Apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

KOMPAS.com - Sriwijaya tercatat sebagai kerajaan besar yang pernah berkuasa di wilayah Nusantara pada masa lalu. Kerajaan Sriwijaya ini eksis sejak tahun 650-1377 Masehi. Keberadaannya di Pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Palembang saat ini. Kekuasaan Sriwijaya membentang di seluruh Pulau Sumatera, Semenanjung Malaka, bahkan hinga ke wilayah yang sekarang masuk ke Thailand, Kamboja, dan Vietnam.

Sama seperti kerajaan pada umumnya, Sriwijaya juga memiliki raja yang membawa kerajaan itu pada puncak kejayaannya. Raja terbesar Sriwijaya itu bernama Balaputradewa, yang naik tahta pada tahun 860 Masehi. Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Sejarah Berdiri, Puncak Kejayaan, Raja-raja, dan Peninggalan Asal-usul Balaputradewa Balaputradewa atau yang bergelar resmi Sri Maharaja Balaputradewa merupakan anggota Wangsa Sailendra dari Kerajaan Medang atau Mataram Kuno. Ya, Balaputradewa merupakan keturunan Jawa yang kemudian berkuasa di Sumatera.

Dalam Prasasti Nalanda disebutkan bahwa Balaputradewa masih cucu seorang raja Jawa bernama Dharanindra yang berjuluk Wirawairimathana. Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira dan ibunya bernama Dewi Tara dari Wangsa Soma.

Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa Samaragrawira merupakan Samaratungga, yaitu salah satu raja Kerajaan Medang. Berita Terkait Sejarah Kemunduran Kerajaan Sriwijaya dan Bangkitnya Kerajaan Malayu Menelusuri Jejak Sejarah di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Hasil Perjuangan Raja Balaputradewa terhadap Kerajaan Sriwijaya Dampak jika Balaputradewa Tidak Memimpin Sriwijaya Sikap Kepahlawanan yang Dimiliki Raja Balaputradewa Berita Terkait Sejarah Kemunduran Kerajaan Sriwijaya dan Bangkitnya Kerajaan Malayu Menelusuri Jejak Sejarah di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Hasil Perjuangan Raja Balaputradewa terhadap Kerajaan Sriwijaya Dampak jika Balaputradewa Tidak Memimpin Sriwijaya Sikap Kepahlawanan yang Dimiliki Raja Balaputradewa Truk Pengangkut Sembako Tabrak Jembatan dan Jatuh ke Sungai, 2 Tewas, 3 Luka https://regional.kompas.com/read/2022/01/15/144816778/truk-pengangkut-sembako-tabrak-jembatan-dan-jatuh-ke-sungai-2-tewas-3-luka https://asset.kompas.com/crops/ffrhqhk0b8fk2rhxCp9BHybOb0w=/0x0:0x0/195x98/data/photo/2022/01/15/61e27784e133f.jpg 1.

Apa saja keberhasilan yang telah diraih Raja Balaputradewa selama memimpin Kerajaan Sriwijaya? Jawab: 2. Tulislah masing-masing 2 (dua) contoh kerajaan-kerajaan di Indonesia yang bercorak agama Hindu, Buddha, dan Islam! Jawab: 3. Berilah 2 (dua) contoh peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu! Jawab:​ Jawaban: 1.Hasil dari perjuangan Raja Balaputradewa terhadap kerajaan Sriwijaya adalah perluasan dan penguatan kekuasaan Sriwijaya, meski kehilangan Jawa kepada Rakai Pikatan, serta pengembangan agama Buddha di Sriwijya seperti dicatat dalam Prasasti Nalanda.

2.;teori masuknya hindu budha di Indonesia. . Perkembangan Kerajaan – kerajaan Hindu Budha di Indonesia. . Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Mataram Kuno. . Kerajaan Kutai. . Kerajaan Tarumanegara. . Kerajaan Kediri. . Kerajaan Singasari. 3. 1 Prambanan Mataram Lama 2 Dieng Mataram Lama 3 Badut Kanjuruhan 4 Canggal Mataram Lama Penjelasan: Sete Bud den a a.

C d. a. ci D. C. H M a. a. C. C. 11. A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, … b, c, atau d. 1. Sebelum ajaran Hindu-Buddha datang, 5. Salah satu dari kitab Weda yang berisi di Indonesia telah berkembang syair puji-pujian kepada Dewa adalah . kepercayaan yang berupa pemujaan samaweda terhadap roh nenek moyang.

b. regweda Kepercayaan ini disebut . c. yajurweda monoteisme d. artharwaweda b. politeisme 6. Pada masa Hindu-Buddha, muncul henoteisme pembedaan yang tegas antarkelompok d.

animisme dan dinamisme masyarakat. Sistem ini membedakan 2. Kebudayaan Hindu merupakan masyarakat berdasarkan fungsinya. perpaduan antara dua kebudayaan Sistem ini disebut . SID yaitu . strata Arya dan Dravida b. kasta b. Harappa dan Mohenjo-daro apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya Arya dan Mohenjo-daro d.

