Dewa brahma dipuja di pura

dewa brahma dipuja di pura

Brahma adalah dewa Hindu (deva) penciptaan dan salah satu Trimurti (baca: Proses Penciptaan Alam Semesta), yang lainnya adalah Wisnu (baca: Dewa Wisnu) dan Siwa (baca: Dewa Shiva).

Menurut Brahma Purana, dia adalah ayah dari Manu, dan dari Manu semua manusia adalah keturunan. Di Ramayana dan Mahabharata, ia sering disebut sebagai nenek moyang atau grandsire besar semua manusia. Sesuai tradisi Hindu, Veda tidak pernah diciptakan oleh siapa pun karena selalu ada dari zaman dahulu.

Shakti Brahma adalah Saraswati (baca: Hari Raya Saraswati). Saraswati juga dikenal dengan nama-nama seperti Savitri dan Gayatri, dan telah mengambil bentuk yang berbeda sepanjang sejarah.

Brahma sering diidentikkan dengan Prajapati, dewa Veda. Menjadi suami dari Saraswati atau Vaak Devi (Dewi Speech), Brahma juga dikenal sebagai “Vaagish,” yang berarti “Lord of Speech and Sound.

Menurut Shri Madha Bhagawata Mahapurana, Brahma lahir melalui pusar Wisnu, Wisnu adalah sumber utama dari apapun yang ada di dunia; yang diciptakan oleh-Nya dari bagian bahan tubuhnya sendiri di alam semesta ini, kemudian Beliau bertanya-tanya tentang pembentukan Manusia di planet ini, maka pada awalnya Beliau telah menciptakan teratai dari pusarnya dan dari lotus Brahma berasal.

Menurut Purana, Brahma adalah lahir di bunga teratai. Legenda lain mengatakan bahwa Brahma lahir di air, atau dari benih yang kemudian menjadi telur emas, Hiranyagarbha. Dari telur emas ini, Brahma, pencipta lahir. Bahan-bahan sisa telur emas ini diperluas ke Brahmanda atau alam semesta.

Dilahirkan di air, Brahma juga disebut sebagai Kanja (lahir di air). Ada cerita untuk Sharsa Brahma maka konsep multiple semesta sebagai setiap Brahma menciptakan nya Bhramand (alam semesta) selama satu tahun Brahma Pada awal proses penciptaan, Brahma menciptakan empat Kumāras atau Caturṣaņa.

Namun, mereka menolak perintahnya untuk berkembang biak dan dewa brahma dipuja di pura mengabdikan diri kepada Dewa Wisnu. Dia kemudian melanjutkan untuk menciptakan dari pikiran sepuluh anak atau Prajāpatis yang diyakini sebagai ayah dari umat manusia. Tapi karena semua anak-anak yang lahir dari pikirannya, bukannya dari tubuh, mereka disebut Manas Putras. Brahma memiliki sepuluh putra dan satu putri Dinamakan Shatrupa yaitu, Marichi, Atri, Angirasa, Pulaha, Pulasthya, Krathu, Vashista, Prachethasa, Bhrigu, Narada Beliau memakai pakaian merah.

Brahma secara tradisional digambarkan dengan empat kepala, empat wajah, dan empat lengan. Dengan setiap kepala, Ia terus membacakan salah satu dari empat Weda. Dia sering digambarkan dengan jenggot putih (terutama di India Utara), menunjukkan sifat hampir kekal keberadaannya.

Tidak seperti kebanyakan dewa Hindu lainnya, Brahma tidak memegang senjata. Salah satu tangannya memegang sebuah tongkat. Lain tangannya memegang sebuah buku. Brahma juga memiliki serangkaian tasbih disebut ‘akṣamālā’ (karangan bunga mata), yang Ia gunakan untuk melacak waktu alam semesta. Dia juga terlihat memegang Weda. Pengikut agama Hindu percaya bahwa Manusia tidak mampu kehilangan berkat-berkat Brahma dan Sarasvati, karena tanpa berkat Beliau manusia akan kekurangan kreativitas, pengetahuan untuk memecahkan kesengsaraan manusia.

Ada sebuah kisah tentang kepala yang kelima. Kepala ini datang ketika Shatrupa mulai terbang menjauh darinya dan bertengger di atas empat kepala – melambangkan nafsu dan ego, kemudian kepala tersebut dipenggal oleh Shiva, sehingga Brahma kembali dengan empat kepala avatarnya yang melahirkan Weda. Kepala kelima tinggal dengan Shiva maka Shiva mendapat nama Kapali.

Simbol Dewa Brahma • Empat Wajah – Empat Veda (Rig, Sama, Yajur dan Atharva). • Empat Tangan – Brahma empat lengan mewakili empat arah mata angin: timur, selatan, barat, dan utara. Tangan kanan kembali merupakan pikiran, tangan kiri belakang mewakili kecerdasan, tangan kanan depan ego, dan tangan kiri depan kepercayaan diri. • Manik-manik Doa – Melambangkan zat yang digunakan dalam proses penciptaan. • Buku – buku melambangkan pengetahuan. • Emas – Emas melambangkan kegiatan; wajah emas Brahma menunjukkan bahwa Ia secara aktif terlibat dalam proses penciptaan alam semesta.

• Angsa – Angsa adalah simbol rahmat dan kebijaksanaan. Brahma menggunakan angsa sebagai vahana • Mahkota – Mahkota Brahmā mengindikasikan otoritas tertinggi Nya. • Bunga Teratai – teratai melambangkan alam dan esensi hidup segala sesuatu dan makhluk di alam semesta.

• Jenggot – jenggot hitam atau putih Brahma ini menunjukkan kebijaksanaan dan proses abadi penciptaan. Di Bali, Dewa brahma dipuja di pura Brahma di posisikan di Selatan/Daksina dan di stanakan di Pura Andakasa.

Pura Andakasa adalah pura kahyangan jagat yang terletak di Banjar Pakel Desa Gegelang Kecamatan Manggis, Karangasem. Pura ini didirikan atas konsepsi Catur Loka Pala dan Sad Winayaka. Pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Catur Loka Pala adalah empat pura sebagai media pemujaan empat manifestasi Tuhan untuk memotivasi umat mendapatkan rasa aman atau perlindungan atas kemahakuasaan Tuhan. Keempat pura itu dinyatakan dalam kutipan Lontar Usana Bali di atas. Mendapatkan rasa aman (raksanam) dan mendapatkan kehidupan yang sejahtera (danam) sebagai kebutuhan dasar masyarakat yang wajib diupayakan oleh para pemimpin atau kesatria.

Demikian dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra I.89. Usaha manusia itu tidak akan mantap tanpa disertai dengan doa pada Tuhan. Memanjatkan doa pada Tuhan untuk mendapatkan rasa aman (raksanan) di segala penjuru bumi itulah sebagai latar belakang didirikannya Pura Catur Loka Pala di empat penjuru Bali.

Di arah selatan didirikan Pura Andakasa sebagai tempat pemujaan Batara Hyanging Tugu. Hal ini juga dinyatakan dalam Lontar Babad Kayu Selem. Sedangkan dalam Lontar Padma Bhuwana menyatakan: ”Brahma pwa sira pernahing daksina, pratistheng kahyangan Gunung Andakasa.” Artinya Dewa Brahma menguasai arah dewa brahma dipuja di pura (daksina) yang dipuja di Pura Kahyangan Gunung Andakasa. Yang dimaksud Hyanging Tugu dalam Lontar Usana Bali dan Babad Kayu Selem itu adalah Dewa Brahma sebagai manifestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai pencipta.

Pura Andakasa juga salah satu pura yang didirikan atas dasar konsepsi Sad Winayaka untuk memuja enam manifestasi Tuhan di Pura Sad Kahyangan. Memuja Tuhan di Pura Sad Kahyangan untuk memohon bimbingan Tuhan dalam melestarikan sad kertih membangun Bali agar tetap ajeg — umatnya sejahtera sekala-niskala. Membina tegaknya Sad Kertih itu menyangkut aspek spiritual yaitu atma Kertih. Yang menyangkut pelestarian alam ada tiga yaitu samudra kertih, wana kertih dan danu kertih yaitu pelestarian laut, hutan dan sumber-sumber mata air.

Sedangkan untuk manusianya meliputi jagat kertih membangun sistem sosial yang tangguh dan jana kertih menyangkut pembangunan manusia individu yang utuh lahir batin. Jadinya pemujaan Tuhan Yang Mahaesa dengan media pemujaan dalam wujud Pura Catur Loka Pala dan Sad Winayaka untuk membangun sistem religi yang aplikatif.

Sistem religi berupaya agar pemujaan pada Tuhan Yang Maha Esa itu dapat berdaya guna untuk memberikan landasan moral dan mental. Pura Andakasa dalam kesehariannya didukung oleh dua desa pakraman yaitu Desa Pakraman Antiga dan Gegelang. Menurut cerita rakyat di Antiga didapatkan penjelasan bahwa pada zaman dahulu di Desa Antiga ada tiga butir telur jatuh dari angkasa. Tiga telur tersebut didekati oleh masyarakat.

Tiba-tiba telur itu meledak dan mengeluarkan asap. Asap itu berembus dari Desa Antiga menuju tiga arah. Ada yang ke barat daya, ke barat laut dan ke utara. Masyarakat Desa Antiga mendengar adanya sabda atau suara dari alam niskala. Sabda itu menyatakan bahwa asap yang mengarah ke barat daya desa adalah Batara Brahma. Sejak itu bukit itu bernama Andakasa sebagai tempat pemujaan Batara Brahma. Asap yang ke barat laut desa adalah Batara Wisnu menuju Bukit Cemeng didirikan Pura Puncaksari.

Asap yang menuju ke utara desa adalah perwujudan Batara Siwa dipuja di Pura Jati. Tiga pura di tiga bukit itulah sebagai arah pemujaan umat di Desa Antiga dan Desa Gegelang. Pemujaan Batara Brahma di Pura Andakasa ini dibangun di jejeran pelinggih di bagian timur dalam bentuk Padmasana.

Di bagian jeroan atau pada areal bagian dalam Pura Andakasa di jejer timur ada empat padma. Yang paling utara adalah disebut Sanggar Agung, di sebelah selatannya ada pelinggih Meru Tumpang Telu. Di selatan meru tersebut ada padmasana sebagai pelinggih untuk memuja Dewa Brahma atau Hyanging Tugu. Di sebelah selatan pelinggih Batara Brahma ada juga dua padmasana untuk pelinggih Sapta Petala dan Anglurah Agung. Upacara pujawali atau juga disebut piodalan di Pura Andakasa diselenggarakan dengan menggunakan sistem tahun wuku.

Hari yang ditetapkan sejak zaman dahulu sebagai hari pujawali di Pura Andakasa adalah setiap hari Anggara Kliwon Wuku Medangsia. Di samping ada pujawali setiap 210 hari, juga diselenggarakan upacara pecaruan setiap Anggara Kliwon pada wuku Perangbakat, wuku Dukut dan wuku Kulantir.

Setiap pujawali di Pura Andakasa pada umumnya diadakan upacara melasti ke Segara Toya Betel di Desa Pengalon. Tujuan melasti ini adalah untuk lebih menguatkan dan memantapkan umat dalam menyerap vibrasi kesucian Ida Batara di Pura Andakasa.

Tujuan utama melasti menurut Sundarigama adalah anganyutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana. Artinya mengatasi penderitaan rakyat, menghilangkan kekotoran (klesa) diri dan untuk menyucikan alam lingkungan dari dewa brahma dipuja di pura. Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Mohon dikoresi bersama jika ada tulisan/makna yang kurang tepat.

Suksma… Sumber: Puragunungsalak maadurgawallpaper agungsujana 2017-04-11T07:10:37+00:00 Juru Sapuh ( 250 videos, 2M views) Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu.

Para leluhur pada Jaman dahulu telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ).

[ X Tutup Iklan] Pengertian Dewata Nawa Sanga Secara Etimologi, Kata “Dewa” ( Deva) berasal dari bahasa Sanskerta, kata “Div” yang berarti “Bersinar”. Dalam bahasa Latin “Deus” berarti “Dewa” dan “Divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “Deity”, dalam bahasa Perancis “Dieu” dan dalam bahasa Italia “Dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang dewa brahma dipuja di pura dengan “Deva” adalah “Dievas”, bahasa Latvia: “Dievs”, Prussia: “Deiwas”.

Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Jadi “Dewa” (Deva) adalah sinar suci Brahman atau Sang Hyang Widhi. Sesuai dengan artinya, fungsi Deva adalah untuk menyinari, menerangi alam semesta agar selalu terang dan terlindungi.

Sedangkan “Devatā” (dewata) adalah sebutan untuk Para Dewa (jamak). Sementara Nawa atau pun Sanga artinya sembilan. Jadi Dewata Nawa Sanga atau Nawa Dewata adalah sembilan Dewa sebagai penguasa di setiap penjuru mata angin. Dalam konsep agama Hindu di Bali, sembilan penguasa tersebut merupakan Dewa Siwa yang dikelilingi oleh delapan aspeknya. Diagram Surya Majapahit (lambang kerajaan Majapahit) menampilkan tata letak para dewa Hindu di sembilan arah penjuru utama mata angin.

Kesembilan dari Dewata Nawa Sanga tersebut sebagai penguasa yang menjaga penjuru mata angin, yaitu : 1. Dewa Wisnu Dewa Wisnu merupakan penguasa arah utara (Uttara), bersenjata Chakra Sudarshana, wahananya (kendaraan) Garuda, shaktinya Dewi Sri, aksara sucinya “A”, di Bali Dewa Wisnu dipuja di Pura Batur.

2. Dewa Sambhu Dewa Sambhu merupakan penguasa arah timur laut dewa brahma dipuja di pura, bersenjata Trisula, wahananya (kendaraan) Wilmana, shaktinya Dewi Mahadewi, aksara sucinya “Wa”, di Bali Dewa Sambhu dipuja di Pura Besakih. 3. Dewa Iswara Dewa Iswara merupakan penguasa arah timur (Purwa), bersenjata Bajra, wahananya (kendaraan) gajah, shaktinya Dewi Uma, aksara sucinya “Sa”, di Bali Dewa Iswara dipuja di Pura Lempuyang.

Baca Juga: Naga Taksaka dalam Simbol dan Kisah 4. Dewa Maheswara Dewa Maheswara merupakan penguasa arah tenggara (Gneyan), bersenjata Dupa, wahananya (kendaraan) merak, shaktinya Dewi Lakshmi, aksara sucinya “Na”, di Bali Dewa Maheswara dipuja di Pura Goa Lawah. 5. Dewa Brahma Dewa Brahma merupakan penguasa arah selatan (Daksina), bersenjata Gada, wahananya (kendaraan) angsa, shaktinya Dewi Saraswati, aksara sucinya “Ba”, di Bali Dewa Brahma dipuja di Pura Andakasa.

6. Dewa Rudra Dewa Rudra merupakan penguasa arah barat daya (Nairiti), bersenjata Moksala, wahananya (kendaraan) kerbau, shaktinya Dewi Samodhi/Santani, aksara sucinya “Ma”, di Bali Dewa Rudra dipuja di Pura Uluwatu.

7. Dewa Mahadewa Dewa Mahadewa merupakan penguasa arah barat (Pascima), bersenjata Nagapasa, wahananya (kendaraan) Naga, shaktinya Dewi Sanci, aksara sucinya “Ta”, di Bali Dewa Mahadewa dipuja di Pura Batukaru.

8. Dewa Sangkara Dewa Sangkara merupakan penguasa arah barat laut (Wayabhya), bersenjata Angkus/Duaja, wahananya (kendaraan) singa, shaktinya Dewi Rodri, aksara sucinya “Si”, di Bali Dewa Sangkara dipuja di Pura Puncak Mangu. 9. Dewa Siwa Dewa Siwa merupakan penguasa arah tengah (Madhya), bersenjata Padma, wahananya (kendaraan) Lembu Nandini,senjata Padma shaktinya Dewi Durga (Parwati), aksara sucinya “I” dan “Ya”, di Bali Dewa Siwa dipuja di Pura Pusering Jagat.

Berikut Ini Tabel Lengkap Tentang Dewata Nawa Sanga. sumber : berbagai sumber Semoga Bermanfaat Salam Shanti Sebarkan ke seluruh umat…. Komentar Terbaru dewa brahma dipuja di pura yahya herlintang pada Mantra “Om Namah Shivaya” Memiliki Kandungan Kekuatan Luar Biasa • prg diaz pada Mengapa Umat Hindu Menghormati Sapi?

