Ubur-ubur berkembang biak dengan cara

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Fasciola hepatica adalah anggota Trematoda dari filum Platyhelminthes yang lebih akrab kita ubur-ubur berkembang biak dengan cara sebagai cacing hati. Bentuk Fasciola hepatica mempunyai panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 – 1,5 cm dengan tubuh yang ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuh dan juga berguna untuk membantu bergerak.

Fasciola hepatica memiliki mulut runcing yang dikelilingi oleh alat penghisap pada bagian depan. Cacing jenis ini bersifat hermaprodit, yaitu berkembang biak dengan cara melakukan pembuahan sendiri atau silang. Melalui halaman ini, sobat idschool akan mempelajari bagaimana cara Fasciola hepatica berkembang, yaitu dalam bahasan siklus atau daur hidup Fasciola hepatica ini. Tempat tumbuh Fasciola hepatica pada inang perantara yang biasanya ditemukan seperti domba, sapi, atau jenis hewan ternak lainnya.

Keberadaanya pada hewan ternak membuat Fasciola hepatica dapat menyebabkan penyakit pada vertebrata. Fasciola hepatica akan keluar dari tubuh ternak melalui kotoran dari saluran empedu atau usus. Pada tempat yang basah, telur akan menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Namun apabila berada pada keadaan lingkungan tidak baik, misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria.

Kemudian tumbuh kembali dalam daur hidup Fasciola hepatica. Apa itu mirasidium, sporosista, redia, serkaria, metaserkaria?

Sebutan nama tersebut terdapat pada daur hidup Fasciola hepatica. Bagaimanakah penjelasan daur hidup Fasciola hepatica? Simak berikut ulasan daur hidup Fasciola hepatica berikut untuk menambah pemahaman sobat idschool.

Pada bagian akhir bahasan akan disertakan contoh soal daur hidup Fasciola hepatica biasanya diberikan pada soal ujian. Ubur-ubur berkembang biak dengan cara, jangan sampai kelewatan menyimak bahasan daur hidup Fasciola hepatica melalui halaman ini. Karakteristik Fasciola hepatica Pada bagian awal telah disebutkan bahwa Fasciola hepatica adalah anggota Trematoda dari filum Platyhelminthes. Platy berati cacing dan helminthes berati pipih, artinya Platyhelminthes merupakan filum dari jenis cacing pipih.

Fasciola hepatica atau yang kita kenal juga sebagai cacing hati memiliki beberapa karakteristik yang menjadi ciri Fasciola hepatica. Karakteristik dari Fasciola hepatica diberikan seperti berikut. • Merupakan hewan hermafrodit. • Sistem kelamin jantan terdiri sepasang testis dan penis. • Testis bercabang – cabang yang terletak di bagian tengah tubuh. • Sistem reproduksi betina terdiri atas ovarium yang bercabang dilengkapi kelenjar kuning telur.

• Setiap telur yang telah mengalami fertilisasi bercampur dengan kuning telur dan diberi pelindung tanpa cangkang. • Telur yang keluar dari tubuh cacing akan melewati saluran empedu hewan inang yang kemudian sampai di usus halus (intestin). • Telur yang berada di lingkungan ideal akan menetas setelah 9 hari (jika suhu tidak sesuai dengan masa inkubasi, telur dapat bertahan untuk beberapa tahun).

Itulah tadi karakteristik Fasciola hepatica yang akan sobat idschool pelajari bagaimana daur hidupnya. Bahasan tentang daur hidup Fasciola hepatica akan diberikan pada pembahasan di bawah.

Baca Juga: Virus – Struktur, Sifat, dan Senyawa Penyusunnya Tahapan Daur Hidup Fasciola hepatica Fasciola tumbuh pada inang perantara, biasanya ditemukan pada siput dan sapi atau hewan ternak lainnya yang terinfeksi. Meskipun namanya dikenal sebagai cacing hati, Fasciola hepatica tidak hanya menyerang hati namun dapat berada di bagian tubuh lainnya termasuk pembuluh darah.

Bagan tahapan daur hidup Fasciola hepatica diberikan seperti berikut. Dalam fase hidupnya, cacing hati pada inang perantara berupa siput dan hewan ternak.

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Dalam tubuh siput sebagai hewan inang perantara untuk sementara berkembang secara parthenogenesis dan paedogenesis. Parthenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi. Sedangkan paedogenesis adalah reproduksi yang terjadi ketika suatu organisme belum mencapai usia kedewasaan secara fisik, misalnya pada fase larva. Cacing hati dapat masuk ke dalam tubuh hewan ternak melalui bentuk metaserkaria pada rumput yang dimakan hewan ternak.

Selanjutnya, Fasciola hepatica sebagai bentuk cacing dewasa berkembang dalam hewan ternak dan menghasilkan telur.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai daur hidup Fasciola hepatica. • Telur yang dihasilkan cacing dewasa akan keluar dari tubuh hewan ternak bersama feses/kotoran hewan ternak. • Apabila telur berada di lingkungan yang tepat/tempat yang basah, telur akan menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Larva tersebut akan berenang mencari hewan perantara sementara yaitu siput Lymnea auricularis dan akan menempel pada mantel siput.

• Setelah berada pada tubuh kemudian larva berkembang dan berubah menjadi sporokista. • Selanjutnya (masih di dalam tubuh siput), sporokista yang akan berkembang secara parthenogenesis menjadi redia (larva II).

• Redia kemudian melakukan metamorfosis (berkembang secara paedogenesis) menjadi larva berekor yang disebut serkaria. © Perkembangan parthenogenesis pada Fasciola hepatica (cacing hati): sporokista → redia. © Perkembangan paedogenesis pada Fasciola hepatica (cacing hati): redia → serkaria. • Berikutnya, serkaria akan meninggalkan tubuh siput. Kemudian akan tumbuh menjadi metaserkaria (kista) yang menempel pada rumput. Metaserkaria yang menempel pada rumput akan termakan oleh domba, sapi atau hewan ternak lainnya kemudian berkembang menjadi cacing dewasa Fasciola hepatica.

• Cacing dewasa tersebut akan menghasilkan telur dan selanjutnya akan masuk dalam daur hidup Fasciola hepatica berikutnya, begitu seterusnya.

Kemungkinan lain juga dapat terjadi. Apabila telur yang keluar bersama kotoran hewan berada pada keadaan lingkungan tidak baik, misalnya kering maka kulitnya akan menebal dan akan berubah menjadi metaserkaria. Pada saat ternak makan rumput yang terdapat metaserkaria, maka kista akan menetas di usus ternak dan akan menerobos ke dalam hati ternak dan berkembang menjadi cacing muda (larva). Begitulah tadi tahapan yang terjadi pada daur hidup Fasciola hepatica. Contoh Soal Daur Hidup Fasciola hepatica Contoh 1 – Soal UN Biologi SMA Tahun 2018 Perhatikan daur hidup Fasciola hepatica berikut!

Huruf X menunjuk daur hidup Fasciola hepatica saat berbentuk larva. Pada proses larva terjadi tahapan yang disebut paedogenesis, yaitu reproduksi pada hewan muda (belum dewasa seksual, jadi belum menghasilkan telur) atau pada larva. Jadi, proses yang terjadi pada tahap X adalah peristiwa paedogenesis. Jawaban: C Baca Juga: Daur Hidup Aurelia aurita (Ubur – Ubur) Contoh 2 – Soal UN Biologi SMA 2015 Dalam tubuh inang perantara hewan siput (Lymnaea sp), tahapan siklus hidup cacing hati (Fasciola hepatica) ditemukan dalam bentuk ….

A. sporosista → redia B. serkaria → metaserkaria C. cacing dewasa → bertelur D. mirasidium bersilia → sporosista E. redia → serkaria Pembahasan: Tahapan yang terjadi dalam tubuh inang perantara hewan siput (Lymnaea sp) pada tahapan siklus hidup Fasciola hepatica terjadi saat tahapan sporosista, redia, dan keluar dari tubuh siput dalam bentuk serkaria.

Jadi, dalam tubuh inang perantara hewan siput (Lymnaea sp), tahapan siklus hidup cacing hati (Fasciola hepatica) ditemukan dalam bentuk sporosista → redia. Jawaban: A Baca Juga: Daur Hidup Virus – Litik dan Lisogenik Contoh 3 – Daur Hidup Fasciola hepatica Berikut ini adalah fase – fase dari daur hidup Fasciola hepatica. 1) Mirasidium 2) Telur 3) Sporosista 4) Redia 5) Cacing dewasa 6) Metaserkaria 7) Serkaria Urutan daur hidup Fasciola hepatica yang benar adalah …. A. 2) – 1) – 3) – 7) – 6) – 4) – 5) B.

2) – 1) – 4) – 7) – 6) – 3) – 5) C. 2) – 1) – 3) – 4) – 7) – 6) – 5) D. 2) – 1) ubur-ubur berkembang biak dengan cara 4) – 3) – 7) – 6) – 5) E. 2) – 3) – 4) – 1) – 7) – 6) – 5) Pembahasan: 7 tahapan pada daur hidup Fasciola hepatica meliputi tahapan mirasidium, sporokista, redia, serkaria, metaserkaria, Fasciola hepatica, dan telur.

Jadi, urutan daur hidup Fasciola hepatica yang benar adalah 2) – 1) – 3) – 4) – 7) – 6) – 5). Jawaban: C Demikianlah tadi ulasan materi terkait daur hidup Fasciola hepatica yang meliputi karakteristik Fasciola hepatica dan daur hidup Fasciola hepatica. Dilengkapi dengan contoh soal daur hidup Fasciola hepatica yang sering digunakan sebagai soal ujian. Terimakasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat. Baca Juga: Aturan Penulisan Nama Ilmiah Hewan dan Tumbuhan – Binomial Nomenklatur MENU • Home • SMP • Matematika • Agama • Bahasa Indonesia • Pancasila • Biologi • Kewarganegaraan • IPS • IPA • Penjas • SMA • Matematika • Agama • Bahasa Indonesia ubur-ubur berkembang biak dengan cara Pancasila • Biologi • Akuntansi • Matematika • Kewarganegaraan • IPA • Fisika • Biologi • Kimia • IPS • Sejarah • Geografi • Ekonomi • Sosiologi • Penjas ubur-ubur berkembang biak dengan cara SMK • Penjas • S1 • Agama • IMK • Pengantar Teknologi Informasi • Uji Kualitas Perangkat Lunak • Sistem Operasi • E-Bisnis • Database • Pancasila • Kewarganegaraan • Akuntansi • Bahasa Indonesia • S2 • Umum • About Me 3.3.

Sebarkan ini: Kingdom Animalia merupakan salah satu kingdom yang memiliki anggota yang paling banyak dan bervariasi. Secara garis besar kingdom animalia dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu golongan vertebrata (hewan bertulang belakang) dan golongan invertebrata (hewan tak bertulang belakang. Dan berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri, struktur lapisan tubuh, dan klasifikasi dari kingdom animalia. Ciri-Ciri Kingdom Animalia Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri kingdom animalia, antara lain sebagai berikut: • Eukariot multiseluler, artinya tubuhnya tersusun atas banyak sel yang memiliki membran (selaput) inti.

• Tidak memiliki dinding sel, tetapi membran sel tersusun dari protein structural.

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

• Heterotrofik, artinya memerlukan bahan organik yang berasal dari makhluk hidup maupun tak hidup untuk kebutuhan nutrisinya. • Memiliki sel atau jaringan yang dapat menghantarkan rangsang dan pergerakan yang berupa saraf atau sistem saraf. • Umumnya cara reproduksi secara seksual, meskipun ada beberapa yang melakukan reproduksi secara aseksual misalnya pada Porifera, Coelenterata.

Struktur Kingdom Animalia Berikut ini terdapat beberapa struktur kingdom animalia, antara lain sebagai berikut: • Simetri Bilateral, adalah hewan yang bagian tubuhnya tersusun bersebelahan dengan bagian lainnya. Jika diambil garis memotong dari depan ke belakang, maka akan terlihat bagian tubuh tubuh yang sama antara kiri dan kanan.

Hewan yang bersimetri bilateral selain memiliki sisi puncak (oral) dan sisi dasar (aboral), juga memiliki sisi atas (dorsal) dan sisi bawah (ventral), sisi kepala (anterior) dan sisi ekor (posterior), serta sisi samping (lateral). • Simetri Radial, adalah hewan yang memiliki lapisan tubuh melingkar (bulat). Hewan dengan simetri radial hanya memiliki dua bagian, yaitu bagian puncak (oral) dan bagian dasar (aboral).

Hewan yang bersimetri radial disebut sebagai radiata, hewan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain porifera, cnidaria, dan echinodermata. 2. Lapisan Tubuh Dalam perkembangannya menjadi individu dewasa, hewan akan membentuk lapisan tubuh. Berdasarkan jumlah lapisan tubuhnya, hawan dikelompokkan menjadi: • Hewan Diploblastik, adalah hewan yang memiliki dua lapis sel tubuh. Lapisan terluar disebut dengan ektoderma, sedangkan lapisan dalam disebut dengan endoderma.

Contoh dari hewan diploblastik adalah cnidaria. • Hewan Triploblastik, adalah hewan yang memiliki tiga lapis sel tubuh. Lapisan terluar disebut eksoderma, lapisan tengah disebut mesoderma, dan lapisan dalam disebut endoderma.

Ektoderma akan berkembang menjadi epidermis dan sistem saraf, mesoderma akan berkembang menjadi kelenjar pencernaan dan usus, sedangkan endoderma akan berkembang menjadi jaringan otot. 3. Rongga Tubuh (selom) Hewan triploblastik masih dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan rongga tubuh (selom) yang dimilikinya.

Rongga tubuh pada hewan sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: • Aselomata, adalah hewan bertubuh padat yang tidak memiliki rongga antara usus dengan tubuh terluar. Hewan yang termasuk aselomata adalah cacing pipih (Platyhelmintes). • Pseudoselomata, adalah hewan yang memiliki rongga dalam saluran tubuh (pseudoselom).

Rongga tersebut berisi cairan yang memisahkan alat pencernaan dan dinding tubuh terluar. Rongga tersebut tidak dibatasi jaringan yang berasal dari mesoderma. Hewan yang termasuk pseudoselomata adalah Rotifera dan Nematoda.

• Selomata, adalah hewan berongga tubuh yang berisi cairan dan mempunyai batas yang berasal dari jaringan mesoderma. Lapisan dalam dan luar dari jaringan hewan ini mengelilingi rongga dan menghubungkan dorsal dengan ventral membentuk mesenteron. Mesenteron berfungsi sebagai penggantung organ dalam.

Selomata sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu protoselomata dan deutroselomata. Contoh hewan yang termasuk protoselomata antara lain Mollusca, Annelida, dan Arthropoda. Sedangkan hewan yang termasuk dalam deutroselomata antara lain Echinodermata dan Chordata.

Klasifikasi Kingdom Animalia Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi kingdom animalia, antara lain sebagai berikut: 1. INVERTEBRATA Ubur-ubur berkembang biak dengan cara adanya lapisan kulit embrio,rongga tubuh dan bentuk tubuhnya, Invertebrata dibedakan menjadi filum-filum, yaitu: A. PORIFERA Porifera (Latin, porus = pori, fer = membawa) adalah hewan multiseluler yang paling sederhana. Porifera sering disebut sebagai hewan spons, karena kebanyakan dari spesiesnya mempunyai kerangka dari serabut spongin sehingga membentuk bagian tubuh seperti spons.

Baca Juga Artikel Terkait Tentang Materi : Struktur Dan Berkembang Biak Filum Porifera “ Hewan Berpori ” Beserta Contohnya Ciri-Ciri Porifera Antara lain sebagai berikut: • Ukuran dan bentuk tubuh • Ukuran tubuh bervariasi, antara 1 cm sampai dengan 2 m • Umumnya asimetri, sebagian ada yang simetri • Tubuh memiliki lubang-lubang kecil atau berpori yang disebut • Struktur dan fungsi tubuh • Belum membentuk jaringan dan organ sehingga dikelompokkan dalam • Permukaan luar tubuhnya tersusun dari sel-sel berbentuk pipih dan berdinding tebal disebut pinakosit yang berfungsi sebagai • Pori-pori terdapat di antara pinakosit yang membentuk saluran air yang bermuara di spongosol (rongga tubuh).

Spongosol dilapisi oleh sel leher berflagel atau bulu cambuk yang disebut koanosit. • Flagelum pada ubur-ubur berkembang biak dengan cara berfungsi membentuk aliran air satu arah sehingga air yang membentuk makanan dan oksigen masuk melalui pori ke spongosol yang ditelan secara fagosit. • Sisa makanan dibuang melalui lubang pengeluaran yang disebut oskulum. • Amoebosit merupakan sel yang berfungsi mengedarkan makanan dan oksigen ke seluruh sel-sel tubuh lainnya. • Cara hidup Porifera hidup secara heterotrof.

Makanan berupa bakteri dan plankton yang dicerna secara intraselular dalam koanosit dan amoebosit. • Habitat Sebagian besar hidup di laut, beberapa hidup di air tawar misalnya; haliciona dari kelas demospongia.

• Reproduksi Melakukan reproduksi secara: Reproduksi aseksual Terjadi dengan pembentukan tunas, gemmule (tunas internal), dan regenerasi (membentuk individu baru). Reproduksi seksual Dilakukan dengan pembentukan gamet (sperma dan ovum) yang dihasilkan oleh koanosit. Porifera merupakan tumbuhan hermaprodit.

Struktur tubuh Porifera Klasifikasi Porifera Berdasarkan susunan kerangkanya, Porifera dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 1. Calcarea Mempunyai kerangka yang tersusun dari kalsium karbonat, memiliki koanosit besar.

Hidup di air laut yang dangkal. Contoh: • Leucosolenia • Grantia • Scypha • Hexactinellida Mempunyai kerangka yang tersusun dari silica atau zat kersik, mempunyai system saluran air yang sederhana.

Hidup di air laut yang dalam. Contoh: • Euplectella • Pheronema • Demospongiae Mempunyai kerangka yang tersusun dari silikat bersama-sama spongin,atau hanya spongin saja.Sistem saluran air umumnya rumit.

Contoh : • Euspongia • Spongilla Sistem Saluran air Porifera Contoh spesies Porifera B. COELENTERATA Ciri-ciri umum: 1. Ukuran dan bentuk tubuh • Ukuran tubuh beranekaragam, ada yang mencapai 2 • Bentuk tubuh simetri radial yang menyerupai kantung dengan beberapa tentakel di sekitar mulut.

• Mempunyai 2 (dua) bentuk tubuh, yaitu : • Polip, tubuh berbentuk tabung. Salah satu ujungnya tertutup, berfungsi untuk melekatkan tubuhnya pada benda lain dan pada salah satu ujungnya terdapat • Medusa, tubuh berbenttuk payung, di tepinya terdapat tentakel. Dengan bentuk sepeti ini Coelenterata dapat berenang bebas dan biasanya disebut ubur-ubur.

2. Struktur dan fungsi tubuh • Golongan hewan diploblastik Dengan jaringan ektoderm (epidermis) dan endoderm (gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai pelindung, sedangkan endoderm berfungsi sebagai alat pencernaan. • Sel-sel gastrodermis berbatasan Dengan gastrosoel atau gastrovaskuler (rongga pencernaan yang berbentuk kantung).

Pencernaan berlangsung secara ekstraseluler (dalam gastrovaskuler) dan intraseluler (di dalam sel-sel gastrodermis) • Mempunyai sel-sel penyengat ( nematokist/knidoblas).

• Pada nematokist terdapat penusuk yang disebut knidosit 3. Cara hidup Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton atau hewan kecil di air. 4. Habitat Hidupnya akuatik di air tawar laut. Umumnya hidup dilaut maupun air tawar. 5. Reproduksi Reproduksi pada Coelenterata terjadi secara seksual dan aseksual. • Reproduksi aseksual Dengan pembentukan tunas yang terjadi pada Coelenterata bentuk polip dan akan tetap melekat dekat polip, sehingga membentuk koloni.

• Reproduksi seksual Dilakukan dengan pembentukan gamet (sperma dan ovum) yang terjadi pada bentuk medusa, tetapi ada beberapa pada bntuk polip misalnya pada Hydra. Klasifikasi Coelenterata Jenis Coelenterata yang telah teridentifikasi sekitar 10.000 spesies. Pembagian spesies Coelenterata berdasarkan bentuk kehidupan yang dominan dalam siklus hidupnya, terdiri dari 3 kelas yaitu: 1. Hydrozoa Siklus hidup memiliki fase polip dan medusa, salah satu contoh organismenya adalah Hydra viridis yang hidup di air tawar, bentuk tubuhnya selalu polip dan bertunas.

Contoh lainnya adalah Obelia geniculata yang hidup di air laut, bentuk tubuhnya polip & medusa, Obelia memiliki Polip Hydrant yang berfungsi sebagai pemangsa dan Polip Gonagium sebagai alat reproduksi, selain itu Obelia juga bertuna 2. Scyphozoa Scypozoa mempunyai ciri-ciri tubuh medusa berukuran besar, berbentuk seperti paying atau lonceng, dan memiliki tentakel yang mengandung sel penyengat.

Reproduksinya mengalami metagenesis. Contoh : Aurelia aurita 3. Anthozoa Anthozoa memilki tubuh yang mirip bunga, hanya bersifat polip dan tubunhya mengandung kerangka dan zat kapur yang keras dan dapat membentuk terumbu karang atau atol. Anthozoa terbagi menjadi dua yaitu: • Hexacoralia Contoh : Fungia patella, Acrophora, Oculina, Meandrina, Astrea pallida.

• Octacoralia Contoh : Euplexaura anthipathes, Corralium rubrum, Tubifora musica. C. PLATYHELMINTHES Platyhelminthes (Yunani, Platy = pipih; Helminthes = cacing) atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang lebih sempurna dibanding Porifera maupun Coelenterata.

Termasuk hewan triplobastik karena memiliki tiga lapisan sel yaitu, ectoderm, mesoderm, dan endoderm. 1. Ciri-Ciri umum Antara lain sebagai berikut: • Tubuh simetris bilateral • Bentuk tubuhnya pipih dan lunak • Tubuh tidak bersegmen kecuali Cestoda • Lapisan tubuh Triploblastik Aselomata • Alat eksresinya menggunakan flame cell • Mempunyai mata • Bersifat Hermafrodit • Tidak mempunyai alat respirasi • Sistem pencernaannya Gastrovaskuler • Sistem saraf Ganglion • Hidup bebas di air tawar dan tempat lembab 2.

Struktur Tubuh Platyhelminthes Antara lain sebagai berikut: • Tidak memiliki ubur-ubur berkembang biak dengan cara tubuh ( aselomata) • Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus yang bercabang ke seluruh tubuhnya.

• Tidak memiliki sistem sirkulasi, respirasi, dan • Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel • Sistem ekskresi pada kelompok platyhelminthes tertentu ubur-ubur berkembang biak dengan cara menjaga kadar air dalam • Sistem saraf tangga tali yang terdiri dari; sepasang simpul saraf ( ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.

Beberapa kelompok yang hidup parasit, sistem sarafnya tidak berkembang • Organ reproduksi jantan ( testis) dan reproduksi pada betina ( ovarium) terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hermaprodit. Organ reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuhnya 3. Cara Hidup Hidup bebas maupun parasit.

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan atau tumbuhan kecil maupun sisa organisme. Sedangkan yang hidup parasit kebutuhan hidupnya tergantung sepenuhnya pada inangnya (host). 4. Reproduksi Reproduksi pada Platyhelminthes terjadi secara seksual dan aseksual. • Reproduksi aseksual, secara fragmentasi misalnya pada Planaria • Reproduksi seksual yaitu terjadinya fertilisasi silang antara dua individu maupun satu individu (hermaprodit) melalui peleburan antara sperma dan ovum.

5. Klasifikasi Platyhelminthes Berdasarkan segmentasi tubuhnya, ada tidaknya ubur-ubur berkembang biak dengan cara pencernaan dan cara hidupnya, Platyhelminthes dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu: • Turbelaria (cacing getar) Contoh : Planaria ( Dugesia tigrina) • Trematoda (cacing hati) Contoh : Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, Schistosoma japonicum, Fasciolapsis busci, Paragonimus westermani • Cestoda (cacing pita) Contoh : Taenia saginata, Taenia solium, Diphylobotrium latum D.

NEMATHELMINTHES Nemathelminthes (Yunani, nema = benang, helminthes = cacing). Disebut juga sebagai cacing gilig karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Berbeda dengan platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, maka Nemathelminthes disebut sebagai hewan pseudoselomata. 1. Ciri-Ciri Nemathelminthes Antara lain sebagai berikut: • Tubuh simetris bilateral • Bentuk tubuh bulat dan panjang • Tidak mempunyai segmen tubuh • Lapisan tubuh Triploblastik pseudocelomata • Alat ekskresi sel glanduler • Reproduksi dengan Gonokoris • Respirasi dengan cara difusi melalui seluruh permukaan tubuh • Alat pencernaan lengkap • Sistem saraf Ganglion cerebral 2.

Struktur Tubuh Nemathelminthes Antara lain sebagai berikut: • Permukaan tubuh dilapisi kutikula untuk melindungi diri. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup di usus inang daripada yang hidup bebas. Kutikula ini berfungsi untuk melindungi diri dari enzim pencernaan • Sistem pencernaan yang lengkap, karena telah memiliki mulut, faring, usus, dan anus.Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus pada ujung • Tidak memiliki pembuluh darah.

Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom. • Pernapasan dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan • Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu 3.

Cara hidup Ada yang hidup sebgai parasit pada manusia, hewan, dan tumnbuhan, ada pula yang hidup bebas. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan dalam penguraian sampah organik. Sedangkan cacing parasit memperoleh makanan berupa sari makanan atau darah dari tubuh inangnya. 4. Reproduksi Antara lain sebagai berikut: • Umumnya melakukan reproduksi secara • System reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang • Individu betina berukuran lebih panjang dari pada individu jantan.

• Fertilisasi secara internal. Hasil fertilisasi lebih dari seratus ribu telur per hari. Telur dapat membentuk kista. Kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan. 5. Klasifikasi Nemathelminthes Nemathelminthes yang sudah teridentifikasi sekitar 80.000 spesies. Namun jumlah spesies sesungguhnya diperkirakan mencapai 10 ubur-ubur berkembang biak dengan cara lipat dari spesies yang telah diidentifikasi.

Beberapa contoh spesies Nemathelminthes : • Ascaris lumbricoides (cacing perut) Hidup parasit pada usus halus manusia dan menyebabkan penyakit Ascariasis atau cacingan. Hewan ini bersifat kosmopolit (dapat hidup di segala tempat), terutama di daerah tropis. Bentuk tubuhnya bulat panjang dengan bagian ujung meruncing. Mulut terletak pada bagian anterior yang dilengkapi 3 buah bibir, ubur-ubur berkembang biak dengan cara lubang ekskresi terdapat di permukaan ventral di belakang mulut.

