Seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Menu • HOME • RAMADHAN • Kabar Ramadhan • Puasa Nabi • Tips Puasa • Kuliner • Fiqih Ramadhan • Hikmah Ramadhan • Video • Infografis • NEWS • Politik • Hukum • Pendidikan • Umum • News Analysis • UMM • UBSI • Telko Highlight • NUSANTARA • Jabodetabek • banten • Jawa Barat • Jawa Tengah & DIY • Jawa Timur • kalimantan • Sulawesi seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah Sumatra • Bali Nusa Tenggara • Papua Maluku • KHAZANAH • Indonesia • Dunia • Filantropi • Hikmah • Mualaf • Rumah Zakat • Sang Pencerah • Ihram • Alquran Digital • ISLAM DIGEST • Nabi Muhammad • Muslimah • Kisah • Fatwa • Mozaik • INTERNASIONAL • Timur tengah • Palestina • Eropa • Amerika • Asia • Afrika • Jejak Waktu • Australia Plus • DW • EKONOMI • Digital • Syariah • Bisnis • Finansial • Migas • pertanian • Global • Energi • REPUBLIKBOLA • Klasemen • Bola Nasional • Liga Inggris • Liga Spanyol • Liga Italia • Liga Dunia • Internasional • Free kick • Arena • Sea Games 2021 • SEAGAMES 2021 • Berita • Histori • Pernik • Profil • LEISURE • Gaya Hidup • travelling • kuliner • Parenting • Health • Senggang • Republikopi • tips • TEKNOLOGI • Internet • elektronika • gadget • aplikasi • fun science & math • review • sains • tips • KOLOM • Resonansi • Analisis • Fokus • Selarung • Sastra • konsultasi • Kalam • INFOGRAFIS • Breaking • sport • tips • komik • karikatur • agama • JURNAL-HAJI • video • haji-umrah • journey • halal • tips • ihrampedia • REPUBLIKA TV • ENGLISH • General • National • Economy • Speak Out • KONSULTASI • keuangan • fikih muamalah • agama islam • zakat • IN PICTURES • Nasional • Jabodetabek • Internasional • Olahraga • Rana • PILKADA 2020 • berita pilkada • foto pilkada • video pilkada • KPU Bawaslu • SASTRA • cerpen • syair • resensi-buku • RETIZEN • Info Warga • video warga • teh anget • INDEKS • LAINNYA • In pictures • infografis • Pilkada 2020 • Sastra • Retizen • indeks Hamka, demikian orang-orang memanggil sosok ulama terkenal, penulis produktif, dan mubaligh besar yang berpengaruh di kawasan Asia ini.

Nama sebenarnya adalah Abdul Malik Karim Amrullah. Sesudah menunaikan ibadah haji pada 1927, namanya mendapat tambahan 'Haji' sehingga menjadi Haji Abdul Malik Seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah Amrullah, disingkat Hamka.

Ensiklopedi Islam menyebutkan tokoh kelahiran Maninjau, Sumatra Barat, 16 Februari 1908 ini hanya sempat masuk sekolah desa selama tiga tahun dan sekolah-sekolah agama di Padangpanjang dan Parabek (dekat Bukittinggi) kira-kira tiga tahun.

Namun bakat yang dimilikinya dalam bidang bahasa, membuat Hamka dengan cepat bisa menguasai bahasa Arab, dan ini mengantarkannya mampu membaca secara luas literatur Arab, termasuk terjemahan dari tulisan-tulisan Barat.

Sebagai seorang anak tokoh pergerakan, sejak kanak-kanak Hamka sudah menyaksikan dan mendengar langsung pembicaraan tentang pembaharuan dan gerakannya melalui ayah dan rekan-rekan ayahnya.

Ayah Hamka adalah H Abdul Karim Amrullah, seorang tokoh pelopor gerakan Islam 'Kaum Muda' di Minangkabau. Sejak usia muda, Hamka sudah dikenal sebagai seorang pengelana.

Sang ayah bahkan menjulukinya 'Si Bujang Jauh'. Pada tahun 1942, dalam usia 16 tahun, ia pergi ke Jawa untuk menimba pelajaran tentang gerakan Islam modern melalui H Oemar Said Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhruddin yang mengadakan kursus-kursus pergerakan di Gedung Abdi Dharmo di Pakualaman, Yogyakarta. Setelah beberapa lama menetap di Yogyakarta, ia berangkat ke Pekalongan dan menemui kakak iparnya, AR Sutan Mansur, yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah cabang Pekalongan.

Di kota ini ia berkenalan dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah setempat. Pada bulan Juli ia kembali ke Padangpanjang dan turut mendirikan Tablig Muhammadiyah di rumah ayahnya di Gatangan, Padangpanjang. Sejak itulah ia mulai berkiprah dalam organisasi Muhammadiyah. Pada bulan Februari 1927, ia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim di sana lebih kurang enam bulan.

Selama di Makkah, ia bekerja pada sebuah percetakan. Pada bulan Juli, ia memutuskan kembali ke Tanah Air dengan tujuan Medan dan menjadi guru agama pada sebuah seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah selama beberapa bulan.