• Dandy Aditya pada Hare Krisna, Samakah Dengan Agama Hindu? • Dandy Aditya pada Hare Krisna, Samakah Dengan Agama Hindu? • Dandy Aditya pada Hare Krisna, Samakah Dengan Agama Hindu?
[ X Tutup Iklan] Menurut ajaran agama Hindu, Brahma (Dewanagari: ब्रह्मा; IAST: Brahmā) adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar sebagai Dewa pencipta.

Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita. Kata Brahma memiliki arti : yang tumbuh, berkembang, berevolusi, yang bertambah besaryang meluap dari dirinya. Dalam beberapa sumber, Nama Dewa Brahma diidentikan dengan nama Agni (api). Dalam kehidupan beragama Hindu di Bali, dewa Brahma tidak pernah bisa dilepaskan dari nafas berkeagamaan di Bali.Penggambaran Dewa Brahma di masyarakat Hindu Bali tidak jauh berbeda dengan penggambarannya di India. Dalam kepercayaan di Bali Dewa Brahma diyakini sebagai Dewanya Dapur, Penguasa dan pelindung arah Selatan, bersenjatakan Gada, berwahana Angsa, memiliki Sakti Dewi Saraswati, atribut serba merah, Dalam Pemujaan dilingkungan desa adat, dia dipuja di sebuah pura yang bernama Pura Desa atau Pura Bale Agung, yang mana dalam pura ini akan ada bangunan yang terbuat dari batu bata sebagai penghormatan kehadapan dia.

Sedangkan secara regional Bali, pemujaan Dewa Brahma berada di Pura Luhur Andakasa. Brahma hidup selama seratus tahun Kalpa. Satu tahun Kalpa sama dengan 3.110.400.000.000 tahun. Setelah seratus tahun Kalpa, maka Dewa Siwa sebagai Dewa pelebur mengambil perannya untuk melebur alam semesta beserta isinya untuk dikembalikan ke asalnya. Setelah itu, Brahma sebagai pencipta tutup usia, dan alam semesta bisa diciptakan kembali oleh kehendak Brahman (Tuhan).

Kisah Kelahiran Brahma Dalam Manusmrti (Manavadharmasastra) buku I sloka 9 disebutkan: “ Tad andam abhavad haiman, Baca Juga: Naga Taksaka dalam Simbol dan Kisah Sahasramsusamaprabham, tasmin jajna svayam brahma, sarva loka pita maha” yang memiliki arti bebas: Benih menjadi telur alam semesta yang Maha Suci, cemerlang laksana jutaan sinar.

Dari dalam telur itu Ia menjadikan dirinya sendiri menjadi Brahma, pencipta cikal bakal jagat raya ini. Brahma dianggap sebagai perwujudan dari Brahman, jiwa tertinggi yang abadi dan muncul dengan sendirinya. Menurut Kitab Satapatha Brahmana, disebutkan bahwa Dewa Brahma yang menciptakan, menempatkan, dan memberi tugas dewa-dewi lainnya. Sedangkan dalam kitab Mahabharata dan Purana, dikatakan bahwa Dewa Brahma merupakan leluhur dunia yang muncul dari pusar Dewa Wisnu, sebagai pencipta dunia Brahma dikenal dengan nama Hiranyagarbha atau Prajapati.

Nama Lain Dewa Brahma • ATMABHU = Dia yang lahir sesuai keinginannya. • SURAJYESTHA = yang berwujud mendahului seluruh Dewata • PARAMESTHIN = Dia yang tinggal dalam dunia kebenaran. • PITAMAHA = Kakek moyang seluruh arwah. • HIRANYAGARBHA = telur keemasan. • LOKESA = Penguasa Alam • `SVAYAMBHU = Melahirkan dirinya sendiri. • CATURANANA/CATURMUKHA = Memiliki empat wajah. • ABJAYONI = Lahir dari Bunga Teratai. • DRUHINA = yang membunuh segala macam Raksasa (kejahatan).

• VIRANCI = Sang Pencipta. • KAMALASANA = yang duduk di atas Bunga Teratai. • SRSTA = yang menciptakan. • PRAJAPATIH = Penguasa semua Mahkluk. • VIDHATA = yang menjadikan segala sesuatu. • VISVASRT = Dia yang menciptakan dunia.

• VIDHI = Dia yang menciptakan dan mengadili. • NABHIJANMA= yang lahir dari pusar Wisnu.

dewa brahma dipuja di pura

• ANDAJA = yang muncul dari Telur. • HAMSAVAHANA = yang mengendarai Angsa. • AGNI = Sang Api. • VISVAKARMA dewa brahma dipuja di pura Arsitek Alam Semesta. Penggambaran dan Makna Dewa Brahma digambarkan sebagai sosok dewa dengan empat muka yang menghadap ke empat penjuru arah mata angin (Caturmukha Brahma) yang melambangkan kekuasaan terhadap Catur Weda, Catur Yuga (empat siklus waktu), Catur Warna (empat pembagian masyarakat berdasarkan keterampilan).

Dia dilukiskan sebagai seorang pria tua dengan janggut putih yang memiliki makna leluhur dari seluruh jagat raya, memiliki empat tangan yang memegang alat-alat seperti: • Aksamala/tasbih : simbol tiada awal dan tiada akhir.

• Sruk (sendok besar), dan Surva(sendok biasa) simbol dari upacara yadnya. • Kamandalu/kendi simbol dari keabadian. • Pustaka yang merupakan simbol dari Ilmu Pengetahuan.

Baca Juga: Tat Twam Asi dalam Hindu Dia berwahana Hamsa (Angsa) putih yang merupakan simbolisasi dari kebijaksanaan, dan kemampuan memilah baik dan buruk. Terkadang dia juga digambarkan sedang duduk dalam keadaan meditasi di atas bunga Padma (lotus) Merah yang merupakan lambang Kesucian lahir bathin. Dewa Brahma disandingkan dengan Dewi Saraswati sebagai dewi Ilmu Pengetahuan.

Hal ini merupakan sebuah makna tersirat bahwa suatu penciptaan atau suatu karya tanpa landasan ilmu pengetahuan adalah sia-sia. Putra-Putra Dewa Brahma • Marici, Angirasa, Atri, Pulastya, Pulahadan Kratu lahir dari Pikiran Dewa Brahma. • Dhata dan Vidhata • Prajapati Daksa lahir dari jari kaki kanan Dewa Brahma.

• Svayambhu Manu • Kandarpa/Kamadewa Dewa Asmara yang lahir dari ego Dewa Brahma. • Bhrgu lahir dari api pemujaan Brahma. • Madhuka dan Golika • Jambavan terlahir dari Keringat Dewa Brahma • Sanaka • dan lain-lain. Mantram Mantram atau doa pujian yang ditujukan kehadapan Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta disebut Brahma Stawa OM NAMASTE BHAGAWAN AGNI, NAMASTE BHAGAWAN HARI, NAMASTE BHAGAWAN ISA, SARWA BHAKSA HUTASANA Sembah padamu Dewa Agni, Sembah padamu Dewa Hari, dewa brahma dipuja di pura padamu Dewa Isa, yang menyaksikan segala jenis pengorbanan.

TRI WARNA BHAGAWAN AGNI, BRAHMA WISNU MAHESWARAH, SANTIKAM PAUSTIKAM SIWA,RAKSANAM CABHICARIKAM Dewa Agni memiliki tiga penampilan, BrahmaWisnu dan Maheswarapenyebab ketenangan, makanan dan perlindungan ANUJNANAM KRTAM LOKE, SAUBHAGAM PRIYA DARSANAM, YAT KINCIT SARWA KARYANAM, SIDDHIR EVA NA SAMSAYAH Perkenannya dihasilkan di dunia, peruntungan bagus, menyenangkan sekali untuk dilihat, perbuatan apapun akan berhasil tanpa suatu keraguan.

OM BRAHMA PRAJAPATIH SRESTHAH, SVAYAMBHUR VARADO GURUH, PADMAYONIS CATUR VAKTRO, BRAHMA SAKALAM UCYATE Dewa Brahma dewa segala mahkluk, Dia yang paling mulia, dia yang memberikan anugrah pada Guru, dia yang dilahirkan dari Bunga Teratai, yang berwajah empat, demikianlah Brahman yang sempurna. Baca Juga: Padmasana - Niyasa Stana Hyang Widhi NAMOSTU BHAGAWAN AGNI, SARVOKTEMA HUTASANA, VAJRA SARA MAHA SARA, DIPTO GNIH JVALANAS TATHA Dewa Agni peredam segala kejahatan, yang lahir dari benih keemasan, badan dari alam semesta, dan merupakan kebahagiaan yang tertinggi.

SARVA PAPA PRASAMANAMHIRANYAGARBHA SAMBHAWAM, LOKANAM CA SARIRAN CA, SUKHAM AGNIH PRAM UCYATE. Brahma dalam Bhagawadgita Dalam kitab suci Bhagawadgita, Dewa Brahma muncul dalam bab 8 sloka ke-17 dan ke-18; bab 14 sloka ke-3 dan ke-4; bab 15 sloka ke-16 dan ke-17. Dalam ayat-ayat tersebut, Dewa Brahma disebut-sebut sebagai Dewa pencipta, yang menciptakan alam semesta atas berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawadgita juga disebutkan, siang hari bagi Brahma sama dengan satu Kalpa, dan Brahma hidup selama seratus tahun Kalpa, setelah itu dia wafat dan dikembalikan lagi ke asalnya, yakni Tuhan Yang Maha Esa.

BAGAIMANA MENURUT ANDA? SEBARKAN KESELURUH UMAT SE DHARMA. sumber : Berbagai sumber Komentar Terbaru • yahya herlintang pada Mantra “Om Namah Shivaya” Memiliki Kandungan Kekuatan Luar Biasa • prg diaz pada Mengapa Umat Hindu Menghormati Sapi? • Dandy Aditya pada Hare Krisna, Samakah Dengan Agama Hindu? • Dandy Aditya pada Hare Krisna, Samakah Dengan Agama Hindu? • Dandy Aditya pada Hare Krisna, Samakah Dengan Agama Hindu? • Home • About Us • Apa Itu Reiki ?

• Apa Itu Metafisika ? • Disclaimer • Hak Cipta & Kerahasiaan • Panduan Bagi Pemula • Profile Grand Master • Programs • Reiki • Seichim • Metaphysics • Empowerment • Nusantara Energy System • Store • Amulet / Charm • Aromatherapy Incense • Pusaka • Rosario • Minyak Metafiska • Testimonials • Contact Us • Articles • Langguage • English • Bahasa Indonesia • Cart 0 DEWA BRAHMA Oleh : Y.M.

Maha Dhammadhiro Thera (Artikel ini merupakan bagian dari tulisan berjudul Buddharupa) Brahmarupa atau bentuk Brahma banyak dikenal belakangan ini dengan sebutan Dewa Empat Muka. Sebagian masyarakat suku Tiong Hoa menyebutnya Sie Mien Fuo (Buddha empat muka) atau Sie Mien Sen (Sie Bin Sin, Dewa empat muka). Sesungguhnya, apakah Brahma itu? Artikel di bawah ini ditampilkan untuk membantu mengkaji tentang keberadaan Brahma melalui pandangan beberapa sudut. Arti Kata Brahma Kata Brahma menurut konteks katanya berarti besar; makhluk yang berbadan besar disebut Brahma (mahantasarratya brahma, akar kata Braha = besar).

Menurut pengertiannya, brahma berarti pembesar atau penguasa tiga alam, yakni; alam manusia, alam dewa dan alam brahma. Istilah Brahma memiliki banyak pengertian lain disesuai dengan ciri dan fungsinya, seperti: kakek (pitmaha), bapak, bapak makhluk alam (pitu), penguasa tiga alam (lokesa), makhluk yang lebih luhur di antara para dewa (surajettha), pemelihara makhluk hidup (pajapati), dsb.

Brahma dalam Tradisi Brahmana/Hindu Brahma, sebagaimana yang kita kenali, adalah salah satu dari tiga dewa utama dalam agama Hindu. Pengikut Hindu mempercayai dewa ini sebagai dewa pencipta, dewa yang kekal, yang lebih tinggi dari dewa lainnya. Apabila berpasangan dengan dua dewa yang lainnya, yakni: Visnu dan Siva, ketiganya ini dikenal dengan julukan Trimurti. Istilah Trimurti ini muncul sekitar dua ratus tahun setelah Buddhaparinibbana, yakni saat kaum Brahmana menamakan ajarannya sebagai ajaran Hindu atau Jaman Hindu.

Sebenarnya, istilah Brahma ini telah muncul lama sebelum kemunculan jaman Hindu; yakni muncul pada Jaman Veda. Jaman Veda adalah jaman kedua dari empat jaman dalam agama Brahmana, yakni: jaman Ariyaka, jaman Veda, jaman Brahmanaka, dan jaman Upanisada (Hindu).

Teori pembedaan masyarakat berdasarkan warna kulitnya atau yang dinamakan kasta muncul di jaman Veda ini. Dan, Brahma pada masa ini diyakini sebagai sumber dari keempat kelompok kasta di atas. Rinciannya secara berturut-turut adalah, kasta Brahmana muncul dari mulut Brahma, kasta Ksatriya muncul dari lengan Brahma, kasta Vaisa muncul dari paha Brahma dan kasta Sudra muncul dari kaki Brahma.

Kemudian pada jaman Brahmanaka, Brahma dijadikan sebagai objek pujaan tertinggi dengan menyisihkan kebesaran dewa Indra yang sebelumnya telah menjadi pujaan tertinggi sejak awal mula berdirinya agama ini, yakni sejak jaman Ariyaka dan awal jaman Veda. Brahma dianggap sebagai dewa pencipta menggantikan dewa Indra. Dan kaum Brahmana menyatakan diri bahwa kaum mereka adalah keturunan Brahma. Terhitung sejak jaman Ariyaka, yakni jaman awal kaum Ariyaka menduduki wilayah India sekarang, kepercayaan terhadap dewa-dewa di jaman Brahmanaka ini kian lama kian bertambah kompleks dan timpang tindih asal-usul maupun tugasnya.

Satu sosok nama dewa bisa berasal dari bermacam-macam sumber kemunculannya dan berlainan kwalitas dan kekuasaannya. Dewa-dewa yang dulunya berderajat tinggi pada satu jaman menjadi merosot sebagai dewa lumrahan di jaman lainnya.

Sebaliknya, yang dulu berderajat rendah naik menjadi berderajat tinggi yang berperanan penting dalam mengatur kelangsungan alam semesta, termasuk alam manusia. Brahma misalnya, dalam kitab Mandharmasastra dikatakan muncul dari telor emas dan sebagai pencipta dewa Visnu. Tetapi dalam kitab Varhapurna disebutkan bahwa Brahma muncul dari teratai yang muncul dari pusar dewa Visnu. Dalam kitab Padmapurna dikatakan, dewa Visnu ingin menciptakan alam, kemudian ia membagi diri dengan menciptakan Brahma dari pundak kanannya, menciptakan dirinya sendiri dari pundak kirinya dan menciptakan dewa Siva dari badannya.

Kecuali di atas, masih banyak dewa-dewa objek pujaan lain yang kian lama kian tumpang tindih dewa brahma dipuja di pura. Ketimpang tindihan sosok dewa berikut kwalitas dan kekuasaannya ini salah satu sebabnya adalah karena masing-masing kelompok masyarakat pemuja dewa tertentu berusaha mengorbitkan dewanya masing-masing.

Dan terhadap dewa yang bukan pujaan mereka, keberadaannya akan dikesampingkan, bahkan didiskreditkan. Sehingga, setelah jaman Brahmanaka yang bertahan selama beberapa ratus tahun di mana dewa-dewa agama Brahmana pada masa itu berada pada titik puncak ketidak-jelasan dan sebagai salah satu subjek pertikaian antar kepercayaan, muncullah jaman Hindu yang berhasrat mengatur kembali, baik segi ajaran maupun objek-objek pujaan mereka.

Di jaman Hindu, kaum Brahmana berhasil meringkas bentuk-bentuk dewa yang beraneka macam itu dewa brahma dipuja di pura satu bentuk berupa Trimurti. Terbit satu kesepakatan bahwa, Brahma adalah sosok pencipta, Visnu adalah sosok pemelihara, dan Siva adalah sosok penghancur. Mengapa dewa Brahma memiliki empat muka? Pertanyaan sejenis ini banyak terlontar.

