Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang lebih terfokus pada satu tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis. Keduanya merupakan cerminan nyata dari kehidupan di dunia. Namun, dari karakter tokoh tersebut kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan perbuatan buruk yang harus kita jauhi. Kegiatan 1 Memahami Informasi tentang Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek Bacalah cerita pendek di bawah ini dengan baik!
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang panas, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka tak kurang ibadatnya dari dia sendiri.
Bahkan, ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, lalu bertanya kenapa mereka di neraka semuanya. Tetapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun tak mengerti juga. “Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian. “Bukankah kita disuruh-Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan ke neraka.” “Ya. Kami juga berpendapat demikian.
Tengoklah itu, orang-orang senegeri kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.” “Ini sungguh tidak adil.” “Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh. “Kalau begitu, kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau ia silap memasukkan kita ke neraka ini.” “Benar. Benar. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.
“Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu. “Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh. “Apa kita revolusikan juga?” tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner. “Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh. “Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.” “Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita peroleh,” sebuah suara menyela.
“Setuju! Setuju! Setuju!” mereka bersorak beramai-ramai. Lalu, mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan. Dan Tuhan bertanya, “ Kalian mau apa?” Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama indah, ia memulai pidatonya.
“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab- Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka.
Maka sebelum terjadi halhal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.” “Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan. “Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.” “O, di negeri yang tanahnya subur itu?” “Ya.
Benarlah itu, Tuhanku.” “Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan?” “Benar. Benar. Benar. Tuhan kami.
Itulah negeri kami,” mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.
“Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?” “Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.” “Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat itu?” “Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.” “Negeri yang lama diperbudak orang lain itu?” “Ya, Tuhanku.
Sungguh laknat penjajah penjajah itu, Tuhanku.” “Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya dan diangkutnya ke negerinya, bukan?” “Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.” “Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?” “Benar, Tuhanku.
Tapi bagi kami soal harta benda itu, kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.” “Engkau rela tetap melarat, bukan?” “Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.” “Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?” “Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala belaka.” “Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?” “Ada, Tuhanku.” “Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua?
Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin?
Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.” Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tetapi Haji Saleh ingin juga kepastian, apakah yang dikerjakannya di dunia ini salah atau benar. Tetapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan, ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu.
“Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?” tanya Haji Saleh. “Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, hingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.” “Ya.
Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang ngeri sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.” “Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya meninggalkan istriku yang tercengang-cengang. Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya. Tetapi aku berjumpa sama istrinya saja.
Lalu aku tanya dia. “Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?” “Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kafan buat Kakek tujuh lapis.” “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab,” dan sekarang ke mana dia?” “Kerja.” “Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.
“Ya. Dia pergi kerja.”*** Cerita yang telah kamu baca itu dinamakan cerita pendek. Sesuai dengan namanya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek.
Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”.
Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih terfokus dan lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif, intergratif, kritis, dan kreatif.
Untuk itu, kita pun dapat mengujinya dengan sejumlah pertanyaan seperti berikut. 1. Pertanyaan literal a. Di mana dan kapan cerita itu terjadi? b. Siapa saja tokoh cerita itu? 2. Pertanyaan interpretatif? a. Apa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A? b. Bagaimana makna lugas dari perkataan tokoh B? three. Pertanyaan integratif a. Bercerita tentang apakah cerpen di atas? b. Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya itu?
4. Pertanyaan kritis a. Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong pada tokoh A? b. Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang digunakannya? 5. Pertanyaan kreatif a. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen itu? b. Bagaimana kira-kira kelanjutan cerpen itu seandainya tokoh utamanya tidak dimatikan pengarang?
Tugas 1. Setelah membaca cerita di atas, kamu sudah memiliki pemahaman yang jelas tentang pengertian dan karakteristik cerita pendek. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu, buktikanlah pemahamanmu itu dengan menunjukkan sekurangkurangnya lima contoh cerita lainnya yang berkategori cerpen. Sajikanlah hasilnya dalam rubrik berikut! ii. Secara berdiskusi kelompok, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
a. Di mana dan kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi? b. Kata-kata “robohnya surau kami” itu maksudnya apa? c. Pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui cerpennya itu apa saja? d. Setujukah kamu dengan isi cerita itu dan adakah hal-hal yang bertentangan dengan kayakinanmu sendiri?
east. Bagaimana hubungan kamu sendiri selama ini dengan Tuhan? Ceritakanlah! iii. Kerjakanlah hal berikut sesuai dengan instruksinya! a. Buatlah lima pertanyaan lainnya secara berkelompok untuk menguji pemahaman literal, interpretatif, integratif, kritis, dan kreatif! b. Mintalah teman-teman kamu dari kelompok lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu!
Contoh Jawaban one. Menyajikan contoh cerpen. Judul Cerpen Bulan Biru Pengarang Gus Tf Sakai Sumber Buku Kumpuan Cerpen Inti Cerita Dalam cerpen ini mengisahkan tentang beberapa binatang yang bisa berbicara seperti manusia. Mereka saling bergotong-royong dalam mendirikan bangunan. Judul Cerpen Serpihan di Teras Rumah Pengarang Zaidinoor Sumber Buku Kumpuan Cerpen Inti Cerita Cerpen ini mengisahkan tentang seorang perempuan tua bernama Ni Siti yang hidup seorang diri setelah ditinggalkan suaminya.
Ni Siti bekerja sebagai pengambil getah karet. Judul Cerpen Rumah Tuhan Pengarang AK. Basuki Sumber Buku Kumpuan Cerpen Inti Cerita Cerpen ini mengisahkan tentang ketulusan dan kesabaran seorang Ibu dalam menolong orang lain. Tidak pernah mengeluh terhadap penderitaan yang dialaminya.
Judul Cerpen Piutang-piutang Menjelang Ajal Pengarang Jujur Pranoto Sumber Buku Kumpuan Cerpen Inti Cerita Cerpen ini tentang seorang keponakan yang mempunyai piutang kepada pamannya. Utang tersebut harus dibayar sebelum pamannya meninggal. Judul Cerpen Alesia Pengarang Sungging Raga Sumber Buku Kumpuan Cerpen Inti Cerita Cerpen ini tentang perasaan seorang anak yang mengorbankan diri demi kesembuhan ibunya. ii. Menjawab pertanyaan dengan berdiskusi a. Peristiwa dalam cerpen ini berada di Kota, di Surau Kakek, rumah Ajo Sidi, dan lain-lain.
Terjadi pada siang dan malam hari. b. Maksud dari Robohnya Surau Kami ialah Masjid yang berukuran kecil yang terdapat di kota kelahiran tokoh utama.
Tokoh utama ini diceritakan sebagai seseorang yang hidupnya hanya beribadah sepanjang hari. c. Pesan-pesan dalam cerpen ini ialah jangan cepat bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu dengan perbuatan baik yang dilakukan karena hal tersebut bisa saja baik di hadapan manusia tetapi kurang baik di hadapan Tuhan; jangan mementingkan diri sendiri; jangan cepat marah terhadap orang yang memberi nasihat.
d. Setuju. Tidak ada hal yang bertentangan. east. Hubungan dengan Tuhan begitu dekat. Kedekatan tersebut dilakukan dengan beribadah tepat waktu dan mengamalkannya dengan berbuat baik kepada sesama. 3. Pada jawaban ini, peserta didik membuat pertanyaan secara berkelompok dan meminta teman-teman lain menjawab pertanyaan tersebut. a. Pertanyaan Literal: Kapankah peristiwa dalam cerpen tersebut terjadi? b. Pertanyaan Interpretatif: Dalam cerpen tersebut terdapat percakapan antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis.
Apakah maksud yang tersembunyi di balik percakapan tokoh antagonis kepada tokoh protagonis? c. Pertanyaan Integratif: Bercerita tentang apakah teks cerita pendek yang dibaca?
d. Pertanyaan Kritis: Dalam cerpen tersebut terdapat nilai-nilai budaya dan sosial. Jika dihubungkan dengan kenyataannya, apakah nilai-nilai tersebut sudah sesuai di masyarakat? e. Pertanyaan Kreatif: Bagaimana menurutmu jika tokoh utama terus-menerus mengalami penderitaan?
Setelah Membaca Cerita Di Atas Kamu Sudah Memiliki Pemahaman Source: https://www.skokul.com/2676/mengidentifikasi-nilai-nilai-kehidupan-dalam-cerita-pendek/ Terbaru • Cara Mengukur Penggaris Dari 0 Atau 1 • Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu Membuat Pistol Mainan Dari Botol Bekas • Jurnal Tesis Aplikasi Recording Andriod Peternakan • Cara Menggendong Bayi 2 Bulan Dengan Selendang • Sistem Kemitraan Pada Perusahaan Peternakan Ruminansia • Cara Pasang Elcb 3 Phase Yang Benar • Cara Membuat Lamaran Kerja via Email Pdf Di Hp • Ketersediaan Air Dan Listrik Untuk Usaha Peternakan Menurut • Cara Membuat Kartu Undangan Dari Kertas Karton Kategori • Aplikasi • Berkebun • Bisnis • Budidaya • Cara • News • Pelajaran • Serba-serbi • SIM Keliling • Soal • Ternak • Uncategorized KEPRIBADIAN TOKOH DALAM ANTOLOGI CERPEN KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: KAJIAN PSIKOANALISIS TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara OLEH MUHAMMAD ANGGIE JANUARSYAH DAULAY 097009027/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN (3) Judul Tesis : KEPRIBADIAN TOKOH DALAM ANTOLOGI CERPEN KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: KAJIAN PSIKOANALISIS Nama Mahasiswa : Muhammad Anggie Januarsyah Daulay Nomor Pokok : 097009027 Program Studi : Linguistik Konsentrasi : Analisis Wacana Kesusastraan Menyetujui Komisi Pembimbing Ketua Anggota (Prof.
Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.) (Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A.) Ketua Program Studi Direktur (Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.) (4) PERNYATAAN Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu Tesis KEPRIBADIAN TOKOH DALAM ANTOLOGI CERPEN KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: KAJIAN PSIKOANALISIS Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, November 2011 (6) RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Muhammad Anggie Januarsyah Daulay Tempat dan Tgl.Lahir : Medan, 27 Januari 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Jln. Batang Kuis G. Tirta Jaya Dusun IX Tanjung Morawa Status : Belum Menikah Pekerjaan : Dosen Pendidikan Formal: 1.
SD Negeri 105855 Tamora 1992 - 1998 2. SLTP Swasta Harapan 2 Medan 1998 - 2001 3. SMA Negeri 18 Medan 2001 - 2004 4. S1 FBS Sastra Indonesia Unimed 2004 - 2008 5. S2 Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 2009 – 2011 Pendidikan Nonformal : 1.
Pelatihan Bedah Buku Filosofi Kopi Dewi Lestari FBS Universitas Negeri Medan (2006) 2. Pelatihan Prigel Menulis di Media Massa FBS Universitas Negeri Medan (2007) 3. Pelatihan Menulis Karya Sastra KOMA UMN Al-Washliyah Medan (2009) 4.
Pelatihan Akreditasi Tutor Universitas Terbuka Kerjasama antara UPBJJ UT (7) Pekerjaan : 1. Reporter Bidang Kemahasiswaan pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Medan (2007-2008) 2. Guru Komputer di Universitas Negeri Medan (2008-2009) 3. Asisten Dosen Luar Biasa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah, Medan (2009-2010) 4.
Pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah, Medan (Sejak 2009) 5. Pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Terbuka, Medan (Sejak 2009) 6. Pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Prima Indonesia, Medan (8) KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat meneguhkan hati di tengah kebimbangan dan keterputusasaan dalam menyusun, mengolah, dan menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini penulis beri judul “Kepribadian Tokoh dalam Antologi Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian Psikoanalisis”. Tesis ini membicarakan struktur kepribadian berupa id, ego, dan superego yang dialami oleh empat tokoh dalam empat cerpen. Teori struktur kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bagian dari kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Setiap manusia pasti memiliki struktur kepribadian dalam dirinya, wujud dari struktur tersebut muncul ketika manusia memiliki keinginan, penyaluran, dan penyeimbang sebagai benteng dari keinginan yang tidak terpuaskan.
Oleh karena itulah, struktur kepribadian cocok digunakan dalam menganalisis antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” yang banyak menawarkan problematika kehidupan manusia beserta cara mereka meminimalisasi serta mengatasi masalah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya dinamika kerja sistem id, ego, dan superego yang hinggap pada kepribadian para tokoh.
Tiga cerpen menunjukkan keselarasan prinsip kerja ketiga struktur kepribadian tokoh-tokohnya. Artinya masing-masing struktur tuntas bertanggung jawab atas dasar pijakan prinsip, cerpen tersebut berjudul “’Aku Kesepian, Sayang.’, ‘Datanglah, Menjelang Kematian.’”, “Legenda Wongasu”, dan “Avi”. Namun ada satu judul cerpen yang salah satu struktur kepribadiannya, justru tidak sesuai dengan prinsip kerja sebagai kontrol, nilai (9) manifestasinya menyebabkan masalah baru yang berakibat fatal bagi kehidupan seseorang, walaupun pada akhirnya desakan id berhasil diwujudkan ego.
Dinamika seperti inilah yang terulas dalam penelitian ini. Penyelesaian tesis ini telah diusahakan keilmiahannya oleh penulis. Kelemahan atau kesalahannya tetap menjadi tanggung jawab penulis. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan tesis ini.
Medan, November 2011 Penulis, Muhammad Anggie Januarsyah Daulay NIM 097009027 (10) UCAPAN TERIMA KASIH Dalam menempuh perkuliahan dan penyelesaikan tesis ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala doa, perhatian, bimbingan, arahan, serta dorongan yang telah diberikan kepada penulis oleh pihak-pihak berikut ini.
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K). selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof.
Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara beserta Staf Akademik dan Administrasinya. 3. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan Dr. Nurlela, M.Hum.
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Linguistik Sekolah Pascasarjana USU beserta Dosen dan Staf Administrasinya. 4. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian tesis ini serta memberikan dorongan dan motivasi. 5. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan serta membangun (11) 6. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si.
selaku Dosen Pembimbing Akademik, Dosen Penguji, sekaligus sebagai teman bertukar pikiran serta telah rela berbagi waktu menyalurkan dan mendiskusikan ilmu-ilmunya kepada penulis. 7. Bapak Seno Gumira Ajidarma selaku sastrawan yang menulis antologi cerpen “’Aku Kesepian, Sayang.’, ‘Datanglah, Menjelang Kematian.’” Sebagai bahan penelitian ini. 8. Alm. Drs. Antilan Purba, M.Pd selaku dosen sekaligus sastrawan yang semasa hidup banyak memberikan masukan positif dan membangkitkan semangat penulis dalam penyelesaian tesis ini.
9. Ayahanda Drs. Syahnan Daulay, M.Pd dan Ibunda Dra. Rosdiana Siregar, yang telah memotivasi, memahami, dan senantiasa membimbing penulis dengan penuh kasih dan sayang.
10.Abangda Ibrahim R. S. Daulay, S.E, Adinda Zulkarnain H. Daulay, S.H, dan Dian Rosyalin Brangzo Daulay, S.Pd. yang telah memberikan doa tulus kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini. 11.Alfina Gustiany Siregar, S.S. selaku teman baik yang telah begitu banyak mengorbankan waktu, perasaan, dan pikiran kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. 12.Mama Lina, Alm. Wak Tarigan, Wak Lilik dan Mama Inun yang tidak habis-habisnya mendoakan penulis dari awal perkuliahan sampai dapat terselesaikannya (12) 13.Sahabat mahasiswa Program Studi Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana USU angkatan 2009.
Sinta Diana, Yuna, Prinsi Daulay, Yelly, Irwan, Edy, Rico, Elva, Henny, Cito, Kenny, serta teman-teman sepenanggungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 14.Teman seprofesi penulis di UT, UNPRI, dan UMN Al-Washliyah Medan. 15.Staf Administrasi Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana USU dan semua pihak yang telah membantu bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu berpartisipasi kepada penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tesis ini Semoga Allah SWT memberikan kemurahan rezeki, membalas segala doa, dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan kontribusi dalam kajian sastra, khususnya yang berhubungan dengan psikosastra dan psikoanalisis. Terima kasih. Medan, November 2011 Penulis, Muhammad Anggie Januarsyah Daulay NIM 097009027 (13) DAFTAR ISI Halaman JUDUL PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING PANITIA PENGUJI PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR . i UCAPAN TERIMA KASIH . iii DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL . x DAFTAR LAMPIRAN .
xi ABSTRAK . xii ABSTRACT . xiii BAB I PENDAHULUAN . 1 1. 1 Latar Belakang Penelitian . 1 1. 2 Pembatasan Masalah . 6 1. 3 Rumusan Masalah .
7 1. bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu Tujuan Penelitian . 8 1. 4 Manfaat Penelitian . 9 1.5.1 Manfaat Praktis . 9 1.5.2 Manfaat Teoretis . 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, HAKIKAT, DAN LANDASAN TEORI . 10 (14) 2. 2 Hakikat . 15 2.2.1 Cerpen . 15 2.2.2 Unsur-unsur Intrinsik Fiksi . 17 2.2.2.1 Tema . 18 2.2.2.2 Alur/Plot . 18 2.2.2.3 Tokoh dan Penokohan .
19 2.2.2.3.1 Penokohan dalam Cerpen . 19 2.2.2.4 Setting atau Latar . 20 2.2.2.5 Sudut Pandang Pencerita . 21 2.2.2.6 Gaya Bahasa. 22 2.2.3 Kategorisasi Tokoh .
22 2.2.4 Teknik-teknik Pembentukan Tokoh dalam Karya Sastra . 25 2.2.4.1 Teknik Ekspositori (Analitik) . 25 2.2.4.2 Teknik Dramatik . 25 2.3 Landasan Teori . 29 2.3.1 Psikologi Sastra . 29 2.3.1.1 Esensi Psikologi . 29 2.3.1.2 Psikologi Sastra . 29 2.3.2 Psikoanalisis Sigmund Freud .
31 2.3.3 Defenisi Kepribadian . 32 2.3.4 Teori Struktur Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud . 33 2.3.4.1 Id (das Es) . 33 2.3.4.2 Ego (das Ich) . 34 2.3.4.3 Superego (das uber Ich) . 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN . 37 3.1 Metode Penelitian . 37 3.2 Sumber dan Data Penelitian .
38 (15) 3.4 Instrumen Penelitian . 40 3.5 Teknik Analisis Data . 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . 42 4.1 Hasil Penelitian . 42 4.1.1 Identifikasi Tokoh . 42 4.1.2 Struktur Kepribadian Sigmund Freud berupa Analisis Id, Ego dan Superego . 54 4.1.2.1 Analisis Struktur Kepribadian Id.
54 4.1.2.1.1 Cerpen ‘’’Aku Kesepian, Sayang.’, ‘Datanglah, Menjelang Kematian.’” . 54 4.1.2.1.2 Cerpen ‘’Legenda Wongasu”. 55 4.1.2.1.3 Cerpen ‘’Avi” . 55 4.1.2.1.4 Cerpen ‘’Penjaga Malam dan Tiang Listrik” . 56 4.1.2.2 Analisis Struktur Kepribadian Ego .
58 4.1.2.2.1 Cerpen ‘’’Aku Kesepian, Sayang.’, ‘Datanglah, Menjelang Kematian.’” . 58 4.1.2.2.2 Cerpen ‘’Legenda Wongasu”. 59 4.1.2.2.3 Cerpen ‘’Avi” . 59 4.1.2.2.4 Cerpen ‘’Penjaga Malam dan Tiang Listrik” . 60 4.1.2.3 Analisis Struktur Kepribadian Superego . 62 4.1.2.2.1 Cerpen ‘’’Aku Kesepian, Sayang.’, ‘Datanglah, Menjelang Kematian.’” . 62 4.1.2.2.2 Cerpen ‘’Legenda Wongasu”. 63 4.1.2.2.3 Cerpen ‘’Avi” .
63 (16) ABSTRAK 1.2.1 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh dalam antologi cerpen “’Aku Kesepian, Sayang.’, ‘Datanglah, Menjelang Kematian.’” karya Seno Gumira Ajidarma.
Struktur kepribadian tersebut berupa id (keinginan & kebutuhan), ego (penyaluran), dan superego (Peyeimbang/kontrol/normatif). Analisis penelitian ini menggunakan teori struktur kepribadian dalam kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Sumber data pada penelitian ini terdiri atas empat cerita pendek, yaitu ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’”, ”Legenda Wongasu”, ”Avi” dan ”Penjaga Malam dan Tiang Listrik”.
Masing-masing judul cerpen memiliki satu tokoh. Data yang terkumpul berupa kalimat dan paragraf merupakan data yang diambil melalui teknik-teknik pembentukan tokoh dalam karya sastra. Hasil penelitian identifikasi tokoh menunjukkan (1) cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” menggunakan dua teknik yaitu teknik percakapan dan teknik pikiran dan perasaan, (2) cerpen “Legenda Wongasu” menggunakan satu teknik yaitu teknik reaksi tokoh, (3) cerpen “Avi” menggunakan teknik pikiran dan perasaan dan teknik percakapan, (4) cerpen “Penjaga Malam dan Tiang Listrik” menggunakan dua teknik yaitu teknik percakapan/reaksi tokoh lain dan teknik reaksi tokoh.