Pada akhir tahun 1927, ia kembali ke kampung halamannya. Menu • HOME • RAMADHAN • Kabar Ramadhan • Puasa Nabi • Tips Puasa • Kuliner • Fiqih Ramadhan • Hikmah Ramadhan • Video • Infografis • NEWS • Politik • Hukum • Pendidikan • Umum • News Analysis • UMM • UBSI • Telko Highlight • NUSANTARA • Jabodetabek • banten • Jawa Barat • Jawa Tengah & DIY • Jawa Timur • kalimantan • Sulawesi • Sumatra • Bali Nusa Tenggara • Papua Maluku • KHAZANAH • Indonesia • Dunia • Filantropi • Hikmah • Mualaf • Rumah Zakat • Sang Pencerah • Ihram • Alquran Digital • ISLAM DIGEST • Nabi Muhammad • Muslimah • Kisah • Fatwa • Mozaik • INTERNASIONAL • Timur tengah • Palestina • Eropa • Amerika • Asia • Afrika • Jejak Waktu • Australia Plus • DW • EKONOMI • Digital • Syariah • Bisnis • Finansial • Migas • pertanian • Global • Energi • REPUBLIKBOLA • Klasemen • Bola Nasional • Liga Inggris • Liga Spanyol • Liga Italia • Liga Dunia • Internasional • Free kick • Arena • Sea Games 2021 • SEAGAMES 2021 • Berita • Histori • Pernik • Profil • LEISURE • Gaya Hidup • travelling • kuliner • Parenting • Health • Senggang • Republikopi • tips • TEKNOLOGI • Internet • elektronika • gadget • aplikasi • fun science & math • review • sains • tips • KOLOM • Resonansi • Analisis • Fokus • Selarung • Sastra • konsultasi • Kalam • INFOGRAFIS • Breaking • sport • tips • komik • karikatur • agama • JURNAL-HAJI • video • haji-umrah • journey • halal • tips • ihrampedia • REPUBLIKA TV • ENGLISH • General • National • Economy • Speak Out • KONSULTASI • keuangan • fikih muamalah • agama islam • zakat • IN PICTURES • Nasional • Jabodetabek • Internasional • Olahraga • Rana • PILKADA 2020 • berita pilkada • foto pilkada • video pilkada • KPU Bawaslu • SASTRA • cerpen • syair • resensi-buku • RETIZEN • Info Warga • video warga • teh anget • INDEKS • LAINNYA • In pictures • infografis • Pilkada 2020 • Sastra • Retizen • indeks Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafii atau lebih dikenal dengan nama Imam Al-Ghazali adalah salah seorang tokoh Muslim terkemuka sepanjang zaman.

Ia dikenal sebagai seorang ulama, filsuf, dokter, psikolog, ahli hukum, dan sufi yang sangat berpengaruh di dunia Islam. Selain itu, berbagai pemikiran Algazel--demikian dunia Barat menjulukinya--juga banyak mempengaruhi para pemikir dan filsuf Barat pada abad pertengahan.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Pemikiran-pemikiran Al-Ghazali sungguh fenomenal. ''Tak diragukan lagi bahwa buah pikir Al-Ghazali begitu menarik perhatian para sarjana di Eropa,'' tutur Margaret Smith dalam bukunya yang berjudul Al-Ghazali: The Mystic yang diterbitkan di London, Inggris, tahun 1944. Salah seorang pemikir Kristen terkemuka yang sangat terpengaruh dengan buah pemikiran Al-Ghazali, kata Smith, adalah ST Thomas Aquinas (1225 M-1274 M).

Aquinas merupakan filsuf yang kerap dibangga-banggakan peradaban Barat. Ia telah mengakui kehebatan Al-Ghazali dan merasa telah berutang budi kepada tokoh Muslim legendaris itu. Pemikiran-pemikiran Al-Ghazali sangat mempengaruhi cara berpikir Aquinas yang menimba ilmu di Universitas Naples.

Saat itu, kebudayaan dan literatur-literatur Islam begitu mendominasi dunia pendidikan Barat. Perbedaan terbesar pemikiran Al-Ghazali dengan karya-karya Aquinas dalam teologi Kristen, terletak pada metode dan keyakinan.

Secara tegas, Al-Ghazali menolak segala bentuk pemikiran filsuf metafisik non-Islam, seperti Aristoteles yang tidak dilandasi dengan keyakinan akan Tuhan. Sedangkan, Aquinas mengakomodasi buah pikir filsuf Yunani, Latin, dan Islam dalam karya-karya filsafatnya. Al-Ghazali dikenal sebagai seorang filsuf Muslim yang secara tegas menolak segala bentuk pemikiran filsafat seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah yang berbau Yunani.

Dalam bukunya berjudul The Incoherence of Philosophers, Al-Ghazali mencoba meluruskan filsafat Islam dari pengaruh Yunani menjadi filsafat Islam, yang didasarkan pada sebab-akibat yang ditentukan Tuhan atau perantaraan malaikat. Upaya membersihkan filasat Islam dari pengaruh para pemikir Yunani yang dilakukan Al-Ghazali itu dikenal sebagai teori occasionalism. Sosok Al-Ghazali sangat sulit untuk dipisahkan dari filsafat. Baginya, filsafat yang dilontarkan pendahulunya, Al-Farabi dan Ibnu Sina, bukanlah sebuah objek kritik yang mudah, melainkan komponen penting buat pembelajaran dirinya.

Filsafat dipelajar Al-Ghazali secara serius saat dia tinggal di Baghdad. Sederet buku filsafat pun telah ditulisnya. Salah satu buku filsafat yang disusunnya, antara lain, Maqasid al-Falasifa (The Intentions of the Philosophers). Lalu, ia juga menulis buku filsafat yang sangat termasyhur, yakni Tahafut al-Falasifa (The Incoherence of the Philosophers).

