Usai Penyerahan Kedaulatan (Souvereniteit Overdracht) pada tanggal 27 Desember 1949, dalam negeri Republik Indonesia Serikat mulai bergelora. Serpihan ledakan bom waktu peninggalan Belanda mulai menunjukkan akibatnya. Pada umumnya serpihan tersebut mengisyaratkan tiga hal. Pertama, ketakutan antek tentara Belanda yang tergabung dalam KNIL, yang bertanya-tanya akan bagaimana nasib mereka setelah penyerahan kedaulatan tersebut.
Kedua, terperangkapnya para pimpinan tentara yang jumlahnya cukup banyak dalam penentuan sikap dan ideologi mereka.
Utamanya para pimpinan militer didikan dan binaan Belanda. Terahir, masih banyaknya terjadi dualisme kepemimpinan dalam kelompok ketentaraan Indonesia antara kelompok APRIS dengan kelompok pejoang gerilya. Walaupun sejak bulan Juni 1947 Pemerintah RI telah mengeluarkan kebijaksanaan bahwa segenap badan kelaskaran baik yang tergabung dalam biro perjoangan maupun yang lepas berada dalam satu wadah dan satu komando yaitu Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Ketiga hal tersebut semakin mengental pada daerah yang masih kuat pengaruh “Belandanya”. Salah satu daerah dimaksud adalah wilayah Sulawesi Selatan. Tiga peristiwa di tahun 50 yang terjadi dikota Makassar dan wilayah Sulawesi Selatan memperlihatkan kekentalan tersebut. Peristiwa pertama terjadi pada tanggal 5 April 1950 yang terkenal sebagai peristiwa Andi Azis.
Peristiwa kedua yang terjadi pada tanggal 15 Mei 1950 dan ketiga yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 1950. Dalam ketiga peristiwa tersebut yang menjadi penyebabnya selalu permasalahan mengenai kegamangan tentara KNIL akan nasib mereka.
Sedangkan 2 peristiwa terahir menjadi tolak ukur dari kegamangan tersebut. Menteri Pertahanan RIS, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam pertemuan pers mengatakan bahwa tidak heran dengan terjadinya peristiwa paling ahir pada tanggal 5 Agustus 1950 (Sin Po 8/8/50). Rentetan ketiga peristiwa di Makassar tersebut agaknya selalu bermula dari upaya-upaya para anggota KNIL (kemudian dilebur dalam KL) untuk mengacaukan kehidupan rakyat di Makassar sekaligus berupaya untuk memancing tentara APRIS memulai serangan kepada mereka.
Tidak kalah ikut menentukan suasana panas dikota Makassar adalah persoalan tuntutan masyarakat untuk pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena menuju negara kesatuan. Tentu saja gerakan rakyat ini tidak saja terjadi di Indonesia Timur, tapi juga di Jawa Timur, Pasundan, Sumatera Timur dan berbagai daerah lainnya. Pemerintah RIS dalam hal ini atau setidaknya banyak fihak dalam kabinet dan Parlemen sangat memberi angin menuju Negara Kesatuan.Rencana kedatangan tentara APRIS ke Makassar nampaknya terlalu dibesar-besarkan semata-mata karena rasa takut akan menguntungkan fihak pemerintah pusat (RIS).
Oleh karena itu bukan tidak mungkin pemberontakan Andi Aziz adalah rekayasa politik fihak KNIL akibat provokasi tokoh-tokoh anti RIS dalam pemerintahan Negara Indonesia Timur. Andi Aziz sendiri diyakini banyak fihak adalah seorang anggota militer dengan pribadi yang baik.
Namun dalam sekala kesatuan militer KNIL di Sulawesi Selatan dirinya lebih condong sebagai boneka. Tampak bahwa Kolonel Schotborg dan jakasa agung NIT Sumokil adalah pengendali utama kekuatan KNIL dikota Makassar. Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar tiga tahun kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum penjara selama 14 tahun.
Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku bersalah, tidak akan naik appel tapi merencanakan minta grasi kepada Presiden. Ketika sedang berlangsungnya pemberontakan Andi Aziz di Makassar, untuk mengantisipasinya Pemerintah RIS di Jakarta telah membentuk pasukan gabungan Expedisi Indonesia Timur.
Pasukan ini terdiri dari batalyon ADRIS dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur didukung oleh AURIS, ALRIS dan Kepolisian. Sebagai pimpinan Komando ditunjuk Kolonel A.E Kawilarang Panglima TT Sumatera Utara. Ketika pasukan besar ini sedang dipersiapkan keberangkatannya, telah lebih dahulu diberangkatkan batalyon Worang yang tiba di Sulawesi Selatan pada tanggal 11 April 1950.
Meskipun Worang tidak dapat langsung mendarat di Makassar tapi di Jeneponto yang letaknya 100 km keselatan, rakyat menyambutnya dengan sukacita. Sebuah foto yang disiarkan majalah Merdeka terbitan 13 Mei 1950 menggambarkan hal tersebut. Terlihat 3 orang anggota tentara APRIS yang berjalan menuju kerumunan massa dimana dilatar belakang tampak spanduk bertuliskan “ SELAMAT DATANG TENTARA KITA”.
Pertempuran besar memang tidak terjadi antara pasukan APRIS Worang dengan KNIL di Makassar bahkan Andi Aziz ahirnya mau menyerah guna memenuhi panggilan Pemerintah Pusat di Jakarta meskipun telah melampaui batas waktu 4 X 24 Jam untuk mendapat pengampunan. Menyerahnya Andi Azis kemungkinan besar karena kekuatan pendukung dibelakangnya sudah tidak ada lagi yaitu Sumokil yang sudah terbang ke Ambon via Menado dan Kolonel Schotborg yang siap dimutasi untuk pulang ke Belanda.
Setelah Andi Aziz menyerah, banyak tentara dari bekas infantri KNIL yang tidak tahu lagi siapa pemimpin mereka dan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Sementara untuk bergabung dengan APRIS belum ada ketentuan karena belum ada peraturan resmi yang akan membubarkan KNIL (KNIL bubar tgl 27 Juli 1950). Tak heran mereka kemudian memprovokasi rakyat dan kemudian memulai serangan terhadap pos-pos tentara APRIS. Menjelang pertempuran yang terjadi antara pasukan KNIL dengan pasukan APRIS pada tanggal 15 Mei 1950 bermula ketika banyak anggota KNIL menurunkan bendera merah putih disekitar kampemen tempat anggota KNIL berdiam.
Peristiwa penurunan bendera Sang Saka merah Putih itu terjadi bersamaan degan tibanya Presiden RIS Soekarno dikota Makasasar yang memulai lawatannya ke Sulawesi. Setelah Merah Putih diturunkan berlanjut dengan coretan tembok rumah rakyat dan spanduk disekitar kampemen KNIL berisi tulisan yang memojokkan Negara Republik Indonesia Serikat.
Peristiwa ini juga kemudian berkaitan dengan ditembaknya seorang Perwira APRIS oleh tentara KNIL. Peristiwa diatas memicu ketegangan yang memunculkan ketidak sabaran anggota APRIS terhadap tindakan dan ulah provokasi KNIL.
Rakyat yang diprovokasi tidak sabar menunggu komando untuk menyerang KNIL.
Pasukan pejoang gerilya dibawah batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah mempersiapkan diri untuk hal tersebut. Sementara tentara KNIL sudah semakin mengeras upayanya untuk menghancurkan kekuatan APRIS untuk menguasai Makassar. Maka pada tanggal 15 Mei 1950 terjadilah pertempuran besar dikota Makassar. Pasukan KNIL menyerbu barak-barak APRIS, membakar rumah rakyat, menghancurkan rumah dan toko-toko didaerah pecinaan.
Sekitar Makassar penuh dengan api, bau anyir darah dan berbagai desing senjata. Serangan KNIL ini memang sudah diwaspadai APRIS. Tentara APRIS kemudian membalas serangan dan bersamaan dengan itu pasukan pejoang gerilya dari Batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah turun dari dua kota pangkalan mereka di Polobangkeng dan Pallangga yang terletak disekitar kota Makassar.
Seketika suasana medan laga telah berubah. Pasukan APRIS bersama dua batalyon pejoang tersebut dan rakyat Makassar menyerang balik tentara KNIL. Dalam keadaan demikian inilah Kolonel AH Nasution selaku Kepala Staf ADRIS bersama dengan Kolonel Pereira selaku Wakil Kepala Staf KNIL tiba di Makassar. Kedua pucuk pimpinan tentara ini kemudian meninjau keadaan dan berunding. Pada tgl 18 Mei 1950 pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena dari APRIS yaitu Overste Sentot Iskandardinata dan Kapten Leo Lopolisa berunding dengan wakil dari KNIL yaitu Kolonel Scotborg, Overste Musch dan Overste Theyman yang disaksikan oleh Kolonel AH Nasution serta Kolonel AJA Pereira.
Perundingan menghasilkan dua keputusan penting yaitu dibuatnya garis demarkasi serta tidak diperbolehkannya kedua tentara APRIS dan KNIL untuk mendekati dalam jarak 50 meter. Untuk sementara keadaan dapat diamankan. Perundingan pertama ini detailnya menghasilkan persetujuan untuk melokalisir tentara KNIL ditiga tempat.
Namun rupanya persetujuan dimaksud tidak ditaati. Antara menerangkannya sebagai berikut : “Tetapi persetujuan tinggal persetujuan. Maka pada hari selasa pertempuran mulai lagi berjalan dengan sengit.
Pertempuran yang paling sengit terjadi diempat tempat. Yaitu tangsi KNIL di Mariso, sekitar tangsi KNIL Matoangin, Boomstraat, sekitar Stafkwartier KNIL di Hogepad.
Pertempuran sudah berjalan tiga hari tiga malam lamanya tetapi belum juga berhenti” (Kempen 1953:302). Pada ahir Juli 1950 pasukan KNIL dibubarkan. Muncul permasalahan baru. Mau dikemanakan para prajurit ex KNIL tersebut. Sebagian memang dilebur kedalam KL, sebagian lagi menunggu untuk diterima sebagai anggota APRIS. Namun masa penantian ini secara psikologis amat merisaukan para anggota tentara KNIL. Pertama mereka dianggap rakyat sebagai kaki tangan Kolonial Belanda, sementara disisi lain bekas majikannya tidak mengindahkan nasib mereka.
Tmbullah usaha provokasi baru yang antara lain dilukiskan sebagai berikut : “Sesudah anggota KNIL di Makassar memperoleh kedudukan sementara sebagai anggota KL pada tanggal 26 Juli 1950 keadaan tidak bertambah baik, sebaliknya mereka terus menerus menimbulkan kesulitan-kesulitan. Mereka antara lain menentang dengan kekerasan usaha pimpinan tentara Belanda untuk menyerahkan alat tentaranya kepada tentara Belanda.
Mereka sering menganiaya penduduk. Bendera-bendera kebangsaan (maksudnya Merah Putih) disekitar kampemen mereka turunkan dan ahir-ahir ini mereka dengan kejam membunuh perwira Indonesia yang bereda dekat kampemen ketika sedang mengunjungi keluarganya” (Antara 12/8/1950). Berbagai tindakan provokasi yang dilakukan para eks KNIL ternyata tidak mendapat tanggapan emosinal oleh APRIS.
Sehingga terkesan APRIS terlalu sabar. Kesan sabar ini tertimpakan pada pucuk pimpinan APRIS Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur Kolonel AE Kawilarang. Pada saat itu Antara menulis : “Kemaren jam 17.00 Kawilarang telah mengadakan pertemuan dengan wakil-wakil partai dan organisasi di Makassar.
Dikatakannya bahwa ia mengerti akan kekecewaan rakyat terhadap tindakan APRIS yang oleh rakyat dianggap terlalu sabar dalam menghadapi segala percobaan (masudnya dari fihak KNIL) tetapi dikatakannya seterusnya bahwa dalam hal ini orang harus ingat bahwa APRIS adalah bagian resmi dari Pemerintah sedangkan KNIL dipandang sebagai tentara tamu selama mereka belum diorganisir dan semua itu terikat dalam perjanjian KMB yang harus dihormati.
Kami cukup kuat dan pasti dapat menyelesaikan segala sesuatu dengan senjata tetapi dengan demikian keadaan akan bertambah kacau dan nama negara kita dimata dunia akan surut. (Antara 3/6/1950). Dua hal yang antagonis antara provokasi yang dilakukan tentara KNIL dan kesabaran pucuk pimpinan APRIS tersebut menimbulkan dilema dalam menetapkan kebijaksanaan yang akan diambil APRIS selanjutnya.
Apalagi kemudian rakyat Makassar semakin mempertajam sikap mereka terhadap tentara KNIL dengan melakukan pemboikotan seluruh kegiatan perdagangan dari dan ke markas-markas KNIL.
Suasana tegang ini ibarat bisul yang akan meletus sewaktu-waktu. Agar APRIS tidak keliru mengambil langkah dalam mengantisipasi ketegangan yang semakin tinggi pada tgl 5 Agustus 1950, APRIS setuju untuk mengadakan perundingan dengan wakil militer Belanda di Indonesia.