Keberadaan Brahma dengan empat muka ini muncul dari kalangan kaum Brahmana sendiri. Asal usul dewa Brahma bukanlah memiliki empat muka, melainkan lima muka.

Muka yang kelima terletak di ubun-ubun kepala. Namun muka yang kelima ini sirna karena adanya satu peristiwa. Ceritanya adalah sebagai berikut. Dulu, dewa Brahma hanya bermuka satu, seperti dewa-dewa lainnya. Ia mempunyai seorang shakti (dewi) bernama dewi Sarasvati, sebagai pendampingnya. Saat sang dewi, yang adalah sesosok dewi bertubuh indah, sedang memberikan pelayanan di dekat sang Brahma, sekonyong-konyong timbul sorot mata berbaur nafsu birahi tertampak di wajah sang Brahma.

Karena tekanan perasaan gelisah atas pandangan itu, sang dewi menghindar sorotan mata sang Brahma dengan berpindah di sebelah kanan Brahma. Sang Brahma, atas dorongan nafsu birahinya untuk bisa mengagumi keindahan tubuh sang dewi, menciptakan muka di sisi kanan kepalanya. Sang dewi yang pemalu itu pindah lagi ke sebelah kirinya. Sang Brahma tidak pantang menyerah.

Dia ciptakan muka di sisi kiri kepalanya mengikuti arah sang dewi. Sang dewi pindah lagi ke belakang dengan harapan bisa lepas dari sorot mata Brahma. Namun, sang Brahma tidak putus asa. Ia menciptakan muka di sisi belakang kepalanya. Karena merasa tidak ada tempat nyaman lagi baginya, sang dewi pun berdiam di angkasa. Di pihak lain, atas dorongan nafsu yang tiada tanda reda, sang Brahma menciptakan muka kelimanya di bidang atas kepalanya.

Akhirnya, sang dewi yang tidak tahu apa yang harus diberbuat, pergi melaporkan hal tersebut kepada dewa Siva (versi lain mengatakan kepada dewa Visnu). Dewa Siva membantu mengatasi masalah sang dewi dengan menebas muka yang berada di bidang atas kepala,Brahma kehilangan muka atasnya. Dan mulai dari situlah Brahma menjadi bermuka empat,Cerita ini tampak seperti dongeng seribu satu malam. Tetapi inilah yang tercantum dalam kitab milik kaum Brahmana tentang asal mula Brahma empat muka atau Sie Mien Sen dalam bahasa Mandarinnya.

Dewa Brahma dalam Tradisi Buddhis Tidak seperti dalam tradisi Brahmana/Hindu yang menempatkan Brahma di alam surgawi dan masih berlumur gairah nafsu (Komavacarabhava), Dewa Brahma dalam ajaran Buddha diletakkan di alam tersendiri, yakni alam Brahma, yang bebas nafsu gairah (Ruparupabhava).

Dalam kitab-kitab agama Buddha, istilah Brahma sering disebut di sana. Artinya, agama Buddha mengakui keberadaan Brahma. Namun, istilah brahma dalam kitab agama Buddha itu memiliki pengertian yang berbeda dari kepercayaan kaum Brahmana.

Batasan pengertian brahma diubah sedemikian rupa hingga sesuai dengan doktrin agama Buddha. Perlu diketahui juga, bahwa Sang Buddha banyak memberikan makna baru atas kata-kata yang sebelumnya telah dipakai di jaman itu, seperti misalnya kata arahanta, brahmana, mokkha, bhagavantu, dsb. Pengubahan ini dewa brahma dipuja di pura ditujukan agar para pendengar ajaran Beliau memiliki pengertian baik dan benar.

Sebuah kata atau nama bisa mengandung makna lebih dari satu arti. Tiap-tiap makna berperan dalam memahami suatu ucapan atau ajaran. Karena itu, pemilahan makna kata dari makna-makna adalah satu tugas yang amat penting untuk mencapai maksud sebenarnya si pengucap. Pengertian lebih penting daripada nama itu nama yang menjulukinya sendiri. Karena, nama adalah sekadar julukan.

Sedangkan pengertian adalah arahan dari suatu nama diucapkan. Untuk kata brahma misalnya, umat Buddha tidak diarahkan untuk memahaminya sebagai pusat dari makhluk alam semesta, sosok makhluk yang kekal, yang menentukan nasib setiap insan (yang sebenarnya juga termasuk nasib hewan dan makhluk lain), atau sosok makhluk yang secara langsung memberi anugerah sekaligus kutukan terhadap makhluk lain.

Brahma dalam pengertian sebagai sesosok makhluk, adalah makhluk-makhluk yang telah mengembangkan kebajikan besar sehingga mampu menempati alam brahma. Brahma dalam agama Buddha bukanlah mewaliki satu makhluk saja, melainkan mewakili sekelompok makhluk dengan berbagai macam tingkatannya. Alam Brahma memiliki banyak tingkat. Tiap tingkat memiliki ciri khas, kemampuan, dan batas usia penghuninya. Dewa Brahma, meskipun berusia amat lama, juga akan habis masa usianya (meninggal dari alamnya).

Ia pun akan melanjutkan kehidupannya di alam-alam lain seperti halnya makhluk manusia dan binatang. Dan, semasih belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, mereka semua tak terlepaskan dari alam samsara.

Kembali pada pengertian Brahma, Sang Buddha sendiri dalam sabdanya, pernah menyebut diri beliau sebagai Brahma, • Brahmati kho bhikkhave tathagatassetam adhivacanam. Para bhikkhu, kata brahma ini merupakan nama Tathagata. • Brahma juga dipakai untuk pengertian orangtua, seperti dalam Buddhavacana ini, Brahmati matapitaro pubbacariyati vuccare, Ibu dan ayah pemelihara anak, disebut brahma dan disebut guru awal.

Brahma berarti luhur • Brahmacakkam pavatteti Memutar roda nan luhur. setthatthena brahmam sabbabutanam • Pengetahuan si pengetahu segala yang merupakan brahma dalam pengertian luhur. Brahma mengacu pada empat keberadaan luhur (metta, karuna, mudita, upekkha), Brahmam, bhikkhave muditya cetovimuttiy. • Duhai para bhikkhu, di kala itu para bhikkhu berada dalam kediaman yang luhur yakni tempat berdiam dalam mudit, kebebasan pikiran. Keberadaan Brahma sebagai sosok penentu nasib, pemberi rejeki, kesehatan, keselamatan, dsb.

tidak dikenal dalam pengertian Buddhis. Perbandingan Dewa Brahma menurut Brahmana dan Buddhis Brahma dalam Ajaran Brahmana: 1. Dikenal dalam ajaran para brahmana sejak Jaman Veda. 2. Sebagai sang pencipta dan bersifat kekal. Pada jaman Veda dianggap merupakan bagian dari segala sesuatu. 3. Dalam cirinya sebagai paramatman, dianggap sebagai sumber semua jiwa (atman). 4. Pada Jaman Brahmanaka, Brahma bersifat nonperson dan tak berjenis kelamin. 5. Masa berikutnya, bentuk Brahma lebih berbentuk person menyerupai manusia dengan memiliki empat muka.

6. Belakangan, Brahma mempunyai istri atau Shakti bernama Sarasvati (dewi kebijaksanaan) dan mempunyai angsa sebagai wahananya.

7. Dilengkapi dengan Brahma viharadharma. Brahma dalam Ajaran Buddha : 1. Bukan makhluk kekal, bukan pencipta, bukan penentu garis hidup makhluk lain. 2. Berasal dari makhluk yang telah mengembangkan batin hingga di tingkat rupajjhana dan arupajjhana. Kehidupannya dibatasi oleh waktu. 3. Bersifat person, bermuka satu dan tidak memiliki istri atau Shakti. 4. Dilengkapi dengan Brahmaviharadhamma. 5. Istilah Brahma juga dipakai untuk pengertian luhur, dewasa, orangtua, dsb. Menimbang perbandingan di atas, penerimaan brahmarupa sebagai bentuk pujaan dalam tradisi Buddhis dengan hanya beralasan bahwa brahma dikenal baik dalam ajaran Buddha tidaklah cukup.

Baik bentuk dan konsep brahmarupa maupun persepsi pemuja terhadap brahmarupa perlu mendapat pelurusan sedemikian rupa sehingga penghormatan yang dilakukan itu bisa dikatakan sebagai penghormatan secara Buddhis. Namun pernyataan ini adalah terlepas dari sikap kebebasan berkehendak dari pemuja sendiri.

Satu hak penuh bagi seseorang, dengan dasar pemikiran dan tujuan yang disadarinya, untuk memuja satu bentuk pujaan. Ulasan ini hanya memberikan kejelasan tentang prinsip brahma di masing-masing kepercayaan. Sebab, penerimaan satu bentuk pujaan luar ke dalam tradisi Buddhis akan berarti juga menghalalkan bentuk pujaan lain untuk masuk dalam tubuh Buddhis.

Apa yang terjadi dalam agama Buddha apabila dalam tubuhnya penuh terisi dewa-dewa pujaan kepercayaan lain? Brahmarupa di Thailand Berikut ini adalah sekilas tentang kehadiran Brahmarupa ditengah-tengah masyarakat Thai. Artikel ini mengambil Thai sebagai kajian karena objek pujaan brahma yang sedang dibahas di sini berkaitan erat dengan yang ada di sana. Bisa dikatakan bahwa menjamurnya objek pujaan brahma oleh umat Dewa brahma dipuja di pura di Indonesia adalah pemasukan budaya dari negara itu.

Selain mewarisi tradisi Buddhis, masyarakat Thai mewarisi tradisi kaum Brhamana pula. Ajaran Brahmana berpengaruh di masyarakat ini tak kurang dewa brahma dipuja di pura seribu tahun yang lalu dan masih tersisa pengaruhnya hingga kini. Kendati, dewa brahma dipuja di pura Buddha telah menyebar luas di hampir keseluruhan negara sejak lebih dari seribu tahun. Ajaran Brahmana datang ke negara ini hampir bersamaan dengan kedatangan agama Buddha ke sana.

Namun, ajaran Brahmana di sana lebih dikenal dari segi tradisi dan tata upacaranya, alih-alih dari ajarannya. Di sisi lain, agama Buddha mendapatkan tempat yang lebih resmi sebagai agama panutan mereka. Tradisi dan tata upacara Brahmana pun seolah menjadi bagian dari tradisi Buddhis.

Para brahmana sendiri, sebelum memulai upacara ala tradisinya, memimpin peserta upacara memohon Pancasila kepada bhikkhu. Dewa brahma dipuja di pura dengan berlangsungnya pengaruh tradisi Brahmana, kehidupan masyarakat sana pun tak terpisah dari hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan ini. Pura-pura Brahmana, ritual-ritual, pemujaan kepada para dewa, seperti: dewa Brahma, dewa Rah, dewi Umi atau Durga (pendamping dewa Siva), dewa Ganesa dan lain-lain bisa dijumpai di sana.

Di antara para dewa di atas, Brahma adalah paling populer dipuja, yang mana adalah hal yang jarang terjadi dalam masyarakat penganut kepercayaan Brahmana di wilayah lain, meski di India sekalipun. Umat Brahmana di wilayah lain justru dewa brahma dipuja di pura memuja dewa Siva, dewa Visnu atau dewa-dewa lainnya. Jadi, meskipun masyarakat Thai mengaku penganut Buddhis, yang sebagian memang adalah penganut buddhis yang taat, sebagian lagi adalah pemuja Brahmarupa juga.

Brahmarupa yang dipuja adalah brahma dalam kepercayaan Bruhmana, sosok dewa bermuka empat, yang mampu sang pencipta makhluk, pemberi anugerah, rejeki, dan penentu garis hidup.

Berhubungan dengan Brahmarupa di Thai, ada sebuah legenda yang membuat patung dewa ini melejit tingkat kepopulerannya. Meskipun sebelumnya Brahma sudah dipuja oleh sebagian masyarakat Thai, puncak kepopuleran patung ini adalah baru sekitar duapuluh tahunan yang lalu. Satu hotel dengan nama Erawan, yang adalah nama seekor Gajah, dibangun di pusat pertokoan kota Bangkok. Konon pemilik hotel ingin membangun sebuah patung dewa yang menjadi penunggang gajah Erawan.

Maka dibangunlah patung Brahma di pojok sebelah depan hotel, yang semestinya bukanlah patung dewa Brahma melainkan patung dewa Indra. Sebab gajah Erawan adalah wahana atau tunggangan dari dewa Indra. Sedangkan, dewa Brahma memiliki angsa sebagai wahana. Tidak diketahui kesalahan ini adalah suatu kesengajaan atau tidak. Belakangan, ada satu cerita tentang seorang wanita yang sedang di landa permasalahan, tidak tahu kemana harus bersandar, datanglah ia ke depan patung dewa Brahma yang kebetulan ia lihat di pojok sebuah hotel.

Ia memohon penyelesaian masalah di hadapan sang patung. Tekadpun ia keluarkan, bahwa kalau masalahnya bisa terselesaikan, ia akan bertelanjang menari dihadapan sang patung. Alkisah, ia benar-benar terlepas dari kegundahan akan permasalahannya.

Dilakukanlah tekadnya itu. Dari mulut ke mulut, peristiwa ini mengundang sensasi besar bagi masyarakat sekitar. Para pemandu jalan pun berpropaganda kepada para pelancong manca negara, terutama yang berasal dari wilayah Asia. Para pelancong pun, yang bak sembari menyelam minum air, beradu nasib dengan memohon segala hal yang mereka inginkan.

Alhasil, meskipun yang terkabulkan permohonannya itu tidak lebih dari 1 persen dari keseluruhan jumlah pemohon, gema ketenaran sang patung di pojok sebuah hotel ini menjadi ke mana-mana. Dan, celakanya, sang patung ini akhirnya dikenal dengan istilah Sie Mien Fuo (Buddha 4 muka) alih-alih Sie Mien Sen (Dewa 4 muka), hanya karena untuk memudahkan pendengaran para pelancong.

Asal berupa sebuah patung dan berada di kota Bangkok, satu kota yang padat dengan pemeluk Buddhis, semuanya dianggap sebagai Fuo, patung Buddha saja.

Dari ulasan yang cukup panjang lebar di atas, kira-kira jelaslah apa yang dimaksud Brahmarupa; bagaimana konsep dewa Brahma menurut Brahmana dan menurut Buddhis; dan, bagaimana pula sepantasnya seorang buddhis mengerti dan menghormat dewa Brahma. Sorot baliknya tentunya kembali kepada pengikut Buddhis masing-masing. catatan kaki : 1. Majjhimanikaya, Atthakatha. 2. Vinayapitaka, samantapasdiktaka. 3. Mlapannasaka, Majjhimanikaya.

4. Salakkhandhavagga Atthakatha. 5. Lonakapallavagga, dukanipata. Se Mien Fo ( Phak Phom ) 1. Mengenal Se Mien Fo Dalam sutra Buddha, di sepuluh penjuru Buddha dan bodhisattva serta alam semesta terdapat 31 alam kehidupan. Bumi ini hanya satu dewa brahma dipuja di pura kecil di alam semesta.dalam 31 alam tersebut terdapat alam manusia, binatang, surge, neraka, alam jhana dsb.

Dalam alam pathana jhana bhumi terdapat 3 alam, yaitu alam Brahma Parisajja, Brahma Purohita, dan alam maha Brahma. Se Mien Fo yang dikenal dengan Maha Brahma Sahampati ( dalam bahasa Thai dikenal sebagai Phak Phom sin Nei atau Pah pong ) adalah penguasa dari alam maha brahma yang merupakan alam tertinggi dalam alam pathana jhana bhumi dan merupakan penguasa alam semseta.

Dalam sejarah para dewa Thailand, ditulis yang pertama sekali lahir dijagad raya ini adalah Maha Brahma.

dewa brahma dipuja di pura

Oleh karena itu dia dianggap sebagai pencipta oleh para dewa dan manusia, dia dianggap sebagai dewa terbesar karena menggerakan alam semesta dan merupakan penguasa dari alam-alam yang ada seperti manusia, asura, dewa dan alam lainnya. Phak Pom memiliki kesaktian yang tidak terbatas.