Dibawah epidermis terdapat otot memanjang, tetapi tidak ditemukan otot melingkar. Daur hidup : • Telur yang telah dibuahi keluar bersama fases • Jika telur tersebut tertelan bersama makanan/minuman, maka di dalam usus telur akan menetas menjaddi larva kecil, kemudian menembus dinding usus, bersama aliran darah menuju ke jantung dan paru-paru. Dari paru-paru larva ini dapat mencapai trachea kemudian tertelan lagi dan sampai di usus halus kemudian tumh menjadi cacing dewasa.

• Ancylostoma duodenale (cacing tambang) Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan daerah tropis. Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia. Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing perut. Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1-4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya.

Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi. Alat ubur-ubur berkembang biak dengan cara digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin. Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya. • Oxyuris vermicularis (cacing kremi) Cacing ini disebut cacing kremi karena ukurannya yang sangat kecil. sekitar 10 -15 mm.

Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia. Cacing kremi tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup mengganggu. Infeksi cacing kremi tidak memerlukan perantara.Telur cacing dapat tertelan bila kita memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing ini. Pengulangan daur infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole penderita sendiri.

Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal. Jika penderita sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka infeksi cacing kremi akan terjadi kembali. • Wuchereria bancrofti (cacing rambut) Cacing rambut dinamakan pula cacing filaria.

Tempat hidupnya di dalam pembuluh limfa. Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah (elefantiasis), yaitu pembengkakan tubuh. Pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh limfa yang tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah banyak.

Cacing filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Culex yang banyak terdapat di daerah tropis.

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

• Trichinella spiralis Cacing ini hidup pada otot manusia dan menyebabkan penyakit trikhinosis atau kerusakan otot. Manusia yang terinfeksi cacing ini karena memakan daging yang tidak dimasak dengan baik.

E. ANNELIDA Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelmintes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Baca Artikel Terkait Tentang Materi : Penjelasan Platyhelminthes Beserta Struktur, Ciri, Klasifikasi Dan Peranannya 1.

Ciri-Ciri Annelida Antara lain sebagai berikut: • Triploblastik Selomata • Simetris Bilateral • Panjang, bersegmen, berambut • Sekresi dengan nephridia • Hemafrodit dan gonokoris • Reproduksi dengan seksual • Pernafasan difusi & insang • System syaraf tangga tali • Pencernaan lengkap • Peredarn darah dengan 5 lengkung aorta 2.

Struktur Tubuh Annelida Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal). Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.

Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung ubur-ubur berkembang biak dengan cara, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.

Nefridia (tunggal-nefridium) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka npori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.

3. Cara hidup dan habitat Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri. 4. Reproduksi Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet.

Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris). 5. Klasifikasi Annelida Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: a) Polychaeta Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.

Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal=parapodium) pada setiap segmen tubuhnya. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.

Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis (cacing palolo), dan Lysidice oele (cacing wawo). b) Oligochaeta Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit.

Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen. Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah. Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah. Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.

Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak. c) Hirudinea Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1-30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.

Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.

Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan ubur-ubur berkembang biak dengan cara (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin. F. Mollusca Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak.

Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. 1. Ciri-Ciri Mollusca Antara lain sebagai berikut: • Tubuhnya bilateral simetris • Dinding tubuhnya bersifat tripoblastik • Tubuh pendek terlindung cangkokyang tersusun atas zat kapur yang dihasilkan ubur-ubur berkembang biak dengan cara zat mantel.

Struktur kepala Mollusca semakin berkembang • Alat pencernaan telah berkembang sempurna • Kecuali Cephalopoda, peredaran darahnya terbuka jantungnya terdiri atas bagian dorsal yang dikelilingi pericardium • Pernapasannya dilakukan oleh pulmonum, epidermis, insang atau mantel • Alat ekskresinya berupa ginjal • Reproduksi secara seksual • Sistem syarafnya berupa tiga pasang simpul syaraf (ganglion) yaitu ganglion serebral, ganglion visceral, dan ganglion pedal, ketiganya dihubungkan oleh serabut-serabut syaraf • Alat kelamin umumnya terpisah (dioesus), tetapi ada pula yang hermaphrodit.

Yang berkelamin terpisah, pembuahannya eksternal 2. Struktur Tubuh Mollusca Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama : Kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot.

Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali. Pada beberapa molluska kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak. Massa viseral merupakan kumpulan sebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi.

Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan.Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi, dan anus. Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang. Sistem saraf mollusca terdiri dari cincin saraf yang nengelilingi esofagus dengan serabut saraf yang melebar. Sistem pencernaan mollusca lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.

Ada pula yang memiliki rahang dan lidah pada mollusca tertentu. Lidah bergigi yang melengkung kebelakang disebut radula.

Radula berfungsi untuk melumat makanan. Mollusca yang hidup di air bernapas dengan insang. Sedangkan yang hidup di darat tidak memiliki insang. Pertukaran udara mollusca dilakukan di rongga mantel berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paru-paru. Organ ekskresinya berupa seoasang nefridia yang berperan sebagai ginjal. 3. Cara hidup dan habitat Mollusca hidup secar heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme.

Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit. 4. Reproduksi Mollusca bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling terpisah pada individu lain.

Fertilisasi dilakukan secara internal dan eksternal untuk menghasilkan telur. Telur berkembang menjadi larva dan berkembang lagi menjadi individu dewasa. 5. Klasifikasi Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Molluska dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu: a) Gastropoda Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya.

Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel ubur-ubur berkembang biak dengan cara.

Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang.

Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel. b) Pelecypoda Pelecypoda diidentefikasikan sebagai kerang (Anadara sp.), tiram mutiara (Pinctada margaritifera dan Pinctada mertinsis), kerang raksasa (Tridacna sp.), dan kerang hijau (Mytilus viridis).

Pelecypoda memiliki ciri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti kapak. Kaki Pelecypoda dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat atau menggali pasir dan lumpur. Pelecypoda ada yang hidup menetap dan membenamkan diri di dasar perairan.

Pelecypoda mampu melekat pada bebatuan, cangkang hewan lain, atau perahu karena mensekresikan zat perekat. Pelecypoda memiliki dua buah cangkang pipih yang setangkup sehingga disebut juga Bivalvia. Kedua cangkang pada bagian tengah dorsal dihubungkan oleh jaringan ikat (ligamen) yang berfungsi seperti engsel untuk membuka dan menutup cangkang dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot.

Cangkang tersusun dari lapisan periostrakum, prismatik, dan nakreas. Pada tiram mutiara, jika di antara mantel dan cangkangnya masuk benda asing seperti pasir, lama-kelamaan akan terbentuk mutiara. Mutiara terbentuk karena benda asing tersebut terbungkus oleh hasil sekresi palisan cangkang nakreas.Pelecypoda tidak memiliki kepala. Mulutnya terdapat pada rongga mantel, dilengkapi dengan labial palpus. Pelecypoda tidak memiliki rahang atau radula. Maka makanannya berupa hewan kecil seperti protozoa, diatom, dan sejenis lainnya.Insang Pelecypoda berbentuk lembaran sehingga hewan ini disebut juga Lamellibranchiata (dalam bahasa latin, lamella = lembaran, branchia = insang).

Lembaran insang dalam rongga mantel menyaring makanan dari air yang masuk kedalam rongga mantel melalui sifon (corong). Sistem saraf Pelecypoda terdiri dari tiga pasang ganglion yang saling berhubungan. Tiga ganglion tersebut adalah ganglion anterior, ganglion pedal, dan ganglion posterior. Reproduksi Pelecypoda terjadi secara seksual. Organ seksual terpisah pada masing-masing individu.

Fertilisasi terjadi secara internal maupun eksternal.Pembuahan menghasilkan zigot yang kemudian akan menjadi larva. c) Cephalopoda Cephalopoda (dalam bahasa latin, chepalo = kepala, podos = kaki) merupakan Mollusca yang memiliki kaki di kepala. Anggota Cephalopoda misalnya sotong (Sepia officinalis), cumi-cumi (loligo sp.), dan gurita (Octopus sp.) Hidup Cephalopoda seluruhnya di laut dengan merayap atau berenang di dasar laut.

Makananya berupa kepiting atau invertebrata lainnya. Sebagai hewan pemangsa, hampir semua Cephalopoda bergerak cepat dengan berenang.Kebanyakan Cephalopoda memiliki organ pertahanan berupa kantong tinta. Kantong tinta berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat atau hitam yang terletak di ventral tubuhnya.Tinta ini akan di keluarkan jika hewan ini merasa terancam dengan cara menyemburkannya.

Cephalopoda memiliki kaki berupa tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsanya. Cephalopoda memiliki sistem saraf yang berpusat di kepalanya menyerupai otak. Untuk reproduksi hewan ini berlangsung secara seksual. Cephalopoda memiliki organ reproduksi berumah dua (dioseus). Pembuahan berlangsung secra internal dan menghasilkan telur. G. ECHINODERMATA Echinodermata (dalam bahasa yunani, echino = landak, derma = kulit) adalah kelompok hewan triopoblastik selomata yang memilki ciri khas adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit.

1. Ciri-Ciri Echinodermata Antara lain sebagai berikut: • Memiliki tiga lapisan embrional (triploblastik) • Simetri tubuh bilateral pada fase larva dan radial pada fase dewasa • Terdapat pembagian tubuh anterior dan posterior • Euselomata / selomata • Tidak memiliki segmen tubuh • Sistem pencernaan sempurna, ada beberapa jenis yang tidak memiliki anus • Tidak memiliki sistem peredaran darah • Sistem pernapasan berupa insang kecil atau papulaedan ada juga yang menggunakan kaki ambulakral ubur-ubur berkembang biak dengan cara tabung), atau teripang laut • Tidak memiliki sistem ekskresi • Sistem saraf dibentuk oleh saraf cincin, saraf radial dan saraf jala • Reproduksi secara aseksual (regenerasi) dan seksual.

Pada umumnya memiliki kelamin yang terpisah namu beberapa jenis bersifat hermaprodit • Penyokong tubuh berupa kerangka dalam (endoskleton), berupa pelat dan berada dibawah kulit. 2. Struktur Tubuh Echinodermata Permukaan Echinodermata umumnya berduri, baik itu pendek tumpul atau runcing panjang.

Duri berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa. Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral. Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian yang menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung ambulakral.

Kaki ambulakral memiliki alat isap. sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Sistem ekskresi tidak ada. Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kulit. Sistem sirkulasi belum berkembang baik. Echinodermata melakukan respirasi dan makan pada selom. Sistem saraf Echinodermata terdiri dari cincin pusat saraf dan cabang saraf.

Echinodermata tidak memiliki otak. Untuk reproduksi Echinodermata ada yang bersifat hermafrodit dan dioseus. 3. Cara hidup dan habitat Echinodermata merupakan hewan yang hidup bebas.

Makanannya adalah kerang, plankton, dan organisme yang mati. Habitatnya di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam. 4. Reproduksi Echinodermata bersifat dioseus bersaluran reproduksi sederhana. Fertilisasi berlangsung secara eksternal.

Zigot berkembang menjadi larva yang simetris bilateral bersilia. Hewan ini juga dapat beregenerasi. 5. Klasifikasi Echinodermata Echinodermata dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu: a) Asteroidea Asteroidea merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1.600 spesies. Asteroidea juga sering disebut bintang laut.Contoh spesies ini adalah Acanthaster sp., Linckia sp., dan Pentaceros sp.

Tubuh Asteroidea memiliki duri tumpul dan pendek.Duri tersebut ada yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut Pediselaria. Fungsi pediselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran.

Pada bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral. Pada hewan ini, kaki ambulakral selain untuk bergerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat kuat pada suatu dasar.

Sistem ambulakral Asteroidea terdiri dari : • Medreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian dorsal tubuh.

• Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat • Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan • Kaki ambulakral merupakan juluran saluran radial yang keluar.

Anggota Asteroidea memiliki kemampuan regenerasi yang sangat besar. Setiap bagian lengannya dapat beregenerasi dan bagian cakram pusat yang rusak dapat diganti. Asteroidea merupakan hewan dioseus, organ kelamin berpasangan pada setiap lengan, dan fertilisasi terjadi di luar tubuh.

b) Ophiuroidea Ophiuroidea terdiri dari 2.000 spesies, contohnya adalah bintang ular (Ophiothrix). Ophiuroidea (dalam bahasa ubur-ubur berkembang biak dengan cara, ophio = ular) berbentuk seperti asteroidea, namun lengannya lebih langsing dan fleksibel.

Cakram pusatnya kecil dan pipih dengan permukaan aboral (dorsal) yang halus atau berduri tumpul. Ophiuroidea tidak memiliki pediselaria. Cakram pusat berbatasan dengan lengan-lengannya. Hewan ini pun juga dapat beregenerasi. c) Echinoidea Echinoidea berbentuk bola atau pipih, tanpa lengan.Echinoidea yang berbentuk bola misalnya bulu babi (diadema saxatile) dan landak laut (Arabcia punctulata).

Permukaan tubuh hewan ini berduri panjang. Echinoidea memilki alat pencernaan khas, yaitu tembolok kompleks yang disebut lentera aristoteles.

Fungsi dari tembolok tersebut adalah untuk menggiling makanannya yang berupa ganggang atau sisa-sisa organisme. Echinoidea yang bertubuh pipih misalnya dolar pasir (Echinarachnius parma). Permukaan sisi oral tubuhnya pipih, sedangkan sisi aboralnya agak cembung.Tubuhnya tertutupi oleh duri yang halus dan rapat.

Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran.Kaki ambulakral hanya terdapat di sisi oral yang berfungsi utuk mengangkut makanan. d) Holothuroidea Holothuroidea dikenal dengan nama timun laut atau teripang. Contoh hewan ini adalah Cucumaria sp., Holothuria sp., dan Bohadschia argus. Hewan ini tidak berlengan dan anus terdapat pada kutub yang berlawanan dari tubuhnya. Daerah ambulakral dan inter-ambulakral tersusun berselang-seling di sepanjang tubuhnya.

Alur ambulakral tertutup, madreporit terdapat di rongga tubuhnya. Sebagian kaki ambulakral termodifikasi menjadi tentakel oral. Sistem respirasinya disebut pohon respirasi, karena sistem tersebut terdiri dari dua saluran utama yang bercabang pada rongga tubuhnya.Keluar dan masuknya air melalui anus. e) Crinoidea Hewan ini berbentuk seperti tumbuhan.Crinoidea terdiri dari kelompok yang tubuhnya bertangkai dan tidak bertangkai.

Kelompok yang bertangkai dikenal sebagai lili laut, sedangkan yang tidak bertangkai dikenal sebagai bintang laut berbulu. Contoh lili laut adalah Metacrinus rotundus dan untuk bintang laut berbulu adalah Oxycomanthus benneffit dan Ptilometra australis.

Lili laut menetap di kedalaman 100 m atau lebih. Sedangkan yang berbulu hidup di daerah pasang surut sampai laut dalam. Kedua kelompok tersebut memiliki oral yang menghadap ke atas. Lengannya yang berjumlah banyak mkengelilingi bagian kaliks (dasar tubuh). Pada kaliks terdapat mulut dan anus. Jumlah lengan kelipatan lima dan mengandung cabang-cabang kecil yang disebut pinula.Sistem ambulakral tidak memiliki madreporit dan ampula.

Crinoidea adalah pemakan cairan, misalnya zooplankton atau partikel makanan. I. ARTHROPODA Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruasbuku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.

Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya. Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. 1. Ciri tubuh Ciri tubuh Arthropoda meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.

2. Ukuran dan bentuk tubuh Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam. 3. Struktur tubuh Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi. Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu Kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Ciri lain dari Arthropoda adalah adanya kutikula keras yang membentuk rangka luar (eksoskeleton).

Eksoskeleton tersusun dari kitin yang di sekresikan oleh sel kulit. Eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat.

Eksoskeleton terdiri dari lempengan-lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang fleksibel dan lunak. Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan tubuh. Oleh karena itu, tahap pertumbuhan Arthropoda selalu diikuti dengan pengelupasan eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton baru. Tahap pelepasan eksoskeleton disebut dengan molting atau ekdisis. Hewan yang biasanya melakukan ekdisis misalnya kepiting, udang, dan laba-laba. Sistem saraf Arthropoda berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya.

Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia. Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan. Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak. Sistem pencernaan Arthropoda terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Mulutnya dilangkapi dengan berbagai alat tambahan yang beragam, misalnya mandibula dan maksila pada belalang. Arthropoda bernapas dengan insang, trakea, atau paru-paru buku.

Sisa metabolisme berupa cairan dikeluarkan oleh organ ekskresi yang disebut saluran/tubula Malpighi, kelenjar ekskresi, atau keduanya. Sistem sirkulasi Arthropoda bersifat terbuka. Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah pendek, dan ruang disekitar organ tubuh yang disebut sinus atau hemosol.

Darah Arthropoda disebut juga hemolimfa. 4. Cara hidup dan habitat Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau simbiotik. Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah. Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput. 5. Reproduksi Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual. Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis.

Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan). Individu yang dihasilkan bersifat steril. Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua).

Hasil fertilisasi berupa telur. 6. Klasifikasi Arthropoda diklasifikasikan menjadi 20 kelas berdasarkan struktur tubuh dan kaki. Berikut ini akan diuraikan empat kelas diantaranya yang paling umum, yaitu”: a) Arachnoidea Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba) disebut juga kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba saja.

Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya sekitar 32 spesies. Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm.

Arachnoidea merupakan hewan terestrial ubur-ubur berkembang biak dengan cara yang hidup secara bebas maupun parasit. Arachnoidea yang hidup bebas bersifat karnivora. Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan Acarina. Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen abdomen terakhir, contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan ketunggeng (Buthus after). Pada Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar beracun pada kaliseranya (alat sengat), contoh hewan ini adalah Laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila maculata).

Acarina memiliki tubuh yang sangat kecil, contohnya adalah caplak atau tungau (Acarina sp.). Ubur-ubur berkembang biak dengan cara adalah ciri-ciri dari salah satu hewan Arachnoidea yang sering kita jumpai, yaitu laba-laba. Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada bagian posterior.

Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput (kepala) dan bagian toraks (dada). Pada sefalotoraks terdapat sepasang kalisera (alat sengat), sepasang pedipalpus (capit), dan enam pasang kaki untuk berjalan.

Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada mulut. Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Didalam spineret terdapat banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau kelenjar benang abdomen.

Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa. Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea.Paru-paru buku adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian abdomen.

Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula ( tunggal = tubulus ) Malpighi. Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus.

Selain Tubula Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal. Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen pada kaki insecta).

b) Myriapoda Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria = banyak, podos = kaki) merupakan hewan berkaki banyak. Hewan kaki seribu adalah salah satunya yang terkadang kita lihat di lingkungan sekitar kita.

Myriapoda hidup di darat pada tempat lembap, misalnya di bawah daun, batu, atau tumpukan kayu. Bagian tubuh Myriapoda sulit dibedakan antara toraks dan abdomen.Tubuhnya memanjang seperti cacing. Pada kaput terdapat antena, mulut, dan satu pasang mandibula (rahang bawah), dua pasang maksila (rahang atas), dan mata yang berbentuk oseli (mata tunggal). Tubunya bersegmen dengan satu hingga dua pasang anggota badan pada tiap segmennya. Setiap segmen ubur-ubur berkembang biak dengan cara lubang respirasi yang disebut spirakel yang menuju ke trakea.

Ekskresinya dengan tubula malpighi. Myriapoda bersifat dioseus dan melakukan repsroduksi seksual secara internal.

Myriapoda dibedakan menjadi dua ordo, yaitu Chilopoda dan Diplopoda. c) Chilopoda Kelompok hewan ini dikenal sebagai kelabang.Tubuhnya memanjang dan agak pipih. Pada kepalanya terdapat antena dan mulut dengan sepasang mandibula dan dua pasang maksila. Pada tiap segmen tubuhnya terdapat kaki dan sepasang spirakel. Pasangan pertama kaki termodifikasi menjadi alt beracun. Alat penyengat digunakan unutk menyengat musuh atau pengganggunya.

Sengatannya menimbulkan bengkak dan rasa sakit. Contoh hewan ini adalah kelabang (scutigera sp.). d) Diplopoda Hewan pada ordo ini dikenal dengan kaki seribu, meskipun jumlah kakinya bukan berjumlah seribu. Ada yang menyebutkan nama lain seperti keluwing.

Tubuhnya bulat panjang. Mulutnya terdiri dari dua pasang maksila dan bibir bawah. Pada tiap segmen tubuhnya terdapat dua pasang kaki dan dua pasang spirakel.

Diplopoda tidak memiliki cakar beracun karenanya hewan ini bersifat hebivora atau pemakan sisa organisme. Gerakkan hewan ini lambat dengan kaki yang bergerak seperti gelombang. Bila terganggu hewan ini akan menggulungkan tubuhnya dan pura-pura mati. Contoh hewan ini adalah kaki seribu(lulus sp.).

e) Crustacea Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta = kulit) memiliki kulit yang keras. Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok ini. Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun ada yang hidup di darat. Crustacea dibedakan menjadi dua subkelas berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu Entomostraca dan Malacostraca. f) Entomostraca Entomostraca adalah crustacea yang berukuran mikroskopik, hidup sebagai zooplankton atau bentos di perairan, dan juga ada yang sebagai parasit.

Contoh hewan ini adalah Daphnia, Cypris virens, dan Cyclops sp. g) Malacostraca Malacostraca adalah crustacea yang berukuran lebih besar dari pada entomostraca. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah Udang, lobster, dan kepiting. Berikut akan dibahas sedikit mengenai urain hewan kelompok satu ini. Udang memiliki ekssoskeleton yang keras untuk melindungi tubuhnya. Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu kaput dan toraks yang menyatu membentuk sefalotoraks, serta abdomen. Dibagian sefalotoraks dilindungi oleh eksoskeleton yang keras berupa karapaks.Karapaks memiliki duri di ujung anterior yang disebut rostrum.

Di dekat rostrum terdapar mata faset ( majemuk) yang bertangkai. Pada kaput sefalotoraks merupakan penyatuan lima segmen. Dibagian kaput terdapat sepasang antenula, sepasang antena, dan tiga pasang bagian mulut.

Antenula berfungsi sebagai alat peraba, sedangkan antena sebagai alat keseimbangan tubuh. Tiga pasang mulut terdiri dari sepasang mandibula dan dua pasang maksila. Pada bagian toraks terdiri dari delapan segmen, terdapat tiga pasang maksiliped, sepasang seliped, dan empat pasang kaki jalan(periopod).

Maksiliped tersebut berfungsi sebgai penyaring makanan.Seliped berfungsi untuk mencari makanan dan melindungi diri dari musuh. Pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang (pleopod).

Pada ujung posterior terdapat telson dan sepasang alat kemudi untuk berenang (urupod). Pada udang jantan, pasangan pleopod 1 dan 2 bersatu menjadi gonopod.

Gonopod berfungsi sebagai penyalur sperma saat kopulasi. Sedangkan pada wanita berfungsi untuk melekatkan telur dan membawa anaknya.

Saluran pencernaan udang terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Mulut dan esofagus terletak di bagian bawah sefalotoraks. Lambung (terletak di sefalotoraks) dan usus (terletak di abdomen) berada disepanjang bagian dorsal tubuh. Hati yang merupakan kelanjar pencernaan terletak di bagian toraks dan abdomen.

Makanan udang berupa berudu, larva, serangga, dan ikan-ikan kecil. Sisa metabolisme dikeluarkan melalui alat kelenjar hijau yang terletak di kepalanya. Pernapasan dilakukan dengan insang yang terdapat di bagian ventral tubuhnya dekat kaki. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan sinus yang rongganya berdinding tipis.Organ kelamin bersifat dioseus.

i) Insecta Insecta (dalam ubur-ubur berkembang biak dengan cara latin, insecti = serangga).Banyak anggota hewan ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, ubur-ubur berkembang biak dengan cara, capung, jangkrik, belalang,dan lebah.Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah. Karena itu pula sering juga disebut hexapoda.

Insecta dapat hidup ubur-ubur berkembang biak dengan cara bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan darat. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang. Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit. Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli).Insecta memiliki organ perasa disebut palpus.

Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga.Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh. Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea.

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus.

2. Vertebrata Vertebrata adalah subfilum dari chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang punggung terdiri dari tulang. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari chordata. Pada vertebrata dapat dimasukkan ke dalam semua jenis ikan (kecuali remang, belut Jeung, “lintah laut”, atau hagfish), amfibi, reptil, burung, dan mamalia. Kecuali untuk jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang kaki.

Vertebrata memiliki sistem yang terdiri dari banyak pasangan massa otot, dan juga sistem saraf pusat yang biasanya terletak di tulang belakang. Sistem pernapasan menggunakan insang ubur-ubur berkembang biak dengan cara paru-paru.

Baca Artikel Terkait Tentang Materi : Pengertian Dan 10 Hewan Vertebrata Lengkap Beserta Contohnya Klasifikasi Vertebrata Kerajaan hewan (kingdom animalia) kelompok vertebrata terdiri dari lima kelompok, yaitu ikan (Pisces), katak (amfibi), binatang melata (reptil), burung (Aves) dan mamalia (binatang menyusui). 1. Kelompok Ikan Ikan adalah organisme akuatik yang memiliki tubuh ramping. Tubuhnya memiliki bingkai dalam dan luar bingkai dalam bentuk skala. permukaan licin tubuhnya, dan bernapas dengan insang.

Di sisinya adalah garis lateral sebagai indera untuk menentukan kedalaman dan tekanan air. Alat gerak dalam sirip bentuk dan ubur-ubur berkembang biak dengan cara. Ikan termasuk hewan berdarah dingin karena suhu tubuh mereka bervariasi sesuai dengan suhu lingkungan mereka. Ikan Kelas dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu ikan tanpa rahang, ikan bertulang rawan dan ikan bertulang.

• Ikan Tak Berahang Tanpa rahang ikan yaitu belut laut memiliki mulut bulat dilapisi dengan gigi tajam untuk menghisap darah dan merobek tubuh mangsanya. • Ikan Bertulang Rawan ikan bertulang rawan hiu, ikan pari, dan ikan todak. Hiu memiliki kerangka yang terbuat dari tulang rawan dan kulit yang ditutupi oleh bentukan gigi. Hiu termasuk ikan yang memiliki gerak kecepatan tinggi dan termasuk ikan predator ganas. • Ikan Bertulang Keras ikan bertulang ikan memiliki kerangka yang terdiri dari tulang keras atau tulang sejati.

Selain itu, ikan bertulang juga memiliki luar kerangka dalam bentuk sisik berbentuk datar yang menutupi tubuh. Kelompok ikan ini adalah sekelompok ikan terbesar. 2. Amfibi Hewan termasuk amfibi adalah hewan yang dapat hidup di darat dan di air. Ketika berkembang biak, amfibi melepaskan telur dan sperma di dalam air sehingga terjadi pembuahan di luar tubuh. Hasil pembuahan menjadi amfibi larva (berudu) yang hidup di air dan bernapas dengan insang.

Sebagai orang dewasa, amfibi bernapas dengan paru-paru. Demikian pula, ikan, amfibi juga termasuk hewan berdarah dingin. Amfibi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu salamander, katak dan kodok. Perbedaan katak dengan kodok adalah katak hidup selalu dalam basah atau lembab, sementara kodok hidup di tempat yang kering. 3. Reptil Ciri-ciri kelompok reptil yang bernapas dengan paru-paru dan tubuh ditutupi oleh kulit bersisik. kura-kura tubuh dan kura-kura dilindungi oleh carapace pelindung.