Al-Ghazali merupakan tokoh yang memainkan peranan penting dalam memadukan sufisme dengan syariah. Konsep-konsep sufisme begitu baik dikawinkan sang pemikir legendaris ini dengan hukum-hukum syariah. Ia juga tercatat sebagai sufi pertama yang menyajikan deskripsi sufisme formal dalam karya-karyanya. Al-Ghazali juga dikenal sebagai ulama Suni yang kerap mengkritik aliran lainnya. Ia tertarik dengan sufisme sejak berusia masih belia. Kehidupan Al-Ghazali Dilahirkan di Kota Thus, Provinsi Khurasan, Persia (Iran), pada tahun 450 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1058 Masehi.

Al-Ghazali berasal dari keluarga ahli tenun (pemintal). Ayahnya adalah seorang pengrajin sekaligus penjual kain shuf (yang terbuat dari kulit domba) di Kota Thus. Namun, sang ayah menginginkan Al-Ghazali kelak menjadi orang alim dan saleh.

Karena itu, menjelang wafat, ayahnya mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, ''Sungguh, saya menyesal tidak belajar khath (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka, saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya,'' ungkapnya pada pengasuh Al-Ghazali dan saudaranya.

Imam Al-Ghazali memulai belajar di kala masih kecil dengan mempelajari Bahasa Arab dan Parsi hingga fasih. Karena minatnya yang mendalam terhadap ilmu, Al-Ghazali mulai mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fikih, dan filsafat.

Selepas itu, ia berguru kepada Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Radzakani di Kota Thus untuk mempelajari ilmu fikih. Kemudian, ia berangkat ke Jurjan untuk menuntut ilmu dengan Imam Abu Nashr Al-Isma'ili. Selepas menuntut ilmu di Jurjan, Al-Ghazali pergi mengunjungi Kota Naisabur untuk berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini.

Selama di Naisabur, ia berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafii, ilmu perdebatan, ushuluddin, mantiq, hikmah, dan filsafat. Selain itu, ia berhasil menyusun sebuah tulisan yang membuat kagum gurunya, Al-Juwaini.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Setelah sang guru wafat, Imam Al-Ghazali pergi meninggalkan Naisabur menuju ke majelis Wazir Nidzamul Malik. Majelis tersebut merupakan tempat berkumpulnya para ahli ilmu. Di sana, Al-Ghazali menantang debat para ulama dan berhasil mengalahkan mereka. Lalu, karena ketinggian ilmu yang dimiliki Imam Al-Ghazali, Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi guru besar di Madrasah Nizhamiyah (sebuah perguruan tinggi yang didirikan oleh Nidzamul Malik) di Baghdad pada tahun 484 H.

Saat itu, usia Al-Ghazali baru menginjak 30 tahun. Di sinilah, keilmuan Al-Ghazali makin berkembang dan menjadi terkenal serta mencapai kedudukan yang sangat tinggi. Sebagai pimpinan komunitas intelektual Islam, Al-Ghazali begitu sibuk mengajarkan ilmu hukum Islam di madrasah yang dipimpinnya.

Empat tahun memimpin Madrasah Nizamiyyah, Al-Ghazali merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya. Batinnya dilanda kegalauan. Ia merasa telah jatuh dalam krisis spiritual yang begitu serius.

Al-Ghazali pun memutuskan untuk meninggalkan Baghdad. Kariernya yang begitu cemerlang ditinggalkannya. Setelah menetap di Suriah dan Palestina selama dua tahun, ia sempat menunaikan ibadah Haji ke Tanah Suci, Makkah. Setelah itu, Al-Ghazali kembali ke tanah kelahirannya. Sang ulama pun memutuskan untuk menulis karya-karya serta mempraktikkan sufi dan mengajarkannya.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Apa yang membuat Al-Ghazali meninggalkan kariernya yang cemerlang dan memilih jalur sufisme? Dalam autobiografinya, Al-Ghazali menyadari bahwa tak ada jalan menuju ilmu pengetahuan yang pasti atau pembuka kebenaran wahyu kecuali melalui sufisme. Itu menandakan bahwa bentuk keyakinan Islam tradisional mengalami kondisi kritis pada saat itu. Keputusan Al-Ghazali untuk meninggalkan kariernya yang cemerlang itu, sekaligus merupakan bentuk protesnya terhadap filsafat Islam.

Al-Ghazali wafat di usianya yang ke-70 pada tahun 1128 M di kota kelahirannya, Thus. Meski begitu, pemikiran Al-Ghazali tetap hidup sepanjang zaman. Karya-karya Sang Sufi Selama masa hidupnya (70 tahun), Imam Al-Ghazali banyak menulis berbagai karya dalam sejumlah bidang yang dikuasainya.

Mulai dari fikih, tasawuf (sufisme), filsafat, akidah, dan lainnya. Dalam kitab Mauqif Ibn Taimiyyah min al-Asya'irah dan Thabawat Asy-Syafi'iyyah karya Abdurrahman bin Shaleh Ali Mahmud, Imam Al-Ghazali dikenal sebagai penulis produktif. Sejumlah karyanya kini tersebar ke seluruh penjuru dunia. Bidang Ushuluddin dan Akidah 1. Arba'in Fi Ushuliddin merupakan juz kedua dari kitabnya, Jawahir Alquran. 2. Qawa'id al-'Aqa`id yang disatukan dengan Ihya` Ulumuddin pada jilid pertama.

3. Al Iqtishad Fil I'tiqad. 4. Tahafut Al Falasifah berisi bantahan Al-Ghazali terhadap pendapat dan pemikiran para filsuf, dengan menggunakan kaidah mazhab Asy'ariyah.

