Wali sanga artinya

wali sanga artinya

Wali memiliki 9 arti. Wali adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda.

Wali memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga wali dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Wali wali sanga artinya dalam ragam bahasa klasik. Wali Nomina (kata benda) • Orang yang menurut hukum (agama, adat) diserahi kewajiban mengurus anak yatim serta hartanya, sebelum anak itu dewasa.

Contoh: Penjualan tanah itu tidak dapat disahkan karena pemiliknya belum dewasa dan walinya tidak menyetujuinya • Orang yang menjadi penjamin dalam pengurusan dan pengasuhan anak. Contoh: Yang menjadi wali anak tersebut adalah pamannya karena anak itu tinggal bersama pamannya • Pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah (yaitu yang melakukan janji nikah dengan pengantin laki-laki).

Contoh: Karena ayahnya telah meninggal, maka kakaknya yang menjadi wali untuk menikahkan anak perempuan itu • Kepala pemerintah dan sebagainya. Contoh: Wali negeri • Kain kuning yang dilekatkan pada bahu pejabat istana yang melaksanakan upacara kerajaan • Pisau kecil untuk mengukir kayu dan sebagainya • Orang saleh (suci) • Penyebar agama. Contoh: Wali sanga Lain-lain Bentuk tidak baku dari rajawali. Kata Turunan Wali • Memperwalikan • Mewalikan • Perwalian Gabungan Kata Wali • Wali allah • Wali hakim • Wali kelas • Wali kota • Wali mujbir • Wali murid • Wali negara • Wali negeri • Wali rumah Kesimpulan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata wali adalah orang yang menurut hukum (agama, adat) diserahi kewajiban mengurus anak yatim serta hartanya, sebelum anak itu dewasa.

Contoh: Penjualan tanah itu tidak dapat disahkan karena pemiliknya belum dewasa dan walinya tidak menyetujuinya. Arti lainnya dari wali wali sanga artinya orang yang menjadi penjamin dalam pengurusan dan pengasuhan anak. Contoh: Yang menjadi wali anak tersebut adalah pamannya karena anak itu tinggal bersama pamannya. Yang di maksud dengan kata Wali adalah orang yang berhasil mendekatkan diri kepada allah. Maka dinamakan waliullah artinya kekasih allah. adapun yang dimaksud wali sanga, adalah sembilan orang waliullah yang menyebarkan Islam di pulau Jawa dan sekitarnya pada abad ke 15 dan 16 masehi.

Mereka datang dari berbagai negri dan hadir kepada masyarakat Jawa dengan menyebarkan agama allah [Islam] Wali Sanga adalah nama satu himpunan Muballigh yang memimpin penyiaran agama Islam pada masyarakat luas dengan sembilan anggota dewan, ini merupakan ketetapan dari organisasi yang didirikan.

Maka bilamana ada salah satu dari anggota dewan Wali itu meninggal dunia atau karena satu hal sehingga anggota dewan kurang dari sembilan,akan diganti dengan wali yang lain.

sehingga jumlah dan namanya tetap Wali Sanga [Wali Sembilan]. Sedangkan Wali Sanga yang populer dikalangan masyarakat adalah wali sanga yang sering diziarahi oleh kalayak: 1. Syeikh Malana Malik Ibrahim. 2. Raden Rahmad [Sunan Ampel]. 3. Raden Paku atau Ainul Yaqin [Sunan Giri]. 4. Raden Maqdum Ibrahim [Sunan Bonang]. 5. Raden Qasim [Sunan Derajad]. 6. Raden Ja’far Shadiq Sunan Kudus]. 7. Raden Sahid [Sunan kalijaga]. 8. Raden Umar Said [Sunan Muria]. 9. Sayy’d Syarif Hidayatullah [Sunan Gunung Jati].

Selanjutnya perlu kita ketahui para wali selain diatas yang pernah menjadi anggota dewan Wali Sanga, yaitu: 1. Syeikh Maulana Ishaq, seorang syeikh dari samarqandi yang akhirnya beliau pindah ke pasai dan wafat disana. 2. Syeikh Ahmad Jumadil Kubra dari mesir, makamnya di Troloyo/Trowulan mojokerto Jatim. 3. Seikh Muhammad Maghribi dari Maroko makamnya di Jati Anom, Klaten Jateng.

4. Syeikh Malik Israil dari Turki makamnya di Gunung Santri Cilegon Jabar. 5. Syeikh Muhammad Ali Akbar dari persia, makamnya di Gunung Santri. 6. Syeikh Hasanuddin dan Syeikh Aliyuddin, keduanya dari Palestina dan dimakamkan disisi Masjid Banten lama. Syeikh Subakhir dari Persia, setelah selesai memindahkan jin jin jahat ke laut selatan, beliau kembali ke Persia.

