotiating the Myth of the Great Tradition", Social Scientist 2001 • Neusner, Jacob (2009), World Religions in America: An Introduction, Westminster John Knox Press, ISBN 978-0-664-23320-4 • Neville, Robert (2001), Religious Truth, Suny Press, ISBN 978-0-7914-4778-9 • Nicholson, Andrew J.

(2010), Unifying Hinduism: Philosophy and Identity in Indian Intellectual History, Columbia University Press • Nikhilananda, Swami (1990), The Upanishads: Katha, Iśa, Kena, and Mundaka, I (edisi ke-5th), New York: Ramakrishna-Vivekananda Centre, ISBN 0-911206-15-9 • Nikhilananda, Swami (trans.) (1992), The Gospel of Sri Ramakrishna (edisi ke-8th), New York: Ramakrishna-Vivekananda Centre, ISBN 0-911206-01-9 • O'Conell, Joseph T.

(1973), "The Word 'Hindu' in Gauḍīya Vaiṣṇava Texts", Journal of the American Oriental Society, 93 (3) • Oberlies, T. (1998), Die Religion des Rgveda, Vienna: Institut für Indologie der Universität Wien, ISBN 3-900271-32-1 • Olson, Carl (2007), The Many Colours of Hinduism: A Thematic-historical Introduction, Rutgers University Press, hlm.

9, ISBN 978-0-8135-4068-9 • Osborne, E (2005), Accessing R.E. Founders & Leaders, Buddhism, Hinduism and Sikhism Teacher's Book Mainstream, Folens Limited • Pattanaik, Devdutt (2002), The man who was a woman and other queer tales of Hindu lore, Routledge, ISBN 978-1-56023-181-3 • Phillips, Stephen H. (1995), Classical Indian Metaphysics: Refutations of Realism and the Emergence of "New Logic", Open Court Publishing • Platts, John Thompson (1884), A Dictionary of Urdu, Classical Hindī, and English, W.H.

Allen & Co., Oxford University • Possehl, Gregory L. (11 November 2002), "Indus religion", The Indus Civilization: A Contemporary Perspective, Rowman Altamira, ISBN 978-0-7591-1642-9 • Pratt, James Bissett (1996), The Pilgrimage of Buddhism and a Buddhist Pilgrimage, Asian Educational Services, ISBN 978-81-206-1196-2 • Radhakrishnan, Sarvepalli (1929), Indian Philosophy, Muirhead library of philosophy, 1 (edisi ke-2), London: George Allen and Unwin Ltd.

• Radhakrishnan, Sarvepalli; Moore, CA (1967), A sourcebook in Indian Philosophy, Princeton University Press, ISBN 0-691-01958-4 • Radhakrishnan, Sarvepalli (1973), The Hindu View of Life, Pennsylvania State University: Macmillan • Radhakrishnan, Sarvepalli (Trans.) (1995), Bhagavad Gita, Harper Collins, ISBN 1-85538-457-4 • Radhakrishnan, Sarvepalli (1996), Indian Philosophy, 1, Oxford University Press, ISBN 0-19-563820-4 • Rajadhyaksha (1959), The six systems of Indian philosophy • Raju, P.T.

(1992), The Philosophical Traditions of India, Delhi: Motilal Banarsidass Publishers Private Limited • Ram-Prasad, C (2003), "Contemporary political Hinduism", dalam Flood, Gavin, The Blackwell Companion to Hinduism, Blackwell Publishing, ISBN 0-631-21535-2 • Ramaswamy, Sumathi (1997), Passions of the Tongue: Language Devotion in Tamil India, 1891-1970, University of California Press • Rambachan, Anantanand (1994), The Limits of Scripture: Vivekananda's Reinterpretation of the Vedas, University of Hawaii Press • Ramstedt, Martin (2004), Hinduism in Modern Indonesia: A Minority Religion Between Local, National, and Global Interests, New York: Routledge • Rawat, Ajay S.

(1993), StudentMan and Forests: The Khatta and Gujjar Settlements of Sub-Himalayan Tarai, Indus Publishing • Reichenbach, Bruce R. (April 1989), "Karma, causation, and divine intervention", Philosophy East and West, Hawaii: University of Hawaii Press, 39 (2), doi: 10.2307/1399374diakses tanggal 29 Desember 2009. • Renard, Philip (2010), Non-Dualisme. De directe bevrijdingsweg, Cothen: Uitgeverij Juwelenschip • Richman, Paula (1988), Women, branch stories, and religious rhetoric in a Tamil Buddhist text, Buffalo, NY: Maxwell School of Citizenship and Public Affairs, Syracuse University, ISBN 0-915984-90-3 • Rinehart, Robin (2004), Contemporary Hinduism: Ritual, Culture, and Practice, ABC-CLIO • Rodrigues, Hillary (2006), Hinduism: the Ebook, JBE Online Books • Rogers, Peter (2009), Ultimate Truth, Book 1, AuthorHouse, ISBN 978-1-4389-7968-7 • Rosen, Steven (2006), Essential Hinduism (edisi ke-ke-1), Westport: Praeger Publishers • Samuel, Geoffrey (2010), The Origins of Yoga and Tantra.