5. Faishal At-Tafriqah Bayn al-Islam Wa Zanadiqah. Bidang Usul Fikih, Fikih, Filsafat, dan Tasawuf 1. Al-Mustashfa Min Ilmi al-Ushul 2. Mahakun Nadzar 3. Mi'yar al'Ilmi 4. Ma'arif al-`Aqliyah 5. Misykat al-Anwar 6. Al-Maqshad Al-Asna Fi Syarhi Asma Allah Al-Husna 7. Mizan al-Amal 8. Al-Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi 9. Al-Ajwibah Al-Ghazaliyah Fi al-Masa1il Ukhrawiyah 10.

Ma'arij al-Qudsi fi Madariji Ma'rifati An-Nafsi 11. Qanun At-Ta'wil 12. Fadhaih Al-Bathiniyah 13. Al-Qisthas Al-Mustaqim 14. Iljam al-Awam 'An 'Ilmi al-Kalam 15. Raudhah ath-Thalibin Wa Umdah al-Salikin 16. Ar-Risalah Al-Laduniyah 17.

Ihya` Ulum al-din 18. Al-Munqidzu Min adl-Dlalal 19.Al-Wasith 20. Al-Basith 21.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Al-Wajiz 22. Al-Khulashah 23. Minhaj al-'Abidin Masih banyak lagi karya Imam Al-Ghazali. Begitu banyak karya yang dihasilkan, menunjukkan keluasan ilmu yang dimiliki oleh Al-Ghazali. Ia merupakan pakar dan ahli dalam bidang fikih, namun menguasai juga tasawuf, filsafat, dan ilmu kalam. Sejumlah pihak memberikan gelar padanya sebagai seorang Hujjah al-Islam. Ihya 'Ulum al-Din; Magnum Opus Al-Ghazali Salah satu karya Imam Al-Ghazali yang sangat terkenal di dunia adalah kitab Ihya` Ulum al-din.

Kitab ini merupakan magnum opus atau masterpiece Al-Ghazali. Bahkan, kitab ini telah menjadi rujukan umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia dalam mempelajari ilmu tasawuf. Di dalamnya, dijelaskan tentang jalan seorang hamba untuk menuju ke hadirat Allah. Saking luas dan dalamnya pembahasan ilmu tasawuf (jalan sufi) dalam karyanya ini, sejumlah ulama pun banyak memberikan syarah (komentar), baik pujian maupun komentar negatif atas kitab ini.

Syekh Abdullah al-Idrus ''Pasal demi pasal, huruf demi huruf, aku terus membaca dan merenunginya. Setiap hari kutemukan ilmu dan rahasia, serta pemahaman yang agung dan berbeda dengan yang kutemukan sebelumnya. Kitab ini adalah lokus pandangan Allah dan lokus rida-Nya. Orang yang mengkaji dan mengamalkannya, pasti mendapatkan mahabbah (kecintaan) Allah, rasul-Nya, malaikat-Nya, dan wali-wali-Nya.'' Imam an-Nawawi ''Jika semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya kitab al-Ihya`, ia dapat mencukupi semua kitab yang hilang tersebut.'' Imam ar-Razi ''Seolah-olah Allah SWT menghimpun semua ilmu dalam suatu rapalan, lalu Dia membisikkannya kepada Al-Ghazali, dan beliau menuliskannya dalam kitab ini.'' Abu Bakar Al-Thurthusi ''Abu Hamid telah memenuhi kitab Ihya` dengan kedustaan terhadap Rasulullah SAW.

Saya tidak tahu ada kitab di muka bumi ini yang lebih banyak kedustaan darinya, kemudian beliau campur dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan kandungan isi Rasa`il Ikhwan ash-Shafa. Mereka adalah kaum yang memandang kenabian merupakan sesuatu yang dapat diusahakan.'' (Dinukil Adz-Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala, 19/334).

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Sebagian ulama ada pula yang mengkritik karya Imam Al-Ghazali ini karena memuat sejumlah hadis, yang diduga beberapa sanadnya terputus.

Wa Allahu A'lam. sya/taq
A. tentukan berada pada tahap apa produk semen instan ""lima roda"" dalam daur hidup produknya? jelaskan jawaban saudara! b. strategi pemasaran apakah … yang diterapkan pt. lima roda pada daur hidup semen instan tersebut? jelaskan jawaban saudara! 2. analisislah jumlah pembelian paling optimal dengan metode eoq untuk bahan baku utama tersebut! Masyarakat kerajaan Alam Melayu menjalankan kegiatan pembuatan yang terdiri daripada barang perhiasan emas, tembikar, cuka kelapa, garam, gula, minyak …membuat mi daripada beras dan sebagainya.