Pertemuan yang diikuti oleh tiga wakil tentara Belanda dan dihadiri pula oleh wakil dari UNCI, menyepakati sikap untuk mengendurkan ketegangan melalui APRIS yang berjanji akan mengadakan pendekatan kepada rakyat agar menghentikan boikot kepada tentara KNIL.
Belum upaya mengendurkan itu dilakukan oleh APRIS, hari itu pula pada pukul 17.20 selang 80 menit dari usainya persetujuan tersebut tentara eks KNIL melakukan serangan sitematis keseluruh barak dan asrama tentara APRIS. Tindakan yang kelewat batas tersebut dan menghianati persetujuan, pantang ditolak oleh segenap pasukan APRIS, pejoang gerilya yang tergabung dalam Divisi Hasanudin serta rakyat Makassar. Dalam tempo sekejap memang tentara eks KNIL dapat menguasai medan pertempuran, namun keadaan cepat berubah beberapa jam kemudian.
Pasukan APRIS yang didukung oleh kekuatan Udara dan Laut menghantam terus menerus barak-barak eks tentara KNIL. Belum lagi serangan-serangan dari pasukan Divisi Hasanudin dan rakyat. Tidak sampai 3 X 24 jam pasukan eks KNIL sudah terkepung dibarak-barak mereka.
Ahirnya pada tanggal 8 Agustus 1950 bertempat dilapangan terbang Mandai diadakan persetujuan antara Kolonel AE Kawilarang yang mewakili APRIS dan Mayor Jendeal Scheffelaar sebagai wakil Komisaris Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia.
Merka sepakat agar seluruh anggota pasukan KL meninggalkan Makassar dan menyerahkan seluruh perlengkapannya kepada APRIS. Bagi mereka yang menolak akan dikeluarkan dari KL. Pada pukul 16.00 tanggal 8 Agustus dengan muka tertunduk malu dimulailah pasukan KL meninggalkan Makassar diiringi cemooh segenap rakyat.
Dan untuk pertama kalinya sejak penyerahan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, pasukan APRIS pantas bertepuk dada karena telah memenangkan perang dan mengusir pasukan KL tampa syarat. Merah Putih telah tegak berdiri menggantikan Merah Putih Biru untuk selama lamanya. Kemenangan ini tidak lepas dari dukungan seluruh rakyat termasuk para pejoang gerilya yang telah bahu membahu berjoang dengan pasukan APRIS. Sebuah fenomena monumental yang mencatat dengan tinta emas dalam buku sejarah Nasional kebesaran TNI.
Walau bagaimanapun TENTARA KITA pernah jaya dan akan tetap jaya untuk selama-lamanya. Hal ini antara lain disebabkan karena pucuk pimpinannya sangat cermat dan memiliki kewaspadaan serta kedalaman berfikir dalam mengatur strategi.
Mungkin inilah kelebihan Kolonel AE Kawilarang. • ► 2015 (3) • ► April (3) • ▼ 2014 (11) • ▼ Desember (6) • PERTEMPURAN MAKASSAR 1950 • Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei–1 Juni 1945) • Daerah Istimewa di Indonesia • Jinising Ukara • Organisasi-Organisasi pada Masa Perang di Indonesia • Berlomba-lomba Dalam Kebaikan • ► November (4) • ► Oktober (1) Walaupun sejak bulan Juni 1947 Pemerintah RI telah mengeluarkan kebijaksanaan bahwa segenap badan kelaskaran baik yang tergabung dalam biro perjoangan maupun yang lepas berada dalam satu wadah dan satu komando yaitu Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Ketiga hal tersebut semakin mengental pada daerah yang masih kuat pengaruh “Belandanya”. Salah satu daerah dimaksud adalah wilayah Sulawesi Selatan. Tiga peristiwa di tahun 50 yang terjadi dikota Makassar dan wilayah Sulawesi Selatan memperlihatkan kekentalan tersebut. Peristiwa pertama terjadi pada tanggal 5 April 1950 yang terkenal sebagai peristiwa Andi Azis. Peristiwa kedua yang terjadi pada tanggal 15 Pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena 1950 dan ketiga yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 1950.
Dalam ketiga peristiwa tersebut yang menjadi penyebabnya selalu permasalahan mengenai kegamangan tentara KNIL akan nasib mereka. Sedangkan 2 peristiwa terahir menjadi tolak ukur dari kegamangan tersebut. Menteri Pertahanan RIS, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam pertemuan pers mengatakan bahwa tidak heran dengan terjadinya peristiwa paling ahir pada tanggal 5 Agustus 1950 (Sin Po 8/8/50).
Rentetan ketiga peristiwa di Makassar tersebut agaknya selalu bermula dari upaya-upaya para anggota KNIL (kemudian dilebur dalam KL) untuk mengacaukan kehidupan rakyat di Makassar sekaligus berupaya untuk memancing tentara APRIS memulai serangan kepada mereka. Tidak kalah ikut menentukan suasana panas dikota Makassar adalah persoalan tuntutan masyarakat untuk segera menuju negara kesatuan.
Tentu saja gerakan rakyat ini tidak saja terjadi di Indonesia Timur, tapi juga di Jawa Timur, Pasundan, Sumatera Timur dan berbagai daerah lainnya. Pemerintah RIS dalam hal ini atau setidaknya banyak fihak dalam kabinet dan Parlemen sangat memberi angin menuju Negara Kesatuan.Rencana kedatangan tentara APRIS ke Makassar nampaknya terlalu dibesar-besarkan semata-mata karena rasa takut akan menguntungkan fihak pemerintah pusat (RIS).
Oleh karena itu bukan tidak mungkin pemberontakan Andi Aziz adalah rekayasa politik fihak KNIL akibat provokasi tokoh-tokoh anti RIS dalam pemerintahan Negara Indonesia Timur. Andi Aziz sendiri diyakini banyak fihak adalah seorang anggota militer dengan pribadi yang baik. Namun dalam sekala kesatuan militer KNIL di Sulawesi Selatan dirinya lebih condong sebagai boneka. Tampak bahwa Kolonel Schotborg dan jakasa agung NIT Sumokil adalah pengendali utama kekuatan KNIL dikota Makassar.
Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar tiga tahun kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum penjara selama 14 tahun. Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku bersalah, tidak akan naik appel tapi merencanakan minta grasi kepada Presiden. Ketika sedang berlangsungnya pemberontakan Andi Aziz di Makassar, untuk mengantisipasinya Pemerintah RIS di Jakarta telah membentuk pasukan gabungan Expedisi Indonesia Timur.
Pasukan ini terdiri dari batalyon ADRIS dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur didukung oleh AURIS, ALRIS dan Kepolisian. Sebagai pimpinan Komando ditunjuk Kolonel A.E Kawilarang Panglima TT Sumatera Utara. Ketika pasukan besar ini sedang dipersiapkan keberangkatannya, telah lebih dahulu diberangkatkan batalyon Worang yang tiba di Sulawesi Selatan pada tanggal 11 April 1950. Meskipun Worang tidak dapat langsung mendarat di Makassar tapi di Jeneponto yang letaknya 100 km keselatan, rakyat menyambutnya dengan sukacita.
Sebuah foto yang disiarkan majalah Merdeka terbitan 13 Mei 1950 menggambarkan hal tersebut. Terlihat 3 orang anggota tentara APRIS yang berjalan menuju kerumunan massa dimana dilatar belakang tampak spanduk bertuliskan “ SELAMAT DATANG TENTARA KITA”. Pertempuran besar memang tidak terjadi antara pasukan APRIS Worang dengan KNIL di Makassar bahkan Andi Aziz ahirnya mau menyerah guna memenuhi panggilan Pemerintah Pusat di Jakarta meskipun telah melampaui batas waktu 4 X 24 Jam untuk mendapat pengampunan.
Menyerahnya Andi Azis kemungkinan besar karena kekuatan pendukung dibelakangnya sudah tidak ada lagi yaitu Sumokil yang sudah terbang ke Ambon via Menado dan Kolonel Schotborg yang siap dimutasi untuk pulang ke Belanda.
Setelah Andi Aziz menyerah, banyak tentara dari bekas infantri KNIL yang tidak tahu lagi siapa pemimpin mereka dan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Sementara untuk bergabung dengan APRIS belum ada ketentuan karena belum ada peraturan resmi yang akan membubarkan KNIL (KNIL bubar tgl 27 Juli 1950).
Tak heran mereka kemudian memprovokasi rakyat dan kemudian memulai serangan terhadap pos-pos tentara APRIS. Menjelang pertempuran yang terjadi antara pasukan KNIL dengan pasukan APRIS pada tanggal 15 Mei 1950 bermula ketika banyak anggota KNIL menurunkan bendera merah putih disekitar kampemen tempat anggota KNIL berdiam.
Peristiwa penurunan bendera Sang Saka merah Putih itu terjadi bersamaan degan tibanya Presiden RIS Soekarno dikota Makasasar yang memulai lawatannya ke Sulawesi. Setelah Merah Putih diturunkan berlanjut dengan coretan tembok rumah rakyat dan spanduk disekitar kampemen KNIL berisi tulisan yang memojokkan Negara Republik Indonesia Serikat.
Peristiwa ini juga kemudian berkaitan dengan ditembaknya seorang Perwira APRIS oleh tentara KNIL. Peristiwa diatas memicu ketegangan yang memunculkan ketidak sabaran anggota APRIS terhadap tindakan dan ulah provokasi KNIL.
Rakyat yang diprovokasi tidak sabar menunggu komando untuk menyerang KNIL. Pasukan pejuang gerilya dibawah batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah mempersiapkan diri untuk hal tersebut. Sementara tentara KNIL sudah semakin mengeras upayanya untuk menghancurkan kekuatan APRIS untuk menguasai Makassar. Maka pada tanggal 15 Mei 1950 terjadilah pertempuran besar dikota Makassar.
Pasukan KNIL menyerbu barak-barak APRIS, membakar rumah rakyat, menghancurkan rumah dan toko-toko didaerah pecinaan. Sekitar Makassar penuh dengan api, bau anyir darah dan berbagai desing senjata. Serangan KNIL ini memang sudah diwaspadai APRIS. Tentara APRIS kemudian membalas serangan dan bersamaan dengan itu pasukan pejoang gerilya dari Batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah turun dari dua kota pangkalan mereka di Polobangkeng dan Pallangga yang terletak disekitar kota Makassar.
Seketika suasana medan laga telah berubah. Pasukan APRIS bersama dua batalyon pejoang tersebut dan rakyat Makassar menyerang balik tentara KNIL. Dalam keadaan demikian inilah Kolonel AH Nasution selaku Kepala Staf ADRIS bersama dengan Kolonel Pereira selaku Wakil Kepala Staf KNIL tiba di Makassar. Kedua pucuk pimpinan tentara ini kemudian meninjau keadaan dan berunding. Pada tgl 18 Mei 1950 wakil dari APRIS yaitu Overste Sentot Iskandardinata dan Kapten Leo Lopolisa berunding dengan wakil dari KNIL yaitu Kolonel Scotborg, Overste Musch dan Overste Theyman yang disaksikan oleh Kolonel AH Nasution serta Kolonel AJA Pereira.
Perundingan menghasilkan dua keputusan penting yaitu dibuatnya garis demarkasi serta tidak diperbolehkannya kedua tentara APRIS dan KNIL untuk mendekati dalam jarak 50 meter. Untuk sementara keadaan dapat diamankan. Perundingan pertama ini detailnya menghasilkan persetujuan untuk melokalisir tentara KNIL ditiga tempat.
Namun rupanya persetujuan dimaksud tidak ditaati. Antara pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena sebagai berikut : “Tetapi persetujuan tinggal persetujuan. Maka pada hari selasa pertempuran mulai lagi berjalan dengan sengit. Pertempuran yang paling sengit terjadi diempat tempat. Yaitu tangsi KNIL di Mariso, sekitar tangsi KNIL Matoangin, Boomstraat, sekitar Stafkwartier KNIL di Hogepad. Pertempuran sudah berjalan tiga hari tiga malam lamanya tetapi belum juga berhenti” (Kempen 1953:302).
Pada ahir Juli 1950 pasukan KNIL dibubarkan. Muncul permasalahan baru. Mau dikemanakan para prajurit ex KNIL tersebut. Sebagian memang dilebur kedalam KL, sebagian lagi menunggu untuk diterima sebagai anggota APRIS. Namun masa penantian ini secara psikologis amat merisaukan para anggota tentara KNIL. Pertama mereka dianggap rakyat sebagai kaki tangan Kolonial Belanda, sementara disisi lain bekas majikannya tidak mengindahkan nasib mereka.
Timbullah usaha provokasi baru yang antara lain dilukiskan sebagai berikut : “Sesudah anggota KNIL di Makassar memperoleh kedudukan sementara sebagai anggota KL pada tanggal 26 Juli 1950 keadaan tidak bertambah baik, sebaliknya mereka terus menerus menimbulkan kesulitan-kesulitan.