Syeikh Siti Jenar dari Lemah Abang [Tanah Merah] Tulisan Terakhir • Selamat datang Komisi Ombudsman di Desa Bk Temenggungan • Asal Muasal kabupaten Sidoarjo • Wali sanga artinya SYEIKH SITI JENAR • ISTILAH MAQAM • MURAQABAH SINYAL DARI ALLAH • MANTIK HAKIKAT DAN SEJARAHNYA • SPIRITUAL SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI • Nabi Ibrahim dan Malaikat Isro’il • Nabi isa dan Bani Israil • Istirahat [cuti] Panjang bagi pekerja • PENGERTIAN pUASA • Kisah Wali sanga artinya Zulkarnain • Nabi Khidir dan Tiga Nabi Lainnya yang Masih Hidup • Nabi Khidir • Rahasia Nabi Khidir Berumur Panjang • Mutiara Berserak Mutiara Sepuluh Kata-1 • Tafsir Surat Yasin wali sanga artinya 37-44) • Wali sanga artinya Surat Yasin (Ayat 13-19) • Tafsir Surat Yasin (Ayat 60-83) • Tafsir Surat Yasin (Ayat 45-59) • Tafsir Surat Yasin (Ayat 21-36) • Tafsir Surat Yasin (Ayat 7-12) • Tafsir Surat Yasin (Ayat 1-6) • Tafsir Surat Yasin (Ayat 21-36) • Memahami Hijab dan Sifat Dekatnya • Eksistensi Seorang Mursyid • Adap mencari ilmu menurut kaum sufi • KEBERADAAN KA’BAH • EMPAT PULUH LIMA PINTU MASJID HARAM • Candi Ala Bali • MAKSUD KITAB TELES DAN KITAB GARING • AMALAN BERTEMU DENGAN JIN • CARA MENARIK BENDA BERTUAH • Orang Mati bisa Mendengar • WASIAT IMAM SAFI’I R.A • AL GHOZALI DAN MURID • WEJANGAN SANTOSANING GESANG • KEPERCAYAAN/KETUHANAN • KASAMPURNANING URIP • PERJALANAN ROH MANUSIA • EMPAT JENIS MANUSIA DIDUNIA • NUR MUHAMMAD • SILSILAH TAREKAT QODIRIYAH • Zdikhrullah dan Shalawat • Sholat, Jihat dan Shodaqoh • SUKARNO DAN ISLAM • Pengganti Syeikh Siti Jenar [sebagai anggota walisongo] • Nabiullah Khidir dan Nabiullah Musa • (tanpa judul) • Filosofi Ringgit Purwo
Wali Sanga ( bahasa Jawa: ꦮꦭꦶꦱꦔ; Wali Sɔngɔ, "Sembilan Wali" (orang yang dipercaya)) adalah tokoh Islam yang dihormati di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, karena peran historis mereka dalam penyebaran agama Islam wali sanga artinya Indonesia.

Setiap anggota Wali Sanga saling dikaitkan dengan gelar Sunan dalam bahasa Jawa, konteks ini berarti "terhormat". [1] Sebagian besar wali juga dijuluki Raden selama hidup mereka, karena mereka keturunan ningrat. (Lihat bagian "Gaya dan Gelar" Kesultanan Yogyakarta untuk penjelasan tentang istilah bangsawan Jawa.) Makam (pundhen) para wali dihormati oleh masyarakat Jawa sebagai lokasi ziarah di Jawa sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih atas manfaat dan syafaat yang mereka amalkan pada masa hidupnya.

[2] Dalam tradisi Jawa makam memiliki istilah pundhen. Daftar isi • 1 Arti Wali Sanga • 2 Nama para Wali Sanga • 2.1 Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) • 2.2 Sunan Ampel (Raden Rahmat) • 2.3 Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) • 2.4 Sunan Drajat • 2.5 Sunan Kudus (Ja'far shodiq) • 2.6 Sunan Giri • 2.7 Sunan Kalijaga • 2.8 Sunan Muria (Raden Umar Said) • 2.9 Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) • 3 Tokoh pendahulu Wali Sanga • 3.1 Syekh Jumadil Qubro • 4 Asal usul Wali Sanga • 4.1 Teori keturunan Hadramaut • 4.2 Teori keturunan Cina (Hui) • 5 Sumber tertulis tentang Wali Sanga • 6 Referensi • 7 Lihat pula • 8 Pranala luar Arti Wali Sanga [ sunting - sunting sumber ] Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para wali yang paling awal.

Ada beberapa pendapat mengenai arti Wali Sanga. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang berjumlah sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata Sanga / sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat. Pendapat lain yang mengatakan bahwa Wali Sanga adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik ( Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).

[3] Para Wali Sanga adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka dapat ditemui dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga pemerintahan.

Konsep Wali Sanga atau Wali Sembilan dalam kosmologi Islam, sumber utamanya dapat dilacak pada konsep kewalian yang secara umum oleh kalangan penganut sufisme diyakini meliputi sembilan tingkat kewalian. Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibnu Araby atau Ibnu Arabi dalam kitab Futuhat al-Makkiyah memaparkan tentang sembilan tingkat kewalian dengan tugas masing-masing sesuai kewilayahan.

Kesembilan tingkat kewalian itu: wali sanga artinya Wali Aqthab atau Wali Quthub, yaitu pemimpin dan penguasa para wali di seluruh alam semesta. 2) Wali Aimmah, yaitu pembantu Wali Aqthab dan menggantikan kedudukannya jika wafat. 3) Wali Autad, yaitu wali penjaga empat penjuru mata angin. 4) Wali Abdal, yaitu wali penjaga tujuh musim. 5) Wali Nuqaba, yaitu wali penjaga hukum syariat. 6) Wali Nujaba, yang setiap masa berjumlah delapan orang.

wali sanga artinya

7) Wali Hawariyyun, yaitu wali pembela kebenaran agama, baik pembelaan dalam bentuk argumentasi maupun senjata. 8) Wali Rajabiyyun, yaitu wali yang karomahnya muncul setiap bulan Rajab. 9) Wali Khatam, yaitu wali yang menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan umat Islam.

[4] Nama para Wali Sanga [ sunting - sunting sumber ] Dari nama para Wali Sanga tersebut, pada umumnya terdapat 9 nama yang dikenal sebagai anggota Wali Sanga yang paling terkenal, yaitu: • Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim • Sunan Ampel atau Raden Rahmat • Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim • Sunan Drajat atau Raden Qasim Syarifuddin • Sunan Kudus atau Raden Ja'far Shadiq • Sunan Giri atau Raden Paku atau Muhammad 'Ainul Yaqin atau Prabu Satmata • Sunan Kalijaga atau Raden Syahid • Sunan Muria atau Raden Umar Said • Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) [ sunting - wali sanga artinya sumber ] Makam Wali sanga artinya Malik Ibrahim, desa Gapura, Gresik, Jawa Timur Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad.

Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Sanga. Wali sanga artinya As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid).

Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14.

Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. [5] Wali sanga artinya cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal. Maulana Malik Ibrahim memiliki 3 istri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2.

Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf.

Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus]. Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa.

Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan di akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan Islam pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi Masjid Jami' Gresik. Pada tahun 1419, Malik Wali sanga artinya wafat.

Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. Sunan Ampel (Raden Rahmat) [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Sunan Ampel Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa terakhir dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.

Sunan Ampel wali sanga artinya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa.

Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang, Siti Syari’ah, Sunan Derajat, Sunan Sedayu, Siti Muthmainnah, dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah, Asyiqah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zainal Abidin ( Sunan Demak), Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2).

Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya. Kedatangan Sunan Ampel ke Majapahit diperkirakan terjadi awal dasawarsa keempat abad ke-15, yakni saat Arya Damar sudah menjadi Adipati Palembang sebagaimana riwayat yang menyatakan bahwa sebelum ke Jawa, Raden Rahmat telah singgah ke Palembang. Menurut Thomas W. Arnold dalam The Preaching of Islam (1977), Raden Rahmat sewaktu di Palembang menjadi tamu Arya Damar selama dua bulan, dan dia berusaha memperkenalkan Islam kepada raja muda Palembang itu.

Arya Damar yang sudah tertarik kepada Islam itu hampir saja diikrarkan menjadi Islam.

wali sanga artinya

Namun, karena tidak berani menanggung risiko menghadapi tindakan rakyatnya yang wali sanga artinya terikat pada kepercayaan lama, ia tidak mengatakan keislamannya di hadapan umum. Menurut cerita setempat, setelah memeluk Islam, Arya Damar memakai nama Ario Abdillah. Keterangan dari Hikayat Wali sanga artinya yang dikupas oleh J.

Edel (1938) menjelaskan bahwa pada waktu Kerajaan Champa ditaklukkan oleh Raja Koci, Raden Rahmat sudah bermukim di Jawa. Itu berarti Raden Rahmat ketika datang ke Jawa sebelum tahun 1446 M, yakni pada tahun jatuhnya Champa akibat serbuan Vietnam.

Hal itu sejalan dengan sumber dari Serat Walisana yang menyatakan bahwa Prabu Brawijaya, Raja Majapahit mencegah Raden Rahmat kembali ke Champa karena Champa sudah rusak akibat kalah perang dengan Kerajaan Koci. Penempatan Raden Rahmat di Surabaya dan saudaranya di Gresik, tampaknya memiliki kaitan erat dengan suasana politik di Champa, sehingga dua bersaudara tersebut ditempatkan di Surabaya dan Gresik, kemudian wali sanga artinya dengan perempuan setempat.

[6] Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Sunan Bonang Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam.

Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya.

Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban, Jawa Timur. Sunan Drajat [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Sunan Drajat Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 wali sanga artinya Nabi Muhammad.

Nama asli dari Sunan Drajat adalah masih munat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit.

Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat umum. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagai pengamalan dari agama Islam.

Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Museum Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522. Sunan Kudus (Ja'far shodiq) [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Sunan Kudus Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel.

Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Wali sanga artinya bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain binti Sayyidah Fathimah Az-Zahra bin Nabi Muhammad Rasulullah.

Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan.

Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Masjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Sunan Giri [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Sunan Giri Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq.

Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke Kepulauan Maluku.

Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima, Nusa Tenggara Barat. Makam Sunan Giri terletak di Desa Giri, Kabupaten Gresik. Sunan Kalijaga [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir).

Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.

Sunan Muria (Raden Umar Said) [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Sunan Muria Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga.

Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) [ sunting - sunting sumber ] Gapura Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam Syekh Husain Jamaluddin Akbar.

wali sanga artinya

Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten. Tokoh pendahulu Wali Sanga [ sunting - sunting sumber ] Syekh Jumadil Qubro [ sunting - sunting sumber ] Artikel utama: Syekh Jumadil Qubro Syekh Jumadil Qubro adalah Maulana Ahmad Jumadil Kubra / Husain Jamaluddin al akbar bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain binti Sayyidah Fathimah Az-Zahra bin Nabi Muhammad Rasulullah Syekh Jumadil Qubro adalah putra Husain Jamaluddin dari isterinya yang bernama Puteri Selindung Bulan (Putri Saadong II/ Putri Kelantan Tua).

Tokoh ini sering disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa.

Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu di Semarang, Trowulan, atau di Desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya. [7] Syekh Datuk Kahfi Syekh Datuk Kahfi merupakan guru dari Pangeran Walangsungsang dan Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im), yaitu putera dan puteri dari Sri Baduga Maharaja ( Prabu Siliwangi), raja Kerajaan Pajajaran, Jawa Barat.

Syekh Datuk Kahfi wafat dan dimakamkan di Gunung Jati, bersamaan dengan makam Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati), Pangeran Pasarean, dan raja-raja Kesultanan Cirebon lainnya. Syekh Nurjati adalah wali sanga artinya utama penyebar agama Islam yang pertama di Cirebon. Tokoh yang lain adalah Maulana Magribi, Pangeran Makhdum, Maulana Pangeran Panjunan, Maulana Pangeran Kejaksan, Maulana Syekh Bantah, Syekh Majagung, Maulana Syekh Lemah Abang, Mbah Kuwu Cirebon (Pangeran Cakrabuana), dan Syarif Hidayatullah.

Pada suatu ketika mereka berkumpul di Pasanggrahan Amparan Jati, di bawah pimpinan Syekh Nurjati. Mereka semua muri-murid Syekh Nurjati.

Dalam sidang tersebut Syekh Nurjati berfatwa kepada murid-muidnya: “Wahai murid-murid ku, sesungguhnya masih ada suatu rencana yang sesegera mungkin kita laksanakan, ialah mewujudkan atau membentuk masyarakat Islamiyah. Bagaimana pendapat para murid semuanya dan bagaimana pula caranya kita membentuk masyarakat islamiyah itu?”. Para murid dalam sidang mufakat atas rencana baik tersebut. Syarif Hidayatullah berpendapat bahwa untuk membentuk wali sanga artinya islam sebaiknya diadakan usaha memperbanyak tabligh di pelosok dengan cara yang baik dan teratur.

Pendapat ini mendapat dukungan penuh dari sidang, dan disepakati segera dilaksanakan. Sidang inilah yang menjadi dasar dibentuknya organisasi dakwah dewan Wali Sanga. Asal usul Wali Sanga [ sunting - sunting sumber ] Teori keturunan Hadramaut [ sunting - sunting sumber ] Walaupun masih ada pendapat yang menyebut Wali Sanga adalah keturunan Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, namun tampaknya tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur penyebaran para mubaligh daripada merupakan asal-muasal mereka yang sebagian besar adalah kaum Sayyid wali sanga artinya Syarif.

Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al Baqir, dalam bukunya Thariqah Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa Wali Sanga adalah keturunan Hadramaut (Yaman): • L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884–1886, dalam bukunya Le Hadhramout et les colonies arabes dans l'archipel Indien (1886) [8] mengatakan: ”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam wali sanga artinya Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif.

wali sanga artinya

Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).” • van den Berg juga menulis dalam buku yang sama (hal 192-204): ”Pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu.

Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempunyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW).

Orang-orang Arab Hadramawt (Hadramaut) membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya." Pernyataan van den Berg spesifik menyebut abad ke-15, yang merupakan abad spesifik kedatangan atau kelahiran sebagian besar Wali Sanga di pulau Jawa. Abad ke-15 ini jauh lebih awal dari abad ke-18 yang merupakan saat kedatangan gelombang berikutnya, yaitu kaum Hadramaut yang bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab, dan wali sanga artinya marga Hadramaut lainnya.

• Hingga saat ini umat Islam di Hadramaut sebagian besar bermadzhab Syafi’i, sama seperti mayoritas di Sri Lanka, pesisir barat India ( Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Bandingkan dengan umat Islam di Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, Wali sanga artinya dan India pedalaman (non-pesisir) yang sebagian besar bermadzhab Hanafi. • Kesamaan dalam pengamalan madzhab Syafi'i bercorak tasawuf dan mengutamakan Ahlul Bait; seperti mengadakan Maulid, membaca Diba & Barzanji, beragam Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramaut, Mesir, Gujarat, Malabar, Sri Lanka, Sulu & Mindanao (FIlipina), Malaysia dan Indonesia.

Kitab fiqh Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang wali sanga artinya Zainuddin Al Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik kaum Fuqaha maupun kaum Sufi. Hal tersebut mengindikasikan kesamaan sumber yaitu Hadramaut karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi'i dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait. • Pada abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan Wali Sanga seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar.

Gelar tersebut juga merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar Hadramaut abad ke-13.

Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.

Teori keturunan Cina ( Hui) [ sunting - sunting sumber ] Sejarawan Slamet Muljana mengundang kontroversi dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa (1968), dengan menyatakan bahwa Wali Sanga adalah keturunan Tionghoa Muslim.

[9] Pendapat tersebut mengundang reaksi keras masyarakat yang berpendapat bahwa Wali Sanga adalah keturunan Arab-Indonesia. Pemerintah Orde Baru sempat melarang terbitnya buku tersebut. [ butuh rujukan] Referensi-referensi yang menyatakan dugaan bahwa Wali Sanga berasal dari atau keturunan Tionghoa sampai saat ini masih merupakan hal yang kontroversial.

Referensi yang dimaksud hanya dapat diuji melalui sumber akademik yang berasal dari Slamet Muljana, yang merujuk kepada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan, yang kemudian merujuk kepada seseorang yang bernama Resident Poortman.

Namun, Resident Poortman hingga sekarang belum bisa diketahui identitasnya serta kredibilitasnya sebagai sejarawan, misalnya bila dibandingkan dengan Snouck Hurgronje dan L.W.C van den Berg. Sejarawan Belanda masa kini yang banyak mengkaji sejarah Islam di Indonesia yaitu Martin van Bruinessen, bahkan tak pernah sekalipun menyebut nama Poortman dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail dan banyak dijadikan referensi.

Salah satu ulasan atas tulisan H.J. de Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, M.C. Ricklefs berjudul Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries adalah yang wali sanga artinya oleh Russell Jones. Di sana, ia meragukan pula tentang keberadaan seorang Poortman. Bila orang itu ada dan bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan mengingat ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan.

[10] Sumber tertulis tentang Wali Sanga [ sunting - sunting sumber ] • Terdapat beberapa sumber tertulis masyarakat Jawa tentang Wali Sanga, antara lain Serat Walisanga karya Ranggawarsita pada abad ke-19, Kitab Wali Sanga karya Sunan Dalem (Sunan Giri II) yang merupakan anak dari Sunan Giri, dan juga diceritakan cukup banyak wali sanga artinya Babad Tanah Jawi. • Mantan Mufti Johor Sayyid `Alwî b. Tâhir b. `Abdallâh al-Haddâd (meninggal tahun 1962) juga meninggalkan tulisan yang berjudul Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh (Jakarta: Al-Maktab ad-Daimi, 1957).

wali sanga artinya

Ia menukil keterangan di antaranya dari Haji `Ali bin Khairuddin, dalam karyanya Ketrangan kedatangan bungsu (sic!) Arab ke tanah Jawi sangking Hadramaut. • Dalam penulisan sejarah para keturunan Bani Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah oleh Sayyid Ali bin Abu Bakar Sakran, ' Umdat al-Talib oleh al-Dawudi, dan Syams al-Zahirah oleh Sayyid Wali sanga artinya Rahman Al-Masyhur; juga terdapat pembahasan mengenai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Bonang dan Sunan Gresik.

Referensi [ sunting - sunting sumber ] • ^ Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. hlm. 9–10. ISBN 0-333-57689-6. • ^ Schoppert, P., Damais, S., Java Style, 1997, Didier Millet, Paris, pp. 50, ISBN 962-593-232-1 • ^ Dahlan, KH. Mohammad. Haul Sunan Ampel Ke-555, Penerbit Yayasan Makam Sunan Ampel, hlm 1-2, Surabaya, 1979. • ^ Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016, 135. • ^ Meinsma, J.J., 1903.

Serat Babad Tanah Jawi, Wiwit Saking Nabi Adam Dumugi ing Tahun 1647. S'Gravenhage. • ^ Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, (Depok: Pustaka Iman), 179. • ^ Istilah maqam, selain berarti kubur juga wali sanga artinya berarti tempat menetap atau tempat yang pernah dikunjungi seorang tokoh; contohnya seperti makam Nabi Ibrahim di Masjidil Haram.