Berdasarkan pengetahuan sejarah anda, bagaimanakah kita dapat mengkomersilkan hasil pembuatan barangan tersebut?​
Menu • HOME • RAMADHAN • Kabar Ramadhan • Puasa Nabi • Tips Puasa • Kuliner • Fiqih Ramadhan • Hikmah Ramadhan • Video • Infografis • NEWS • Politik • Hukum • Pendidikan • Umum • News Analysis • UMM • UBSI • Telko Highlight • NUSANTARA • Jabodetabek • banten • Jawa Barat • Jawa Tengah & DIY • Jawa Timur • kalimantan • Sulawesi • Sumatra • Bali Nusa Tenggara • Papua Maluku • KHAZANAH • Indonesia • Dunia • Filantropi • Hikmah • Mualaf • Rumah Zakat • Sang Pencerah • Ihram • Alquran Digital • ISLAM DIGEST • Nabi Muhammad • Muslimah • Kisah • Fatwa • Mozaik • INTERNASIONAL • Timur tengah • Palestina • Eropa • Amerika • Asia • Afrika • Jejak Waktu • Australia Plus • DW • EKONOMI • Digital • Syariah • Bisnis • Finansial • Migas • pertanian • Global • Energi • REPUBLIKBOLA • Klasemen • Bola Nasional • Liga Inggris • Liga Spanyol • Liga Italia • Liga Dunia • Internasional • Free kick • Arena • Sea Games 2021 • SEAGAMES 2021 • Berita • Histori • Pernik • Profil • LEISURE • Gaya Hidup • travelling • kuliner • Parenting • Health • Senggang • Republikopi • tips • TEKNOLOGI • Internet • elektronika • gadget • aplikasi • fun science & math • review • sains • tips • KOLOM • Resonansi • Analisis • Fokus • Selarung • Sastra • konsultasi • Kalam • INFOGRAFIS • Breaking • sport • tips • komik • karikatur • agama • JURNAL-HAJI • video • haji-umrah • journey • halal • tips • ihrampedia • REPUBLIKA TV • ENGLISH • General • National • Economy • Speak Out • KONSULTASI • keuangan • fikih muamalah • agama islam • zakat • IN PICTURES • Nasional • Jabodetabek • Internasional • Olahraga • Rana • PILKADA 2020 • berita pilkada • foto pilkada • video pilkada • KPU Bawaslu • SASTRA • cerpen • syair • resensi-buku • RETIZEN • Info Warga • video warga • teh anget • INDEKS • LAINNYA • In pictures • infografis • Pilkada 2020 • Sastra • Retizen • indeks Beberapa gelar disematkan ke sejumlah tokoh sebagai bentuk penghormatan atas kapasitas keilmuwan seseorang.

Misalnya, Syaikhul Islam, Mujaddid Az-zaman, dan sebutan lainnya. Di antara julukan yang masyhur dipakai adalah Hujjatul Islam.

Istilah tersebut berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, hujjah dan Islam. Penggabungan dua kata itu, mengutip Ensiklopedi Islam, diartikan dengan ‘pembela Islam’.

Gelar tersebut diberikan kepada para ulama yang berjasa mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran Islam dengan argumen yang sulit dipatahkan oleh lawan. Sesuai kata yang dipakai, maka ulama yang diberi gelar itu berhasil bertindak sebagai penyanggah serangan-serangan yang ingin merancukan ajaran Islam. Penyerang yang dimaksud tak hanya datang dari pihak luar Islam, tetapi juga serangan yang muncul di internal Islam.

Bila musuh datang dari dalam, biasanya mereka hendak menebarkan syirik, khurafat, dan takhayul atau pemahaman, serta tindakan yang bertentangan dengan kemurnian Islam. Sepanjang sejarah Islam, terdapat dua nama yang mendapat gelar seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah ini, yaitu Abu Seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah Al-Ghazali dan Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah. Penyematan gelar kepada kedua tokoh itu bukan tanpa alasan kuat.

Al-Ghazali dikenal dengan pembelaannya yang mengagumkan terhadap Islam, terutama menyodorkan argumennya yang mematahkan ideologi kelompok Batiniah, salah satu sempalan dari Syiah.

Pemikiran Al-Ghazali itu di abadikan di bukunya yang berjudul Fadhaih Al-Bathiniyyah (Kekeliruan Batiniah). Ia tidak saja mengajukan argumentasi dari teks agama, tetapi juga mengemukakan argumen logika yang konsepsional, sistematis, dan memiliki muatan ilmiah yang berbobot. Bangunan pemikiran kokoh sosok yang wafat pada 555 H/1111 M itu tampak pula saat melakukan sanggahan atas gagasan para filsuf.
Imam Al-Ghazali Sang Hujjatul Islam October 14, 2009 at 4:10 am Leave a comment Puluhan karya yang ditulisnya merupakan bukti kecerdasan dan keluasanilmu yang dimiliki Al-Ghazali.

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafii atau lebih dikenal dengan nama Imam Al-Ghazali adalah salah seorang tokoh Muslim terkemuka sepanjang zaman. Ia dikenal sebagai seorang ulama, filsuf, dokter, psikolog, ahli hukum, dan sufi yang sangat berpengaruh di dunia Islam.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Selain itu, berbagai pemikiran Algazel–demikian dunia Barat menjulukinya–juga banyak mempengaruhi para pemikir dan filsuf Barat pada abad pertengahan. Pemikiran-pemikiran Al-Ghazali sungguh fenomenal. ”Tak diragukan lagi bahwa buah pikir Al-Ghazali begitu menarik perhatian para sarjana di Eropa,” tutur Margaret Smith dalam bukunya yang berjudul Al-Ghazali: The Mystic yang diterbitkan di London, Inggris, tahun 1944.

Salah seorang pemikir Kristen terkemuka yang sangat terpengaruh dengan buah pemikiran Al-Ghazali, kata Smith, adalah ST Thomas Aquinas (1225 M-1274 M). Aquinas merupakan filsuf yang kerap dibangga-banggakan peradaban Barat.