Keistimewaan Phak Pom ialah menawarkan pertolongan kepada orang yang dengan tulus bersujud dan berdoa kepada Nya dari seluruh arah, dan dia akan dengan senang hati mengabulkan permintaan mereka, sehingga terlihat semua hal yang dilakukan adil dan bijaksana.

Phak Pom memiliki empat muka yang melambangkan empat masa penciptaan, delapan telinga yang welas asih mendengarkan doa dari seluruh mahluk hidup, dan delapan tangan yang membawa alat keagamaan yang dewa brahma dipuja di pura memiliki makna khusus, yakni : 1. Tasbih ( manic manic ) untuk mengontol karma mahluk hidup dan reinkarnasi 2. Tangan di depan dada untuk menawarkan belas kasih dan berkah kepada seluruh mahluk hidup 3.

Rumah keong untuk lambing kekayaan dan kemakmuran 4. Vas bunga ( teko ) untuk air berkat (pemenuhan keinginan dewa brahma dipuja di pura 5. Buku ( kitab Veda ) untuk lambing ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan 6. Tongkat untuk lambing kehendak dan kesuksesan 7. Cinta mani ( bendera kebesaran ) lambing kekuatan maha kuasa Buddha 8.

Roda terbang ( cakram ) lambing menangkal bahaya bencana dan celaka, menangkal setan Karena kewelas asihan dan kesaktian Phak Po mini maka semua dewa tunduk padanya. Kekuatan dari Phak pom memberikan bantuan atas nyawa yang dalam bahaya, keuntungan dalam usaha, jodoh dan lainnya.

Dikatakan bahwa jika seseorang ingin keinginan dipenuhi maka harus mendapat seorang penari striptease ( tarian tanpa busana ) wanita untuk pertunjukan di hadapan maha brahma sebagai persembahan, hal ini salah pengertian dan penuh dosa, memojokan dan tidak menghargai maha brahma.

Usia dari dewa Maha Brahma di alam pathana jhana bhumi mencapai satu asekheyya kappa sama dengan dua puluh antara kappa. Kappa sama dengan satu mil kubik berisi biji sawi dikali 100 tahun masa manusia untuk satu biji sawi. Dalam menyembah Phak Pom, kita juga harus menerima ajaran kewelas asihan Phak Pom dari 4 penjuru, yaitu : • Arah depan ( metta ) artinya mengasihi seluruh mahluk hidup tanpa memandang perbedaan apapun.dengan mengasihi melalui ucapan, perbuatan, dan pikiran.

• Arah kanan ( galula ) artinya memiliki hati yang tergerak untuk menolong penderitaan orang lain dan mahluk lain. Contoh : menolong orang miskin, orang sakit, melepas hewan. • Arah kiri ( mutitia ) artinya ikut berbahagia dengan perbuatan bajik orang lain, tidak iri, dan tulus membantu dan mengajak orang lain bebruat kebajikan.

• Arah belakang ( ubega ) artinya kita harus mengembangkan ketulusan dan tidak terpaksa dalam membantu mahluk lain, tidak mengharap imbalan, menganggap semua adalah sama, tiada musuh atau kawan yang hendak ditolong saja. Jika dengan tulus melakukan 4 hal diatas, maka semua akan berjalan lancer.

Semakin banyak kita melakukan kebajikan, maka akan semakin membawa dampak yang baik bagi kita.bahkan para dewa juga ikut senang. 2. Tata cara sembahyang dewa brahma dipuja di pura Rumah Dalam mengundang se mien fo, harus memperhatikan beberapa hal. Tempat sembahyang ( altar ) se mien fo jika tidak dapat ditaruh di ruang terbuka maka dapat ditaruh dalam rumah, asal ada tempat yang bersih sudah boleh. Hanya harus ingat tidak boleh ditaruh dekat toilet, atau berhadapan dengan toilet. Hal yang perlu diperhatikan : • Altar se mien fo harus lebih rendah dari altar Buddha ( jika ada Buddha ), tetapi harus lebih tinggi dari tempat duduk dan tempat tidur kita.

• Perlengkapan altar a. Rupang atau gambar kalau di depannya ada ruang kosong boleh ditaruh vas bunga sepasang b. Hio 7 buah c.

Bunga 7 warna d. Hiolow 4 buah e. Gelas 7 buah f. Mi siang ( sejenis snack dari beras dan gula atau disebut jipang atau mipang ) g.Lilin 7 buah hari khusus, 2 buah hari biasa. • Meja sembahyang ( tempat sajian ) harus lebih rendah dari tempat kedudukan patung.tidak boleh lebih tinggi.

• Altar harus bersih, saat sembahyang dengan bunga segar kalau layu segera diganti. Bunga-bunganya dapat berupa lotus, mawar, melati atau krisan, sedap malam atau bunga berwarna kuning cerah. • Usahakan air minum 7 gelas dapat diganti setiap hari.atau 3 hari sekali.

• Sisa hio harus dibersihkan dari meja • Sembahyang dengan buah dapat berupa tebu, kelapa, pisang, jeruk, nanas, dsb. Hari biasa dapat ditaruh kelapa saja. • Jika mau minta permohonan, maka yang penting ada 7 hio dan satu mangkuk mi pang sudah cukup. Atau jika tidak dengan tulus berdoa saja. • Ketika mempersembahkan sesajian harus mengucap : Saya yang bernama ….dengan tulus bersujud mempersembahkan sajian ini.

Semoga phak pom menerima sajian ini dan semoga semua mahluk berbahagia dengan jasa pahala ini. 3. Upacara a. Kelahiran se mien fo Hari kelahiran se mien fo tanggal 9 november setiap tahunnya.berbagai sajian yang perlu : 1. Jika sajian ditaruh I depan altar phak pom a. Bunga 7 warna ditaruh dalam 7 mangkuk b. Tebu dipotong dan dibagi dalam 7 mangkuk, diatasnya ditaruh satu bunga mawar setiap mangkuk.

dewa brahma dipuja di pura

c. 7 mangkuk bi dewa brahma dipuja di pura diatasnya ditaruh satu mawar tiap mangkuk d. 7 lilin disusun membentuk lingkaran dengan satu lilin di tengah, disusun di atas satu piring e.

3 kelapa hijau yang kedua ujungnya sudah dikupas f. Pisang 2 sisir g. Air putih 7 gelas h. Hio 7 batang 2. Jika sajian di empat arah muka a. Hio 7 batang tiap arah b. 4 kelapa hijau di tiap arah c. Tebu tiap arah d. Lilin kuning 4 buah, di tiap arah e.

7 bunga mawar ditaruh di depan saja ( bagian muka utama ) f. Kalung melati dikalungkan di leher atau di setiap tangan g. Bi pang di tiap arah. Menaruh lainnya juga boleh seperti patung gajah ataubuah nanas dll. Jika hendak membersihkan patung. Harus phak puei ( minta ijin )dan saat mencuci harus dengan tulus dan badan kita juga bersih. Akan lebih baik jika 7 hari, 3 hari sebelumnya atau tepat pada hari kelahirannya kita vegetarian. Dalam menyambut upacara nya, kita berdoa semoga semua lancer, tiada gangguan.

Waktu yang terbaik pada jam 7 – 10 malam. b. Hari biasa / khusus Hari yang biasa untuk menaruh sajian yaitu hari uposatha dan kamis dalam setiap minggu.sajiannya yaitu : a. Bunga apa saja dikalungkan atau ditaruh saja b. Hio 7 batang c. Lilin kuning d. Satu mangkuk bi pang e. Kelapa tiap arah 1 biji f. Tebu satu potong tiap arah Untuk sajian d,e,f, sesuaikan kemampuan.

Jika tidak tersedia boleh salah satunya saja. Untuk hari biasa sembahyang cukup dengan lilin kuning dan hio 7 batang atau 4. Satu batang tiap arah, untuk air harus diganti tiap hari atau 3 hari sekali. Waktu sembahyang terbaik pagi atau malam jam 7-8. Setiap pukul itu dipercaya phak pom dewa brahma dipuja di pura kedunia. Sedangkan sajian boleh jam berapapun. Tata cara sembahyang Muka depan ( utama ) jam 6 pagi memohon kesehatan ketentraman, kerukunan, damai, jauh dari penyakit, bahaya, panjang umur, dan kesembuhan.

Muka kanan jam 9, memohon jodoh pribadi, pergaulan yang baik, wibawa, masalah selesai. Muka belakang jam 12 siang. Memohon rejeki, lancer dagang, naik gaji, kemakmuran, utang piutang lancer. Muka kiri jam 3.

dewa brahma dipuja di pura

Memohon kui jin, selamat dijalan, ujian lulus, mengusir sial dan kemalangan. Cara berdoa dimuali dari arah depan muka.

Menuju ke kanan,searah jam, pada jam 6,9,12,3 digunakan untuk memohon sesuatu yang lebih khusus. Hal yang dieprhatikan waktu memuja : Sewaktu memuja se mien fo baik sekali jika duduk di sebelah timur, menghadap barat.

Waktu sembahyang terbaik pukul 7 sampai 8. Sehari cukup 2x sembahyang, cukup 10 menit berdoa. Patung phak pom bagusnya berwarna emas, karena ia berasal dari janin emas. Mantra Maha Brahma Pah pong ( dibaca 7x ) Om palam pati lama ( dinaca 7x ) Nammo tassa bhagavato arahate samma sambuddhassa ( dibaca 3x sebelum doa suci ) Doa Maha Brahma Om karabindunatam Uppannam Brohmasaha patinama Attikappe su, A, Kato pancapatunam Tsiva Namo Buddhaya Vandanam Siddhi kiccam, siddhi kammam, siddhi kariya tadakato, Siddhi teco jayoniccam, siddhi ladho nirantaram sabba kamman Pra siddhime, sabba siddhi bhavantu me Mantra Maha brahma Maha lapo, maha tero Maha khong kha phan Maha savathit, maha sitichai Maha siti chut, maha amalichut Om, si, siti, ut, bhavantu me Iti piso bhagava, bhagavan patik Nammo buddhaya, buddhaya, buddhaya Katha Phra Phrom Erawan Shrine 4 Face Phra Phrom Ohm para maesa na masgaram ohng garanissawa rang prhom ressayam phupassawa wisanu waiyatana mototi Lhoog gapumtaramaa yigya nang yawaiyala kamulam sataa nantara wimusatinan namatte namattre ja agarang ttatou waja ae ttama ttarayad ttaman ttaramaa gattanaramla jasarawa pattittam sampoh pagonloh tiwatiyam mattamya โอมปะระเมสะนะมัสการัม องการะนิสสะวะ รัง พรหมเรสสะยัม ภูปัสสะวะวิษณุ ไวยะทานะโมโทติลูกปัมทะระมา ยิกยานัง ยะไวยะลา คะมุลัม สะทา นันตะระ วิมุสะตินัน นะมัตเต นะมัตเตร จะ อะการัง ตโถวาจะ เอตามาตาระยัต ตะมัน ตะรามา กัตถะนารัมลา จะสะระวะ ปะติตัม สัมโภพะกลโล ทิวะทิยัม มะตัมยะ On Sale !

• Ilmu Carakan Rp 3,000,000.00 Rp 2,500,000.00 • Light of Galactic Tachyon Energy System Rp 2,500,000.00 Rp 2,000,000.00 • Terasu Seika Gtumo Rp 4,000,000.00 Rp 3,500,000.00 • Ilmu Carakan Walik Rp 3,000,000.00 Rp 2,500,000.00 Products • Indigo Cosmic Reiki Dewa brahma dipuja di pura 2,000,000.00 • Bio Pendant SOC Rp 3,000,000.00 – Rp 6,000,000.00 • Ajna Chakra Empowerment Rp 1,000,000.00 • Seal Archangel Uriel Empowerment Rp 1,500,000.00 •  Seal Archangel Tzafqiel Empowerment Rp 1,500,000.00 Dear Shri Sastra, Thank you for a powerful initiation into Ilmu Daya JayaJathi.

The energy streamed in through my crown for 5 hours before I feel asleep. It was amazing! I am so happy with my experience and I'll stay in touch and let you know how the energy grows with me. Thank you again. I cannot say enough about how wonderful and powerful this initiation was for me. You are the best. God Bless, (Gary, USA) Here is my testimony master: I took “Ilmu Gaib Nur Sejati” Practicer level Initiation from Master Sastra Vardhana, during breathing exercise it feels warm in my stomach, and it helps me to strengthen my body.

I felt tingling in my eyes & cool soft vibrating breeze in my palm while meditating. It was a wonderful divine experience, thank you master. (sb…….USA) "E' stata una bella esperienza ricevere il Kundalini Reiki da Sastra Vardhana. Al primo livello le sensazioni sono state tangibili, con i vari chakra che pulsavano, ed una bella dewa brahma dipuja di pura di calore e di pace, unito al "pizzicore" delle mani. Ai livelli successivi è stato un riconfermare ed uno stabilizzare.

I successivi trattamenti fatti ad ad altre persone, che mi conoscevano da prima, hanno riconfermato il netto incremento energetico, e la diversa qualità dell'energia. Posso anche testimoniare che Sastra Vardhana è una persona disponibile e puntuale nel rispondere alle domande.

Grazie." Samuele Bordacchini (Italy) Selamat pagi pak Sastra, sebelumnya saya mau ucapkan terima kasih atas inisiasi BBB semalam, saya merasakan seluruh tubuh saya di alirkan energi, seperti melayang2, tangan & tubuh saya spt bergerak2 & ringan, bahkan 30 menit seblm mulai pun saya sdh merasakan ada energi yg besar yg mengalir di tubuh saya.

WKH (Jakarta) Ajian Ijunajati : Thank You, very much.  The energy felt amazing and has helped with my hip alignment and the shoulder I had surgery on ten years ago.

I am definitely going to order more courses in the future. The help you gave was the best in costumer service I have received to date and was a very welcome.

dewa brahma dipuja di pura

Thank You Again. John Dodd (USA) Berikut Ini Adalah Testimonial Saat Saya Mengambil Reiki Vajra Aruna Di SpiritOfChi. Level 1 Saat Attunement (28 Agustus 2011) Terasa Vibrasi Yang Keras Pada Chakra Ajna, Chakra Tenggorok Dan Daerah Belakang Kepala (Otak Kecil). Saat Self Healing (Mulai Malam Pertama Setelah Attunement) Terasa Energi Panas Yang Bergulung2 Keluar Dari Tengah Telapak Tangan.

Level 2 Saat Attunement (31 Agustus 2011) Terasa Ada Angin Dingin Menerpa Tubuh Bagian Kiri Saja. Saat Itu Saya Kira Sugesti, Karena Di Ruangan Memang Ada Kipas Angin. Setelah Attunement Terasa Energi Mengalir Dari Tengah Telapak Tangan Sampai Ke Ujung Jari-Jari Tangan. Saat Self Healing (Mulai Hari Ke 2 Setelah Attunement) Terasa Ada Aliran Energi Dingin Merambat Turun Dari Kepala Ke Tangan Dan Sampai Ke Kaki, Tapi Hanya Tubuh Bagian Kiri Saja.

Setelah Itu Saat Saya Merasa Emosi Tidak Terkendali Energi Dingin Tersebut Mengalir Ke Chakra Jantung Dan Membuat Emosi Saya Reda Seketika. Saat Bermeditasi (Sekitar 10 Hari Setelah Attunement) Saya Memasuki Kondisi Sadar Dengan Pikiran Kosong. Stress Selama Seharian Bekerja Langsung Hilang Setelah Bermeditasi. Level 3 Saat Attunement(11 September 2011) Tidak Merasakan Sensasi Apapun (Karena Musti Nahan Berat Tubuh Akibat Salah Posisi Duduk.

Hehehehehehe.) Saat Self Healing Energi Panas Mengalir Dari Kedua Belah Tangan (Tangan Kiri Jauh Lebih Besar Energinya). Energi Ini Terasa Jauh Lebih Halus Apabila Dibandingkan Dengan Level 2. Mulai Hari Ke 4 Setelah Attunement Terasa Solar Plexus Aktif Dan Mengalirkan Energi Panas Ke Chakra Perut, Turun Ke Chakra Seks, Chakra Dasar.

Kemudian Energi Tersebut Sampai Ke Chakra Jantung Dan Mengalir Bersama Energi Reiki Melalui Chakra Telapak Tangan.