• ^ van den Berg, Lodewijk Willem Christiaan, 1886. '' Le Hadhramout et les colonies arabes dans l'archipel Indien. Impr. du gouvernement, Batavia. • ^ Muljana, Slamet (2005).

wali sanga artinya

Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. LkiS. hlm. xxvi + 302 hlm. ISBN 9799798451163. • ^ Russell Jones, review on Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries written by H. J. de Graaf; Th. G. Th. Pigeaud; M. C. Ricklefs, Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 50, No. 2. (1987), hlm. 423-424. Lihat pula [ sunting - sunting sumber ] • Alawiyyin • Azmatkhan • Mazhab Syafi'i • Suku Arab-Indonesia • Syekh Muhammad Shahib Mirbath • Sunan Bayat • Ki Ageng Pandan Arang • Syekh Siti Jenar • Resident Poortman • Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini • Majelis Dakwah Walisongo • Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Pranala luar [ sunting - sunting sumber ] • (Inggris) Najmuddin al-Kubra, Jumadil Kubra and Jamaluddin al-Akbar: Traces of Kubrawiyya influence in early Indonesian Islam Online publication of Martin van Bruinessen, by Universiteit Utrecht • (Indonesia) Syekh Hasanuddin: Pendiri Pesantren Pertama di Jawa Barat Republika Online: Jumat, 28 April 2006 Templat:Wali Sanga • Hamzah Fansuri • Yusuf Al-Makassari • Malikussaleh • Ismail al-Khalidi al-Minangkabawi • Padri • Tuanku Imam Bonjol • Tuanku Rao • Tuanku Tambusai • Walisongo • Sunan Ampel • Sunan Bonang • Sunan Drajat • Sunan Giri • Sunan Gunung Jati • Maulana Malik Ibrahim • Sunan Kalijaga • Sunan Kudus • Sunan Muria • Abdurrauf as-Singkili • Ali Mughayat Syah • Tuanku Nan Tuo • Burhanuddin Ulakan • Usman bin Yahya Era Kebangkitan Nasional • Alkhairaat • Lembaga Dakwah Kampus • Hidayatullah • Hizbut Tahrir Indonesia • Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia • Lembaga Dakwah Islam Indonesia • Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia • Majelis Mujahidin Indonesia • Majelis Ulama Indonesia • Al-Irsyad Al-Islamiyyah • Front Pembela Islam • Jaringan Islam Liberal • Majelis Rasulullah • Muhammadiyah • Aisyiyah • Himpunan Mahasiswa Islam • Nahdlatul Ulama • Gerakan Pemuda Ansor • Nahdlatul Wathan • PERSIS • Persatuan Tarbiyah Islamiyah • Rabithah Alawiyah • Sarekat Islam • Sumatera Thawalib Partai politik • Partai Bulan Bintang • Partai Sarekat Islam Indonesia • Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia • Partai Masyumi • Partai Kebangkitan Bangsa • Partai Amanat Nasional • Partai Matahari Bangsa • Persatuan Muslim Indonesia • Partai Keadilan Sejahtera • Partai Kebangkitan Nasional Ulama • Partai Persatuan Pembangunan Militer • Penyebaran Islam di Nusantara • Ekspedisi Utsmaniyah ke Aceh • Wali Sanga • Negeri Islam di Indonesia • Kesultanan Aceh • Kesultanan Demak • Kesultanan Gowa • Kesultanan Malaka • Kesultanan Mataram • Kesultanan Samudera Pasai • Kesultanan Ternate • Kesultanan Tidore • Kesultanan Yogyakarta • Perang Padri Pasca- wali sanga artinya • Iqro • Jamiat Kheir • Kitab kuning • Kyai • LIPIA • Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang • Pesantren • Pondok Pesantren Walibarokah Kediri • Pondok Modern Darussalam Gontor • Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya • Surau • Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Gerakan • Halaman ini terakhir diubah pada 9 April 2022, pukul 18.50.

• Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • • Daftar Isi • 1 Siapa Itu Walisanga • 2 Sejarah Walisanga • 3 Nama-nama Walisanga Perkembangan agama Islam di Nusantara begitu pesat. Agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Arab dan Gujarat.

Adapun perkembangan Islam pertama kali di Nusantara berawal dari daerah Sumatra Utara, tepatnya di Pasai dan Peurlak. Kemudian menyebar hampir ke seluruh wilayah Nusantara. Penyebaran Islam di Pulau Jawa dipelopori oleh Walisanga atau Walisongo. Peran para ulama, kyai, serta para pendakwah sangat penting dalam melakukan syiar agama ini.

Islam juga menyebar sangat pesat di Pulau Jawa. Siapa Itu Walisanga Walisanga adalah istilah yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan. Dalam bahasa Jawa songo berarti sembilan. Bilangan sembilan dalam pandangan orang jawa, baik sebelum atau sesudah Islam datang, sering dikaitkan dengan nilai mistik dan dianggap sebagai simbol keberuntungan. adalah seseorang yang sholeh, selalu berbuat kebaikan. Ada beberapa pendapat mengenai arti Wali Sanga. Bahkan pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia.

Pendapat lain lagi menyebut kata sanga berasal dari bahasa Jawa yang berarti tempat. Sejarah Walisanga Walisanga adalah sembilan orang utama yang dicintai oleh Allah SWT., yang dipandang sebagai ketua kelompok dari sejumlah nesar mubaligh yang berdakwah menyebarkan Islam pada dekade awal di Jawa.

Walisanga merupakan wali sanga artinya agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17 M. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.

Pendahulu Walisanga adalah Syekh Jumadil Qubro yang merupakan anak dari seorang Putri Kelantan Tua/Putri Saadong II, yaitu Putri Selindung Bulan. Banyak tokoh-tokoh yang juga berperan dalam penyebaran Islam di Nusantara, namun perana Walisanag begiru besar dibanding tokoh-tokoh yang lain, sehingga membuat membuat para Walisanga lebih dikenal namanya dalam sejarah penyebaran agama Islam di Jawa.

Walisanga adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474. Saat itu, Dewan Walisanga beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bitara); Makhdum Wali sanga artinya (Sunan Bonang, putra pertama Sunan Ampel); Qasim (Sunand Drajad, putra kedua Sunan Ampel); Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah Sunan Kudus); Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra Maulana Ishaq); Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud. Dalam menyiarkan agama Islam, Walisanga memadukan budaya setempat dengan budaya Islam.