Mereka antara lain menentang dengan kekerasan usaha pimpinan tentara Belanda untuk menyerahkan alat tentaranya kepada tentara Belanda. Pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena sering menganiaya penduduk. Bendera-bendera kebangsaan (maksudnya Merah Putih) disekitar kampemen mereka turunkan dan ahir-ahir ini mereka dengan kejam membunuh perwira Indonesia yang bereda dekat kampemen ketika sedang mengunjungi keluarganya” (Antara 12/8/1950).
Berbagai tindakan provokasi yang dilakukan para eks KNIL ternyata tidak mendapat tanggapan emosinal oleh APRIS. Sehingga terkesan APRIS terlalu sabar. Kesan sabar ini tertimpakan pada pucuk pimpinan APRIS Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur Kolonel AE Kawilarang. Pada saat itu Antara menulis : “Kemaren jam 17.00 Kawilarang telah mengadakan pertemuan dengan wakil-wakil partai dan organisasi di Makassar. Dikatakannya bahwa ia mengerti akan kekecewaan rakyat terhadap tindakan APRIS yang oleh rakyat dianggap terlalu sabar dalam menghadapi segala percobaan (masudnya dari fihak KNIL) tetapi dikatakannya seterusnya bahwa dalam hal ini orang harus ingat bahwa APRIS adalah bagian resmi dari Pemerintah sedangkan KNIL dipandang sebagai tentara tamu selama mereka belum diorganisir dan semua itu terikat dalam perjanjian KMB yang harus dihormati.
Kami cukup kuat dan pasti dapat menyelesaikan segala sesuatu dengan senjata tetapi dengan demikian keadaan akan bertambah kacau dan nama negara kita dimata dunia akan surut. (Antara 3/6/1950).
Dua hal yang antagonis antara provokasi yang dilakukan tentara KNIL dan kesabaran pucuk pimpinan APRIS tersebut menimbulkan dilema dalam menetapkan kebijaksanaan yang akan diambil APRIS selanjutnya. Apalagi kemudian rakyat Makassar semakin mempertajam sikap mereka terhadap tentara KNIL dengan melakukan pemboikotan seluruh kegiatan perdagangan dari dan ke markas-markas KNIL.
Suasana tegang ini ibarat bisul yang akan meletus sewaktu-waktu. Agar APRIS tidak keliru mengambil langkah dalam mengantisipasi ketegangan yang semakin tinggi pada tgl 5 Agustus 1950, APRIS setuju untuk mengadakan perundingan dengan wakil militer Belanda di Indonesia. Pertemuan yang diikuti oleh tiga wakil tentara Belanda dan dihadiri pula oleh wakil dari UNCI, menyepakati sikap untuk mengendurkan ketegangan melalui APRIS yang berjanji akan mengadakan pendekatan kepada rakyat agar menghentikan boikot kepada tentara KNIL.
Belum upaya mengendurkan itu dilakukan oleh APRIS, hari itu pula pada pukul 17.20 selang 80 menit dari usainya persetujuan tersebut tentara eks KNIL melakukan serangan sitematis keseluruh barak dan asrama tentara APRIS.
Tindakan yang kelewat batas tersebut dan menghianati persetujuan, pantang ditolak oleh segenap pasukan APRIS, pejoang gerilya yang tergabung dalam Divisi Hasanudin serta rakyat Makassar.
Dalam tempo sekejap memang tentara eks KNIL dapat menguasai medan pertempuran, namun keadaan cepat berubah beberapa jam kemudian. Pasukan APRIS yang didukung oleh kekuatan Udara dan Laut menghantam terus menerus barak-barak eks tentara KNIL. Belum lagi serangan-serangan dari pasukan Divisi Hasanudin dan rakyat.
Tidak sampai 3 X 24 jam pasukan eks KNIL sudah terkepung dibarak-barak mereka. Ahirnya pada tanggal 8 Agustus 1950 bertempat dilapangan terbang Mandai diadakan persetujuan antara Kolonel AE Kawilarang yang mewakili APRIS dan Mayor Jendeal Scheffelaar sebagai wakil Komisaris Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia. Mereka sepakat agar seluruh anggota pasukan KL meninggalkan Makassar dan menyerahkan seluruh perlengkapannya kepada APRIS.
Bagi mereka yang menolak akan dikeluarkan dari KL. Pada pukul 16.00 tanggal 8 Agustus dengan muka tertunduk malu dimulailah pasukan KL meninggalkan Makassar diiringi cemooh segenap rakyat. Dan untuk pertama kalinya sejak penyerahan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, pasukan APRIS pantas bertepuk dada karena telah memenangkan perang dan mengusir pasukan KL tampa syarat. Merah Putih telah tegak berdiri menggantikan Merah Putih Biru untuk selama lamanya.
Kemenangan ini tidak lepas dari dukungan seluruh rakyat termasuk para pejoang gerilya yang telah bahu membahu berjoang dengan pasukan APRIS.
Sebuah fenomena monumental yang mencatat dengan tinta emas dalam buku sejarah Nasional kebesaran TNI. Walau bagaimanapun TENTARA KITA pernah jaya dan akan tetap jaya untuk selama-lamanya. Hal ini antara lain disebabkan karena pucuk pimpinannya sangat cermat dan memiliki kewaspadaan serta kedalaman berfikir dalam mengatur strategi.
Mungkin inilah kelebihan Kolonel AE Kawilarang. • ► 2012 (12) • ► 8 April - 15 April (12) • ► 2011 (1548) • ► 30 Oktober - 6 November (5) • ► 23 Oktober - 30 Oktober (10) • ► 16 Oktober - 23 Oktober (15) • ► 2 Oktober - 9 Oktober (17) • ► 25 September - 2 Oktober (3) • ► 11 September - 18 September (32) • ► 28 Agustus - 4 September (13) • ► 7 Agustus - 14 Agustus (29) • ► 24 Juli - 31 Juli (53) • ► 17 Juli - 24 Juli (55) • ► 10 Juli - 17 Juli (22) • ► 3 Juli - 10 Juli (46) • ► 26 Juni - 3 Juli (30) • ► 19 Juni - 26 Juni (63) • ► 12 Juni - 19 Juni (68) • ► 5 Juni - 12 Juni (52) • ► 29 Mei - 5 Juni (30) • ► 22 Mei - 29 Mei (42) • ► 15 Mei - pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena Mei (65) • ► 8 Mei - 15 Mei (58) • ► 1 Mei - 8 Mei (79) • ► 24 April - 1 Mei (104) • ► 17 April - 24 April (82) • ► 10 April - 17 April (88) • ► 3 April - 10 April (39) • ► 27 Maret - 3 April (89) • ► 20 Maret - 27 Maret (37) • ► 13 Maret - 20 Maret (44) • ► 6 Maret - 13 Maret (42) • ► 20 Februari - 27 Februari (24) • ► 13 Februari - 20 Februari (19) • ► 6 Februari - 13 Februari (25) • ► 30 Januari - 6 Februari (32) • ► 23 Januari - 30 Januari (19) • ► 16 Januari - 23 Januari (23) • ► 9 Januari - 16 Januari (68) • ► 2 Januari - 9 Januari (26) • ▼ 2010 (437) • ► 26 Desember - 2 Januari (34) • ► 19 Desember - 26 Desember (29) • ► 12 Desember - 19 Desember (45) • ► 5 Desember - 12 Desember (55) • ► 28 November - 5 Desember (40) • ► 21 November - 28 November (18) • ▼ 14 November - 21 November (45) • Perang Yom Kippur: Terjadi Saat Hari Raya Yahudi D.
• Perang Enam Hari: Kontroversi • Perang Enam Hari: Pasca Perang • Perang Enam Hari: Jalannya Perang • Perang Enam Hari: Latar Belakang • Moment Heroik Para Kamikaze Saat Perang Dunia II • 5 Negara yang Terpecah Akibat Perang Dunia II • Perang Kamboja-Vietnam • Pertempuran Dien Bien Phu • Perang Indochina: Mulai Dari Perancis, Amerika Ser. • Beli Mobil Bonusnya Bedil AK-47 • Serangan Tet 1968-1969 • Pertempuran 5 Hari 5 Malam Di Semarang • Surat Bung Karno Kepada Fidel Castro • Protokol Hoge Veluwe • Pemberontakan PKI Madiun 1948 • Hitler Terobsesi Curi Kain Kafan Yesus • Kisah-Kisah Keajaiban Perang Di Gaza, Palestina (D.
• Peristiwa Madiun 1948, Konspirasi Politik Kaum Kol. • Korban Termuda Di Perang Dunia II • Lusitania: Peradaban Romawi Kuno • Negara Pasundan Ciptaan Belanda • Ditemukan Kuburan Massal Bangsa Viking • Kerajaan Romawi Kuno Dibangun Dalam Semalam • Sisi Gelap Pemberontakan Westerling • Nyonya Semarang Dan Chiang Kai Shek • Adakah Perang Di Lengkong Pada Tanggal 25 Januari .
• Frans Soemarto Mendoer: Satu-Satunya Orang Yang Me. • Pertempuran Makassar 1950 • Selandia Baru Dan Perang Dingin • Keterlibatan Selandia Baru Dalam Perang Dunia II • Keterlibatan Selandia Baru Dalam Perang Dunia I • Perang Abad 19 Di Selandia Baru • Keterlibatan Pasukan Selandia Baru Di Asia • Keterlibatan Selandia Baru Dalam Perang Boer Di Af.
• Perang Meksiko City • Perang Perancis Dan Indian 1754-1763 • Krisis Suez Atau Perang Sinai • Perang Arab-Israel 1948 • Visigoth: Penguasa Eropa Barat Pasca Keruntuhan Ro. • Operasi Market Garden • Operasi Bagration • Peta Rahasia Invasi Soviet Ke Manchester Dipamerkan • Pertempuran Stalingrad • Operasi Singa Laut • ► 7 November - 14 November (13) • ► 31 Oktober - 7 November (12) • ► 24 Oktober - 31 Oktober (13) • ► 17 Oktober - 24 Oktober (34) • ► 10 Oktober - 17 Oktober (7) • ► 3 Oktober - 10 Oktober (11) • ► 26 September - 3 Oktober (7) • ► 19 September - 26 September (10) • ► 12 September - 19 September (23) • ► 5 September - 12 September (12) • ► 29 Agustus - 5 September (29)
Salah satu hasil dari KMB adalah pemdirian Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).
Pasukan inti APRIS merupakan pasukan kesatuan TNI dan unsur lainnya diambil dari KNIL (tentara hindia). Dalam perkembangannya pembentukan APRIS ini menimbulkan ketegangan antara TNI dan KNIL, sehingga menyebabkan pemberontakan yaitu pemberontakan APRA di Bandung dan pemberontakan Andi Aziz di Makassar. Pertempuran antara pasukan KNIL dan APRIS merupakan salah satu dampak dari peristiwa pemberontakan Andi Aziz.
Pemberontakan ini dipimpin Andi Azis, mantan perwira Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger (KNIL), yang berlangsung mulai 5-15 April 1950. Pemberontakan yang terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan itu dilatar belakangi oleh tidak setujunya Andi Azis terhadap rencana penyatuan Negara Indonesia Timur (NIT) ke dalam bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada 15 Mei 1950, terjadi pemberontakan lainnya ketika Andi Azis sudah menyerah. APRIS yang sudah berada di sana saling berseteru dengan KNIL yang terhasut pihak Belanda. Setelah menyerahnya Andi Aziz, banyak tentara dari bekas infantri KNIL yang tidak tahu lagi siapa pemimpin mereka dan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Sementara untuk bergabung dengan APRIS belum ada ketentuan karena belum ada peraturan resmi yang akan membubarkan KNIL. KNIL kemudian memprovokasi pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena dan memulai serangan terhadap pos-pos tentara APRIS.
Maka dari itu, terjadilah pertempuran antara APRIS dan KNIL pada tanggal 15 Mei 1950. Dengan demikian, pertempuran antara pasukan KNIL dan APRIS di Makassar pada 15 Mei 1950 terjadi karena pasukan KNIL memprovokasi agar pasukan APRIS meninggalkan Makassar. Sehingga, jawaban yang benar adalah B. tirto.id - Bagi serdadu, kalah bukan hal yang mudah. Apalagi ditambah ancaman kehilangan mata pencaharian.
Inilah kegalauan yang dihadapi anggota KNIL di Makassar pada pergantian tahun 1949-1950. Akibat kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) dan dikembalikannya Kedaulatan Republik Indonesia, Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL) yang ada sejak 4 Desember 1830 akan dibubarkan pada 26 Juli 1950. Kebanyakan dari para serdadu KNIL itu menjadi KNIL karena tradisi keluarga.
Ayah mereka, kakek mereka, atau bahkan buyutnya adalah KNIL juga. Meski begitu, mereka diberi pilihan untuk masuk Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Di daerah Sulawesi Selatan, meski sempat tiarap di zaman pendudukan Jepang, setidaknya pernah ada tiga batalyon KNIL.
Menurut catatan buku Gedenkschrift Koninklijk Nederlandsche Indische Leger 1830-1950 (1990) karya P. van Meel, di Pare-pare terdapat batalyon INF XV, di Enrekeng batalyon INF XVI, di Makasar ada batalion INF XVII.