Hasil penelitian struktur kepribadian berupa id, ego, dan superego yang dialami oleh para tokoh ini, memproduksi dua hasil akhir yaitu superego berhasil bertugas (positif) dan superego yang tidak berhasil (negatif). Tiga judul cerpen yang struktur kepribadian superego (positif) para tokohnya sejalan dengan fungsi akhir sebagai normatif adalah ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’”, ”Legenda Wongasu”, dan ”Avi.
Sedangkan satu judul cerpen yang struktur kepribadian superegonya berakhir negatif adalah ”Penjaga Malam dan Tiang Listrik” (20) ABSTRACT The purpose of this research is to describe character’s personality structures in anthology short story “’Aku Kesepian, Sayang.’, ‘Datanglah, Menjelang Kematian.’” Made by Seno Gumira Ajidarma.
The personality structures consist of id (desire and needs), ego (distribution), and superego (balancer/control/normative). This research’s analysis used personality structures theory in study of psychoanalysis by Sigmund Freud.
The source of data in this research consists of four short stories, such as “’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’”, ”Legenda Wongasu”, ”Avi”, and ”Penjaga Malam dan Tiang Listrik”.
Each of these short stories has one main character. The collected data consist of sentences and paragraphs which collected from the techniques of character’s establishment in literature. The result of research showed (1) “’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian’” short stories used two technique, discourse and feeling and thought technique, (2) “Lengenda Wongasu” short story used one technique, character’s response technique, (3) “Avi” short story used feeling and thought technique and discourse technique, (4) “Penjaga Malam dan Tiang Listrik” short story used two techniques, such as discourse/other characters’ response technique and character’s response technique.
The result of personality structure research consist of id, ego, and superego that main characters’ experienced, make two final result, such as superego successfully work (positive) and superego does not work.
The three of short stories which have the superego (positive) personality character that parallel with the final function as normative are bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’”, ”Legenda Wongasu”, and ”Avi. Whereas one short story which has negative superego of personality character is”Penjaga Malam dan Tiang Listrik” (21) ABSTRAK 1.2.1 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh dalam antologi cerpen “’Aku Kesepian, Sayang.’, ‘Datanglah, Menjelang Kematian.’” karya Seno Gumira Ajidarma.
Struktur kepribadian tersebut berupa id (keinginan & kebutuhan), ego (penyaluran), dan superego (Peyeimbang/kontrol/normatif). Analisis penelitian ini menggunakan teori struktur kepribadian dalam kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Sumber data pada penelitian ini terdiri atas empat cerita pendek, yaitu ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’”, ”Legenda Wongasu”, ”Avi” dan ”Penjaga Malam dan Tiang Listrik”. Masing-masing judul cerpen memiliki satu tokoh.
Data yang terkumpul berupa kalimat dan paragraf merupakan data yang diambil melalui teknik-teknik pembentukan tokoh dalam karya sastra. Hasil penelitian identifikasi tokoh menunjukkan (1) cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” menggunakan dua teknik yaitu teknik percakapan dan teknik pikiran dan perasaan, (2) cerpen “Legenda Wongasu” menggunakan satu teknik yaitu teknik reaksi tokoh, (3) cerpen “Avi” menggunakan teknik pikiran dan perasaan dan teknik percakapan, (4) cerpen “Penjaga Malam dan Tiang Listrik” menggunakan dua teknik yaitu teknik percakapan/reaksi tokoh lain dan teknik reaksi tokoh.
Hasil penelitian struktur kepribadian berupa id, ego, dan superego yang dialami oleh para tokoh ini, memproduksi dua hasil akhir yaitu superego berhasil bertugas (positif) dan superego yang tidak berhasil (negatif). Tiga judul cerpen yang struktur kepribadian superego (positif) para tokohnya sejalan dengan fungsi akhir sebagai normatif adalah ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’”, ”Legenda Wongasu”, dan ”Avi. Sedangkan satu judul cerpen yang struktur kepribadian superegonya berakhir negatif adalah ”Penjaga Malam dan Tiang Listrik” (22) ABSTRACT The purpose of this research is to describe character’s personality structures in anthology short story “’Aku Kesepian, Sayang.’, ‘Datanglah, Menjelang Kematian.’” Made by Seno Gumira Ajidarma.
The personality structures consist of id (desire and needs), ego (distribution), and superego (balancer/control/normative).
This research’s analysis used personality structures theory in study of psychoanalysis by Sigmund Freud. The source of data in this research consists of four short stories, such as “’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’”, ”Legenda Wongasu”, ”Avi”, and ”Penjaga Malam dan Tiang Listrik”.
Each of these short stories has one main character. The collected data consist of sentences and paragraphs which collected from the techniques of character’s establishment in literature.
The result of research showed (1) “’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian’” short stories used two technique, discourse and feeling and thought technique, (2) “Lengenda Wongasu” short story used one technique, character’s response technique, (3) “Avi” short story used feeling and thought technique and discourse technique, (4) “Penjaga Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu dan Tiang Listrik” short story used two techniques, such as discourse/other characters’ response technique and character’s response technique.
The result of personality structure research consist of id, ego, and superego that main characters’ experienced, make two final result, such as superego successfully work (positive) and superego does not work. The three of short stories which have the superego (positive) personality character that parallel with the final function as normative are ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’”, ”Legenda Wongasu”, and ”Avi.
Whereas one short story which has negative superego of personality character is”Penjaga Malam dan Tiang Listrik” (23) BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah lepas dari permasalahan kehidupan, sebab manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan oleh akal dan pikiran. Untuk itu, setiap manusia sebagai individu senantiasa mencoba melibatkan diri dengan orang lain untuk berinteraksi dan menelurusi jati diri di dalam kehidupan.
Selain itu, manusia adalah pribadi yang sering mempertanyakan keberadaannya seiring dengan perkembangan dunia. Dalam hal ini, manusia mulai kehilangan pandangan tentang hubungan dengan sesama manusia dan nilai pribadi individu yang cenderung menimpalkan kesalahan kepada diri sendiri tanpa menghiraukan kesanggupan dan keberadaan potensi diri.
Oleh karena itu, banyak ditemukan manusia yang merasa tidak berdaya, tidak mampu atau bahkan tidak bertahan dalam menghadapi suatu problematika kehidupan yang ada.
Manusia pada dasarnya selalu terhubung pada situasi-situasi tertentu di mana pun berada. Namun situasi-situasi itu bukan miliknya secara utuh, sebab setiap manusia harus membagi situasi-situasi itu dengan orang lain. Untuk itu, interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain sangatlah diperlukan, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa hidup berdampingan.
(24) Selain itu, manusia juga harus menyadari bahwa setiap manusia pada dasarnya adalah sama dan juga memiliki hasrat untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya guna pencapaian maksud, keinginan ataupun sebagai sarana pemecahan masalah dengan adanya solusi-solusi dari pandangan pihak lain. Seni sastra, sebagai salah satu pandangan kehidupan manusia bukan hanya sebuah karya seni estetika yang mampu menyajikan unsur kehidupan secara murni, tulus, dan menarik bagi pembaca, tetapi juga merupakan faktor lain yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca, terlebih bagaimana cara seseorang mampu keluar dari berbagai persoalan yang terlukiskan dalam karya tersebut.
Hal semacam ini banyak tergambar dalam karya sastra. Melalui karya sastra, pengarang mempunyai misi untuk membentuk pola kepribadian dari masing-masing karakter tokoh guna menjalankan alur penceritaan yang tidak monoton pada satu peristiwa saja. Lebih lanjut Supaat (2008:4) menjelaskan bahwa ”Karakteristik kepribadian manusia dapat menjelma menjadi suatu bahasa, suatu seni, dan suatu sastra”. Artinya, antara manusia dan karya sastra merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
Pengarang melalui prilaku batin dan kejiwaannya mencoba menuangkan apa yang dirasa, dialami, dilihat, dan diperhatikan dalam kehidupan nyata ke dalam karya sastra melalui simbol, ikon, dan lambang. Kelihaian pengarang merelevansikan kepribadian tokoh dalam kehidupan (25) terepresentasi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Endaswara (2008: 86) yang menyatakan: Gejala-gejala kejiwaan yang dapat ditangkap oleh sang pengarang dari manusia-manusia lain tersebut, kemudian diolah dalam batinnya dipadukan dengan kejiwaannya sendiri lalu disusunlah menjadi suatu pengetahuan baru dan diendapkan dalam batin.
Jika endapan pengalaman ini telah cukup kuat memberikan dorongan pada batin sang pengarang untuk melakukan proses kreatif, maka dilahirkannya endapan pengalaman tersebut dalam wahana bahasa simbol yang dipilihnya dan diekspresikan menjadi sebuah karya sastra. Karya sastra berbentuk antologi cerita pendek (cerpen) pada umumnya banyak disukai oleh pembaca, hal ini dapat dilihat melalui semakin merebaknya antologi-antologi cerpen dewasa ini.
Oleh karena itu, minat cerpenis-cerpenis untuk melahirkan karya-karya tulis mutakhir pun semakin bergairah dan bergelora seiring perkembangan minat baca oleh sebagian penikmat sastra yang terlalu bosan dengan penceritaan-penceritaan klasik, menjadi nilai tambah pula apabila pengemasan cerpen itu menarik lalu dikemas dalam satu kemasan yang terdiri dari berbagai cerita pendek yang berbobot.
Antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” merupakan salah satu penerbitan antologi cerpen yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma, seorang penulis teks perancang visual. Sebelum dikumpulkan dalam satu buku cerpen antologi, karya-karya Seno Gumira Ajidarma lebih dulu dimuat dalam beberapa media massa.
Antara lain ”Melodrama di Negeri Komunis.” (Media Indonesia, Minggu 1 Desember 2002), ”’Aku Kesepian, Sayang.’, (26) ”Mmmwwwhhh!” (Eksotika Karmawibhangga Indonesia: Jakarta, 2002), ”Hari Pertama di Beijing.” (Koran Tempo, Minggu 3 November 2002), ”Topeng Monyet” (Suara Pembaruan, Minggu 10 Februari 2002), ”Layang-Layang” (Suara Pembaruan, Minggu 23 Desember 2001), ”Dua Perempuan dengan HP-nya” (Koran Tempo, Minggu 1 April 2001), ”Komidi Puter” (Media Indonesia, Minggu 16 Februari 2003). Antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” banyak mengungkap seputar perasaan, problematika, dan pengalaman kehidupan yang selalu diwarnai oleh penderitaan lahir dan batin.
Lima belas cerita dalam antologi cerpen ini berkisah tentang mereka yang hidup dalam suatu dunia, yang barangkali memang tidak dibuat untuk mereka, sehingga tampak aroma kekalutan batin dan gangguan kejiwaan (psikis), seperti mungkin yang dialami setiap orang yang terlanjur lahir meski tidak meminta. Pada penelitian ini, peneliti hanya memokuskan penelitian pada empat judul cerpen, yaitu ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’”, ”Legenda Wongasu”, ”Avi” dan ”Penjaga Malam dan Tiang Listrik”.
Alasan empiris pengambilan empat judul cerita ini adalah karena konflik batin yang dialami para tokoh sangat mendominasi, di mana para tokoh sering melakukan percekcokan kejiwaan baik kepada diri sendiri maupun menyikapi perlakuan tidak adil yang dilakukan seseorang. Oleh sebab itu kepribadian para tokoh sedang diuji oleh (27) mereka tidak terdaftar dalam suatu kompetisi kejiwaan apapun. Gangguan-gangguan dan keadaan yang tidak sesuai kerap dirasakan para tokoh, hal ini semakin membuat tekanan dalam kondisi kejiwaan menjadi terganggu dan mengakibatkan suatu efek tertentu sebagai respon dari ketidaksesuaian yang dirasakan.
Tokoh yang diteliti dalam penelitian ini, hanya terfokus pada tokoh utama saja, hal ini dikarenakan jenis karya sastra cerpen yang hanya terdiri dari satu sampai tiga tokoh. Didukung pula oleh keadaan empat cerita pendek tersebut yang memang menghadirkan satu sampai dua orang tokoh untuk membangun cerita.
Namun dalam empat cerpen tersebut, hanya tokoh utamalah yang mendominasi terjadinya konflik batin baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Empat judul cerpen ini menggugah keingintahuan peneliti menyoal struktur kepribadian yang tergambar dalam prilaku kejiwaan para tokoh dengan menggunakan teori kepribadian Sigmund Freud melalui tiga jenis struktur kepribadian, yaitu id, ego dan superego. Struktur dalam teori kepribadian tersebut merupakan bagian dari kajian psikoanalisis Sigmund Freud.
Psikoanalisis merupakan cabang ilmu yang dikembangkan Sigmund Freud dan para pengikutnya sebagai studi fungsi dan prilaku psikologis, di mana dalam kajian psikoanalisis itu akan termanifestasi bagaimana pola dan keadaan kejiwaan manusia yang terganggu oleh suatu sebab yang dalam hal ini adalah kejiwaan para tokoh. Sejalan dengan hal itu Eagleton (dalam Yustinus 2006: 47) menyatakan (28) merupakan praktik untuk menyembuhkan mereka yang mentalnya dianggap sakit atau terganggu”.
Psikoanalisis merupakan sub cabang dari pendekatan psikologi sastra, psikologi sastra sendiri merupakan kajian yang mendekati karya sastra dari sudut pandang psikologi. Cakupan psikologi yang dimaksud dapat berupa neurosis dan psikosis.
Dalam penelitian ini aspek pengkajian struktur difokuskan kepada sisi penokohan yang termuat dalam teks sastra. Lebih lanjut Endaswara (2008: 70) menjelaskan: Dapat disistemasikan bahwa fokus penelitian psikologi sastra bisa pada teks yang terkait dengan perwatakan tokoh, proses kreatif, dan pembaca.
Masing-masing fokus memerlukan penelitian serius yang mungkin berbeda, yang paling utama adalah menemukan data kejiwaan apa saja dalam sastra atau yang melingkupinya.
1.2 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ditujukan untuk lebih memokuskan permasalahan dalam suatu penelitian. Adapun masalah yang dibatasi dalam penelitian ini, diuraikan sebagai berikut.
1.2.1 Identifikasi tokoh dalam antologi ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.”’ berdasarkan teknik-teknik (29) 1.2.2 Struktur kepribadian para tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.”’ berupa id dalam kajian psikoanalisis. 1.2.3 Struktur kepribadian para tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.”’ berupa ego dalam kajian psikoanalisis.
1.2.4 Struktur kepribadian para tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.”’ berupa superego dalam kajian psikoanalisis.
1. 3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1.3.1 Bagaimanakah mengidentifikasi tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.”’ berdasarkan teknik-teknik pembentukan tokoh dalam karya sastra?
1.3.2 Bagaimanakah struktur kepribadian para tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.”’ berupa id dalam kajian psikoanalisis? 1.3.3 Bagaimanakah struktur kepribadian para tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang (30) 1.3.4 Bagaimanakah struktur kepribadian para tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.”’ berupa superego dalam kajian psikoanalisis?
1. 4 Tujuan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian, tujuan penelitian bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu langkah yang paling mendasar. Sehubungan dengan hal itu, yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah 1.4.1 Mendeskripsikan identifikasi tokoh yang dibentuk melalui teknik-teknik pembentukan tokoh dalam karya sastra.
1.4.2 Mendeskripsikan struktur kepribadian id para tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” 1.4.3 Mendeskripsikan strukur kepribadian ego para tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” 1.4.4 Mendeskripsikan strukur kepribadian superego para tokoh dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang (31) 1.
5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan gambaran tentang adanya hubungan antara karya sastra, terutama cerpen dengan optimalisasi struktur kepribadian manusia.
Begitupun sebaliknya kajian psikoanalisis kepribadian manusia dapat dipakai untuk membedah kejiwaan penokohan dalam sebuah cerpen. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat membantu penikmat sastra dalam upaya meningkatkan apresiasi dan pemahaman terhadap karya sastra, khususnya terhadap cerpen-cerpen Indonesia yang beraromakan kehidupan psikologis. 1.5.2 Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala masyarakat pada umumnya untuk dapat lebih memahami dan menghayati struktur kepribadian pada manusia yang ditinjau dari kajian psikoanalisis.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bersifat konstruktif bagi perkembangan sastra dalam hal penerapan kritik sastra di dalam karya sastra itu (32) BAB II KAJIAN PUSTAKA, HAKIKAT, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam sub bab ini akan memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang mengkaji fenomena stuktur kepribadian dalam perspektif kajian psikoanalisis.
Penelitian tersebut pernah dilakukan oleh Teguh Wirwan dengan judul ”Analisis Tokoh Ara dalam Roman ’Larasati’ Karya Pramoedya Ananta Toer: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra. (2009). Roman Larasati merupakan salah satu roman karya Pramoedya Ananta Toer. Seorang penulis yang hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara, 3 tahun dalam penjara Kolonial Belanda, 1 tahun pada masa Orde Lama, dan 14 tahun pada masa Orde Baru. Beberapa karyanya lahir dari penjara-penjara tersebut, di antaranya Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca).
Dalam roman Larasati diceritakan bahwa Ara atau Larasati adalah seorang artis panggung yang cantik, penampilannya banyak ditunggu oleh para penontonnya, bahkan ia juga punya banyak penggemar di luar dunia panggung.
Ketika masa revolusi, tahun 1940-an ia tumbuh dewasa sebagai seorang gadis. Ketika pergolakan revolusi pecah, ia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa selama ini ia selalu berada di pihak musuh. Pada saat menyaksikan penderitaan bangsanya, (33) akan bermain untuk propaganda Belanda, untuk maksud-maksud yang memusuhi revolusi.
Pada saat angkatan muda berjuang mati-matian, banyak angkatan tua mendapatkan kedudukan enak. Banyak terjadi pengkhianatan, korupsi yang dilakukan oleh para oportunis atau orang yang hanya mengambil keuntungan pribadi. Dalam kisah perjalanannya, Ara dihadapkan pada persoalan-persoalan yang menyebabkan konflik dalam dirinya. Sebagai seorang perempuan dan juga artis, dengan caranya sendiri ia menunjukkan sikapnya sebagai seorang pejuang.
Dari kejadian-kejadian ini, timbul berbagai konflik yang terjadi dalam dirinya yang harus diselesaikan. Untuk menghadapi konflik yang terjadi, ia harus mengambil sikap serta penemuan dirinya pada situasi semacam ini. Roman ini memaparkan dan mendeskripsikan situasi sosial yang mempengaruhi dan menjadi penyebab timbulnya berbagai sikap manusia dalam menghadapi situasi tersebut.
Dalam roman ini digambarkan pula situasi pergolakan revolusi Indonesia pascaproklamasi yang tidak menentu akibat belum adanya kestabilan kekuasaan. Fokus masalah yang dibahas dalam penelitian terdahulu ini adalah kepribadian tokoh hanya kepada tokoh Ara dalam roman Larasati berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud, konflik psikologis yang dialami tokoh Ara, serta sikap tokoh Ara dalam menghadapi konflik tersebut.
Karya-karya Seno dan Pram banyak memiliki kesamaan. Pergolakan dan kekacauan batin menjadi topik utama dalam karya cerpen-cerpen mereka. Seno begitu banyak memproduksi cerpen-cerpen yang bararoma psikologis. Ketakutan, (34) Seolah kehidupan nyata benar-benar menjadi acuan dalam menghasilkan karya cerpen tersebut. Seperti dalam antologi cerpen hasil karyanya berikut ini. “Atas Nama Malam”, di atas berbau kehidupann psikologis tokoh-tokohnya.
Penceritaan terkadang dimulai dari ketidakberterimaan tokoh utama tentang persoalan kehidupan, lalu menjadi pertentangan dalam batin yang nantiny berakhir pada peristiwa yang tdiak seimbang, dan sepadan dengan apa yang diharapkan oleh si tokoh. Alhasil, konflik jiwa pun terjadi. Dari hal ini, jelaslah tergambar bahwa Seno merupakan sastrawan yang senang mengangkat kehidupan kejiwaan dalam karyanya sebagai representasi dari kehidupan nyata.
Penelitian terdahulu selanjutnya menyoal stuktur kepribadian juga pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam bentuk skripsi di antaranya adalah Novianti dalam “Analisis Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya Mira W” (2003) dan Andi Nurwahyudi dalam “Aspek Psikologis Tokoh Utama dalam Novel Antara Dua Hati Karya Maria A.
Sarjono”(2005). Di dalam skripsinya Novianti mengungkap kepribadian dan konflik psikologis yang dialami oleh tokoh Eko dalam novel Jangan Ucapkan Cinta karya Mira W melalui teori psikologi Gestalt. Psikologi Gestalt mengembangkan ilusi dan peragaan untuk menunjukkan (35) Novianti berdasarkan teori psikologi Gestalt, ditemukan sifat menonjol yang dimiliki tokoh Eko dalam novel Jangan Ucapkan Cinta, diantaranya adalah rasa iri, dengki dan pendendam.