Mereka menyisipkan nilai-nilai Islam dalam kesenian tradisional maupun upacara adat istiadat setempat. Mislanya dalam wayang kulit mengangkat cerita-cerita nabi, dalam syair-syair keagamaan seperti suluk mereka menyisipkan puji-pujian kepada sang Pencipta, gendhing-gendhing Jawa dengan iringan gamelannya, dan pada upacara adat disisipkan doa secara Islam. Selain dapat menarik perhatian, hal tersebut membuat para wali menjadi lebih akrab dengan masyarakat.

Nama-nama Walisanga Para walisanga adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka akan terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

Berikut adalah nama kesembilan wali yang termasuk Walisanga: • Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim. • Sunan Ampel atau Raden Rahmat. • Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin. • Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim. • Sunan Kalijaga atau Raden Sahid. • Sunan Drajat atau Raden Qasim. • Sunan Muria atau Raden Umar Said. • Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq. • Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.

• Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru) • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) • Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru) • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) •
Sanga memiliki 3 arti.

Sanga adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Sanga memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga sanga dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Sanga memiliki arti dalam kelas numeralia atau kata bilangan sehingga sanga menyatakan jumlah benda atau urutannya dalam suatu deretan.

Sanga Nomina (kata benda) • Buih atau kotoran logam yang dilebur. Contoh: Besi-besi bekas itu dilebur kembali untuk menghilangkan sanganya • Material yang ditapis dari logam cair Lain-lain Sembilan. Contoh: Nama wali sanga terkenal di indonesia. Gabungan Kata Sanga • Tersanga-sanga Kesimpulan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sanga adalah buih atau kotoran logam yang dilebur.

Contoh: Besi-besi bekas itu dilebur kembali untuk menghilangkan sanganya. Arti lainnya dari sanga adalah material yang ditapis dari logam cair.
Jakarta - Wali songo memegang peranan penting dalam proses Islamisasi di Indonesia, khususnya di Wali sanga artinya Jawa. Penyebaran agama Islam di Jawa tersebut terjadi saat keruntuhan Kerajaan Majapahit yang disusul dengan berdirinya Kerajaan Demak.

Saat itu, wali songo sebagai ulama wali sanga artinya agama Islam memiliki wilayah penyebaran masing-masing berikut dengan bukti dakwahnya. Secara bahasa, wali songo memiliki makna seseorang yang telah mencapai derajat tinggi dan memiliki pengetahuan agama yang luar biasa.

"Wali songo secara sederhana artinya sembilan orang yang telah mencapai tingkat wali, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki peringkat wali," tulis Drs. Imam Subchi, MA dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII. Baca juga: Perkembangan Islam di Indonesia, Sejarah Awal hingga Masa Wali Songo Nama-nama wali biasanya disesuaikan dengan tempat tinggalnya.

Adapun daftar nama-nama wali songo beserta nama asli dan daerah penyebaran ajarannya adalah sebagai berikut. Nama-Nama Wali Songo Beserta Nama Aslinya 1.

Maulana Maghribi Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim. Diperkirakan lahir di Uzbekistan, Asia Tengah. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni Desa Sembalo, desa yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, 9 kilometer utara Kota Gresik. Selesai membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, ia wafat pada tahun 1419.

Makamnya terdapat di kelurahan Gapurosukolilo, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. 2. Sunan Ampel Semula bernama Raden Rahmat dan merupakan putra dari Syekh Maulana Malik Ibrahim. Sunan Ampel datang ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama adiknya Sayid Ali Murtadho. Nama Ampel diambil wali sanga artinya daerah bernama Ampel Denta, daerah rawa yang dihadiahkan raja Majapahit kepadanya.

Di tempat inilah, ia memulai aktivitasnya mendirikan pesantren Ampel Denta, dekat dengan Surabaya. Ia wafat pada tahun 1491 M dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya. 3. Sunan Bonang Sunan Bonang adalah anak dari Sunan Ampel atau cucu dari Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim.

Mulanya, ia berdakwah di Kediri yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Kemudian, menetap di Desa Bonang, Lasem, Jawa Tengah. Di sana, Sunan Bonang mendirikan pesantren yang dikenal sebagai Watu Layar. Ia kemudian wafat pada tahun 1525 M dan dimakamkan di Tuban, sebelah barat Masjid Agung. 4. Sunan Drajat Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Syarifuddin. Beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa ia adalah putra dari Sunan Ampel.

Ia berdakwah ke sebuah desa bernama Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Kemudian, mendirikan mushola atau surau yang dimanfaatkan sebagai tempat berdakwah. 5. Sunan Giri Wali songo selanjutnya adalah sahabat dari Makhdum Ibrahim yang semula bernama Raden Paku.

Sunan Giri memilih sebuah tempat yang letaknya di bukit sebelah selatan Kota Gresik, yaitu bukit Giri pada tahun 1481 M sebagai pusat berdakwah di Jawa Timur.

Kemudian, ia mendirikan sebuah pondok pesantren dengan nama Pesantren Giri. 6. Sunan Kalijaga Ia merupakan tokoh wali songo yang paling terkenal di antara sembilan wali lainnya. Nama kecilnya adalah Jaka Said dan diyakini lahir pada 1401.

Daerah tempat berdakwahnya tidak terbatas karena ia merupakan seorang mubalig keliling. Namun, Sunan Kalijaga lama menetap di Kadilangu, Demak. Di sana, ia berperan aktif dalam pendirian Masjid Agung Demak dan menentukan kiblat agar sesuai dengan arah Ka'bah. 7. Sunan Kudus Memiliki nama asli Ja'far Shodiq. Tidak ada bukti tahun berapa Wali sanga artinya Kudus tiba di Kudus pertama kali, namun saat itu wilayah Kudus masih dikenal dengan nama Kota Tajug.

Saat itu, Kudus masih didominasi oleh penganut agama Hindu dan Budha. Sebab itulah, Sunan Kudus menerapkan strategi dakwah dengan menghargai adat istiadat yang lama dianut warga sekitar. Bentuk masjid yang dibangun juga tidak berbeda jauh bentuknya dari candi milik orang Hindhu. 8. Sunan Muria Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga.

Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, yang berjarak sekitar 18 kilometer ke utara Kota Kudus. Cara berdakwahnya berbeda dengan sang ayah. Ia lebih memilih daerah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Ia menyebarkannya lewat para pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata. 9. Sunan Gunungjati Mulanya bernama Syarif Hidayatullah.

wali sanga artinya

Ia mendapat tugas untuk berdakwah di daerah Cirebon. Di sana, Sunan Gunungjati mendirikan kerajaan Cirebon dan melepaskan diri dari pengaruh Pajajaran. Baca juga: Kisah Wali Songo Sunan Drajat, Berdakwah dengan Prinsip Catur Piwulang Hal ini membuat Sunan Gunungjati menjadi satu-satunya wali songo yang juga memiliki kedudukan sebagai raja.

Kesuksesan wali songo dalam menyebarkan agama Islam, bukan serta merta tanpa melalui proses yang panjang. Tentunya dilalui dengan peleburan diri mereka dengan budaya dan karakter masyarakat setempat. Semoga dengan memahami nama-nama wali songo berikut dengan sekilas informasi dakwahnya dapat menambah wawasan kita ya, detikers.

Selamat membaca! Simak Video " Polisi Temukan 77 Anak di Bawah Umur Tergabung Jaringan Teroris NII" [Gambas:Video 20detik] (rah/erd)Sejarah Walisongo Assalamualaikumw arahmatullahi wabarakatuh Mempelajari sejarah memang menyenangkan, terlebih lagi bila berkaitan dengan sejarah agama Islam di Negara Indonesia. Islam masuk ke Indonesia menurut salah satu pendapat ada yang mengatakan bahwa islam masuk ke Indonesia dibawa oleh salah satu anggota walisanga.

Arti Wali Songo Istilah wali berasal dari bahasa Arab yang berartinya tercinta, pembantu, penolong dan pemimpin. Bentuk pluralnya adalah auliya’. Al-Qur’an menyifati para wali Allah sebagai orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

Tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih wali sanga artinya. Wali Songo disini diartikan sekumpulan orang (semacam dewan dakwah) yang dianggap memiliki hak untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Islam di bumi Nusantara pada zamannya.

Kata “wali” secara istilah merupakan sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap keramat, penyebar agama Islam, mereka dianggap “kekasih Allah”, orang-orang yang dekat dengan Allah, dikaruniai tenaga atau kemampuan gaib, mempunyai kekuatan-kekuatan batin yang sangat berlebih, mempunyai ilmu yang sangat tinggi, dan sakti.

Sebagian sejarahwan berpendapat bahwa istilah Wali Songo berasal dari bahasa Arabyaitu wali dan tsana’(mulia), sehingga memiliki makna para wali yang mulia. Arti Walisongo Dalam Bahasa Jawa Sebagian lagi berpendapat istilah Wali Songo berasal dari bahasa Jawa, yaitu wali dan sana atau sono, artinya yaitu tempat.

Ada pula yang menyebut dengan Wali Songo berarti sembilan wali adapula yang menyatakan Wali Sangha. Dari berbagai pendapat tersebut, yang paling kuat adalah berdasarkan istilah dan fakta sejarah, yaitu Wali Songo adalah sebuah dewan dakwah, dewan mubalighorganisasi ulama dalam bentuk lembaga dakwah para wali yang berjumlah sembilan orang. Strategi Dakwah Wali Songo Pertama, Pembagian Wilayah Dakwah. Para Walisongo dalam melakukan aktivitas dakwahnya antara lain sangat memperhitungkan wilayah strategis.

Kedua, sistem wali sanga artinya dilakukan dengan pengenalan ajaran Islam melalui pendekatan persuasif yang berorientasi pada penanaman aqidah Islam yan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Ketiga, melakukan perang ideologi untuk memberantas etos dan nilai-nilai dogmatis yang bertentangan dengan aqidah Islam, di mana para ulama harus menciptakan mitos dan nilai-nilai tandingan baru wali sanga artinya sesuai dengan Islam.

Keempat, melakukan pendekatan terhadap para tokoh yang dianggap mempunyai pengaruh di suatu tempat dan berusaha menghindari konflik. Kelima, berusaha menguasai kebutuhan-kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik kebutuhan yang bersifat materil maupun spiritual.

Metode Dakwah Wali Songo Metode al-hikmah sebagai sistem dan cara-cara berdakwah para wali merupakan jalan kebijaksanaan yang diselenggarakan secara popular, atraktif, dan sensational. Pertama, metode pembentukan dan penanaman kader, serta penyebaran juru dakwah ke berbagai daerah.

Tempat yang dituju ialah daerah- daerah yang sama wali sanga artinya kosong dari penghuni atau kosong dari pengaruh Islam. Kedua, dakwah melalui jalur keluarga/perkawinan. Sunan Ampel misalnya, putri beliau yang bernama Dewi Murthosiyah misalnya, dikawinkan dengan Raden Patah (Bupati Demak), Putri Sunan Ampel yang bernama ‘Alawiyah’ dikawinkan dengan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

Sedangkan Putri beliau yang bernama Siti Sariyah dikawinkan dengan Usman haji dar Ngudung. Ketiga, mengembangkan pendidikan pesantren yang mula-mula dirintis oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah suatu model pendidikan Islam yang mengambil bentuk pendidikan biara dan asrama yang dipakai oleh pendeta dan biksu dalam mengajar dan belajar. Keempat, dengan mengembangkan kebudayaan Jawa. Dalam kebudayaan Jawa Walisongo memberikan andil yang sangat besar. Kelima, metode dakwah melalui sarana dan prasarana yang berkait dengan masalah perekonomian rakyat.

Misalnya untuk efisiensi dalam perekonomian para wali berijtihad tentang kesempurnaan alat-alat pertanian, perabotan dapur, dan barang pecah belah. Keenam, dalam mengembangkan dakwah Islamiyah di tanah Jawa para wali menggunakan sarana politik untuk mencapai tujuannya.

wali sanga artinya

Tokoh-Tokoh Wali Songo Secara ringkas tokoh-tokoh wali sanga adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik (wafat Tahun 1419), Sunan Ampel (lahir tahun 1401), Sunan Giri atau dikenal pula sebagai Raden Paku, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau juga dikenal dengan Fatahillah (wafat tahun 1570). Selanjutnya yaitu Sunan Muria atau Raden Said, Sunan Kudus atau dikenal pula sebagai Syekh Ja’far Shadiq, Sunan Drajat atau Raden Qasim, Sunan Kali Jaga yang juga digelari sebagai Raden Mas Syahid, Sunan Bonang atau Raden Ibrahim (1449-1525).