Sebagian dari mereka sempat menjadi tawanan perang Jepang. Setelah 1946, di tubuh KNIL sendiri terjadi banyak mutasi pasukan dari satu tempat ke tempat lain. Di masa revolusi, peran besar KNIL di Indonesia adalah menggempuri para pejuang Republik.
Tanpa ampun. Ada yang bertempur habis-habisan karena sumpah setia kepada Ratu Belanda, tapi ada pula yang terjebak. Menurut catatan harian Kedaulatan Rakyat (5/4/1950) dan Agoes Anwar dalam Soumokil dan Hantjurnja RMS (1964), banyak serdadu KNIL masuk tentara Belanda karena terjebak propaganda bohong. Sebagian serdadu yang dalam Perang Dunia II pergi ke Australia seperti heiho serta romusha sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi di tanah air selama berada di sana.
"Kepada mereka dikatakan bersama Belanda mereka harus memerdekakan tanah air daripada tindasan Jepang, harus mengusir Sukarno-Hatta yang bersama Jepang telah membawa Indonesia masuk dalam kesengsaraan. Ingatlah nyanyian yang klimaksnya: Hancurkanlah musuh kita, itulah Sukarno-Hatta." Dengan propaganda semacam itu, mereka kemudian sulit berdamai dengan Republik Indonesia yang dipimpin Sukarno-Hatta. Jelang bubarnya KNIL, menurut Laporan Djawatan Kepolisian Negara (bagian PAM) kepada Presiden perihal: Aksi Westerling (21/02/1950), muncul isu di kalangan mereka bahwa bekas KNIL yang masuk TNI akan disudutkan dan dicari-cari kesalahannya.
Bagaimanapun juga, bekas KNIL adalah musuh TNI di masa revolusi. Perwira-perwira TNI di mata mereka adalah orang-orang lemah ilmu militernya. Mereka mengambil contoh Kepala Staf APRIS Kolonel Tahi Bonar Simatupang (kawan Kolonel Abdul Haris Nasution, yang jadi KSAD) yang hanyalah mantan vandrig KNIL yang masih muda. Ilmu dan pengalaman militernya kalah dari perwira-perwira Belanda senior. Di KNIL, meski seumur hidup punya pangkat rendah, mereka punya jenjang karir dan gaji rutin yang jelas.
Di TNI, gaji tentara lebih rendah. Tak heran jika banyak bekas KNIL yang masuk TNI mendapat kenaikan pangkat. Sejak Januari 1950, muncul tuntutan dari anggota KNIL, terutama di Indonesia Timur, terkait pengalalihan mereka ke APRIS.
Mereka hanya mau masuk APRIS, bersama unsur Tentara Nasional Indonesia (TNI) di dalamnya, atas dasar sukarela. Itu pun, ketika di APRIS nanti, mereka dibawah komando mantan KNIL pula, bukan TNI. Ketika syarat ini dimunculkan dalam pembicaraan 27 Maret 1950, muncul masalah baru.
Mereka merasa malu jika pasukan APRIS dari unsur TNI dari Jawa dikirimkan ke Makassar. Para mantan KNIL ini merasa mampu untuk menjaga ketertiban. Pemerintah Republik Indonesia, tentu punya pendapat lain soal penolakan bekas KNIL itu. Menurut Cornelis van Dijk dalam Darul Islam: Sebuah Pemberontakan (1995), tindakan mantan KNIL itu di mata pemerintah pusat dinilai memiliki tujuan untuk mempertahankan dan memperpanjang kehadiran mereka sebagai militer yang menguasai sepenuhnya Sulawesi Selatan.
Menurut sumber militer Republik, seperti tertulis dalam Penumpasan Pemberontakan Separatisme di Indonesia (1982), ide pengiriman pasukan dari TNI ke Makassar itu adalah kemauan kaum Republiken di Sulawesi Selatan. Termasuk anggota parlemen Negara Indonesia Timur (NIT) pro-republik yang dipelopori A.
Rasyid Fakih, Haji Mattekawang Daeng Raja, dan A. Karim Mamangka. Mereka mengirim mosi pada 23 Desember 1949 ke Menteri Pertahanan RIS, Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang isinya mendesak pemerintah RIS untuk segera mengirimkan pasukan TNI ke Sulawesi Selatan.
Sri Sultan menerima mosi itu ketika mengadakan inspeksi ke Indonesia Timur. Kaum federalis tentu menentang mosi tersebut. Sri Sultan pun membentuk sebuah komisi militer sebelum kedatangan pasukan TNI dari Jawa.
Bertindak sebagai ketua komisi adalah Ir. Putuhena. Sebagai anggota, ada Mayor Alex Nanlohy dari pihak KNIL dan Letnan Kolonel Ahmad Junus Mokoginta dari pihak TNI.
Mokoginta, sebelum Jepang mendarat di Indonesia pada 1942, juga adalah perwira KNIL. Ketika berkunjung, Sri Sultan didampingi oleh Mokoginta. Jebolan KMA Bandung ini diangkat sebagai Kepala Tentara dan Teritorium di Indonesia Timur. Komisi militer RI ini pada 27 Desember 1949—di hari pengembalian kedaulatan RI dari pemerintah Belanda—menerima tanggung jawab dari Markas Besar Tentara Belanda di Makassar atas keamanan Indonesia Timur. Dalam penyerahan tanggung jawab itu, Komisi Militer diwakili oleh Letnan Kolonel Mokoginta karena Ir.
Putuhena dan Mayor Nanlohy belum datang ke Makassar. Mokoginta dalam menjalankan tugasnya dibantu beberapa anggota staf pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena Mayor Saleh Lahade, Mayor H.N.V. Sumual, Mayor Pieters, serta seorang ajudan yakni Kapten Andi Muhamad Yusuf.
Namun, apa pun perjanjian dan wewenangnya, Mokoginta tak dihormati oleh serdadu-serdadu KNIL yang kemudian mengamuk di Makassar. Desakan pengiriman pasukan TNI dari Jawa semakin kuat lagi setelah adanya konferensi 7 Februari 1950 di Polongbengkeng, daerah yang dikenal sebagai basis republik selama revolusi kemerdekaan. Ada tuntutan dari bekas laskar Republik di Sulawesi Selatan yang bertahan di pedalaman Sulawesi Selatan yang ingin masuk dalam formasi seperti halnya TNI. Petinggi militer berencana mengirimkan Batalyon Worang yang jumlah personelnya 1000an orang, sebagai pasukan pertama TNI yang masuk ke wilayah bekas Negara Indonesia Timur.
Komandan pasukan tersebut adalah Mayor Hein Victor Worang, mantan KNIL sebelum Jepang datang dan juga TNI pejuang 1945. Dia berasal dari Sulawesi Utara, begitu pula sebagian anggotanya. Di masa revolusi, dia dan pasukannya bergerilya di daerah Jawa Timur. Dari Surabaya, mereka diangkut Kapal Waikelo dan Bontekoe. Mereka diberangkatkan membawa keluarga mereka juga. Menurut sumber militer lain, Dinas Sejarah Angkatan Darat dalam bukunya Sejarah TNI AD (1945-1973) 2 Peranan TNI AD Menegakkan Negara Kesatuan RI (1979), para bekas serdadu KNIL mengadakan rapat besar pada 3 April 1950.
Sekitar 700 KNIL datang. Mereka membentuk ‘Panitia Pembentukan Peralihan KNIL ke APRIS’ yang disingkat PPPKA. Tetua KNIL yang mereka tunjuk sebagai ketua adalah bekas Sersan Mayor Christoffel. Lewat sebuah mosi, mereka mendesak pucuk pimpinan KNIL dan APRIS agar KNIL Makassar dimasukan ke APRIS dan mendesak pemerintah RIS supaya pengiriman bekas TNI ke Indonesia timur ditunda untuk sementara waktu.
Mosi itu mereka buat karena belum ada jaminan keamanan untuk anggota-anggota KNIL jika pasukan dari TNI Jawa itu mendarat. Di Makassar, meski bukan perwira KNIL dengan pangkat paling tinggi, Andi Abdul Azis cukup dihormati oleh perwira KNIL lain. Dia adalah ajudan dari Wali Negara alias Presiden NIT. Waktu di KNIL pangkatnya masih Letnan, namun ketika masuk APRIS di awal April 1950, pangkatnya jadi Kapten di APRIS. Meski sudah masuk APRIS, dia termasuk penolak pendaratan Batalyon Worang juga.
“Buat apa didatangkan pasukan APRIS dari Jawa, toh pasukan eks-KNIL di Makassar-pun telah pasukan APRIS dan sanggup mengamankan NIT,” kata Andi Azis, seperti dicatat Sejarah TNI AD (1945-1973) 2 Peranan TNI AD Menegakan Negara Kesatuan RI (1979).
Malam hari tanggal 4 April 1950, Andi Azis dipanggil oleh Soumokil dirumahnya. Di rumah Soumokil itu, beberapa serdadu Ambon sudah menunggu. Mereka sudah siap tempur bila pasukan TNI dari Batalyon Worang mendarat di Makassar. Dini hari Rabu, 5 April 1950, pukul 5 pagi, pasukan bebas penentang pasukan Jawa di bawah komando Kapten Andi Azis pun menyerang perumahan perwira TNI di staf kwartier dan asrama CPM di Verlegde Klapperlaan (Jalan Walter Mongisidi).
Alibi mereka adalah: Menolak Batalyon Worang. Letnan Kolonel Mokoginta dan bawahannya pun mereka kepung. Pukul lima subuh itu, seorang komandan peleton bawahan Andi Azis berpangkat Pembantu Letnan datang pada Mokoginta dengan diantar letnan Tumbelaka.
Tujuannya menangkap dan menawan Mokoginta. Semula Mokoginta berkeras tak mau dan hendak menelpon Andi Azis, tapi jaringan telepon sudah terputus. Ia pun akhirnya pasrah dibawa ke markas Andi Azis. Kepada Letnan Kolonel Ahmad Yunus Mokoginta, Kapten Andi Azis bilang: “ Het Pijt me, Overste, maar ik moct het doen [Saya menyesal, overste, tapi saya harus melakukannya]." Tal hanya menawan Mokoginta, pasukan yang turut komando Andi Azis itu pun disiagakan ke posisi-posisi strategis dan siap tembak.
Senapan mesin watermantel juga disiagakan. Arah tembakan adalah kapal pemuat TNI dari Jawa. Sebuah pesawat pembom B-25 Mitchel rupanya telah siap membantu perlawanan Andi Azis.
Dengan Mokoginta ditangan, Andi Azis meminta lewat Mokoginta agar pasukan jangan mendarat. Jumlah pasukan Andi Azis ada sekitar 800 orang dengan senjata lengkap dengan lindungan senjata berat dan kendaraan lapis baja KL rampasan. Atas kelakuan KNIL-KNIL yang belum masuk APRIS dan masih dalam komando Belanda, Letnan Kolonel Musch, pimpinan militer Belanda di Makassar, tidak bisa berbuat apa-apa.
Kapal Waekelo dan Bontekoe yang mengangkut seribu prajurit TNI dari Batalyon Worang terpaksa berbalik arah. Keluarga anggota Batalyon Worang yang ikut diangkut dalam kapal harus diamankan.
Untuk sementara, anggota keluarga ditinggalkan di Balikpapan. Gerakan pasukan bebas Andi Azis itu mengaku tindakan Andi Azis tidak mengatasnamakan KNIL, tetapi APRIS dan pemuka NIT macam Sukowati tidak ada sangkut paut dengan gerakan militernya.
Tujuan lain yang dibaca kaum republiken atas gerakan adalah hendak mempertahankan NIT. Pemerintah NIT sendiri mengaku kecewa. Lewat pidato Perdana Menteri Diapari di Radio Makassar 7 April 1950, pemerintah NIT mengultimatum Andi Azis dan pasukannya agar kembali ke asrama, melepaskan tawanan, dan menyerahkan senjata-senjata. Pemerintah pusat di Jakarta pun tak tinggal diam.
Ultimatum yang memerintahkan Andi Azis menghadap pun dikeluarkan di hari pertama ketika pasukan Andi Azis berontak.
Ultimatum itu tak dengan cepat direspons. Dia terlambat datang ke Jakarta. Demi menjaga wibawa pemerintah, pasukan militer dalam jumlah besar pun dengan segera didatangkan ke Makassar. Tak hanya Batalyon Worang lagi, tapi Brigade Mataram pimpinan Letnan Kolonel Soeharto juga. Untuk menangani mantan KNIL itu, petinggi militer Republik menempatkan Kolonel Alex Kawilarang sebagai komandan tertinggi operasi mengatasi sisa pemberontak setelah Andi Azis di Jakarta.
Meski pasukan-pasukan KNIL itu sudah dikandangkan setelah 5 April 1950, tapi ketegangan di Makassar terus berlangsung. Pertempuran hebat terjadi pada 15 Mei dan 5 Agustus 1950. Karena kalah jumlah, mereka bisa dipukul pasukan TNI. Setelah APRIS tampil sebagai pemenang, 9 Agustus 1950 diadakan gencatan senjata dan pasukan KNIL diusir dari Makassar. Menurut sumber militer, korban dari kalangan sipil adalah 1000 orang dan 350 rumah hancur.