Ia telah mengakui kehebatan Al-Ghazali dan merasa telah berutang budi kepada tokoh Muslim legendaris itu. Pemikiran-pemikiran Al-Ghazali sangat mempengaruhi cara berpikir Aquinas yang menimba ilmu di Universitas Naples. Saat itu, kebudayaan dan literatur-literatur Islam begitu mendominasi dunia pendidikan Barat. Perbedaan terbesar pemikiran Al-Ghazali dengan karya-karya Aquinas dalam teologi Kristen, terletak pada metode dan keyakinan.

Secara tegas, Al-Ghazali menolak segala bentuk pemikiran filsuf metafisik non-Islam, seperti Aristoteles yang tidak dilandasi dengan keyakinan akan Tuhan. Sedangkan, Aquinas mengakomodasi buah pikir filsuf Yunani, Latin, dan Islam dalam karya-karya filsafatnya. Al-Ghazali dikenal sebagai seorang filsuf Muslim yang secara tegas menolak segala bentuk pemikiran filsafat metafisik yang berbau Yunani.

Dalam bukunya berjudul The Incoherence of Philosophers, Al-Ghazali mencoba meluruskan filsafat Islam dari pengaruh Yunani menjadi filsafat Islam, yang didasarkan pada sebab-akibat yang ditentukan Tuhan atau perantaraan malaikat.

Upaya membersihkan filasat Islam dari pengaruh para pemikir Yunani yang dilakukan Al-Ghazali itu dikenal sebagai teori occasionalism. Sosok Al-Ghazali sangat sulit untuk dipisahkan dari filsafat. Baginya, filsafat yang dilontarkan pendahulunya, Al-Farabi dan Ibnu Sina, bukanlah sebuah objek kritik yang mudah, melainkan komponen penting buat pembelajaran dirinya. Filsafat dipelajar Al-Ghazali secara serius saat dia tinggal di Baghdad.

Sederet buku filsafat pun telah ditulisnya. Salah satu buku filsafat yang disusunnya, antara lain, Maqasid al-Falasifa (The Intentions of the Philosophers). Lalu, ia juga menulis buku filsafat yang sangat termasyhur, yakni Tahafut al-Falasifa (The Incoherence of the Philosophers). Al-Ghazali merupakan tokoh yang memainkan peranan penting dalam memadukan sufisme dengan syariah.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Konsep-konsep sufisme begitu baik dikawinkan sang pemikir legendaris ini dengan hukum-hukum syariah. Ia juga tercatat sebagai sufi pertama yang menyajikan deskripsi sufisme formal dalam karya-karyanya.

Al-Ghazali juga dikenal sebagai ulama Suni yang kerap mengkritik aliran lainnya. Ia tertarik dengan sufisme sejak berusia masih belia. Kehidupan Al-Ghazali Dilahirkan di Kota Thus, Provinsi Khurasan, Persia (Iran), pada tahun 450 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1058 Masehi.

Al-Ghazali berasal dari keluarga ahli tenun (pemintal). Ayahnya adalah seorang pengrajin sekaligus penjual kain shuf (yang terbuat dari kulit domba) di Kota Thus. Namun, sang ayah menginginkan Al-Ghazali kelak menjadi orang alim dan saleh.

Karena itu, menjelang wafat, ayahnya mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik.

Dia berpesan, ”Sungguh, saya menyesal tidak belajar khath (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini.

Maka, saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya,” ungkapnya pada pengasuh Al-Ghazali dan saudaranya.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Imam Al-Ghazali memulai belajar di kala masih kecil dengan mempelajari Bahasa Arab dan Parsi hingga fasih. Karena minatnya yang mendalam terhadap ilmu, Al-Ghazali mulai mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fikih, dan filsafat. Selepas itu, ia berguru kepada Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Radzakani di Kota Thus untuk mempelajari ilmu fikih. Kemudian, ia berangkat ke Jurjan untuk menuntut ilmu dengan Imam Abu Nashr Al-Isma’ili. Selepas menuntut ilmu di Jurjan, Al-Ghazali pergi mengunjungi Kota Naisabur untuk berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini.

Selama di Naisabur, ia berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafii, ilmu perdebatan, ushuluddin, mantiq, hikmah, dan filsafat. Selain itu, ia berhasil menyusun sebuah tulisan yang membuat kagum gurunya, Al-Juwaini.

Setelah sang guru wafat, Imam Al-Ghazali pergi meninggalkan Naisabur menuju ke majelis Wazir Nidzamul Malik.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Majelis tersebut merupakan tempat berkumpulnya para ahli ilmu. Di sana, Al-Ghazali menantang debat para ulama dan berhasil mengalahkan mereka. Lalu, karena ketinggian ilmu yang dimiliki Imam Al-Ghazali, Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi guru besar di Madrasah Nizhamiyah (sebuah perguruan tinggi yang didirikan oleh Nidzamul Malik) di Baghdad pada tahun 484 H.

Saat itu, usia Al-Ghazali baru menginjak 30 tahun. Di sinilah, keilmuan Al-Ghazali makin berkembang dan menjadi terkenal serta mencapai kedudukan yang sangat tinggi. Sebagai pimpinan komunitas intelektual Islam, Al-Ghazali begitu sibuk mengajarkan ilmu hukum Islam di madrasah yang dipimpinnya.

Empat tahun memimpin Madrasah Nizamiyyah, Al-Ghazali merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya. Batinnya dilanda kegalauan. Ia merasa telah jatuh dalam krisis spiritual yang begitu serius. Al-Ghazali pun memutuskan untuk meninggalkan Baghdad.