Reptil berkembang biak dengan bertelur. Bersama dengan reptil ikan dan amfibi, termasuk hewan berdarah dingin. Reptil terdiri dari: • Keluarga kadal : tokek, bunglon, biawak, Dll. • Keluarga termasuk ular sanca, ular belang, ular hijau, Dll.

• Keluarga penyu termasuk kura-kura. • Keluarga mencakup berbagai jenis lidah buaya. 4. Burung Alat gerak burung adalah sayap depan, sedangkan bagian belakang kaki alat gerak berupa ditutupi dengan sisik. bulu burung terdiri dari protein yang disebut keratin. Bulu berguna sebagai tahan panas dan sempurna untuk tubuh burung. Bentuk burung kaki disesuaikan dengan berbagai adaptasi dan cara mendapatkan makanan.

Burung pemangsa telah melengkung cakar yang menayangkan mencengkeram dan menghancurkan mangsa, seperti elang. perenang burung telah berselaput kemudi kaki, misalnya bebek.

Burung yang memiliki jari ke arah belakang, sehingga mencengkeram objek inangnya, misalnya kutilang, kakatua. Burung memiliki paruh. paruh macam burung disesuaikan dengan jenis makanan. Nuri paruh berguna untuk memecahkan biji, paruh finch berguna untuk mematuk cacing, bangau paruh berguna untuk ikan mangsa yang berada di air, bebek berguna ketika mencari makanan, dan paruh elang berguna untuk merobek daging menjadi kecil sayatan. Karakteristik lain dari burung, yang meliputi hewan homelterm (berdarah panas).

Artinya, suhu tubuh tetap konstan (tetap) setelah suhu lingkungan yang berubah, sedangkan ikan, amfibi, dan reptil termasuk poikilotherm (berdarah dingin). 5. Mamalia (Primata) Ciri utama dari mamalia adalah memiliki kelenjar susu, rambut (bukan bulu), bernapas dengan paru-paru, melahirkan, dan berdarah panas (homeiterm). Demikianlah pembahasan mengenai Kingdom Animalia – Ciri, Struktur, Klasifikasi dan Contoh semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.

🙂 🙂 🙂 Sebarkan ini: • • • • • Posting pada Biologi Ditag animalia vertebrata, apa peranan animalia bagi kehidupan, bagaimana anggota kingdom animalia dikelompokkan, ciri ciri kingdom animalia, ciri ciri kingdom animalia brainly, ciri ciri kingdom animalia invertebrata dan vertebrata, ciri-ciri divisio serta peranannya, ciri-ciri invertebrata, contoh filum porifera, dasar klasifikasi filum, filum hewan dan contohnya, gambar kingdom animalia, hewan klasifikasi yang lebih rendah, kingdom animalia invertebrata, kingdom animalia pdf, kingdom animalia terdiri atas, kingdom animalia vertebrata, kingdom filum, makalah animalia, makalah kingdom animalia, materi metazoa, peranan animalia, perbedaan kingdom animalia, peta konsep kingdom animalia, pohon filogeni kingdom animalia, rangkuman animalia kelas 10 semester 2, sebutkan 8 filum invertebrata, simetri tubuh animalia Navigasi pos • Contoh Teks Editorial • Contoh Teks Laporan Hasil Observasi • Teks Negosiasi • Teks Deskripsi • Contoh Kata Pengantar • Kinemaster Pro • WhatsApp GB • Contoh Diksi • Contoh Teks Eksplanasi ubur-ubur berkembang biak dengan cara Contoh Teks Berita • Contoh Teks Negosiasi • Contoh Teks Ulasan • Contoh Teks Eksposisi • Alight Motion Pro • Contoh Alat Musik Ritmis • Contoh Alat Musik Melodis • Contoh Teks Cerita Ulang • Contoh Teks Prosedur Sederhana, Kompleks dan Protokol • Contoh Karangan Eksposisi • Contoh Pamflet • Pameran Seni Rupa • Contoh Seni Rupa Murni • Contoh Paragraf Campuran • Contoh Seni Rupa Terapan • Contoh Karangan Deskripsi • Contoh Paragraf Persuasi • Contoh Paragraf Eksposisi • Contoh Paragraf Narasi • Contoh Karangan Narasi • Teks Prosedur • Contoh Karangan Persuasi • Contoh Karangan Argumentasi • Proposal • Contoh Cerpen • Pantun Nasehat • Cerita Fantasi • Memphisthemusical.Com
Setiap makhluk hidup harus bereproduksi demi melanjutkan keberlangsungan hidup spesies serta mewariskan gen kepada keturunannya.

Hal tersebut bisa dilakukan lewat 2 cara, yaitu secara seksual atau aseksual. Reproduksi aseksual adalah proses reproduksi yang hanya membutuhkan satu orang tua saja dan tidak ubur-ubur berkembang biak dengan cara proses miosis atau fertilisasi. Cara reproduksi ini umumnya digunakan oleh spesies yang tidak terlalu kompleks, seperti bakteri, jamur, dan beberapa spesies invertebrata. Jenis reproduksi aseksual yang digunakan juga akan berbeda-beda tergantung dengan spesies hewan tersebut.

Melansir laman ThoughtCo, berikut 5 jenis reproduksi aseksual. ilustrasi pembelahan biner (unsplash.com/CDC) Pembelahan biner merupakan proses ubur-ubur berkembang biak dengan cara aseksual yang digunakan oleh organisme yang tidak memiliki membran inti, seperi anggota domain arkea dan beberapa jenis bakteri. Cara reproduksi ini dimulai dengan sel tunggal menyalin DNA-nya yang kemudian membelah menjadi 2 sel yang sama.

Walaupun sel yang dihasilkan bersifat identik, variasi sel akan muncul jika terjadi mutasi pada saat proses reproduksi. Hal ini menjadi alasan bakteri bisa menjadi imun terhadap antibiotik.

ilustrasi tunas (unsplash.com/Hansjörg Keller) Budding atau bertunas merupakan proses reproduksi aseksual di mana organisme baru tumbuh dari organisme dewasa melalui bagian yang dinamakan bud atau tunas. Organisme baru yang muncul akan tetap melekat dengan organisme dewasa seiring dengan pertumbuhan organisme tersebut. Organisme baru akan mulai memisahkan diri dengan induknya ketika ia sudah dewasa.

Ubur-ubur berkembang biak dengan cara contoh spesies yang menggunakan jenis reproduksi ini adalah ragi, ubur-ubur bulan, dan organisme multiseluler seperti hydra. ilustrasi bintang laut (unsplash.com/David Clode) Beberapa organisme multiseluler seperti bintang laut bisa memecah diri menjadi fragmen-fragmen.

Para fragmen tersebut nantinya akan berkembang menjadi dewasa dan tumbuh menjadi suatu organisme utuh. Ini lah yang disebut dengan fragmentasi. Fragmen atau potongan tubuh yang terpisah bisa terjadi secara natural atau terputus karena cedera. Organisme dewasa yang kehilangan bagian tubuhnya bisa meregenerasi bagian tubuh tersebut dan menjadi utuh seperti semula. Baca Juga: 10 Objek Unik di Mars, Beberapa di Antaranya Sangat Aneh ilustrasi komodo (unsplash.com/David Clode) Partenogenesis adalah cara reproduksi aseksual yang muncul dari telur yang tidak dibuahi.

Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pasangan yang tersedia, organisme betina yang memiliki ancaman kehidupan, atau trauma yang membuat sebuah spesies merasa perlu untuk melakukan partenogenesis untuk melanjutkan keberlangsungan spesies mereka. Walaupun bentuk reproduksi aseksual biasanya terjadi pada organisme kurang kompleks, tapi nyatanya beberapa binatang seperti lebah, belalang, dan komodo bisa melakukan partenogenesis. ilustrasi jamur (unsplash.com/Phoenix Han) Bentuk reproduksi satu ini banyak digunakan oleh tumbuhan dan jamur.

Spora merupakan sel reproduksi yang bisa berkembang menjadi individu baru tanpa proses fertilisasi. Organisme yang menggunakan cara reproduksi ini memiliki siklus hidup yang disebut dengan alternation of generation atau pergiliran keturunan. Mereka memiliki bagian kehidupan yang berbeda di mana mereka adalah sebagian besar sel diploid atau sebagian besar sel haploid.

Itulah beberapa jenis reproduksi aseksual. Alam memang memiliki berbagai macam cara untuk melestarikan kehidupan yang ada di bumi ini.

Walaupun beberapa organisme tidak memiliki organ reproduksi, mereka tetap bisa berkembang biak dengan caranya masing-masing. Baca Juga: Fakta Unik CRISPR, Metode Rekayasa Genetika Terkini Berita Terpopuler • Daftar Tanggal Merah Desember 2022: Libur Natal • 10 Potret Liburan Ayu Ting Ting dan Keluarga ke Jogja, Ayah Rozak Hits • 10 Potret Baby Ameena dalam Berbagai Ekspresi, Gemasnya Kebangetan • Kamu Workaholic? Waspadai 7 Tanda Kamu Terlalu Keras ke Diri Sendiri • Hamas Mulai Bangkit, Menkeu Israel: Ini Semua Kesalahan Netanyahu • 10 Fakta Elon Musk, Orang Terkaya di Dunia yang Baru Membeli Twitter • Menko Muhadjir: Biaya Pasien Hepatitis Akut Ditanggung BPJS Kesehatan • 9 Potret Atta Halilintar di Singapura, Berlibur sambil Momong Anak!

• 10 Momen Nagita Slavina Masak Makan Malam buat Teman-teman Artisnya • Kemenag Sebut Kriteria Jemaah Haji Reguler yang Berangkat Tahun Ini ASWIN RIZAL HARAHAP (https://jelajah.kompas.id/episode/ekspedisi-wallacea/)Monyet jenis Macaca maura banyak ditemui di kawasan hutan Karaenta, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Pulau Sulawesi dikenal memiliki keanekaan hayati yang tinggi berkat proses pembentukannya yang unik jutaan tahun silam. KOMPAS.com - Kamu pasti sudah sering mendengar tentang rantai makanan. Dalam rantai makanan, produsen dimakan oleh konsumen tingkat satu, konsumen tingkat satu dimakan oleh konsumen tingkat dua, dan seterusnya hingga konsumen puncak yang akan diuraikan oleh pengurai. Namun tahukah kamu tentang jaring makanan?

Dilansir dari Khan Academy, jaring makanan adalah kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan dalam suatu ekosistem. Jaring-jaring makanan menunjukkan hubungan antara semua konsumen dan produsen yang hidup di dalam ekosistem tertentu.

Konsumen puncak seperti elang, harimau, beruang, dan serigala biasanya tidak dimangsa kecuali diburu oleh manusia. Konsumen puncak tersebut biasanya mati dengan sendirinya dan sisa tubuhnya diuraikan oleh pengurai. Berikut di bawah ini contoh jaring-jaring makanan dan rantai makannya dalam ekosistem danau, laut, sawah, dan hutan!

Baca juga: Tingkatan Pada Jaring-jaring Makanan Jaring-Jaring Makanan di Danau nps.gov Jaring-jaring makanan ekosistem danau • Fitoplankton – zooplankton –ikan kecil- ikan besar – burung elang - pengurai • Fitoplankton – zooplankton – ikan kecil – burung - pengurai • Fitoplankton – zooplankton – udang – angsa/bebek • Fitoplabkton – zooplankton – ikan kecil – angsa/bebek • Eceng gondok – siput – burung • Alga – serangga – katak Jaring-Jaring Makanan di Laut scienceabc.com Jaring-jaring makanan ekosistem laut • Fitoplankton – cacing laut – ikan kecil –ikan besar • Fitoplankon – udang – ikan kecil – ikan besar - anjing laut – paus pembunuh • Fitoplankton – larva ikan – ikan besar – hiu • Alga – zooplankton – ikan kecil – ikan besar • Alga – zooplankton – ubur-ubur – penyu laut Jaring-Jaring Makanan di Sawah ecologycenter.us Jaring-jaring makanan ekosistem hutan • Tumbuhan - kumbang – kelelawar • Tumbuhan – belalang – tupai – ular – elang -pengurai • Tumbuhan – rusa – harimau/ serigala – pengurai • Tumbuhan – serangga – burung – beruang • Tumbuhan - kelinci – elang/ rubah – pengurai • Tumbuhan – serangga – burung kecil – burung elang - pengurai
MENU • Home • SMP • Agama • Bahasa Indonesia • Kewarganegaraan • Pancasila • IPS • IPA • SMA • Agama • Bahasa Indonesia • Kewarganegaraan • Pancasila • Akuntansi • IPA • Biologi • Fisika • Kimia • IPS • Ekonomi • Sejarah • Geografi • Sosiologi • SMK • S1 • PSIT • PPB • PTI • E-Bisnis • UKPL • Basis Data • Manajemen • Riset Operasi • Sistem Operasi • Kewarganegaraan • Pancasila • Akuntansi • Agama • Bahasa Indonesia • Matematika • S2 • Umum • (About Me) 7.8.

Sebarkan ini: Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Penjelasan Karakteristik Reptil Dalam Biologi Pengertian Reptil Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru.

Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total yaitu pada anggota Sub-ordo Ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota Sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan.

Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit (Zug, 1993). Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar.

Rangkanya pada reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru (Zug, 1993). Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Jantung pada reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2 ventrikel. Pada beberapa reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak ubur-ubur berkembang biak dengan cara sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur. Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm.

Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinarmatahari. Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka.

Ubur-ubur berkembang biak dengan cara dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada Ordo Squamata yaitu Sub-ordo Lacertilia dan Sub-ordo Ophidia. Kloaka dengan celah membujur yaitu terdapat pada Ordo Chelonia dan Ordo Crocodilia. (Zug, 1993). Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk identifikasi. Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat ubur-ubur berkembang biak dengan cara, reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa.

Beberapa jenis reptil memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar atupun tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada reptil ada yang berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada yang dapat digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan transparan.

Habitat dari Kelas Reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu Ordo Crocodilia dan beberapa anggota Ordo Chelonia, beberapa Sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas Lacertilia dan Ophidia, bebepapa anggota Ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil anggota Sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil Sub-ordo Ophidia dan Lacertilia. Reptil yaitu jenis hewan vertebrata atau hewan yang memiliki tulang belakang berdarah dingin dan memiliki sisik di semua bagian tubuhnya.

Hewan jenis yang satu ini juga termasuk tetrapoda, yakni hewan yang memiliki empat kaki. Pada umumnya reptil ini berkembang biak dengan cara bertelur, yang dimana telurnya akan ubur-ubur berkembang biak dengan cara oleh suatu membran amniotik. Keberadaan hewan reptil ini sangatlah mudah di temui, disetiap benua pasti terdapat hewan reptil kecuali di benua atlantik. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Perbedaan Amfibi Dan Reptil Dalam Biologi Karakteristik Kelas Reptilia Adapun karakteristik yang dimiliki oleh hewan yang termasuk dalam kelas Reptilia adalah sebagai berikut (Hickman et al., 2001): • Bentuk tubuh bervariasi, ada yang sangat pendek dan ada yang memanjang.

Tubuh ditutupi oleh tonjolan epidermal berupa sisik dengan penambahan lempeng tulang dari lapisan dermal. • Tungkai berpasangan, biasanya dengan lima jari dan teradaptasi untuk memanjatberlari atau berenang, kecuali pada ular dan beberapa kadal • Skeletonnya tersusun atas keras, tulang rusuk dilengkapi sternum ( kecuali pada ular) membentuk rongga/ keranjang dada yang lengkap, tengkorak memiliki satu kondilus oksipital • Bernapas dengan paru-paru, tidak ada insang, kloaka digunakan untuk respirasi pada beberapa hewan, adanya lengkung branchi pada fase embrio • Peredaran darah tertutup dan ganda.

Jantung dengan 3 ruang (2 atrium, 1 ventrikel), khusus pada ordo Crocodilia 4 ruang dan terdapat foramen panizzae. Memiliki satu pasang lengkung aorta • Alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanephros, hasil ekskresinya berupa asam urat terutama sisa nitrogen • Sistem saraf dilengkapi dengan lobus optik pada bagian dorsal otak, 12 pasang saraf cranial pada tambahan saraf terminalis • Alat kelamin terpisah, fertilisasi internal • Telur ditutupi oleh cangkang kapur atau keras, selaput ekstraembrionik (amnion, korion dan allantois)tidak ada fase larva yang hidup di air • Ubur-ubur berkembang biak dengan cara ektothermal, memiliki beberapa kebiasaan untuk menjaga suhu tubuhnya • Dua lubang hidung pada moncongnya.

Mata besar lateral, mempunyai kelopak mata atas dan bawah. Membrane niktitans tembus cahaya. Lubang telinga tetutup oleh lipatan kulit. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Perbedaan Sistem Pernapasan Vertebrata dan Avetebrata Anatomi Reptilia Integumen Reptil memiliki kulit yang ditutupi oleh sisik yang keras, kering sebagai proteksi atau pelindung dari serangan yang bisa melukai tubuhnya.

Kulitnya tersusun atas epidermis yang tipis yang dapat mengelupas secara periodik dan lapisan dermis yang sangat tebal dan berkembang baik. Pada lapisan dermis terdapat kromatofor, sel-sel yang memberi warna sehingga beberapa kadal dan ular bisa memiliki warna yang menarik.

Karakteristik sisik pada reptil adalah sebagian besar dibentuk oleh keratin. Sisik-sisik tersebut merupakan derivat atau modifikasi dari lapisan epidermis sehingga sisik pada reptil berbeda dengan sisik pada ikan yang merupakan struktur dari lapisan dermis.

Pada beberapa reptil seperti aligator, sisik bertahan selama hidupnya, tumbuh secara bertahap. Sedangkan pada beberapa hewan yang lain seperti ular dan kadal, sisik baru tumbuh di bawah sisik yang lama, yang kemudian akan lepas sewaktu-waktu.

Pada kura-kura lapisan baru dari keratin di bawah lapisan yang lama memipih, ini merupakan bentuk modifikasi dari sisik. Pada ular, kulit lama (epidermis dan sisik) dilepas secara terbalik; kadal membagi kulit lama dan masih meninggalkan sebagian besar kulitnya tersebut di sebelah kanan tubuhnya. Buaya dan kadal pada umumnya memiliki lempengan tulang yang disebut osteoderm yang ada dibawah sisik keratin (Hickman, 2001: 563). Selaput Ekstraembrio pada Telur Cangkang (amnion) dari telur reptil mengandung makanan dan membran pelindung untuk mendukung perkembangan embrio di daratan.

Reptil menyembunyikan telur-telur mereka di tempat tersembunyi di daratan. Hewan muda yang baru menetas bernapas menggunakan paru-paru muda bukan sebagai larva akuatik.

Embrio berkembang di dalam amnion yang dilengkapi dengan cairan amnion. Makanan disediakan oleh kuning telur (yolk) dari kantung yolk dan sisa metabolisme akan disimpan di bagian allantois. Selanjutnya allantois akan menyatu dengan korion, yaitu membran tipis di bagian dalam cangkang, kedua membran memiliki pembuluh darah ubur-ubur berkembang biak dengan cara membantu pertukaran oksigen dan karbondioksida yang akan dikeluarkan melalui pori- pori pada cangkang.

Karena jenis telur ini tertutup dan memiliki sistem yang berdiri sendiri maka sering disebut sebagai telur cleidoic (Gr.

Kleidoun : terkunci). (Hickman, 2001: 564). Sistem Pencernaan Reptil Sistem ubur-ubur berkembang biak dengan cara reptil lengkap meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging).

Sistem pencernaan pada reptil dimulai dari rongga mulut. Bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua (Mirajuddin et al, 2006: 93-94). Semua reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenil, reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya hingga dewasa (Hidayat, 2009) Rahang reptil memiliki desain atau bentuk yang sesuai untuk meremukkan dan mencengkeram kuat mangsanya.

Otot pada rahang reptil lebih besar dan lebih panjang dari pada ikan atau amphibi sehingga pergerakan secara mekanik rahang pada reptil lebih baik dari keduanya (Mirajuddin et al, 2006: 93-94).

Dari mulut, makanan akan diteruskan ke esofagus (kerongkongan), ventrikulus(lambung), intestinum. Intestinum terdiri atas usus halus dan usus tebal.

Di dalam intestinum, makanan dicerna secara kimiawi dan terjadi proses penyerapan sari-sari makanan. Sisa makanan akan dikeluarkan melalui kloaka (Mirajuddin et al, 2006: 93-94). Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas.

Hati pada reptilia memiliki dua lobus (gelambir dan berwarna kemerahan). Kantung empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan Sistem Pernapasan Reptil Reptil bernapas menggunakan paru-paru. Paru-paru pada reptil berkembang lebing baik daripada hewan amphibi. Reptil secara khusus menggunakan paru-paru untuk pertukaran udara, dilengkapi oleh membran paringeal pada beberapa hewan akuatik seperti kura-kura.

Reptil menghirup udara kemudian dimasukkan ke paru-paru melalui saluran torakalis yang besar yang diperoleh dengan cara mengembangkan rusuk dadanya (ular dan kadal) atau menggerakkan organ-organ dalamnya (kura-kura dan buaya). Reptil tidak ubur-ubur berkembang biak dengan cara otot diafragma (Hickman et al., 2001: 564).

Pada ular, paru-paru sederhana dengan struktur seperti kantung kecil atau alveoli di dindingnya. Pada buaya, beberapa kadal dan kura-kura, wilayah permukaan meluas karena perkembangan adanya pelekukan dan memiliki alveoli. Mekanisme pernapasan pada sebagian besar reptil diawali dengan mengubah volume rongga tubuh. Kontraksi oto-otot mampu menggerakkan tulang dada dengan demikian, volume rongga tubuh meningkat dan tekanan udara menurun sehingga udara dari lingkungan masuk ke paru-paru.

Kemudian, dengan kontraksi otot-otot tubuh, volume rongga tubuh dikurangi sehingga mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Sistem pernapasan di atas terjadi pada semua reptil modern kecuali pada kura-kura karena adanya penyatuan tulang dada dengan cangkang kaku dan keras sehingga tidak bisa melakukan pernapasan seperti reptil pada umumnya.

Kura-kura akuatik memiliki kulit yang lebih lentur dan dan sama dengan insang di bagian anal, untuk beberapa spesies. Kura-kura menggunakan kontraksi otot-otot sisi tubuhnya yang memperbesar rongga tubuhnya sehingga terjadi inspirasi.

Kontraksi dua otot yang lain bersamaan dengan relaksasi, kekuatan dari organ viscera untuk naik ke atas ke arah paru-paru menyebabkan exhalasi. Kecepatan bernapas reptil sepertinya banyak dipengaruhi oleh aktivitas reptil dan temperatur lingkungan Sistem Peredaran Darah Reptil Peredaran darah pada reptil adalah perdaran darah tertutup dan ganda. Sistem perdaran darahnya terdiri atas jantung dan pembuluh-pembuluh darah.

Jantung pada reptil memiliki dua atrium dan dua ventrikel namun belum tersekat secara sempurna (kecuali pada buaya). Peredaran darah paru- paru dan sistemik hanya terpisah secara parsial. Kedua lengkung aorta kanan dan aorta kiri berfungsi dengan baik. Pada buaya, sekat ventrikel kanan dan ventrikel kiri terdapat suatu lubang yang disebut foramen panizzae yang memungkinkan pemberian oksigen ke alat pencernaan dan untuk keseimbangan tekanan dalam jantung sewaktu menyelam di dalam ubur-ubur berkembang biak dengan cara Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm.

Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari Darah dari seluruh tubuh yang mengandung karbondioksida mengalir ke sinus venosus, kemudian masuk ke atrium kanan menuju ventrikel. Dari ventrikel, darah menuju arteri pulmonalis lalu masuk ke paru-paru. Di paru-paru terjadi pertukaran gas. Selanjutnya darah keluar dari paru-paru menuju atrium kiri melalui vena pulmonalis.

Dari atrium kiri, darah memasuki ventrikel. Dari ventrikel terdapat dua aorta yang membelok ke kiri dan ke kanan. Aorta kanan berasal dari ventrikel kiri dan berfungsi membawa darah ke kepala dan seluruh bagian depan tubuh. Aorta yang lain berasal ubur-ubur berkembang biak dengan cara tempat antara ventrikel kanan dan kiri yang berfungsi membawa darah ke bagian belakang tubuh.

Kedua aorta ini bercabang-cabang ke arteri yang menuju ke organ-organ tubuh (Aryulina, 2004: 136). Sistem Saraf Reptil Sistem saraf pada reptil lebih maju dibandingkan dengan amphibi. Meskipun reptil memiliki otak yang kecil, otak depan atau serebrum relatif lebih besar bila dibandingkan dengan bagian otak yang lain. Buaya merupakan hewan pertama yang memiliki serebral korteks (neopallium) yang sebenarnya. Hubungan ke sistem saraf pusat lebih maju.

Dengan pengecualian indera pendengaran, organ sensori pada umumnya berkembang dengan baik. Organ jacobson adalah organ khusus untuk penciuman yang ada pada beberapa tetrapoda, sangat berkembang pada kadal dan ular. Rangsangan bau diterima oleh organ Jacobson melalui lidah hewan reptil. Ular mengenali bau mangsa atau bau benda yang lain dengan cara menjulurkan lidahnya. Pada saat lidahnya menjulur kemudian ditarik kembali ke dalam mulut, terdapat pertikel-pertikel yang menempel di permukaan lidahnya.

Kemudian partikel bau tersebut dilewatkan melalui dua rongga kecil yang mengarah ke organ Jacobson. Rongga yang mengarah ke organ Jacobson dilapisi dengan jaringan sensitif yang membantu daam proses keseluruhan proses penciuman ubur-ubur berkembang biak dengan cara. Setelah partikel dilewatkan ke rongga dan organ Jacobson, komposisi partikel dipecah dan dikirim ke otak melalui serangkaian struktur saraf yang kompleks.

Otak kemudian menerjemahkan partikel- partikel ini dan mengidentifikasi apakah partikel tersebut milik mangsa, feromon dari ular yang lain atau bersumber dari benda- benda yang dikenal atau tidak dikenal. Lidah pada ualr bercabang karena disesuaikan dengan fungsinya yaitu untuk menyalurkan partikel ke kedua lubang yang mengarah ke organ Jacobson.

Adanya dua lubang itulah yang mengharuskan ular untuk melewatkan partikel secara bersamaan ke dalam lubang tersebut (Crawford, 2006) Sistem Reproduksi Reptil Jenis kelamin pada reptil terpisah antara hewan jantan dan hewan betina.

Pada hewan jantan, organ reproduksi terdiri atas testis, vas deferent dan bermuara di kloaka. Saluran pengeluarannya menjadi satu dengan saluran pengeluaran dari ginjal metanephros. Semua reptil, kecuali tuatara memiliki organ kopulasi yang fungsional. Strukturnya bervariasi pada tiap kelompok hewan, tetapi semuanya memiliki jaringan ereksi yang merupakan bagian terpenting dalam mekanisme fertilisasi internal.

Organ kopulasinya berupa satu pasang hemipenis. Pada kadal dan ular, hemipenis memanjang seperti ekor. Hanya satu hemipenis yang akan masuk ke organ fertilisasi hewan betina, tetapi keduanya masuk secara bergantian.