struktur d. Dravida dan Harappa 7. Dalam ajaran Hindu, ada kelompok 3. Bukti bahwa pada abad ke-5 pengaruh masyarakat yang terdiri dari golongan Hindu sudah masuk dalam kehidupan pedagang, petani, pemilik tanah, dan masyarakat Nusantara adalah . prajurit. Hal ini dikenal dengan sebutan ditinggalkannya kepercayaan animisme dan dinamisme a. kasta brahmana b. semakin lunturnya bahasa Melayu b. kasta ksatria C. digunakannya bahasa Sansekerta kasta waisya untuk menulis prasasti d.

kasta sudra d. tidak menggunakan alat-alat dari 8. Masuknya ajaran Hindu-Buddha ke batu Indonesia menyebabkan perubahan Teori yang berpendapat bahwa kehidupan masyarakat.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Salah satunya masuknya agama dan kebudayaan adalah perubahan politik yang ditandai Hindu dibawa oleh golongan pedagang dengan . adalah teori . a. berubahnya sistem kesukuan al waisya menjadi kerajaan b. ksatria b. masyarakat mulai mengenal brahmana sistem kasta d. arus balik a. C. C. Solatif 50 Solusi Siswa Aktif​
Daftar Maharaja Sriwijaya Masa Awal Palembang Dapunta Hyang 671–702 Sri Indrawarman 702–728 Rudra Wikrama 728–775 Masa Peralihan ( Wangsa Syailendra) Sri Maharaja 775–(?) Jawa Dharanindra 778–782 Samaragrawira 782–792 Samaratungga 792–840 Suwarnadwipa Balaputradewa 860–(?) Sri Udayaditya Warmadewa 960–988 Sri Cudamani Warmadewa 988–1008 Sri Mara-Wijayottunggawarman 1008–1017 Kadaram Sangrama-Vijayottunggawarman 1017–1030 Sri Dewa 1028–(?) Di bawah dinasti Chola Rajendra Chola I 1012–1044 Kulothunga Chola I 1070–1120 Di bawah dinasti Mauli Trailokyaraja 1183–(?) Sri Maharaja Balaputradewa adalah anggota Wangsa Sailendra yang menjadi raja Kerajaan Sriwijaya.

Daftar isi • 1 Asal-Usul • 2 Menyingkir dari Jawa • 3 Menjadi Raja Sriwijaya • 4 Kepustakaan Asal-Usul [ sunting - sunting sumber ] Menurut prasasti Nalanda, Balaputradewa adalah cucu seorang raja Jawa yang dijuluki Wirawairimathana (penumpas musuh perwira). Julukan kakeknya ini mirip dengan Wairiwarawimardana alias Dharanindra dalam prasasti Kelurak.

Dengan kata lain, Balaputradewa merupakan cucu Dharanindra. Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira, sedangkan ibunya bernama Dewi Tara putri Sri Dharmasetu dari Wangsa Soma. Prasasti Nalanda sendiri menunjukkan adanya persahabatan antara Balaputradewa dengan Dewapaladewa raja dari India, yaitu dengan ditandai pembangunan wihara yang diprakarsai oleh Balaputradewa di wilayah Benggala. Menyingkir dari Jawa [ sunting - sunting sumber ] Teori yang sangat populer, yang dikembangkan oleh De Casparis, menyebutkan bahwa Samaragrawira identik dengan Samaratungga raja Jawa.

Sepeninggal Samaratungga terjadi perebutan takhta di antara kedua anaknya, yaitu Balaputradewa melawan Pramodawardhani. Pada tahun 856 Balaputradewa dikalahkan oleh Rakai Pikatan suami Pramodawardhani sehingga menyingkir ke pulau Sumatra.

Teori ini dibantah oleh Slamet Muljana karena menurut prasasti malang, Samaratungga hanya memiliki seorang anak perempuan bernama Pramodawardhani. Menurutnya, Balaputradewa lebih tepat disebut sebagai adik Samaratungga. Dengan kata lain, Samaratungga adalah putra sulung Samaragrawira, sedangkan Balaputradewa adalah putra bungsunya. Pengusiran Balaputradewa umumnya didasarkan pada prasasti Wantil bahwa telah terjadi perang antara Rakai Mamrati Sang Jatiningrat (alias Rakai Pikatan) melawan seorang musuh yang membangun benteng pertahanan berupa timbunan batu.

Dalam prasasti itu ditemukan istilah Walaputra yang dianggap identik dengan Balaputradewa. Teori populer ini dibantah oleh Pusponegoro dan Notosutanto bahwa, istilah Walaputra bukan identik dengan Balaputradewa.

Justru istilah Walaputra bermakna “putra bungsu”, yaitu Rakai Kayuwangi yang dipuji berhasil mengalahkan musuh kerajaan. Adapun Rakai Kayuwangi adalah putra bungsu Rakai Pikatan yang berhasil mengalahkan musuh ayahnya. Benteng timbunan batu yang diduga sebagai markas pemberontakan Balaputradewa identik dengan bukit Ratu Baka. Namun prasasti-prasasti yang ditemukan di daerah itu ternyata tidak ada yang menyebut nama Balaputradewa, melainkan menyebut Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni.