Saat Saya Merasa Emosi Saya Tidak Terkendali, Saya Mencoba Untuk Meniatkan Untuk Tidak Emosi (Affirmasi Dalam Hati ”Saya Niat Untuk Tidak Marah”). Emosi Tidak Terkendali Tersebut Menjadi Tenang Kembali.

Level 4 Saat Attunement Saya Melihat Ada Seperti Bintang Di Kejauhan Berkelap Kelip. (Lokasi Kasarnya Sih 4 Jari. My Dear Guru Sastra, thank you very very much for this marvelous initiation. It was very powerful and full of joy for me. I "saw" many immortal buddhas who were around me and bringing the energy of Reiki Metaram to me. I felt like an immortal myself dewa brahma dipuja di pura the initiation, like awakened in heaven. A very wonderful experience, I had visions with snakes over the head like with Lord Vishnu, Lord Shiva and others and felt like them.

Absolutely great. Thank you so much. Love and Light be with you, Frank (Germany) Master, Beberapa hari setelah saya mengambil dan menyelesaikan Ilmu Purwajati Cetho, saya merasakan energi yang sangat besar dan berpusat pada ajna saya, dan tiba-tiba ketika saya meditasi terlihat cahaya-cahaya terang yang menyilaukan, dan kemarin saya melihat mahluk-mahluk halus disekitar rumah saya.hal ini sungguh mengagetkan saya.tapi sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas ilmunya master, semoga maju terus dan semakin jaya.

(Lina, Surabaya) Dear Master Sastra During yesterdays empowerment for Ajian Ijunajati again something interesting did take place:Â During repeating the mantra, I suddenely was traveling dewa brahma dipuja di pura spirit to the island of Java and there was a group of men, all with strange hats on and dressed in silk dresses, I think.

dewa brahma dipuja di pura

They were like spiritual elders living on an island and they were firstly looking into my soul and "scanning" it to see if the soul is pure - then they accepted me to enter their circle which I found was a great honour.

They were all very wise men and powerful. I liked them a lot. (Frank, Germany) Master Sastra yang terhormat, Saya sudah menggeluti tenaga dalam, khususnya Asmaul Husna, sejak tahun 1992.

Tetapi menerima program attunment Reiki Vajra Aruna dari Master Sastra, sungguh merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Luas Ilmu-Nya. Saya ingin mengucapkan terima kasih atas selesainya program attunment Reiki Vajra Aruna Level 1,2,3,4 dari Master Sastra Vardhana kepada saya.

Ijinkan saya menceritakan sensasi yang saya alami saat menerima attunment sebagai berikut: Pada saat menerima Attunment RVA level 1 (Sabtu, 10 April 2010 pk. 23.11), saya merasakan tulang ekor dan seluruh bagian bawah tubuh saya (terutama kaki) bergetar-getar lembut. Rasa nyaman menyelimuti seluruh tubuh, pikiran dan perasaan saya. Pada saat menerima Attunment RVA level 2 (Rabu, 14 April 2010 pk.

23.11)saya merasakan hawa sejuk nyaman meresap kuat ke dada. Kedua telapak tangan berdenyut-denyut cukup kuat. Hawa hangat nyaman merambati dewa brahma dipuja di pura belakang, dari tulang ekor sampai tengkuk.

Pada saat menerima attunment RVA level 4 (tadi malam, Kamis, 22 April 2010 pk. 23.11), saya merasakan kembali, titik di daerah antara kedua alis mata, ditarik-tarik ke atas ke bawah, ke kiri dan ke kanan. Tidak ada getaran atau pun denyutan, tetapi seluruh tibuh, pikiran, dan perasaan merasakan kenyamanan yang layak dirindukan setiap orang. Saya sudah bertahun-tahun menggunakan energi tenaga dalam untuk menolong orang yang datang butuh pengobatan.

Sejak menerima attunment RVA level 1, saya sudah merasakan manfaatnya. Proses penyembuhan pasien, baik jarak jauh maupun pengobatan langsung, berjalan lebih praktis dan hasilnya lebih efektif. Terima kasih, Master Sastra, semoga Allah SWT meridai usaha kita dalam menolong sesama.

Amin. Salam dari DEMAK - KOTAWALI. (Supriyo, S.Pd. Kauman Gang IV RT 06 RW 01, Kel. Bintoro, Demak) My experience with yantra karmic yesterday: First I felt a very high frequency energy and with it came what looked like tibetan guardians and a being with a sword who was rotating very quickly and cutting karmic energies and blockages. Later I felt like there was a diamond of light which was placed into my heart, it was shining and sparkling - it was like agift of the gods.

Then I saw a dark, big, batlike entity leaving my energy field. Towards the end of the attunement I saw a female goddess, like Quan Yin who was giving blessings. After the treatment, the high frequency energy has remained and is still there. It was a very beautiful and powerful healing experience and I want to express my gratitude to you and the light beings involved and God for the healing I have received.

Thank you, (Frank Huber, Germany) Pada waktu inisiasi Dewa brahma dipuja di pura Inti Api Hidup level 1 badan saya sedikit terhuyung karena tekanan energi yang masuk, kemudian dada terasa hangat dan punggung sebelah kiri meremang. Waktu meditasi harian dgn meletakan telapak tangan kanan di dada, terasa hawa panas dan kedutan agak kencang di ubun2 dan ajna.

Hawa panas tersebut kadang kadang mengalir dgn sendirinya ke pundak, lengan dan tapak kaki saya walaupun tidak diaktifkan. Terima kasih atas bimbingan master Sastra. (Frankie, Padang) Gtumo Inti Api Hidup I experienced Gtummo Inti Api Hidup as a very strong and gentle energy. The initiation by Master Sastra Vardhana was a great experience. In the Full Master Session the Gtummo Fire was very strong. Although it was in a dewa brahma dipuja di pura in the middle of the night, i felt like sitting in the sunshine on a tropical island.

The warmth was flowing throughout my whole body. If you practice and meditate this Gtummo will open its full potential for you in a great way! (Andreas Hofmarcher, Ireland) Testimonial Ilmu Ghaib Nur Sejati I would like to thank Master Sastra Vardhana for the successful completion of the workshop, Ilmu Ghaib Nur Sejati. The whole initiation was a very unique experience for me. During the first stage I became sensitive to the raising celestial energy as it began to flow and vibrate within my body.

During the second stage of the initiation, a tremendous peace and calm came over me at one point and dewa brahma dipuja di pura energy sensations became even stronger especially during my meditations. I couldn't dewa brahma dipuja di pura thinking at the time that this ilmu is very strong. During the part of the initiation that is called Asmat Khodam and the subsequent request to feel the presence of the Khodam Malaikat, I asked the Khodam to make itself known by touching the left side of my body, I felt a clear increase of pulsating energy vibration in my left hand.

As a martial artist my reactions, strength and execution have defiantly improved and become stronger, and as a healer the ability to help others with this ilmu has been a welcomed surprise and useful tool, something I look forward to using in dewa brahma dipuja di pura with my healing work, in addition I have noticed an ease and flow to my daily life that was not there before, interruptions, delays or disappointments are at a minimum and as a result my confidence in myself and my abilities has increased.

The feeling of being protected against all harm and mishap is with me. Who would have thought that such benefits could come from one workshop, I am very glad to have found Master Sastra Vardhana and joined this program, thank you again. (Michael Bright, USA ) Mempelajari dan mendalami Ilmu Ghaib Nur Sejati merupakan salah satu pengalaman terbaik yg pernah saya lakukan.

Sebagai seorang yg tidak pernah belajar ilmu apapun sebelumnya, terus terang pada awalnya saya agak ragu. Namun setelah saya menjalani sendiri, saya sadar bahwa ilmu ini bukan main-main, kekuatannya sangat besar dan dapat saya rasakan dengan seketika.

Dari getaran energi yg mengalir keseluruh tubuh, sampai rasa aman tentram sebagai pertanda bahwa khodam malaikat saya selalu ada disamping saya untuk menjaga dan mengarahkan saya. Terima kasih, master Sastra, atas bimbingannya dan atas kesabarannya untuk menjawab pertanyan saya yg tidak ada habis-habisnya. Saya yakin ilmu ini akan memberikan banyak bantuan dalam hidup saya dan juga dalam hidup orang-orang lain disekitar saya. Studying Ilmu Ghaib Nur Sejati was one of the best experiences I've ever had.

As a person who never studied any metaphysical course initially, I was a little hesitant to begin with. As the process went, i came to the conclusion that this Ilmu is a Real McCoy. It's quite powerful and I can feel it instantly. From the tingling sensations that flow all over the body, to that peaceful feeling as a reassurance that my Angel is right beside me, ready to protect and to guide me.

Thank you, Master Sastra, for your guidance and your patience in answering my endless questions. I'm confident that this ilmu will provide a never-ending assistance throughout my life, and may it also bring positive affects to the lives of other people around me. ( Priscilla - USA) Dear Master, Latar belakang saya mempelajari Varian Reiki dari Spirit Chi berawal dari beberapa hal diantaranya : 1.Sakit Fisik satu bulan karena pengaruh psikis, 2.Dokter merekomendasi operasi Gigi dan 3.

Istri saya kena Tumor Jinak di tangannya akibat kerja yang berlebihan. Begitu mulai dengan Attunement I Kundalini Reiki Sakit Gigi saya hilang total dan sampai attunement Master keadaan Kesehatan Saya semakin membaik. Kondisi Psikis saya yang sempat drop dan menjadi penyakit fisik juga sudah kembali normal dan membaik.

Setiap hari selama satu bulan saya juga berlatih dan memberi penyaluran kepada Tumor Jinak sebesar buah Ceri di tangan Kanan istri Saya. Alhamdulliah kemaren pulang kerja istri saya teriak girang mengabari saya bahwa Benjolan sebesar buah ceri sudah Hilang / Kempes. Istri saya sangat gembira dan bersyukur bahwa saya belajar pun ada hasilnya.

Semula dokter menyarankan pengangkatan dengan cara pembedahan karena menurut medis tak ada cara lain selain pengangkatan. Terima Kasih Master Sastra Vardana, karena memberi kesempatan Saya untuk dapat belajar di Spirit of Chi.

Warmest Regards. (Teguh Iman Santoso - Batam) Saya telah menerima attunement TDI dan AK dari Master Sastra Vardhana. Waktu latihan pernafasan tarik dada saya terasa panas. Walaupun tidak latihan rasa panas tersebut kadang mengalir ke kaki/lutut dan lengan bawah.

Waktu saya bacakan mantra AK sering ubun selalu berkedut2 dan juga di punggung sebelah kiri. Saya juga menerima attunement shakti tummo reiki. Energi panas di perut dan dada saya rasakan waktu mengakses energi reiki tsb dan jika saya hadapkan tangan ke depan ditengah telapak tangan berkedutan dan tentu saja cakra mahkota berkedutan dan ada energi berputar2 dikepala kadang2. Terimah kasih kepada Master Sastra atas bimbingannya dan juga selalu bersedia menjawab apa saja pertanyaan murid dan menjelaskannya.

(Frankie-Padang) Saya telah menerima pembangkitan Tenaga Dalam Ilahi dan Cakra Bhairava Sakti dari Guru Sastra Vardhana. Pernah saya mengalami pengalaman kecelakaan sepeda motor, pada saat kejadian saya terkejut karena ditabrak cukup keras oleh mobil dari arah belakang. Saya terguling cukup jauh dari motor saya. Kepala dan badan terbentur dan tergesek di aspal, sampai kedua sepatu saya terpental.lepas. Syukurlah saya tidak menderita luka  apapun, bahkan jaket dan lainnya pun tidak ada yg sobek.

Padahal pada saat kejadian saya tidak sempat membaca doa atau mantra apapun. (SS - Jakarta) Buon giorno mi chiamo CLAUDIA ROVITO, vivo in Italia. Volevo testimoniare le attivazioni e iniziazioni ricevute da MASTER SASTRA VARDHANA. Da Dewa brahma dipuja di pura ho ricevuto: Ilmu Ghaib Nur Sejati, Gtummo Inti Api hidup, Rajah Kala Cakra, Cakra Bhairava Shakti, Bayu Bajra Badhranaya, Ajian Buhun Sekartaji, Ilmu Hakikat Zat Tubuh.

iO HO 46 ANNI DI CUI 42 PASSATI A PRATICARE ESOTERISMO, MAGIA. ho ricevuto più di 150 livelli di reiki, attivazione del dna, maestro asceso. Ma quando ho cominciato a lavorare con MASTER SASTRA VARDHANA ho capito esentito che lui è un vero Maestro e trasmette vera enrgia metafisica, Lui è dotato secondo me di veri e grandi poteri e forza, completamente diversi da altri(e io ne ho provati tanti), è precisorisponde immediatamente.

Ciò che ho provato durante le iniziazioni è davvero eccezionalene ho ricevute tante, ma tutte diverse, ad esempio: calore intenso fino a sudareho sentito e visto l'energia che mi avvolgeva e che andava dove doveva andare,ho sentito i muscoli che si alzavano,il terzo occhio che si è aperto!!!!!MERAVIGLIOSO. Lacrime che sono scese senza motivo,benessere, aria fresca.ma vera! ho sentito fluire l'energia attraverso il mio corpo,formicolii, tremori, a volte 2 precisamente sono uscita dal corpo involontariamente durante un'iniziazione.Come faccio a raccontarle tutte?

sono troppe e sono VERE!! IO sono una persona che resta sempre con i piedi per terra, bisogna essere così se si praticano certe azioni magiche spirituali, ma da LUI ricevi il VERO POTERE.HO GIà RINGRAZIATO DIO PER AVERMELO FATTO CONOSCERE, E LO FAR0' sempre.Se volte potete contattarmi (per essere sicuri) Lui vi darà la mia e-mail. GRAZIE. (Claudia Rovito, Italia) It was a wonderful experience. I have felt a surge of tremendous heat build up in my body and various tingling in my head.

I feel the TDI like a very potent divine energy. It's a rebirth feeling and I'm eternally grateful for that. I have received many attunements but this one it"s the more powerful for me. (Olivier Clonaris, French) "I was also attuned to Asmak Khodam by Guru Sastra and I definitely could feel the khodam's presence. I have been able to see it as well. It is indeed very intelligent and powerful spirit-servant-friend. Over the time that I have been doing my healing work, which includes getting rid of evil spirits and negative entities, the khodam has given me protection and help. Thank very much, Guru Sastra! You are indeed the real authentic Spiritual Teacher that I have been looking for!" (James Ang, Canada : Reiki Master, Massage Therapist, Energy Healer) I took the Ilmu Ghaib Nur Sejati Workshop with Master Sastra Vardhana.

I was very confident in Master Sastra Vardhana due to previous Workshops with him. This Ilmu is very strong and brings loads of good things into your life. It helped me getting out of a desperate job and into a wonderful one! Asmak Khodam is very real and you can even in Practicer level feel its strength! There are many benefits and Master Dewa brahma dipuja di pura Vardhana is always open for questions and very fast in replying and helping. My life changed to the better now!

I was at a friends place the other night and they were playing Darts. Accidentily one of the Darts was reflected by the bord and just touched my hair and flew by! I spoke the Mantra for Khodam before i went to my friends and i am sure it safed me from the accident!

(Andreas Hofmarcher from Co Cork in Ireland ) "I was attuned to Tenaga Dalam Ilahi by Guru Sastra and I find the energy to be very strong. I have used it in my massage and healing work. It is a wonderful energy. I received the angkur Sakya Tummo from Sastra and it was wonderful. I felt the energy mov down my lefet arm and then down my spine and into my legs.

Then it moved down my right arm and across my chest to the left. The energy very very strong and heavy.  Both my palms were very warm. My body felt very hot after the session. It was a wonderful gift. Thank you!

(James Ang, Canada : Reiki Master, Massage Therapist and Energy Healer) Halo Master, I feel very strong energi when accepting Reiki Vajra Aruna attunement, Some flash seen rainbow sepreti or blue colour turn white very bright circulat to encircle my body. Energi which creep alongside my body backbone, uliginous which emit a stream dewa brahma dipuja di pura.

And more extraordinary of headache which during the dewa brahma dipuja di pura I experience of, now quite better and recurrence do not again. (Lina S, Jakarta) I take Ilmu Ghaib Nur Sejati program. During the inner power initiation, I felt that the hand holding the Rajjah trembling and I felt energy/cool breeze around my body. For 7 days when doing breathing practice, I felt energy (warm) around my stomach/below the navel especially when doing Pull Breathing. Cool breeze crept along the backbone.