Gerakan ini belakangan hanya dicap sebagai separatisme, meski sebetulnya lebih mirip sebagai dukungan atas federalisme di Indonesia.
Pemberontakan Andi Aziz terjadi pada 8 April 1950 di Makassar. Pemberontakan ini terjadi karena kekecewaan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger, Pasukan Kolonial Hindia Belanda) terhadap hasil Konferensi Meja Bundar yang mana KNIL harus bergabung dengan APRIS pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena Perang Republik Indonesia Serikat) bersama pasukan TNI yang didominasi oleh TNI dari Jawa.
KNIL menuntut diberikan wewenang atas keamanan di Negara Indonesia Timur. Di bawah kepemimpinan Andi Aziz, seorang mantan perwira KNIL, pemberontakan dilakukan. Pasukan Andi Aziz menuntut agar pasukan TNI ditarik dari Makassar, Negara Indonesia Timur dipertahankan, dan KNIL diberi wewenang atas keamanan di Negara Indonesia Timur.
Pemberontakan meletus setelah bekas serdadu KNIL menyerang markas APRIS dan menyandera sejumlah perwira APRIS di Makassar. Setelah menguasai Makassar, Pasukan Andi Aziz mengultimatum agar pemerintah memenuhi tuntutannya.
Menanggapi ultimatum tersebut, pada 8 April 1950. Pemerintah mengeluarkan ultimatum agar Andi Azis datang ke Jakarta, jika tidak Kapal Laut "Hang Tuah" akan meyerang Makassar. Pemerintah juga meminta agar Andi Azis bertanggung jawab atas tindakannya dalam 4 x 24 jam, namun ultimatum tersebut diabaikan. Sehingga pemerintah mengirim pasukan di bawah komando Kolonel Alex Kawilarang.
Pemberontakan ini berakhir ketika Andi Azis ditangkap pada 15 April 1950 di Jakarta dan mendapat hukuman 15 tahun penjara. Berdasarkan penjelasan di atas maka jawaban yang tepat adalah D
PERTEMPURAN MAKASSAR 1950 Usai Penyerahan Kedaulatan (Souvereniteit Overdracht) pada tanggal 27 Desember 1949, dalam negeri Republik Indonesia Serikat mulai bergelora.
Serpihan ledakan bom waktu peninggalan Belanda mulai menunjukkan akibatnya. Pada umumnya serpihan tersebut mengisyaratkan tiga hal. Pertama, ketakutan antek tentara Belanda yang tergabung dalam KNIL, yang bertanya-tanya akan bagaimana nasib mereka setelah penyerahan kedaulatan tersebut.
Kedua, terperangkapnya para pimpinan tentara yang jumlahnya cukup banyak dalam penentuan sikap dan ideologi mereka. Utamanya para pimpinan militer didikan dan binaan Belanda. Terahir, masih banyaknya terjadi dualisme kepemimpinan dalam kelompok ketentaraan Indonesia antara kelompok APRIS dengan kelompok pejoang gerilya. Walaupun sejak bulan Juni 1947 Pemerintah RI telah mengeluarkan kebijaksanaan bahwa segenap badan kelaskaran baik yang tergabung dalam biro perjoangan maupun yang lepas berada dalam satu wadah dan satu komando yaitu Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Ketiga hal tersebut semakin mengental pada daerah yang masih kuat pengaruh “Belandanya”. Salah satu daerah dimaksud adalah wilayah Sulawesi Selatan. Tiga peristiwa di tahun 50 yang terjadi dikota Makassar dan wilayah Sulawesi Selatan memperlihatkan kekentalan tersebut.
Peristiwa pertama terjadi pada tanggal 5 April 1950 yang terkenal sebagai peristiwa Andi Azis. Peristiwa kedua yang terjadi pada tanggal 15 Mei 1950 dan ketiga yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 1950. Dalam ketiga peristiwa tersebut yang menjadi penyebabnya selalu permasalahan mengenai kegamangan tentara KNIL akan nasib mereka.
Sedangkan 2 peristiwa terahir menjadi tolak ukur dari kegamangan tersebut. Menteri Pertahanan RIS, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam pertemuan pers mengatakan bahwa tidak heran dengan terjadinya peristiwa paling ahir pada tanggal 5 Agustus 1950 (Sin Po 8/8/50).
Rentetan ketiga peristiwa di Makassar tersebut agaknya selalu bermula dari upaya-upaya para anggota KNIL (kemudian dilebur dalam KL) untuk mengacaukan kehidupan rakyat di Makassar sekaligus berupaya untuk memancing tentara APRIS memulai serangan kepada mereka.
Tidak kalah ikut menentukan suasana panas dikota Makassar adalah persoalan tuntutan masyarakat untuk segera menuju negara kesatuan.
Tentu saja gerakan rakyat ini tidak saja terjadi di Indonesia Timur, tapi juga di Jawa Timur, Pasundan, Sumatera Timur dan berbagai daerah lainnya. Pemerintah RIS dalam hal ini atau setidaknya banyak fihak dalam kabinet dan Parlemen sangat memberi angin menuju Negara Kesatuan.Rencana kedatangan tentara APRIS ke Makassar nampaknya terlalu dibesar-besarkan semata-mata karena rasa takut akan menguntungkan fihak pemerintah pusat (RIS).
Oleh karena itu bukan tidak mungkin pemberontakan Andi Aziz adalah rekayasa politik fihak KNIL akibat provokasi tokoh-tokoh anti RIS dalam pemerintahan Negara Indonesia Timur. Andi Aziz sendiri diyakini banyak fihak adalah seorang anggota militer dengan pribadi yang baik.
Namun dalam sekala kesatuan militer KNIL di Sulawesi Selatan dirinya lebih condong sebagai boneka.
Tampak bahwa Kolonel Schotborg dan jakasa agung NIT Sumokil adalah pengendali utama kekuatan KNIL dikota Makassar. Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar tiga tahun kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum penjara selama 14 tahun. Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku bersalah, tidak akan naik appel tapi merencanakan minta grasi kepada Presiden.
Ketika sedang berlangsungnya pemberontakan Andi Aziz di Makassar, untuk mengantisipasinya Pemerintah RIS di Jakarta telah membentuk pasukan gabungan Expedisi Indonesia Timur. Pasukan ini terdiri dari batalyon ADRIS dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur didukung oleh AURIS, ALRIS dan Kepolisian. Sebagai pimpinan Komando ditunjuk Kolonel A.E Kawilarang Panglima TT Sumatera Utara.
Ketika pasukan besar ini sedang dipersiapkan keberangkatannya, telah lebih dahulu diberangkatkan batalyon Worang yang tiba di Sulawesi Selatan pada tanggal 11 April 1950. Meskipun Worang tidak dapat langsung mendarat di Makassar tapi di Jeneponto yang letaknya 100 km keselatan, rakyat pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena dengan sukacita. Sebuah foto yang disiarkan majalah Merdeka terbitan 13 Mei 1950 menggambarkan hal tersebut.
Terlihat 3 orang anggota tentara APRIS yang berjalan menuju kerumunan massa dimana dilatar belakang tampak spanduk bertuliskan “ SELAMAT DATANG TENTARA KITA”. Pertempuran besar memang tidak terjadi antara pasukan APRIS Worang dengan KNIL di Makassar bahkan Andi Aziz ahirnya mau menyerah guna memenuhi panggilan Pemerintah Pusat di Jakarta meskipun telah melampaui batas waktu 4 X 24 Jam untuk mendapat pengampunan. Menyerahnya Andi Azis kemungkinan besar karena kekuatan pendukung dibelakangnya sudah tidak ada lagi yaitu Sumokil yang sudah terbang ke Ambon via Menado dan Kolonel Schotborg yang siap dimutasi untuk pulang ke Belanda.
Setelah Andi Aziz menyerah, banyak tentara dari bekas infantri KNIL yang tidak tahu lagi siapa pemimpin mereka dan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Sementara untuk bergabung dengan APRIS belum ada ketentuan karena belum ada peraturan resmi yang akan membubarkan KNIL (KNIL bubar tgl 27 Juli 1950). Tak heran mereka kemudian memprovokasi rakyat dan kemudian memulai serangan terhadap pos-pos tentara APRIS. Menjelang pertempuran yang terjadi antara pasukan KNIL dengan pasukan APRIS pada tanggal 15 Mei 1950 bermula ketika banyak anggota KNIL menurunkan bendera merah putih disekitar kampemen tempat anggota KNIL berdiam.
Peristiwa penurunan bendera Sang Saka merah Putih itu terjadi bersamaan degan tibanya Presiden RIS Soekarno dikota Makasasar yang memulai lawatannya ke Sulawesi. Setelah Merah Putih diturunkan berlanjut dengan coretan tembok rumah rakyat dan spanduk disekitar kampemen KNIL berisi tulisan yang memojokkan Negara Republik Indonesia Serikat.
Peristiwa ini juga kemudian berkaitan dengan ditembaknya seorang Perwira APRIS oleh tentara KNIL. Peristiwa diatas memicu ketegangan yang memunculkan ketidak sabaran anggota APRIS terhadap tindakan dan ulah provokasi KNIL.
Rakyat yang diprovokasi tidak sabar menunggu komando untuk menyerang KNIL. Pasukan pejoang gerilya dibawah batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah mempersiapkan diri untuk hal tersebut. Sementara tentara KNIL sudah semakin mengeras upayanya untuk menghancurkan kekuatan APRIS untuk menguasai Makassar.
Maka pada tanggal 15 Mei 1950 terjadilah pertempuran besar dikota Makassar. Pasukan KNIL menyerbu barak-barak APRIS, membakar rumah rakyat, menghancurkan rumah dan toko-toko didaerah pecinaan.
Sekitar Makassar penuh dengan api, bau anyir darah dan berbagai desing senjata.
Serangan KNIL ini memang sudah diwaspadai APRIS. Tentara APRIS kemudian membalas serangan dan bersamaan dengan itu pasukan pejoang gerilya dari Batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah turun dari dua kota pangkalan mereka di Polobangkeng dan Pallangga yang terletak disekitar kota Makassar. Seketika suasana medan laga telah berubah.
Pasukan APRIS bersama dua batalyon pejoang tersebut dan rakyat Makassar menyerang balik tentara KNIL. Dalam keadaan demikian inilah Kolonel AH Nasution selaku Kepala Staf ADRIS bersama dengan Kolonel Pereira selaku Wakil Kepala Staf KNIL tiba di Makassar.
Kedua pucuk pimpinan tentara ini kemudian meninjau keadaan dan berunding. Pada tgl 18 Mei 1950 wakil dari APRIS yaitu Overste Sentot Iskandardinata dan Kapten Leo Lopolisa berunding dengan wakil dari KNIL yaitu Kolonel Scotborg, Overste Musch dan Overste Theyman yang disaksikan oleh Kolonel AH Nasution serta Kolonel AJA Pereira.
Perundingan menghasilkan dua keputusan penting yaitu dibuatnya garis demarkasi serta tidak diperbolehkannya kedua tentara APRIS dan KNIL untuk mendekati dalam jarak 50 meter. Untuk sementara keadaan dapat diamankan. Perundingan pertama ini detailnya menghasilkan persetujuan untuk melokalisir tentara KNIL ditiga tempat. Namun rupanya persetujuan dimaksud tidak ditaati. Antara menerangkannya sebagai berikut : “Tetapi persetujuan tinggal persetujuan.
Maka pada hari selasa pertempuran mulai lagi berjalan dengan sengit. Pertempuran yang paling sengit terjadi diempat tempat. Yaitu tangsi KNIL di Mariso, sekitar tangsi KNIL Matoangin, Boomstraat, sekitar Stafkwartier KNIL di Hogepad. Pertempuran sudah berjalan tiga hari tiga malam lamanya tetapi belum juga berhenti” (Kempen 1953:302). Pada ahir Juli 1950 pasukan KNIL dibubarkan. Muncul permasalahan baru. Mau dikemanakan para prajurit ex KNIL tersebut.
Sebagian memang dilebur kedalam KL, sebagian lagi menunggu untuk diterima sebagai anggota APRIS.
Namun masa penantian ini secara psikologis amat merisaukan para anggota tentara KNIL. Pertama mereka dianggap rakyat sebagai kaki tangan Kolonial Belanda, sementara disisi lain bekas majikannya tidak mengindahkan nasib mereka.
Tmbullah usaha provokasi baru yang antara lain dilukiskan sebagai berikut : “Sesudah anggota KNIL di Makassar memperoleh kedudukan sementara sebagai anggota KL pada tanggal 26 Juli 1950 keadaan tidak bertambah baik, sebaliknya mereka terus menerus menimbulkan kesulitan-kesulitan.
Mereka antara lain menentang dengan kekerasan usaha pimpinan tentara Belanda untuk menyerahkan alat tentaranya kepada tentara Belanda. Mereka sering menganiaya penduduk.
Bendera-bendera kebangsaan (maksudnya Merah Putih) disekitar kampemen mereka turunkan dan ahir-ahir ini mereka dengan kejam membunuh perwira Indonesia yang bereda dekat kampemen ketika sedang mengunjungi keluarganya” (Antara 12/8/1950).