Jadi, musuh Rakai Pikatan yang berhasil dikalahkan oleh Rakai Kayuwangi sang Walaputra ternyata bernama Mpu Kumbhayoni, bukan Balaputradewa. Menurut prasasti-prasasti itu, tokoh Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni mengaku sebagai keturunan pendiri Kerajaan Medang (yaitu Sanjaya). Jadi sangat mungkin apabila ia memberontak terhadap Rakai Pikatan sebagai sesama keturunan Sanjaya.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Kiranya teori populer bahwa Balaputradewa menyingkir ke pulau Sumatra karena didesak oleh Rakai Pikatan adalah keliru. Mungkin ia meninggalkan pulau Jawa bukan karena kalah perang, melainkan karena sejak awal ia memang tidak memiliki hak atas takhta Jawa, mengingat ia hanyalah adik Maharaja Samaratungga, bukan putranya.

Menjadi Raja Sriwijaya [ sunting - sunting sumber ] Prasasti Nalanda menyebut Balaputradewa sebagai raja Suwarnadwipa, yaitu nama kuno untuk pulau Sumatra. Karena pada zaman itu pulau Sumatra identik dengan Kerajaan Sriwijaya, maka para sejarawan sepakat bahwa Balaputradewa adalah raja Sriwijaya.

Pendapat yang paling populer menyebutkan Balaputradewa mewarisi takhta Kerajaan Sriwijaya dari kakeknya (pihak ibu), yaitu Sri Dharmasetu. Namun, ternyata nama Sri Dharmasetu terdapat dalam prasasti Kelurak sebagai bawahan Dharanindra yang ditugasi menjaga bangunan Candi Kelurak. Jadi, Dharanindra berbesan dengan pegawai bawahannya, bernama Sri Dharmasetu melalui perkawinan antara Samaragrawira dengan Dewi Tara. Dharmasetu menurut prasasti Kelurak adalah orang Jawa.

Jadi, teori populer bahwa ia merupakan raja Kerajaan Sriwijaya adalah keliru. Balaputradewa berhasil menjadi raja Kerajaan Sriwijaya bukan karena mewarisi takhta Sri Dharmasetu, tetapi karena pada saat itu pulau Sumatra telah menjadi daerah kekuasaan Wangsa Sailendra, sama halnya dengan pulau Jawa. Berdasarkan analisis prasasti Ligor, Kerajaan Sriwijaya dikuasai Wangsa Sailendra sejak zaman Maharaja Wisnu.

Sebagai anggota Wangsa Sailendra, Balaputradewa berhasil menjadi raja di Sumatra, sedangkan kakaknya, yaitu Samaratungga menjadi raja di Jawa. Kepustakaan [ sunting - sunting sumber ] • Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka • Purwadi. 2007.

Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu • Slamet Muljana. 2006. Sriwijaya (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS • Halaman ini terakhir diubah pada 27 April 2020, pukul 03.33.

• Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • • Buat yang sedang mencari informasi mengenai silsilah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sriwijaya, kamu bisa menyimak informasi lengkapnya berikut ini.

Mari langsung saja dicek! Raja yang pernah menduduki tahta Kerajaan Sriwijaya ternyata cukup banyak. Kekuasaan kerajaan tersebut dimulai dari sang pendiri yang bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa dan dibawa ke puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Raja Balaputradewa. Nah, kamu mungkin sudah tahu mengenai fakta bahwa biasanya tahta itu diturunkan kepada seseorang yang mempunyai ikatan darah dengan raja.

Biasanya, sih, anak lelaki pertamanya. Kalau tidak punya, terkadang bisa jatuh ke tangan saudara sang raja atau keponakannya. Lantas, apakah hal itu terjadi juga pada kerajaan tersebut? Kalau penasaran, kamu bisa mengetahui jawabannya pada artikel ini. Daripada kebanyakan basa-basi, mending simak langsung artikel lengkapnya di bawah ini, ya! Selamat membaca! Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Sriwijaya Berikut ini adalah daftar serta penjelasan singkat mengenai para raja yang pernah duduk di singgasana kerajaan.

Mereka adalah: 1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa Patung Perwujudan Dapunta Hyang Sumber: Wikimedia Commons Sri Jayanasa atau yang dikenal dengan Dapunta Hyang merupakan pendiri dari Kerajaan Sriwijaya. Ia diperkirakan memimpin kerajaan tersebut mulai tahun 671 hingga 702 Masehi. Nama sang raja disebut dalam prasasti Kedukan Bukit yang ditulis pada tahun 683 Masehi. Dari benda peninggalan tersebut, dapat diketahui kalau ia berasal dari Minanga Tamwan.

Setelah itu bersama dengan 20.000 pasukannya, Sri Jayanasa melakukan perjalanan dengan menggunakan perahu. Dalam perjalanan itu pula, mereka penaklukkan daerah-daerah yang nantinya akan menjadi wilayah kekuasaannya. Contoh daerah yang ditaklukkan adalah Lampung, Jambi, dan Bangka. Setelah berhasil menaklukkan daerah-daerah tersebut, ia juga mendirikan prasasti yang berisikan kutukan jika ada orang yang memiliki niat untuk memberontak.