Then, usually after several breathing, I felt warm in the bottom part of the backbone. Chakra breathing is very interesting. My body trembled following the direction, especially when circling the air around the stomach. In every practice, I always felt cool breeze around the body and on the fontanel. When initiating the Asmak Khodam just now, as soon as you read the mantra, I felt the energy circling me from above, to the fontanel, to the backbone, and my index finger became numb.

During the meditation, wow . I felt a tremendous peace. I don't know what but after that I felt good and relax. I felt like sitting in the cloud and the morning sun shone. It was like I was meditating together with the nature and at the same time I was aware that I was sitting in dewa brahma dipuja di pura room. In fact, I like to do meditation, but I have never felt this cloud sensation. Thank you very much.

(Ngurah - USA) Greeting To Master Sastra, I Have finished Ilmu Ghaib Nur Sejati, where experience snugly following Moment evocation of mystical power by drinking water of Rajjah my feel attraction in Tan Tien and feel energi of big stomach and disseminate to all body and felt rather Warm rather (this is during a week) and after evocation of Mystical power there is activation of Occult Guide.

where after activated I earn to feel clearly of him reside in at elbow me and propagate atmosphere or feel Peace and warmness and afterwards I am there is trying test slash hand with big knife, i do this with confidence in this science, become I succeed to slash hand without injuring afterwards I try to slash onion with same strength, its result of its apart onion.

And Most important having completed this science is I feel peacefulness in Live and progressively thankfully will everything because Everything coming from God very Beautiful and surely!!! will bring peacefulness in ourselves as well as to others, dewa brahma dipuja di pura way experience of me (Andi, Pekanbaru) Greeting Master, my time accept Bio Galaxy attunement, felt its very smooth, and go down as rain.

Rotary Energi enter body and clean all negative energi, body felt to be fulfilled by cold strong energi but diffuse far into every part of body. Seen beautiful bright blue green chromatic energi.

Energi Bio Galaxy very smooth and is cold. (Bambang, Jakarta) Ketika menerima attunement Bio Galaxy terasa cakra mahkota, ajna, tenggorokan, dan terutama Jantung bergetar dengan lembut dan aktif, tangan ini serasa dihujani dengan energi yang sangat lembut dan deras dan yang paling menarik selama attunement suhu kamar saya yang hangat tiba-tiba udara yang disekeliling tubuh menjadi sejuk sekali seperti udara dialam bebas sangat segar dan menyenangkan seperti kita kembali ke alam bebas ( kok bisa suhu kamar saya hangat tiba2 udara disekeliling tubuh saya menjadi sejuk sekali perbedaan udaranya menjadi jauh sekali dari udara yang hangat menjadi udara yang sejuk ^_^), setelah itu baru energi sejuk mengalir ke seluruh tubuh, dan energi yang mengalir dalam tubuh saya itu sangat sejuk, dingin dan sangat nyaman terasa.

Jadi setelah attunement saya mencoba menyalurkan energi Bio Galaxy Reiki ini dan energi yang terasa Sangat menarik, kalau reiki yang saya pelajari macam-macam tradisi reiki yang lain rata-rata energinya hangat, dan mengalir seperti awan yang lembut dan hangat tetapi energi dari Bio Galaxy Reiki ini berbeda dan unik kalau kita salurkan energi sangat sejuk, lembut, deras, dan sangat halus (Cocok ntuk penyembuhan) dan ketika menyalurkan tubuh kita merasakan juga energi yang dingin dan sejuk ini rasanya sangat menyenangkan.

(Andi, Pekanbaru - Riau) "I was attunded to Shakti Tumo Reiki and Imara Reiki". During the attundement, i strongly feel enery flowing from from head to toe. It was totally a new experience for me. It was great!! Like electricity shock.Even after the attundement, i can still feel it tickling at my toes.

The impact was very strong. With this new reiki, now i can do self healing for my self and my family. Before that, my boy hand rashes are very bad but after treating it using imara reiki, it is much better now. I used to feel very tired but taking all the reiki courses from you master, i totally a change person.

Now i feel fresh, strong and much confident person. Thank you master. (S.Ling, ingapore) Pada masa-masa awal angkur, saya merasakan hawa sejuk di daerah kepala saya, lalu chakra mahkota saya mengembang dewa brahma dipuja di pura chakra mata ketiga juga tertekan kuat sekalii sampai terasa bagai dicongkel. Selama angkur, chakra2 utama bagian atas, termasuk chakra jantung juga terasa aktif dan berkembang.

Namun sayangnya chakra-chakra bawah tidak bisa begitu saya rasakan. Chakra seks terasa sedikit, namun solar plexus tidak bisa saya rasakan sama sekali.

Selama angkur banyak sekali gas yang keluar dari rongga mulut saya, mungkin energi-energi dewa brahma dipuja di pura yg dikeluarkan.

Tulang belakang juga terasa ada yang mengalir, terutama pada bagian-bagian akhir ketika tulang punggung saya perbaiki kembali. Sejauh ini baru pengalaman demikian saja yang saya ingat dan alami. Terima kasih atas angkur Sakya GTummo nya (Johnny Lone, Japan) Hi Master Sastra terimakasih atas bimbingannya sampai dengan hari ini.

Saya benar-benar bersyukur bisa dipertemukan oleh Tuhan dengan Master Sastra. Banyak sekali perubahan demi perubahan kearah yang semakin positif dan terus semakin baik dari hari ke hari yang saya alami baik secara material maupun spiritual setelah menerima penyelarasan TDI, Rajah Kala Chakra, Gtumo Inti Api Hidup, CBS, BBB, dan Ilmu Hakitat Zat Tubuh.

Sekali lagi terimakasih Master apa yang saya dapatkan melalui Master Sastra dalam hidup saya, kebahagiaan & kedamaian batin sungguh tidak bisa tergantikan dengan apapun juga. Salam hangat penuh cinta. (Eric GP - Surabaya) ‎Just want to share. Pertengahan Januari 2014, tanpa sengaja aku searching website ttg ritual utk ‎ utk Buang sial di tahun Kuda ini, secara shio aku diperhitungkan tdk bagus utk thn ini.

Maka ketemulah aku dg Master Reiki walau kita komunikasi di dunia maya, tp aku sptnya udah trust dan kenal dkt sekali dg beliau. Hari H nya aku diminta bangun jam 11 malam, dan hrs meditasi, aku lakukan selama 1 jam dan berdoa sesuai dg kepercayaan aku. Yg aku rasakan di dpn aku seperti ada api menyala2, panas rasanya.

Lama2 adem. Kata master itulah saat pembersihannya. Terimakasih master. yg utama aku lbh percaya diri menghadapi hidup di Tahun Kuda ini. Regards, Myrna Veronica Saya mempelajari gtumo inti api hidup. Setiap kali saya melakukan meditasi harian saya merasakan uap panas keluar dari chakra jantung saya. Saya dapat melakukan pengobatan kepada orang yang sakit kepala parah dalam waktu 3 menit sembuh. Sekarang saya merasa lebih bersemangat dibandingkan sebelum mempelajari gtumo inti api hidup.

Terima kasih kepada Master Sastra Vardhana yang sudah membimbing saya. Terima Kasih. ( Berry, Maluku ) Dear GM Shri, Terima kasih untuk attunemet yg dilakukan, karena sy langsung merasakan manfaatnya!!! Sy ada seorang penghusada reiki yg sudah ikut attunement reiki usui 1 dan 2 di tempat lain, selain itu sy juga praktisi tenaga prana. Pengalaman sy setelah diattunement utk money reiki, saya merasakan tenaga yg kuat saat attunement pertama kali bahkan lebih kuat daripada saat sy attunement reiki usui 1 dan 2 setelah itu saat attunement berikutnya energi yg sy rasakan lebih lembut dan semakin lembut tp tetap dengan power yang kuat.

Untuk hasilnya, menurut sy cukup luar biasa! Krn money reiki tidak hanya memperlancar rejeki (khususnya tentang uang) tp juga membersihkan karma dan energi negatif yang berhubungan dengan uang!!!

Hasilnya tanpa sy sadari dan dgn sendirinya selain rejeki sy menjadi lebih baik, sy juga semakin menghargai uang dengan membelanjakannya untuk keperluan yang semestinya! Sy bersyukur akan hal ini! Thank you GM Shri semoga anda akan makin sukses dan diberkati Tuhan karena anda telah mengajarkan ilmu yang bermanfaat! Salam Rio Satyagraha REIKI VAJRA ARUNA. Beberapa hari lalu kaki kena jeblos di trotoar,  dewa brahma dipuja di pura sempit,  ketahan di paha dan kebentur di lutut,  tadi coba niatin pake vajra aruna reiki buat sembuhin,  terasa ada hawa panas,  dan beberapa detik terasa urat di lutut jadi mengencang, seperti bunyi 'tek' gitu,  uratnya uda dilurusin, rasa sakit berkurang lumayan, uda mulai lumayan,  cuman memar2 butuh waktu pemulihan. Gerakin lutut uda ga gitu sakit.

(Teddy) Reiki Vajra Aruna, Energynya begitu kuat sampai bikin sy sprti kejang, ternyata sprti itu ya kalau power di lipatkan hingga 1000x hmmmm.pdhal sy belum pernh sprti itu dalam attunement reiki selama ini.😊👍🏻🙏🏻 GM.

Lapor.gangguan gaib di rumah yg tempo hari sy ceritakan skrg udah hilang, sy rutinkan membersihkan rumah dg simbol MANAS dg reiki Vajra Aruna.ternyata wajib sabar dan rutin ya akhirnya semua gangguan menghilang hehehe.(Yanuar) Angkur dimulai ada 5 pola energy berputar searah jarum jam keras dan bertambah keras saat masuk lapisan tubuh ke 7 bergerak ke lapisan tubuh ke 6 bergerak lapisan tubuh ke 5 berputar semakin keras dan bercahaya Bliz putih kebiruan. Masuk ke lapisan  tubuh ke 4 putaran nya semakin keras dan tubuh jasad saya muncul  keringat deras padahal ruangan Ac 4 pk.

Sampai masuk lapisan tubuh ke 1 dan masuk ke inti lapisan lalu turun ke inti chakra dasar lalu 5 pola ini masuk membersihkan ratusan ribu jalur yang saya tidak kenal di dalam tubuh. Sehingga jalur itu tampak bercahaya kinclong dan penuh dengan energy murni. Tantien bawah terjadi pelipat gandaan energi dan terjadi 5 kali ledakan secara seismik dan energetik.

 Panas dan sangat panas tapi Nikmat. Sampai saat saya bangun pagi. saya cek asam urat sudah turun ke 5,0 padahal semalam sebelum Angkur 8,9 😃(Mirza) Spirit of Chi : Pusat Pelatihan Reiki dan Metafisika bertaraf Internasional. Sistem pelatihan adalah Metode Jarak Jauh. Spirit Of Chi adalah anggota dan terdaftar di berbagai lembaga Reiki dan Metafisika seperti World Metaphysical Association (WMA), World Reiki Association (WRA), Healer Unite (HU), Healing International (HI), Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia (ARSI), dan International Natural Healers Association (INHA).
BALI EXPRESS, DENPASAR – Jika dibandingkan dengan Dewa Wisnu dan Dewa Siwa, Dewa Brahma yang paling jarang dipuja.

dewa brahma dipuja di pura

Ada sejumlah purana yang membeber muasal Dewa Brahma akhirnya mendapat perlakuan beda umat Hindu. Benarkah seperti itu, dan seperti apa kisahnya? Dalam Kurma Purana, Vayu Purana, dan Siwa Purana, dikisahkan pencarian oleh Dewa Brahma dan Dewa Wisnu untuk menemukan Anadi (awal) dan Ananta (akhir) dari Dewa Siwa, di mana kisahnya tertuang dalam Legenda Siwa Lingga (Lingodbhavamurthy).

Mengutip Hindualukta, bahwa legenda ini membuktikan kemahakuasaan Dewa Mahadewa lebih dari Dewa Hindu lainnya. Selain itu, juga menjelaskan mengapa lingga diyakini menjadi salah satu lambang yang paling ampuh untuk mencapai tujuan dalam Hindu. Berdasar purana tersebut, dua dari Dewa Tri Murti, yakni Brahma dan Wisnu menunjukkan kemampuannya masing-masing. Lantaran keduanya punya kekuatan, dewa lainnya takut akan terjadi pertempuran yang kian sengit.

Para dewa lainnya lantas meminta Siwa menjadi penengah. Dewa Siwa selanjutnya muncul berbentuk Lingga yang menyala di antara Brahma dan Wisnu, dan kemudian menantang keduanya dengan meminta mereka untuk mengukur panjang dari Lingga. Terpesona oleh besarnya, Brahma dan Wisnu memutuskan untuk mencari ujung Lingga itu.

Dewa Brahma berubah bentuk menjadi Angsa dan melesat ke atas, sementara Dewa Wisnu mengambil bentuk Varaha (babi hutan) dan masuk ke tanah menuju ujung bumi. Keduanya mencari ribuan mil, tetapi tidak bisa menemukan ujung akhirnya. Pada perjalanannya ke atas, Brahma menemukan bunga Ketaki. Lantaran lelah dan bingung dengan pencariannya yang tak juga menemukan ujung teratas dari lingga yang berapi-api, Brahma lalu sepakat dengan bunga Ketaki untuk berbohong bahwa ia telah menemukan ujung teratas dan bunga itu berada.

Dewa Brahma lalu turun dan bertemu dengan Dewa Wisnu, dan menegaskan bahwa ia telah menemukan ujung Lingga itu. Namun, setelah pernyataan Brahma tersebut, tiba-tiba bagian tengah Lingga terbelah dan Siwa muncul. Dewa Brahma dan Wisnu kemudian membungkuk memberi hormat karena kemahakuasaan Dewa Siwa.

Dalam kesempatan tersebut, Dewa Siwa juga menjelaskan kepada Brahma dan Wisnu, bahwa keduanya lahir dari dia dan kemudian dipisahkan menjadi tiga aspek kemahakuasaan Tuhan. Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai pelebur (Pemralina).

Namun, Dewa Siwa marah dengan Dewa Brahma karena telah berbohong. Kemudian Dewa Brahma dikutuk bahwa tidak seorang pun yang akan berdoa kepada-Nya. Dewa Siwa juga menghukum bunga Ketaki karena ikut berbohong dan melarang dia digunakan sebagai persembahan ibadah apa pun. Karena itu pada hari ke-14 (Bulan Gelap) bulan Phalguna, Dewa Siwa mengubah bentuk menjadi Lingga, dan pada hari itu pula diperingati sebagai Mahashivaratriyakni malam pemujaan Siwa.

Legenda ini sekaligus menjelaskan mengapa sedikit pemuja Brahma, termasuk minimnya Candi Brahma ditemui di India dan negara lainnya, termasuk juga di Bali. Brahma di India memang jarang mendapatkan tempat khusus, meski masyarakat India didominasi agama Hindu. Masyarakat Dewa brahma dipuja di pura India lebih banyak memuja para Shakti atau Devi (Shaktiisme), Wisnu (Waisnawa), atau Siwa (Shaivanism). Bagaimana dengan di Bali? Penganut Hindu Nusantara meninggalkan sejumlah jejak,bahwa memuja Dewa Brahma.

Di Prambanan misalnya, Brahma dibuatkan candi khusus berdampingan dengan Wisnu. Di Bali ada Pura Andakasa di Angantelu, Kecamatan Manggis, Karangasem, yang dikhususkan bagi pemuja Dewa Brahma. Jro Mangku Danu, mengatakan, sebenarnya bertalian dengan puja untuk Dewa Brahma sering dilakukan umat Hindu. Bahkan, untuk bisa memuja dewa lainnya termasuk Siwa dan Wisnu, lanjut Pamangku Pura Kawitan Dukuh Aji Patapan, Desa Kedisan, Kintamani ini, umat mesti terlebih dahulu memuja Brahma. “Setiap ucapan yang keluar sesungguhnya adalah ucapan dari Brahma.

Setiap sabda atau suara adalah Brahma itu sendiri, dan di Veda dinyatakan Brahma berstana di lidah atau suara,” terang Jro Mangku Danu kepada Bali Express (Jawa Pos Group), Rabu (16/11) kemarin Bahkan, lanjutnya, pranawa suci OM (AUM) berawal dari huruf A yang bermakna Agni dan juga Brahma. Sementara U adalah Udaka yang bermakna Air yang juga Wisnu, sedangkan M berarti Marut, juga Bhayu yang juga Siwa.