Berbagai tindakan provokasi yang dilakukan para eks KNIL ternyata tidak mendapat tanggapan emosinal oleh APRIS. Sehingga terkesan APRIS terlalu sabar. Kesan sabar ini tertimpakan pada pucuk pimpinan APRIS Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur Kolonel AE Kawilarang. Pada saat itu Antara menulis : “Kemaren jam 17.00 Kawilarang telah mengadakan pertemuan dengan wakil-wakil partai dan organisasi di Makassar.
Dikatakannya bahwa ia mengerti akan kekecewaan rakyat terhadap tindakan APRIS yang oleh rakyat dianggap terlalu sabar dalam menghadapi segala percobaan (masudnya dari fihak KNIL) tetapi dikatakannya seterusnya bahwa dalam hal ini orang harus ingat bahwa APRIS adalah bagian resmi dari Pemerintah sedangkan KNIL dipandang sebagai tentara tamu selama mereka belum diorganisir dan semua itu terikat dalam perjanjian KMB yang harus dihormati. Kami cukup kuat dan pasti dapat menyelesaikan segala sesuatu dengan senjata tetapi dengan demikian keadaan akan bertambah kacau dan nama negara kita dimata dunia akan surut.
(Antara 3/6/1950). Dua hal yang antagonis antara provokasi yang dilakukan tentara KNIL dan kesabaran pucuk pimpinan APRIS tersebut menimbulkan dilema dalam menetapkan kebijaksanaan yang akan diambil APRIS selanjutnya. Apalagi kemudian rakyat Makassar semakin mempertajam sikap mereka terhadap tentara KNIL dengan melakukan pemboikotan seluruh kegiatan perdagangan dari dan ke markas-markas KNIL.
Suasana tegang ini ibarat bisul yang akan meletus sewaktu-waktu. Agar APRIS tidak keliru mengambil langkah dalam mengantisipasi ketegangan yang semakin tinggi pada tgl 5 Agustus 1950, APRIS setuju untuk mengadakan perundingan dengan wakil militer Belanda di Indonesia.
Pertemuan yang diikuti oleh tiga wakil tentara Belanda dan dihadiri pula oleh wakil dari UNCI, menyepakati sikap untuk mengendurkan ketegangan melalui APRIS yang berjanji akan mengadakan pendekatan kepada rakyat agar menghentikan boikot kepada tentara KNIL. Belum upaya mengendurkan itu dilakukan oleh APRIS, hari itu pula pada pukul 17.20 selang 80 menit dari usainya persetujuan tersebut tentara eks KNIL melakukan serangan sitematis keseluruh barak dan asrama tentara APRIS.
Tindakan yang kelewat batas tersebut dan menghianati persetujuan, pantang ditolak oleh segenap pasukan APRIS, pejoang gerilya yang tergabung dalam Divisi Hasanudin serta rakyat Makassar. Dalam tempo sekejap memang tentara eks KNIL dapat menguasai medan pertempuran, namun keadaan cepat berubah beberapa jam kemudian. Pasukan APRIS yang didukung oleh kekuatan Udara dan Laut menghantam terus menerus barak-barak eks tentara KNIL. Belum lagi serangan-serangan dari pasukan Divisi Hasanudin dan rakyat.
Tidak sampai 3 X 24 jam pasukan eks KNIL sudah terkepung dibarak-barak mereka.
Ahirnya pada tanggal 8 Agustus 1950 bertempat dilapangan terbang Mandai diadakan persetujuan antara Kolonel AE Kawilarang yang mewakili APRIS dan Mayor Jendeal Scheffelaar sebagai wakil Komisaris Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia. Merka sepakat agar seluruh anggota pasukan KL meninggalkan Makassar dan menyerahkan seluruh perlengkapannya kepada APRIS.
Bagi mereka yang menolak akan dikeluarkan dari KL. Pada pukul 16.00 tanggal 8 Agustus dengan muka tertunduk malu dimulailah pasukan KL meninggalkan Makassar diiringi cemooh segenap rakyat. Dan untuk pertama kalinya sejak penyerahan pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena tanggal 27 Desember 1949, pasukan APRIS pantas bertepuk dada karena telah memenangkan perang dan mengusir pasukan KL tampa syarat. Merah Putih telah tegak berdiri menggantikan Merah Putih Biru untuk selama lamanya.
Kemenangan ini tidak lepas dari dukungan seluruh rakyat termasuk para pejoang gerilya yang telah bahu membahu berjoang dengan pasukan APRIS. Sebuah fenomena monumental yang mencatat dengan tinta emas dalam buku sejarah Nasional kebesaran TNI.
Walau bagaimanapun TENTARA KITA pernah jaya dan akan tetap jaya untuk selama-lamanya. Hal ini antara lain disebabkan karena pucuk pimpinannya sangat cermat dan memiliki kewaspadaan serta kedalaman berfikir dalam mengatur strategi. Mungkin inilah kelebihan Kolonel AE Kawilarang.
• ▼ 2012 (153) • ► Oktober (11) • ▼ September (128) • Iwan Fals - Sampah • Iwan Fals - Demokrasi Otoriter • Iwan Fals - Demokrasi Nasi • Iwan Fals - Oh.Indonesia • Planet Baru Yang Menyerupai Bumi • Robot Tercanggih • Penemu Lampu Pijar • Asal-Usul Sejarah Mikrofon • Penemu Mesin Ketik • Memalukan, SBY Bingung Kehilangan Penerjemah Saat . • "Palagan" Surabaya 28 – 30 Oktober 1945 (bag 2 habis) • Tan Malaka dizholimi bangsanya sendiri ? • Sebelum menikah dengan Hartini.
Soekarno tidak mel. • 61 TAHUN RAPAT RAKSASA IKADA • Sekitar Prkolamasi • Westerling adalah seorang prajurit petualang ? • DR. MOHAMMAD AMIR: TRAGEDI SEORANG TOKOH PEJUANG G. • PERISTIWA KAPITULASI BELANDA – JEPANG • STRUKTUR MASYARAKAT ASIA TENGGARA SEBELUM KEDATANG. • HUKUM MILITER • PERISTIWA MADIUN • PERISTIWA MADIUN 1948, KONSPIRASI POLITIK KAUM KOL. • PERTEMPURAN MAKASSAR 1950 • Adakah perang di Lengkong pada tanggal 25 Januari .
• Sjahrir dan kabinetnya. • Mengungkap Misteri PETRUS (Penembak Misterius) • Suatu Malam di Proklamasi • Dari Trikora Sampai Super Semar • Amir Sjarifoeddin • K.H Ahmad Dahlan • Adolf Hitler – Sang Diktator Nazi • Aristoteles : Bapak Ilmu Pengetahuan • Fakta Tentang Pulau Seribu • Ki Hajar Dewantara • Che Guevara • 1815 Tambora Mengguncang Dunia • Sistem Tanam Paksa • Candi-Candi di Indonesia • KRONOLOGI PERTEMPURAN 10 NOVEMBER 1945 • D-Day – Berakhirnya Hegemoni Nazi di Eropa • Perkembangan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia • Hancurnya Majapahit • LAHIRNYA NASIONALISME DI INDONESIA • Pemberontakan-pemberontakan di Indonesia • KRONOLOGI PENJAJAHAN KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA • Perjalanan Uang Rupiah Yang Ada di Indonesia • PERISTIWA SEJARAH LOKAL 19 SEPTEMBER 1945 • Sneevlit membawa Komunisme ke Hindia • Soe Hok Gie - Aktivis Mahasiswa di Orde Lama yang .
• Tragedi Bintaro, Air Mata di Atas Kereta • Kisah Munir dan Sepeda Motor Tuanya • Jejak Soeharto : Petualangan Politik Seorang Jende. • Jejak Soeharto : Peristiwa Malari “The Shadow of a. • Jejak Soeharto : Petrus Terapi Kejut Sang Presiden • Jejak Soeharto : Komando Jihad Made In Opsus • G 30S PKI, Selubung Hitam Kebohongan Sejarah • Bungkarno dan Sepak Bola • Mengupas Sejarah Pelacuran di Indonesia • Sejarah Masa Kecil Hingga Dewasa Bung Karno • Kisah Cinta Inggit dengan Soekarno • Cinta Mati Gadis remaja Kepada Bung Karno (Yurike .
• Ratna Dewi Sari • Inggit Ganarsih • Riwayat Hidup Singkat dan Perjuangan Ibu Fatmawati • Siti Oetari Tjokroaminoto • Sejarah Batik • Tentang Kabupaten Blitar • Sejarah Kota Blitar • Asal-Usul Nama Indonesia • Biola W.R Supratman • BANGUNAN TUA, SAKSI SEJARAH KOTA BANDUNG • Riwayat Gusdur • Biografi Almarhum Tan Malaka (1894-1949) • Kapitan Pattimura (1783 -1817) • Sejarah Koran (Asal Mula Surat Kabar) • Masa Bersiap • Sejarah Kopi • Sejarah Blangkon • Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa • Sejarah Film & Bioskop di Indonesia • Biografi Taufiq Ismail • FRANS KAISIEPO • Untung Suropati • PANGERAN ANTASARI • TEUKU CIK DI TIRO • Laksamana Keumalahayati • Sejarah Rokok Kretek Di Indonesia • Sejarah Kota Makassar • 6 Negara Yang Menggunakan Bahasa Jawa • Sejarah Asal usul dan Manfaat Tempe • SUSU KUDA LIAR SUMBAWA • Sejarah TNI AU • Sejarah perkumpulan sepak bola di Indonesia • Sejarah Singkat Yogyakarta • Sejarah Singkat Kota Medan • Akar Yang Terserak • Soe Hok Gie: Kegelisahan tanpa Ujung • Perjuangan Hidup Soekarno • Pengalaman Hidup Soekarno • Sejarah Unik Republik Indonesia • ► Agustus (4) • ► Juli (1) • ► Juni (1) • ► Mei (8)Usai Penyerahan Kedaulatan (Souvereniteit Overdracht) pada tanggal 27 Desember 1949, dalam negeri Republik Indonesia Serikat mulai bergelora.
Serpihan ledakan bom waktu peninggalan Belanda mulai menunjukkan akibatnya. Pada umumnya serpihan tersebut mengisyaratkan tiga hal. Pertama, ketakutan antek tentara Belanda yang tergabung dalam KNIL, yang bertanya-tanya akan bagaimana nasib mereka setelah penyerahan kedaulatan tersebut. Kedua, terperangkapnya para pimpinan tentara yang jumlahnya cukup banyak dalam penentuan sikap dan ideologi mereka. Utamanya para pimpinan militer didikan dan binaan Belanda.
Terahir, masih banyaknya terjadi dualisme kepemimpinan dalam kelompok ketentaraan Indonesia antara kelompok APRIS dengan kelompok pejoang gerilya.
Walaupun sejak bulan Juni 1947 Pemerintah RI telah mengeluarkan kebijaksanaan bahwa segenap badan kelaskaran baik yang tergabung dalam biro perjoangan maupun yang lepas berada dalam satu wadah dan satu komando yaitu Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ketiga hal tersebut semakin mengental pada daerah yang masih kuat pengaruh “Belandanya”. Salah satu daerah dimaksud adalah wilayah Sulawesi Selatan. Tiga peristiwa di tahun 50 yang terjadi dikota Makassar dan wilayah Sulawesi Selatan memperlihatkan kekentalan tersebut.
Peristiwa pertama terjadi pada tanggal 5 April 1950 yang terkenal sebagai peristiwa Andi Azis. Peristiwa kedua yang terjadi pada tanggal 15 Mei 1950 dan ketiga yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 1950.
Dalam ketiga peristiwa tersebut yang menjadi penyebabnya selalu permasalahan mengenai kegamangan tentara KNIL akan nasib mereka. Sedangkan 2 peristiwa terahir menjadi tolak ukur dari kegamangan tersebut. Menteri Pertahanan RIS, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam pertemuan pers mengatakan bahwa tidak heran dengan terjadinya peristiwa paling ahir pada tanggal 5 Agustus 1950 (Sin Po 8/8/50). Rentetan ketiga peristiwa di Makassar tersebut agaknya selalu bermula dari upaya-upaya para anggota KNIL (kemudian dilebur dalam KL) untuk mengacaukan kehidupan rakyat di Makassar sekaligus berupaya untuk memancing tentara APRIS memulai serangan kepada mereka.
Tidak kalah ikut menentukan suasana panas dikota Makassar adalah persoalan tuntutan masyarakat untuk segera menuju negara kesatuan.
Tentu saja gerakan rakyat ini tidak saja terjadi di Indonesia Timur, tapi juga di Jawa Timur, Pasundan, Sumatera Timur dan berbagai daerah lainnya.
Pemerintah RIS dalam hal ini atau setidaknya banyak fihak dalam kabinet dan Parlemen sangat memberi angin menuju Negara Kesatuan.Rencana kedatangan tentara APRIS ke Makassar nampaknya terlalu dibesar-besarkan semata-mata karena rasa takut akan menguntungkan fihak pemerintah pusat (RIS). Oleh karena itu bukan tidak mungkin pemberontakan Pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena Aziz adalah rekayasa politik fihak KNIL akibat provokasi tokoh-tokoh anti RIS dalam pemerintahan Negara Indonesia Timur.