Sedangkan Andi Nurwahyudi dalam skripsi “Aspek Psikologis Tokoh Utama dalam Novel Antara Dua Hati Karya Maria A.
Sarjono” mengungkap aspek kepribadian dan moral tokoh Anggraini dalam novel Antara Dua Hati Karya Maria A. Sarjono dengan menggunakan teori psikologi kepribadian Freud.
Berdasarkan struktur kepribadian tokoh Anggraini, Andi Nurwahyudi menyimpulkan bahwa tokoh Anggraini memiliki superego yang mampu menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan moralitas. Penelitian berikutnya oleh Diantika Permatasari Widagdho dengan judul “Gangguan Kejiwaan Tokoh Nedena dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika. Novel psikologi ini menceritakan tokoh-tokoh yang unik, dengan benang merah perselingkuhan dan anak-anak yang lahir darinya.
Tiap tokohnya mempunyai konflik yang sedemikian rumit, namun mereka mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan permasalahannya masing-masing, misalnya dengan mengakhiri hidup orang lain atau dengan bunuh diri.
Kekacauan tokoh dan alur dalam novel ini pada hakikatnya merupakan gambaran manusia masa kini, yakni tentang orang-orang yang sibuk menghadapi berbagai masalah tanpa sempat mendalami masing-masing masalahnya.
Selain menceritakan tokoh-tokoh dan alur yang unik, pada dasarnya Dadaisme juga menggambarkan orang-orang kelas ekonomi menengah ke atas.
Tokoh-tokohnya adalah mereka yang telah “melek” teknologi dan menggunakan (36) sepuluh tahun yang mengalami gangguan kejiwaan.
Aleda istri Asril, mantan pacar Isabella yang kemudian berhubungan lagi setelah keduanya berkeluarga. Nedena adalah anak Yusna yang berarti keponakan Isabella, sebab Yusna kakak Isabella.
Mereka tidak pernah mengetahui hubungan semacam itu karena mereka memang ada dalam “ruang gelap perselingkuhan”. Penelitian Diantika ini menganalisis kepribadian tokoh Nedena dan faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan kepribadian tokoh Nedena dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada keseimbangan antara id, ego dan superego yang dialami Nedena.
Pendorong id bertentangan dengan kekuatan pengekang superego. Nedena cenderung mementingkan prinsip kenikmatan daripada aspek sosiologis yang berkembang di masyarakat, sehingga terjadi ketegangan di dalam diri atau pribadi Nedena. Penyimpangan kejiwaan yang dialami Nedena adalah depresi dan skizofrenia, kemudian Nedena mengalami halusinasi yang memicu Nedena melakukan bunuh diri. Penyimpangan pada perilaku Nedena disebabkan tidak adanya sosok ayah yang mampu menggantikan objek cintanya (kompleks Oedipus), ditambah trauma atas kebakaran di rumahnya hingga menewaskan Ibu kandungnya.
Penelitian terdahulu yang mengkaji novel beraromakan kehidupan Negara Jepang oleh Rizal Prabudi, juga peneliti cantumkan sebagai acuan dalam penulisan tesis ini, adapun penelitian tersebut berjudul ‘Karakter Tokoh Utama dalam Novel Utsukushisa to Kanashimi” (2006).
Yang menjadi objek penelitian adalah novel (37) Penelitian ini bertujuan untuk meneliti karakter tokoh utama, teknik penceritaan serta simbol-simbol yang digunakan Kawabata Yasunari dalam menggambarkan karakter dan kondisi bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu tokoh utama.
Pendekatan yang digunakan untuk menjawab tiga permasalahan tersebut adalah pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud, metode karakteristik telaah sastra, dan semiotik. Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan di atas, dapat dirangkum sebagai landasan untuk menyusun alur berpikir teoretis dalam langkah kerja penelitian ini. 2.2 Hakikat 2.2.1 Cerpen Sebagaimana novel dan roman, cerpen termasuk jenis karya sastra fiksi yang pendek. Sesuai dengan namanya cerpen merupakan cerita yang pendek, yaitu sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.
Cerpen sesungguhnya lengkap dan selesai, maksudnya sebuah cerpen meskipun pendek, tetap mencakup unsur intrinsik dan ekstrinsik suatu karya sastra. Kedua unsur tersebut berfungsi saling mendukung dan membantu dalam mencapai keutuhan dan kesatupaduan. Antara unsur yang satu dengan lainnya memiliki hubungan yang erat sehingga akan mewujudkan sebuah karya yang menarik. Unsur intrinsik meliputi tema, plot, suasana, setting, perwatakan, dan sudut pandang, sedangkan unsur ekstrinsiknya adalah biografi, psikologi, sosiologi, dan (38) Sebagai salah satu karya sastra, cerpen banyak disukai pembaca karena selain bentuk ceritanya yang pendek, ia juga dapat dinikmati kapan dan di mana saja pembaca berada.
Hal ini yang membuktikan bahwa cerpen memang sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sahari-hari, mengingat dewasa ini sudah banyak vasiasi cerita yang unik dan menarik disajikan cerpenis-cepernis pemula maupun yang sudah berpengalaman. Untuk itu kegiatan membaca cerpen merupakan pilihan alternatif untuk mengisi waktu luang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Di mana banyak contoh kasus yang dapat menjadi pelajaran dan renungan pembaca di dalam wacana pergaulan sehari-hari. Lebih lanjut Kratz, (2001:32) menjelaskan, ”Kegiatan membaca cerpen merupakan hal yang amat penting guna mengimbangi pergaulan dengan kenyataan sehari-hari yang semakin keras”.
Di samping itu sebuah cerpen harus merupakan suatu kesatuan bentuk yang betul-betul lengkap dan utuh. Dari sisi penceritaan atau narasinya juga dituntut untuk hadir sehemat mungkin serta menimbulkan efek satu kesan saja bagi pembacanya.
Hal ini dimaksudkan agar sebuah cerpen dapat menunjukkan kualitas yang bersifat pemadatan, pemusatan, dan pedalaman. Lebih lanjut Soemardjo (1984: 92) berpendapat bahwa, Cerpen itu harus memberi gambaran sesuatu yang tajam, inilah kelebihan bentuk cerpen dibanding sebuah novel. Kependekan dari bentuk cerpen harus mampu memberikan pukulan tajam pada pribadi pembaca, ketajaman ini dapat terletak pada unsur cerita, suasana maupun unsur watak tokohnya”.
Begitu juga tuntutan ekonomis serta efek satu kesan saja pada sebuah cerpen (39) sastra, misalnya unsur penokohan saja. Pementingan dan penekanan dalam hal ini tidak berarti meniadakan unsur-unsur lain, tetapi untuk lebih memfokuskan cerita. 2.2.2 Unsur-unsur Intrinsik Fiksi Istilah fiksi berasal dari ’fiction’ yang dalam kamus Hornby berarti rekaan, khayalan, dan merupakan cabang sastra yang mencakupi cerita pendek, novel dan roman.
Di Indonesia Fiksi disebut juga cerita rekaan (cerkan). Sejalan dengan hal di atas, Aminuddin (1990: 104) mengemukakan, ”Cerkan adalah sebuah tulisan naratif yang timbul dari imajinasi pengarang dan tidak mementingkan segi fakta sejarah”. Tarigan (1985: 120-121) juga berpendapat bahwa, ”Fiksi adalah sebuah cerita yang disusun secara imajinatif suatu cabang sastra yang menyuruh karya-karya narasi imajinatif: dalam bentuk prosa, termasuk di dalamnya roman, novel dan cerpen.” Cerita rekaan atau fiksi memiliki unsur-unsur yang membangun dan saling berhubungan sehingga terbentuklah suatu karya sastra.
Salah satu unsur pembangun yang dimaksud adalah unsur instrinsik. Unsur instrinsik merupakan unsur yang berasal dari dalam sebuah fiksi tersebut, unsur instrinsik membatasi diri pada karya sastra itu sendiri, tanpa menghubungkan karya sastra dengan dunia di luar karya sastra itu. Biografi pengarang, ssejarah realita zaman ketika seorang sastrawan sedang menulis, dampak karya sastra terhadap masyarakat, dan hal-hal semacam itu tidak dipertimbangkan dalam unsur ini, karena bagian-bagian itu merupakan ranah unsur (40) hanya memperhatikan karya sastra sebagai sebuah dunia otonom, maka yang dikaji adalah unsur-unsur sastra itu sendiri.
Unsur-unsur instrinsik terdiri dari: 2.2.2.1 Tema Istilah tema berasal dari kata ’thema’ dalam bahasa Inggris yang berarti ide pokok untuk menjalin sebuah cerita. Tema menyangkut pokok persoalan apa yang dibahas dalam cerita rekaan.
Sumardjo (1984: 57) mengemukakan bahwa, ”Tema adalah pokok pembicaraan dalam sebuah cerita.” Sejalan dengan pendapat di atas Winarno (1990: 3) juga berpendapat, ”Tema merupakan gagasan sentral pengarang yang mendasari penyusunan suatu cerita yang sekaligus menjadi catatan dari cerita itu.” Dari dua pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tema merupakan unsur yang amat penting dari suatu cerita, karena dengan dasar itu pengarang dapat membayangkan dalam fantasinya bagaimana cerita akan dibangun dan berakhir.
2.2.2.2 Alur/Plot Plot merupakan seleksi peristiwa yang disusun dalam urutan waktu yang menjadi penyebab mengapa seseorang tertarik untuk membaca dan mengetahui kejadian yang akan datang. Setiap cerita terjadi dan berkembang dari beberapa kejadian dan setiap kejadian merupakan bagian yang berkaitan antara peristiwa yang (41) sambung-sambung peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat yang tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting mengapa hal itu terjadi”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa plot merupakan stuktur penceritaan yang sambung-menyambung berdasarkan hukum sebab akibat yang mengemukakan mengapa hal itu terjadi. 2.2.2.3 Tokoh dan Penokohan Aminuddin (1990: 126) berpendapat, ”Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh dan pelaku.” Sejalan dengan pendapat di atas Jones (dalam Nurgiyantoro 1998:165) juga mengemukakan bahwa, ”Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.” Dapat disimpulkan bahwa tokoh dan penokohan menyangkut siapa tokoh, bagaimana watak tokoh dan bagaimana watak tokoh itu dilukiskan dalam fiksi.
2.2.2.3.1 Penokohan dalam Cerpen Unsur penokohan suatu karya sastra, khususnya dalam sebuah cerpen menjadi begitu menonjol dan sangat dominan. Namun demikian pribadi dalam cerpen tidak sama dengan pribadi orang-orang yang ada dalam kehidupan sebenarnya.
Kepribadian dalam kehidupan sesungguhnya begitu kompleks, sedangkan dalam cerpen hanya perlu menonjolkan beberapa sifat saja. Tokoh cerita harus digambarkan (42) berpendapat, ”Tokoh dalam cerpen biasanya langsung ditujukan pada karakternya, artinya hanya ditujukan tahapan tertentu pengembangan karakter tokohnya”. Meski demikian, aspek tokoh dalam fiksi pada dasarnya merupakan aspek yang lebih menarik perhatian, karena dalam penokohan, dapat digambarkan tingkah laku seseorang yang selalu digarap dalam lika-liku cerita.
Oleh sebab itu dapat dikatakan tanpa tokoh, tidak mungkin ada cerita, sebab sebuah cerita tentu terdiri atas suatu peristiwa-peristiwa yang terjadi oleh sebab aksi dan reaksi tokoh-tokoh, baik antara tokoh dengan tokoh, tokoh dengan lingkungan sekitar maupun antara tokoh dengan dirinya sendiri.
Tokoh yang bagus ialah tokoh yang riil dan dapat dipercaya. Maksudnya tokoh yang tampak nyata seperti betul-betul hidup, yang manusiawi dan meyakinkan. Dalam cerpen biasanya tokoh yang menonjol adalah tokoh utama, karena cerpen merupakan sebuah cerita yang konflik-konfliknya terjadi berkisaran pada tokoh utama.
Menaruh perhatian pada tokoh utama adalah soal yang amat penting bagi pembaca. Melalui perhatian itulah pembaca akan merasakan kesedihan, kegembiraan, kegelisahan, keputusasaan, gejolak batin, dan semua yang dipikirkan serta dirasakan oleh tokoh utama.
2.2.2.4 Setting atau Latar Dalam sebuah cerita terdapat peristiwa-peristiwa yang menyangkut (43) yang disebut latar atau setting. Tarigan (1984:136) mengemukakan, ”Setting atau latar adalah belakang fisik, unsur tempat, dan ruang dalam suatu cerita.” Winarno (1990:18) ikut berpendapat, ”Setting atau latar adalah gambaran tempat, waktu atau segala situasi tempat terjadi peristiwa.” Dapat disimpulkan bahwa unsur instrinsik ini penting dalam sebuah cerita karena setiap gerak tokoh-tokoh cerita yang menimbulkan peristiwa-peristiwa di dalam cerita berlangsung dalam suatu tempat, ruang, dan waktu tertentu.
2.2.2.5 Sudut Pandang Pencerita Sudut pandang pencerita menyangkut penempatan diri pengarang dalam cerita. Esten (1993: 27) mengemukakan beberapa sudut pandang pencerita: a.
pengarang sebagai tokoh utama; b. pengarang sebagai tokoh samping; c. pengarang sebagai orang ketiga (berdiri di luar cerita); dan d. campur aduk, kadang-kadang masuk ke dalam cerita dan kadang-kadang di luar cerita. Dengan demikian unsur sudut pandang pencerita ini mengacu pada posisi/penempatan pengarang atau pencerita, apakah ia ada di dalam cerita atau di (44) 2.2.2.6 Gaya Bahasa Situmorang (dalam Ambarita 2004: 2) mengemukakan, ”Gaya bahasa adalah cara pengarang mengekspresikan atau melahirkan isi hatinya.” Sejalan dengan pendapat di atas, Tarigan (dalam Ambarita 2004: 2) juga mengemukakan, ”Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum.” Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan isi hatinya untuk meningkatkan efek dengan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum.
2.2.3 Kategorisasi Tokoh Dilihat dari segi keterlibatannya, tokoh dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Sayuti (2000: 74) berpendapat, ”Tokoh utama dapat ditentukan melalui tiga cara. Pertama, tokoh itu yang paling banyak terlibat dengan makna atau tema. Kedua, tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain.
Dan ketiga, tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan”. Dapat disimpulkan bahwa tokoh utama ialah tokoh yang mengambil bagian terbesar dalam setiap peristiwa dalam penceritaan, sedangkan tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya muncul dalam beberapa kali cerita, dan itu pun hanya dalam takaran (45) Altenbernd dan Lewis (dalam Aminuddin 1990: 128) mengemukakan pembagian tokoh menjadi dua bagian yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
Tokoh protagonis merupakan tokoh yang dikagumi, yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.
Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penyebab terjadinya masalah atau konflik dalam suatu cerita, berposisi dengan tokoh secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik maupun batin.
Nurgiyantoro juga membagi-bagi tokoh dalam keterlibatan cerita, yaitu tokoh sederhana dan tokoh bulat. ”Tokoh sederhana adalah tokoh yang memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat dan watak tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tak diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sedangkan tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki dan diungkapkan sebagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.
Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga.
(Nurgiyantoro 1998: 178) Altenbernd dan Lewis (dalam Sayuti 2000: 188) berpendapat, ”Tokoh dibagi menjadi empat bagian, yaitu tokoh statis, tokoh berkembang, tokoh tipikal, dan tokoh netral”. Tokoh statis berarti tokoh yang pada hakikatnya tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi, sedangkan tokoh berkembang merupakan tokoh cerita yang mengalami (46) yang dikisahkan.
Artinya ia aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun lainnya yang pada akhirnya kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap watak dan tingkah lakunya. Tokoh tipikal adalah tokoh yang lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya.
Tokoh tipikal merupakan cerminan penggambaran, pencerminan, atau pertunjukan terhadap orang, atau dengan kata lain seorang individu sebagai bagian dari suatu lembaga di dunia nyata. Sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imanjiner yang hanya hidup dalam dunia imajinatif. Ia hadir atau dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan.
Dapat disimpulkan dalam penelitian ini, peneliti membatasi pelibatan tokoh pada tokoh utama saja, namun keterlibatan tokoh pendamping relatif dicantumkan apabila konflik yang terbangun melibatkan rutinitas tokoh utama. Hal ini didasarkan pada defenisi cerpen yang merupakan cerita pendek dengan mayoritass penampilan (47) 2.2.4 Teknik-teknik Pembentukan Tokoh dalam Karya Sastra Setiap pengarang membuat penokohan dengan teknik yang berbeda, mereka memiliki teknik masing-masing membuat penokohan dalam karyanya, Nurgiyantoro (1998: 195-221) mengemukakan beberapa teknik yang biasanya digunakan pengarang dalam penokohan yaitu: 2.2.3.1 Teknik Ekspositori (Analitik) Teknik analitik adalah pelukisan tokoh dalam cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung.
Sejalan dengan pendapat ini, Saad (dalam Sukada 1993: 64) mengemukakan, ”Teknik analitik adalah pengarang dengan kisahnya dapat menjelaskan karaterisasi seorang tokoh.” Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik analitik adalah pengarang secara langsung menjelaskan karakterisasi tokoh melalui deskripsi, uraian, atau penjelasan 2.2.3.2 Teknik Dramatik Teknik dramatik ini merupakan teknik di mana pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh.
Teknik dramatik dibagi atas beberapa bagian yaitu: 1) Teknik Cakapan/Dialog Keraf (1982: 163) mengemukakan, ”Teknik cakapan adalah melukiskan watak (48) Sejalan dengan pendapat di atas Nurgiyantoro (1998: 201) mengemukakan, ”Teknik cakapan adalah teknik yang melukiskan watak tokoh melalui percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita, biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan teknik cakapan adalah teknik penggambaran watak tokoh melalui percakapan antartokoh.
2) Teknik Tingkah Laku/ Perbuatan Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dalam banyak hal dapat dipandang sebagai penunjukkan reaksi, tanggapan sifat dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya.
Keraf (1982: 203) mengemukakan, ”Teknik tingkah laku adalah melukiskan watak tokoh melalui penampilan situasi-situasi yang sangkut pautnya dengan unsur-unsur karakter dari seorang tokoh.
Suatu unsur watak seperti kejujuran misalnya harus didemonstrasikan melalui perbuatan-perbuatan; mengembalikan barang yang bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu, memugari kesalahan yang dibuat terhadap seseorang dan sebagainya.” 3) Teknik Arus Kesadaran/Psikologis Teknik arus kesadaran berkaitan erat dengan teknik pikiran dan perasaan.
Keduanya tidak dapat dibedakan secara pilah, bahkan mungkin dianggap sama karena (49) kesadaran adalah sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, berupa tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak.
Untuk memperkuat pendapat ini, Keraf (1982: 165) berpendapat bahwa, ”Teknik arus kesadaran adalah deskripsi tentang watak seseorang dapat dilakukan melalui pendekatan psikologis, terutama memakai metode bawah sadar.” 4) Teknik Reaksi Tokoh Lubis (1960: 11) mengemukakan, ”Teknik reaksi tokoh adalah teknik melukiskan watak tokoh melalui reaksi pelakon itu terhadap kejadian.” Dapat disimpulkan bahwa teknik reaksi tokoh adalah teknik melukiskan watak tokoh melalui reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa ”rangsang” dari luar diri tokoh yang bersangkutan.
5) Teknik Reaksi Tokoh lain Teknik ini merupakan reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain sebagainya.
Sependapat dengan Nugriyantoro, Lubis (1960: 12) mengemukakan, ”Teknik reaksi tokoh lain adalah teknik melukiskan watak tokoh melalui pandangan-pandangan pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita terhadap (50) 6) Teknik Pelukisan Fisik Keraf (1982: 159) berpendapat, ”Teknik pelukisan fisik adalah melukiskan watak tokoh melalui penampilan tokoh itu sendiri tanpa dikaitkan dengan perbuatan-perbuatan.
Ciri-ciri fisik seorang digambarkan dengan cermat.” 7) Teknik Pelukisan Latar Teknik ini adalah melukiskan watak tokoh melalui penyituasian pembaca terhadap suasana cerita yang akan disajikan. Misalnya suasana rumah yang bersih, teratur, rapi, tidak ada barang yang bersifat mengganggu pandangan akan menimbulkan kesan bahwa pemilik rumah itu sebagai orang cinta kebersihan lingkungan, teliti, teratur dan sebagainya yang sejenis. 8) Teknik Pikiran dan Perasaan Nugriyantoro (1998: 204) mengemukakan, ”Teknik pikiran dan perasaan adalah melukiskan watak melalui bagaimana keadaan dan jalan pikiran dan perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh.
Lubis (1960: 13) mengemukakan, ”Teknik pikiran dan perasaan adalah melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang melintas dalam pikirannya.” Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa teknik pikiran dan perasaan merupakan teknik yang melukiskan watak tokoh melalui jalan pikiran pelakon, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan serta apa yang (51) 2.3 Landasan Teori 2.3.1 Psikologi Sastra 2.3.1.1 Esensi Psikologi Psikologi berasal dari perkataan Yunani ‘psyche’ yang artinya jiwa, dan ‘logos’ yang artinya ilmu pengetahuan.