Kariernya yang begitu cemerlang ditinggalkannya. Setelah menetap di Suriah dan Palestina selama dua tahun, ia sempat menunaikan ibadah Haji ke Tanah Suci, Makkah. Setelah itu, Al-Ghazali kembali ke tanah kelahirannya. Sang ulama pun memutuskan untuk menulis karya-karya serta mempraktikkan sufi dan mengajarkannya.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Apa yang membuat Al-Ghazali meninggalkan kariernya yang cemerlang dan memilih jalur sufisme? Dalam autobiografinya, Al-Ghazali menyadari bahwa tak ada jalan menuju ilmu pengetahuan yang pasti atau pembuka kebenaran wahyu kecuali melalui sufisme.

Itu menandakan bahwa bentuk keyakinan Islam tradisional mengalami kondisi kritis pada saat itu. Keputusan Al-Ghazali untuk meninggalkan kariernya yang cemerlang itu, sekaligus merupakan bentuk protesnya terhadap filsafat Islam. Al-Ghazali wafat di usianya yang ke-70 pada tahun 1128 M di kota kelahirannya, Thus. Meski begitu, pemikiran Al-Ghazali tetap hidup sepanjang zaman.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Karya-karya Sang Sufi Selama masa hidupnya (70 tahun), Imam Al-Ghazali banyak menulis berbagai karya dalam sejumlah bidang yang dikuasainya. Mulai dari fikih, tasawuf (sufisme), filsafat, akidah, dan lainnya. Dalam kitab Mauqif Ibn Taimiyyah min al-Asya’irah dan Thabawat Asy-Syafi’iyyah karya Abdurrahman bin Shaleh Ali Mahmud, Imam Al-Ghazali dikenal sebagai penulis produktif.

Sejumlah karyanya kini tersebar ke seluruh penjuru dunia. Bidang Ushuluddin dan Akidah 1. Arba’in Fi Ushuliddin merupakan juz kedua dari kitabnya, Jawahir Alquran. 2. Qawa’id al-‘Aqa`id yang disatukan dengan Ihya` Ulumuddin pada jilid pertama. 3. Al Iqtishad Fil I’tiqad. 4. Tahafut Al Falasifah berisi bantahan Al-Ghazali terhadap pendapat dan pemikiran para filsuf, dengan menggunakan kaidah mazhab Asy’ariyah. 5. Faishal At-Tafriqah Bayn al-Islam Wa Zanadiqah.

Bidang Usul Fikih, Fikih, Filsafat, dan Tasawuf 1. Al-Mustashfa Min Ilmi al-Ushul 2. Mahakun Nadzar 3. Mi’yar al’Ilmi 4. Ma’arif al-`Aqliyah 5. Misykat al-Anwar 6. Al-Maqshad Al-Asna Fi Syarhi Asma Seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah Al-Husna 7. Mizan al-Amal 8. Al-Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi 9. Al-Ajwibah Al-Ghazaliyah Fi al-Masa1il Ukhrawiyah 10. Ma’arij al-Qudsi fi Madariji Ma’rifati An-Nafsi 11. Qanun At-Ta’wil 12.

Fadhaih Al-Bathiniyah 13. Al-Qisthas Al-Mustaqim 14. Iljam al-Awam ‘An ‘Ilmi al-Kalam 15. Raudhah ath-Thalibin Wa Umdah al-Salikin 16. Ar-Risalah Al-Laduniyah 17. Ihya` Ulum al-din 18. Al-Munqidzu Min adl-Dlalal 19.Al-Wasith 20. Al-Basith 21. Al-Wajiz 22.

Al-Khulashah 23. Minhaj al-‘Abidin Masih banyak lagi karya Imam Al-Ghazali. Begitu banyak karya yang dihasilkan, menunjukkan keluasan ilmu yang dimiliki oleh Al-Ghazali. Ia merupakan pakar dan ahli dalam bidang fikih, namun menguasai juga tasawuf, filsafat, dan ilmu kalam.

Sejumlah pihak memberikan gelar padanya sebagai seorang Hujjah al-Islam. I hya ‘Ulum al-Din; Magnum Opus Al-Ghazali Salah satu karya Imam Al-Ghazali yang sangat terkenal di dunia adalah kitab Ihya` Ulum al-din.

Kitab ini merupakan magnum opus atau masterpiece Al-Ghazali. Bahkan, kitab ini telah menjadi rujukan umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia dalam mempelajari ilmu tasawuf. Di dalamnya, dijelaskan tentang jalan seorang hamba untuk menuju ke hadirat Allah. Saking luas dan dalamnya pembahasan ilmu tasawuf (jalan sufi) dalam karyanya ini, sejumlah ulama pun banyak memberikan syarah (komentar), baik pujian maupun komentar negatif atas kitab ini.

Syekh Abdullah al-Idrus ”Pasal demi pasal, huruf demi huruf, seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah terus membaca dan merenunginya. Setiap hari kutemukan ilmu dan rahasia, serta pemahaman yang agung dan berbeda dengan yang kutemukan sebelumnya.

Kitab ini adalah lokus pandangan Allah dan lokus rida-Nya. Orang yang mengkaji dan mengamalkannya, pasti mendapatkan mahabbah (kecintaan) Allah, rasul-Nya, malaikat-Nya, dan wali-wali-Nya.” Imam an-Nawawi ”Jika semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya kitab al-Ihya`, ia dapat mencukupi semua kitab yang hilang tersebut.” Imam ar-Razi ”Seolah-olah Allah SWT menghimpun semua ilmu dalam suatu rapalan, lalu Dia membisikkannya kepada Al-Ghazali, dan beliau menuliskannya dalam kitab ini.” Abu Bakar Al-Thurthusi ”Abu Hamid telah memenuhi kitab Ihya` dengan kedustaan terhadap Rasulullah SAW.