Alat Gerak pada Reptil Semua reptil memiliki tungkai yang berpasangan, kecuali anggota tanpa tungkai, memiliki struktur tubuh yang ubur-ubur berkembang biak dengan cara baik dari pada amphibi dan memiliki desain atau bentuk tungkai yang sesuai untuk berjalan di daratan.

Sebagian besar reptil modern berjalan dengan tungkai-tungkai yang meregang ke bagian luar dan perut mereka begitu dekat dengan tanah atau daratan. Sebagian dinosaurus, dan beberapa kadal, berjalan dengan tungkai yang tegak menopang tubuhnya, perubahan yang disesuaikan untuk pergerakan yang cepat dan mendukung berat tubuhnya. Beberapa dinosaurus berjalan hanya dengan tungkai belakang yang sangat kuat (Hickman et al., 2001).

Reptil yang tidak mengalmi reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar (Zug 1993 Sistem Ekskresi pada Reptil Organ ekskresi pada reptilia adalah dua ginjal kecil metanephros.

Pada subkelas Diapsida, sisa metabolisme nitrogen dibuang dalam bentuk asam urat, pada kura-kura sisa metabolisme utama yang diekskresikan adalah urea. Ginjal pada reptil tidak bisa menghasilkan urine cair yang lebih pekat dari pada cairan tubuh mereka.

Hal ini karena tidak adanya struktur khusus di nephros ginjal yaitu lengkung Henle, sehingga beberapa reptil menggunakan usus besar dan kloaka untuk membantu reabsorbsi air. Beberapa hewan juga bisa mengambil dan menyimpan air dalam suatu kantung. Kelebihan garam juga diekskresikan oleh beberapa reptil melalui lubang hidung (nasal) dan kelenjar garam Saluran ekskresi pada reptil berakhir pada kloaka.

Ada dua tipe ubur-ubur berkembang biak dengan cara yang spesifik untuk ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada ordo Squamat dan kloaka dengan celah membujur terdapat pada ordo Chelonia dan Ordo Crocodilia (Hidayat, 2009 Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Jenis Dan Ciri-Ciri Amfibi Dalam Ilmu Biologi Ciri-ciri Reptil Terdapat beberapa perbedaan penutup tubuh pada reptilia.

Pada cicak, sisiknya terbuat dari zat tanduk yang berbintik-bintik. Pada kura-kura dan buaya, tubuhnya terlindungi oleh alat pelindung yang keras disebut karapaks. Pada ular, sisiknya dapat berganti atau mengelupas. Binatang melata adalah sebutan untuk jenis binatang reptil atau hewan berdarah dingin dan mempunyai lapisan sisik pada kulit mereka. Sebagian besar binatang melata atau reptilia berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar) dan embrio dari telur mereka di selubungi oleh lapisan yang di sebut membran amniotik, meskipun demikian ada juga jenis binatang melata yang ebrkembang biak dengan melahirkan anaknya (vivipar), yaitu spesies squamata.

Ukuran binatang melata atau reptil bervariasi dari yang memiliki bentuk badan kecil seperti tokek dan kadal, sampai binatang reptil dengan ukuran raksasa seperti buaya dan biawak. Populasi binatang reptil tersebar di seluruh dunia, mereka dapat hidup dan beradaptasi dengan iklim di sekitar tempat tinggalnya, kecuali di benua antartika tidak terdapat binatang melata atau reptilia.

Ciri-ciri Hewan Reptil • tubuh terdiri atas kepala, leher, badan dan ekor • habitat di darat dan di air • tubuh ditutupi sisik yang tersusun atas zat tanduk • bernapas dengan paru-paru • berdarah dingin (poikiloterm) • berkembang biak dengan bertelurpasang kaki, kecuali pada ular • umumnya alat gerak berupa dua • jantung terdiri dari 4 ruang dengan sekat yang belum sempurna Jenis hewan eptil ini juga memiliki ciri-ciri khusus. yaitu sebagai berikut : • Jenis hewan ini mempunyai kulit yang bersisik dan kering yang terbuat dari sebuah zat tanduk yang fungsi nya untuk melindungi dari kekeringan.

• Jenis hewan ini berjalan dengan melata yang dimana semua tubuh menelungkup ke permukaan tanah, sedangkan pada bangsa ular bergerak dengan mengerutkan otot di kedua sisi tulang belakang yang secara bergantian.

• Reptil memiliki dua pasang kaki dan pada tiap kaki memiliki cakar. Sedangkan pada hewan penyu kakinya memipih yang berbentuk kayuh untuk membantu ketika sedang berenang.

• Reptil ini berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar) pada penyu dan bertelur melahirkan (ovovivipar) pada ular boa. Fertilisasi secara internal, alat kelamin jantan disebut sebagai hemipenis.

Reptilia adalah hewan darat yang dapat hidup di air. Hewan ini bernapas dengan paru-paru. Kulit reptilia sangat keras, kering, dan bersisik. Kulit reptil yang keras disebabkan adanya zat kapur (zat kitin) seperti pada kura-kura.

Hewan ini berdarah dingin, bergerak dengan menggunakan perut (melata), seperti ular dan ada juga yang menggunakan keempat kakinya, seperti buaya, komodo, biawak, kadal, dan penyu.

Reptilia berkembang biak dengan bertelur dan ada juga yang ber- telur dan beranak. Pembuahan terjadi dalam tubuh induk betina (internal). Reptilia dibagi menjadi empat ordo, yaitu: • Ordo Ophidia (bangsa ular), contohnya ular pohon, ular piton, dan ular sawah. • Ordo Crocodilia (bangsa buaya), contohnya buaya dan aligator.

• Ordo Lacertilia (bangsa kadal), contohnya kadal, komodo, bunglon, biawak, dan tokek. • Ordo Chelonia ( bangsa kura-kura), contohnya kura-kura dan penyu. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Keanekaragaman Hayati, Manfaat, Jenis dan Klasifikasi Struktur Tubuh Reftil • Struktur tubuhnya yang terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor • Pada Masing-masing kaki memiliki jari dengan cakar • Pada mulutnya yang memanjang, dengan gigi conical (berbentuk kerucut) • Didekat ujung moncongnya terdapat dua nostril (eksternal nares) yang sebagai organ respirasi • Mata besar yang terletak di lateral dengan dua kelopak mata dan membran nictitan • Pada telinga terbuka dibelakang mata Warna sel pigmen (chromatophores) Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Kingdom Animalia : Ciri, Klasifikasi, Gambar & Contoh (LENGKAP) Klasifikasi Reftil Kebanyakan orang hanya tau kalo hewan reftil hanya ular dan buaya saja.

Tapi hewan reftil itu banyak sekali jenis hewan-hewan lain yang termasuk ke dalam kelas reptil. Agar lebih mudah untuk membedakan hewan-hewan tersebut, para ahli sudah mengklasifikasikan ke dalam beberapa ordo. yaitu sebagai berikut ini a. Ordo Squamata Squmata yaitu salah satu jenis hewan reptil yang pada umumnya memiliki kulit bersisik. Ordo Squamata yaitu ordo terbesar dari kelas reptil. Sebagian dari hewan reptil termasuk kedalam ordo squamata. Contohnya : yakni pada bangsa ular dan kadal.

Ordo ini terbagi ubur-ubur berkembang biak dengan cara 3 subordo, yaitu diantaranya : • Subordo Lacertilia Jenis Hewan yang satu ini termasuk kedalam subordo ini umumnya memiliki sisik yang bervariasi, bercakar dan bersifat pentadactylus yaitu pada kaki ubur-ubur berkembang biak dengan cara yang terdiri atas 5 jari dan terdapat selaput renang diantara jari-jari kaki tersebut.

Hewan yang termasuk kedalam subordo ini memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu, mereka juga memiliki lidah yang panjang dan bisa dilontarkan untuk menangkap mangsa, contohnya: hewan Bunglon. Meskipun kebanyakan dari hewan dari subordo ini juga bersifat autotomi yaitu bisa melepaskan ekornya ketika ada bahaya contohnya : Cecak. • Subordo Serpentes Bangsa ular yaitu salah satu jenis hewan yang termasuk ke dalam subordo. Subordo ini juga dikenal dengan suatu keunikannya yaitu tidak memiliki kaki.

Ciri lainnya yaitu mereka tidak memiliki kelopak mata yang sehingga kelopak mata tersebut digantikan oleh suatu selaput transparan yang berfungsi untuk melindungi mata. Keunikan lain dari subordo ini yaitu jenis reftil ini memiliki thermosensor, organ perasa (tactile organ) dan organ Jacobson yang sebagai reseptornya yang sehingga bangsa ular memiliki penciuman tajam yang peka terhadap sebuah rangsangan kimia di rongga hidungnya.

Sebagian dari bangsa ular memiliki taring bisa yang berfungsi sebagai pertahanan dan melumpuhkan mangsanya. Contohnya : Ular • Subordo Amphisbaenia Subordo Amphisbaenia jenis hewan ini tidak berkaki ntapi memiliki suatu kenampakan seperti cacing karena pada warnanya yang agak merah muda dan sisiknya yang tersusun seperti cincin.

Karena waktu hidupnya kerap menghabiskan waktu di bawah tanah, yang sehingga sedikit sekali informasi yang bisa di dapatkan dari hewan reptil ini.

Kepalanya yang bersatu dengan lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras, memiliki gigi median pada bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya yang tersembunyi oleh sisik dan kulit. Bentuk tubuhnya memanjang dan pada bagian ekornya hampir menyerupai kepalanya. contohnya : dari hewan ini yakni wormlizards b. Ordo Crocodilia Bangsa buaya yaitu salah satu jenis dari ordo ini.

Ordo crocodilian ini memiliki sebuah sisik yang tebal dan terbuat dari sebuah keratin yang diperkuat dengan sebuah lempengan tulang yang disebut dengan skuta yang sebagai pelindung. Berbeda dengan ular, sisik pada hewan buaya ini rontok satu persatu.

Buaya juga memiliki otot yang kuat pada ekornya. Pada Kepala ordo crocodilian ini berbentuk piramida, keras dan kuat yang disertai dengan gigi yang runcing yang berfungsinya untuk mencabik-cabik mangsanya. Contoh : dari ordo ini yaitu Buaya Air Tawar, Buaya Air Asin dan berbagai jenis bangsa buaya lainnya. c. Ordo Chelonia Ordo chelonian yaitu salah satu jenis hewan reptilian yang memiliki cangkang, Bentuk tubuh yang pendek dan lebar dilindungi oleh karapas dan plaston, tidak bergigi dan lidah tidak bisa menjulur.

Cangkang pada jenis ordo ini yaitu pada bagian dari tulang belakang dan di modifikasi dari tulang rusuk yang berfungsi untuk pertahanan serta untuk perlindungan dari predator. Sedangakan cangkang bagian atas dari chelonian ini disebut dengan karapaks sedangkan pada bagian bawahnya disebut dengan plaston. Contoh : hewannya yaitu Kura-kura dan penyu. d. Ordo Rynchochephalia Jenis reftil yang ini merupakan ordo terakhir dari kelas reptil. Hewan yang termasuk ke dalam ordo ini yaitu Tuatara dan satu satunya spesies yang termasuk ke dalam ordo ini.

Dikabarkan bahwa hewan tuatara ini sudah hidup sejak zaman dinosaurus. Tuatara ini berasal dari pulau lepas pantai di Selandia Baru. Ciri-ciri pada tuatara ini sendiri yakni memiliki duri yang berderet di sepanjang tulang belakang dan memiliki mata ketiga yang berfungsi untuk mengenali suatu perbedaan antara gelap dan terang.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Hewan Ovovivipar Contoh Hewan Reptil Penyu Penyu merupakan jenis reptil dari bangsa kura-kura yang telah hidup sejak 145 juta tahun yang lau. Penyu menurut data ilmuwan merupakan hewan yang seusia dengan dinosaurus.

Penyu mempunyai sepasang tungkai yang berfungsi membantunya berenang di air. Sehingga binatang melata ini sering juga disebut duyung. Penyu bernapas dengan paru-paru. Meskipun sebagian besar hidupnya di laut, ia akan sesekali naik ke permukaan untuk mengambil napas.

Kehidupan penyu pada umumnya suka berimigrasi dengan jarak yang sangat jauh yakni 3.000 kilomter. Dan ia menempuh jangkaun tersebut dalam waktu 58 – 73 hari. Penyu Hijau (Chelonia mydas) Penyu Hijau (Chelonia mydas) adalah penyu laut besar yang masuk ke dalam keluarga Cheloniidae.

Hewan melata air ini dapat hidup dan bertahan di hampir semua laut tropis dan subtropis terutam di Samudra Antalntik dan Samudara Pasifik. Klasifikasi Ilmiah Kingdom Animalia Filum Chordota Class Reptilia Ordo Testudines Famili Cheloniidae Genus Chelonia Spesies Chelonia mydas (Penyu Hijau) Kata hijau diambil dari lemak yang menempel di bagian bawah cangkang mereka.

Inilah alasan kenapa para ilmuwan menyebut reptil ini dengan penyu hijau. Menurut data para ilmuwan zoologi terdapat 100.000 ekor penyu hijau hilang atau terbunuh di kepulauan Indonesia – Australia. Secara fisik penyu hijau berwarna kuning kehijaun atau coklat hitamn gelap. Cangkangnya apabila dilihat dari atas seperti telur bulat dan kepala relatif kecil dan tumpul. Setiap penyu memiliki panjang mulai dari 80 – 150 cm dengan berat bisa mencapai 132 kg.

Makanan penyu laut adalah tumbuhan laut seperti rumput laut dan alga. Hewan melata ini menyebar di kawasan pesisir Afrika, India dan Asia Tenggara serta di sepanjang pesisir Australia dan Kepulaun Pasifik Selatan.

Fakta menunjukkan bahwa sekitar 70% penyu hijau terdampar bahkan mati di pesisir Kepulauan Hawai. Penyebab kematian penyu hijau secara pasti belum di ketahui. Namun untuk saat ini ia mati karena tumor di bagian tubuhnya. Dewasa ini keberadaan penyu hijau hampir punah. Sebab banyak pemburu ilegal membunuh dan menguliti cangkangnya untuk hiasan.Sedangkan telur dijadikan sebagai protein yang bernilai tinggi dan obat yang manjur. Kemudian dagingnya sebagai makanan yang enak.

Selain itu ada beberapa ancaman yang sangat serius terhadap menurunnya keberadaan penyu hijau di seluruh dunia.

Diantaranya adalah hilang dan rusaknya habitat aslinya. Makna habitat asli disini adalah tidak adanya lagi tempat yang layak bagi penyu hijau untuk meletakkan telur-telur dan tempat penyu hijau mencari makan yakni terumbu karang mengalami kerusakan akibat sedimentasi. Setiap tahun ada 80.000 penyu hijau ditangkap dan dibunuh di Baja, Califortnia dan di kawasan Asia Tenggara terkhusus Bali. Mereka para pemburu ilegal menangkap penyu hijau untuk diawetkan dan dijual sebagai cinderamata bagi para wisatawan.

Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) adalah jenis penyu yang keberadaanya hampir punah dan penyu in masuk ke dalam famili Cheloniidae. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) menyebar di seluruh dunia dengan 2 subspesies yang berbeda yakni Eretmochelys imbricata imbricata dan Eretmochelys imbricata bissa. Eretmochelys imbricata imbricata terdapat di laut Atlantik dan Eretmochelys imbricata bissa terdapat perairat Indo-Pasifik. Tidak ada ciri unik dari penyu ini, karena hampir sama dengan penyu pada umumnya.

Namun tubuhnya berbentuk datar dengan karapaks sebagai pelindung dan pada lengannya seperti sirip yang ubur-ubur berkembang biak dengan cara untuk berenang di samudra terbuka. Perbedaan penyu sisik atau Eretmochelys imbricata dengan penyu lainnya adalah terletak pada paruyhnya yang melengkung dengan bibir bagian atas sediki menonjol serta tambilan pinggir cangkangnya seperti gergagji. Ciri khas dari penyu sisik ini adalah mampu berubah warna berdasarkan temperatur air tempat dia berada.

Secara umumny apenyu sisik akan menghabiskan hidupnya di laut terbuka, akan tetapi sesekali ia akan ke sungai maupun laguna yang dangkal. Hal sangat disayangkan adalah tidak adanya rasa empati manusia terhadap keberadaan penyu sisik ini. Sehingga menurut data dari WCU ( World Conservation Union), penyu sisik masuk ke dalam hewan yang hampir punah atau kritis. Para pemburu ilegal ini memanfaatkan cangkang penyu sisik sebagai material utama untuk bahan dekorasi atau hiasan rumah.

Oleh karena itu badan yang bertanggung jawab melindungi spesies hewan punah yakni CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) melarang dan menindak lanjuti bagi siapa saja yang mengambil dan menangkap serat menjual penyu sisik dalam bentuk apapun. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) Penyu Lekang (Lepidochelys olivachea) merupakan jenis penyu yang hampir mirip dengan penyu hijau namun kepalanya lebih besar dan karapasnya lebih langsing dan bersudut.Dibandingkan dengan penyu hijau, penyu lekang berwarna hijau pudar yang mempunyai 5 atau lebih sisik lateral di bagian samping tubuhnya.

Penyu lekang abapila dibandingkan dengan ketujuh jenis penyu yang ada, ia merupakan penyu terkecil yang pernah ada. Dan di Indonesia sendiri ada sekitar 1000 sarang penyu lekang yang dilindungi.

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Penyu lekang termasuk jenis penyu karnivora. Karena makanan kesehariannya adalah kepiting, kerang, udang dan remis yang bisa mereka temukan di sungai ataupun laut.

Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) adalah hewan melata yang keempat terbesar di dunia setelah jenis buaya. Penyu raksasa satu ini masuk ke dalam jenis suku Dermochelydae. Kalau ditengah masyarakat penyu ini lebih dikenal dengan penyu raksasa, kantong atau mabo. Sedangkan dalam bahasa inggris penyu ini disebut dengan Leatherback sea turtle.

Klasifikasi Ilmiah Kingdom Animalia Filum Chordota Class Reptilia Ordo Testudines Famili Cryptodira Genus Dermochelys Spesies Dermochelys coriacea Penyu raksana ini sangat mudah ditandai yaitu dari karapaksnya yang berbentuk seperti garis-garis belimbing.

Uniknya pada bagian karapaksnya tidak ditutupi oleh tulang melainkan hanya ditutupi oleh kulit dan daging yang berminyak. Kemudian untuk penyu belimbing yang masih anakan, kepalanya berbentuk bulat dan tanpa sisik. Sangat berbeda dari jenis penyu lain. Penyu belimbing memiliki paruh yang lemah dan tidak tajam serta tidak mempunyai permukaan penghancur atau pelumat makanan.

Bentuk tubuh dari ubur-ubur berkembang biak dengan cara belimbing jantan adalah lebih pipih dibandingkan dengan penyu belimbing betina. Plastron memiliki cekungan ke dalam. Begitu juga dengan panggulnya sempit. Karapasnya berwananya kehitaman atau coklat tua dengan bercak putih dan bercak hitam di bagian bawahnya. Hewan melata ini bisa berukuran 700 kg dengan panjang mampu mencapai 3,05 meter.

Penyu belimbing apabila jalan di darat termasuk hewan melata yang paling lambat gerakannya akan tetapi jika di air atauy laut kecepatannya bisa mencapai 35 km/jam. Dan termasuk hewan melata tercepat di dunia. Penyu belimbing tersebar di kawasan tropis dan subtropis serat di Samudra Hindia, Pasifik dan Atlantik. Indonesia merupakan populasi terbesar penyu ini berada.

Sama halnya dengan jenis penyu lain, hewan reptil ini berimigrasi dari satu pantai ke pantai lain untuk mencari sarang bertelur. Dan masa imigrasi hewan ini antara 2 – 3 tahun dengan rentang waktu istirahat adalah 9 – 10 hari.

Untuk bisa bertahan hidup penyu belimbing akan mengkonsumsi ubur-ubur yang bisa diperolehnya di permukaan bawan laut dan apabila hendak bertelur maka bisa menghasilkan 80 -100 butir. Faktanya setalah masa menetas hanya sedikit penyu belimbing yang mampu bertahan dan selamat sampai ke laut.

Selebihnya diburu atau dimangsa oleh manusia atau predator lainnya. Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) adalah salah satu jenis penyu yang langka dan wajib dilindungi. Di Indonesia sendiri ada keputusan menteri yang melindunginya yakni Keputusan Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/5/1978. Penyu pipih (Natator depressus) Penyu pipih (Natator depressus) adalah jenis penyu yang endemik yang memiliki karapas rendah namun berkubah dengan tepi terbalik.

Panjang karapsanya bisa mencapai 90 – 95 cm dengan warna zaitu keabuan dan plastron berwana krim. Namun untuk anak bayi pipih, karapasnya berwana abu-abu dengan sisik yang khas bergaris hitam. Sedangkan untuk plastron dan karapasnya berwarna putih. Klasifikasi Ilmiah Kingdom Animalia Filum Chordota Class Reptilia Ordo Testudines Famili Cheloniiidae Genus Natator Spesies Natator depressus Istilah natator diambil dari bahasa latin yang artinya perenang dan depressus bermakna pipih.

Jadi apabila digambungkan Natator depressus adalah penyu pipih perenang. Penyu pipih (Natator depressus) tersebar luas di lepas pantai Papua Nugini, pantai utara Australia, teluk, perairan yang dangkal, peraitan berumput dan terumbu karang serta muara dan laguna.

Uniknya dari perseberan tersebut Penyu pipih (Natator depressus) hanya membuat sarang di bagian utara Australia. Yakni dimulai dari Exmouth hingga Taman Konservasi Mon Repos di Queesland.Secara anatomi Penyu pipih (Natator depressus) memiliki karapas dengan panjang rata-rata 90 cm.

Dengan bentuk seperti kubah dengan tepi terbalik dan empat pasang sisik rusuk yang berjumlah kurang dari sisik rusuk dari penyu lainnya. Di posisi bagian atas akan terdapat perut dengan warna abu-abu zaitu dan sedikit lebih pucat. Serta sepasang sisik tunggal di bagian depan kepala. Inilah yang membedakan antara jenis penyu lainnya.Keunikan dari Penyu pipih (Natator depressus) adalah ia memproduksi jumlah telur yang sedikit namun ukurannya jauh lebih ubur-ubur berkembang biak dengan cara dari jenis penyu lain.

Sekali memproduksi telur berjumlah 55 butir. Keunikan yang kedua yaitu proses perkawinan hanya terjadi di laut. Dan untuk penyu jantan tidak akan pernah kembali ke pantai. Proses perkawinan ini berlangsung kurang lebih 1,5 jam. Apabila telah selesai proses perkawinan maka seekor penyu betina akan meletakkan telur di pantai dengan menggunakan sirip depan untuk menggali dan sirip belakang untuk menuutup lubang pasir.Telur yang mereka letakkan rentan terhadap predator seperti goanna pasir dan dingo serta rubah merah.

Dan yang sedihnya lagi manusia juga ikut serta menangkao telur untuk dijadikan makanan yang mengandul nilai gizi tinggi. Hal perlu diketahui adalah penyu pipih hanya melakukan masa kawin 2 – 3 tahun sekali.

Dan apabila telah ke sampai ke laut sulit bagi predator untuk memangsanya karena ukuran tubuhnya cukup besar. Kecepatan berenang Penyu pipih (Natator depressus) saat di laut bisa mencapai 29 kilometer per jam.

Dan makanan utama mereka adalah lamun, invertebrata laut termasuk moluska, ubur-ubur dan beberapa jenis udang serta ikan. Penyu tempayan (Caretta caretta) Penyu tempayan (Caretta caretta) adalah spesies terakhir dari jenis penyu yang hidup di dunia. Penyu tempayan (Caretta caretta) juga merupakan jenis penyu yang hidup di perairan Indonesia.Penyu tempayan (Caretta caretta) ialah jenis penyu yang paling langka dan dilindungi oleh pemerintahan Indonesia khususnya dan PBB secara umum. Istilah lain yang dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah penyu bromo atau dalam bahasa inggris disebut Loggerhead.

Dibandingkan dari jenis penyu lain, Penyu tempayan (Caretta caretta) memilikii kepala yang berukuran besar dan rahang yang kuat. Panjang hewan melata ini bisa mencapai 90 cm dengan berat dewasa 135 kg. Klasifikasi Ilmiah Kingdom Animalia Filum Chordota Class Reptilia Ordo Testudines Famili Cheloniidae Dengan ukuran berat tubuh yang besar tersebut menjadikan Penyu tempayan (Caretta caretta) sebagai penyu terbesar kedua setelah penyu belimbing.

Karapas Penyu tempayan (Caretta caretta) terbilang keras dengan warna coklat kemerahan atau kuning orange. Pada karapasnya terdapat empat pasang sisik coactal dan lima buah sisik vertebral. Akan tetapi plastronnya berwana kuning pucat. Pada bagian leher Penyu tempayan (Caretta caretta) berwarna coklat serta pada bagian bawahnya berwarna kuning.

Begitu juga dengan kepala memiliki warna dengan karapas, Akan tetapi untuk anakannya berwana coklat. Penyu tempayan (Caretta caretta) hidup di daerah tropis dan subtropis yakni di Samudra Antlantik, hindia, Pasifik dan Laut Mediterania.

Penyeberannya pun sangat luas, hampir semua negara memiliki jenis Penyu tempayan (Caretta caretta) ini. Khusus untuk Indonesia, Penyu tempayan (Caretta caretta) hanya mampir saja adapun belum pernah ada data yang menunjukkan bahwa Penyu tempayan (Caretta caretta) pernah meletakkan telur di pesisir pantai Indionesia.

Penyu tempayan (Caretta caretta) termasuk hewan karnivora. Yakni mekanan kepiting, ubur-ubur, kerang, ikan dan lain sebagainya. Namun untuk anakannya mengkonsumsi rumput laut dan alga. Belum diketahui berapa banyak populasi yang masih hidup, akan tetapi di Indonesia sendiri semua jenis penyu termasuk Penyu tempayan (Caretta caretta) adalah hewan melata yang dilindungi oleh undang-undang.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Persebaran Fauna Indonesia – Bagian Barat, Peralihan, Timur, Asiatis, Tipe Australia Kura-Kura Sebagian orang mengira bahwa antara kura-kura dan penyu adalah hewan melata yang sama bentuknya. Akan tetapi kedua jenis hewan ini merupakan reptil yang berbeda bentuk namun satu ordo.

Kura-kura masuk ke dalam famili Testudinidae dan merupakan hewan vertebrata berkaki empat serta bersisik. Cangkangnya terdiri dari dua bagian yaitu karapas dan plastron. Menurut data yang dimuat oleh para ahli taksonomi bahwa kura-kura terbagi menjadi dua jenis yaitu kura-kura darat (land toroise) dan kura-kura air tawar (fresswater tortoise). Khusus untuk kura-kura air tawar akan kita bahas di subjudul selanjutnya.