Secara etimologis psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Psikologi yang membicarakan tentang jiwa, ia merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tingkah laku serta aktifitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:792), ”Psikologi mengandung arti ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa”.
Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik mengenai gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin dalam tingkah laku serta aktivitas manusia atau individu sendiri. 2.3.1.2 Psikologi sastra Merupakan kajian sastra yang menitikberatkan pengkajian pada unsur-unsur kejiwaan yang meliputi pergolakan psikis. Pantulan kejiwaan yang terjadi dalam karya sastra itu dapat didekati dengan kajian psikologi guna menelusuri dan menguak (52) Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi.
Perhatian dapat diarahkan kepada pengarang, pembaca, atau kepada teks sastra. Sampai sekarang masih dipahami bahwa psikologi sastra diartikan sebagai penelitian terhadap pengarang dan proses penciptaan, secara teoritis dapat dipelajari hubungan antara kreativitas dan produksi karya sastra, sedangkan secara kongkret interaksi antara hidup seorang pengarang dan karyanya (biografi), atau secara umum adalah struktur kepribadian pengarang (neurosis, psikosis, trauma yang pernah dialami.
Lewat tinjauan psikologi akan tampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia.
Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang, dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri”. Sejalan hal di atas, Wellek dan Austin Warren (1990: 90) menerangkan, ”Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu (1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pembeda, (2) Studi proses kreatif, (3) Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan (4) Studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca”.
Dari berbagai sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra sebagai kajian tentang analisis kejiwaan karya sastra sudah dianggap menjadi bagian dari kehidupan dan realitas psikologis yang tergambar jelas dengan detil-detil persoalannya. Psikologi sastra mampu mewadahi dunia batin dari pengarang sebagai bagian dari kegiatan konstruksi sosial terhadap kenyataan, entah itu disebut sebagai kisah nyata atau fiksi yang dimainkan dalam hasrat imajiner. Dengan demikian psikologi sastra dapat aplikasikan untuk mengkaji bait-bait sajak, puisi, cerita pendek, (53) realitas kemanusiaan dalam berbagai bentuk pemaknaan subyektif terhadap dinamika kehidupan.
2.3.2 Psikoanalisis Sigmund Freud Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Psikoanalisis memiliki tiga penerapan: 1) suatu metoda penelitian dari pikiran; 2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia, dan 3) suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang mendasari teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai pendekatan dalam perlakuan yang disebut "psikoanalitis" berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga beragam. Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi basis bagi terapi-terapi modern dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam psikologi.
Cakupan psikoanalisis sangat luas, bidang ilmu ini menyelidiki gejala fisik dan psikis yang sangat kompleks. Selain disebabkan oleh bervariasinya tingkah laku manusia, kompleksitas tersebut bisa didekati dari berbagai perspektif dan disiplin ilmu. Psikoanalisis menekankan penyelidikannya pada proses kejiwaan dalam ketidaksadaran manusia. Dalam ketidaksadaran inilah menurut Freud berkembang insting hidup yang paling berperan dalam diri manusia yaitu insting seks, dan selama (54) manusia dianggap berasal dari dorongan ini.
Seks dan insting-insting hidup yang lain, mempunyai bentuk energi yang menopangnya yaitu libido Freud berpendapat bahwa manusia dapat menjadi neurotik – bahkan psikotik struktur mental menjadi tidak seimbang. Pada orang-orang normal, ego memiliki kekuatan untuk mengontrol insting dari id dan untuk menahan hukuman dari superego (Freud, 2006: 435).
Freud sebagai pakar dibidang psikologi juga berhasil menciptakan formulasi psikoanalisis tentang kepribadian, psikoanalisis yang diciptakan Freud terbagi atas beberapa bagian, yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian. Penelitian ini hanya meniliti para tokoh melalui struktur kepribadiannya saja. 2.3.3 Defenisi Kepribadian Kata 'kepribadian' sesungguhnya berasal dari kata latin, yaitu pesona.
Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya.
Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya. Kepribadian menurut Semiun (2006: 28) adalah, ”Organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan Related subjects : ANTOLOGI CERPEN Kepribadian Tokoh dalam Antologi Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian Psikoanalisis SENJA DALAM DUNIA SENO GUMIRA AJIDARMA Deixis In ‘Aku Kesepian, Sayang.
Datanglah, Menjelang Kematian\u27 By Seno Gumira Ajidarma Clara Karya Seno Gumira Ajidarma dalam Kajian Stilistika Lainnya : Kepribadian Tokoh dalam Antologi Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian Psikoanalisis 1 Latar Belakang Masalah Kepribadian Tokoh dalam Antologi Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian Psikoanalisis Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA, HAKIKAT, DAN LANDASAN TEORI Unsur-unsur Intrinsik Fiksi Hakikat .1 Cerpen Kategorisasi Tokoh Hakikat .1 Cerpen Teknik-teknik Pembentukan Tokoh dalam Karya Sastra Psikoanalisis Sigmund Freud Landasan Teori .1 Psikologi Sastra Defenisi Kepribadian Teori Struktur Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud Metode Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Sumber dan Data Penelitian Teknik Pengumpulan Data Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian AKS LW A Kepribadian Tokoh dalam Antologi Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian Psikoanalisis PMTL Pen Kepribadian Tokoh dalam Antologi Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian Psikoanalisis Teknik Pikiran dan Perasaan ID Teknik Percakapan ID Teknik PercakapanReaksi Tokoh Lain ID Teknik Reaksi Tokoh ID Keterangan Judul Cerpen Keterangan Struktur Kepribadian Teknik Percakapan Analisis Id, Ego, dan Superego Teknik Pikiran dan Perasaan Analisis Id, Ego, dan Superego Teknik Reaksi Tokoh Analisis Id, Ego, dan Superego Teknik Percakapan Analisis Id, Ego, dan Superego Teknik Percakapan Reaksi Tokoh Lain Id, Ego, dan Superego Simpulan SIMPULAN DAN SARAN Saran SIMPULAN DAN SARAN “Aku Kesepian, Sayang.
Datanglah, Menjelang Kematian. “Legenda Wongasu” Kepribadian Tokoh dalam Antologi Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian Psikoanalisis “Avi” Kepribadian Tokoh dalam Antologi Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian Psikoanalisis
Berikut adalah contoh soal cerpen beserta jawabannya. 1. Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang. A. Memusatkan pada banyak orang dalam banyak situasi B. Memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi C. Memusatkan diri pada satu tokoh dalam banyak situasi D.
Memusatkan tokoh-tokoh dalam satu situasi E. Semua jawaban salah Jawaban : B. 2. Pada umumnya cerita pendek merupakan cerita . A. Yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. B. Yang habis dibaca sekitar dua puluh atau setengah jam C. Yang habis dibaca sekitar satu jam. D. Yang habis dibaca sekitar lima menit-dua puluh menit E.
Tidak terhingga Jawaban : A 3. Jumlah kata dalam cerpen sekitar. A. 200 - 2.000 kata B. 500 – 5.000 kata C. 1000 - 2000 kata D. 100 - 500 kata E. 500 - 1000 kata Jawaban : B 4. Contoh pertanyaan interpretatif? A. Di mana dan kapan cerita itu terjadi? B. Siapa saja tokoh cerita itu? C. Apa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A? D. Bercerita tentang apakah cerpen di atas? E. Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya itu?
Jawaban : C 5. Conyoh Pertanyaan kreatif. A. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen itu? B. Bagaimana kira-kira kelanjutan cerpen itu seandainya tokoh utamanya tidak dimatikan pengarang?
C. Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya itu? D. Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong pada tokoh A? E. A dan B benar Jawaban : E 6. Berkaitan dengan baik-buruknya perilaku dalam bermasyarakat, hal itulah yang dinamakan dengan.
A. Nilai seseorang B. Nilai nurani C. Nilai moral D. Nilai keseharian E. Nilai perilaku Jawaban : C 7. Nilai atau sesuatu yang berharga dalam cerpen berupa.
A. Isi cerita B. pesan atau amanat C. Pembuka cerita D. Hal menarik E. Pokok cerita Jawaban : B 8. Manfaat yang langsung dapat kita rasakan dari membaca cerpenadalah.
A. Bahwa cerpen memberikan hiburan atau rasa senang B. Cerpen dapat membuat orang sadar C. Cerpen bisa memberikan arahan pada bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu D. Bahwa cerpen dapat memberi pesan pada pembaca E. Semua salah Jawaban : A 9. Setiap pengarang akan menginterpretasikan atau menafsirkan kehidupan berdasarkan sudut pandangannya. A. Pembaca B. Seseorang C. Pengkritik D. Tim E. Sendiri Jawaban : E 10. Unsur intrinsik dalam cerpen adalah. kecuali. A.
Tema, B. amanat, C. alur, D. kritik saran E. latar Jawaban : D 11. Cara-cara penggambaran karakteristik tokoh adalah kecuali. A. Teknik analitik langsung B. Penggambaran tata kebahasaan tokoh C. Pengungkapan jalan pikiran tokoh D. Penggambaran oleh tokoh lain E. Penggambaran jenis cerita Jawaban : E 12. Alur yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun secara.
A. Kronologis B. Terperinci C. Pendek D. Cerita pokok E. Asal-asalan Jawaban : A 13. Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagi situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh. Adalah bagian dari . A. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientation) B.
Pengungkapan peristiwa (complication) C. Menuju pada adanya konfik (rising action) D. Puncak konfik (turning point) E. Penyelesaian (ending atau coda) Jawaban : C 14. Topik cerpen dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah. A. Memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. B. Memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan rasa dan logikanya sendiri.
C. Memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan hati dan emosinya sendiri. D. Memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan kemauan dan rasa sendiri. E. Memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan pengalaman dan pikirannya sendiri. Jawaban : A 15. Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif. Pemilihan kata-kata yang biasa-biasa saja, tanpa ada sentuhan . tidak akan begitu menarik bagi pembaca.
Isian dari titik-titik diatas adalah? A. Kepercayaan B. Batin C. Rasa D. Emosi E. Greget Jawaban : D 16. Peninjauan ulang atau bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu penyuntingan atas karangan yang telah kita buat, merupakan sesuatu yang penting dilakukan saat.
A. Ada bacaan yang kurang enak dirasakan B. Kurang tepat dalam pemilihan tokoh C. Ada kesalahan D. Tidak sesuai dengan keinginan pembaca E. Apapun keadaannya Jawaban : C 17.
Ada kata yang harus dimiringkan penulisannya karena kata itu . A. Kata bijak B. Kata samaran C. Kata bajakan D. Kata keadaan E. Kata asing Jawaban : E 18. Ada kalimat yang tidak efektif karena tidak mengandung. A. Objek B. Makna C. Arti D. Logika E. Subjek Jawaban : E 19. Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang. A. Cerdas B. Apik dan kreatif C. Bagus dan indah D. Biasa saja E. Kreatif dan bijak Jawaban : B 20. Cara-cara penggambaran karakteristik tokoh adalah kecuali. A. Teknik analitik langsung B.
Penggambaran tata kebahasaan tokoh C. Pengungkapan jalan pikiran tokoh D. Penggambaran oleh tokoh lain E. Penggambaran jenis cerita Jawaban : E Artikel Bahasa Indonesia kelas 9 kali ini akan menjelaskan tentang pengertian dan macam-macam unsur intrinsik dalam cerita pendek. Mau tahu apa saja unsur intrinsik tersebut? Simak penjelasannya dalam artikel berikut! -- Apakah kamu gemar membaca cerita? Untuk kamu yang nggak terlalu suka membaca, kamu bisa mencoba membaca cerpen atau cerita pendek.
Cerpen adalah kisah yang diceritakan dengan pendek atau singkat, tidak lebih dari 10.000 kata. Cerpen juga memberikan kesan tunggal yang dominan karena ceritanya hanya memusatkan pada satu tokoh, satu kejadian, atau satu permasalahan. Nah, karena ceritanya yang tidak terlalu panjang, cerpen cocok dibaca oleh kamu yang masih berlatih membaca. Adakah cerpen yang paling berkesan untuk kamu? Mungkin berkesan melalui tokohnya, latar, suasana, gaya bahasa, atau lainnya. Nah, unsur-unsur seperti tokoh, latar, suasana, gaya bahasa, dan sebagainya adalah unsur yang terbentuk dari dalam cerpen itu sendiri, atau yang disebut dengan unsur intrinsik.
Untuk lebih jelasnya, yuk kita cermati apa saja sih unsur intrinsik cerpen itu. Contoh buku kumpulan cerpen (Sumber: indonesiaebook.com) Unsur Intrinsik dalam Cerita Pendek (Cerpen) Terdapat tujuh macam unsur intrinsik dalam cerpen, di antaranya tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.
Untuk penjelasan lebih lengkapnya, langsung aja kita simak bersama-sama, ya. 1. Tema Tema adalah gagasan utama yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen.
Bisa dikatakan, tema ini adalah nyawa dari sebuah cerita. Kenapa? Karena tema akan menentukan latar belakang cerita tersebut. 2. Tokoh dan penokohan Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh terbagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan.
• Tokoh utama merupakan tokoh yang melakukan interaksi secara langsung atau terlibat dalam konflik. • Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen tanpa adanya interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat dalam konflik. Sementara itu, penokohan merupakan watak atau karakter tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita.
Contohnya, tokoh Bandung Bondowoso dalam cerita Roro Jonggrang yang memiliki watak gigih. Baca juga: Mengenal Teks Laporan Percobaan 3. Latar Merupakan gambaran tempat, waktu, dan suasana cerpen. • Latar tempat menjelaskan di mana kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.
• Latar waktu menjelaskan kapan kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi. • Latar suasana menjelaskan gambaran suasana dalam sebuah cerpen. 4. Alur dan plot Alur adalah rangkaian kronologi peristiwa dalam cerita pendek.
Kemudian, alur dibedakan menjadi alur maju, alur mundur, dan alur campuran. • Alur maju adalah cerpen dengan peristiwa yang disajikan secara kronologis atau sesuai dengan urutan waktu dari awal ke akhir.
• Alur mundur adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari akhir cerita ke awal cerita. Alur mundur disebut juga dengan istilah kilas balik.
• Alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan gabungan antara alur maju dan alur mundur. Jadi, rangkaian peristiwanya melompat-lompat antara peristiwa masa lalu dengan masa kini. Sementara itu, plot merupakan gambaran peristiwa yang mengandung hubungan sebab akibat.
Berikut ini merupakan skema plot: 5. Sudut pandang Sudut pandang berisi pandangan pengarang terhadap cerpen, bisa aja pengarang menjadi orang pertama atau orang ketiga.
• Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang pertama dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya, dan sebagainya. • Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia, merekadan sebagainya atau menggunakan nama tokoh.
Sudut pandang orang ketiga terbagi atas orang ketiga terarah dan orang ketiga serba tahu. Baca juga: Menelaah Kaidah Kebahasaan Teks Tanggapan 6. Amanat Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui cerpen. Misalnya, cerita Malin Kundang yang memiliki amanat tidak boleh durhaka kepada ibu. 7. Gaya bahasa Merupakan pemakaian ragam bahasa yang berfungsi untuk memberikan kesan yang lebih menarik dengan menggunakan majas. Nah, itu tadi penjelasan sekilas tentang unsur-unsur intrinsik cerpen.
Jadi, ada 7 macam unsur intrinsik pada cerpen, yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur dan plot, latar, sudut pandang, amanan, dan gaya bahasa.
Buat yang belum paham, yuk belajar lewat video beranimasi di ruangbelajar. Selain video belajar beranimasi, ada juga soal latihan beserta pembahasannya dan rangkuman lho ! Referensi: Trianto, Agus dkk. 2018. Bahasa Indonesia (edisi revisi). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Sumber Foto: Contoh buku kumpulan cerpen. Tautan: https://indonesiaebook.com/short-stories/the-tales-from-the-dark-lexie-xu/ Artikel diperbarui 8 Oktober 2021.
Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat. Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar. 1. a. Berdiskusi secara bekelompok tentang struktur teks “sikap berbahasa para peserta didik”. b. Menuliskan bagian-bagian berdasarkan tabel yang telah disajikan.
Seperti di bawah ini. Bagian-Bagian Teks Isi Teks Penjelasan a. Tesis “Punya gua kemarin hilang”, Bagian ini mengenalkan “Lho, kalau punya gua, permasalahan utama, yaitu sama elu kemanain?”. “Gua tentang ragam penggunaan apa: Gua Selangor atau Gua bahasa di kalangan pelajar. Jepang.” Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolaah tersebut.
Kelompok pertama kurang memiliki kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar. Sementara itu, kelompok kedua memiliki sikap kritis terhadap kaidah penggunaan bahasa temannya. Mereka mengetahui makna kata gua yang benar dalam bahasa Indonesia adalah ‘lubang besar pada kaki gunung’. Dengan makna tersebut, kata gua seharusnya ditujukan untuk penyebutan nama tempat, seperti Gua Selangor, Gua Jepang, Gua Pamijahan, dan seterusnya.
b. Rangkaian argumen Ragam bahasa Indonesia Bagian ini merupakan salah ragam baku mereka satu argumen mengenai anggap kurang “asyik” penggunaan bahasa dibandingkan dengan Indonesia yang masih bahasa gaul, lebih-lebih memiliki kekurangan dan dengan bahasa asing, kekeliruan.
Buku Guru Bahasa Indonesia 125 Bagian-Bagian Teks Isi Teks Penjelasan Bagian ini merupakan hasil b. Rangkaian argumen baik dalam pergaulan penalaran dari penjelasan ataupun ketika mereka sebelumnya. Hal ini sudah masuk dunia ditandai dengan adanya kerja. Bahasa Indonesia pemaparan berupa saran digunakan seenaknya yang disertai alasan. sendiri; tidak hanya oleh kalangan pelajar, tetapi juga oleh para pejabat dan wakil rakyat.
Seorang pejabat negera berkata dalam sebuah wawancara televisi, “Content undang- undang tersebut nggak begitu, kok. Ada dua item yang harus kita perhatikan di dalamnya.” Pejabat tersebut tampaknya merasa dirinya lebih hebat dengan menggunaakan kata content daripada kata isi atau kata item daripada kata bagian atau hal. c. Penegasan (kembali) Intensitas para siswa dalam memahami literatur-literatur ilmiah sesungguhnya merupakan sarana efektif dalam mengakrabi ragam bahasa baku.
Dari literatur tersebut mereka dapat mencontoh tentang cara berpikir, berasa, dan berkomunikasi dengan bahasa yang lebih logis dan tertata. 2. Menyajikan hasil laporan di depan kelas. Kemudian kelompok lain menilai dan memberi tanggapan berdasarkan format yang telah disajikan dengan aspek penilaian (a) ketepatan isi laporan; (b) kelengkapan bagian-bagian laporan; (c) kebakuan dalam penggunaan kata/kalimat; (d) kebakuan ejaan/tanda baca. 126 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK PROSES PEMBELAJARAN C KEGIATAN 2 Mengidentifikasi Kaidah Kebahasaan dalam Teks Ceramah Petunjuk untuk Guru Sebagaimana jenis teks lainnya, ceramah pun memiliki karakteristik tersendiri yang cenderung berbeda dengan teks-teks lainnya.
Merujuk pada contoh-contoh di atas bahwa teks ceramah memiliki kaidah kebahasaan sebagai berikut. 1. Menggunakan kata ganti orang pertama (tunggal) dan kata ganti orang kedua jamak, sebagai sapaan. Kata ganti orang pertama, yakni saya, aku. Mungkin juga kata kami apabila penceramahnya mengatasnamakan kelompok. Teks ceramah sering kali menggunakan kata sapaan yang dituju pada orang banyak, seperti hadirin, kalian, bapak-bapak, ibu-ibu, saudara- saudara.
2. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan topik yang dibahas. Dengan topik tentang masalah kebahasaan yang menjadi fokus pembahasanya, istilah-istilah yang muncul dalam teks tersebut adalah sarkastis, eufemistis, tata krama, kesantunan berbahasa, etika berbahasa. 3. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan argumentasi (sebab akibat). Misalnya, jika. maka, sebab, karena, dengan demikian, akibatnya, oleh karena itu. Selain itu, dapat pula digunakan kata-kata yang yang menyatakan hubungan temporal ataupun perbandingan/pertentangan, seperti sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebaliknya, berbeda halnya, namun.
4. Menggunakan kata-kata kerja mental seperti diharapkan, memprihatinkan, memperkirakan, mengagumkan, menduga, berpendapat, berasumsi, menyimpulkan. 5. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti hendaklah, sebaiknya, diharapkan, perlu, harus.
Tugas 1. a. Cermatilah kembali sebuah teks ceramah yang telah kamu baca/simak. b. Secara berkelompok, identifikasilah kaidah-kaidah yang ada pada teks tersebut. c. Catatlah hasilnya dalam format laporan seperti berikut. Buku Guru Bahasa Indonesia 127 Topik : . Penceramah : . Tempat/waktu : . Kaidah Kebahasaan Contoh a. Kata ganti orang pertama b. Kata ganti orang kedua (sapaan) c. Kata sambung sebab akibat d. Kata sambung temporal e. Kata-kata teknis f.