Adapun nama-nama tokoh wali sanga secara lengkap ialah sebagai berikut #1. Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim) Syekh Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki merupakan putra dari syekh Jumadil Kubra (Maulana Akbar), dia adalah seorang ahli irigasi dan tata negara yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada tahun 1404 M. Yaitu bertepatan dengan masa kepemimpinan khalifah Turki Utsmani.

Jauh sebelum beliau datang, islam sudah ada walaupun sedikit, ini dibuktikan dengan adanya makam Fatimah binti Wali sanga artinya yang nisannya bertuliskan tahun 1082. Di Gresik, beliau memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi sawah dan ladang. Syekh Maulana Malik Ibrahim seorang wali songo yang dianggap sebagai ayah dari wali songo.

Beliau wafat di gresik pada tahun 882 H atau 1419 M. #2. Sunan Ampel (Raden Rahmat) Raden Rahmat adalah putra Syekh Maulana Malik Ibrahim dari istrinya bernama Dewi Candrawulan. Beliau memulai aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat dengan Surabaya. Di antara pemuda yang dididik itu tercatat antara lain Raden Paku wali sanga artinya Giri), Raden Fatah (Sultan pertama Kesultanan Islam Bintoro, Demak), Raden Makdum Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri dan dikenal sebagai Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishak.

Sunan Ampel ialah salah seorang wali yang berjuang menegakkan Islam. Jasanya sangat besar dalam menggelorakan dakwah dan jihad di tanah Jawa. Dan beliau wafat pada tahun 1478 dimakamkan disebelah masjid Ampel. #3. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Beliau diperkirakan lahir tahun 1465 M diambill dari seorang perempuan bernama Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban.

Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Beliau dianggap sebagai wali sanga artinya gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur.

Setelah belajar di Pasai, Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan pondok pesantren. Santri-santri yang menjadi muridnya berdatangan dari berbagai daerah. Sunan Bonang sendiri menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang Durma, sejenis macapat yang melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah.

wali sanga artinya

Sunan Bonang wafat di pulau Bawean pada tahun 1525 M. #4. Sunan Giri Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putra Menak Samboja. Kebesaran Sunan Giri terlihat antara lain sebagai anggota dewan Walisongo.

Nama Sunan Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak. Ia adalah wali wali sanga artinya secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara itu serta terlibat dalam penyerangan ke Majapahit sebagai penasihat militer.

Sunan Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa atau nusantara baik dilakukannya sendiri waktu muda melalui berdagang tau bersama muridnya. Beliau juga menciptakan tembang-tembang dolanan anak kecil yang bernafas Islami, seperti jemuran, cublak suweng dan lain-lain.

#5. Sunan Drajat Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada sumber lain yang mengatakan namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dari seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebelah barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban. Di desa Jalang itulah Raden Qasim mendirikan pesantren. Dalam waktu yang singkat telah banyak orang-orang yang berguru kepada beliau.

Setahun kemudian di desa Jalag, Raden Qasim mendapat ilham agar pindah ke daerah sebelah selatan kira-kira sejauh satu kilometer dari desa Jelag itu.

wali sanga artinya

Di sana beliau mendirikan Mushalla atau Surau yang sekaligus dimanfaatkan untuk tempat berdakwah. Tiga tahun tinggal di daerah itu, beliau mendapat ilham lagi agar pindah tempat wali sanga artinya satu bukit.

beliau berdakwah dengan menggunakan kesenian rakyat, dengan menabuh seperangkat gamelan untuk mengumpulkan orang, kemudian diberi ceramah agama. Demikianlah kecerdikan Raden Qasim dalam mengadakan pendekatan kepada rakyat dengan menggunakan kesenian rakyat sebagai media dakwahnya. Sampai sekarang seperangkat gamelan itu masih tersimpan dengan baik di museum di dekat makamnya.

#6. Sunan Kalijaga Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman. Beliau merupakan putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka menyebarkan Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam. #7. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq) Sunan Kudus menyiarkan agama Wali sanga artinya di daerah Kudus dan sekitarnya.

Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam wali sanga artinya fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya). Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus.

Di pintu makam Kanjeng Sunan Kudus terukir kalimat asmaul husna yang berangka tahun 1296 H atau 1878 M. #8. Sunan Muria (Raden Umar Said) Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaan Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota Kudus sekarang).

Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam. Karena itulah sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata daripada kaum bangsawan. Cara dakwah inilah yang menyebabkan sunan Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwah tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam masyarakat.

#9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Salah seorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Barat; juga pendiri Kesultanan Cirebon. Nama aslinya Syarif Hidayatullah.

wali sanga artinya

Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Setelah selesai menuntut ilmu pada tahun 1470 dia berangkat ke tanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya.

Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan yang belum menganut agama Islam. Dari Cirebon, ia mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.

Demikian sedikit catatan sejarah wali songo yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan maslahat untuk kita semuanya. Amiin ya rabbal ‘alamin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh. Walisongo
Glosarium.org versi April 2019 ✰ Glosarium.org adalah website belajar online.

wali sanga artinya

tentang Glosarium kamus kosa kata bebas yang dimuat dari banyak sumber dan referensi di internet. ✰ Berdasarkan kategori bidang khusus dan mata pelajaran.

✰ Referensi rata-rata minimal 2 bidang/mata pelajaran per kata. ✰ Lengkap lebih dari 200+ bidang dan mata pelajaran ada di Glosarium.org ✰ Tanpa website mirror/kloningan ampas ✰ AMP, akses glosarium.org lewat Google Search mobile lebih cepat.

✰ Konten berorientasi manusia, mendahulukan penyampaian maksud yg dapat dimengerti manusia daripada mesin pencari. ✰ 2021, glosarium.org 3x lebih cepat.

Urutan Wali Songo Beserta Nama Nama Wali Songo




2022 www.videocon.com