Ada 11 jenis kura-kura darat. Tahukah Anda apa sajakah itu? Berikut ulasannya. Aldabra (Aldabrachelys gigantea) jenis kura-kura yang paling besar kedua di dunia. Ukuran kura-kura tersebut bisa mencapai 100 kg. Kura-kura Aldabra selain memiliki ukuran tubuh yang besar namun juga memiliki usia yang panjang yakni bisa mencapai 255 tahun.

Secara spesifik Aldabra memiliki canhkang yang berbentuk kubah besar. Fungsi untuk melindungi dir dari serangan pemangsa. Leher pada hewan melata ini memiliki panjang yang luar biasa.

Sehingga sangat mudah baginya untuk meraih dedaunan yang tinggi. Rata-rata ukuran tubuh Aldabra jantan adalah 1,1 meter sedangkan untuk Aldabra betina yaitu 0,9 meter. Galapagos (Chelonoidis nigra) Galapagos merupakan hewan melata terbesar pertama di dunia.

Ukurannya bisa mencapai 1,87 atau 6,1 kaki. Dengan berat berkisar 272 hingga 317 kg. Kura-kura ini dapat ditemukan di Kepulauan Galapagos. Untuk memperoleh dedaunan yang tinggi, galapagos memanfaatkan lehernya yang panjang untuk meraih dedaunan tersebut.

Meskipun ukuran tubuhnya besar bukan berarti hewan ini termasuk karnivora, melainkan jenis hewan herbivora. Makanan yang biasa dia konsumsi adalah dedauan yang hijau dan segar. Karena keberadaanya tinggal sedikit maka Convention on International Trade Endangered Species ubur-ubur berkembang biak dengan cara Wild Fauna dan Flora mengumumkan bahwa galapagos termasuk ke dalam hewan yang wajin dilindungi.

African Spurred Tortoise (Centrochelys sulcata) African Spurred Tortoise sering disebut juga kura-kura Sulcata. Hewan melata ini bisa ditemukan di sebelah selatan Gurun Sahara tepatnya di bagian utara Afrika.

Sulcata berasal dari bahasa latin yang artinya kerutan. Hal ini sesuai dengan bentuk tubuhnya yang dipenuhi kerutan di bagian sisiknya. African Spurred Tortoise merupakan hewan sebangsa kura-kura terbesar ketiga setelah 2 contoh hewan kura-kura diatas.

Ukuran berat badannya mencapai 105 kg dengan panjang per ekor 83 cm. Hewan ini mampu hidup mulai usia 50 – 150 tahun. African Spurred Tortoise banyak dijadikan hewan peliharaan sebab warna dan bentuknya terbiulang unik serta menarik perhatian. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Organisme Buaya / Crocodile Jika Anda melihat buaya menelan, itu tidak ada apa-apanya- pada kenyataannya, buaya sering menelan batu-batu besar yang tetap tinggal di perut mereka, membantu mereka untuk menggiling dan mencerna makanan mereka (seperti rempela burung) dan juga bertindak sebagai pemberat suatu untuk membantu mereka menyelam lebih dalam.

Saltwater Crocodile atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan buaya air asin, merupakan reptil terbesar di dunia. Tumbuh dengan panjang lebih dari 6 meter (20 kaki). Buaya ini memiliki gigi raksasa yang diklaim dapat menghancurkan tengkorak sapi di rahang reptil tersebut.

Bahkan, ada mood tertentu yang bisa membawa makhluk hidup buas ini untuk menyerang manusia. Area populasi buaya ini hidup di wilayah Australia. Selain itu, buaya air asin juga berkembangbiak mulai dari Asia Tenggara hingga Australia. Dari namanya, diketahui buaya jenis ini juga bisa hidup di laut seperti yang pernah ditemukan di laut Jepang. Konon, eksistensi buaya ini telah ada atau lebih tua dari dinosaurus, sehingga buaya air asin mampu memberi informasi sekilas mengenai nenek moyang hewan raksasa yang pernah hidup di zaman prasejarah.

Ular Ular adalah salah satu makhluk paling ditakuti ubur-ubur berkembang biak dengan cara muka bumi dan banyak orang percaya bahwa mereka bertanggung jawab atas kematian orang banyak.

Namun pada kenyataannya, di Amerika Serikat, empat kali lebih banyak orang mati oleh lebah tawon daripada gigitan ular! Ular yang bertanggung jawab atas kematian manusia bukanlah raja kobra tetapi carpet viper yang hidup di wilayah dari Afrika Barat ke India.

selain itu, meskipun Mamba hitam secara luas dianggap ular paling beracunCobra Asia membunuh lebih banyak orang, embuatnya menjadi ular yang lebih mematikan. Bunglon Bunglon akan mengubah warna tubuh mereka tidak hanya untuk kamuflase dan untuk berbaur dengan latar belakang, tetapi juga sesuai dengan cahaya, suhu dan bahkan suasana hati-nya!

Satu hal lagi yang unik tentang bunglon – mereka adalah satu-satunya binatang yang dapat menggerakan dan memfokuskan mata mereka secara terpisah, mata mereka berputar ke arah yang berbeda dan memberi mereka ubur-ubur berkembang biak dengan cara untuk melihat dalam dua arah yang berbeda dan fokus pada objek terpisah secara bersamaan. Lanjut tentang bunglon, bunglon juga satu-satunya binatang yang dapat memanjangkan lidahnya sampai 3 kali lebih panjang dari tubuhnya untuk menangkap makanan.

lidah ini terlempar keluar dari mulut dengan kecepatan sangat tinggi dan menjerat mangsanya menggunakan ujung lidahnya yang lengket. Komodo Dragon Hewan ini dijuluki sebagai the king of lizard.

Komodo ini juga disebut sebagai hewan pemburu mematikan yang memiliki panjang hingga 3 meter (10 kaki). Hewan ini biasanya berburu di sore hari, menyergap mangsanya dengan menggunakan cakarnya yang tajam dan kuat. Memiliki ekor yang kuat dan memiliki racun yang mematikan.

Istilah Dragon, tampaknya tepat untuk nama komodo dengan ukuran besar serta tampak seperti monster ganas yang siap menerkam mangsanya. Selain itu, air liur Komodo Dragon ini mengandung bakteri yang bernama virulent strains. Setiap gigitan komodo bisa mengakibatkan infeksi yang fatal Tuatara / iguana Jenis iguana ini memang tidak memiliki ukuran besarnamun hewan ini merupakan kerabat terdekat dari reptil dan ular yang pernah hidup di era Mesozoic, sekira 250 juta tahun lalu.

Tuatara memiliki kaki dan struktur otak yang sangat mirip dengan hewan amfibi. Kabarnya, hewan ini memiliki tiga kelopak mata di setiap matanya serta mata ketiga yang disebut parietal eye.

Kemungkinan mata ketiga ini berfungsi untuk mendeteksi siklus siang dan malam. Selain itu, tulang punggung hewan ini menyerupai ikan, sedangkan rusuknya seperti yang dimiliki pada burung. Tuatara hidup di pulau lepas pantai, wilayah Selandia Baru. Sebarkan ini: • • • • • Posting pada IPA, S1, SMA, SMP Ditag #contoh reftil, #jenis hewan reftil, #kalsifikasi reftil, #pengertian reftil, #struktur tubuh reftil, 10 hewan reptil, anatomi amfibi, anatomi aves, anatomi reptil pdf, anatomi ular, cara berkembang biak reptil, ciri ciri aves, ciri ciri dan klasifikasi aves, ciri ciri hewan reptil, ciri ciri morfologi bagian luar cicak, ciri ciri morfologi bagian luar ikan mas, ciri ciri morfologi hewan, ciri ciri morfologi tumbuhan, ciri ciri ubur-ubur berkembang biak dengan cara, ciri ciri reptilia brainly, ciri fisiologi katak, ciri morfologi buaya, ciri umum reptil, ciri yang hanya dimiliki oleh anggota aves, contoh hewan reptil, contoh hewan reptil dan amfibi, dasar teori reptil, definisi amfibi, gambar hewan reptil dan keterangannya, habitat aves, habitat reptil, klasifikasi reptil, klasifikasi reptilia brainly, laporan praktikum morfologi bunglon, laporan praktikum reptil, lima jenis hewan melata, makalah klasifikasi reptil, materi reptil, morfologi aves, morfologi cicak pdf, morfologi dan anatomi cicak, morfologi dan anatomi hewan pdf, morfologi dan anatomi kura kura, morfologi dan anatomi tokek, ordo crocodilia, pengertian amfibi dan contohnya, pengertian aves, pengertian mamalia dan contohnya, pengertian reptil, penjelasan mamalia, peranan reptil, peranan reptilia, reproduksi reptil, sebutkan ciri-ciri dari hewan porifera, struktur morfologi reptil, struktur tubuh aves, struktur tubuh reptil, susunan tulang badan pada ular, tipe gigi reptil, tipe sisik kadal, tuliskan bagian-bagian tubuh kadal Navigasi pos Pos-pos Terbaru • Pengertian Mahasiswa Menurut Para Ahli Beserta Peran Dan Fungsinya • “Masa Demokrasi Terpimpin” Sejarah Dan ( Latar Belakang – Pelaksanaan ) • Pengertian Sistem Regulasi Pada Manusia Beserta Macam-Macamnya • Rangkuman Materi Jamur ( Fungi ) Beserta Penjelasannya • Pengertian Saraf Parasimpatik – Fungsi, Simpatik, Perbedaan, Persamaan, Jalur, Cara Kerja, Contoh • Higgs domino apk versi 1.80 Terbaru 2022 ubur-ubur berkembang biak dengan cara Pengertian Gizi – Sejarah, Perkembangan, Pengelompokan, Makro, Mikro, Ruang Lingkup, Cabang Ilmu, Para Ahli • Proses Pembentukan Urine – Faktor, Filtrasi, Reabsorbsi, Augmentasi, Nefron, zat Sisa • Peranan Tumbuhan – Pengertian, Manfaat, Obat, Membersihkan, Melindungi, Bahan Baku, Pemanasan Global • Diksi ( Pilihan Kata ) Pengertian Dan ( Fungsi – Syarat – Contoh ) • Contoh Soal Psikotes • Contoh CV Lamaran Kerja • Rukun Shalat • Kunci Jawaban Brain Out • Teks Eksplanasi • Teks Eksposisi • Teks Deskripsi • Teks Prosedur • Contoh Gurindam • Contoh Kata Pengantar • Contoh Teks Negosiasi • Alat Musik Ritmis • Tabel Periodik • Niat Mandi Wajib • Teks Laporan Hasil Observasi • Contoh Makalah • Alight Motion Pro • Alat Musik Melodis • 21 Contoh Paragraf Deduktif, Induktif, Campuran • 69 Contoh Teks Anekdot • Proposal • Gb WhatsApp • Contoh Daftar Riwayat Hidup • Naskah Drama • Memphisthemusical.Com
Hewan vertebrata atau hewan bertulang belakang terdiri dari lima klasifikasi yakni reptilia, aves, pisces, amfibia, dan mamalia.

Temukan ciri-ciri dan contoh lengkapnya di sini! Dalam dunia hewan atau animal kingdom, ada pembagian dua kelompok yaitu hewan vertebrata dan invertebrata. Kedua kelompok ini sangatlah berbeda. Kira-kira ada 65,000 jenis hewan vertebrata di dunia. Walau terdengar banyak, angka ini hanya meliputi 3% dari jumlah keseluruhan hewan di bumi.

Sedangkan hewan invertebrata meliputi 97%. Mengapa? Salah satu alasannya karena ukuran hewan vertebrata yang jauh lebih besar, sehingga sulit untuk dikelompokan dan hidup dalam satu lingkungan bersamaan.

Alasan lainnya karena ketergantungan mereka terhadap lingkungan. Agar lebih mengerti, yuk simak ciri-ciri dan klasifikasi hewan vertebrata berikut ini! Temukan Promo Belanja Diskon, Cashback, Promo Pesta Brand Pilihan, Bebas Ongkir & Kejar Diskon di Waktu Indonesia Belanja! Ciri-Ciri Hewan Vertebrata Hewan vertebrata berbeda dengan hewan invertebrata.

Berikut ciri-ciri unik yang bisa ditemukan pada setiap hewan vertebrata: • Tubuh memiliki tulang belakang sejati, dengan kerangka internal (endoskeleton) dan otot yang melekat pada tulang. • Sistem peredaran darah tertutup, dan alat pernapasan paru-paru atau insang untuk penukaran gas (oksigen dan karbon dioksida).

• Jantung ventral dengan 2 – 4 ruang • Sistem pencernaan yang dilengkapi dengan hati, kelenjar pencernaan, dan pankreas.

• Tubuh terdiri dari kepala, badan, dan ekor. • Sistem saraf dari sistem saraf pusat otak yang memproses informasi melalui organ sensorik. • Memiliki selaput kulit. • Alat gerak aktif berupa kaki, sayap, atau sirip. • Sistem ekskresi berupa ginjal. Klasifikasi dan Contoh Hewan Vertebrata Hewan vertebrata bisa dikelompokan menjadi lima jenis berdasarkan ciri-cirinya. 1. Ikan ( Pisces) Sumber Gambar: Pixabay Ikan merupakan jenis hewan ubur-ubur berkembang biak dengan cara terbesar di dunia.

Hewan vertebrata ini ditemukan sekitar 500 juta tahun lalu dan kini terdapat 24,000 jenis ikan yang berbeda. Ikan dapat dibagi berdasarkan jenis habitat air: • Ikan air tawar: terdiri dari sekitar 41 jenis. Contohnya ikan emas, ikan oscar, dan ikan cupang. • Ikan air asin: terdiri dari 15,000 jenis. Contohnya ikan bintang dan ubur-ubur. Setiap jenis ikan memiliki keunikan masing-masing, tapi hampir seluruhnya mempunyai beberapa ciri-ciri yang sama, antara lain: • Berdarah dingin (Ektotermik): Ikan tidak mampu meregulasi suhu tubuh sendiri.

Mereka mengandalkan temperatur lingkungan. Suhu tubuh ikan berubah tergantung suhu lingkungan mereka. • Hidup di air: Seluruh ikan berhabitat di dalam air. Namun, ada beberapa ikan seperti ikan mudskipper yang bisa hidup di ubur-ubur berkembang biak dengan cara. Ingat, tidak semua binatang yang hidup ubur-ubur berkembang biak dengan cara air adalah ikan, contohnya lumba-lumba, paus, dan kura-kura. • Bernapas dengan insang: Semua ikan memiliki insang untuk menyerap oksigen dalam air dan mengeluarkan karbon dioksida.

Ada beberapa jenis ikan yang tinggal di lingkungan dengan kadar oksigen rendah memiliki paru-paru juga.Seluruh jenis ikan mempunyai insang sepanjang hidup mereka. Sebagian hewan yang memiliki insang untuk sementara bukan merupakan ikan, contohnya kecebong yang bermetamorfosis menjadi katak.

• Kandung Kemih Berenang: Disebut juga kandung kemih gas, yang bermanfaat sebagai daya apung, agar tidak tenggelam atau mengapung berlebihan. Organ ini terletak pada bagian punggung ikan.

• Sirip: Ada banyak tipe sirip pada ikan, tapi yang paling umum ditemukan adalah sirip ekor, sirip dada, sirip dubur, dan sirip punggung. Fungsi sirip adalah mengatur ikan berenang. • Jantung ventral dengan 2 ruang • Tidak ada telinga eksternal dan kelopak mata BACA JUGA: PENGERTIAN, PENYEBAB Ubur-ubur berkembang biak dengan cara PROSES TERJADINYA EFEK RUMAH KACA 2.

Amphibi ( Amfibia) Hewan Amfibia Katak - Sumber Gambar: Pixabay Hewan amphibi mudah ditemukan di berbagai bagian dunia. Namun, sebagian besar hewan vertebrata ini hidup di area yang hangat dengan curah hujan tahunan tinggi.

Jumlah mereka kini ada sekitar 7,000 jenis di dunia. Contoh hewan amphibi adalah katak, salamander, dan caecilian. Ciri-ciri hewan amphibi: • Berdarah dingin: suhu tubuh tergantung dengan temperatur lingkungan. Hewan Amphibi aktif dalam lingkungan hangat. • Jantung ventral dengan 3 ruang • Bernapas dengan insang, paru-paru, dan kulit: Pada fase larva, hewan amphibi bernapas dengan insang. Saat tumbuh dewasa dan mulai hidup di daratan, mereka mulai bernapas dengan paru-paru dan kulit.

• Berkembang biak dengan telur tanpa cangkang: Sebagian besar hewan amphibi mengalami proses metamorfosis • Hewan Amphibi Dewasa adalah Karnivor: Dalam air mereka mengonsumsi ikan, dan reptil kecil.

Di daratan, mereka mengonsumsi cacing dan serangga. • Kulit permeabel dan lembab 3. Reptil ( Reptilia) Hewan Reptilia – Kadal - Sumber Gambar: Pixabay Reptil diambil dari bahasa Latin yang berarti “hewan merayap.” Di dunia, ada sekitar 6,500 jenis reptil, beberapa diantaranya adalah kura-kura, ular, buaya, dan kadal. Sebagian besar reptil mengandalkan mata mereka untuk menglihat.

Tapi, tahukah kamu bahwa ular memiliki penglihatan yang sangat buruk (hampir buta)? Ciri-ciri hewan reptil: • Berdarah dingin • Bisa hidup di darat dan air. • Berkembang biak dengan telur bercangkang: Telur reptil sanggup hidup di daratan dan memiliki cangkang dan sistem membran yang berpori untuk menyerap oksigen dan zat gas lainnya.

• Tubuh diliputi kulit bersisik • Jantung ventral dengan 3 – 4 ruang: sebagian besar reptil memiliki jantung dengan 3 ruang. Kecuali, buaya yang mempunyai jantung 4 ruang. • Bernapas dengan paru-paru: Walau pernapasan utama mereka adalah paru-paru, hewan reptil bisa menghirup oksigen dalam air melalui membran yang ada di mulut.

• Bergerak menggunakan kaki atau perut: Sebagian besar reptil memiliki empat kaki yang dilengkapi dengan kuku tajam untuk membantu gerakan dan berburu. Namun, ada yang bergerak dengan perut seperti ular dan kadal. 4. Burung ( Aves) Sumber Gambar: Pixabay Burung merupakan salah satu hewan vertebrata yang banyak digemari banyak orang.

Burung ini termasuk dalam golongan kelas Aves, dan terdiri dari sekitar 9,703 spesies.Burung adalah satu-satunya hewan yang sanggup terbang, jalan, berenang, serta nyanyi dan menari!

Contoh burung antara lain penguin, burung merpati, bayan, kakak tua, bebek, flamingo, dll. Ciri-Ciri Hewan Burung: • Berdarah panas (Endotermik): mampu meregulasi suhu tubuh sendiri dengan keringat, dll. • Tubuh yang diliputi dengan bulu: Bulu burung yang cantik bermanfaat untuk terbang dan menjaga suhu tubuh. Untuk burung jantan, bulu ini berfungsi menarik perhatian pasangan loh.

• Bersayap: Walau semua burung mempunyai sayap, tidak semua bisa terbang. Dan tidak semua hewan bersayap adalah burung, contonya kelelawar (mamalia). Burung mempunyai bentuk sayap berbeda-beda yang berfaedah di lingkungan tertentu. • Berparuh: Burung mempunyai paruh, mulut yang terbuat dari tulang dan lapisan keratin.

Hewan ini tidak mengunyah makanan mereka, tapi langsung langsung digiling dan dicabik dengan paruh. Bentuk paruh pun berbeda-beda. Misalnya, bebek dengan paruh rata untuk menyaring makanan dalam air. Sedangkan, burung hantu dengan paruh melengkung untuk merobek dan mencabik mangsa. • Bertelur: Telur burung dilapisi dengan cangkang keras yang mengandung kalsium dan lendir yang mengeras. Sebagian besar burung sangat prihatin dan protektif terhadap anak-anaknya loh.

• Tulang yang ringan atau berat: Tulang burung yang ringan dan berongga membantu mereka terbang secara leluasa. Namun, burung yang tidak bisa terbang seperti penguin mempunyai tulang berat dengan sumsum untuk melindungi mereka dari suhu kutub yang dingin. • Jantung ventral dengan 4 ruang sempurna • Penglihatan yang sangat baik • Dua kaki untuk berjalan 5. Mamalia Hewan vertebrata mamalia – sapi - Sumber Gambar: Pixabay Dari seluruh jenis binatang di dunia, mamalia adalah hewan yang paling ‘maju’ dan tertua.

Manusia juga termasuk ke dalam golongan kelas mamalia loh. Kini ada sekitar 5,000 jenis hewan mamalia yang hidup. Mamalia terdiri dari berbagai ukuran dari sekecil 5 cm hingga sepanjang 30 meter. Contoh ubur-ubur berkembang biak dengan cara mamalia adalah zebra, kucing, anjing, paus, lumba-lumba, dan orang utan. Ciri-Ciri Hewan Mamalia: • Berdarah panas • Memiliki kelenjar ubur-ubur berkembang biak dengan cara Mamalia adalah satu-satunya hewan vertebrata yang menyusui. Kelenjar susu sebenarnya adalah kelenjar keringat dengan saluran dan jaringan kelenjar untuk mengeluarkan susu.

• Tubuh diliputi rambut atau bulu • Jantung ventral dengan 4 ruang sempurna • Mempunyai tiga tulang pendengaran tengah: Tulang ini berfungsi mengalirkan getaran ke labrin dan mengubah getaran menjadi sinyal saraf untuk diproses di otak. • Memiliki satu tulang rahang: Tulang dan otot rahang bawah inilah yang membuat mamalia sanggup mengunyah makanan. • Gigi yang memiliki 2 kali erupsi: Disebut juga dengan Diphyodont. Gigi pada mamalia muda akan lepas dan diganti dengan gigi baru yang lebih kuat.

Proses ini tidak terulang lagi. Sedangkan pada hewan vertebrata lainnya, gigi akan terus ubur-ubur berkembang biak dengan cara saat lepas. Ingat, tidak semua mamalia adalah diphyodont, contonya kanguru dan gajah. BACA JUGA: PENJELASAN LENGKAP MENGENAI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Nah, itulah Toppers penjelasan mengenai hewan vertebrata. Bagi kamu yang ingin menambah pengetahuan lewat bimbel, kursus maupun e-learning, sekarang kamu bisa memilih dan membeli voucher belajar-nya di Tokopedia.

Yuk, kunjungi Tokopedia sekarang, dan dapatkan voucher belajar untuk lembaga kursus, bimbel dan e-learning pilihanmu! Cari buku pelajaran terlengkap dengan harga murah? Yuk, temukan di sini!Hi, Sobat Zenius. Di artikel ini, gue mau ngajak elo buat ngebahas materi klasifikasi kingdom animalia kelas 10, mulai dari jenis hingga peta konsepnya. Sebelumnya, gue mau tanya dulu nih, siapa di sini yang pernah ke kebun binatang? Pasti sebagian besar pernah ya.

Hewan- hewan yang ada di sana masuk dalam satu klasifikasi yaitu kingdom Animalia, lho. Kira-kira apa sih pengertian kingdom Animalia dan siapa aja anggota yang tergabung di dalamnya? Kenapa manusia dimasukkan ke dalam kingdom yang satu ini ya? Penasaran? Yuk, kita simak bersama-sama! Klasifikasi makhluk hidup berdasarkan kingdom. (Arsip Zenius) Nah, sebelum gue masuk ke dalam bahasan klasifikasi kingdom Animalia lebih jauh, ada baiknya kita memahami dulu pengertian dari kingdom ini.

Animalia adalah kingdom yang mencakup manusia dan berbagai jenis hewan. Wah, tentu saja pembahasan dari kingdom ini sangat luas ya, guys. Kayak yang elo tahu, hewan ada banyak macamnya, ada hewan yang berukuran kecil seperti semut hingga yang besar seperti gajah.

Ada yang di daratan seperti kucing, di lautan seperti ikan, bahkan ada yang bisa ubur-ubur berkembang biak dengan cara seperti burung. Aduh, pasti bakal banyak banget ya, pusing nggak sih buat mengelompokkannya? Oh tentu saja tidak. Para ahli zoologi udah punya acuannya dalam mengelompokkan berbagai hewan yang terdapat dalam kingdom Animalia ini.

Ada yang dikelompokkan berdasarkan rongga tubuhnya, simetri tubuhnya, lapisan embrional, dll. Sebelum lihat klasifikasinya lebih jauh, gue mau ajak elo belajar ciri-cirinya dulu di bawah ini.

Ciri-Ciri Kingdom Animalia Saking banyaknya anggota kingdom Animalia, kita harus paham sama ciri-cirinya. Hal ini untuk mempermudah elo dalam mengklasifikasikan anggota-anggotanya nanti.

Coba deh elo ubur-ubur berkembang biak dengan cara, kenapa kucing dan ikan sama-sama disebut hewan? Padahal kan keduanya sangat berbeda. Nah, jawabannya bakal elo dapatkan setelah tau ciri-ciri kingdom Animalia.

Berikut ini merupakan ciri-ciri dari anggota Animalia: • Merupakan organisme eukariotik, yaitu memiliki membran inti. • Bersifat multiseluler, yaitu memiliki sel banyak. • Heterotrof, artinya tidak dapat membuat makanan sendiri, sehingga membutuhkan bahan organik lain untuk kebutuhan nutrisinya. • Motil, yaitu bisa bergerak. • Umumnya bereproduksi secara seksual, namun ada yang dengan cara aseksual. Itulah yang membedakan anggota Animalia dengan kingdom lainnya.

Kalau dilihat dari ciri-cirinya tentu saja Animalia lebih kompleks. Klasifikasi Kingdom Animalia Pengklasifikasian secara umum pada kingdom Animalia didasarkan pada keberadaan tulang belakangnya, yaitu invertebrata (tanpa tulang belakang) dan vertebrata (dengan tulang belakang).

Setelah dibagi berdasarkan tulang belakang, kingdom Animalia ini dibagi kembali menjadi 9 filum (divisi), yaitu: Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata. Biar makin paham, elo bisa lihat peta konsep kingdom animalia pada gambar di bawah ini ya: Klasifikasi kingdom Animalia (dok: exploringnature.org) Invertebrata Invertebrata merupakan klasifikasi kingdom animalia yang tidak memiliki tulang belakang.

Berikut ini merupakan filum-filum atau divisi-divisi dari Animalia yang termasuk ubur-ubur berkembang biak dengan cara invertebrata. • Porifera Porifera juga sering disebut sebagai hewan berpori atau spons. Hal ini karena sebagian besar spesiesnya memiliki kerangka dari serabut spongin, sehingga bagian tubuhnya seperti spons. Dengan ciri-ciri filum animalia di atas kira-kira elo bisa nggak kamu bakal menerka apa saja hewannya?

Yap, betul sekali, mereka adalah terumbu karang atau bunga karang. Banyak yang mengira filum hewan yang satu ini adalah tumbuhan, namun mereka termasuk hewan, lho. Mereka memakan bakteri dan plankton yang dicerna secara intraseluler. Tentu saja habitatnya di perairan, sebagian besar perairan laut. Kelas invertebrata filum porifera diklasifikasikan menjadi Calcarea, Hexactinellida, dan Demospongiae. • Coelenterata Filum hewan invertebrata yang satu ini memiliki dua ubur-ubur berkembang biak dengan cara tubuh, yaitu polip atau bentuk tabung, dan medusa atau berbentuk payung dan memiliki tentakel pada tepinya.