Diakui Jro Mangku Danu, memang dalam puja mantram dewa brahma dipuja di pura Brahma tidak disebut langsung, seperti halnya Dewa Siwa atau Wisnu. Akan tetapi setiap mamtram agar bertuah selalu diberkati oleh Brahma lewat kata Swaha. “Swaha adalah Sakti dari Agni yakni Brahma. Tanpa kata Swaha, mantram kehilangan tuahnya.

Makanya, mantram diawali oleh OM ( AUM) dan ditutup dengan Swaha,” pungkas pamangku yang menekuni meditasi secara otodidak ini. BALI EXPRESS, DENPASAR – Jika dibandingkan dengan Dewa Wisnu dan Dewa Siwa, Dewa Brahma yang paling jarang dipuja.

Ada sejumlah purana yang membeber muasal Dewa Brahma akhirnya mendapat perlakuan beda umat Hindu. Benarkah seperti itu, dan seperti apa kisahnya? Dalam Kurma Purana, Vayu Purana, dan Siwa Purana, dikisahkan pencarian oleh Dewa Brahma dan Dewa Wisnu untuk menemukan Anadi (awal) dan Ananta (akhir) dari Dewa Siwa, di mana kisahnya tertuang dalam Legenda Siwa Lingga (Lingodbhavamurthy). Mengutip Hindualukta, bahwa legenda ini membuktikan kemahakuasaan Dewa Mahadewa lebih dari Dewa Hindu lainnya.

Selain itu, juga menjelaskan mengapa lingga diyakini menjadi salah satu lambang yang paling ampuh untuk mencapai tujuan dalam Hindu. Berdasar purana tersebut, dua dari Dewa Tri Murti, yakni Brahma dan Wisnu menunjukkan kemampuannya masing-masing. Lantaran keduanya punya kekuatan, dewa lainnya takut akan terjadi pertempuran yang kian sengit. Para dewa lainnya lantas meminta Siwa menjadi penengah. Dewa Siwa selanjutnya muncul berbentuk Lingga yang menyala di antara Brahma dan Wisnu, dan kemudian menantang keduanya dengan meminta mereka untuk mengukur panjang dari Lingga.

Terpesona oleh besarnya, Brahma dan Wisnu memutuskan untuk dewa brahma dipuja di pura ujung Lingga itu. Dewa Brahma berubah bentuk menjadi Angsa dan melesat ke atas, sementara Dewa Wisnu mengambil bentuk Varaha (babi hutan) dan masuk dewa brahma dipuja di pura tanah menuju ujung bumi.

Keduanya mencari ribuan mil, tetapi tidak bisa menemukan ujung akhirnya. Pada perjalanannya ke atas, Brahma menemukan bunga Ketaki. Lantaran lelah dan bingung dengan pencariannya yang tak juga menemukan ujung teratas dari lingga yang berapi-api, Brahma lalu sepakat dengan bunga Ketaki untuk berbohong bahwa ia telah menemukan ujung teratas dan bunga itu berada.

Dewa Brahma lalu turun dan bertemu dengan Dewa Wisnu, dan menegaskan bahwa ia telah menemukan ujung Lingga itu. Namun, setelah pernyataan Brahma tersebut, tiba-tiba bagian tengah Lingga terbelah dan Siwa muncul. Dewa Brahma dan Wisnu kemudian membungkuk memberi hormat karena kemahakuasaan Dewa Siwa. Dalam kesempatan tersebut, Dewa Siwa juga menjelaskan kepada Brahma dan Wisnu, bahwa keduanya lahir dari dia dan kemudian dipisahkan menjadi tiga aspek kemahakuasaan Tuhan.

Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai pelebur (Pemralina).

Namun, Dewa Siwa marah dengan Dewa Brahma karena telah berbohong. Kemudian Dewa Brahma dikutuk bahwa tidak seorang pun yang akan berdoa kepada-Nya. Dewa Siwa juga menghukum bunga Ketaki karena ikut berbohong dan melarang dia digunakan sebagai persembahan ibadah apa pun. Karena itu pada hari ke-14 (Bulan Gelap) bulan Phalguna, Dewa Siwa mengubah bentuk menjadi Lingga, dan pada hari itu pula diperingati sebagai Mahashivaratriyakni malam pemujaan Siwa.

Legenda ini sekaligus menjelaskan mengapa sedikit pemuja Brahma, termasuk minimnya Candi Brahma ditemui di India dan negara lainnya, termasuk juga di Bali.

Brahma di India memang jarang mendapatkan tempat khusus, meski masyarakat India didominasi agama Hindu. Masyarakat Hindu India lebih banyak memuja para Shakti atau Devi (Shaktiisme), Wisnu (Waisnawa), atau Siwa (Shaivanism). Bagaimana dengan di Bali? Penganut Hindu Nusantara meninggalkan sejumlah jejak,bahwa memuja Dewa Brahma. Di Prambanan misalnya, Brahma dibuatkan candi khusus berdampingan dengan Wisnu.

Di Bali ada Pura Andakasa di Angantelu, Kecamatan Manggis, Karangasem, yang dikhususkan bagi pemuja Dewa Brahma.

dewa brahma dipuja di pura

Jro Mangku Danu, mengatakan, sebenarnya bertalian dengan puja untuk Dewa Brahma sering dilakukan umat Hindu. Bahkan, untuk bisa memuja dewa lainnya termasuk Siwa dan Dewa brahma dipuja di pura, lanjut Pamangku Pura Kawitan Dukuh Aji Patapan, Desa Kedisan, Kintamani ini, umat mesti terlebih dahulu memuja Brahma. “Setiap ucapan yang keluar sesungguhnya adalah ucapan dari Brahma.

Setiap sabda atau suara adalah Brahma itu sendiri, dan di Veda dinyatakan Brahma berstana di lidah atau suara,” terang Jro Mangku Danu kepada Bali Express (Jawa Pos Group), Rabu (16/11) kemarin Bahkan, lanjutnya, pranawa suci OM (AUM) berawal dari huruf A yang bermakna Agni dan juga Brahma. Sementara U adalah Udaka yang bermakna Air yang dewa brahma dipuja di pura Wisnu, sedangkan M berarti Marut, juga Bhayu yang juga Siwa. Diakui Jro Mangku Danu, memang dalam puja mantram nama Brahma tidak disebut langsung, seperti halnya Dewa Siwa atau Wisnu.

Akan tetapi setiap mamtram agar bertuah selalu diberkati oleh Brahma lewat kata Swaha. “Swaha adalah Sakti dari Agni yakni Brahma. Tanpa kata Swaha, mantram kehilangan tuahnya.

Makanya, mantram diawali oleh OM ( AUM) dan ditutup dengan Swaha,” pungkas pamangku yang menekuni meditasi secara otodidak ini.
• Afrikaans • Alemannisch • Aragonés • العربية • অসমীয়া • Asturianu • Azərbaycanca • Basa Bali • Беларуская • Български • भोजपुरी • বাংলা • བོད་ཡིག • Bosanski • Català • کوردی • Qırımtatarca • Čeština • Cymraeg • Dansk • Deutsch • Ελληνικά • English • Esperanto • Español • Eesti • Euskara • فارسی • Suomi • Võro • Français • Galego • ગુજરાતી • עברית • हिन्दी • Hrvatski • Magyar • Հայերեն • Íslenska • Italiano • 日本語 • Jawa • ქართული • Қазақша • ភាសាខ្មែរ • ಕನ್ನಡ • 한국어 • Ripoarisch • Latina • Lingua Franca Nova • Limburgs • ລາວ • Lietuvių • Latviešu • Malagasy • Македонски • മലയാളം • ꯃꯤꯇꯩ ꯂꯣꯟ • मराठी • Bahasa Melayu • မြန်မာဘာသာ • Plattdüütsch • नेपाली • नेपाल भाषा • Nederlands • Norsk nynorsk • Norsk bokmål • Occitan • ଓଡ଼ିଆ • ਪੰਜਾਬੀ • Polski • پنجابی • Português • Română • Русский • संस्कृतम् • Sicilianu • Scots • Srpskohrvatski / српскохрватски • සිංහල • Simple English • Slovenčina • Slovenščina • Српски / srpski • Svenska • தமிழ் • ತುಳು • తెలుగు • ไทย • Tagalog • Türkçe • Татарча/tatarça • Українська • اردو • Oʻzbekcha/ўзбекча • Tiếng Việt • Winaray • 吴语 • მარგალური • 中文 • 粵語 Artikel ini mengenai Dewa Brahma dalam Hinduisme.

Untuk konsep Tuhan dalam Hinduisme, lihat Brahman. Menurut ajaran agama Hindu, Brahma ( Dewanagari: ब्रह्मा;IAST: Brahmāब्रह्मा) adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita. Kata Brahma memiliki arti: yang tumbuh, berkembang, berevolusi, yang bertambah besar, yang meluap dari dirinya.

Dalam beberapa sumber, Nama Dewa Brahma diidentikan dengan nama Varuna (air). Daftar isi • 1 Dewa brahma dipuja di pura Kelahiran Brahma • 2 Penggambaran • 3 Dewa Brahma di Dewa brahma dipuja di pura • 4 Mantram • 5 Putra-Putra Dewa Brahma • 6 Brahma dalam Bhagawadgita • 7 Siklus Dewa Brahma • 8 Nama Lain Dewa Brahma • 9 Kisah Lain Mengenai Dewa Brahma • 10 Lihat pula • 11 Pranala luar Kisah Kelahiran Brahma [ sunting - sunting sumber ] Dalam Manusmrti (Manavadharmasastra) buku I sloka 9 disebutkan: " Tad andam abhavad haiman, Sahasramsusamaprabham, tasmin jajna svayam brahma, sarva loka pita maha" yang memiliki arti bebas: Benih menjadi telur alam semesta yang Maha Suci, cemerlang laksana jutaan sinar.

Dari dalam telur itu Ia menjadikan dirinya sendiri menjadi Brahma, pencipta cikal bakal jagat raya ini. Brahma dianggap sebagai perwujudan dari Brahman, jiwa tertinggi yang abadi dan muncul dengan sendirinya. Menurut Kitab Satapatha Brahmana, disebutkan bahwa Dewa Brahma yang menciptakan, menempatkan, dan memberi tugas dewa-dewi lainnya.

Sedangkan dalam kitab Mahabharata dan Purana, dikatakan bahwa Dewa Brahma merupakan leluhur dunia yang muncul dari pusar Dewa Wisnu, sebagai pencipta dunia Brahma dikenal dengan nama Hiranyagarbha atau Prajapati. Penggambaran [ sunting - sunting sumber ] Dewa Brahma digambarkan sebagai sosok dewa dengan empat muka yang menghadap ke empat penjuru arah mata angin (Caturmukha Brahma) yang melambangkan kekuasaan terhadap Catur Weda, Catur Yuga (empat siklus waktu), Catur Warna (empat pembagian masyarakat berdasarkan keterampilan).

Dia dilukiskan sebagai seorang pria tua dengan janggut putih yang memiliki makna leluhur dari seluruh jagat raya, memiliki empat tangan yang memegang alat-alat seperti: • Aksamala/tasbih: simbol tiada awal dan tiada akhir. • Sruk (sendok besar), dan Surva(sendok biasa) simbol dari upacara yadnya. • Kamandalu/kendi simbol dari keabadian. • Pustaka yang merupakan simbol dari Ilmu Pengetahuan.

Dia berwahana Hamsa (Angsa) putih yang merupakan simbolisasi dari kebijaksanaan, dan kemampuan memilah baik dan buruk. Terkadang dia juga digambarkan sedang duduk dalam keadaan meditasi di atas bunga Padma (lotus) Merah yang merupakan lambang Kesucian lahir bathin. Dewa Brahma disandingkan dengan Dewi Saraswati sebagai dewi Ilmu Pengetahuan. Hal ini merupakan sebuah makna tersirat bahwa suatu penciptaan atau suatu karya tanpa landasan ilmu pengetahuan adalah sia-sia.

Dewa Brahma di Bali [ sunting - sunting sumber ] Dalam kehidupan beragama Hindu di Bali, dewa Brahma tidak pernah bisa dilepaskan dari nafas berkeagamaan di Bali.Penggambaran Dewa Brahma di masyarakat Hindu Bali tidak jauh berbeda dengan penggambarannya di India. Dalam kepercayaan di Bali Dewa Brahma diyakini sebagai Dewanya Dapur, Penguasa dan pelindung arah Selatan, bersenjatakan Gada, berwahana Angsa, memiliki Sakti Dewi Saraswati, atribut serba merah, Dalam Pemujaan dilingkungan desa adat, dia dipuja di sebuah pura yang bernama Pura Desa atau Pura Bale Agung, yang mana dalam pura ini akan ada bangunan yang terbuat dari batu bata sebagai penghormatan kehadapan dia.

Sedangkan secara regional Bali, pemujaan Dewa Brahma berada di Pura Luhur Andakasa. Mantram [ sunting - sunting sumber ] Mantram atau doa pujian yang ditujukan kehadapan Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta disebut Brahma Stawa • OM NAMASTE BHAGAWAN VARUNA, NAMASTE BHAGAWAN HARI, NAMASTE BHAGAWAN ISA, SARWA BHAKSA HUTASANA • TRI WARNA BHAGAWAN VARUNA, BRAHMA WISNU MAHESWARAH, SANTIKAM PAUSTIKAM SIWA,RAKSANAM CABHICARIKAM • ANUJNANAM KRTAM LOKE, SAUBHAGAM PRIYA DARSANAM, YAT KINCIT SARWA KARYANAM, SIDDHIR EVA NA SAMSAYAH • OM BRAHMA PRAJAPATIH SRESTHAH, SVAYAMBHUR VARADO GURUH, PADMAYONIS CATUR VAKTRO, BRAHMA SAKALAM UCYATE • NAMOSTU BHAGAWAN VARUNA, SARVOKTEMA HUTASANA, VAJRA SARA MAHA SARA, DIPTO GNIH JVALANAS TATHA • SARVA PAPA PRASAMANAM, HIRANYAGARBHA SAMBHAWAM, LOKANAM CA SARIRAN CA, SUKHAM AGNIH PRAM UCYATE.

Artinya: • Sembah padamu Dewa Varuna, Sembah padamu Dewa Hari, sembah padamu Dewa Isa, yang menyaksikan segala jenis pengorbanan.

• Dewa Varuna memiliki tiga penampilan, Brahma, Wisnu dan Maheswara, penyebab ketenangan, makanan dan perlindungan • Perkenannya dihasilkan di dunia, peruntungan bagus, menyenangkan sekali untuk dilihat, perbuatan apapun akan berhasil tanpa suatu keraguan.

• Dewa Brahma dewa segala mahkluk, Dia yang paling mulia, dia yang memberikan anugrah pada Guru, dia yang dilahirkan dari Bunga Teratai, yang berwajah empat, demikianlah Brahman yang sempurna. • Dewa Varuna peredam segala kejahatan, yang lahir dari benih keemasan, badan dari alam semesta, dan merupakan kebahagiaan yang tertinggi.

Putra-Putra Dewa Brahma [ sunting - sunting sumber ] • Marici, Angirasa, Atri, Pulastya, Pulaha, dan Kratu lahir dari Pikiran Dewa Brahma. • Dhata dan Vidhata • Prajapati Daksa lahir dari jari kaki kanan Dewa Brahma. • Svayambhu Manu • Kandarpa/Kamadewa Dewa Asmara yang lahir dari ego Dewa Brahma. • Bhrgu lahir dari api pemujaan Brahma.

dewa brahma dipuja di pura

• Madhuka dan Golika • Jambavan terlahir dari Keringat Dewa Brahma • Sanaka • dan lain-lain. Brahma dalam Bhagawadgita [ sunting - sunting sumber ] Dalam kitab suci Bhagawadgita, Dewa Brahma muncul dalam dewa brahma dipuja di pura 8 sloka ke-17 dan ke-18; bab 14 sloka ke-3 dan ke-4; bab 15 sloka ke-16 dan ke-17. Dalam ayat-ayat tersebut, Dewa Brahma disebut-sebut sebagai Dewa pencipta, yang menciptakan alam semesta atas berkah dari Tuhan Yang Maha Esa ( Brahman).