Indic Religions to the Thirteenth Century, Cambridge University Press • Sarma, D. S.; Morgan, Kenneth W. (1953), The Religion of the Hindus • Sargeant, Winthrop; Chapple, Christopher (1984), The Bhagavad Gita, New York: State University of New York Press, ISBN 0-87395-831-4 • Sehgal, Sunil (1999), Encyclopaedia of Hinduism: T-Z, Volume 5, Sarup & Sons • Sen Gupta, Anima (1986), The Evolution of the Sāṃkhya School of Thought, South Asia Books, ISBN 81-215-0019-2 • Silverberg, James (1969), "Social Mobility in the Caste System in India: An Interdisciplinary Symposium", The American Journal of Sociology, 75 (3), doi: 10.1086/224812 • Sinha, H.P.

(1993), Bhāratīya Darshan kī rūprekhā, Motilal Banarasidas Publishing, ISBN 81-208-2144-0 Parameter -trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan ( bantuan) • Sharf, Robert H. (1993), "The Zen of Japanese Nationalism", History of Religions, Vol. 33, No. 1. (Aug., 1993), pp. 1-43. • Sharf, Robert H. (1995a), Whose Zen? Zen Nationalism Revisited (PDF) • Sharf, Robert H.

(2000), The Rhetoric of Experience and the Study of Religion. In: Journal of Consciousness Studies, 7, No. 11-12, 2000, pp. 267-87 (PDF), diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-05-13diakses tanggal 2014-03-07 • Sharma, Peri Sarveswara (1980), Anthology of Kumārilabhaṭṭa's Works, Delhi: Motilal Banarsidass • Sharma, Hari (1991), The Real Tipu: A Brief History of Tipu Sultan, Rishi publications • Singh, Upinder (2008), A History of Ancient and Early Medieval India: From the Stone Age to the 12th Century, Pearson Education India, ISBN 978-81-317-1120-0 • Sivaraman, Krishna (1997), Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari Spirituality: An Encyclopedic History of the Religious Quest.

Postclassical and Modern, 2, The Crossroad Publishing Co., ISBN 9780824507558 • Sjoberg, Andree F. (1990), "The Dravidian Contribution To The Development Of Indian Civilization: A Call For A Reassesment", Comparative Civilizations Review. 23:40-74 • Smart, Ninian (1993), "THE FORMATION RATHER THAN THE ORIGIN OF A TRADITION", DISKUS Vol 1 No.1 (1993) p.1, diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-02diakses tanggal 2014-03-07 • Smart, Ninian (2003), Godsdiensten van de wereld (The World's religions), Kampen: Uitgeverij Kok • Smelser, N.; Lipset, S., ed.

(2005), Social Structure and Mobility in Economic Development, Aldine Transaction, ISBN 0-202-30799-9 • Smith, W.C. (1962), The Meaning and End of Religion, San Francisco: Harper and Row • Smith, Huston (1991), The World's Religions: Our Great Wisdom Traditions, San Francisco: HarperSanFrancisco, ISBN 0-06-250799-0 • Smith, Huston (1994), "Hinduism: The Stations of Life", The Illustrated World's Religions, New York, USA: HarperCollins, ISBN 0-06-067440-7 • Smith, David Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari Burr, Elizabeth Geraldine (28 Desember 2007), "One", Understanding World Religions: A Road Map for Justice and Peace, Rowman & Littlefield, ISBN 0-7425-5055-9 Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Southgate, Christopher (2005), Musik yang menggunakan suara manusia sebagai media utamanya adalah pengertian dari, Humanity, and the Cosmos, Bloomsburry Academic, ISBN 0567030164 • Sri Aurobindo (2000), Essays On The Gita, Sri Aurobindo Ashram Publishing, ISBN 978-81-7058-613-5 • Stein, Burton (2010), A History of India, Second Edition (PDF), Wiley-Blackwell, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-01-14diakses tanggal 2014-03-07 • Stevens, Anthony (2001), Ariadne's Clue: A Guide to the Symbols of Humankind, Princeton University Press • Sweetman, Will (2004), "The prehistory of Orientalism: Colonialism and the Textual Basis for Bartholomaus Ziegenbalg's Account of Hinduism" (PDF), New Zealand Journal of Asian Studies 6, 2 (December, 2004): 12-38, diarsipkan dari versi asli ( PDF) tanggal 2013-02-07diakses tanggal 2014-03-07 • Taimni, I.