Kata kerja mental g. Kata-kata persuasif 2. Lakukanlah silang baca dengan kelompok lain untuk saling memberikan penilaian berdasarkan ketepatan dan kelengkapannya.
Aspek Penilaian Bobot Skor Komentar 1. Ketepatan 50 2. Kelengkapan 50 Jumlah Contoh Jawaban Setiap jawaban tidak mengikat. Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar. 1. Mencermati teks ceramah yang telah dibaca/simak.
Kemudian, secara berkelompok mengidentifikasi kaidah-kaidah yang terdapat dalam teks tersebut. Setelah itu, catat hasilnya berdasarkan format yag telah disajikan. Seperti pada tabel berikut. Topik : Jujur itu Indah Penceramah : Ust. Khalid Tempat/waktu : Masjid Nurul Iman, Tasikmalaya/ Jumat, Pkl.
18.30 WIB Kaidah Kebahasaan Contoh a. Kata ganti orang pertama Pada kesempatan kali ini saya akan membicarakan tentang jujur itu indah. b. Kata ganti orang kedua (sapaan) Bapak-bapak, ibu-ibu, para jamaah yang dimuliakan oleh Allah.
128 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Kaidah Kebahasaan Contoh c. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu sambung sebab akibat d. Kata sambung temporal Menjadi orang yang berjalan di atas kebenaran e. Kata-kata teknis (baik dan jujur) memang tidaklah mudah. Dengan berperilaku jujur dalam kehidupan f. Kata kerja mental sehari-hari maka secara otomatis sudah berdakwah mengajak masyarakat dan lingkungannya untuk berlaku jujur.
Kejujuran dapat membentuk manusia saling percaya dan saling kuat rasa kasih sayang di antara mereka. Melalui kejujuranlah seseorang akan merah kesuksesan, keberhasilan, dan keberuntungan. Sebaliknya, orang yang meraih kesuksesan dengan tidak jujur, maka kesuksesan yang diraihnya hanyalah sementara.
Sesungguhnya kejujuran adalah budi pekerti yang sangat kuat kaitannya dengan kemaslahatan individu ataupun masyarakat dan merupakan sisi yang paling kuat untuk membenahi masyarakat dan menegakkan aturan-aturan. Kejujuran menunjukkan atas keindahan sifat dan ketinggian moral. Kejujuran pula dapat membentuk seseorang menjadi cinta kepada Allah dan cinta kepada hamba-hambaNya yang mukminin. Sebuah kejujuran dapat tercermin dari kisah yang mengagumkan berikut pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Suatu hari Khalifah Umar melakukan pemantauan ke daerah untuk melakukan pemantauan kejujuran pada rakyat hingga bertemu si penggembala.
Umar berkata “Hai, penggembala mengapa kau tak mengambil satu ekor kambing dari ribuan ekor kambing milik Tuanmu. Pastilah tidak akan ketahuan. Kemudian, penggembala itu menjawab, “tidak wahai khaifah, meskipun tidak ketahuan tetapi Allah Maha Mengetahui.” Mendengar jawaban tersebut, Khalifah Umar menemui Tuan si penggembala dan menceritakan bahwa budaknya sangat jujur dan akhirnya si penggembala diberikan hadiah.
Buku Guru Bahasa Indonesia 129 Kaidah Kebahasaan Contoh g. Kata-kata persuasif Kejujuran dapat menciptakan keindahan dan kebahagiaan bagi diri sendiri maupun orang lain. Sementara itu, dengan ketidakjujuran, kita akan diliputi rasa cemas, ketakutan atas kebohongan yang kita lakukan. Oleh karena itu, marilah kita berlaku jujur, dengan dipaksa untuk melakukan sebuah kejujuran, diri kita akan terbiasa dengan sebuah kejujuran yang mempunyai sejuta keindahan di dalamnya.
2. Silang baca dengan kelompok lain, Kemudian, saling memberi penilaian berdasarkan format yang telah disajikan. Aspek yang menjadi penilaian adalah ketepatan dan kelengkapan. D. Mengonstruksi Ceramah Ind 1 Menentukan aspek-aspek yang disunting dalam teks ceramah. Ind 2 Menyampaikan hasil suntingan teks ceramah dengan memperhatikan kebahasaan dan struktur teks yang tepat. PROSES PEMBELAJARAN D KEGIATAN 1 Menentukan Aspek-Aspek yang Disunting bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu Teks Ceramah Petunjuk untuk Guru Pada pembahasan ini peserta didik diarahkan untuk menentukan aspek- aspek yang akan disunting dalam teks ceramah.
Adapun langkah-langkah penyusunannya yaitu: menentukan topik dan tujuan, menyusun kerangka ceramah, menyusun teks ceramah berdasarkan kerangka dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami, dan menyunting teks ceramah. 1. Menentukan Topik Beberapa topik yang dapat dijadikan bahan ceramah adalah: a. pengalaman pribadi, b. hobi dan keterampilan, 130 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK c.
pengalaman dalam pekerjaan, d. pelajaran sekolah atau kuliah, e. pendapat pribadi, f. peristiwa hangat dan pembicaraan publik, g. masalah keagamaan, h. problem pribadi, i. biografi tokoh terkenal, dan j. minat khalayak. 2. Merumuskan Tujuan Ceramah Ada dua macam tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. a. Tujuan umum ceramah biasanya dirumuskan dalam tiga hal yaitu memberitahukan (informatif), memengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif ). 1) Ceramah informatif, ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar.
Misalnya, ceramah tentang peranan para pelajar pada masa perang kemerdekaan, posisi Indonesia di kancah internasional. 2) Ceramahpersuasif,ditujukanagarpendengarmempercayai,menyetujui, atau bahkan mengikuti ajakan pembicara. Misalnya, ceramah tentang cara-cara hidup sehat dan menjaga kesehatan lingkungan. 3) Ceramah rekreatif, ditujukan agar pendengar merasa terhibur. Karena itu, ceramah ini banyak diwarnai oleh humor, anekdot, ataupun guyonan-guyonan yang memancing tertawa pendengar.
b. Tujuan bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu ialah tujuan yang merupakan rincian dari tujuan umum. Tujuan umum lebih informasional, lebih jelas, dan terukur dalam pencapaiannya.
Berikut contoh hubungan topik, tujuan umum, dan tujuan khusus. Topik : Keragaman budaya daerah Tujuan umum : Informatif (memberi tahu) Tujuan khusus : Pendengar mengetahui bahwa: 1) Setiap daerah memiliki budaya yang khas; 2) Dalam budaya daerah terdapat nilai-nilai kehidupan yang bisa kita petik. Topik : Manfaat penghijauan Tujuan umum : Persuasif (mengajak) Tujuan khusus : 1) Pendengar memperoleh keyakinan tentang manfaat penghijauan.
2) Pendengar mau mengikuti program penghijauan dengan baik. Buku Guru Bahasa Indonesia 131 3. Menyusun Kerangka Ceramah Kerangka ceramah merupakan rencana yang memuat garis-garis besar materi yang akan diceramahkan.
Kerangka ceramah bermanfaat dalam memudahkan penyusunan karangan sehingga karangan menjadi lebih sistematis dan teratur, menghindari timbulnya pengulangan pembahasan, serta membantu pengumpulan data dan sumber-sumber yang diperlukan.
Kerangka ceramah yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Ceramah meliputi tiga bagian pokok, yaitu pengantar, isi, dan penutup. b. Maksud dari ceramah diungkapkan dengan jelas. c. Setiap bagian dalam kerangka ceramah hanya memiliki satu gagasan. d. Bagian-bagian dalam kerangka ceramah harus tersusun secara logis. 4. Menyusun Ceramah Berdasarkan Kerangka Langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka menjadi naskah ceramah yang utuh dan lengkap. Namun bersamaan dengan itu, perlu dilakukan pemahaman dan pengahayatan terhadap bahan-bahan yang ada, yakni dengan jalan: a.
mengkaji bahan secara kritis, b. meninjau kelayakan bahan dengan khalayak (audiensi), c. meninjau bahan yang kemungkinan menimbulkan pro dan kontra, d. menyusun sistematika bahan ceramah, dan e. menguasai bahan ceramah berdasarkan jalan pikiran yang logis. Tugas 1. Dari sepuluh jenis topik yang didaftarkan di atas, tentukanlah sebuah topik yang menurutmu bagus untuk diceramahkan. Karena masih bersifat umum, perjelaslah topik tersebut agar lebih spesifik.
Kemudian, jelaskanlah kepada teman-teman alasan pemilihan topik itu berdasarkan empat pertimbangan di atas. Topik Umum Spesifikasi Topik Dasar Pemilihan 132 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 2. Susunlah tujuan umum dan tujuan khusus dari topik yang telah kamu tentukan itu. Sajikanlah kegiatanmu itu ke dalam format berikut. Topik Tujuan Umum Khusus 3. Susunlah kerangka untuk topik ceramah yang telah kamu rumuskan itu. Isi dan sistematika kerangka harus sesuai dengan tujuan yang telah kamu buat. Mintalah saran kepada teman-temanmu dalam penyusunannya agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
Topik: . a. Pembuka (tesis, pengenalan isu) . b. Isi (rangkaian argumen) c. Penutup (penegasan) Contoh Jawaban Setiap jawaban tidak mengikat. Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar. 1. Memperjelas topik Topik Umum Spesifikasi Topik Dasar Pemilihan Hobi dan keterampilan Keterampilan menulis puisi Puisi merupakan salah berdasarkan pengalaman satu karya sastra yang pribadi dan orang lain.
paling digemari remaja saat ini selain cerpen dan novel. Penulisan puisi yang singkat, padat, imajinatif, dan penuh makna. Buku Guru Bahasa Indonesia 133 2. Menyusun tujuan umum dan tujuan khusus Topik Tujuan Keterampilan Menulis Puisi Umum Khusus Sebagai bahan renungan Sebagai ekspresi diri dan atas segala fenomena yang membagikan pengalaman terjadi; meningkatkan minat yang dimiliki. baca sastra pada masyarakat; menumbuhkan pola bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu imajinatif atau daya khayal bagi pelajar yang menyukai dunia sastra terutama puisi.
3. Menyusun kerangka topik Topik: Karya Sastra Karya sastra hadir di tengah masyarakat a. Pembuka (tesis, pengenalan isu) sebagai bahan renungan atau refleksi terhadap fenomena yang telah berkembang b. Isi (rangkaian argumen) saat ini, baik masalah sosial, agama, budaya, ataupun pendidikan. Semua bisa terekam c. Penutup (penegasan) dan terungkap melalui sebuah puisi. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang kini diminati oleh masyarakat terutama para remaja dalam hal ini pelajar.
Banyaknya jenis karya sastra lain misalnya cerpen, novel, ataupun roman. Puisi bisa menyajikan bentuk beragam dan isinya yang penuh makna. Puisi-puisi yang kini diminati oleh para remaja atau pelajar adalah puisi yang memiliki nilai-nilai karakteristik, seperti nilai kemanusiaan, keagamaan, bahkan romantisme.
Sebut saja puisi karya sastrawan terkemuka misalnya Sutardji Calzoum Bachri, W.S. Rendra, Amir Hamzah, dan lain-lain. Para sastrawan ini turut menularkan semangat melalui puisi kepada para remaja. Berpuisi merupakan salah satu cara berimajinasi melalui sebuah rangkaian kata yang mampu menyihir setiap pembaca. Sisi imajinatif yang ditampilkan dalam karya sastra merupakan kekuatan dalam mencerminkan pola pikir kehidupan, baik yang dialami oleh individu ataupun masyarakat.
134 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK PROSES PEMBELAJARAN D KEGIATAN 2 Menyampaikan Hasil Suntingan dengan Memperhatikan Struktur dan Kebahasaan Petunjuk untuk Guru Penyuntingan tidak hanya berkaitan dengan ejaan ataupun dengan penulisan kata. Penyuntingan juga berkaitan dengan susunan kalimat dalam paragraf dan susunan paragraf di dalam keseluruhan teks. Hubungan kalimat dengan kalimat harus padu, saling berhubungan.
Dalam suatu teks tidak boleh ada kalimat yang menyimpang dari pokok pembahasan. Demikian halnya dengan penyusunan paragraf, semuanya harus saling berkaitan dan mengusung satu tema sama. Penyuntingan bertujuan untuk menyempurnakan atau untuk mengurangi kekeliruan-kekeliruan yang mungkin terjadi dalam suatu teks.
Oleh karena itu, seorang penyunting setidaknya harus: 1. mengetahui cara penulisan karangan yang baik, 2. memahami masalah yang dibahas dalam karangan itu, serta memahami aturan-aturan kebahasaan, seperti masalah ejaan dan tanda baca.
Kegiatan penyuntingan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. 1. Penyiapan teks (ceramah) yang akan disunting. 2. Penyediaan bahan-bahan pemandu penyuntingan, seperti pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) dan kamus.
Selain itu, bahan-bahan tersebut harus disesuaikan dengan karangan yang akan disunting. Kalau itu berupa naskah ceramah, bahan pemandunya adalah buku tentang teknik penulisan ceramah. 3. Mencermati bahan suntingan secara cermat, baik itu berkenaan dengan cara penyajian isi bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu bahasanya.
4. Memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam bahan suntingan secara benar dengan berpedoman pada sumber-sumber yang dapat dipercaya. Buku Guru Bahasa Indonesia 135 Tugas Lakukanlah silang baca dengan teman sebangku untuk saling memberikan koreksi berdasarkan ketepatan isi, kelengkapan/kepaduan struktur, kaidah bahasa, dan ejaannya.
Aspek Bobot Skor Jumlah Komentar 1. Ketepatan isi 30 2. Kelengkapan/kepaduan struktur 30 3. Kebakuan kaidah kebahasaan 20 4. Kebakuaan ejaan/tanda baca 20 100 Jumlah Contoh Jawaban Melakukan silang baca dengan teman sekelasmu.
Kemudian, saling memberikan penilaian pada tabel yang telah disajikan. Aspek yang menjadi penilaian adalah ketepatan isi, kelengkapan/kepaduan struktur, kebakuan kaidah kebahasaan, dan kebakuan ejaan/tanda baca. PENILAIAN 1. Penilaian Pengetahuan Teknik penilaian pengetahuan yang dapat digunakan oleh guru adalah tes tulis, observasi, dan tes penugasan. a. Tes tulis Tes tulis untuk menguji pemahaman peserta didik dapat dilakukan baik dengan tes uraian maupun pilihan ganda.
Sebaiknya dalam melaksanakan ulangan harian guru memilih soal uraian karena soal uraian dapat lebih mengukur kemampuan peserta didik secara lebih dalam. Pertanyaan yang diajukan hendaknya mengacu pada indikator pembelajaran.
136 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Contoh Soal Uraian untuk Bab 3 Petunjuk: Bacalah teks di bawah ini saksama. Kemudian, jawablah pertanyaan yang menyertainya! Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang berbahagia, Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung semakin menurun kesantunannya dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika kanak- kanak. Hal tersebut tampak pada ungkapan-ungkapan pada banyak kalangan dalam menyatakan pendapat dan perasaannya, seperti ketika berdemonstrasi ataupun rapat-rapat umum.
Kata-kata mereka kasar atau bertendensi bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu. Tentu saja, hal itu sangat menggores hati yang menerimanya. Gejala yang sama terlihat pula pada penggunaan bahasa oleh para politisi kita, misalnya ketika melontarkan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tanggapan- tanggapan mereka terdengar pedas, vulgar, dan beberapa di antaranya cenderung provokatif.
Padahal sebelumnya, pada zaman pemerintahan Orde Baru pemakaian bahasa dibingkai secara santun lewat pemilihan kata yang dihaluskan maknanya (epimistis). Kita pun tentu gelisah sebagai orang tua. Kita sering menyaksikan kebiasaan berbahasa anak-anak dan para remaja yang kasar dengan dibumbui sebutan- sebutan antarsesamanya yang sanggat miris untuk didengar: gila, edan, sialan, brengsek, dan kata-kata lainnya yang tidak layak diungkapkan di sini. Fenomena tersebut menunjukkan adanya penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu.
Ketidaksantunan berkaitan pula dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata ataupun kalimat. Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang berlaku dalam masyarakat itu. Penyebab utamanya adalah perkembangan masyarakat yang sudah tidak menghiraukan perubahan nilai-nilai kesantunan dan tata krama dalam suatu masyarakat.
Misalnya, kesantunan (tata krama) yang berlaku pada zaman kerajaan yang berbeda dengan yang berlangsung pada masa kemerdekaan dan pada masa kini. Kesantunan juga berkaitan dengan tempat: nilai-nilai kesantunan di kantor yang berbeda dengan di pasar, di terminal, dan di rumah. Pergaulan global dan pertukaran informasi juga membawa pengaruh pada pergeseran budaya, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai kesantunan itu.
Fenomena demikian menyebabkan para remaja dan anggota masyarakat lainnya gamang dalam berbahasa. Pada akhirnya mereka memiliki kaidah berbahasa yang mereka anggap bergengsi, tanpa mengindahkan kaidah bahasa yang sesungguhnya. Sejalan dengan perubahan waktu dan tantangan global, banyak hambatan dalam upaya pembelajaran tata krama berbahasa.
Misalnya, tayangan televisi yang bertolak belakang dengan prinsip tata kehidupan dan tata krama orang Timur. Sementara itu, sekolah juga kurang memperhatikan kesantunan berbahasa dan lebih mengutamakan kualitas otak siswa dalam penguasaan iptek. Buku Guru Bahasa Indonesia 137 Selain itu, kesantunan berbahasa sering pula diabaikan dalam lingkungan keluarga. Padahal, belajar bahasa sebaiknya dilaksanakan setiap hari agar anak dapat menghayati betul bahasa yang digunakannya. Anak belajar tata santun berbahasa mulai di lingkungan keluarga.
Nilai-nilai kesantunan berbahasa dalam beragama juga merupakan salah satu kewajiban manusia yang bentuknya berupa perkataan yang lembut dan tidak menyakiti orang lain. Kesantunan dipadankan dengan konsep qaulan karima yang berarti ucapan yang lemah lembut, penuh dengan pemuliaan, penghargaan, pengagungan, dan penghormatan kepada orang lain.
Berbahasa santun juga sama maknanya dengan qaulan ma’rufa yang berarti berkata-kata yang sesuai dengan nilai-nilai yang diterima dalam masyarakat penutur. Oleh karena itu, pendidikan etika berbahasa memiliki peranan yang sangat penting. Pemerolehan pendidikan kesantunan berbahasa sangat diperlukan sebagai salah satu syairat dalam beragama. Dengan kesantunan, dapat tercipta harmonisasi pergaulan dengan lingkungan sekitar. Penanaman kesantunan berbahasa juga sangat berpengaruh positif terhadap kematangan emosi seseorang.
Semakin intens kesantunan berbahasa itu dapat ditanamkan, kematangan emosi itu akan semakin baik. Aktivitas berbahasa dengan emosi berkaitan erat. Kemarahan, kesenangan, bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu, dan sebagainya tercermin dalam kesantunan dan ketidaksantunan itu. Berbahasa santun seharusnya sudah menjadi suatu tradisi yang dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun.
Apabila dibiarkan, tidak mustahil rasa kesantunan itu akan hilang sehingga anak itu kemudian menjadi orang yang arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan agama.
Tentu saja, kondisi itu tidak diharapkan oleh orangtua dan masyarakat manapun. (Sumber: Kosasih, 2010) Soal 1. a. Secara berkelompok, tandailah bagian-bagian penting dari teks tersebut. b. Buatlah simpulan tentang isi teks itu secara keseluruhan!
No. Bagian-Bagian Penting . . Simpulan . 2. Apa yang dimaksud dengan ceramah? 3. Apa manfaat dari mendengarkan ceramah? 4. Kapan dan di mana saja kesempatan ceramah itu dapat kita ikuti? 5. Bagaimana persamaan dan perbedaan ceramah dengan pidato dan khotbah? 6. Informasi/pengetahuan apa saja yang dapat kamu peroleh dari teks ceramah diatas? Jelaskan! 138 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 7.
Temukan lima diksi dalam teks tersebut! 8. Temukan dua kata aktual pada teks tersebut! 9. Jelaskan teknik orasi dalam ceramah! 10. Tuliskan kembali isi teks ceramah dengan menggunakan bahasamu sendiri secara singkat dan jelas! Kunci Jawaban 1. Menuliskan bagian-bagian penting secara berkelompok dari teks tentang sikap berbahasa yang berbeda yang telah disediakan.