2. Sri Indrawarman Pada tahun 702, Sri Indrawarman naik tahta menggantikan Sri Jayanasa. Sayangnya, tidak banyak sumber yang membahas tentang salah satu raja dari Kerajaan Sriwijaya ini. Namanya pernah disebutkan pada Prasasti Ligor yang ditemukan di Thailand. Selain itu, ia juga pernah disebut dalam surat Bani Umayyah untuk Umar bin Abdul Aziz. Isi dari surat tersebut adalah sang raja ingin menjalin hubungan yang baik dengan sang khilafah dan meminta agar dikirimi utusan untuk menjelaskan tentang Islam padanya.

Selain itu, di dalamnya juga tertulis kalau raja mengirimkan beberapa bingkisan sebagai hadiah persahabatan. Masa pemerintahan Raja Sri Indrawarman bisa dibilang cukup lama, yaitu kurang lebih selama 26 tahun.

Ia memerintah sampai tahun 728 Masehi. 3. Rudra Wikrama Setelah itu, tumpu kekuasaan Kerajaan Sriwijaya apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya ke tangan Rudra Wikrama atau yang juga dikenal dengan Rudrawarman.

Untuk silsilahnya sendiri, tidak diketahui apakah ia merupakan anak dari Sri Indrawaman atau bukan karena tidak banyak informasi yang bisa ditemukan. Namanya disebutkan dalam Kitab Dinasti Tang dan memiliki gelar Amerta. Ia menjadi raja cukup lama, yaitu mulai dari tahun 728 hingga 775 Masehi. Selama masa pamerintahannya, ia meneruskan jejak pendahulunya untuk melakukan perluasan wilayah kerajaan.

Ekspansi tersebut terjadi di sepanjang Selat Malaka hingga Selat Sunda. 4. Maharaja Wisnu Sumber: kuwaluhan Pada tahun 775 Masehi, tumpu kekuasaan Kerajaan Sriwijaya kemudian jatuh ke tangan Maharaja Wisnu yang merupakan seorang raja dari Dinasti Sailendra.

Banyak ahli sejarah yang berpendapat hal ini bisa terjadi karena sang raja berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Sayangnya, informasi mengenai penerus Raja Rudra Wikrama tersebut mengalami kesimpangsiuran karena sedikitnya bukti. Ada sumber yang mengatakan kalau pemerintahan jatuh ke tangan raja yang bernama Dharanindra. Menurut Slamet Muljana, yang merupakan seorang sejarawan asal Indonesia, mengatakan kalau Dharanindra dan Maharaja Wisnu merupakan orang yang sama.

Hal itu dapat dilihat dari tulisan yang ada pada prasasti Ligor B dan Prasasti Kelurak. Dalam Prasasti Kelurak, Raja Dharanindra disebut sebagai Wairiwarawiramardana. Sementara itu, sebutan Maharaja Wisnu dalam Prasasti Ligor adalah Sarwwarimadawimathana.

Jika ditelisik lebih jauh, kedua sebutan ini mempunyai makna yang sama, yaitu pembunuh para musuh perwira. Apabila keduanya benar orang yang sama, maka diperkirakan ia memimpin Kerajaan Sriwijaya dari tahun 775 hingga 782 Masehi. Pada masa kepemimpinannya ini, pusat pemerintahan kemudian berpindah ke Jawa. Tepatnya, dipindahkan ke Kerajaan Medang atau yang juga disebut Mataram Kuno. 5. Raja-Raja Wangsa Sailendra yang Lain Sepeninggal Raja Wisnu, singgasana Kerajaan Sriwijaya kemudian diteruskan oleh Samaragrawijaya.

Namanya muncul pada saat Prasasti Nalanda ditemukan. Dalam prasasti itu, ia ditulis sebagai anak laki-laki dari seseorang yang memiliki sebutan Wirawairimathana.

Karena julukan tersebut mirip dan memiliki arti sama dengan julukan Dharanindra, maka ahli sejarah menyimpulkan kalau ia merupakan putra dari Dharanindra.

Raja Samawaragrawijaya menjadi raja mulai tahun 782 hingga 792 Masehi saja. Setelah itu, ia kemudian digantikan oleh Samaratungga yang mulai memimpin dari tahun 792 hingga 835 Masehi. Berbeda dari raja-raja sebelumnya, Samaratungga tidak memiliki ambisi untuk melakukan perluasan wilayah.

Pemerintahannya lebih berfokus pada bidang keagamaan dan kebudayaan. Nah, salah satu wujud peninggalan dari pemerintahan Samaratungga adalah pembangunan Candi Borobudur. Candi terbesar di Indonesia ini selesai dibangun pada tahun 825 Masehi. 6. Balaputradewa Sumber: Dictio Menurut teori De Casparis, Samaratungga dan Samaragrawira adalah orang yang sama. Ia menikah dengan Dewi Tara lalu memiliki anak Balaputradewa dan Pramodawardhani.

Setelah sang ayah lengser, kemudian terjadilah perebutan kekuasaan antara Balaputradewa dengan suami Pramodawardhani, yaitu Rakai Pikatan.