K. (1961), The Science of Yoga, Adyar, India: The Theosophical Publishing House, ISBN 81-7059-212-7 • Thani Nayagam, Xavier S. (1963, Vol. 10), Tamil Culture, Academy of Tamil Culturediakses tanggal 25 November 2008 Periksa nilai tanggal di: -date= ( bantuan) Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Thapar, Romula (1993), Interpreting Early India, Delhi: Oxford University Press • Thapar, Romula (2003), The Penguin History of Early India: From the Origins to AD 1300, Penguin Books India • Tichner, Jozef; McClean, George (1994), The Philosophy of Person: Solidarity and Cultural Creativity • Tiwari, Shiv Kumar (2002), Tribal Roots Of Hinduism, Sarup & Sons • Toropov, Brandon; Buckles, Luke (2011), The Complete Idiot's Guide to World Religions, Penguin • Turner, Bryan S.

(1996a), For Weber: Essays on the Sociology of Fate • Turner, Jeffrey S. (1996b), Encyclopedia of relationships across the lifespan, Greenwood Press • van Bekkum, Wout Jac.; Houben, Jan; Sluiter, Ineke; Versteegh, Kees (1997), The Emergence of Semantics in Four Linguistic Traditions: Hebrew, Sanskrit, Greek, Arabic • Vasu, Srisa Chandra (1919), The Catechism Of Hindu Dharma, New York: Kessinger Publishing, LLC • Vivekananda, Swami (1987), Complete Works of Swami Vivekananda, Calcutta: Advaita Ashrama, ISBN 81-85301-75-1 • Walker, Benjamin (1968), The Hindu world: an encyclopedic survey of Hinduism • Werbner, P.; Nye, Malory (2003), "Multiculturalism and Minority Religions in Britain: Krishna Consciousness, Religious Freedom and the Politics of Location", Social Anthropology, Richmond: Curzon Press, 10 (03), doi: 10.1017/S0964028202210253, ISBN 0-7007-1392-1 • White, David Gordon (2000), Introduction.

In: David Gordon White (ed.), "Tantra in Practice", Princeton University Press • White, David Gordon (2006), Kiss of the Yogini: "Tantric Sex" in its South Asian Contexts, University of Chicago Press • Williams, Raymond Brady (2001), An Introduction to Swaminarayan Hinduism, Cambridge University Press, ISBN 052165422X • Witzel, Michael (1995), "Early Sanskritization: Origin and Development of the Kuru state" (PDF), EJVS vol. 1 no. 4 (1995), Praeger, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-06-11diakses tanggal 2014-03-07 • Woodard, Roger D.

(18 Agustus 2006), Indo-European Sacred Space: Vedic and Roman Cult, University of Illinois Press, ISBN 978-0-252-09295-4 Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun ( link) • Worthington, Vivian (1982), A History of Yoga, Routledge • Zimmer, Heinrich (1951), Philosophies of India, Princeton University Press Pranala luar [ sunting - sunting sumber ] Wikimedia Commons memiliki media mengenai Agama Hindu. Wikibuku memiliki buku berjudul Hinduism Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Agama Hindu.

• (Indonesia) Weda, Kitab Suci Hindu • (Indonesia) Parisadha Hindu Dharma Indonesia • (Inggris) "Hinduism". Encyclopædia Britannica Online. • (Inggris) Hindu Philosophy and Hinduism, IEP, Shyam Ranganathan, York University. • (Inggris) All About Hinduism by Swami Sivananda (pdf) Diarsipkan 2019-12-22 di Wayback Machine., The Divine Life Society. • (Inggris) What is Hinduism? Diarsipkan 2021-04-18 di Wayback Machine., editor majalah Hinduism Today.