No. Bagian-Bagian Penting Percakapan dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa berbeda. Kelompok pertama, mereka kurang memiliki kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kelompok 1. kedua, memiliki sikap kritis terhadap kaidah penggunaan bahasa. Makna kata gua yang benar memiliki arti ‘lubang besar pada kaki gunung’ bukan kata pengganti orang (persona). Penggunaan bahasa yang masih keliru tersebut salah satunya disebabkan oleh kekurangwibawaan bahasa Indonesia di mata 2.
mereka. Ragam bahasa baku mereka anggap kurang “asyik” dibandingkan dengan bahasa gaul atau bahasa asing. Penggunaan bahasa yang acak-acakan juga banyak dipelopori oleh kalangan pebisnis. Badan usaha, pemilik toko, dan pemasangan 3. iklan dengan menggunakan bahasa asing. Misalnya seorang pengusaha kue lebih percaya diri dengan tokonya bernama Lufita Cake daripada Toko Kue Lufita. 4. Pelajar sebagai “tulang punggung negara, harapan masa depan bangsa” seharusnya tidak larut dengan kebiasaan tersebut.
Intensitas para siswa dalam memahami literatur-literatur ilmiah 5. sesungguhnya merupakan sarana efektif dalam mengakrabi ragam bahasa baku. Simpulan Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja cukup memprihatinkan. Hal ini terjadi dari peristiwa percakapan antara dua kelompok siswa. Kelompok pertama, siswa yang kurang memiliki kepedulian terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sementara itu, kelompok kedua, memiliki sikap kritis terhadap kaidah penggunaan bahasa yang disampaikan temannya. Ragam bahasa yang mereka gunakan yang menurut sindiran siswa kelompok kedua sebagai ragam bahasa Kampung Rambutan. Bahasanya orang-orang betawi. “Punya gua kemarin hilang” Terdengar pula sahutan salah seorang dari mereka, “Lho, kalau punya gua, sama elu kemanain?. Namun, salah seorang siswa memperhatikan percakapan mereka. Ia kemudian menanggapi, “Gua apa: Gua Selarong atau Gua Jepang?” Buku Guru Bahasa Indonesia 139 Makna kata gua dalam bahasa Indonesia adalah ‘lubang besar pada kaki gunung.
Dengan makna tersebut, kata gua seharusnya ditujukan untuk penyebutan nama tempat, seperti Gua Selarong, Gua Jepang, dan lain-lain. Bukan pengganti orang (persona). Pelajar sebagai bagian dari masyarakat bahasa yang menggunakan, melestarikan, dan menyebarluaskan bahasa seharusnya dapat mecermati kembali pemilihan bahasa yang akan digunakan.
Salah satu faktor penyebab kurangnya pemahaman dalam berbahasa yang baik dan benar adalah kurangnya kemauan dalam menyelami informasi dan contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar. 2. Ceramah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya. 3. Manfaat mendengarkan ceramah di antaranya dapat menambah wawasan atau informasi yang belum kita ketahui; menjalin silaturahmi dengan sesama pendengar ceramah jika situasi secara bersama-sama; dapat menjadi pedoman/ petunjuk dalam melakukan hal-hal positif.
4. Waktu dan tempat dalam mendengarkan ceramah bisa beragam. Pagi hari, siang, sore, ataupun malam melalui media elektronik (televisi, radio, internet) ataupun secara langsung menghadiri di lokasi. 5. Perbedaan: a. Ceramah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya.
b. Pidato adalah pembicaraan di depan umum yang cenderung bersifat persuasif (ajakan atau dorongan untuk berbuat sesuatu). c. Khotbah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian pengetahuan keagamaan atau praktik beribadah dan ajakan-ajakan untuk memperkuat keimanan.
Persamaan: berisi informasi yang disampaikan di depan umum 6. Informasi yang dapat diperoleh dari teks yang telah dicontohkan ialah: cermat dalam pemilihan kata ketika akan menyampaikan pembicaraan terutama berkomunikasi dengan orang yang beda usia; nilai-nilai kesantunan dan tata krama merupakan faktor utama berkembangnya suatu masyarakat; penanaman dan pembiasaan etika bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu merupakan peranan penting dalam meperoleh pendidikan yang maju.
7. Lima diksi: sikap kritis, ragam bahasa, informasi, persona, dan kaidah. 8. Dua kata aktual: intensitas dan literatur.
9. Teknik orasi dalam ceramah: menguasai tema permasalahan, memberi semangat kepada diri dan orang lain, berbicara dengan lantang, memperhatikan artikulasi, jeda, kecepatan berbicara, dan mencermati situasi.
10. Peserta didik menuliskan kembali isi teks ceramah yang ada dengan menggunakan bahasa sendiri. 140 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Kunci Jawaban No. Deskripsi Skor Skor Soal 7 Maksimal 6 1. a. Identifikasi teks ceramah lengkap dan tepat. 5 20 2 b. Identifikasi teks ceramah sebagian besar tepat. 5 2 c. Identifikasi teks ceramah separuhnya tepat. 1.5 10 1 d. Identifikasi teks ceramah hanya sebagian kecil 0.5 10 tepat.
4 3 2 a. Jawaban tepat dan lengkap. 2 b. Sebagian besar jawaban tepat. 1 c. Separuh jawaban tepat. 4 3 d. Sebagian kecil saja jawaban yang tepat. 2 1 3 a. Jawaban tepat dan lengkap. b. Sebagian besar jawaban tepat. c. Separuh jawaban tepat. d. Sebagian kecil saja jawaban yang tepat. bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu.
a. Jawaban tepat dan lengkap. b. Sebagian besar jawaban tepat. c. Separuh jawaban tepat. d. Sebagian kecil saja jawaban yang tepat. Buku Guru Bahasa Indonesia 141 Kunci Jawaban No. Deskripsi Skor Skor Soal a. Jawaban tepat dan lengkap. 6 Maksimal 5 5. 4 15 1 b. Sebagian besar jawaban tepat. 4 10 3 c. Separuh jawaban tepat. 2 5 1 d. Sebagian kecil saja jawaban yang tepat. 2 5 1.5 6. a. Jawaban tepat dan lengkap.
1 10 b. Sebagian besar jawaban tepat. 0.5 c. Separuh jawaban tepat. 2 d. Sebagian kecil saja jawaban yang tepat. 1.5 1 7. a. Jawaban tepat dan lengkap. 0.5 b. Sebagian besar jawaban tepat. 4 c. Separuh jawaban tepat. 3 d. Sebagian kecil saja jawaban yang tepat.
2 1 8. a. Jawaban tepat dan lengkap. b. Sebagian besar jawaban tepat. c. Separuh jawaban tepat. d. Sebagian kecil saja jawaban yang tepat.
9. a. Jawaban tepat dan lengkap. b. Sebagian besar jawaban tepat. c. Separuh jawaban tepat. d. Sebagian kecil saja jawaban yang tepat. 142 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Kunci Jawaban No. Deskripsi Skor Skor Soal 4 Maksimal 3 10. a. Jawaban tepat dan lengkap. 2 10 1 b. Sebagian besar jawaban tepat. 100 c. Separuh jawaban tepat. d. Sebagian kecil saja jawaban yang tepat. Total Nilai b.
Observasi Observasi selama proses pembelajaran selain dilakukan untuk penilaian sikap, juga dapat dilakukan untuk penilaian pengetahuan, misalnya pada waktu diskusi atau kegiatan kelompok. Teknik ini merupakan cerminan dari penilaian autentik. Guru mencatat aktivitas dan kualitas jawaban, pendapat, dan pertanyaan yang disampaikan peserta didik selama proses pembelajaran.
Catatan ini dapat dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan reward (tambahan) nilai pengetahuan bagi peserta didik. Lembar Observasi Penilaian Pengetahuan No. Hari, Tanggal Nama Pernyataan yang Reward)** Peserta Diungkapkan)* Didik 1.
2. 3. Buku Guru Bahasa Indonesia 143 No. Hari, Tanggal Nama Pernyataan yang Reward)** Peserta Diungkapkan)* Didik 4. 5.
Keterangan: )* Berisi pertanyaan, ide, usul, atau tanggapan yang disampaikan peserta didik berkaitan dengan materi yang dipelajari. )** Rentang reward yang diberikan antara 1–5 untuk skala penilaian 0–100.
c. Penugasan Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik (baik dari buku teks siswa maupun hasil inovasi guru) digunakan sebagai salah satu instrumen penilaian hasil belajar pengetahuan peserta didik. Pembobotan nilai ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan dan lamanya waktu pengerjaan tugas. Semakin sulit dan lama waktu mengerjakannya, semakin besar bobotnya. Tugas yang diberikan sebaiknya mencakup tugas individu dan kelompok. Hasil penilaian kognitif dengan tugas dapat dicatat dan diolah dengan menggunakan lembar penilaian seperti ini.
Lembar Penilaian Tugas Kognitif Peserta Didik Nilai No. Penilaian Tugas Pembelajaran A Pembelajaran A 1. Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 3 144 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK No. Penilaian Tugas Pembelajaran Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu Nilai Pembelajaran C 2.
Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 3 Nilai Akhir/ NA (Total skor : jumlah tugas) Selanjutnya, untuk mendapatkan nilai kognitif hasil penilaian proses dan ulangan harian pada akhir pembelajaran setiap bab, guru dapat menentukan pembobotan berdasarkan tingkat kesulitan, lama waktu pengerjaan, dan sebagainya. Berikut adalah contoh rumus yang dapat digunakan.
NA : ( 2 X NA tugas) + Total reward + NUH 3 Catatan: 1. Reward diperoleh dari total reward selama pembelajaran satu bab. 2. NUH adalah Nilai Ulangan Harian yang dilakukan pada akhir pembelajaran satu bab.
3. Nilai akhir tugas diberi bobot lebih besar karena tugas lebih menyita konsentrasi dan waktu pengerjaan relatif lama. Nilai tugas diambil dari pembelajaran A dan C. 2. Penilaian Keterampilan Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik, proyek, dan portofolio.
Unjuk kerja dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat berupa baik unjuk kerja lisan maupun tulis. Proyek diberikan diberikan minimal 1 kali X dalam satu semester, dan biasanya diberikan pada proses pembelajaran akhir.
Portofolio diperoleh dari kumpulan tugas keterampilan yang dikerjakan peserta didik selama proses pembelajaran. Rumus penentuan nilai akhir untuk KD 4 (keterampilan) diambil dari nilai optimal yang diperoleh peserta didik pada setiap KD.
Buku Guru Bahasa Indonesia 145 INTERAKSI DENGAN ORANG TUA PESERTA DIDIK Interaksi dengan orang tua dilakukan untuk mengomunikasikan tugas mandiri dan hasil belajar (portofolio) peserta didik kepada orang tua.
Tugas mandiri, melakukan observasi, harus disampaikan secara resmi melalui surat izin kepada orang tua apabila peserta didik ditugaskan melakukan observasi di luar jam sekolah.
Orang tua juga diminta menandatangani serta memberi komentar lembar tugas atau lembar jawaban ulangan anaknya pada bagian yang telah disediakan.
Kemudian, lembar tugas dan lembar jawaban ulangan yang telah ditandatangani orang tua/wali diserahkan kembali kepada guru untuk disimpan.
146 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Bab IV Meneladani Kehidupan dari Cerita Pendek Sumber: www.cdn.wallpapersafari.com Gambar 4.1 Seseorang yang Senang Membaca.
Kompetensi Inti KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Buku Guru Bahasa Indonesia 147 Kompetensi Inti KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Dasar 3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai 4.8 Mendemonstasikan salah satu nilai kehidupan yang terkandung dalam kehidupan yang dipelajari dalam kumpulan cerita pendek yang cerita pendek.
dibaca. 4.9 Mengonstruksi sebuah cerita 3.9 Menganalisis unsur-unsur pendek dengan memperhatikan pembangun cerita pendek dalam unsur-unsur pembangun cerpen. buku kumpulan cerita pendek. Peta Konsep Memahami informasi tentang nilai-nilai Mengidentifikasi nilai- kehidupan dalam teks nilai kehidupan dalam cerita pendek. Menemukan nilai-nilai cerita pendek. kehidupan dalam cerita pendek. Meneladani Mendemonstasikan Menentukan nilai Kehidupan dari salah satu nilai kehidupan dalam teks Cerita Pendek.
kehidupan yang cerita pendek. Mendemonstrasikan nilai dipelajari dalam cerita kehidupan dalam teks pendek. cerita pendek. Menentukan unsur- Menganalisis unsur- unsur pembangun cerita unsur pembangun pendek. Menelaah teks cerita cerita pendek.
pendek berdasarkan struktur dan kaidah. Mengonstruksi sebuah Menentukan topik cerita pendek dengan tentang kehidupan dalam memperhatikan unsur- cerita pendek. unsur pembangun. Menulis cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun. 148 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK A. Mengidentifikasi Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek Ind 1 Memahami informasi tentang nilai-nilai kehidupan dalam teks cerita pendek. Ind 2 Menemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek.
PROSES PEMBELAJARAN A KEGIATAN 1 Memahami Informasi tentang Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek Petunjuk untuk Guru Pada pembahasan awal ini, guru melakukan apersepsi tentang cerita pendek. Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis.
Keduanya merupakan cerminan nyata dari kehidupan di dunia. Namun, dari karakter tokoh tersebut kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan perbuatan buruk yang harus kita jauhi. Berikut adalah contoh teks cerita pendek yang dapat disajikan kepada peserta didik. Bacalah cerita pendek di bawah ini dengan baik! Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang panas, merintih kesakitan.
Dan ia tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan, ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, lalu bertanya kenapa mereka di neraka semuanya. Akan tetapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun tak mengerti juga.
Buku Guru Bahasa Indonesia 149 “Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian. “Bukankah kita disuruh-Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan ke neraka.” “Ya.
Kami juga berpendapat demikian. Tengoklah itu, orang-orang senegeri kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.” “Ini sungguh tidak adil.” “Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh. “Kalau begitu, kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau ia silap Sumber: www.d.gr-assets.com memasukkan kita ke neraka ini.” Gambar 4.2 Sampul buku “Benar. Benar. Benar,” sorakan yang lain membenarkan Robohnya Surau Kami.
Haji Saleh. “Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan- Nya, bagaimana?” suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu. “Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh. “Apa kita revolusikan juga?” tanya suara yang lain, bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.
“Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh. “Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.” “Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita peroleh,” sebuah suara menyela.
“Setuju! Setuju! Setuju!” mereka bersorak beramai-ramai. Lalu, mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan. Dan Tuhan bertanya, “ Kalian mau apa?” Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama indah, ia memulai pidatonya. “O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya.
Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke sorga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.” “Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan.
“Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.” “O, di negeri yang tanahnya subur itu?” “Ya. Benarlah itu, Tuhanku.” “Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan?” 150 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK “Benar.
Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami,” mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu. “Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?” “Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.” “Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat itu?” “Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.” “Negeri yang lama diperbudak orang lain itu?” “Ya, Tuhanku.
Sungguh laknat penjajah penjajah itu, Tuhanku.” “Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya dan diangkutnya ke negerinya, bukan?” “Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi.
Sungguh laknat mereka itu.” “Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?” “Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu, kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.” “Engkau rela tetap melarat, bukan?” “Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.” “Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?” “Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka semua pintar mengaji.
Kitab- Mu mereka hafal di luar kepala belaka.” “Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?” “Ada, Tuhanku.” “Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka.
Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang.
Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah-Ku saja.
Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.” Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi.
Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tetapi Haji Saleh ingin juga kepastian, apakah yang dikerjakannya di dunia ini salah atau benar. Tetapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan, ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu. “Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?” tanya Haji Saleh.
Buku Guru Bahasa Indonesia 151 “Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, hingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.” Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek.
Cerita yang memurungkan Kakek. Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk. “Siapa yang meninggal?” tanyaku kaget. “Kakek.” “Kakek?” “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang ngeri sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.” “Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya meninggalkan istriku yang tercengang-cengang.
Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya. Tetapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia. “Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?” “Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kafan buat Kakek tujuh lapis.” “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab,” dan sekarang ke mana dia?” “Kerja.” “Kerja?” tanyaku mengulangi hampa. “Ya. Dia pergi kerja.”*** Cerita yang telah kamu baca itu dinamakan cerita pendek.
Sesuai dengan namanya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Olek karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”. Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan.
Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih terfokus dan lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif, intergratif, kritis, dan kreatif.
Untuk itu, kita pun dapat mengujinya dengan sejumlah pertanyaan seperti berikut. 1. Pertanyaan literal a. Di mana dan kapan cerita itu terjadi? b. Siapa saja tokoh cerita itu? 152 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 2.
Pertanyaan interpretatif? a. Apa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A? b. Bagaimana makna lugas dari perkataan tokoh B? 3. Pertanyaan integratif a. Bercerita tentang apakah cerpen di atas? b. Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya itu?
4. Pertanyaan kritis a. Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong pada tokoh A? b. Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang digunakannya? 5. Pertanyaan kreatif a. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen itu? b. Bagaimana kira-kira kelanjutan bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu itu seandainya tokoh utamanya tidak dimatikan pengarang? Tugas 1. Setelah membaca cerita di atas, kamu sudah memiliki pemahaman yang jelas tentang pengertian dan karakteristik cerita pendek.
Sekarang, buktikanlah pemahamanmu itu dengan menunjukkan sekurang-kurangnya lima contoh cerita lainnya yang berkategori cerpen.
Sajikanlah hasilnya dalam rubrik berikut! Judul Cerpen Pengarang Sumber Inti Cerita 2. Secara berdiskusi kelompok, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! a. Di mana dan kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi? b. Kata-kata “robohnya surau kami” itu maksudnya apa? c. Pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui cerpennya itu apa saja? Buku Guru Bahasa Indonesia 153 d.
Setujukah kamu dengan isi cerita itu dan adakah hal-hal yang bertentangan dengan kayakinanmu sendiri? e. Bagaimana hubungan kamu sendiri selama ini dengan Tuhan? Ceritakanlah! 3. Kerjakanlah hal berikut sesuai dengan instruksinya! a. Buatlah lima pertanyaan lainnya secara berkelompok untuk menguji pemahaman literal, interpretatif, integratif, kritis, dan kreatif! b. Mintalah teman-teman kamu dari kelompok lain untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan itu!
Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat. Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar. 1. Menyajikan contoh cerpen. Judul Cerpen Pengarang Sumber Inti Cerita Bulan Biru Gus Tf Sakai Buku Kumpuan Dalam cerpen ini Serpihan di Teras Zaidinoor Cerpen mengisahkan tentang Rumah beberapa binatang yang Buku Kumpuan bisa berbicara seperti Rumah Tuhan AK.
Basuki Cerpen manusia. Mereka saling bergotong-royong Buku Kumpuan dalam mendirikan Cerpen bangunan.
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang perempuan tua bernama Ni Siti yang hidup seorang diri setelah ditinggalkan suaminya. Ni Siti bekerja sebagai pengambil getah karet.
Cerpen ini mengisahkan tentang ketulusan dan kesabaran seorang Ibu dalam menolong orang lain. Tidak pernah mengeluh terhadap penderitaan yang dialaminya. 154 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Judul Cerpen Pengarang Sumber Inti Cerita Piutang-piutang Jujur Pranoto Buku Kumpuan Cerpen ini tentang Menjelang Ajal seorang keponakan yang Sungging Raga Cerpen mempunyai piutang Alesia kepada pamannya.
Buku Kumpuan Utang tersebut harus Cerpen dibayar sebelum pamannya meninggal. Cerpen ini tentang perasaan seorang anak yang mengorbankan diri demi kesembuhan ibunya. 2. Menjawab pertanyaan dengan berdiskusi a. Peristiwa dalam cerpen ini berada di Kota, di Surau Kakek, rumah Ajo Sidi, dan lain-lain. Terjadi pada siang dan malam hari. b. Maksud dari Robohnya Surau Kami ialah Masjid yang berukuran kecil yang terdapat di kota kelahiran tokoh utama.
Tokoh utama ini diceritakan sebagai seseorang yang hidupnya hanya beribadah sepanjang hari. c. Pesan-pesan dalam cerpen ini ialah jangan cepat bangga dengan perbuatan baik yang dilakukan karena hal tersebut bisa saja baik di hadapan manusia tetapi kurang baik di hadapan Tuhan; jangan mementingkan diri sendiri; jangan cepat marah terhadap orang yang memberi nasihat.
d. Setuju. Tidak ada hal yang bertentangan. e. Hubungan dengan Tuhan begitu dekat. Kedekatan tersebut dilakukan dengan beribadah tepat waktu dan mengamalkannya dengan berbuat baik kepada sesama. 3. Pada jawaban ini, peserta didik membuat pertanyaan secara berkelompok dan meminta teman-teman lain menjawab pertanyaan tersebut. a. Pertanyaan Literal: Kapankah peristiwa dalam cerpen tersebut terjadi?
b. Pertanyaan Interpretatif: Dalam cerpen tersebut terdapat percakapan antara tokoh protagonis dengan tokoh antagonis. Apakah maksud yang tersembunyi di balik percakapan tokoh antagonis kepada tokoh protagonis? c. Pertanyaan Integratif: Bercerita tentang apakah teks cerita pendek yang dibaca? d. Pertanyaan Kritis: Dalam cerpen tersebut terdapat nilai-nilai budaya dan sosial.
Jika dihubungkan dengan kenyataannya, apakah nilai-nilai tersebut sudah sesuai di masyarakat? e. Pertanyaan Kreatif: Bagaimana menurutmu jika tokoh utama terus-menerus mengalami penderitaan? Buku Guru Bahasa Indonesia 155 PROSES PEMBELAJARAN A KEGIATAN 2 Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek Petunjuk untuk Guru Pada pembahasan ini, guru membimbing peserta didik untuk menemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek.