Balaputradewa kalah, lalu menyingkir ke Sumatra. Akan tetapi, Slamet Muljana berpendapat bahwa Samaragrawira dan Samaratungga adalah orang yang berbeda. Dalam Prasasti Kayumwungan tertulis kalau Samaratungga hanya memiliki seorang putri saja, yaitu Pramodawardhani. Menurutnya, Balaputradewa dan Samaratungga adalah anak dari Samaragrawijaya. Samaragrawijaya menikah dengan Dewi Tara yang merupakan anak dari Sri Dharmasetu. Dalam Prasasti Kelurak disebutkan bahwa Dharmasetu merupakan orang kepercayaan Raja Dharanindra.

Nah, Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Medang memang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Samaragrawijaya kemudian membagi kekuasaan secara adil untuk kedua anaknya supaya tidak terjadi pertumpahan darah. Apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya memberikan kekuasaan pada Samaratungga untuk menjadi raja dan mengurus wilayah kekuasaan Wangsa Sailendra yang berada di Jawa.

Sementara itu, ia menunjuk Balaputradewa untuk menjadi raja di wilayah kekuasaan yang berada di Pulau Sumatra. Masa kepemimpinan Balaputradewa dimulai sekitar tahun 860 Masehi. Kerajaan Sriwijaya kemudian mencapai puncak keemasan pada saat pemerintahan oleh Balaputradewa.

Pada masa kepemimpinannya, kerajaan ini memiliki wilayah perairan laut yang luas dan pasukan yang sangat tangguh. Hal tersebut tentu saja membuat para pedagang asing merasa aman untuk singgah di sana. Semakin lama, semakin banyak pedagang yang datang dan tentu saja memiliki dampak yang baik bagi perekonomian kerajaan tersebut. Terlebih lagi di ibu kotanya, yaitu Palembang. Kota tersebut menjadi pusat perdagangan karena merupakan jalur perdagangan yang strategis.

Kerajaan Sriwijaya kemudian menjelma menjadi kerajaan yang besar, aman, dan makmur. 7. Sri Udayaditya Warmadewa Informasi mengenai pemimpin Kerajaan Sriwijaya setelah Balaputradewa memang tidaklah terlalu banyak.

Bahkan, ada periode di mana pemimpinnya tidak diketahui. Pada tahun 960 Masehi, diketahui kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja bernama Sri Maharaja Udayaditya Warmadewa.

Namanya disebutkan dalam sebuah kronik Tiongkok. Di dalam kronik tersebut diketahui ia pernah mengirimkan untusan ke Cina pada tahun 960 Masehi. Ia selesai memangku jabatan sebagai raja paada tahun 792 Masehi. 8.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Sri Cudamani Warmadewa Kemudian, tahta dilanjutkan oleh Sri Cudamani Warmadewa. Dirinya menjadi raja sekitar tahun 988 hingga 1008 Masehi. Pada masa pemerintahannya, diketahui kerajaan tersebut memiliki hubungan yang sangat baik dengan Cina. Bukti dari hal tersebut adalah sang raja membangunkan sebuah candi untuk kaisar Cina.

Bangunan tersebut dinamakan Candi Bungsu yang lokasinya berada di Muara Takus. Tidak hanya dengan kekaisaran Cina saja, sang raja juga menjalin hubungan yang baik dengan Dinasti Chola yang berasal dari India.

Hal tersebut diketahui dari adanya sebuah vihara bernama Culamanivarmma di India bagian selatan.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Menurut Prasasti Leiden, vihara itu didedikasikan untuk sang raja. 9. Raja-Raja Terakhir Kerajaan Sriwijaya Raja Sri Cudamani Warmadewa turun tahta pada tahun 1008, lalu digantikan oleh Sri Mara-Wijayottunggawarman. Pada masa pemerintahannya diketahui ia masih menjalin hubungan yang baik dengan Cina. Hal itu dapat diketahui karena di tahun yang sama ia mengirim utusan ke negara tersebut.

Di kepemimpinannya ini jugalah terjadi peperangan dengan Kerajaan Medang atau Mataram Kuno. Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi diduga Kerajaan Sriwijaya membantu kerajaan taklukkan dari Medang untuk memberontak. Kepemimpinan Raja Sri Mara-Wijayottunggawarman bisa dibilang tidak terlalu lama.

Ia turun tahta pada tahun 1017 lalu digantikan oleh Sangrama-Vijayotunggawarman. Di masa pemerintahannya, kerajaan diserang oleh Raja Rajendra I dari Dinasti Chola. Raja Sangrama-Vijayotunggawarman kalah dan bahkan sempat menjadi tawanan. Masa pemerintahannya berakhir pada tahun 1030. Menurut sejarawan, ia adalah raja terakhir yang masih dapat mempertahankan wilayahnya.

Karena setelah itu, kerajaan kemudian diambil alih oleh Dinasti Chola. Informasi Lengkap Mengenai Para Raja yang Menduduki Tahta Kerajaan Sriwijaya Itulah tadi penjelasan mengenai silsilah para raja yang pernah menduduki singgasana Kerajaan Sriwijaya.