Elo tahu ubur-ubur kan? Yup, organisme tersebut termasuk filum coelenterata. Mereka hidup di perairan, laut maupun tawar. Hidupnya heterotrof, mereka memangsa plankton dan hewan kecil lainnya di perairan. Klasifikasi dari filum Coelenterata, yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa.

• Platyhelminthes Contoh anggota Platyhelminthes atau cacing pipih berdasarkan klasifikasinya. (dok: exploringnature.org) Platyhelminthes diambil dari bahasa Yunani, yaitu platy yang artinya pipih dan helminthes yang berarti cacing.

Dari artinya aja elo mungkin udah bisa tebak ya, cacing termasuk hewan yang berada di filum ini. Lebih tepatnya anggota dari filum ini pasti percacingan yang bentuknya pipih. Kalau dibandingkan dengan kedua filum di atas (porifera dan coelenterata), platyhelminthes merupakan yang paling sempurna. Mereka termasuk dalam hewan triploblastik atau memiliki tiga lapisan sel, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Klasifikasi dari filum platyhelminthes, yaitu: Turbellaria (cacing getar), Trematoda (cacing hati), dan Cestoda (cacing pita).

• Nemathelminthes Hampir sama seperti sebelumnya, nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu nema yang berarti benang dan helminthes yang berarti cacing.

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Terus apa yang membedakan filum kingdom animalia yang satu ini dengan filum yang sebelumnya? Meskipun sama sama percacingan tapi terdapat perbedaan bentuk, lho. Bentuknya bulat panjang, seperti benang gitu deh, guys. Oh iya, nemathelminthes udah punya rongga tubuh yang semu ya, makanya sering juga disebut sebagai hewan pseudoselomata.

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Klasifikasi dari filum nemathelminthes, yaitu: Ascaris lumbricoides (cacing perut), Ancylostoma duodenale (cacing tambang), Oxyuris vermicularis (cacing kremi), Wuchereria bancrofti (cacing rambut), Trichinella spiralis.

• Annelida Annelida juga termasuk jenis cacing lho, Sobat Zenius. Kalau di bahasa latin, annulus artinya cincin. Contoh dari filum Annelida adalah cacing gelang. Mereka mempunyai segmen pada tubuhnya. Anggota annelida sudah memiliki rongga tubuh sejati ( selomata). Klasifikasi dari filum annelida, yaitu: Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. • Mollusca Contoh hewan yang termasuk dalam filum Mollusca. (dok: exploringnature.org) Mollusca, dalam bahasa latin adalah molluscus yang berarti lunak.

Karena tubuhnya yang lunak itulah membuatnya dilindungi oleh cangkang, ya meskipun tidak semuanya. Cara hidupnya sama seperti Animalia lainnya, yaitu heterotrof dengan memakan udang, ikan, ganggang, maupun sisa-sisa organisme lainnya. Habitatnya di perairan dan di darat. Klasifikasi dari filum mollusca, yaitu: Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. • Arthropoda Contoh anggota Arthropoda berdasarkan klasifikasinya.

(dok: wikipedia.org) Filum hewan invertebrata yang satu ini disebut sebagai Arthropoda. Arthropoda merupakan hewan berbuku-buku atau bersegmen. Selain memiliki ciri bersegmen, ciri lainnya adalah memiliki kutikula keras yang membentuk kerangka luarnya.

Klasifikasi dari filum arthropoda yang paling umum, yaitu: Arachnoidea (laba-laba), Myriapoda (kaki seribu), Chilopoda (kelabang), Crustacea (udang), dan Insecta (serangga). • Echinodermata Echinodermata merupakan hewan yang berduri.

Mereka tidak ada yang bersifat parasit lho, guys. Kulitnya terdiri atas zat kitin, dan mereka memiliki sistem pencernaan yang sempurna. Klasifikasi dari filum echinodermata, yaitu: Echinoidea (bulu ubur-ubur berkembang biak dengan cara, Holothuroidea, Asteria (bintang laut), Crinoidea, Ophiuroidea, Vertebrata Sekarang gue bakal ajak elo mengenal klasifikasi kingdom animalia yang memiliki tulang belakang atau nama lainnya vertebrata.

Vertebrata ini merupakan subfilum dari chordata. Berikut ini adalah klasifikasi vertebrata. • Pisces Kelompok ikan ini merupakan jenis vertebrata yang hidup di perairan atau termasuk dalam organisme akuatik. Permukaannya licin dan bernapas menggunakan insang. • Amfibi Contoh hewan Amfibi berdasarkan klasifikasinya.

(dok: wikipedia.org) Amfibi merupakan hewan yang hidup di ubur-ubur berkembang biak dengan cara alam, yaitu daratan dan di air. Filum kingdom animalia amfibi melakukan pembuahan di luar tubuh, karena mereka melepaskan telur dan spermanya di dalam air. Saat masih berupa berudu, mereka bernapas menggunakan insang, namun saat dewasa mereka bernapas menggunakan paru-paru. • Mamalia Mamalia merupakan hewan yang memiliki kelenjar susu dan menghasilkan anak dengan cara melahirkan.

Mereka bernapas menggunakan paru-paru, memiliki jantung dengan empat bilik dan berdarah panas (homoiterm). Filum ini juga memiliki ciri khas yaitu memiliki kelenjar keringat dan minyak pada tubuh mereka. Contoh hewan dari filum ini tentunya elo udah nggak asing lagi, deh. Coba tulis di komen ya! • Burung Burung merupakan hewan yang memiliki sayap sebagai alat geraknya. Sama seperti Mamalia divisi Burung atau filum Aves adalah hewan berdarah panas dengan tubuh ditutupi oleh bulu. Ciri lainnya adalah mereka memiliki empat bilik jantung, bernafas melalui paru-paru dan berkembang biak secara bertelur.

Semua burung diklasifikasikan di bawah filum ini. Contohnya adalah Burung Beo, Gagak, dan Burung Unta. • Reptil Contoh hewan reptil berdasarkan klasifikasinya. (dok: exploringnature.org) Reptil adalah hewan berdarah dingin, yang memiliki sisik di tubuhnya. Mereka bernapas melalui paru-paru. Pada sebagian besar hewan ini, jantungnya memiliki tiga bilik, kecuali buaya, yang memiliki jantung empat bilik.

Contohnya adalah Ular, Kura-kura, Buaya, dll. Nah, itu tadi penjelasan gue mengenai klasifikasi kingdom Animalia. Gimana, mudah kan ternyata memahaminya? Oh iya, selain kingdom Animalia, banyak juga kingdom lainnya yang perlu elo ketahui lho, kalo misalnya elo mau lebih paham mengenai materi klasifikasi kingdom animalia kelas 10 semester 2 ini atau materi Biologi lainnya, elo bisa langsung belajar dengan materi ter-update dan terlengkap dari Zenius.

Caranya tinggal klik banner di bawah ini doang kok. Semoga informasi di atas bermanfaat ya buat elo. Have a nice day, guys!

Baca Juga Artikel Materi Biologi Lainnya Ciri-ciri dan Klasifikasi Makhluk Hidup Apa Betul Hewan Purba Itu Moyangnya Hewan Sekarang? Tahu dari Mana?

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Kenapa Harus Repot Melindungi Hewan Langka? Elo juga bisa menonton cara jitu belajar Biologi dan pembahasan materi Biologi lainnya di Youtube Channel Zenius ya:
Penulis: Prof.

Drs. Pramudji M.Sc. RINGKASAN Kawasan pesisir merupakan suatu kawasan peralihan antara daratan dan lautan, dengan batas kearah darat meliputi bagian daratan baik kawasan yang kering maupun yang terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut, seperti pasang-surut, serta ditandai dengan adanya vegetasi mangrove. Secara umum, di kawasan pesisir tropika yang relative terlindung dari hempasan ombak, seperti teluk dan pulau-pulau kecil termasuk di kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem pesisir yang komplit, yakni terdiri dari hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun.

Pada umumnya ekosistem pesisir, baik itu terumbu karang, padang lamun maupun hutan mangrove mempunyai banyak keterkaitan dalam memenuhi kebutuhan kehidupan berbagai biota laut. Salah satu dari ekosistem tersebut adalah hutan mangrove, yang memiliki peran yang sangat besar terhadap biota laut yang hidup berasosiasi didalamnya, termasuk juga masyarakat yang bermukim disekitar hutan mangrove.

Sudah sejak lama kehidupan masyarakat pesisir sangat tergantung dari keberadaan mangrove, karena hutan mangrove menjadi sumber pencaharian untuk mencari nafkah, baik itu dalam kegiatan menangkap ikan, kepiting, kerang-kerangan, udang, kayu bakar, kayu bangunan rumah, maupun atap rumah yang diambil dari daun nipa (Nypa fruticans).

Mangrove memiliki peranan yang sangat penting baik itu dilihat dari aspek biologis, ekologis, maupun dari aspek ekonomis. Berdasarkan besarnya peranannya terhadap ekosistem disekitarnya, maka mangrove dinilai memiliki kemampuan yang sangat besar dalam menopang dan menciptakan keseimbangan ekosistem perairan disekitarnya. Berdasarkan kondisi lingkungan ekosistem mngrove yang sangat unik dan kompleks tersebut, maka para pakar mangrove telah menyepakati bahwa ekosistem mangrove dipercayai menjadi suatu tempat pemijahan ubur-ubur berkembang biak dengan cara tempat bertelur, serta sebagai tempat pembesaran berbagai macam biota laut.

Selain itu, kawasan mangrove juga telah dimanfaatkan sebagai penyedia pangan, bahan kayu bakar bagi rumah tangga, bahan kayu bangunan, bahan untuk kayu lapis, dan juga dapat berperan sebagai kawasan perlindungan dari bahaya bencana alam seperti tsunami dan angin topan.

Habitat Biota Terkait dengan fungsi ekologis, hutan mangrove memiliki kemampuan dalam menciptakan dan menopang keseimbangan ekosistem kawasan pesisir. Kawasan pesisir oleh Chapman (1979) disebut sebagai tempat tumbuhnya hutan pasang surut, merupakan ekosistem yang sangat spesifik dan unik, serta memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar terhadap kehidupan berbagai biota laut.

Purnobasuki (2005) menambahkan bahwa lingkungan disekitar hutan mangrove yang relatif tenang, dapat menciptakan kondisi yang mempermudah terjadinya pembiakan telur ikan yang berlangsung diluar induknya. Sistem perakaran mangrove, khususnya dari jenis Sonneratia sp., Avicennia sp., dan Rhizophora sp., juga akan memberikan suatu kondisi untuk melindungi dan menahan dari gerakan arus pasang-surut terhadap telur ikan yang sudah dibuahi. Selain itu, kondisi yang unik dari sistem perakaran mangrove tersebut juga dimanfaatkan larva ikan untuk berlindung dari serangan predator.

Oleh karena itu, secara ekologis mangrove memiliki kemampuan menyediakan habitat alami yang nyaman dan aman, sebagai tempat memijah (spawning grounds), tempat asuhan (nursery grounds) dan tempat mencari makanan (feeding grounds) dari berbagai biota laut yang dapat membentuk suatu keseimbangan lingkungan, terutama pada keseimbangan antara mangsa dengan pemangsa (prey dengan predator). Hutan mangrove mampu menciptakan suatu kondisi terjadinya percampuran dari dua kelompok fauna, yaitu kelompok fauna terestrial dan kelompok fauna akuatik.

Kelompok fauna terestrial pada umumnya menempati bagian atas pohon, misalnya burung, primata, reptil (ular, biawak, dan buaya), dan kelelawar. Sedangkan kelompok akuatik dibedakan menjadi dua tipe, yaitu organisme yang dalam air (misalnya ikan, dan udang), dan organisme yang hidup pada substrat atau lantai hutan mangrove, seperti kepiting dan moluska.

Selanjutnya diketengahkan oleh Nybaken (1988) bahwa ekosistem mangrove juga merupakan suatu kawasan ekosistem yang sangat khas dan unik, terkait dengan ekosistem yang ada di darat dan ekosistem perairan disekitarnya.

Oleh karena itu, hutan mangrove juga sering dikenal sebagai “interface ecosystem”, dari berbagai fauna akuatik dan mikroorganisme (jasad renik), baik yang dijumpai pada substrat maupun yang hidup menempel pada perakaran tumbuhan mangrove, sebagian besar dari siklus hidupnya sangat tergantung dari eksistensi mangrove. Proses peluruhan serasah mangrove pada lantai hutan, serta kondisi perakaran tumbuhan mangrove yang unik adalah salah satu bukti, bahwa fauna aquatik dan mikroorganisme keberadaannya sangat tergantung dari hutan mangrove (Odum, 1972).

Disebutkan oleh Dorenbosch (2006) dan Thorhaug & Austin (1986) bahwa komunitas mangrove mampu menopang kehidupan biota laut yang hidup berasosiasi didalamnya.

Odum (1971) juga menambahkan bahwa serasah tumbuhan mangrove yang jatuh ke lantai hutan menghasilkan antara 35-69% unsur hara terlarut pada ekosistem hutan mangrove.

Secara biologis, hutan mangrove juga memberi kontribusi yang sangat tinggi terhadap perputaran mata rantai makanan suatu perairan pesisir. Interaksi antara lingkungan dengan hutan mangrove di kawasan ubur-ubur berkembang biak dengan cara memiliki potensi untuk memberikan kondisi yang sesuai terkait dengan proses biologi bagi beberapa biota laut, yang tentunya akan melibatkan eksistensi dari mikrorganisme Struktur dalam ekosistem hutan mangrove memiliki dua komponen, yakni komponen abiotik dan komponen biotik.

Komponen abiotik terdiri dari substansi anorganik (nutrien, mineral, air, oksigen, karbon dioksida) dan substansi organik (tanaman yang mati, serasah, hewan yang membusuk). Selain itu, bagian komponen abiotik yang juga sangat penting adalah kondisi iklim seperti curah hujan, suhu, serta kelembaman. Sedangkan untuk komponen biotik, terdiri dari 3 kelompok sesuai dengan fungsinya dalam suatu ekosistem, yakni kelompok organisme produser, kelompok organisme konsumer (herbivora, karnivora, omnivora dan kelompok pemakan ubur-ubur berkembang biak dengan cara, serta kelompok organisme dekomposer (kelompok pengurai).

Ekosistem hutan mangrove adalah salah satu ekosistem pesisir yang memiliki peran dan fungsi, serta manfaat yang sangat besar, karena secara biologis hutan mangrove ikut berperan dalam mengatur perputaran mata rantai makanan, dan menciptakan keseimbangan ekosistem di suatu perairan.

Serasah mangrove yang jatuh ke lantai hutan akan menjadi habitat yang baik bagi mikroorganisme (bakteri dan fungi), sekaligus membantu dalam proses dekomposisi, dimana pada akhirnya menjadi sumber makanan bagi Amphiphoda dan organisme pemakan detritus lainnya, dan selanjutnya menjadi makanan bagi larva ikan (Heald & Odum, 1972). Terkait dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa komunitas mangrove memiliki arti penting bagi kesuburan perairan disekitarnya, serta dikenal mampu menopang kehidupan biota akuatik yang hidup berasosiasi ubur-ubur berkembang biak dengan cara dalamnya (Dumbois & Ellenberg, 1974; Coulter & Allaway, 1979; Dorenbosch, 2006).

Sukardjo (1999) menyebutkan bahwa total hasil tangkapan laut pada tahun 1977 adalah sebesar 1.489.000 ton, dan 3% diantaranya merupakan sumbangan dari jenis ikan yang hidupnya tergantung pada ekosistem mangrove. Hutan mangrove di kawasan Segara Anakan, menyumbangkan sekitar 7% dari total produksi perikanan lepas pantai (Martosubroto & Sudradjat, 1973). Keterkaitan antara hutan mangrove dengan biota laut tersebut, juga diperjelas oleh Martosubroto & Naamin (1977), bahwa ada hubungan linier positip antara luas hutan mangrove dengan produksi udang.

Pernyataan yang senada juga dilaporkan oleh Kasri (1982), yaitu bahwa kemunduran perikanan di Bagansiapi-api dan sekitarnya adalah bukan semata-mata karena ekploitasi sumberdaya perikanan yang berlebih, tetapi sebagai akibat dari rusaknya ekosistem mangrove.

Berkaitan dengan ikan yang hidup pada kawasan ekosistem hutan mangrove, para ichthyolog telah mengelompokan ikan yang hidup pada ekosistem mangrove menjadi empat kelompok, yaitu kelompok ikan yang hidup menetap pada ekiosistem mangrove, yakni ikan gelodok, antara lain Periophthalmus koelreuteri, Periophthalmus sobrinus Periophthalmodon schloseri, dan Boleophthalmus boddarti (Gambar 2.1.5). Selanjutnya kelompok ikan yang hanya sementara hidup pada ekosistem mangrove dan saat dewasa pindah ke muara sungai (misalnya ikan belanak, ikan kapas-kapas, dan ikan kuwe).

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Kelompok ketiga adalah kelompok ikan yang hanya ke hutan mangrove pada saat pasang (ikan gulamah, ikan barakuda, ikan tancak). Yang keempat adalah kelompok ikan pengunjung musiman hutan mangrove, yakni kelompok ikan yang hanya memanfaatkan mangrove untuk tempat memijah dan sebagai perlindungan, mislanya dari jenis Macrones gulio dan Oedalechilus labiosus (Ghufran, 2012) Pernyataan terkait dengan peran ekosistem mangrove terhadap keseuburan perairan disekitarnya tersebut sangaterat kaitannya dengan gugur ubur-ubur berkembang biak dengan cara mangrove yang disumbangkan pada ekosistem kawasan perairan pesisir disekitarnya.

Berdasarkan dari hasil penelitian gugur serasah mangrove di beberapa daerah, antara lain hutan mangrove di pesisir Passo (Ambon) menghasilkan serasah berkisar antara 11,68-17,40 ton ha-1 th-1 berat kering, hutan mangrove di pesisir Teluk Kotania (Pulau Seram) sebesar 6,20 ton ha-1 th-1 berat kering, dan hutan mangrove pesisir Teluk Gilimanuk (Bali) menghasilkan serasah sebesar 11,24 ton ha-1 th-1 berat kering (Pramudji 1999; 2001c; 2006; 2007a; Sediadi &Pramudji, 1987).

Sedangkan produksi serasah mangrove untuk tegakan murni jenis Bruguiera gymnorrhiza di Teluk Un, Tual, Maluku Tenggara dan Sonneratia alba di Teluk Ambon berturut-turut menghasilkan serasah sekitar 9,29 ton ha-1 th-1 berat kering dan 13,78 ton ha-1 th-1 berat kering Pramudji, 2001a; 2001b).

Luruhan serasah tersebut memiliki makna yang penting terhadap mata rantai makanan. Perlu dipahami bahwa selama terjadi proses dekomposisi, serasah mangrove akan semakin diperkaya oleh protein dan selanjutnya menjadi sumber pakan dari berbagai organisme, misalnya kepiting, moluska, polychaeta, udang dan ikan.

Proses dekomposisi serasah mangrove tersebut, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramudji (2001b) di kawasan pesisir Teluk Un, Maluku Tenggara, bahwa serasah jenis Bruguiera gymnorrhiza akan terurai habis dalam waktu kurang lebih sekitar 13 bulan. Kemudian untuk jenis Rhizophora sp., proses dekomposisinya memerlukan waktu sekitar 12 bulan (Pramudji, 2003).

Sedangkan untuk jenis Avicennia officinalis, penguraiannya membutuhkan waktu sekitar 8 bulan (Wafar et al., 1999 ). Perbedaan laju dekomposisi tersebut adalah berkaitan dengan kandungan unsur nitrogen dan karbon dalam serasah mangrove. Semakin tinggi kandungan karbonnya, maka proses dekomposisi serasah mangrove akan semakin lama. Selain itu, perbedaan laju penguraian serasah mangrove tersebut, juga dipengaruhi antara lain oleh oksigen terlarut, pH tanah, kehadiran mikroorganisme, lama penggenangan, dan kadar garam.

Ditinjau dari aspek ekologinya, hutan mangrove memiliki peranan dan fungsi yang cukup penting, baik terhadap fauna maupun ekosistem kawasan perairan pesisir secara luas. Peranan dan fungsi mangrove tersebut adalah sebagai sumber nutrisi, karena didalamnya terjadi proses biologi yang dimanfaatkan oleh berbagai biota laut. Odum (1971), menyebutkan bahwa serasah yang jatuh di lantai hutan, menghasilkan 35-60% unsur hara yang terlarut pada ekosistem mangrove.Hutan mangrove juga dapat berperan sebagai tempat memijah, pembesaran, mencari makan, dan tempat berlindung dari berbagai biota laut.

Anonimous. (2005) mengemukakan bahwa dari hasil penelitian di kawasan pesisir Delta Mahakam, ditemukan ikan dari suku Gobiidae dalam stadium larva dan juvenil. Informasi ini mengindikasikan adanya bukti bahwa daerah perairan hutan mangrove adalah sebagai tempat memijah dari berbagai ikan. Selanjutnya, dari 25 jenis larva yang ditemukan di kawasan tersebut, 75 % diantaranya adalah termasuk ikan ekonomis penting.

Selain itu, pada perakaran mangrove juga menyediakan makanan dan tempat perlindungan bagi ikan dan invertebrata. Jenis moluska yang ditemukan di hutan mangrove Delta Mahakam pada tahun 2003 adalah Telescopium telescopium, Cerithidea cingulata, Littorina scabra, Littorina lineata dan Nerita planospira.

Pernyataan bahwa perairan disekitar hutan mangrove juga sebagai tempat mencari makan dari berbagai jenis ikan, hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil penelitian Pramudji dkk (2004) yaitu, bahwa di perairan mangrove Delta Mahakam, Kalimantan Timur banyak ditemukan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis penting.

Jenis-jenis ikan tersebut antara lain adalah Lates calcalifer (ikan kakap), Siganus fuscesceus (ikan baronang), Pennahia argentata (ikan gulamah), Ilisha elongata (ikan tembang)dan Epinephelus malabaricus (ikan kerapu). Larva ikan, di pearairan Delta Mahakam adalah 75 % dari seluruh ikan yang hadir perairan tersebut adalah termasuk ikan ekonomis penting. Jenis krustasea dari kelompok kepiting yang biasa ditemukan di sekitar perakaran mangrove adalah Scylla serrata.

Jenis kepiting ini memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Budidaya kepiting Scylla serrata yang diperuntukan sebagai bahan baku “kepiting soka” restourant banyak dilakukan di Balikpapan. Penyimpan dan penyerap karbon Kontribusi utama terhadap penyebab naiknya konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer adalah karena semakin meningkatnya pembakaran bahan bakar minyak dari fosil (BBM) melalui kendaraan bermotor, dan industri.

Salah satu dampak yang akan terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah CO2 di atmosfer adalah terganggunya keseimbangan, sehingga memicu terjadinya perubahan iklim global. Kondisi temperatur yang semakin meningkat yang terjadi akhir-akhir ini kemungkinan besar adalah sebagai akibat karena samakin meningkatnya unsur karbon dalam bentuk CO2, CO, CH4, serta gas rumah kaca, ubur-ubur berkembang biak dengan cara akan memicu terjadinya pemanasan global Secara umum, tumbuhan termasuk juga hutan mangrove memiliki kemampuan untuk mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer melalui proses fotosintese, dan kemudian tersimpan dalam jaringan tumbuhan, baik dalam batang, daun, dan akar.

Karbon juga dapat tersimpan dalam bahan organik mati, seperti pada kayu yang tumbang dipermukaan tanah, atau kayu yang sudah tertimbun dalam tanah, sebagai proses alami. Kondisi tersebut terjadi di hutan belantara Indonesia yang terhampar mulai dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi sampai dan Papua.

Oleh karena itu, tidak aneh jika Indonesia memiliki tambang batu bara yang melimpah. Luas hutan mangrove di dunia adalah hanya sekitar 0,4 % dari seluruh hutan yang ada di dunia.

Sedangkan luas hutan mangrove adalah sekitar 25 % dari 17 juta hektar luas hutan mangrove di dunia. Hutan mangrove tersebut memiliki peran yang sangat besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon, yaitu kira-kira sebesar 4 gigaton C th-1 – 112 gigaton C th-1 (Purnobasuki, 2012).

Selain sebagai habitat dari berbagai biota laut dan tempat perputaran unsur hara, hutan mangrove juga memiliki kemampuan dalam meyerap CO2 atau karbon dioksida dari atmosfer yang digunakan dalam proses fotosintese untuk pertumbuhannya. Karbondioksida yang diserap melalui proses fotosintese tersebut akan diubah menjadi biomassa berupa senyawa karbon yang tersimpan dalam batang tumbuhan mangrove. Sedangkan yang tersimpan dalam sedimen pada lantai hutan mangrove adalah sebagai zat hara akibat dari proses dekomposisi dari serasah mangrove, yang meliputi daun, bunga, buah, biji, ranting, maupun batang mangrove yang roboh.

Kandungan karbon yang tersimpan dalam batang dan sedimen tersebut dikenal sebagai stok karbon atau jumlah karbon yang tersimpan dalam ekosistem hutan mangrove. Terkait dengan luasan hutan mangrove yang ada di kawasan pesisir di Indonesia mencapai jutaaan hektar, itu berarti bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam penyerapan karbondioksida dari atmosfer, yang sekaligus dapat mengurangi dampak perubahan iklim sebagai akibat naiknya karbondioksiada.

Donato et al (2011), mengungkapkan bahwa di wilayah Indo-Pasifik, kandungan karbon yang tersimpan dalam ekosistem mangrove adalah lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan hutan terestrial. Namun demikian FAO (2007 dalam Dharmawan dkk, 2014) telah menginformasikan bahwa sudah terjadi penurunan luasan hutan mangrove secara drastis dari tahun 1980 yakni sekitar 4,5 juta hektar, menjadi 2,9 juta hektar pada tahun 2005.

Kondisi seperti di atas dampaknya akan berpengaruh terhadap serapan mangrove terhadap karbondioksida dari atmosfer. Terkait dengan kemampuan hutan mangrove dalam menyimpan karbon, Baba dalam Amri (2007), menyebutkan bahwa dalam satu meter persegi, hutan mangrove mampu menyimpan karbon sekitar 50 kg m-2. Kondisi tersebut dampaknya memberikan kontribusi dalam proses pengurangan efek perubahan iklim yang saat in sangat dirasakan.

Selanjutnya informasi dari Kementrian Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa mangrove yang luasnya sekitar 93.000 km2, diperkirakan mampu menyerap CO2 sekitar 73,50 juta ton th-1 (Anonimous, 2007). Sedangkan dari hasil penelitian Pramudji (2007) yang dilakukan yang menggunakan “light meter”di hutan mangrove Likupang, Sulawesi Utara menghasilkan sekitar 12,546 ton C ha-1 th-1. Hutan mangrove kawasan pesisir Teluk Lampung adalah sekitar 13,370 ton C ha-1 th-1 (Pramudji, 2008) Informasi serapan karbon organik oleh UNEF (2009) disajikan pada Tabel 2.2.2.