Dalam Bhagawadgita juga disebutkan, siang hari bagi Brahma sama dengan satu Kalpa, dan Brahma hidup selama seratus tahun Kalpa, setelah itu dia wafat dan dikembalikan lagi ke asalnya, yakni Tuhan Yang Maha Esa.

• Siklus Dewa Brahma [ sunting - sunting sumber ] Brahma hidup selama seratus tahun Kalpa. Satu tahun Kalpa sama dengan 3.110.400.000.000 tahun. Setelah seratus tahun Kalpa, maka Dewa Siwa sebagai Dewa pelebur mengambil perannya untuk melebur alam semesta beserta isinya untuk dikembalikan ke asalnya. Setelah itu, Brahma sebagai pencipta tutup usia, dan alam semesta bisa diciptakan kembali oleh kehendak Brahman ( Tuhan). Nama Lain Dewa Brahma [ sunting - sunting sumber ] • ATMABHU = Dia yang lahir sesuai keinginannya.

• SURAJYESTHA = yang berwujud mendahului seluruh Dewata • PARAMESTHIN = Dia yang tinggal dalam dunia kebenaran. • PITAMAHA = Kakek moyang seluruh arwah. • HIRANYAGARBHA = telur keemasan.

• LOKESA = Penguasa Alam • `SVAYAMBHU = Melahirkan dirinya sendiri. • CATURANANA/CATURMUKHA = Memiliki empat wajah. • ABJAYONI = Lahir dari Bunga Teratai.

• DRUHINA = yang membunuh segala macam Raksasa (kejahatan). • VIRANCI = Sang Pencipta. • KAMALASANA = yang duduk di atas Bunga Teratai. • SRSTA = yang menciptakan. • PRAJAPATIH = Penguasa semua Mahkluk. • VIDHATA = yang menjadikan segala sesuatu. • VISVASRT = Dia yang menciptakan dunia. • VIDHI = Dia yang menciptakan dan mengadili. • NABHIJANMA= yang lahir dari pusar Wisnu.

• ANDAJA = yang muncul dari Telur. • HAMSAVAHANA = yang mengendarai Angsa. • AGNI = Sang Api. • VISVAKARMA = Arsitek Alam Semesta. Kisah Lain Mengenai Dewa Brahma [ sunting - sunting sumber ] • Dalam Bhagavata Purana disebutkan sistem Catur Warna lahir dari mulut Dewa Brahma. • Dewa Brahma memberi nama Indrajit kepada anak Rahwana karena mampu mengalahkan Dewa Indra.

• Dewa Brahma pernah mengutus Dewa Maut untuk menyamar dihadapan Sri Rama saat menjelang akhir kehidupannya. • Dewa Brahma yang meminta Maharsi Vyasa untuk menyusun epos besar Mahabharata. Lihat pula [ sunting - sunting sumber ] • Dewa Hindu • Hindu • Phra Phrom Pranala luar [ sunting - sunting sumber ] • (Inggris) Religion-Faith: Brahma The Creator [ pranala nonaktif permanen] • (Inggris) Sanatan Society: Brahma • (Inggris) Stephen Knapp: Gods and Goddesses of Vedic Culture • Halaman ini terakhir diubah pada 11 Februari 2022, pukul 05.04.

• Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang dewa brahma dipuja di pura Statistik • Pernyataan kuki • •Dikisahkan pencarian oleh Dewa Brahma dan Dewa Wisnu untuk menemukan Anadi (awal) dan Ananta (akhir) dari Dewa Siwa (Legenda Siwa Lingga atau Lingodbhavamurthy).

Legenda ini membuktikan kemahakuasaan Dewa Mahadewa lebih dari Dewa Hindu lainnya dan menjelaskan mengapa lingam diyakini menjadi salah satu lambang yang paling ampuh untuk mencapai tujuan dalam Hindu. Kisah ini tercantum dalam tiga purana-Kurma Purana, Vayu Purana dan Siwa purana, (Penelusuran, Hindualukta, 2016:9 Mei). Menurut Purana, setelah dua dari Dewa Tri Murti, Brahma dan Wisnu yang sedang menunjukkan kemampuan masing-masing. Takut akan terjadi pertempuran, para dewa lainnya meminta Shiva untuk menjadi penengah.

Dewa Siwa muncul dengan bentuk Lingga yang menyala di antara Brahma dan Wisnu dan lalu kemudian menantang keduanya dengan meminta mereka untuk mengukur panjang dari Lingga. Terpesona oleh besarnya, Brahma dan Wisnu memutuskan untuk mencari ujung Lingga itu. Dewa Brahma berubah bentuk menjadi angsa dan pergi ke atas, sementara Dewa Wisnu mengambil bentuk Varaha - babi hutan dan masuk ke tanah menuju ujung bumi.

Keduanya mencari ribuan mil tetapi tidak bisa menemukan ujung akhirnya. Pada perjalanannya ke atas, Brahma menemukan bunga Ketaki. Lelah dan bingung dengan pencariannya untuk menemukan ujung teratas dari lingga yang berapi-api, Brahma lalu sepakat dengan bunga Ketaki untuk berbohong bahwa ia telah menemukan ujung teratas dan bunga itu berada.

Dewa Brahma lalu turun dan bertemu dengan Dewa Wisnu dan menegaskan bahwa ia telah menemukan ujung Lingga itu. Namun tiba-tiba, bagian tengah Lingga terbelah dan Siwa muncul dengan penuh keagungan.

Kagum, baik Dewa Brahma dan Wisnu membungkuk di hadapannya dan mengagungi kemahakuasaan Dewa Siwa. Dewa Siwa juga menjelaskan kepada Brahma dan Wisnu bahwa keduanya lahir dari dia dan kemudian dipisahkan menjadi tiga aspek kemahakuasaan Tuhan.

Dewa Brahma sebagai Pencipta, Dewa Wisnu Pemelihara dan Dewa Shiva sebagai Pelebur (Pemralina). Namun, Dewa Siwa marah dengan Brahma untuk karena telah berbohong. Kemudian Dewa Brahma dikutuk tidak seorang pun yang akan berdoa kepada-Nya.

(Legenda ini menjelaskan mengapa hampir sedikit Pemuja Brahma dan sekali Candi Brahma ditemui di India dan Negara lain.) Dewa Siwa juga menghukum bunga Ketaki karena ikut berbohong dan melarang dia digunakan sebagai persembahan ibadah apapun. Karena itu pada hari ke-14 (Bulan Gelap) bulan Phalguna, Dewa Shiva mengubah bentuk menjadi Lingga, hari ini sangat baik dan diperingati sebagai Mahashivaratri - malam Siwa.

Untuk merayakan hari suci itu, umat Hindu berpuasa sepanjang hari dan berdoa kepada Tuhan sepanjang malam. Dikatakan bahwa menyembah Dewa Siwa di Shivaratri akan mendapatkan anugerah kebahagiaan dan kesejahteraan.

Di masa dewa brahma dipuja di pura, meski tidak sepopuler Wisnu dan Siwa, nama Brahma muncul dalam beberapa kesempatan. Dewa brahma dipuja di pura legenda yang berkembang di Jawa Timur tentang Ken Arok misalnya, Brahma dipercaya sebagai ayah biologis dari Ken Arok. Konon Brahma terpukau akan kecantikan ibu Ken Arok, Ken Endok dan menjadikannya kekasih, (Facebook, Hindualukta, 2016;27).

dewa brahma dipuja di pura

Dalam pewayangan versi Jawa, Brahma punya peran yang sangat berbeda dari peran awalnya. Ketika masyarakat Hindu mulai menghilang dari Tanah Jawa dan era wayang kulit ala Walisongo mulai muncul, peran Brahma sebagai pencipta dalam pakem wayang kulit diberikan pada sosok bernama Sang Hyang Wenang, sementara Brahma sendiri diubah namanya menjadi Brama (api) di dewa brahma dipuja di pura dirinya adalah seorang dewa penguasa api, putra dari sosok Bathara Guru (Siwa).

Sosok Brahma dalam pewayangan Jawa dilebur dan dicampuraduk dengan sosok Agni.
HINDUALUKTA -- Secara etimologi Brahmā memiliki arti yang tumbuh, berkembang, berevolosi, yang bertambah besar, yang meluap dari diriNya dan sejenisnya. Brahma merupakan salah satu manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konsep Tri Murti, Dewa Brahma menempati posisi sebagai dewa Pencipta alam semesta beserta isinya.

Menurut kitab Satapatha Brahmana, dikatakan bahwa Brahmalah yang menciptakan, menempatkan dan memberi dewa brahma dipuja di pura para dewa (Dowson l879:57). Sebaliknya di dalam kitab Mahabharata dan kitab-kitab Purana dikatakan bahwa Brahma merupakan leluhur dunia yang muncul dari pusar Visnu. Sebagai pencipta dunia Brahma dikenal dengan nama Hiranyagarbha atau Prajapati (Dawson 879: 360, Wilkins 1882: 100).

Dewa Agni peredam segala kejahatan, yang lahir dari benih keemasan, badan dari alam semesta, dan merupakan kebahagiaan yang tertinggi". Bisa juga menggunakan mantra dibawah ini: "Om brahma prajapatih srethah Svayambhuur varado guruh Padmayonis catur vaktro Brahmaa sakalam ucyate" Artinya: "Oh keseluruhan yang lengkap dan sempurna, sebagai prajapatih, yang mengadakan dirinya sendiri, guru yang muncul dari bunga teratai, memiliki empat muka dalam satu badan, maha sempurna, oh Brahma" Atau Mantra Dibawah: "Om isanah sarva vidyaanaam Isvarah sarva bhuutanaam Brahmano dhipatir brahmaa Sivo astu sadaasivaya".

Artinya: “Oh keseluruhan yang lengkap, sebagai dewata penguasa mahluk yang bijaksana, sebagai Brahma, raja para brahmana. Oh keseluruhan yang lengkap, Sang Hyang Siwa, pemberi keselamatan hamba memuja-MU.” Mantra yang ketiga di atas biasanya digunakan di Pura Desa yang juga disebut sebagai Bale Agung, stana Hyang Brahma, sebagai pencipta sekaligus sebagai guru niskala.

Yang dipuja sebagai pembimbing rohani menuju kecemerlangan. Menurut kitab-kitab Purana, Weda itu disabdakan langsung oleh Brahma, dan dalam penggambarannya beliau menggenggam keropak yang sesungguhnya merupakan pustaka Weda.

Jadi dalam konteks ini, Brahma dipuja sebagai guru dan pembimbing rohari, sekaligus sebagai sinar suci Tuhan dalam aspeknya sebagai pencipta. Umat Hindu di Indonesia, khususnya di masyarakat Hindu Bali meyakini dewa Brahma sebagai Dewanya Dapur, Penguasa dan pelindung arah Selatan, bersenjatakan Gada, berwahana Angsa, memiliki Sakti Dewi Saraswati, atribut serba merah.

Dewa Brahma dipuja di Pura Desa atau Pura Bale Agung. Tetapi ada juga yang memuja dewa Brahma di Pura Luhur Andakasa.
Dewa Brahma (Bhatara Brahma; Lontar Siwa Sasana, Utpeti; Aksara Suci “BA”); Pranawa Omkara dengan aksara “Ang” atau “Am” adalah salah satu dari Dewa Tri Murti yang menurut beberapa naskah di Bali disebutkan : Dalam Bhagawanta purana menyebutkan : • Dewa Brahma dipuja di pura desa sebagai salah satu tempat suci dalam Tri Kahyangan Tiga yang ada di setiap desa adat di Bali.

• Dewa Brahma sebagai manifestasi Tuhan dalam prabawanya sebagai sang pencipta (Utpati), • yang menciptakan seperti yang dijelaskan dalam konsep Tri Kona sebagai sumber tuntunan tertinggi dalam melakukan dinamika hidup.

• Dalam lontar Wariga Krimping, pelangkiran di dapur/paon sebagai stana Dewa Brahma. Dalam “Hyang Kemulan”, dijelaskan pula bahwa, Brahma juga merupakan asal muasal adanya manusia di dunia ini. Simbolisasi dan Atribut Dewa Brahma dalam sumber kutipan Dewata Nawa Sanga : • Arah: Selatan / Daksina • Pura Pemujaan: Pura Andakasa dan Pura Desa; Tri Kahyangan Tiga • Aksara: Bang, Ang; omkara • Senjata: Gada • Warna: Merah • Panca Wara: Paing • Sapta Wara: Saniscara • Sakti: Dewi Saraswati • Wahana: Angsa • Fungsi: Pencipta Dengan saktinya Dewi Saraswati tersebut, Dewa Brahma dipuja sebagai Sang Hyang Agni yang merupakan sumber dari Widya (Pengetahuan) serta sebagai perantara manusia berhubungan dengan Tuhan, yang juga sebagai penguasa api, permohonan kepada beliau bertujuan untuk dewa brahma dipuja di pura menyempurnakan prosesi ngaben dalam pelaksanaan upacara pitra yadnya.

Demikian pula di sanggah kemulan sebagai tempat suci pekarangan rumah yang dipuja pada rong tiga ruang sebelah kanan adalah Linggih Dewa Brahma. Dalam kronologi turunya wahyu Tuhan, yang awalnya disebutkan bahwa melalui Dewa Brahma wahyu tersebut diturunkannya kepada para Maha Rsi yang dirangkum dalam kitab suci weda, • Brahma menghadirkan berbagai weda dan • Dewi Saraswati mengadirkan arti, makna dan semangat weda-weda ini.

Dewa Brahma yang yang memiliki 4 wajah Catur Muka. Dalam kisah Matsya Awatara.

dewa brahma dipuja di pura

Dewa Brahma dewa brahma dipuja di pura digambarkan dalam patung dan monumen di Bali, memiliki empat wajah yaitu catur muka. Dikisahkan Dewa Brahma menciptakan seorang dewi bernama Dewi Satarupa, • Seorang dewi yang sangat cantik, sebagaimana seorang dewi, maka kecantikan Dewi Satarupa sangat sempurna. • Dewa Brahma sangat terpesona dengan ciptaannya, dan tidak mau kehilangan kesempatan barang sekejappun untuk tidak memandangi Dewi Satarupa. • Maka dari itu Dewa Brahma lalu menciptakan empat wajahnya sendiri, sehingga Dewa Brahma memiliki 5 wajah, wajah yang kelima menghadap keatas guna memandang Dewi Satarupa jika terbang.

Brahma berwajah empat dalam Gama Bali berdasarkan makna simbolik Trimurti dalam kehidupan juga disebutkan bahwa : Ketika kita lahir ke dunia, kita masih tidak tahu nanti entah berjalaan kemana, kearah kemana kita akan melangkah, ini disimbolkan dgn keempat ‘wajah’ Brahma yang masing-masing menoleh ke 4 penjuru arah angin, barat, timur, selatan dan utara.

Sebenarnya ada 1 kepala lagi yang menghadap keatas tapi dalam purana, kepala yang kelima tersebut tepatnya kepala yang menoleh keatas (menengadah/nyengenget) di ‘penggal’ oleh betara Siwa.

dewa brahma dipuja di pura

Supaya ketika masih dalam tahap pencaharian, disaat masih belajar (brahmacari), kita tidak harus mempelajari hal-hal yang menuju ‘keatas’ (dalam artian spiritual tinggi, untuk mencapai moksha dll), karena memang belum saatnya. masih diperlukan tahapan-tahapan untuk melangkah ke tingkat selanjutnya dan itu wajib dilaksanakan. Kemudian dengan apa kita menemukan dan menentukan arah kita dalam hidup ini? Tak lain adalah dengan ‘Sarasvati’ atau Ilmu Pengetahuan sebagai cahaya dalam kehidupan ini.

Sampaikanlah Doa dengan tulisan yang baik, benar dan lengkap. Sampunang disingkat-singkat! Berbagai Sumber - Google Images - Youtube Tag: dewatanawasanga, Blogger, bali, satuskutus offering, love, quotes, happy, true, smile, success, word, history, beautiful, culture, tradition, love, smile, prayer, weda, hindu, spiritual, agungsujana 2010-06-07T07:09:36+00:00 Juru Sapuh ( 250 videos, 2M views) Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu.

Para leluhur pada Jaman dewa brahma dipuja di pura telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ).

Kisah Asal-Usul Dewa Brahma




2022 www.videocon.com