Bagaimana? Semoga saja informasi di atas berguna dan bisa sedikit memuaskan rasa penasaranmu, ya! Nah, untuk yang masih ingin membaca fakta menarik mengenai kerajaan tersebut, langsung saja cek artikel lainnya, ya! Yuk, baca terus! Editor Elsa Dewinta Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations.

Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.
Jakarta - Kerajaan Sriwijayapernah menjadi salah satu kerajaan terbesar di Nusantara.

Nah, siswa sudah tahu sejarah tentang berdirinya kerajaan sriwijaya hingga masa keruntuhannya belum? Mengutip dari buku yang bertajuk Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia karya Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha bercorak maritim yang mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka.

Perlu diketahui bahwa kerajaan ini memiliki hubungan erat dengan Jawa, sebab relasi raja-rajanya berasal dari Jawa. Kerajaan Buddha ini bahkan sempat menjadi simbol kebesaran Sumatra pada masa lampau. Kebesarannya disebut-sebut dapat mengimbangi Kerajaan Majapahit di timur. Baca juga: 6 Kerajaan yang Bercorak Hindu dan Sejarahnya di Indonesia 1. Berdirinya Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama Dapuntahyang Sri Jayanasa.

Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka. Namun, kisah pendirian kerajaan ini merupakan salah satu bagian yang sulit dipecahkan oleh peneliti. Sebab dalam sumber-sumber yang ditemukan tidak ada struktur genealogis yang tersusun rapi antar raja Sriwijaya. Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi) menyebutkan nama Dapunta Hyang, dan prasasti Talang Tuo (684 Masehi) memperjelasnya menjadi Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

Kedua prasasti ini adalah penjelasan tertua mengenai seseorang yang dianggap sebagai raja atau pemimpin Sriwijaya. Dalam Prasasti Kedukan Bukit juga menceritakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan dengan memimpin 20 ribu tentara dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu.

Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan daerah-daerah yang strategis untuk perdagangan sehingga Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Berdasarkan prasasti Kota (686 M) di Pulau Bangka, Sriwijaya diperkirakan telah berhasil menguasai Sumatera bagian selatan, Bangka dan Belitung, bahkan sampai ke Lampung. Bukti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa bahkan mencoba untuk melancarkan ekspedisi militer menyerang Jawa yang dianggap tidak mau berbakti kepada maharaja Sriwijaya.

Peristiwa ini terjadi pada waktu yang kurang lebih bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan Kerajaan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang bisa saja terjadi karena serangan yang dilancarkan oleh Sriwijaya.

2. Letak Kerajaan Sriwijaya Letak pasti kerajaan ini masih banyak diperdebatkan. Namun, pendapat yang cukup populer adalah yang dikemukakan oleh G. Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya ada di Palembang. Apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya dengan saat ini, Palembang masih dianggap sebagai pusat Sriwijaya.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Beberapa ahli berkesimpulan bahwa Sriwijaya yang bercorak maritim memiliki kebiasaan untuk berpindah-pindah pusat kekuasaan. Sebab para ahli ada yang menyimpulakan bahwa Sriwijaya berpusat di Kedah, kemudian Muara Takus, hingga menyebut kota Jambi. Baca juga: 7 Bahasa Daerah Sumatera Selatan, Bukan Hanya Palembang 3.

Raja-raja Kerajaan Sriwijaya Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya bahwa struktur genealogis raja-raja Sriwijaya banyak terputus dan hanya didukung bukti-bukti yang dianggap kurang kuat. Berikut ini adalah nama-nama raja Kerajaan Sriwijaya yang sedikit banyak disepakati oleh para ahli setelah masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanasa. - Sri Indrawarman - Raja Dharanindra - Raja Samaratungga - Rakai Pikatan - Balaputradewa - Sri Udayadityawarman - Sri Culamaniwarman atau Cudamaniwarmadewa - Sri Marawijayatunggawarman - Sri Sanggramawijayatunggawarman 4.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya Raja Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kegemilangannya pada abad ke-8 dan 9. Namun pada dasarnya, kerajaan ini mengalami masa kekuasaan yang gemilang sampai ke generasi Sri Marawijaya.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Hal ini disebabkan raja-raja setelah Sri Marawijaya sudah disibukkan dengan peperangan melawan Jawa pada 922 M dan 1016 M. Dilanjutkan dengan melawan Kerajaan Cola (India) pada tahun 1017 hingga 1025 Raja Sri Sanggramawijaya berhasil ditawan. Pada masa kekuasaan Balaputradewa sampai dengan Sri Marawijaya, Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan antara India dan Cina.

Selain itu, seperti yang dilansir dari buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo, mereka berhasil memperluas kekuasaannya hingga Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka, Belitung, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan. Untuk menjaga keamanan itu, Sriwijaya membangun armada laut yang kuat.