Selanjutnya hasil penelitian pendugaan atau estimasi stok karbon telah dilakukan oleh Dharmawan dkk (2014) pada ekosistem mangrove di kawasan pesisir timur Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Terkait dengan hal tersebut di atas, maka peluang yang dapat kita kembangkan di Indonesia untuk mengendalikan konsentrasi CO2 di atmosfer yang saat ini semakin meningkat, yakni dengan cara pengembangan penyerapan karbon hutan mangrove, melalui upaya rehabilitasi pada kawasan hutan mangrove ubur-ubur berkembang biak dengan cara kondisinya sudah rusak.

Indonesia memiliki potensi dan kemampuan sebagai tempat penyerap emisi karbon, karena Indonesia memilki hutan mangrove dan hutan tropis yang cukup luas. Pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan merupakan suatu program yang cocok berkaitan dengan penyerapan dan penyimpanan karbon. Terkait dengan terjadinya pemanasan iklim global yang semakin terasa beberapa tahun terakhir ini, maka perlu dilakukan upaya menurunkan CO2 di atmosfer antara lain dengan mengelola hutan mangrove secara serius, yakni dengan mengendalikan terjadinya perusakan hutan.

Melakukan rehabilitasi pada kawasan hutan mangrove yang telah rusak, sebagai akbibat kegiatan konversi hutan mangrove menjadi lahan pertambakan Selain itu, mulai memikirkan pengganti bahan bakar minyak bumi (fosil), dengan teknologi baru (energi matahari, energi angin, atau panas bumi). Program rehabilitasi hutan mangrove yang dicanangkan memiliki banyak keuntungan, antara lain disamping keuntungan secara ekologis dapat menjadi pelindung kawasan pesisir dari bahaya tsunami dan penahan proses abrasi; secara biologis menciptakan keseimbangan lingkungan elosistem pesisir, dan menjadi tempat yang ideal bagi kehidupan berbagai biota laut; serta memiliki kemampuan dalam proses penyimpanan danpenyerapan karbon yang semakin meningkat di atmosfer.

Perangkap sedimen Sedimen dasar sebagai penyusun ekosistem di kawasan pesisir adalah pasir. Partikel pasir yang relatif halus melalui gaya kapilernya cenderung memiliki kemampuan untuk menampung lebih banyak air, demikian sebaliknya untuk pasir kasar memiliki kemampuan untuk mengalirkan air.

Air yang tertahan di kawasan pesisir tersebut sangat berpengaruh terhadap perubahahn suhu dan kadar garam yang selanjutnya akan dimanfaatkan oleh vegetasi pesisir, seperti mangrove. Hutan mangrove dikenal sebagai hutan yang mampu dan berperan sebagai perangkap sedimen.

Hutan mangrove juga mampu membantu dalam perluasan tanah, karena perakaran mangrove mampu menahan sedimen yang terbawa oleh aliran sungai. Oleh karena itu, mangrove juga dikenal sebagai ”land building”. Kondisi tersebut dapat dilihat pada pulau-pulau kecil yang ditumbuhi mangrove yang secara sporadis muncul tumbuh disekitar Muara Sungai Mahakam, Kalimantan Timur (Anonimous, 2005). Kondisi yang sama juga ditemukan di Kepulauan Ubur-ubur berkembang biak dengan cara, pesisir Teluk Kotania (Seram Barat), pesisir Teluk Penagi (Natuna) (Pramudji, 1987b; 2001a; 2002; Pramudji dkk, 1994).

Kemampuan dalam menahan sedimen tersebut sangat terkait dengan tipe perakaran yang sangat khas dan unik dari beberapa jenis tumbuhan mangrove, antara ubur-ubur berkembang biak dengan cara seperti Avicennia sp., Rhizophora sp., dan Sonneratia sp. Selain itu, Bird (1972) dan Bird & Barson (1982) juga mengungkapkan bahwa mangrove juga mempunyai ubur-ubur berkembang biak dengan cara dalam membentuk teras-teras pantai. Terbentuknya teras-teras pantai di kawasan pesisir tersebut, karena didukung tempat tumbuh mangrove yang relatif terlindung, morphologi pantainya landai, dan juga ditopang oleh adanya muara sungai yang selalu membawa material.

Perakaran beberapa jenis tumbuhan Rhizophora sp., Sonneartaia sp., Avicennia sp., selain sebagai perangkap sedimen, juga memberikan peluang untuk tumbuhnya seedling atau anakan mangrove yang tumbuh disela-sela perakaran.

Tumbuhnya seedling pada ubur-ubur berkembang biak dengan cara mangrove tersebut akan terlindung dari hempasan ombak maupun arus pasang-surut, dan kondisi tersebut ikut berperan dalam menangkap dan mengendapkan sedimen. Selain itu, proses alami ini juga menyebabkan areal mangrove akan bergerak maju ke arah laut, dan terjadinya suksesi antar jenis mangrove yang toleran terhadap salinitas tinggi dengan jenis mangrove yang hanya toleran pada salinitas yang lebih rendah.

Pelindung Kawasan Pesisir Abrasi merupakan suatu peristiwa terjadinya pengikisan kawasan pesisir yang disebabkan oleh pukulan gelombang, dan juga arus pasang surut. Penyebab terjadinya abrasi ada beberapa faktor, antara lain adalah iklim, topografi pantai, tipe sedimen, serta kondisi vegetasi pesisir. Namun demikian, secara umum kerusakan kawasan pesisir sebagai akibat abrasi yang disebakan oleh karena kawasan pesisir tidak memiliki vegetasi pesisir (mangrove). Tidak adanya mangrove di kawasan pesisir, menyebabkan terjadinya abrasi.

Secara ekologis, mangrove juga memiliki fungsi yang sangat besar terhadap perlindungan kawasan pesisir dari bahaya abrasi maupun dari hempasan gelombang. Selain sebagai penopang pohon, sistem perakaran dari beberapa jenis tumbuhan mangrove, yakni Avicennia sp., Rhizophora spdan Sonneratia sp., yang tersusun sangat rapat dan terpancang sebagai jangkar, juga mampu menangkap sedimen dan menahan lepasnya partikel tanah, serta memiliki kemampuan meredam energi pasang-surut, dan gempuran gelombang.

Masalah bahaya bencana alam seperti “tsunami”, Hanada & Fumihiko (2002 dalam Pramudji, 2008), mengutarakan bahwa hutan mangrove dengan ketebalan sekitar 200 meter, dengan kerapatan 60 batang, dengan diameter 15 cm dapat meredam ganasnya energi gelombang tsunami hingga 50 % (Gambar 2.4.2). Oleh karena itu, seandainya di kawasan pesisir Aceh utara masih memiliki hutan mangrove yang kondisinya masih baik, kemungkinan bencana tunami tahun 2004 yang memporak-porandakan pemukiman dan bangunan lainnya di kota Aceh tidak akan terjadi.

Namun demikian, dengan terjadinya bencana alam tsunami di kawasan pesisir Aceh tersebut, menyebabkan masyarakat yang tinggal di pesisir menyadari manfaat keberadaan hutan mangrove. Masyarakat saat ini sudah meyakini bahwa hutan mangrove dengan tipe perakaran yang khas, memiliki kemampuan dalam meredam energi gelombang tsunami. Masyarakat pesisir diseluruh penjuru Indonesia yang tinggal di pesisir juga sudah memahami, bahwa hutan mangrove mampu memecah gelombang, sehingga kawasan pesisir terlindung dari bahaya erosi.

Perubahan pola kehidupan masyarakat Indonesia, baik di perkotaan maupun di perdesaan yang semakin pesat beberapa puluh terakhir ini berdampak pada perilaku, budaya, pola hidup, serta terhadap kelestarian sumberdaya alam hayati, termasuk hutan mangrove. Pengetahuan tradisionaal tentang tata cara pemanfaatan hutan mantgrove telah dimanfaatkan secara turun temurun, dan masih dalam skala pemanafaatan rumah tangga.

Namun demikan, setelah adanya perkembangan teknologi dalam pemanfaatan mangrove, dampaknya menyebabkan terjadinya kerusakan secara drastis dan dalam skala yang sangat besar. Kerusakan hutan mangrove yang terjadi sejak beberapa dekade yang lalu, adalah sebagai akibat darikonversi mangrove yang disulap menjadi kegiatan usaha pertambakan ikan dan udang adalah menjadi titik awal kerusakan mangrove di Indonesia.Luasan hutan mangrove diseluruh kawasan pesisir Ubur-ubur berkembang biak dengan cara pada tahun 1982 diperkirakan sekitar 4.25 juta hektar, namun demikian setelah terjadi intervensi manusia terhadap sumberdaya alam tersebut, maka pada tahun 1993 atau dalam kurun waktu sekitar 11 tahun, luas hutan mangrove tersebut turun secara drastis menjadi 2,49 juta hektar (Giesen dalam Parry, 1996).

Kondisi tersebut dapat dilihat disepanjang pesisir pantai utara Jawa (pantura) mulai dari pesisir Banten, Tanjung pasir, Teluk Jakarta, pesisir Karawang, pesisir Indramayu, pesisir Tegal sampai ke pesisir Probolinggo Jawa Timur. Kemudian untuk di luar PulauJawa antara lain adalah pesisir bagian timur Teluk Lampung, kawasan Delta Mahakam, pesisir Teluk Bone, pesisir Kendari, pesisir Pulau Muna Sulaweesi Tenggara, dan sepanjang pesisir Teluk Saleh, Pulau Sumbawa.

Fenomena terjadinya degradasi hutan mangrove hingga saat ini cenderung semakin meluas dan sangat drastis, misalnya di hutan mangrove yang di Delta Mahakam, Kalimantan Timur yang memiliki kecepatan rata-rata penurunan luas area sekitar 5310 ha th-1.

Kondisi tersebut sebagai akibat pemanfaatan yang berlebihan, dan kontribusi yang paling besar adalah kegiatan pertambakan udang dan ikan. Dampak dari perilaku tersebut, pada akhirnya menyebabkan terganggunya perairan pesisir disekitar ekosistem hutan mangrove. Kondisi tersebut, secara pasti akan berlanjut dan mengganggu lingkungan biosfer di kawasan pesisir yang dikenal sebagai ekosistem yang memiliki produktivitas tinggi.

Terkait dengan hutan mangrove, maka secara umum bahaya kerusakan dikawasan pesisir akibat bencana alam tsunami akan direduksi. Oleh karena itu, dikawasan pesisir yang kondisi mangrovenya sudah rusak agar segera dibuat sabuk hijau atau “green belt” dengan ketebalan antara 100-200 meter, yakni dengan cara dilakukan penanaman dengan jenis mangrove yang disesuaikan dengan substrat yang ada.

Purnobasuki (2005) menjelaskan bahwa lebar jalur hijau, diukur dari surut terendah, misalnya jangkauan pasang lebih 1.000 meter, maka lebar jalur hijau minimal 300 meter, kemudian untuk jangkauan pasang antara 700 – 1.000 meter, maka lebar jalur hijau adalah sekitar 30 % dari jangkauan pasang (250 meter), dan jangkauan pasang antara 300 – 700meter, maka lebar jalur hijaunya adalah 40% atau sekitar 200 meter. Upaya penghijauan hutan mangrove di kawasan pesisir yang telah kritis dibebarapa daerah, saat ini juga sudah banyak lakukan.

Bahkan di daerah Likupang, Sulawesi Utara kegiatan pembibitan mangrove dari jenis Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Ceriops tagal menjadi pekerjaan rutin, karena banyak permintaan dari beberapa daerah untuk penghijauan kawasan pesisir.

Mencegah Instrusi Air Laut Perlu diketahui bahwa air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar, oleh karena itu air laut akan mudah mendesak dan masuk ke air tanah (Vienestra, 2010). Selanjutnya disebutkan bahwa secara alamiah air laut tidak dapat masuk jauh ke daratan, hal ini disebabkan karena air tanah memiliki piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut. Oleh karena itu terbentuklah interface, sebagai batas antara air tanah dengan air laut, dan kondisi yang demikian merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan air tanah.

Intrusi merupakan pergerakan air laut ke akuiferair tawar yang dampaknya dapat menyebabkan sumber air minum terkontaminasi oleh air laut. Intrusi air laut akan terjadi apabila keseimbangan air air tawar di kawasan pesisir terganggu, yang disebabkan oleh adanya berbagai aktivitas manusia.

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

Kegiatan manusia tersebut antara lain adalah sebagai akibat pemompaan air tanah, terganggunya karakteristik pantai dan batuan penyusun, serta hilangnya vegetasi mangrove di pesisir sebagai akibat adanya kegiatan pertambakan atau bangunan perumahan.

Gambaran terjadinya intrusi air laut, atau masuknya air laut kearah daratan ditampilkan pada Gambar 2.5.1. Ekstrasi air tanah adalah salah satu penyebab utama terjadinya intrusi air laut.

Kegiatan manusia, terutama yang berkaitan dengan pemompaan air tanah dari akuifer di kawasan pesisir yang dilakukan oleh hotel maupun industri, serta bertambahnya pemukiman di kawasan pesisir dapat meyebabkan meningkatkan intrusi air laut. Penyebab intrusi air laut ke daratan juga dapat terjadi apabila kondisi cuaca yang sangat ekstrem, misalnya seperti terpaan badaidan hempasan ombak. Keberadaan hutan mangrove di kawasan pesisir dapat berperan besar sebagai penyangga terjadinya perembesan air laut ke daratan, yang kita kenal sebagai bencana “intrusi”.

Vegetasi mangrove yang tumbuh subur di kawasan pesisir selain berperan untuk melindungi kawasan pemukiman masyarakat pesisir dari berbagai bencana yang berasal dari laut, keberadaannya juga mampu berperan menjadi penyangga terhadap masuknya air laut ke arah darat. Ghufran (2012) menyebutkan bahwa sumur-sumur di kawasan Desa Tongke-Tongke, Samataring, Sinjai, Sulawesi Selatan sekarang airnya tidak asin lagi, setelah kawasan pesisir dilkukan penghijauan dengan tanaman mangrove.

Selain itu, ombak dari laut sudah tidak menjangkau pemukiman, karena sudah terlindungi oleh hutan mangrove (2.5.2) Bencana intrusi air laut ke daratan tersebut sudah beberapa puluh tahun yang lalu terjadi dibeberapa kota besar di Indonesia, antara lain di Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makassar.

Hal ini terjadi karena hutan mangrove yang tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir sudah ditebang habis, dan kemudian disulap menjadi kawasan pelabuhan, pasar, industri, pertambakan, dan pemukiman masyarakat. Sebagai indikator bahwa suatu daerah sudah terjadi intrusi air laut adalah apabila daerah tersebut air sumur sudah terasa asin.

Indikator lain yang dapat kita lihat adalah apabila tanaman budidaya dari tahun ke tahun produksinya semakin menurun (Purnobasuki, 2005). Upaya untuk mencegah intrusi air laut ke daratan, antara lain adalah dengan memberikan pengetahuan kepada masayarakat pesisir, agar ikut berpartisipasi mengelola hutan mangrove.

Di beberapa daerah pemerintah sudah melakukan sosialisai pelarangan perusakan mangrove, dan mengajak masyarakat untuk melakukan penanaman (reboisasi) terhadap kawasan pesisir yang kondisi mangrovenya sudah rusak dengan mengunakan jenis yang sesuai dan metode yang mudah dan diaplikasikan.

Mangrove Sebagai Sumber Bahan Obat-obatan dan Sumber Pangan Indonesia memiliki areal hutan mangrove terluas di Asia Tenggara, dan bahkan di dunia.

Mangrove di Indonesia tersebar mulai dari ujung utara dan barat Pulau Sumatera sampai ke Papua. Selain itu, keanekaragaman tumbuhan mangrove di Indonesia juga dikenal sangat tinggi. Berdasarkan informasi tentang potensi tumbuhan mangrove maupun tumbuhan asosiasi mangrove sebagai sumber bahan baku makanan dan obat-obatan, maka kesempatan ini adalah menjadi tantangan bagi peneliti Indonesia untuk melakukan eksplorasi kandungan kimia dari tumbuhan mangrove, dalam upaya untuk memperoleh informasi subsatnsi aktif.

Masyarakat Indonesia yang tinggal disekitar pesisir sudah sejak lama memanfaatkan hutan mangrove sebagai sumber, pangan bahan bangunan, kayu bakar, zat pewarna, serta obat-obatan secara tradisional. Sumber bahan obat-obatan dari laut di Indonesia saat ini tidak hanya berasal dari algae (seaweed) maupun soft koral, namun juga berasal dari tumbuhan mangrove. Sudah sejak lama nenek moyang kita yang bermukim di pesisir telah memanfaatkan jenis tumbuhan mangrove sebagai obat-obatan secara tradisional.

Purnobasuki (2005) menyebutkan bahwa sebagian ubur-ubur berkembang biak dengan cara dari tumbuhan mangrove memiliki manfaat sebagai bahan obat-obatan. Dari sejumlah jenis mangrove yang bermanfaat tersebut, antara lain adalah yaitu Achantus ilicifolius.

Selain itu, beberapa tumbuhan mangrove memiliki senyawa steroid, sapronin, flavonoid dan tanin sepertiRhizophora apiculata dan Lumnitzera littorea. Apabila dilihat dari aspek obat bius (analgesik), senyawa dari jenis Acanthus illicifolius, Avicennia marina, dan Excoecaria agallhoca memiliki potensi sebagai sumber bahan baku untuk obat bius, namun demikian efektifitasnya masih dibawah morfin.Perkembangan dari riset bidang pharmakologi di Indonesia saat ini cukup pesat, dan bahkan jenis tumbuhan asosiasi mangrove dari jenis Calophyllum inophyllum dengan nama daerah “nyamplung” merupakan sumber bahan baku untuk pengobatan penyakit AIDS.

Tosa et al (1984) menambahkan bahwa kandungan kimia dari Calophyllum inophyllum juga berpotensi sebagai senyawa anti kanker Disamping itu, tumbuhan jenis Calophyllum inophyllum atau nyamplung juga memiliki potensi yang menjanjikan, karena nayamplung dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan biodiesel, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam menggerakkan mesin diesel.

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif sebagai bahan pengganti bahan bakar fosil atau bahan bakar minyak yang akhir-akhir ini cadangannya semakin menipis. Terkait dengan pengganti alternatif bahan bakar minyak, maka perlu disosialiasikan kepada masyarakat pesisir, agar melakukan penanaman jenis tumbuhan ubur-ubur berkembang biak dengan cara mangrove Calophyllum inophyllum di kawasan pesisir. Pembibitan tanaman Calophyllum inophyllum ini nantinya dapat dijadikan sebagai alternatif mata pencaharian baru bagi masyarakat pesisir, sekaligus buahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.

Selain itu, Ghufran (2012) menginformasikan bahwa di masyarakat Maluku Utara, Maluku dan Papua yang hidup disekitar hutan mangrove, sudah sejak lama memanfaatkan kulit kayu dari jenis Sonneratia alba, yang juga dikenal dengan nama daerah pedada.

Bahan baku yang berasal dari kulit kayu jenis Sonneratia alba tersebut adalah dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, antara lain adalah obat batuk, ubur-ubur berkembang biak dengan cara, panas dalam, sakit gigi, dan untuk menghilangkan bau badan.

Selain sebagai sumber kayu bakar, kayu bangunan, kayu untuk perahu, bahan pengawet jaring, bahan pewarna kain, serta sebagai sumber obat-obatan, mangrove juga digunakan sebagai sumber pangan. Sudah sejak lama masyarakat disekitar pesisir telah memanfaatkan produk tumbuhan mangrove sebagai sumber pangan. Terkait sebagai sumber pangan tradisional bagi masyarakat pesisir, pengetahuan potensi mangrove sebagai sumber pangan masih sangat terbatas. Mamoribo dalam Priyono dkk, 2010), memberikan informasi tentang pemanfaatan buah Bruguiera gymnorrhiza oleh masyarakat Rayori, Biak Numfor.

Kemudian masyarakat Tanjung Pasir, Tangerang juga memanfaatkan kecambah buah dari jenis Avicenia sp sebagai sayuran. Sedangkan jenis tumbuhan Sonneratia sp dimanfaatkan untuk bahan baku sirup (Haryono, 2004 dalam Priyono dkk, 2010). Pangan adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan pangan harus menjadi prioritas dan terus dilakukan, seirama dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Masyarakat diberbagai daerah di Indonesia yang tinggal disekitar hutan mangrove, secara tradisional telah memanfaatkan buah mangrove sebagai bahan pangan. Namun demikian, pemanfaatan buah dari beberapa jenis tumbuhan mangrove tersebut belum dijadikan sebagai bahan makanan utama, seperti beras, jagung dan ketela.

Potensi mangrove sebagai sumber obat-obatan No Jenis mangrove Khasiat 1 Achantus ilicifolius Aprodisiak (perangsang libido), asma (buah); diabetes, hepatitis, diuretik (buah, daun dan akar);neuralgia, cacing gelang, reumatik, penyakit kulit, sakit perut (kulit batang, buah, dan daun) 2 Avicennia alba Antifertilitas, penyakit kulit, tumor, borok (resin) 3 Avicennia marina Rematik, cacar, borok 4 Avicennia officinalis Aprodisiak, hepatitis (buah) 5 Bruguiera cylindrica Hepatitis (buah, daun, akar) 6 Bruguiera exaristata Antitumor(kulit batang) 7 Bruguiera gymnorrhiza Sakit mata (buah) 8 Ceriops tagal Menahan pendarahan (kulit batang) 9 Cerbera manghas Reumatik (buah); obat penyakit kulit (biji); zat pembersih (getah) ubur-ubur berkembang biak dengan cara Heritiera littoralis Obat diare (biji) 11 Hibiscus tiliaceus Infeksi telinga (bunga) 12 Ipomea pes-caprae Diserang ubur-ubur laut (daun) 13 Lumnitzera racemosa Antifertilitas, asma, diabetes, digigit ular (bunga, dan buah) 14 Nypa fruticans Asma, diabetes, rematik, digigit ular (daun dan buah) 15 Pluchea indica Demam (daun, akar); rematik, kudis (daun tunas); sinusitis (kulit batang) 16 Rhizophora apiculata Antimuntah, antiseptik, diare, haemostatik, (kulit batang); hepatitis, (kulit batang, bunga, buah dan daun); menghentikan pendarahan, tifus (kulit batang).

17 Rhizophora mucronata Beri-beri, haematoma, (kulit batang), hepatitis ( bunga, akar) 18 Sonneratia alba Bengkak dan keseleo 19 Xylocarpus spp Obat diare (kulit), kosmetik (buah) Informasi tentang potensi bunga, buah, biji dan daun dari beberapa jenis tumbuhan mangrove tersebut adalah menjadi tantangan bagi peneliti muda, untuk dapat lebih berkiprah dalam mengungkapkan misteri sumber pangan. Sebagai contoh, adalah bunga dan buah dari jenis Bruguiera gymnorrhiza yang memiliki kandungan karbohidrat.

Jenis tumbuhan Bruguiera gymnorrhiza tersebut sangat mudah dikenali, karena dicirikan dengan bunga yang warna merah yang khas, dengan buah yang ukurannya cukup besar. Selain bermanfaat untuk bahan obat dan makanan, jenis Bruguiera gymnorrhiza dan Rhizophora sp juga digunakan untuk melakukan kegiatan penghijauan. Mangrove Di Indonesia 2018: 1-409 ISSN / ISBN / IBSN : ISSBN: 978-602-6504-08-1 No. Arsip : LIPI-20190107 Download Disini
Coelenterata – Coelenterata merupakan salah satu hewan invertebrata dengan memiliki rongga serta bentuk tubuh seperti tabung dan juga memiliki mulut yang dikelilingi dengan tentakel.

Dan ketika sedang berenang, maka mulut coelenterata akan menghadap ke bagian dasar laut. Nah berikut ini ialah ulasan dari kami mengenai coelenterata dari mulai pengertian, klasifikasi, ciri, struktur tubuh dan sebagainya. Daftar Isi • 1 Pengertian Coelenterata • 1.1 Klasifikasi Coelenterata • 1.1.1 Hydrozoa • ubur-ubur berkembang biak dengan cara Scyphozoa • 1.1.3 Anthozoa • 1.2 Ciri Ciri Coelenterata • 1.2.1 Bentuk Dan Ukuran Tubuh • 1.2.2 Fungsi Dan Struktur Tubuh • 1.3 Struktur Tubuh Coelenterata • 1.4 Manfaat Coelenterata • 1.5 Bentuk Tubuh Coelenterata • 1.5.1 Polip • 1.5.2 Medusa • 1.6 Peranan Coelenterata • 1.7 Share this: Pengertian Coelenterata Coelenterata ialah hewan invertebrata atau hewan berongga yang bagian tubuhnya terdiri dari jaringan luar atau eksoderm serta jaringan dalam atau endoderm dan juga sistem otot yang menyilang dan membujur bernama mesoglea yang merupakan sistem gerak pada hewan invertebrata ini.

Coelenterata juga disebut ubur-ubur berkembang biak dengan cara Cnidaria dari bahasa Yunani yakni kanta Cnida berarti penyengat karena memang hewan ini memiliki sel penyengat di tentakel sekitar mulutnya. Contoh dari coelenterata atau hewan berongga ialah hydra ubur ubur serta anemone laut. Klasifikasi Coelenterata Klasifikasi coelentera sendiri terdiri dari beberapa macam seperti hydrozoa, scyphozoan dan anthozoa yaitu: Hydrozoa Hydrozoa hidup secara soliter atau terpisah dan sebagian lagi membentuk koloni atau berkelompok.

Untuk hydrozoa soliter berbentuk polip, dan sementara hydrozoa berkoloni memiliki bentuk polip dominan serta beberapa lainnya membentuk medusa seperti Obellia serta Hydra. Scyphozoa Scyphozoa diambil dari bahasa Yunani scypho yang berarti mangkuk serta zoa yang berarti hewan. Meduza Scyphozoa atau biasa disebut dengan ubur ubur biasanya memiliki ukuran 2 hingga 40 cm.

Sedangkan untuk reproduksinya dilakukan secara seksual serta aseksual. Contoh dari scyphozoa diantaranya ialah Chrysaora fruttescens dan juga cyanea. Baca Juga : Mimikri : Pengertian, Fungsi Dan Contohnya Anthozoa Anthozoa diambil dari kata anthos yang berarti serta zoon yang berarti hewan, Anthozoa memiliki arti hewan yang berbentuk seperti bunga atau juga bisa hewan bunga. Anthozoa ini memiliki daur hidup polip saja. Ciri Ciri Coelenterata Nah berikut ini ialah beberapa ciri ciri dari hewan coelenterata sebagai berikut: Bentuk Dan Ukuran Tubuh Ciri yang pertama dari Coelenterata ialah dari bentuk dan ukuran tubuhnya.

Coelenterata memiliki panjang yang beragam yakni beberapa millimeter berbeda dengan ciri ciri hewan vertebrata yang biasanya ubur-ubur berkembang biak dengan cara. Selain itu ada juga yang memiliki diameter sekitar 2 meter seperti contohnya Cyanea. Tubuh dari coelenterata simetris radial serta berbentuk polip atau medusa. Medusa ini memiliki bentuk seperti paying atau lonceng yang dikelilingi tentakel, sedangkan polip memiliki bentuk seperti medusa atau tabung yang memanjang.