• (Inggris) Hinduism outside India Diarsipkan 2015-04-20 di Wayback Machine., A Bibliography, Harvard University (The Pluralism Project). • (Inggris) What's in a Name? Agama Hindu Bali in the Making Michel Picard, Le CNRS (Paris, France) Riset tentang Hinduisme [ sunting - sunting sumber ] • (Inggris) The Oxford Center for Hindu Studies, University of Oxford • (Inggris) Latest issue of The Journal of Hindu Studies, Oxford University Press • (Inggris) Latest issue of the International Journal of Hindu Studies, Springer • (Inggris) Latest issue of The Journal of Hindu-Christian Studies, Butler University • (Inggris) Latest issue of The Journal of Indo-Judaic Studies, Florida International University • (Inggris) Latest issue of the International Journal of Dharma Studies, Springer (Topical publications on Hinduism, other Indic religions) • Adat Lawas • Adat Musi • Agama Buhun • Agama Helu • Aji Dipa • Aliran Kebatinan Tak Bernama • Aluk Todolo • Ameok • Anak Cucu Bandha Yudha • Angesthi Sampurnaning Kautaman • Anggayuh Panglereming Nafsu • Arat Sabulungan • Babolin • Babukung • Baha'i • Basorah • Buddha • Buddhayana • Maitreya • Tridharma • Budi Daya • Budi Rahayu • Budi Sejati • Bumi Hantoro • Cakramanggilingan • Dharma Murti • Empung Loken Esa • Era Wulan Watu Tana • Galih Puji Rahayu • Gautami • Golongan Si Raja Batak • Guna Lera Wulan Dewa Tanah Ekan • Gunung Jati • Hajatan • Habonaron Do Bona • Hak Sejati • Hangudi Bawono Tata Lahir Satin • Hangudi Lakuning Urip • Hardo Pusoro • Hidup Betul • Hindu • Bali • Jawa • Kaharingan • Towani Tolotang • Siwa-Buddha • Ilmu Goib • Ilmu Goib Kodrat Alam • Imbal Wacono • Islam • Abangan • modern • Ahmadiyyah • Islam Nusantara • LDII • Modernis • Al-Qiyadah Al-Islamiyah • Syiah • Tradisionalis • Wahidiyah • Wetu Telu • IWKU • Jainisme • Jawa Domas • Jingi Tiu • Kapitayan • Kejawen • Khonghucu • Koda Kirin • Kristen • Katolik • Mormonisme • Ortodoks • Protestan • Saksi-Saksi Yehuwa • Lera Wulan Dewa Tanah Ekan • Malesung • Marapu • Masade • Naurus • Parmalim • Pelebegu • Pemena • Pepandyo • Perjalanan • Purwoduksino • Rila • Salamullah • Sedulur Sikep • Sikh • Sirnagalih • Subud • Sumarah • Sunda Wiwitan • Djawa Sunda • Taoisme • Tonaas Walian • Wor • Yahudi Ireligiusitas • Adi Dharm / Brahmoisme • Brahmo Samaj • Sadharan Brahmo Samaj • Ananda Marga • Arya Samaj • Ashram Sri Aurobindo • Ayyavazhi • Brahma Kumaris • Hindutva • Institut Himalaya Ilmu Yoga dan Filsafat • Masyarakat Internasional Kesadaran Kresna • Matua Mahasangha • Meditasi Transcendental • Misi Chinmaya • Mahima Dharma • Misi Ramakrishna • Misi Shri Ram Chandra • Organisasi Sathya Sai • Self-Realization Fellowship / Yogoda Satsanga • Perhimpunan Kehidupan Ilahi • Prarthana Samaj • Sahaja Yoga • Asrama Sri Aurobindo • Swadhyay Parivar • Swaminarayan Sampraday • BAPS • ISSM • ISSO • NNDYM • Yayasan Hanuman • Yayasan Isya • Topik Kategori tersembunyi: • Galat CS1: bab diabaikan • Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list • Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun • Templat webarchive tautan wayback • Halaman dengan rujukan yang menggunakan parameter yang tidak didukung • Galat CS1: tanggal • Halaman yang menggunakan pranala magis ISBN • Halaman dengan argumen ganda di pemanggilan templat • Artikel mengandung aksara Sanskerta • Halaman yang menggunakan multiple image dengan pengubahan ukuran gambar manual • Halaman dengan berkas rusak • Pages using reflist with unknown parameters • Halaman dengan rujukan yang tidak memiliki judul • Pemeliharaan CS1: Teks tambahan • Artikel dengan pranala luar nonaktif • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen • Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: editors list • Pranala kategori Commons ada di Wikidata • Artikel Wikipedia dengan penanda GND • Artikel Wikipedia dengan penanda BNF • Artikel Wikipedia dengan penanda EMU • Artikel Wikipedia dengan penanda LCCN • Artikel Wikipedia dengan penanda LNB • Artikel Wikipedia dengan penanda NDL • Artikel Wikipedia dengan penanda NKC • Artikel Wikipedia dengan penanda NLI • Artikel Wikipedia dengan penanda HDS • Artikel Wikipedia dengan penanda MA • Artikel Wikipedia dengan penanda NARA • Artikel Wikipedia dengan penanda TDVİA • Halaman ini terakhir diubah pada 2 Mei 2022, pukul 21.21.

• Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • •

Musik angklung perahu layar!!!




2022 www.videocon.com