Dengan mengajukan beragam pertanyaan tentang isi suatu teks, misalnya cerpen, kita akan sampai pada penemuan nilai dari teks itu. Adapun yang dimaksud dengan nilai dalam hal ini adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan kritis tentang kelebihan dan kelemahan cerpen itu, misalnya, akan sampailah pada jawaban tentang bermanfaat atau tidaknya bagi pembaca.
Perhatikan penggalan cerpen berikut. Pak, pohon pepaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak semena- mena, tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan?
Itu benar, tapi jangan melebih- lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan ialah kerukunan kampung. Soal kecil yang dibesar-besarkan bisa mengakibatkan kericuhan dalam kampung.
Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras, seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara. (Cerpen “Gerhana”, Muhammad Ali) Penggalan cerpen tersebut mengungkapkan perlunya menjaga diri, yakni untuk tidak melebih-lebihkan persoalan sepele karena hal tersebut bisa berakibat fatal.
Dalam unsur-unsur intrinsik karya sastra, pernyataan tersebut dinamakan dengan amanat. Pernyataan seperti itulah yang dianggap bernilai atau sesuatu yang berguna, sebagai “obor” atau petunjuk jalan bagi seseorang dalam berperilaku. Oleh karena itu, berkaitan dengan baik-buruknya perilaku dalam bermasyarakat, hal itulah yang dinamakan dengan nilai moral. Nilai dari sebuah cerpen tidak hanya berkaitan dengan keindahan bahasa dan kompleksitas jalinan cerita.
Nilai atau sesuatu yang berharga dalam cerpen juga berupa pesan atau amanat. Wujudnya seperti yang dikemukakan di atas: ada yang berkenaan dengan masalah budaya, moral, agama, atau politik. Realitas pesan-pesan itu mungkin berupa pentingnya menghargai tetangga, perlunya kesetiaan pada kekasih, ketawakalan kepada Tuhan, dan sebagainya. Hanya kadang-kadang kita tidak mudah untuk merasakan kehadiran pesan- pesan itu. Karya-karya semacam itu perlu kita hayati benar-benar.
156 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Untuk menemukan keberadaan suatu nilai dalam cerpen, kamu dapat mengajukan sejumlah pertanyaan, misalnya, sebagai berikut. 1. Mengapa tokoh A mengatakan hal itu berkali-kali? 2. Mengapa latar cerita itu di sekolah dan pada sore hari?
3. Mengapa pengarang membuat jalan cerita seperti itu? 4. Mengapa seorang tokoh dimatikan sementara yang lain tidak?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan membawamu pada simpulan tentang nilai tertentu yang disajikan pengarang. Tugas 1. Lakukan hal-hal berikut ini sesuai dengan instruksinya! a. Bacalah kembali cerpen “Robohnya Surau Kami”! b. Secara berkelompok, tunjukkanlah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen itu!
c. Mungkinkah nilai-nilai tersebut kamu aktualisasikan pula dalam kehidupan sehari-hari? d. Laporkanlah hasil diskusi kelompokmu itu dalam format berikut! Laporan Diskusi Judul cerpen : . Pengarang : . Sinopsis : . . Nilai-nilai . Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari . 2. Amatilah nilai-nilai yang berlaku di dalam kehidupan masyarakatmu! a. Nilai-nilai apa saja yang berkembang di dalamnya?
Sajikanlah sebuah cerita yang menjelaskan aplikasi salah satu dari nilai-nilai itu!
b. Adakah nilai yang kamu anggap bertentangan dengan nurani? Jelaskanlah! Buku Guru Bahasa Indonesia 157 Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat. Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar. 1. Laporan Diskusi Judul Cerpen : Robohnya Surau Kami Pengarang : AA. Navis Sinopsis : Dalam cerpen ini menceritakan tentang seorang kakek bernama Garin, penjaga surau (Takmir).
Menjadi seorang penjaga surau dia tidak mendapatkan honor atau gaji apa pun. Dia hidup mengandalkan dari sedekah, yang hanya sekali pada hari Jumat. Pekerjaan sambilannya yaitu menjadi pengasah pisau dan gunting. Apabila yang meminta tolong perempuan biasanya dia diberi sambal.
Berbeda lagi, apabila yang meminta tolong itu laki-laki, ia diberikan rokok kadang juga uang sebagai imbalannya. Tidak sedikit juga yang hanya memberikan ucapan terima kasih dan senyuman. Suatu ketika, kakek terlihat murung, sedih, kesal dan bermuram durja. Ia duduk termenung di serambil surau dengan ditemani beberapa peralatan asahan dan pisau cukur tua berada disekitar kaki kakek. Ternyata ia baru saja bertemu dan berbicara dengan Ajo Sidi, si pembual atau ahli pembuat cerita.
Cerita-ceritanya aneh, unik, yang membuat cerita dengan menganalogikan lawan bicara dengan sesuatu. Hari itu kakek yang dijadikan bualan ceritanya, yang pada intinya menjadi pemeo atau semacam cerita yang menyindir pendengar. Ajo Sidi, si pembohong itu menceritakan seseorang bernama Haji Shaleh, yang dulunya di dunia selalu beribadah kepadaNya, taat menjalankan perintahNya dan selalu takwa kepada-Nya. Namun, di akhirat Haji Shaleh, malah dimasukkan ke dalam neraka, bahkan ditempatkan pada keraknya neraka.
Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya, dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri. Segala kehidupannya lahir batin diserahkan kepadaNya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain. Bahkan dia tak pernah membunuh seekor lalat pun. Padahal dia hidup berkaum, bersaudara namun sedikitpun tak memperdulikannya. Dia selalu bersujud, memuji dan berdoa kepadaNya.
Setelah mendengar cerita dari Ajo Sidi, kakek hanya merenung dan memikirkannya Seolah ia merasakan apa yang dirasakan Haji Shaleh. Keesokan harinya, kakek mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur. Berita kematian kakek sudah tersebar ke seluruh kampung, semua warga kampung mengurus jenazah kakek. Semua warga mengantar kepergian jenazah kakek ke makam. Namun Ajo Sidi yang bisa dikatakan menjadi penyebab kematian kakek, malah tetap pergi bekerja.
Dan sebelum pergi bekerja, Ajo Sidi berpesan kepada istrinya agar membelikan kain kafan untuk mengafani jenazah kakek. 158 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Nilai-nilai: a. Nilai sosial Sesama manusia harus saling membantu jika orang lain berada dalam kesusahan sebab kita adalah makhluk bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu yang tidak bisa hidup sendiri. b. Nilai Moral Saling menghormati antarsesama dan jangan saling mengejek atau menghina. c. Nilai Agama Melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi yang dilarang oleh- Nya, seperti mencemooh, berbohong dan lain-lain.
d. Nilai Pendidikan Tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha. e. Nilai Budaya Memegang teguh adat istiadat atau kebiasaan di suatu masyarakat. Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari: Nilai-nilai yang dapat diterapkan adalah nilai sosial, nilai moral, nilai pendidikan, nilai agama, dan nilai budaya. Masyarakat sebagai sumber utama yang dapat mengembangkan ragam nilai-nilai kehidupan jika setiap anggota masyarakat mampu untuk mengubah kebiasaan lama dengan kebiasaan yang baru.
2. Mengamati Nilai-Nilai Kehidupan di Masyarakat a. Nilai-nilai yang berkembang adalah nilai moral, sosial, agama, budaya, dan pendidikan. Mirna adalah seorang anak sopan, pintar, dan baik hati. Ia sangat dikagumi oleh banyak orang di desa ia tinggal yaitu desa Jatipamor, Majalengka.
Setiap hari ia harus membantu ibunya berjualan di pasar dari sore sampai malam karena pasar tersebut mulai buka dari sore sampai larut malam. Beberapa bulan lalu, ayahnya telah meninggal karena penyakit yang dideritanya. Pagi hari, Mirna beraktivitas seperti biasa yaitu sekolah. Dengan aktivitas rutin yang harus dilakukannya, Mirna tidak sedikitpun mengeluh, apalagi meratapi takdir yang sudah terjadi. Semangat untuk terus berjuang dan bersabar merupakan kunci Mirna dalam menjalani kehidupan ini.
Tujuannya ialah untuk menjadi anak yang berbakti dan membahagiakan ibunya. b. Tidak ada. Semua nilai-nilai kehidupan baik itu agama, moral, budaya, sosial, ataupun pendidikan tujuannya ialah untuk menanamkan kebiasaan yang baik dan benar. Buku Guru Bahasa Indonesia 159 B. Mendemonstrasikan Salah Satu Nilai Kehidupan yang Dipelajari dalam Teks Cerita Pendek Ind 1 Mentukan nilai-nilai kehidupan dalam teks cerita pendek. Ind 2 Mempresentasikan teks cerita pendek dengan nilai kehidupan.
PROSES PEMBELAJARAN B KEGIATAN 1 Menentukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Teks Cerita Pendek Petunjuk untuk Guru Pada pembahasan ini, peserta didik diarahkan untuk menentukan nilai kehidupan dalam teks cerita pendek. Guru terlebih dahulu menjelaskan manfaat cerita pendek. Entah sudah berapa puluh ribu, judul cerpen yang telah dikarang dan telah jutaan pula manusia yang membacanya, dari sejak zaman dulu hingga sekarang.
Karya manusia yang satu ini terus-menerus dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi kehidupan. Manfaat yang langsung dapat kita rasakan adalah bahwa cerpen memberikan hiburan atau rasa senang. Kita memperoleh kenikmatan batin dengan membaca cerpen. Dengan membacanya, solah-olah kita menjalani kehidupan bersama tokoh-tokoh dalam cerpen itu.
Ketika tokoh utamanya mengalami kesenangan, kita pun turut senang; ketika mengalami kegetiran hidup, kita pun turut sedih ataupun kecewa. Selain itu, dengan membaca suatu cerpen, kita bisa belajar tentang kehidupan kita bisa lebih bijak dalam menghadapi beragam peristiwa yang mungkin pula kita hadapi.
Misalnya, dengan adanya tokoh yang bersikap angkuh, kita menjadi tahu bahwa sikap itu sering menimbulkan ketersinggungan bagi pihak-pihak tertentu. Pelakunya sendiri menjadi orang yang dijauhi orang lain. Sikap rendah hati ternyata mudah mengundang simpati. Peduli pada orang lain, dalam sekecil apa pun bantuan yang diberikan, ternyata menjadi sesuatu yang benar-benar berharga bagi orang yang membutuhkan. Perhatikanlah kembali cuplikan berikut. Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-harimu, tiba-tiba lenyap begitu saja.
Hari-harimu pasti berubah jadi pucat pasi tanpa gairah. Saat kau hendak mengembalikan sesuatu yang hilang itu dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Kau pasti jadi kecewa seraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalimat doa yang tak putus- putusnya.
160 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Bukankah kau jadi kehilangan kehangatan karena tak ada helai-helai sinar ultraviolet yang membuat senyumnya begitu ranum selama ini. Matahari bagimu tentu tak sekadar benda langit yang memburaikan kemilau cahaya tetapi sudah menjadi sebuah peristiwa yang menyatu dengan ragamu. Bayangkanlah bila matahari tak terbit lagi. Tidak hanya kau tapi jutaan orang kebingungan dan menebar tanya sambil merangkak hati-hati mencari liang langit, tempat matahari menyembul secara perkasa dan penuh bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu.
(Cerpen “Matahari Tak Terbit Pagi Ini”, Fakhrunnas M.A. Jabar) Cuplikan cerpen di atas menggambarkan begitu berartinya kehadiran seseorang ketika ia tidak ada lagi di sisi kita.
Kita rasakan begitu sulit untuk menghadirkannya kembali, bahkan sesuatu yang sangat tidak mungkin. Semua orang pasti akan atau pernah mengalami keadaan seperti yang digambarkan dalam cerita itu. Hanya sosok dan peristiwanya akan berbeda-beda. Dari gambaran seperti itu ada pelajaran yang sangat penting bahwa kehadiran seseorang di tengah-tengah kita adalah sebuah berkah yang harus selalu disyukuri. Kalaulah dia sudah tidak hadir lagi, maka gantinya adalah kesedihan, penyesalan, bahkan ratapan yang menyayat.
Berikut cuplikan lainnya. “Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat.
Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.” Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi.
Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. (Cerpen “Robohnya Surau Kami”, A.A. Navis) Cuplikan cerpen itu merupakan sindiran yang bisa jadi mengena pada setiap kalangan, dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang yang hanya mengutamakan ibadah ritual dan mengabaikan persoalan-persoalan sosial (kemanusiaan) menjadi objek sindiran dalam cuplikan cerpen tersebut.
Sindiran seperti itu boleh jadi lebih mengena daripada dengan menggurui langsung tentang kesadaran-kesadaran keberagamaan yang benar. Buku Guru Bahasa Indonesia 161 Tugas 1. Nilai-nilai kehidupan apakah yang dikisahkan di dalam cuplikan-cuplikan berikut. 2. Diskusikanlah secara berkelompok dan tuangkanlah hasilnya pada buku kerjamu seperi dalam format berikut.
Cuplikan Cerita Bidang Keterangan/ Kehidupan Alasan 1. “O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami 1 234 yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu.
Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan- Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke sorga sebagimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.” 2.
Kalau begitu mengapa Syarifudin meninggal pada hari kedua, setelah dia disunat? Darah tak banyak keluar dari lukanya. Syarifudin kan juga penurut. Pendiam. Setengah bulan, hampir, dia mengurung diri karena kau mengatakan kelakuan abangnya sehari sebelum disunat itu. Aku tidak percaya jika hanya oleh melompat-lompat dan berkejaran setengah malam penuh. Aku tidak percaya itu.
Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang yang tamak. Orang yang kikir. Penghisap. Lintah darat. Inilah ganjarannya!
Aku mulai percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilu luka sunatan anak-anak kita. Aku mulai yakin, mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu.
162 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Cuplikan Cerita Bidang Keterangan/ Kehidupan Alasan 3. Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang 1 234 mereka sakitkan hati? Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku sumbang. Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang dari mereka yang tidak kuundang dalam pesta tadi malam.
Kaulihatkan, tiga teratak itu penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah menerimaku, memaafkanku. 4. Di ruang kosong yang semula dipenuhi pernik cahaya matahari, kita bertatap muka penuh gairah. Di penjuru ruang kosong itu bergantungan bola-bola rindu penuh warna dan aroma. Bola-bola itu bergesekan satu dengan lain mengalirkan irama-irama lembut Beethoven atau Papavarotti. Irama itu menyayat-nyayat hati kita hingga mengukir potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang angsa putih yang menari-nari di bawah gemerlapan cahaya langit, sejarah itu terus ditulisi berkepanjangan.
Lewat ratusan kitab, laksa aksara. Namun, setiap perjalanan pasti ada ujungnya. Setiap pelayaran ada pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang niscaya ditingkahi temaram bahkan kegelapan. 5. Merah di langit barat telah lenyap ketika kita sampai di resto yang kaupilih sebagai tempat pertemuan.
Cuma kita berdua dan karena itu kita pilih meja-kursi terpojok. Jauh dari panggung musik yang terlampau berisik. Jauh dari orang-orang yang makan sambil tertawa- tawa riang. Di mataku, terus terang, mereka adalah sekelompok manusia tanpa persoalan tanpa beban. Tidak seperti aku. Tidak seperti kamu.
Tidak seperti kita. Paling tidak, pada malam itu. Kaupesan mi sea food yang entah bernama apa. Keterangan: 3 = budaya 1 = agama 4 = ekonomi 2 = sosial Buku Guru Bahasa Indonesia 163 Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat.
Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar. Pada jawaban ini, peserta didik berdiskusi secara berkelompok dengan mencermati beberapa cuplikan cerita yang telah disajikan melalui tabel. Kemudian, tentukan apakah cuplikan cerita tersebut termasuk ke dalam nilai agama, sosial, budaya, atau ekonomi dengan menyertakan alasannya. Cuplikan Cerita No. 1 Bidang kehidupan Agama Alasan: dalam cuplikan tersebut melibatkan Tuhan sebagai pencipta kehidupan dan kematian.
Cuplikan Cerita No. 2 Bidang kehidupan Budaya Alasan: dalam cuplikan tersebut masih adanya tradisi di suatu masyarakat dalam mempercayai seorang dukun.
Cuplikan Cerita No. 3 Bidang kehidupan Sosial Alasan: dalam cuplikan tersebut permasalahn yang sering terjadi di sekitar kita yaitu pertentangan antarsesama baik dalam hal tolong-menolong, bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu pesta, atau saling memaafkan. Cuplikan Cerita No. 4 Bidang kehidupan Sosial Alasan: dalam cuplikan tersebut tentang sebuah pertemuan antara dua orang yang saling tumbuh rasa suka, tetapi mereka menyadari bahwa pada akhirnya di setiap pertemuan akan ada perpisahan.
Cupilkan Cerita No. 5 Bidang kehidupan Sosial Alasan: dalam cuplikan tersebut tentang pertemuan dua orang di sebuah tempat yang sunyi tanpa gangguan apa pun.
164 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK PROSES PEMBELAJARAN B KEGIATAN 2 Mempresentasikan Sebuah Teks Cerita Pendek dengan Nilai Kehidupan Petunjuk untuk Guru Setiap pengarang akan menginterpretasikan atau menafsirkan kehidupan berdasarkan sudut pandangannya sendiri.
Tema tentang cinta, misalnya. Karena masing-masing pengarang memiliki interpretasi ataupun penafsiran yang berbeda-beda, ceritanyapun menjadi berbeda-beda antara pengarang yang satu dengan yang lainnya. Cerita itu tetap menarik sepanjang zaman karena diungkapkan dengan berbagai cara oleh para pengarangnya. Hal itu pula yang menyebabkan cerita itu menjadi bermakna bagi khalayak; mereka tidak pernah bosan untuk selalu menikmatinya.
Ketertarikan seseorang untuk membaca, pasti disebabkan oleh adanya sesuatu bermakna dalam bacaan itu. Misalnya, seorang petani akan membaca berita tentang naik turunnya harga. Hal itu dilakukannya karena berita tersebut dianggapnya bermakna atau bermanfaat bagi dirinya sebagai seorang petani. Berbeda lagi kalau pembacanya itu seorang pelajar, mungkin ia akan lebih tertarik pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta lomba karya ilmiah remaja.
Bacaan tersebut dianggapnya bermakna karena sesuai dengan dunia atau kebutuhannya. Kebermaknaan itu tentunya dimiliki oleh bacaan-bacaan seperti cerita pendek atau novel. Tentu saja faktor penyebabnya tidak sama dengan bacaan yang bersifat nonfiksi, semacam berita. Seseorang membaca cerpen bukan untuk mendapatkan informasi.
Pada umumnya, seseorang membaca cerpen untuk tujuan memperoleh hiburan ataupun pengalaman-pengalaman hidup. Adapun daya hibur sebuah cerpen bisa disebabkan oleh berbagai faktor, bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu karena alurnya yang surprise dan penuh kejutan. Mungkin hal itu karena konflik cerita itu yang menegangkan. Memang banyak hal yang menyebabkan suatu cerpen menjadi bermakna bagi para pembacanya. Sebagaimana yang telah diungkapkan terdahulu bahwa banyak unsur yang bisa menjadikan cerpen atau bacaan-bacaan lainnya menjadi bermakna bagi pembacanya.
Unsur penokohan, misalnya, bisa menimbulkan kesan tersendiri. Kita terkagum-kagum oleh sifat seorang tokoh yang ada di dalamnya. Bisa pula kita terpesona oleh penyajian latar atau gaya bercerita pengarang yang memukau dan menghanyutkan. Pilihan kata yang digunakan pengarang, dapat juga menjadi penyebab ketertarikan seseorang terhadap karangan itu.
Buku Guru Bahasa Indonesia 165 Perhatikan cuplikan cerpen berikut. Apakah cinta pantas dikenang? Apakah cinta dibangun demi mem- berikan rasa kehilangan? Pertanyaan itu mengganggu pikiranku. Mengganggu perasaanku. Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-laun menyurut.
Satu per satu menghilang ke dalam gang rumah masing-masing. Seakan-akan turut mencerai-beraikan jiwaku. Kesedihan mendalam pada keluarga yang ditinggalkan, tentu akibat mereka saling mencintai. Andai tak ada cinta di antara mereka, bisa jadi pemakaman ini seperti pekerjaan sepele yang lain, seperti mengganti tabung dispenser, menyapu daun kering di halaman, atau menyobek kertas tagihan telepon yang kedaluwarsa.
Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. Tidak memberimu bunga saat ulang tahun. Tidak memandang matamu, menyentuh tanganmu, dan sesekali mencium. (Cerpen “Hari Terakhir Mencintaimu”, karya Kurnia Effendi) Kebermaknaan cuplikan cerpen tersebut tampak, antara lain, pada temanya, yakni tentang cinta.