Fungsi Dan Struktur Tubuh Coelenterata ialah hewan dipoblastik sebab pada tubuhnya terdapat 2 lapisan sel yakni ectoderm atau epidermis serta endoderm atau lapisan dalam. Ektoderm berguna untuk pelindung sementara endroderm digunakan sebagai pencernaan yang berbentuk seperti kantong. Makanan yang nantinya masuk ke gastrosol akan dicerna dan dibantu enzim yang diproduksi sel gastrosol. Gastrosol sendiri ialah pencernaan berbentuk kantong dimana makanan yang masuk nantinya akan dicerna memakai bantuan enzil dari sel gastrodermis yang pencernaannya disebut dengan pencernaan ekstraseluler yang kemudian akan dilanjutkan ke pencernaan intraseluler.

Struktur Tubuh Coelenterata Sama seperti jenis hewan lain, coelenterata juga memiliki struktur tersendiri yang tidak dimiliki jenis hewan lainnya seperti diantaranya yaitu: • Memiliki bentuk radial yakni globular, silindris atau spherical. • Memiliki rongga mesoglea atau lapisan non selular anatara endodermis serta epidermis yang disekresi oleh sel epidermis serta endodermis, terkadang pada lapisan mesoglea juga ada sel amoboid.

• Coelenterata memiliki rongga gastrovaskular yang terlapisi dengan ubur-ubur berkembang biak dengan cara gastrodermis untuk sirkulasi makanan dan juga pencernaan. • Tentakel yang ada di sekitar mulut berguna untuk sistem gerak serta untuk menangkap makanan. Di bagian ujung tentakel ada sel knidoblast dan masing-masingnya mengandung alat penyengat bernama nematokist untuk pertahanan diri dan juga melumpuhkan mangsanya.

• Tidak memiliki anus, kepala, alat ekskresi, alat peredaran darah serta alat respirasi. Namun pada tubuhnya hanya punya satu lubang yang berfungsi sebagai anus dan juga mulut. Baca Juga : Daur Hidup Fasciola Hepatica (Cacing Hati) Manfaat Coelenterata Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari coelenterata, namun sebagian lagi bisa merugikan manusia. Nah berikut ialah beberapa manfaat dari coelenterata ubur-ubur berkembang biak dengan cara • Untuk menahan ombak yang biasanya banyak ditemukan di ekologi laut tropis.

• Untuk bahan makanan seperti anemon laut atau mawar laut serta ubur ubur. • Untuk hiasan bawah laut dan juga bisa digunakan untuk hiasan akuarium laut. • Bisa menarik para wisatawan untuk menyelam apabila terdapat terumbu karang yang eksotik seperti taman laut Bunaken. • Untuk pembuatan jalan serta landasan bangunan.

• Untuk bahan dapur seperti contohnya batu karang. Bentuk Tubuh Coelenterata Pada siklus hidupnya coelenterata memiliki dua bentuk tubuh yakni polip dan juga medusa yaitu: Polip Tubuh coelenterata menempel di lokasi hidupnya dengan bentuk silindris. Bagian proximalnya melekat serta bagian distal memiliki mulut yang sekelilingnya dipenuhi dengan tentakel. Anemon serta karang biasanya memiliki mulut serta tentakel yang menghadap ke atas, dan sementara sisi lainnya akan melekat di batu atau permukaan.

Polip yang membentuk koloni memiliki beberapa bentuk atau polimorfisme seperti polip untuk menghasilkan medusa atau gonozoid dan juga polip untuk makan gastrozoid. Gerakan polip umumnya terbatas meliuk atau merayap serta bisa memendek, memanjang dan melengkung ke segala arah.

Jika hydra berukuran sekitar 8 mm akan mengambil air serta mengisi roangga gastrovaskular maka tubuh akan memanjang hingga 20 mm. Akan tetapi saat air dikeluarkan, maka tubuh bisa menedek sekitar 1 mm saja.

Dan biasanya polip berkembang biak secara vegetative yakni dengan membentuk tunas. Tunas nantinya akan tumbuh di dekat kaki polip yang akan tetap melekat di tubuh induk sehingga akan membentuk koloni. Medusa Bentuk ubur ubur seperti parasut atau ubur-ubur berkembang biak dengan cara berenang dengan bebas. Medusa bisa berenang dengan cara berdenyut serta gerakan yang dihasilkan ialah vertical.

Dan sementara untuk gerakan horizontal akan tergantung dari arus yang kuat kecuali untuk beberapa jenis Cubozoa. Baca Juga : 9 Contoh Hewan Herbivora Tubuhnya yang cembung ada diatas dan bagian yang cekung dibawah.

Sedangkan pada bagian tengah cekungan terdapat mulut yang biasanya berkembang biak secara generatif yakni membentuk gamet ovum serta sperma. Gamet tersebut dihasilkan dari semua coelenterata bentuk polip seperti contohnya hydra. Peranan Coelenterata Coelenterata khususnya kelas Anthooa yakni karang atau koral ialah komponen utama dari pembentuk ekosistem terumbu karang.

Ekosistem ini menjadi tempat hidup dari ganggang dan juga banyak jenis hewan. Hewan yang paling banyak ada di ekosistem ini terletak di Filipina, Indonesia dan juga Great Barier, Australia sekitar 50% ikan yang kita konsumsi ada di ekosistem ini. Tidak hanya itu namun terumbu karang yang indah juga bisa menjadi daya tarik objek wisata. Karang yang ada di pantai juga bisa digunakan untuk menahan ombak serta untuk mencegah terjadinya pengikisan tanah.

Semoga dengan adanya ulasan tersebut mengenai Coelenterata dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. Share this: • Facebook • Tweet • WhatsApp Posted in Hewan Tagged ciri ciri coelenterata, contoh coelenterata, habitat coelenterata, kerugian coelenterata, klasifikasi coelenterata, klasifikasi coelenterata brainly, klasifikasi hydrozoa, klasifikasi platyhelminthes, peranan coelenterata, peranan coelenterata menguntungkan dan merugikan, peranan platyhelminthes, peranan porifera, reproduksi coelenterata, sistem pencernaan coelenterata, struktur tubuh coelenterata Post navigation Recent Posts • Mengenal Contoh Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem • Macam Macam Penyerbukan : Ciri, Contoh Dan Gambarnya • 5 Contoh Gerak Endonom Pada Tumbuhan Serta Pengertian, Jenis Dan Gambarnya • Peranan Bakteri Dalam Pembuatan Keju • Jenis Jaringan Saraf • Macam Macam Pencemaran Lingkungan • Alat Ekskresi Pada Manusia • Tulang Rusuk • Coelenterata • Bagian Bagian Kulit Manusia
Klasifikasi Makhluk Hidup – Sebenarnya secara naluri manusia cenderung senantiasa melakukan klasifikasi terhadap berbagai hal.

Seperti dalam kehidupan sehari-hari manusia telah membagi tanaman menjadi beberapa kelompok yaitu tanaman pangan, tanaman obat, tanaman bumbu, dan tanaman hias. Demikian juga dengan hewan, mungkin kita sering mengelompokkan hewan menjadi hewan berkaki empat dan hewan berkaki dua, hewan pemakan tumbuhan dan pemakan daging, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup bukanlah sesuatu yang baru karena kita sudah biasa melakukannya. Daftar Isi • Klasifikasi Makhluk Hidup Kelas 7 SMP • 1. Kingdom Monera • Bakteri • Alga Hijau-Biru • 2. Kingdom Protista • Protozoa • Alga • 3. Kingdom Fungi (Jamur) • • 1. Chytridiomycota • 2. Zygomycota • 3. Ascomycota • 4. Basidiomycota • 5. Deuteromycota • 4. Kingdom Plantae (Tumbuhan) • Tumbuhan Lumut (Bryophyta) • Tumbuhan Paku (Pteridophyta) • Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) • 5.

Kingdom Animalia (Hewan) • Hewan Tidak Bertulang Belakang (Avertebrata) • Hewan Bertulang Belakang (Vertebrata) Klasifikasi Makhluk Hidup Kelas 7 SMP Klasifikasi Makhluk Hidup (emaze.com) Klasifikasi makhluk hidup merupakan sebuah cara untuk mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimilikinya.

Melalui pengelompokan, makhluk hidup yang begitu banyak akan dipisahkan menjadi kelompok kelompok yang lebih kecil. Oleh karena itu, klasifikasi makhluk hidup akan mempermudah manusia untuk mempelajari dan mengidentifikasi makhluk hidup. Ilmu klasifikasi makhluk hidup mulai berkembang ketika seorang ahli biologi asal Swedia, Carlous Linnaeus, mencoba untuk mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok. Linnaeus membagi makhluk hidup menjadi kelompok hewan dan tumbuhan.

Dua kelompok besar tersebut disebut kingdom oleh Linnaeus, jadi terdapat kingdom animalia (hewan) dan plantae (tumbuhan). Kemudian Linnaeus membaginya lagi menjadi tingkatan yang lebih kecil yaitu divisi filum, kelas, bangsa, suku, marga, dan jenis. Pengelompokan yang disusun oleh Linnaeus disebut taksa (tunggal: takson).

Klasifikasi makhluk hidup 5 kingdom yang sering digunakan merupakan cara pengelompokan yang dikemukakan oleh Robert H. Whittaker pada tahun 1969. Dia membagi makhluk hidup menjadi 5 kelompok besar yaitu monera, protista, jamur, tumbuhan, dan hewan. 1. Kingdom Monera Bakteri (abcnews.com) Makhluk hidup yang termasuk ke dalam kelompok monera memiliki ukuran mikroskopis berkisar antara 1-10 μm (mikrometer). Untuk melihatnya dibutuhkan mikroskop yang memiliki pembesaran lebih dari 1.000 kali.

Ciri-ciri makhluk hidup kelompok monera adalah selnya tidak memiliki membran inti (prokariotik), bersel satu, dan berkembang biak dengan cara membelah diri. Kingdom monera terdiri dari bakteri dan alga biru. Bakteri Bakteri banyak terdapat di sekeliling kita, bahkan di dalam tubuh manusia. Bakteri memiliki bentuk yang bervariasi yaitu basil, kokus, dan spiril. Bakteri yang ada disekitar kita ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Sebagian besar bakteri memang merugikan namun banyak juga yang bermanfaat bagi manusia.

Contoh bakteri yang menguntungkan adalah Escherichia coli. Di dalam usus besar manusia terdapat jutaan bakteri Escherichia coli yang berperan untuk membantu memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan makanan.

Contoh lain bakteri yang bermanfaat adalah Rhyzobium sp. yang berperan mengikat nitrogen di udara bebas. Terdapat juga bakteri yang merugikan manusia seperti Clostridium tetani (penyebab penyakit tetanus), Vibrio cholera (penyebab penyakit kolera), Mycobacteriaum leprae (penyebab penyakit lepra), Salmonella typhi (penyebab sakit tipus), Ubur-ubur berkembang biak dengan cara tuberculose (penyebab penyakit TBC), dan Bacillus anthracis (penyebab penyakit antraks).

Ada juga yang menyebabkan makanan menjadi busuk dan beracun, yaitu lostridium m botulinum. Alga Hijau-Biru Anggota dari kingdom monera yang lainnya adalah alga hijau-biru (c yanobacteria).

Alga hijau-biru telah memiliki klorofil sehingga mampu membuat makanan melalui proses fotosintesis. Sama halnya dengan bakteri, alga hijau-biru belum memiliki membran inti sel. Contoh alga hijau-biru, antara lain s pirulina, clorococcus, gloeocapsa, microcystic, aphnocaspa, oscillatoria, dan a nabaena azolla. Spirulina memiliki kadar protein yang sangat tinggi dan dapat meningkatkan kesuburan tanah karena mampu mengikat nitrogen bebas dari udara.

2. Kingdom Protista Kingdom Protista (emaze.com) Kelompok kedua dalam klasifikasi makhluk hidup adalah kingdom protista. Perbedaan utama kelompok monera dan kelompok protista adalah pada membran inti yang dimilikinya. Makhluk hidup kingdom protista selnya mempunyai membran inti. Sifat-sifat dari kelompok protista ini sangat beragam, ada yang bersel tunggal dan ada juga yang bersel banyak.

Selain itu juga ada yang berukuran mikroskopis (hanya dapat dilihat mengunakan mikroskop) dan ada juga yang berukuran makroskopis (dapat dilihat tanpa mikroskop). Ada yang sifat-sifatnya menyerupai hewan (memakan hewan lain) dan ada juga yang memiliki sifat-sifat seperti tumbuhan (mampu berfotosintesis).

Kelompok protista yang memiliki sifat seperti hewan disebut protozoa dan yang memiliki sifat tumbuhan disebut alga. Protozoa Protozoa-Class Amoeba (thinkatthesink.wordpress.com) Makhluk hidup yang termasuk ke dalam kelompok protozoa adalah paramecium, Entamoeba coli yang terdapat pada usus besar dan dapat menyebabkan penyakit diare, dan plasmodium malarine yang menyebabkan penyakit malaria.

Orang yang dalam tubuhnya terdapat plasmodium, sel-sel darah merahnya akan banyak yang hancur dan mengalami demam yang tinggi. Penyakit ini menular melalui perantara nyamuk anopheles. Alga Alga yang termasuk ke dalam kingdom protista adalah alga selain alga hijau-biru. Makhluk hidup ini dibedakan lagi berdasarkan warna dari tubuhnya.

• Alga Hijau ( Chlorophyceae), mempunyai tubuh multiseluler, sel-selnya mengandung klorofil, berbentuk seperti benang, dan warnanya hijau. Biasanya hidup di dalam air tawar yang jernih dan menggenang.

Contoh: Chlorella, Ulva lactuca. • Ubur-ubur berkembang biak dengan cara Coklat ( Phaeophyceae), mempunyai tubuh berbentuk seperti tumbuhan yang tinggi atau seperti lembaran, mengandung klorofil, memiliki zat warna coklat ( fukosantin), dan hidup di laut.

Biasa digunakan manusia sebagai bahan makanan ternak, obat-obatan, dan bahan industri cat. Contoh: Fucus, Sargasum, dan Laminaria. • Alga Merah ( Rhodophy-ceae), memiliki tubuh berwarna merah tua atau ungu, hidup di laut, mengandung klorofil, mempunyai zat warna merah (fikoeritrin). Biasa dijadikan bahan untuk membuat agar-agar. • Alga Pirang ( Chrysophyceae), bersel tunggal, berukuran mikrospkopis, memiliki klorofil, mempunyai zat warna coklat yang menyebabkan warna menjadi agak kecoklatan.

Dapat ditemukan di dalam air tawar, air payau, dan air laut. Contoh: Diatom. 3. Kingdom Fungi (Jamur) Jamur (valhallamovement.com) Jamur memiliki ukuran yang bermacam-macam, dari yang halus kecil seperti benang hingga yang berukuran cukup besar. Jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis untuk membuat makanannya sendiri. Jamur bertahan hidup dengan cara menguraikan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati dan menyerap sari-sarinya sebagai makanan.

Baca Juga : Bacaan Niat Sholat 5 Waktu Lengkap Serta Tulisan Latin dan Arab Jamur memiliki cara yang unik dalam hal cara memperoleh makanannya. Jamur tidak menelan makanannya seperti hewan atau manusia, namun mengeluarkan sejenis zat yang membuat sisa makhluk hidup lain menjadi terurai.

Jika telah terurai maka sari-sarinya akan diserap oleh jamur. Jamur ada yang bersel tunggal dan ada juga yang bersel banyak. Jamur yang memiliki banyak sel atau multiseluler, tubuhnya terdiri atas benang-benang halus yang disebut hifa. Hifa tersebut akan membentuk suatu anyaman yang disebut miselium.

Jamur biasanya hidup di tempat-tempat yang lembab dan sedikit terkena sinar matahari, bersifat saprofit (hidup dan makan dari bahan organik yang sudah mati atau busuk), dan parasit. Perkembangbiakan jamur dapat dilakukan secara generatif (kawin) maupun vegetatif (tidak kawin). Perkembangbiakan secara generatif, dengan melakukan perkawinan melalui miselium.

Adapun secara vegetatif, jamur akan menghasilkan spora yang dibentuk oleh tubuh buah. Kingdom Fungi dapat dibagi menjadi 5 filum yaitu: 1. Chytridiomycota Contoh: Synchytrium endobioticum (patogen pada umbi kentang), Hyzopydium couchii (parasit ganggang Spirogyra), Olpidium viciae (parasit pada Vicia unijuga), dan Physoderma zeamaydis (penyebab noda pirang pada jagung).

ubur-ubur berkembang biak dengan cara

2. Zygomycota Contoh: Rhizopus stolonifer dan Rhizopus oligosporus (ragi tempe), Rhizopus oryzae (ragi tape), Entomophtora muscae (parasit pada lalat), dan Basidiobolus ranarum (penyebab penyakit pada manusia). 3. Ascomycota Contoh: Piedraia hortai (penyebab infeksi pada rambut manusia), Saccharomyces cerevisiae (ragi bir, anggur, dan roti), Candida albicans (penyebab penyakit kandidiasis), dan Aspergillus flavus (penghasil racun).

4. Basidiomycota Contoh: Volvariella volvacea (jamur merang), Amanita phalloides (penghasil racun phalin), Auricularia polytricha (bahan makanana), Puccinia graminis (penyebab penyakit pada tanaman tebu dan jagung), dan Ustilago scitamanae (parasit tanaman Graminae).

5. Deuteromycota Contoh: Alternaria (parasit pada kentang), Fusarium (parasit pada tomat dan kapas), Helminthosporium (parasit pada tanaman padi dan jagung), Diplodia (parasit pada tanaman jagung), Verticillium (merusak bibit tanaman), Epidermophyton, Microsporium, dan Trichophyton (penyebab penyakit dermatofitosis). Beberapa jenis jamur memang dapat dimakan, namun banyak juga jamur yang beracun sehingga berbahaya jika dimakan.

Contoh jamur yang beracun, yakni Amanita muscaria. Oleh ubur-ubur berkembang biak dengan cara itu, apabila kamu menemukan jamur hendaknya hati-hati apabila akan memakannya sebab beberapa jamur mengandung racun. 4. Kingdom Plantae (Tumbuhan) Tumbuhan Paku (pixabay.com) Kelompok ini beranggotakan makhluk hidup bersel banyak yang mampu berfotosintesis. Kemampuan fotosintesis ini dikarenakan ubur-ubur berkembang biak dengan cara klorofil di dalam kloroplas. Klorofil inilah yang bisa memanfaatkan energi cahaya matahari untuk membuat makanan.

Perbedaan lain antara tumbuhan dengan makhluk hidup bersel banyak lain adalah dalam hal struktur selnya. Sel-sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang terbuat dari bahan selulosa (sejenis karbohidrat).

Oleh karena itu, tumbuhan biasanya bersifat kaku dan tidak mudah patah. Kingdom Plantae dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu tumbuhan tidak berpembuluh (tidak mempunyai xilem dan floem) dan tumbuhan berpembuluh. Tumbuhan yang termasuk ke dalam kelompok tumbuhan tidak berpembuluh adalah tumbuhan lumut. Sedangkan, tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji termasuk tumbuhan berpembuluh.

Tumbuhan Lumut ( Bryophyta) Tumbuhan lumut merupakan kelompok tumbuhan yang hidup di darat, biasanya tumbuhan ini berwarna hijau dan berukuran kecil dengan ukuran terbesar mencapai 50 cm. Pada umumnya lumut hidup di atas permukaan batu, kayu, pohon, dan tanah. Lumut menghasilkan makanan sendiri karena mengandung klorofil sehingga mampu berfotosintesis. Kelompok tumbuhan lumut (Bryophyta) ciri-cirinya adalah tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati.

Ciri lainnya adalah ukurannya kecil dan jarang mencapai 15 cm, berbentuk pipih seperti pita dan ada juga yang berbentuk seperti batang dan daun kecil, dan dinding sel tersusun atas selulosa.

Baca Juga : Rumus Trapesium Luas, Keliling, Beserta Contoh Soal dan Pembahasan Sekarang ini sudah terdapat 16.000 spesies lumut yang sudah ditemukan dan diklasifikasikan. Lumut dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan bentuk gametofit dan sporofitnya menjadi lumut hati (Hepaticopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida), dan lumut daun (Bryopsida).

Tumbuhan Paku ( Pteridophyta) Tumbuhan paku ( Pteridophyta) merupakan tumbuhan yang mempunyai daun, batang, dan akar sejati. Akan tetapi tidak memiliki bunga. Ubur-ubur berkembang biak dengan cara khasnya adalah daun mudanya menggulung. Kemudian di permukaan bagian bawah daun dewasa terdapat bintik-bintik coklat kehitaman yang disebut sorus, di dalamnya terdapat kotak spora (sporangium) yang berisi banyak spora. Tumbuhan paku dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu: • Paku purba (Psilophytinae) • Paku kawat (Lycopsida) • Paku ekor kuda (Equisetinae) • Paku sejati (Filicinae) Tumbuhan Berbiji ( Spermatophyta) Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta) disebut juga tumbuhan bunga ( Anthophyta).

Spermatophyta berasal dari bahasa yunani yang artinya sperma = biji dan phyton = tumbuhan, jika digabungkan menjadi tumbuhan berbiji. Biji merupakan salah satu alat berkembang biak yang dimiliki oleh tumbuhan, didalamnya terdapat calon individu baru yang biasa disebut lembaga. Pada umumnya tumbuhan berbiji hidup di daratan, tapi juga ada yang hidup mengapung diatas permukaan air seperti teratai.

Tumbuhan berbiji juga termasuk tumbuhan yang bersifat fotoautotrof yang memiliki kemampuan menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis.

Tumbuhan biji dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan ada tidaknya penutup atau pelindung biji. Sehingga Spermatophyta dibagi menjadi tumbuhan berbiji terbuka ( Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup ( Angiospermae). Selanjutnya tumbuhan berbiji tertutup dibagi menjadi tumbuhan biji berkeping satu (Monokotil) dan berkeping dua (Dikotil). 5. Kingdom Animalia (Hewan) Kuda (pixabay.com) Dalam klasifikasi makhluk hidup, hewan termasuk ke dalam kingdom animalia.

Hewan merupakan kelompok makhluk hidup yang hidup dengan cara memakan makhluk hidup lain. Perbedaan utama antara hewan dan tumbuhan adalah pada dinding sel yang dimilikinya. Sel-sel tumbuhan memiliki dinding sel, sedangkan sel-sel hewan tidak mempunyai dinding sel. Kingdom animalia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan ada tidaknya tulang belakang. Berdasarkan hal itu, hewan dapat dibagi menjadi kelompok hewan bertulang belakang (Vertebrata) dan hewan tidak bertulang belakang (Avertebrata).

Hewan Tidak Bertulang Belakang (Avertebrata) Avertebrata adalah jenis hewan yang tidak mempunyai tulang belakang atau tulang punggung. Struktur pembentuk atau morfologi seperti sistem pernapasan, sistem peredaran darah pada hewan avertebrata biasanya lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata.

Terdapat 5 kelompok makhluk hidup yang termasuk ke dalam hewan avertebrata yaitu: • Porifera (Hewan Berpori) Porifera merupakan hewan yang memiliki pori-pori dengan bentuk tubuh seperti spons. Hewan jenis ini biasanya hidup di perairan, warna tubuhnya juga bermacam-macam seperti merah, kuning,dan hijau.

Contoh: Spongilla, Euspongia, Poerion, dan Scypha. • Coelenterata (Hewan Berongga) Coeloenterata merupakan hewan berongga, memiliki tentakel untuk menangkap mangsa, pada permukaan tentakel terdapat sel beracun yang menyengat. Bentuk tubuh colenterata ada yang berbentuk polip yang melekat di tempat hidupnya dan ada yang berbentuk medusa yang dapat bergerak aktif di dalam air. Contoh: ubur-ubur, bunga karang, obelia, hydra dan anemon.

• Vermes (Cacing) Vermes merupakan hewan yang bertubuh lunak, tak bercabang, dan tubuhnya simetris bilateral. Vermes dapat dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya yaitu cacing pipih (Platyhelminthes), cacing gilig (Nemathelminthes) tubuhnya bulat, panjang dan tidak bersegmen.

Annelida tubuhnya beruas-ruas seperti cincin. Contoh: cacing hati, cacing perut, dan lintah. • Mollusca (Hewan bertubuh lunak) Hewan ini memiliki tubuh yang lunak, banyak lendirnya, dan terbungkus oleh mantel. Ada juga yang memiliki cangkang untuk menutup dan melindungi tubuh. Contoh: cumi-cumi, gurita, siput, kerang, tiram, dan remis • Arthropoda (Hewan berbuku-buku) Hewan jenis ini bagian tubuhnya bisa dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, dada dan perut.

Tubuh arthropoda diselubungi oleh zat kitin yang keras, mempunyai indera yang peka terhadap bau dan sentuhan, dan memiliki mata faset (beribu-ribu mata kecil). Contoh: serangga (insecta) seperti belalang, udang-udangan (Crustacea) seperti kepiting, laba-laba (Arachnoidea) seperti kalajengking, dan lipan (Myriapoda) seperti kelabang. Hewan Bertulang Belakang (Vertebrata) Hewan bertulang belakang (Vertebrata) adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang atau tulang punggung.

Dari segi keragaman hewan vertebrata lebih sedikit jenisnya dibandingkan hewan avertebrata. Tubuh hewan vertebrata dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Hewan vertebrata dapat dibagi menjadi 5 kelompok antara lain: • Pisces (Ikan), contohnya ikan mas, ikan pari, dan lain-lain.

• Amphibia, hewan yang mampu hidup di dua alam yaitu di darat dan air, contohnya katak. • Reptilia, hewan merayap, contohnya kura-kura, ular, dan buaya. • Aves (Unggas), tubuhnya tertutup bulu, contohnya burung merpati dan ayam • Mamalia (Hewan Menyusui), hewan yang beranak dan memiliki kelenjar susu, contohnya sapi, kambing, kera, dan orang utan. Kategori Edukasi Navigasi Tulisan Klarifikasi makhluk hidup Merupakan suatu cara yang sistematis dalam mempelajari objek dengan melihat persamaan dan perbedaan ciri makhluk hidup Klasifikasi 5 Kingdom 1.

Monera 2.kingdom protista -kelompok jamur -kelompok plantae -kelompok tumbuhan :lumut :berbiji Tingkatan klasifikasi: •Kingdom •Filum/divisio •Classis •Familia •Genus •Species Ciri makhluk hidup: -bernafas -makan dan minum -membutuhkan nutrisi -bergerak -tumbuh dan berkembang -berkembang biak -peka terhadap rangsang -beradaptasi -mengeluarkan zat sisa Balas Cari untuk: Postingan Terbaru • Tips Merawat Kolam Renang di Rumah Mewah Lantai 1 • 6 Hal yang Harus Disiapkan Lulusan SMA Untuk Mencari Kerja • Mesin Creasing Kertas Otomatis, Cara Kerja, Jenis, dan Harga • 12 Tips Cara Melakukan Lifelong Learning • Rekomendasi Beli Mobil Lebih Nyaman Dengan mobil88

reproduksi aseksual pada hewan ubur ubur




2022 www.videocon.com