Andi Aziz sendiri diyakini banyak fihak adalah seorang anggota militer dengan pribadi yang baik. Namun dalam sekala kesatuan militer KNIL di Sulawesi Selatan dirinya lebih condong sebagai boneka. Tampak bahwa Kolonel Schotborg dan jakasa agung NIT Sumokil adalah pengendali utama kekuatan KNIL dikota Makassar. Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar tiga tahun kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum penjara selama 14 tahun.
Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku bersalah, tidak akan naik appel tapi merencanakan minta grasi kepada Presiden.
Ketika sedang berlangsungnya pemberontakan Andi Aziz di Makassar, untuk mengantisipasinya Pemerintah RIS di Jakarta telah membentuk pasukan gabungan Expedisi Indonesia Timur. Pasukan ini terdiri dari batalyon ADRIS dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur didukung oleh AURIS, ALRIS dan Kepolisian. Sebagai pimpinan Komando ditunjuk Kolonel A.E Kawilarang Panglima TT Sumatera Utara.
Ketika pasukan besar ini sedang dipersiapkan keberangkatannya, telah lebih dahulu diberangkatkan batalyon Worang yang tiba di Sulawesi Selatan pada tanggal 11 April 1950.
Meskipun Worang tidak dapat langsung mendarat di Makassar tapi di Jeneponto yang letaknya 100 km keselatan, rakyat menyambutnya dengan sukacita. Sebuah foto yang disiarkan majalah Merdeka terbitan 13 Mei 1950 menggambarkan hal tersebut. Terlihat 3 orang anggota tentara APRIS yang berjalan menuju kerumunan massa dimana dilatar belakang tampak spanduk bertuliskan “ SELAMAT DATANG TENTARA KITA”.
Pertempuran besar memang tidak terjadi antara pasukan APRIS Worang dengan KNIL di Makassar bahkan Andi Aziz ahirnya mau menyerah guna memenuhi panggilan Pemerintah Pusat di Jakarta meskipun telah melampaui batas waktu 4 X 24 Jam untuk mendapat pengampunan. Menyerahnya Andi Azis kemungkinan besar karena kekuatan pendukung dibelakangnya sudah tidak ada lagi yaitu Sumokil yang sudah terbang ke Ambon via Menado dan Kolonel Schotborg yang siap dimutasi untuk pulang ke Belanda.
Setelah Andi Aziz menyerah, banyak tentara dari bekas infantri KNIL yang tidak tahu lagi siapa pemimpin mereka dan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Sementara untuk bergabung dengan APRIS belum ada ketentuan karena belum ada peraturan resmi yang akan membubarkan KNIL (KNIL bubar tgl 27 Juli 1950). Tak heran mereka kemudian memprovokasi rakyat dan kemudian memulai serangan terhadap pos-pos tentara APRIS. Menjelang pertempuran yang terjadi antara pasukan KNIL dengan pasukan APRIS pada tanggal 15 Mei 1950 bermula ketika banyak anggota KNIL menurunkan bendera merah putih disekitar kampemen tempat anggota KNIL berdiam.
Peristiwa penurunan bendera Sang Saka merah Putih itu terjadi bersamaan degan tibanya Presiden RIS Soekarno dikota Makasasar yang memulai lawatannya ke Sulawesi.
Setelah Merah Putih diturunkan berlanjut dengan coretan tembok rumah rakyat dan spanduk disekitar kampemen KNIL berisi tulisan yang memojokkan Negara Republik Indonesia Serikat. Peristiwa ini juga kemudian berkaitan dengan ditembaknya seorang Perwira APRIS oleh tentara KNIL. Peristiwa diatas memicu ketegangan yang memunculkan ketidak sabaran anggota APRIS terhadap tindakan dan ulah provokasi KNIL. Rakyat yang diprovokasi tidak sabar menunggu komando untuk menyerang KNIL.
Pasukan pejoang gerilya dibawah batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah mempersiapkan diri untuk hal tersebut. Sementara tentara KNIL sudah semakin mengeras upayanya untuk menghancurkan kekuatan APRIS untuk menguasai Makassar.
Maka pada tanggal 15 Mei 1950 terjadilah pertempuran besar dikota Makassar. Pasukan KNIL menyerbu barak-barak APRIS, membakar rumah rakyat, menghancurkan rumah dan toko-toko didaerah pecinaan. Sekitar Makassar penuh dengan api, bau anyir darah dan berbagai desing senjata. Serangan KNIL ini memang sudah diwaspadai APRIS. Tentara APRIS kemudian membalas serangan dan bersamaan dengan itu pasukan pejoang gerilya dari Batalyon Lipang Bajeng dan Harimau Indonesia telah turun dari dua kota pangkalan mereka di Polobangkeng dan Pallangga yang terletak disekitar kota Makassar.
Seketika suasana medan laga telah berubah. Pasukan APRIS bersama dua batalyon pejoang tersebut dan rakyat Makassar menyerang balik tentara KNIL. Dalam keadaan demikian inilah Kolonel AH Nasution selaku Kepala Staf ADRIS bersama dengan Kolonel Pereira selaku Wakil Kepala Staf KNIL tiba di Makassar. Kedua pucuk pimpinan tentara ini kemudian meninjau keadaan dan berunding. Pada tgl 18 Mei 1950 wakil dari APRIS yaitu Overste Sentot Iskandardinata dan Kapten Leo Lopolisa berunding dengan wakil dari KNIL yaitu Kolonel Scotborg, Overste Musch dan Overste Theyman yang disaksikan oleh Kolonel AH Nasution serta Kolonel AJA Pereira.
Perundingan menghasilkan dua keputusan penting yaitu dibuatnya garis demarkasi serta tidak diperbolehkannya kedua tentara APRIS dan KNIL untuk mendekati dalam jarak 50 meter. Untuk sementara keadaan dapat diamankan. Perundingan pertama ini detailnya menghasilkan persetujuan untuk melokalisir tentara KNIL ditiga tempat.
Namun rupanya persetujuan dimaksud tidak ditaati. Antara menerangkannya sebagai berikut : “Tetapi persetujuan tinggal persetujuan. Maka pada hari selasa pertempuran mulai lagi berjalan dengan sengit. Pertempuran yang paling sengit terjadi diempat tempat. Yaitu tangsi KNIL di Mariso, sekitar tangsi KNIL Matoangin, Boomstraat, sekitar Stafkwartier KNIL di Hogepad.
Pertempuran sudah berjalan tiga hari tiga malam lamanya tetapi belum juga berhenti” (Kempen 1953:302). Pada ahir Juli 1950 pasukan KNIL dibubarkan. Muncul permasalahan baru. Mau dikemanakan para prajurit ex KNIL tersebut.
Sebagian memang dilebur kedalam KL, sebagian lagi pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena untuk diterima sebagai anggota APRIS. Namun masa penantian ini secara psikologis amat merisaukan para anggota tentara KNIL. Pertama mereka dianggap rakyat sebagai kaki tangan Kolonial Belanda, sementara disisi lain bekas majikannya tidak mengindahkan nasib mereka. Timbullah usaha provokasi baru yang antara lain dilukiskan sebagai berikut : “Sesudah anggota KNIL di Makassar memperoleh kedudukan sementara sebagai anggota KL pada tanggal 26 Juli 1950 keadaan tidak bertambah baik, sebaliknya mereka terus menerus menimbulkan kesulitan-kesulitan.
Mereka antara lain menentang dengan kekerasan usaha pimpinan tentara Belanda untuk menyerahkan alat tentaranya kepada tentara Belanda. Mereka sering menganiaya penduduk. Bendera-bendera kebangsaan (maksudnya Merah Putih) disekitar kampemen mereka turunkan dan ahir-ahir ini mereka dengan kejam membunuh perwira Indonesia yang bereda dekat kampemen ketika sedang mengunjungi keluarganya” (Antara 12/8/1950). Berbagai tindakan provokasi yang dilakukan para eks KNIL ternyata tidak mendapat tanggapan emosinal oleh APRIS.
Sehingga terkesan APRIS terlalu sabar. Kesan sabar ini tertimpakan pada pucuk pimpinan APRIS Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur Kolonel AE Kawilarang. Pada saat itu Antara menulis : “Kemaren jam 17.00 Kawilarang telah mengadakan pertemuan dengan wakil-wakil partai dan organisasi di Makassar.
Dikatakannya bahwa ia mengerti akan kekecewaan rakyat terhadap tindakan APRIS yang oleh rakyat dianggap terlalu sabar dalam menghadapi segala percobaan (masudnya dari fihak KNIL) tetapi dikatakannya seterusnya bahwa dalam hal ini orang harus ingat bahwa APRIS adalah bagian resmi dari Pemerintah sedangkan KNIL dipandang sebagai tentara tamu selama mereka belum diorganisir dan semua itu terikat dalam perjanjian KMB yang harus dihormati.
Kami cukup kuat dan pasti dapat menyelesaikan segala sesuatu dengan senjata tetapi dengan demikian keadaan akan bertambah kacau dan nama negara kita dimata dunia akan surut.
(Antara 3/6/1950).
Dua hal yang antagonis antara provokasi yang dilakukan tentara KNIL dan kesabaran pucuk pimpinan APRIS tersebut menimbulkan dilema dalam menetapkan kebijaksanaan yang akan diambil APRIS selanjutnya. Apalagi kemudian rakyat Makassar semakin mempertajam sikap mereka terhadap tentara KNIL dengan melakukan pemboikotan seluruh kegiatan perdagangan dari dan ke markas-markas KNIL. Suasana tegang ini ibarat bisul yang akan meletus sewaktu-waktu.
Agar APRIS tidak keliru mengambil langkah dalam mengantisipasi ketegangan yang semakin tinggi pada tgl 5 Agustus 1950, APRIS setuju untuk mengadakan perundingan dengan wakil militer Belanda di Indonesia. Pertemuan yang diikuti oleh tiga wakil tentara Belanda dan dihadiri pula oleh wakil dari UNCI, menyepakati sikap untuk mengendurkan ketegangan melalui APRIS yang berjanji akan mengadakan pendekatan kepada rakyat agar menghentikan boikot kepada tentara KNIL.
Belum upaya mengendurkan itu dilakukan oleh APRIS, hari itu pula pada pukul 17.20 selang 80 menit dari usainya persetujuan tersebut tentara eks KNIL melakukan serangan sitematis keseluruh barak dan asrama tentara APRIS.
Tindakan yang kelewat batas tersebut dan menghianati persetujuan, pantang ditolak oleh segenap pasukan APRIS, pejoang gerilya yang tergabung dalam Divisi Hasanudin serta rakyat Makassar. Dalam tempo sekejap memang tentara eks KNIL dapat menguasai medan pertempuran, namun keadaan cepat berubah beberapa jam kemudian.
Pasukan APRIS yang didukung oleh kekuatan Udara dan Laut menghantam terus menerus barak-barak eks tentara KNIL. Belum lagi serangan-serangan dari pasukan Divisi Hasanudin dan rakyat. Tidak sampai 3 X 24 jam pasukan eks KNIL sudah terkepung dibarak-barak mereka. Ahirnya pada tanggal 8 Agustus 1950 bertempat dilapangan terbang Mandai diadakan persetujuan antara Kolonel AE Kawilarang yang mewakili APRIS dan Mayor Jendeal Scheffelaar sebagai wakil Komisaris Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia.
Mereka sepakat agar seluruh anggota pasukan KL meninggalkan Makassar dan menyerahkan seluruh perlengkapannya kepada APRIS. Bagi mereka yang menolak akan dikeluarkan dari KL. Pada pukul 16.00 tanggal 8 Agustus dengan muka tertunduk malu dimulailah pasukan KL meninggalkan Makassar diiringi cemooh segenap rakyat. Dan untuk pertama kalinya sejak penyerahan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, pasukan APRIS pantas bertepuk dada karena telah memenangkan perang dan mengusir pasukan KL tampa syarat.
Merah Putih telah tegak berdiri menggantikan Merah Putih Biru untuk selama lamanya. Kemenangan ini tidak lepas dari dukungan seluruh rakyat termasuk para pejoang gerilya yang telah bahu membahu berjoang dengan pasukan APRIS.
Sebuah fenomena monumental yang mencatat dengan tinta emas dalam buku sejarah Nasional kebesaran Pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena.
Walau bagaimanapun TENTARA KITA pernah jaya dan akan tetap jaya untuk selama-lamanya. Hal ini antara lain disebabkan karena pucuk pimpinannya sangat cermat dan memiliki kewaspadaan serta kedalaman berfikir dalam mengatur strategi.
Mungkin inilah kelebihan Kolonel AE Kawilarang. • ▼ 2011 (118) • ► November (2) • ► September (3) • ► Juni (15) • ▼ Mei (72) • BRDM-1 TNI (Panser Amfibi 4×4 Dari Era Bung Karno) • Serbia Dituduh Sembunyikan Jenderal Pembantai • Dunia Sambut Baik Penangkapan Mladic • Obama Puji Serbia Atas Penangkapan Mladic • Kampanye Sekutu di Okinawa Pada Perang Dunia 2 • BTR-40 TNI-AD • FV 601 Saladin (di Pakai Jarang, di Buang Sayang) • Sejarah Sniper di Masa Perang Dunia II (1939 – 1945) • Asal Mula Sniper & Prioritas Target Sniper • Mayor Jenderal J.H.R.