Sehingga kapal-kapal asing yang ingin berdagang di Sriwijaya merasa aman dari gangguan perompak. Hingga lambat laun, Sriwijaya berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Baca juga: Sebelum Ada Situs Watu Gajah Tuban, Berdiri Kerajaan Warunggahan Zaman Majapahit 5.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak abad ke-11. Berawal dari serangan besar-besaran yang dilakukan oleh Raja Rajendra Coladewa dari kerajaan Cola yang berhasil menawan salah satu raja Sriwijaya tersebut. Dikutip dari buku Sejarah karya Nana Supriatna, kemudian pada abad ke-13, salah satu kerajaan taklukan Sriwijaya, Kerajaan Malayu, berhasil dikuasai Singasari, kerajaan dari Jawa yang dipimpin oleh Kertanegara.

Melalui Ekspedisi Pamalayu, Kertanegara berhasil menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Malayu. Sementara itu, Kerajaan Sriwijaya mulai lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah negara taklukannya menjalin hubungan dengan negara saingan di Jawa. Hingga kelemahan ini dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand di bawah Raja Kamheng. Wilayah Sriwijaya di Semenanjung Malaysia berhasil direbut sehingga Selat Malaka bisa dikontrol.

Akhir abad ke-14, Sriwijaya benar-benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari Jawa. Nah, itulah 5 fakta sejarah Kerajaan Sriwijayayang wajib dipahami siswa. Semoga bermanfaat ya! Simak Video " Ngabuburit Sambil Tambah Wawasan di Taman Sejarah Majalengka" [Gambas:Video 20detik] (rah/pay)
KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang kuat dan banyak memberi pengaruh di nusantara. Kerajaan yang berkembang antara abad ke-7 hingga ke-13 ini terletak di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan.

Pada masa kejayaannya, daerah kekuasaannya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa. Bahkan Sriwijaya disebut sebagai negara nasional pertama di nusantara sebab wilayahnya begitu luas, hingga meliputi hampir seluruh Indonesia. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di Asia Tenggara.

Raja Sriwijaya yang pertama adalah Dapunta Hyang, atau dikenal dengan nama Sri Jayanasa, yang memerintah dari tahun 671-728 masehi. Silsilah Raja Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya hanya menyisakan beberapa peninggalan dan silsilah raja yang berkuasa pun banyak terputus. Berikut ini daftar raja-raja yang diduga kuat pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya. • Dapunta Hyang Sri Jayanasa (683 M) • Indrawarman (702 M) • Rudra Wikrama (728-742 M) • Sangramadhananjaya (775 M) • Dharanindra/Rakai Panangkaran (778 M) • Samaragrawira/Rakai Warak (782 M) • Dharmasetu (790 M) • Samaratungga/Rakai Apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya (792 M) • Balaputradewa (856 M) • Sri Udayadityawarman (960 M) • Sri Wuja atau Sri Udayadityan (961 M) • Hsiae-she (980 M) • Sri Cudamaniwarmadewa (988 M) • Malayagiri/Suwarnadwipa (990 M) • Sri Marawijayottunggawarman (1008 M) • Sumatrabhumi (1017 M) • Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (1025 M) • Sri Dewa (1028 M) • Dharmawira (1064 M) • Sri Maharaja (1156 M) • Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M) Baca juga: Prasasti Kedukan Bukit: Sejarah, Isi, dan Artinya Raja Kerajaan Sriwijaya yang terkenal Dapunta Hyang Srijayanasa Dalam prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo, banyak disebutkan tentang Dapunta Hyang.

Pada abad ke-7, Dapunta Hyang melakukan berbagai usaha perluasan daerah. Republik Maluku Selatan (RMS): Latar Belakang dan Upaya Penumpasannya https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/27/190919879/republik-maluku-selatan-rms-latar-belakang-dan-upaya-penumpasannya https://asset.kompas.com/crops/1K4raiPO5hcMgNeNYIMARQa5diw=/0x0:780x390/195x98/data/photo/2016/04/25/0943180frans11780x390.jpgKOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar.

Berdiri sekitar abad ke-7 dan terus mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan Sriwijaya dikarenakan letaknya yang strategis dan berada di jalur perdagangan internasional saat itu.

Selat Malaka dan Selat Sunda menjadi daerah yang berhasil dikuasai Kerajaan Sriwijaya. Kedua selat tersebut adalah jalur perdagangan yang banyak dilalui negara-negara asing.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Perkembangan Kerajaan Sriwijaya Berikut beberapa perkembangan Kerajaan Sriwijaya, yakni: Faktor pendorong Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia (2019) karya Edi Hernadi, ada beberapa faktor yang mendukung perkembangan Kerajaan Sriwijaya menjadi besar di Nusantara dan mancanegara. Baca juga: Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Maritim Terbesar di Nusantara Faktor-faktor pendorong perkembangan Kerajaan Sriwijaya: • Letak geografis Kerajaan Sriwijaya terletak di daerah lintasan pelayaran dan perdagangan antara Asia Timur, Asia Selatan.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berada Palembang yang terletak di tepi sungai Musi. Dengan letak yang sangat strategis mendorong para pedagang untuk melakukan kegiatan perdaganganya. Selain itu Sriwijaya juga menguasai dua perairan laut penting dalam perdagangan nusantara yaitu Selat Malaka dan selat Sunda. Selat tersebut merupakan jalur perdagangan internasional dari China ke India atau sebaliknya.