Saya tidak tahu ada kitab di muka bumi ini yang lebih banyak kedustaan darinya, kemudian beliau campur dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan kandungan isi Rasa`il Ikhwan ash-Shafa.

Mereka adalah kaum yang memandang kenabian merupakan sesuatu yang dapat diusahakan.” (Dinukil Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala, 19/334). Calendar October 2009 M T W T F S S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 « May Nov » Most Recent Posts • Manaqib Ringkas: Kyai Sholeh Darat Semarang • SYECK NAWAWI AL BANTANI (GURU KYIAI INDONESIA) • KH.HAMIM DJAZULI (GUS MIEK KYAI NYELENEH) • Imam Abu Daud, Ahli Hadits Dengan Segudang Julukan • Kiswah Pakaian Abadi Baitullah • Santri Identik Kopyah?

• Jika Pesantren Salaf Tidak ada Lagi? • Menyibak Rahasia Gerakan Shalat • Rutinitas Santri Salafiyah, Antara Istiqomah Dan Disiplin • Sosok KH. Abdul Hamid PasuruanSiapa yang tak kenal Imam Al-Ghozali ? Beliau adalah tokoh ulama besar, ahli fiqih dan tasawuf yang dikagumi banyak ulama dan kaum muslimin. Beliau dijuluki mujaddid (pembaharu) abad 5 Hijriyah dan digelari Hujjatul Islam.

seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah

Imam Al-Ghozali bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid at-Thusi as-Syafi'i. Nama beliau dinisbahkan kepada pekerjaan ayahnya seorang pemintal (Al-Ghozzal) dan pebisnis wol. Ada juga yang menyebutkan bahwa nama itu disandarkan kepada kampung halaman Beliau (Ghozalah).

Imam Al-Ghozali lahir di Kota Thus pada tahun 450 H, dan wafat di kota yang sama pada Senin 14 Jumadil Akhir 505 H, pada usia 55 tahun.

Dari berbagai karya Imam Al-Ghazali itu, Kitab Ihya Ulum ad-Diin menjadi karya paling bersinar di antara karya-karyanya. Kenapa Imam Al-Ghazali bergelar Hujjatul Islam? Dalam buku "Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali" karya Ustaz Wildan Jauhari dijelaskan bahwa salah satunya karena beliau punya jasa yang amat besar dalam memberikan argumen (hujjah) baik lewat dalil akal atau naql.

Keduanya berjalin rapi dan saling menguatkan ibarat simpul-simpul temali yang terikat dengan benar. Hujjahnya mengalahkan sekian argumen banyak kalangan, termasuk argumen para filosuf sekuler anti Tuhan. Ustaz Wildan Jauhari menerangkan bahwa Imam Al-Ghazali pernah berada dalam bimbingan beberapa guru yang mumpuni.

Hal ini dimulai sejak usia belia hingga Beliau dewasa. Tercatat Beliau acapkali mengembara ke berbagai tempat, berpindah dari satu kota ke kota lainnya untuk menimba ilmu dari para ulama di zamannya. Seperti ke Naisabur, Baghdad, Hijaz, negeri Syam dan Mesir. Perjalanan ilmiahnya dimulai dari wasiat Sang Ayah. Menjelang wafat, oleh Sang Ayah, Al-Ghazali kecil beserta saudara kandungnya Ahmad dititipkan kepada seorang shufi yang solih lagi alim agar mendapat pengajaran yang baik.

Dari gurunya ini, Al-Ghazali kecil belajar ilmu khot (menulis) dan fiqh. Kemudian Beliau kembali ke Thus dan mendalami fiqh kepada Ahmad ar-Rodzakani hingga akhirnya menjadi ulama besar yang dikagumi para ulama. • ulama • islam • kisah ulama • imam alghazali • ustaz wildan jauhari • Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Pengetahuan tentang Diri Kunci Pengetahuan tentang Tuhan • Sayyidah Rabiah al-Adawiyah: Istighfar Kita Butuh Istighfar Lagi • Kisah Istri-Istri Rasulullah SAW: Cemburu Berat Aisyah kepada Shafiyah • Kisah Ibrahim bin Seorang tokoh sufi yang mendapat julukan hujjatul islam adalah Ketika Kuburan Kian Ramai dan Kota Makin Sepi • 6 Julukan Bulan Syawal yang Penuh Keistimewaan • Dua Kisah Sahabat Nabi SAW yang Rutin Membaca Surah Al-Ikhlas dalam Setiap Sholat • Kisah Dalam Al-Qur'an yang Terulang dan yang Tak Terulang Kembali REKOMENDASI • Nabi Adam Saat Wafat Dikafani dan Dikubur Malaikat • Ketika Malaikat Melempar Dua Jin Utusan Nabi Sulaiman • Nasihat Indah Habib Umar tentang Pernikahan • Wabah Corona Mengajarkan Kita untuk Tolong Menolong • Ahzami Samiun Jazuli, Kiai Ahli Tafsir itu Meninggalkan Kita • Zakat Menanti Ramadhan, Ini Kata Ustaz Adi Hidayat Dari Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' secara berjamaah, itu seperti beribadah setengah malam.

Dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dan Subuh secara berjamaah, maka ia seperti beribadah semalam penuh. (HR. Sunan Abu Dawud No. 468)

Fenomena Seorang WALIYULLAH.




2022 www.videocon.com