Bagi orang yang sedang mengalami perasaan seperti itu, tema ini sangat menarik. Selain itu, cuplikan tersebut punya daya tarik dalam kata-katanya yang puitis. Misalnya, pada kata-kata Seandainya aku tidak mencitaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah. Berbagai makna atau sesuatu yang penting lainnya bisa jadi kita temukan setelah membaca cerpen tersebut sampai tuntas.
Kebermaknaan suatu cerita lebih umum dinyatakan dalam amanat, ajaran moral, atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.
Oleh karena itu, amanat selalu berhubungan dengan tema cerita itu. Misalnya, tema suatu cerita tentang hidup bertetangga, maka cerita amanatnya tidak akan jauh dari tema itu: pentingnya menghargai tetangga, pentingnya menyantuni tetangga yang miskin, dan sebagainya. Tugas 1. Nilai-nilai kehidupan apa saja yang dapat kamu peroleh dari penggalan cerpen- cerpen di bawah ini? Jelaskan alasan-alasannya! a. “Memesan tulisan di depan itu mahal!” akhirnya Salijan teringat lagi kepraktisannya dalam keuangan, harga papan, ongkos pencatatan tulisan –ah, sepuluh ribu sendiri habis ke situ!
Tentulah suaminya tidak akan setuju. Jumlah 166 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK itu besar, lebih baik ditambahkan ke tabungan guna mengurus sertifikat baru tanah yang masih mereka miliki. Demikian sukar, berbelit, dan mahal untuk mendapatkan surat-surat tersebut, kata Samijo. Dan katanya lagi semakin lama akan menjadi semakin mahal, pegawai di kantor-kantor pemerintah akan minta jasa lebih besar lagi.
Jadi, pengeluaran yang bukan untuk makan, pakaian lebaran, dan kesehatan, harus dihindari …. b. “Tak bisa kurang sedikit?” “Tentu saja bisa, Mister. Dalam perdagangan, seperti Tuan maklum, harga bisa damai. Apalagi Mister pecinta benda seni!” Tammy tak mendengarkan lebih lanjut, dengan tangkas dia bangkit kemudian ke belakang.
Dia menulis sepucuk surat untuk Tuan Wahyono, ahli keramik sebelah rumah. Dia suruh pelayannya cepat mengantarkan surat itu. “Aku minta bantuan Tuan Wahyono untuk menilai harga teko ini. Dia adalah ahli keramik Rumahnya di sebelah itu,” ujar Tammy setelah kembali di dekat tamunya.
c. Aku masih saja khawatir. Ramalan dukun-dukun itu mulai lagi mengganggu pikiranku. Kau juga mulai diganggu ramalan mereka? Tidak. Kita tidak boleh bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu oleh ramalan-ramalan. Kita harus berdoa semoga ramalan itu tidak akan menimpa Lasuddin.
Aku masih ingat, mereka menyebarkan ke seluruh kampung ramalan-ramalan itu. Benarkah akan terjadi seperti yang mereka katakan, bahwa semua keturunan kita akan musnah di ujung pisau sunat? Yakinkah kau akan itu? Kita berserah saja kepada-Nya. Doakanlah Lasuddin. Bukankah hal ini harus diikuti setiap pengikut Islam sejati? 2. Kerjakan latihan berikut sesuai dengan instruksinya! a. Berdiskusilah dan berkelompok setelah membaca sebuah cerpen.
b. Temukanlah nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting bagimu, baik sebagai seorang anak, pelajar, ataupun warga masyarakat. c. Sajikanlah hasil diskusi kelompokmu itu di dalam format berikut. Kemudian, presentasikan secara bergiliran di depan kelompok lainnya untuk mereka tanggapi.
Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu cerpen : . Pengarang : . Sumber : . Kebermaknaan a. . b. . c. . d. . Buku Guru Bahasa Indonesia 167 Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat.
Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar. 1. Pada jawaban ini, peserta didik menemukan nilai-nilai kehidupan dari penggalan- penggalan cerpen yang disajikan dengan menyerta alasannya. a. Nilai Ekonomi Alasan: dalam penggalan cerpen tersebut mengenai situasi yang sering terjadi di masyarakat yaitu tentang kondisi keuangan sehingga harus hemat dalam pengeluaran. b. Nilai Ekonomi Alasan: dalam penggalan cerpen tersebut mengenai situasi perdagangan yang sering terjadi yaitu tawar-menawar harga terhadap barang yang dijual-belikan.
c. Nilai Budaya Alasan: dalam penggalan cerpen tersebut mengenai tradisi kepercayaan terhadap ramalan seorang dukun. 2. Pada jawaban ini, peserta didik membaca sebuah cerpen kemudian berdiskusi menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang telah ditemukan dalam cerpen tersebut. Pengerjaannya berdasarkan format yang telah disediakan. Setelah itu, presentasikan secara bergiliran di depan kelas. Judul Cerpen : Rumah Tuhan Pengarang : AK.
Basuki Sumber : Buku Kumpulan Cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang, Cerpen Pilihan Kompas 2013. Kebermaknaan: Dalam cerpen ini terdapat nilai sosial dan moral.
Cerpen ini mengisahkan tentang ketulusan dan kesabaran seorang ibu dalam menolong orang lain. Tidak pernah mengeluh terhadap penderitaan yang dialaminya. Nilai sosial yang ada ialah saling membantu dan menolong orang lain tanpa pamrih atau tanpa imbalan. Sementara itu, nilai moral yang ada ialah sikap sabar, tulus, dan tidak pernah mengeluh bisa menjadi cerminan kebaikan kepada orang lain. 168 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK C. Menganalisis Unsur-Unsur Pembangun Cerita Pendek Ind 1 Menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek.
Ind 2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kaidah. PROSES PEMBELAJARAN C KEGIATAN 1 Menentukan Unsur-Unsur Pembangun Cerita Pendek Petunjuk untuk Guru Seperti halnya jenis teks lainnya, cerita pendek dibentuk oleh sejumlah unsur.
Adapun unsur yang berada langsung di dalam isi teksnya, dinamakan dengan unsur intrinsik, yang meliputi tema, amanat, alur, penokohan, dan latar. a. Tema Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu.
Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema, kita harus terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam cerpen itu.
b. Amanat Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat dalam cerpen umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-peristiwa yang membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak bisa lepas dari tema cerita.
Misalnya, apabila tema cerita itu tentang perjuangan kemerdekaan, amanat cerita itu pun tidak jauh dari pentingnya mempertahankan kemerdekaan. Buku Guru Bahasa Indonesia 169 c. Penokohan Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh. 1) Teknik analitik langsung Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman-temannya.
Ia pun tidak merasa sombong walaupun berkali-kali dia mendapat juara bela diri. Sifatnya itulah yang menyebabkan ia banyak disenangi teman- temannya. 2) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh Seperti sedang berkampanye, orang-orang desa itu serempak berteriak- teriak! Mereka menyuruh camat agar secepatnya keluar kantor.
Tak lupa mereka mengacung-acungkan tangannya, walaupun dengan perasaan yang masih juga ragu-ragu. Malah ada di antara mereka sibuk sendiri menyeragamkan acungan tangannya, agar tidak kelihatan berbeda dengan orang lain.
Sudah barang tentu, suasana di sekitar kecamatan menjadi riuh. Bukan saja oleh demonstran-demonstran dari desa itu, tapi juga oleh orang-orang yang kebetulan lewat dan ada di sana. 3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampung- kampung tetangganya sudah pada terang semua. 4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi.
Tapi apa yang diucapkannya benar-benar membuat orang sedesa marah. 5) Pengungkapan jalan pikiran tokoh Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia mendekapnya, mencium bau keringatnya.
Dalam pikirannya, cuma anak gadisnya yang masih mau menyambutnya dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada menerima kepulangannya. 6) Penggambaran oleh tokoh lain Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang ia bertandang ke rumah sambil membawa aneka brosur barang-barang promosi. Yang menjengkelkan saya, seluruh keluargaku jadi menaruh perhatian kepadanya. d. Alur Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun bersifat kronologis.
Pola pengembangan cerita suatu cerpen beragam. Pola-pola pengembangan cerita harus menarik, mudah dipahami, dan logis. Jalan cerita suatu cerpen kadang-kadang berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.
170 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK e. Latar Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang imajinatif. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang berada dalam latar itu.
f. Gaya Bahasa Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, objektif atau emosional. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat untuk adegan yang seram, adegan romantis, ataupun peperangan, keputusan, maupun harapan.
Bahasa dapat pula digunakan pengarang untuk menandai karakter seseorang tokoh. Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui kata-kata yang digunakannya.
Demikian pula dengan tokoh anak- anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata ataupun struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan. Tugas 1. Unsur apa saja yang dominan pada cuplikan-cuplikan cerita berikut? Berkelompoklah untuk mendiskusikan unsur-unsur cerpen. a. Kalau begitu mengapa Syarifudin meninggal pada hari kedua, setelah dia disunat?
Darah tak banyak keluar dari lukanya. Syarifudin kan juga penurut. Pendiam. Setengah bulan, hampir, dia mengurung diri karena kau mengatakan kelakuan abangnya sehari sebelum disunat itu. Aku tidak percaya jika hanya oleh melompat-lompat dan berkejaran setengah malam penuh. Aku tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang yang tamak.
Orang yang kikir. Penghisap. Lintah darat. Inilah ganjarannya! Aku mulai percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilu luka sunatan anak-anak kita. Aku mulai yakin, mereka menaruh racun di pisau dukun- dukun itu.
Buku Guru Bahasa Indonesia 171 Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang mereka sakitkan hati? Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku sumbang. Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang dari mereka yang tidak kuundang dalam pesta tadi malam. Kaulihatkan, tiga teratak itu penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah menerimaku, memaafkanku. b. “Terus solusinya bagimana?” ”Kita berempat sudah berunding.
Karena Maya takut gelap, dia harus selalu tidur lebih dulu dari kami tidur minimal setengah jam sesudahnya supaya ketika kami mematikan lampu, dia udah tidur. Kalau dia terlambat berarti risiko dia. Tapi karena kami baik, he . he.” Siwi tertawa sejenak. ”Jika ternyata kami sudah tidur dan dia belum dia boleh menyalakan lampu minyak.
Nah . biar yang lain tidak terganggu sinarnya lampu minyak itu, dia pindah ke tempat tidur yang paling ujung. Bergantian dengan Dinda. Begitu, Bu.” 2. Kerjakanlah latihan berikut sesuai dengan instruksinya!
a. Perhatikanlah kutipan-kutipan di bawah ini! b. Bagaimana watak dari tokoh yang ada pada cuplikan-cuplikan tersebut? c. Dalam diskusi kelompok, jelaskan cara pengarang di dalam menggambarkan watak dari tokoh-tokoh tersebut!
1) Aku tahu emak tentu tidak akan datang. Tidak mau, katanya tidak pantas. “Sekolah itu kan tempat priayi lho, Gus. Emakmu ini apakah, ndak ilok kalau berada di tempat itu.” “Oalah, Mak, Mak!
Priayi itu zaman dulu, sekarang ini orang sama saja, yang membedakan itu kan isinya,” aku menekankan telunjuk ke keningku. “Itulah Gus yang Emak maksudkan priayi. Emak tidak mau ke tempat yang angker itu. Nanti Emakmu ini hanya akan jadi tontonan saja, karena plonga-plongo kayak kerbau.
Kasihan kamu, Gus.” 2) “Kau punya anak, punya istri. Dari itu kau punya pegangan hidup, punya tujuan minimal. Tapi yang terpenting kau punya tangan. Hingga kau dapat mencapai apa saja yang kau maui. Sebagai suami, sebagai ayah, sebagai lelaki, sebagai manusia juga, seperti yang kita omongkan dulu, kau dapat mencapai sesuatu yang kauinginkan. Alangkah indahnya hidup ini, kalau kita mampu berbuat apa yang kita inginkan.
Tapi kini aku tentu saja tak dapat berbuat apa yang kuinginkan. Masa mudaku habis sudah ditelan kebuntungan ini.” Kutipan Nama Tokoh Watak Cara Penggambaran 1) 2) 172 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK d. Presentasikan pendapat kelompokmu itu di depan kelompok lain! Mintalah bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu untuk menilai presentasi kelompokmu itu dengan menggunakan rubrik berikut!
Aspek Bobot Skor a. Kelengkapan isi presentasi 40 b. Ketepatan penjelasan 40 c. Kelancaran dalam penyampaian 20 100 Jumlah 3. a. Bagaimana keberadaan latar yang ada pada cuplikan-cuplikan berikut?
Diskusikanlah secara berkelompok! 1) Kalau Bapak mengizinkan, saya ingin meminjam kendaraan untuk membawanya ke rumah sakit. “Maaf, Pak, pada malam hari kendaraan umum sangat jarang ada”. “Boleh, Pak Asmar. Bawalah anak itu cepat-cepat ke dokter! Ini kunci mobil dan sedikit uang untuk berobat !” 2) Terdengar bunyi langkah di beranda muka, kemudian suara mengucapkan, “Selamat Malam.” Kus terkejut, sebab suara itu dikenalnya, dr. Hamzah, selalu saja ia memburu aku. Apa pula teorinya sekali ini.
Didengarnya dr. Hamzah dengan orang tuanya bercakap-cakap dan sekali-sekali kedengaran namanya disebut meskipun kurang jelas benar percakapan itu ke kamarnya. Akhirnya, Kus hendak serta duduk di sana. Jangan-jangan yang tidak-tidak nanti dibicarakannya tentang aku. Kutipan Waktu Jenis Latar Suasana 1) Tempat 2) b. Presentasikan pendapat kelompokmu itu di depan kelompok lain!
c. Mintalah penilaian mereka atas presentasi kelompok kamu itu. d. Gunakanlah rubrik penilaian seperti di bawah ini! Aspek Bobot Skor a. Kelengkapan isi presentasi 40 b. Ketepatan penjelasan 40 c. Kelancaran dalam penyampaian 20 100 Jumlah Buku Guru Bahasa Indonesia 173 4. a. Bagaimana keberadaan unsur-unsur intrinsik dari cerpen ”Robohnya Surau Kami”?
Paparkanlah dengan berdiskusi kelompok! Unsur-Unsur Cerita Paparan a. Tema b. Amanat c. Penokohan d. Latar e. Alur f. Latar belakang budaya, ekonomi, religi, politik b. Presentasikanlah pendapat kelompokmu di depan kelompok lainnya. Mintalah penilaian mereka atas presentasi tersebut berdasarkan kelengkapan dan ketepatan penjelasan kelompokmu itu! Aspek Bobot Skor a. Kelengkapan isi presentasi 40 b. Ketepatan penjelasan 40 c. Kelancaran dalam penyampaian 20 100 Jumlah Contoh Jawaban Setiap jawaban ini tidak mengikat.
Artinya, peserta didik dibenarkan dengan jawaban berbeda selama substansinya benar. 1.
Pada jawaban ini, peserta didik menentukan unsur-unsur dari cuplikan-cuplikan cerita. a. Unsur-unsur yang terdapat dalam cuplikan cerpen ini ialah penokohan, amanat, latar, dan gaya bahasa. b. Unsur-unsur yang terdapat dalam cuplikan ialah penokohan dan latar.
174 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
“Ya. Dia pergi kerja.”*** Related Textbook SolutionsSee more 107 Bahasa Indonesia Cerita yang telah kamu baca itu dinamakan cerita pendek.
Sesuai dengan namanya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Olek karena itu, cerita pendek sering diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”. Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu sejumlah pertanyaan.
Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih terfokus dan bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh a dalam cerpen itu mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif, intergratif, kritis, dan kreatif. Untuk itu, kita pun dapat mengujinya dengan sejumlah pertanyaan seperti berikut.
1. Pertanyaan literal a. Di mana dan kapan cerita itu terjadi? b. Siapa saja tokoh cerita itu? 2. Pertanyaan interpretatif? a. Apa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A? b. Bagaimana makna lugas dari perkataan tokoh B? 3. Pertanyaan integratif a. Bercerita tentang apakah cerpen di atas? b. Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya itu?
4. Pertanyaan kritis a. Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong pada tokoh A? b. Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang digunakannya? 5. Pertanyaan kreatif a. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen itu? b. Bagaimana kira-kira kelanjutan cerpen itu seandainya tokoh utamanya tidak dimatikan pengarang? Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 108 Tugas 1.
Setelah membaca cerita di atas, kamu sudah memiliki pemahaman yang jelas tentang pengertian dan karakteristik cerita pendek. Sekarang, buktikanlah pemahamanmu itu dengan menunjukkan sekurang- kurangnya lima contoh cerita lainnya yang berkategori cerpen. Sajikanlah hasilnya dalam rubrik berikut! Judul Cerpen Pengarang Sumber Inti Cerita 2. Secara berdiskusi kelompok, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! a. Di mana dan kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi? b. Kata-kata “robohnya surau kami” itu maksudnya apa?
c. Pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui cerpennya itu apa saja? d. Setujukah kamu dengan isi cerita itu dan adakah hal-hal yang bertentangan dengan kayakinanmu sendiri?
e. Bagaimana hubungan kamu sendiri selama ini dengan Tuhan? Ceritakanlah! 3. Kerjakanlah hal berikut sesuai dengan instruksinya!
a. Buatlah lima pertanyaan lainnya secara berkelompok untuk menguji pemahaman literal, interpretatif, integratif, kritis, dan kreatif! b. Mintalah teman-teman kamu dari kelompok lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu! Upload your study docs or become a Course Hero member to access this document Upload your study docs or become a Course Hero member to access this document End of preview.
Want to read all 314 pages? Upload your study docs or become a Course Hero member to access this document Chemistry, Pk, Romeo and Juliet Simak pembahasan materi Bahasa Indonesia kelas 11 SMA halaman 107, menjawab pertanyaan pada cerpen Robohnya Surau Kami. / RINGTIMES BANYUWANGI - Simak pembahasan materi Bahasa Indonesia kelas 11 SMA halaman 107 untuk menjawab pertanyaan tentang cerpen Robohnya Surau Kami. Halo adik-adik kelas 11 SMA, sudahkah kalian membaca cerpen menarik yang disuguhkan pada buku Bahasa Indonesia halaman 107?
Selain menarik, dalam cerpen yang berjudul Robohnya Surau Kami pada halaman sebelumnya, memiliki banyak pesan moral. Baca Juga: Menemukan Kata-kata yang Berkaitan dengan Penggolongan Hukum, Materi PPKN Kelas 11 Mari kita bahas bersama pertanyaan-pertanyaan yang tersaji pada Bahasa Indonesia kelas 11 SMA halaman 107 dilansir dari Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia kelas 11 pada Senin, 8 November 2021.
1. Pertanyaan literal > a. Di mana dan kapan cerita itu terjadI? Cerita tersebut terjadi di sebuah Desa pada waktu sore hari Baca Juga: There Are Several Mistakes Grammatical In The Format of The Letter, Materi Bahasa Inggris Kelas 11 b. Siapa saja tokoh cerita itu? Sumber: Buku Sekolah Elektronik Ilustrasi pertanyaan Literal, Interpretatif, Integratif, Kritis dan Kreatif pada Cerpen Robohnya Surau Kami. /pixabay.com/NeiFo RINGTIMES BALI – Hallo adik adik semua, kita akan membahas tentang latihan tentang Bahasa Indonesia Kelas 11 SMA.
Pertanyaan Literal, Interpretatif, Integratif, Kritis, Kreatif pada Cerpen Robohnya Surau Kami, Bahasa Indonesia Khususnya kali ini merupakan pembahasan Soal Bahasa Indonesia Kelas 11 SMA halaman 107 tentang Pertanyaan Literal, Interpretatif, Integratif, Kritis, dan Kreatif pada Cerpen Robohnya Surau Kami.
Baca Juga: Pembahasan Soal Sejarah Indonesia Kelas 11 Halaman 15 Semester 2 Bab 5 Kedatangan Jepang ke Indonesia Sebagaimana dilansir dari Buku Paket Bahasa Indonesia Elektronik kelas 11 SMA kurikulum 2013 edisi revisi 2017 pada Senin, 6 Desember 2021. 1. Pertanyaan literal > A. Di mana dan kapan cerita itu terjadI? Jawab : Cerita itu terjadi di sebuah desa pada waktu sore hari. B. Siapa saja tokoh cerita itu? Jawab : Haji Saleh dalam cerita kakek, Ajo Sidi dan istri, kakek, tokoh Aku dan istri.Badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (bmkg) menyebut cuaca ekstrem masih akan terjadi di wilayah indonesia dalam sepekan ke depan.
hasil anal … isis bmkg merilis potensi hujan deras membayangi jakarta dan kota-kota lain di indonesia. analisis tersebut menunjukkan berkurangnya pola tekanan rendah di belahan bumi utara (bbu), sekaligus meningkatnya pola tekanan rendah di belahan bumi selatan (bbs).
ini mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas monsun asia yang bisa mengakibatkan penambahan massa udara basah. komentar yang tepat terhadap isi teks tersebut adalah . a. curah hujan tidak dapat diprediksi keberadaannya.
b. indonesia harus mewaspadai hasil analisis bmkg ini. c. pola tekanan rendah di belahan bumi mengakibatkan hujan. d.
hujan deras hanya melanda beberapa kota besar di indonesia.