Di depan muara sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di muara sungai Musi. Kondisi itu sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan Kerajaan Sriwijaya. • Runtuhnya Kerajaan Funan Vietnam Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam terjadi karena serangan dari Kamboja. Kondisi itu menjadikan kesempatan bagi Kerajaan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim yang maju.

Baca juga: Dampak jika Balaputradewa Tidak Memimpin Sriwijaya Masa keemasan Setelah Dapunta Hyang Srijayanagara meninggal, Kerajaan Sriwijaya diperintah oleh Balaputradewa. Balaputradewa memerintah Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-9. Balaputradewa merupakan masih keturunan Dinasti Syailendra. Pada masa pemerintahan Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya mencapai masa keemasan. Dalam prasasti Nalanda, Raja Balaputradewa adalah raja besar Kerajaan Sriwijaya. Raja Balaputradewa mendirikan asrama pelajar Sriwijaya yang diperuntukkan anak dari Sriwijaya yang sedang menuntut ilmu di Nalanda, India.

Pada zaman tersebut India dan Benggala tempat beradanya perguruan Nalanda sedang dipimpin oleh Raja Dewapaladewa.

Agama Buddha pada masa itu juga mengalami perkembangan pesat. Perkembangan sosial masyarakat Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Sriwijaya tidak lepas dari perkembangan perekonomian. Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan sekitarnya. Hubungan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kehidupan sosial masyarakatnya.

Masyarakat juga diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan di Nalanda. Di Sriwijaya terdapat guru besar seperti Dharmapala dan Sakyakirti. Baca juga: Hasil Perjuangan Raja Balaputradewa terhadap Kerajaan Sriwijaya Perkembangan ekonomi Dengan letak yang strategis membuat ekonomi di Kerajaan Sriwijaya berkembang.

Apalagi sebagai pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara. Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud), ramainya perdagangan di selat Malaka berdampak bagi masyarakat. Di mana mereka terlibat dalam perdagangan dan pelayaran. Masyarakat pun menjadi makmur.

Singgahnya kapal-kapal asing secara ekonomi sangatlah menguntungkan bagi kerajaan Sriwijaya. Perkembangan politik dan pemerintahan Pada masa pemerintahan Dapunta Hyang Srijayanagara, Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang.

Di mana melakukan perluasan wilayah ke berbagai daerah. Hal itu tertulis dalam prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo. Pada prasasti tersebut ditulis jika Dapunta Hyang banyak melakukan perluasan wilayah pada abad ke-7. Daerah yang berhasil dikuasai antara lain: • Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung. • Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Penaklukkan Kerajaan Sriwijaya terhadap Kedah berlangsung antara 682-685 M. • Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional. Daerah tersebut berhasil dikuasi pada 686 M berdasarkan prasasti Kota Kapur. • Daerah Jambi yang terletak di tepi Sungai Batanghari. Penaklukan daerah tersebut terjadi pada 686 M. Ini dibuktikan lewat prasasti Karang Berahi.

• Tanah Genting Kra merupakan bagian utara Semenanjung Melayu. Kedudukan Tanah Genting Kra sangat penting, karena jarak antara pantai barat dan pantai timur sangat dekat. Penguasaan Tanah Genting Kra diketahui dari prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M. Baca juga: Sejarah Terbentuknya Kerajaan Sriwijaya Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya ketika pemerintahan dipegang oleh Sanggrama Wijayatunggawarman.

Di mana saat itu Kerajaan Sriwijaya mendapat serangan dari Kerajaan Colomandala, India. Dalam pertempuran tersebut, Raja Sanggrama sempat ditangkap meskipun kemudian dibebaskan. Akibat dari serangan Kerajaan Colomandala mengakibatkan kedudukan Sriwijaya semakin melemah. Pada 1275 Kerajaan Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan Melayu dan Singosari dalam rangka ekspedisi Pamalayu. Kerajaan Sriwijaya mengalami kehancuran akibat serangan kerajaan Majapahit pada tahun 1337.

Selain itu kerajaan-kerajaan kecil yang melepaskan diri dari pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Raja-raja Kerajaan Sriwijaya Raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sriwijaya: • Dapunta Hyang Srijayanagara • Balaputradewa • Sri Sudamaniwarmadewa • Marowijayatunggawarman • Sanggrama Wijayatunggawarman Baca juga: Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya dimulai sejak abad ke-7 Masehi dengan pendiri Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Pada masa kejayaannya, Sriwijaya terkenal sebagai kerajaan maritim terbesar di nusantara, penguasa perdagangan dan pelayaran, serta kerajaan sebagai pusat penyebaran Hindu Budha di Indonesia.

Pusat Kerajaan Sriwijaya masa lalu terletak di Palembang, Sumatera Selatan.

apa saja keberhasilan yang telah diraih raja balaputradewa selama memimpin kerajaan sriwijaya

Banyak kisah sejarah, peninggalan prasasti yang menandakan kebesaran kerajaan tersebut dan raja-raja yang pernah berkuasa di Sriwijaya.

Kalau Sudah bosan Miskin coba amalkan ayat ini




2022 www.videocon.com