Kohler Tewas di Tangan Snipe. • Perlukah Penembak Misterius Diaktifkan Kembali.? • P E T R U S (Penembak Misterius) • Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (Pejuang Kemerde. • PASPAMPRES (Pasukan Pengaman Presiden Indonesia) • Pemangsa Pesawat Model Jinjing • MIM-104 Patriot (Sang Penghancur Rudal Musuh) • Membandingkan AK-47 (Uni Sovyet) Dengan M16 (AS) • STK ULTIMAX (Senjata Serbu Buatan Singapura) • Kisah 2 Sniper AS Melawan 1 Kompi Vietkong di Pera.
• Menhan: Lokasi 13 Sandera WNI Belum Diketahui • Untuk Lawan Perompak, Pemerintah Somalia Dukung TN. • OV-10 Bronco (Kuda Liar Pelibas GPK Andalan TNI AU) • Kennel (Rudal Bongsor Yang Membuat Pusing Belanda . • Hummel 150mm Self-Propelled Howitzer • QW-3 (Rudal Panggul Andalan Paskhas TNI AU) • Indonesia & China Latihan Bersama Pilot Sukhoi • General LeMay (Jenderal Yang Cool Tapi Sadis & Ber. • F-86 Sabre (Salah Satu Pioner Pesawat Modern) • T-33A (Awalnya Bukan Pesawat Tempur) • Piter Arnold Lumintang • Daan Mogot (Pahlawan Berumur 17 Tahun) • Tim Seal 6 Yang Berhasil Membunuh Osama Ternyata S.
• Pertempuran Makasar 1950 • Pertempuran Iwo Jima (Kengerian Bagi Marinir Amerika) • Tan Malaka (Pahlawan Off The Record) • RPG-29 Vampire (anti-tank portable murah meriah ra. • U-2 Dragon Lady (Legenda Pesawat Intai AS) • M136 AT4 (anti-tank portable AS rasa Swedia) • Grumman E-2 Hawkeye Airborne Early Warning And Con. • Aurora Strategic Reconnaissance (Pesawat Pengintai) • Gurkha (Suku yang Terlahir Untuk Berperang) • AGM-114 Hellfire (Rudal Api Neraka Pemusnah Lapis .
• Kriss (Keris) SMG .45 (Senapan Amerika dengan Nama. • Tetral (Rudal Anti Pesawat Terbaru TNI-AL) • Yakhont (Rudal Jelajah Supersonic TNI-AL) • CASSPIR (Kendaraan Anti Bom Milik Gultor) • JASGU (Jeep Tempur Amfibi Serba Guna Buatan Anak I. • MAESA-PT44 (Kendaraan Taktis Racikan Dalam Negeri) • LVTP-7 (Pendarat Amfibi Korps Marinir TNI-AL) • Boeing 737 Surveillance (Jet Pengintai TNI-AU) • Kendaraan Tempur Bawah Air (KTBA) Buatan Asli Indo.
• Mitsubishi A6M / Zero (Fighter Andalan Jepang di P. • Kekuatan Udara Tentara Udara Diraja Malaysia • Faktor Penyebab Indonesia Tidak Bisa Tegas Kepada . • Perbandingan Antara Angkatan Militer Malaysia & In. • Mengenal Rudal Balistik, Senjata Andalan Negara-ne. • SAS Inggris Pernah di Pecundangi RPKAD (Kopassus) • Jenazah Osama Dikubur di Laut • 10 Fakta Tentang Osama bin Laden • 3,5 Tahun dalam Penjajahan Jepang • 11 Cara Tentara Amerika Dalam Mengintimidasi Tawan.
• Bungkam Radio RMS • Seragam Tentara Russia Era Perang Saudara • Sejarah Tak Terungkap Dari Tentara Amerika-Afrika . • Kekuatan Nuklir Amerika Serikat & Uni Soviet Pada . • Pesan Kuno di Dalam Botol Zaman Nazi Jerman • 9 Formasi Para Prajurit Perang Dunia I Yang Mengag.
• Navy Seal 6, Tim “Super Elit” Amerika yang Misterius • FGM-148 Javelin (anti-tank portable AS) • Kronologi Penangkapan Osama Bin Laden • Kronologi Kematian Osama Bin Laden • Osama Bin Laden Tewas • ► April (23) • ► Maret (3)
Kejadian tak terduga terjadi di Mabes Polri, Jakarta, Rabu sore (31/03/2021). Seseorang menerobos masuk dan mengancam petugas polisi dengan senjata api. Dia berkeliaran di sekitar pos jaga, sambil mengacungkan senjatanya. Dari rekaman video amatir di lokasi kejadian, terlihat pelaku beberapa kali mengeluarkan tembakan.
Tidak lama Si Pelaku tiba-tiba roboh. Dia berhasil dilumpuhkan oleh petugas di sana. Setelah dilakukan penyelidikan, polisi mendapati informasi bahwa pelaku merupakan seorang perempuan berusia 25 tahun berinisial ZA.
Dia tinggal di Ciracas, Jakarta Timur, bersama kedua orang tuanya. Pelaku sendiri adalah eks mahasiswa di salah satu kampus swasta, yang drop out pada semester lima. Dilansir laman BBC, saat melakukan serangan, ZA membawa map kuning yang di dalamnya berisi “amplop bertuliskan kata-kata tertentu”.
“Dan pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena bersangkutan memiliki Instagram yang baru dibuat atau diposting 21 jam yang lalu.
Di mana di dalamnya ada bendera ISIS dan ada tulisan terkait bagaimana perjuangan jihad,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Baca juga: Cerita di Balik Gedung Mabes Polri Kapolri menerangkan ZA bertindak seorang diri. Dia masuk ke kompleks Mabes Polri dengan berjalan kaki melalui pintu belakang.
Sampai di pos utama di gerbang utama Mabes Polri, ZA bertanya letak kantor pos. Petugas yang berjaga lalu menunjukkan arahnya.
Tidak lama setelah beranjak dari pos, ZA kembali lagi. Saat itulah penyerangan terjadi. Menurut Kapolri ZA melakukan enam kali penembakan. Dua kali ke anggota polisi di dalam pos, dua kali di luar, dan tembakan lainnya diarahkan kepada anggota yang ada di belakangnya. Dalam sejarah, peristiwa penyerangan terhadap markas aparat bersenjata juga pernah terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 1950.
Kala itu, markas Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) dihujani tembakan senjata berat oleh eks anggota KNIL. Meski dilakukan secara berkelompok -tidak seperti kasus ZA di Mabes Polri- kasus penyerangan di markas APRIS juga tergolong nekat karena perbedaan persenjataan di kedua kubu.
Ditambah adanya kesamaan rasa simpatik berlebihan kepada kelompok tertentu. Jika ZA kepada kelompok radikal ISIS, eks anggota KNIL memiliki kecintaan berlebih kepada Kerajaan Belanda. Penyerangan terhadap markas APRIS terjadi pada 5 Agustus 1950.
Saat penyerangan terjadi, para pembesar militer Indonesia dan Belanda di Makassar sedang melakukan pertemuan.
Mereka membahas soal insiden-insiden yang melibatkan bekas tentara Belanda sejak permulaan 1950 yang menimbulkan keresahan, serta menyulut kemarahan rakyat Makassar. Dijelaskan dalam buku Republik Indonesia: Provinsi Sulawesi, terbitan Kementerian Penerangan RI, selama bulan Mei hingga Juli anggota KNIL terus-menerus memberikan kesulitan bagi rakyat dengan berbagai tindakan kejamnya.
Baca juga: Agar Sulawesi Tetap Indonesia “Bendera-bendera kebangsaan disekitar kampemen-kampemen mereka turunkan, dan akhir-akhir ini pertempuran antara pasukan knil dan apris di makassar pada 15 mei 1950 terjadi karena membunuh dengan kejam seorang perwira Indonesia yang berada di dekat kampemen mereka untuk mengunjungi keluarganya. Pihak pimpinan tentara Indonesia di Makassar selalu mengambil sikap yang bijaksana terhadap tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab itu,” tulis Kementerian Penerangan.
Pertemuan para pemimpin militer itu dilakukan untuk meredakan suasana yang selalu memanas di antara kedua kubu. Sekira pukul 4 sore, tercapai kesepakatan antara militer Indonesia dan Belanda. Salah satunya pihak Indonesia bersedia menenangkan rakyat Makassar untuk mengakhiri boikot terhadap orang-orang Belanda. Sementara militer Belanda berjanji mengakhiri teror anggota eks KNIL dan menyerahkan persenjataan yang mereka gunakan unuk mengancam rakyat. Baca juga: Aksi Brutal KNIL di Enrekang Namun menjelang pukul 6 sore, sekelompok orang datang ke markas APRIS.
Mereka adalah anggota bekas KNIL yang belakangan menebar teror kepada rakyat, serta bekas pasukan pemberontakan Andi Azis. Jumlahnya cukup banyak, dengan persenjataan yang lengkap.
Dalam buku terbitan Subdisjarah Diswatpersau, Sejarah TNI Angkatan Udara: 1950-1959, para penyerang juga membawa kendaraan-kendaraan berat, panser, scout car, hamber, brencarrier, dan tank. Serangan mereka dimulai dengan menembakkan mortir ke bangunan utama markas dan asrama-asrama militer.
Kemudian mereka mengerahkan pasukan infanteri untuk menembus pertahanan markas. “Bekas-bekas KNIL yang menyerang pada tanggal 5/8/1950 malam menjalankan banyak pembunuhan-pembunuhan yang kejam terhadap rakyat dan anggota tentara Indonesia, merampok toko-toko dan rumah-rumah, dan membakari pula banyak rumah-rumah di Makassar,” imbuh Kementerian Penerangan.
Persitiwa penyerangan itu membuat militer Indonesia geram. Pada 6 Agustus 1950, pertempuran antara militer Indonesia dan eks tentara KNIL pecah. Saling balas serangan menggunakan senjata berat terjadi di hampir seluruh wilayah Makassar. Pihak Republik juga segera menerjunkan bantuan besar ke Makassar untuk meredam serangan para pemberontak tersebut. Baca juga: Kehidupan di Tangsi KNIL yang Kumuh Pada 7 Agustus 1950, Mayor Jenderal Scheffelaar dan Kolonel A.E. Kawilarang tiba di lapangan terbang Mandai.
Keduanya datang ke Sulawesi Selatan untuk menghentikan pertempuran yang sedang berlangsung di Makassar. Keesokan harinya, dengan disaksikan peninjau-peninjau militer, serta komisaris Kerajaan Belanda, Kawilarang dan Scheffelaar sepakat menghentikan pertempuran. “Disetujui bahwa anggota KL (KNIL) yang tidak tunduk pada perintah Scheffelaar akan kehilangan kedudukannya sebagai KL dan bahwa anggota-anggota KL segera akan meninggalkan Makassar setelah alat-alat tentara diserahkan kepada tentara Indonesia,” tulis Kementerian Penerangan.
Tepat setelah hasil perundingan diumumkan, pada 8 Agustus 1950, pertempuran berhenti. Sebagian anggota eks KNIL yang membangkan diusir dari Makassar, sementara lainnya memilih bertahan untuk tinggal di markas militer Belanda. Sejak itu kondisi di Makassar mulai membaik dan kehidupan rakyat kembali normal. • Historia berhak me-non aktifkan account yang melanggar atau menggunakan program ilegal untuk mendapatkan poin tanpa pemberitahuan dahulu • Historia bekerja sama dengan pihak ke-3 untuk transaksi redeem point, dalam hal ini pihak ke-3 adalah GetPlus • Historia hanya menjadi platform untuk mengumpulkan poin, redeem poin hanya bisa dilakukan di platform pihak ke-3, dalam hal ini GetPlus • Setelah user redeem point di platform pihak ke-3, maka semua activity yang dilakukan menjadi tanggung jawab pihak ke-3 • Historia sebagai partner tidak bertanggung jawab apabila terjadi maintenance web, maintenance produk, dan atau hal - hal lainnya yang terjadi di pihak ke-3 maupun yang terjadi di Historia.id yang dapat mengganggu dalam perolehan poin user maupun dalam keterlambatan masuknya poin user • Historia sebagai partner tidak bertanggung jawab atas hilangnya Poin perolehan, dan atau perbedaan jumlah poin segala transaksi akan tercatat di dalam applikasi pihak ke-3 • Historia sebagai partner tidak bertanggung jawab atas perubahan-perubahan syarat & ketentuan yang dilakukan pihak ke-3 • Historia sebagai partner tidak bertanggung jawab atas data yang ada di pihak ke-3 • Historia sebagai partner tidak bertanggung jawab atas redeem yang dilakukan user di pihak ke-3 • Historia sebagai partner tidak bertanggung jawab atas hadiah yang disediakan oleh pihak ke-3 • Syarat dan Ketentuan lebih lanjut: https://www.mygetplus.id/terms-and-conditions