Berita Terpopuler • Daftar Tanggal Merah Desember 2022: Libur Natal • 10 Potret Liburan Ayu Ting Ting dan Keluarga ke Jogja, Ayah Rozak Hits • 10 Potret Baby Ameena dalam Berbagai Ekspresi, Gemasnya Kebangetan • Kamu Workaholic?
Waspadai 7 Tanda Kamu Terlalu Keras ke Diri Sendiri • Hamas Mulai Bangkit, Menkeu Israel: Ini Semua Kesalahan Netanyahu • 10 Fakta Elon Musk, Orang Terkaya di Dunia yang Baru Membeli Twitter • Menko Muhadjir: Biaya Pasien Hepatitis Akut Ditanggung BPJS Kesehatan • 9 Potret Atta Halilintar di Singapura, Berlibur sambil Momong Anak! • 10 Momen Nagita Slavina Masak Makan Malam buat Teman-teman Artisnya • Kemenag Sebut Kriteria Jemaah Haji Reguler yang Berangkat Tahun Ini • Tebar Hikmah Ramadan • Life Hack • Ekonomi • Sebutan anak kedua di bali • Bisnis • Finansial • Fiksiana • Fiksiana • Cerpen • Novel • Puisi • Gaya Hidup • Gaya Hidup • Fesyen • Hobi • Karir • Kesehatan • Hiburan • Hiburan • Film • Humor • Media • Musik • Humaniora • Humaniora • Bahasa • Edukasi • Filsafat • Sosbud • Kotak Suara • Analisis • Kandidat • Lyfe • Lyfe • Diary • Entrepreneur • Foodie • Love • Viral • Worklife • Olahraga • Olahraga • Atletik • Balap • Bola • Bulutangkis • E-Sport • Politik • Politik • Birokrasi • Hukum • Keamanan • Pemerintahan • Ruang Kelas • Ruang Kelas • Ilmu Alam & Teknologi • Ilmu Sosbud & Agama • Teknologi • Teknologi • Digital • Lingkungan • Otomotif • Transportasi • Video • Wisata • Wisata • Kuliner • Travel • Pulih Bersama • Pulih Bersama • Indonesia Hi-Tech • Indonesia Lestari • Indonesia Sehat • New World • New World • Cryptocurrency • Metaverse • NFT • Halo Lokal • Halo Lokal • Bandung • Joglosemar • Makassar • Medan • Palembang • Surabaya • SEMUA RUBRIK • TERPOPULER • TERBARU sebutan anak kedua di bali PILIHAN EDITOR • TOPIK PILIHAN • K-REWARDS • KLASMITING NEW • EVENT Dulu waktu saya masih SD, ada yang namanya pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial).
Yang diajarkan di mata pelajaran itu adalah bermacam-macam pengetahuan sosial yang bersifat umum. Salah satunya yang saya hafal adalah kalau di Bali umumnya menamakan anaknya sesuai dengan urutan lahir. Anak pertama diberi nama Putu.
Anak kedua Made. Anak ketiga dimanakan Nyoman. Begitu nyampe di Bali, saya berkenalan dengan OB kantor yang bernama Nengah. Lalu kawan bagian administrasi bernama Koming. Ada juga marketing yang namanya Dayu. Saya juga sering berkirim email dengan buyer yang bernama Ngakan, dan staff perusahaan ekspdisi bernama Gusti. Ternyata tak semua orang Bali bernama Putu, Made, dan Nyoman!
Ternyata sistem penamaan masyarakat Bali itu terkait erat dengan sistem kasta. Masyarakat Bali punya empat kasta, Brahman, Satriya, Weisya, dan Sudra. Kasta Brahmana adalah kelompok kelas pendeta. Biasanya nama mereka dimulai dengan Ida Bagus, atau Ida Ayu. Dan saya baru tahu kalau teman saya yang bernama Dayu itu punya nama asli Ida Ayu, yang disingkat menjadi Dayu.
Kasta satriya biasanya berasal dari keturunan raja-raja. Namanya juga beda. Umunya dipakai adalah Anak Agung, Dewa, atau Ngakan. Nah, kalau Cok yang suaminya Happy Salma itu juga keturunan raja. Hal ini bisa dilihat dari namanya yang Tjokorda (Cokorda).
Nama Gusti dipakai untuk mereka yang berasal dari kasta Weisya. Nah, dimana kelas kasta untuk Putu, Made, dan Nyoman? Ternyata nama ini ada di kasta Sudra. Uniknya lagi, anak pertama bukan cuma bisa diberi nama Putu lho! Mereka bisa bernama Ni Luh (atau Iluh) untuk perempuanWayan,atau Gede.
Untuk anak kedua namanya bisa sekitaran Made, Kadek, atau Nengah. Mau punya anak limapun, anak kedua tetap akan dipanggil Nengah. Anak ketiga akan dipanggi dengan nama Nyoman atau Komang (Koming untuk nama cewek).
Untuk anak keempat dipanggil Ketut. Bagaimana kalau anaknya lima? Dipanggil dengan nama apakah si anak kelima ini? Olala, ternyata balik lagi ke Wayan atau Putu, atau Gede.
Ditambahi embel-embel nama 'balik' atau 'cenik' (kecil) di belakang nama itu biar tidak tertukar dengan Wayan kakaknya. Kalau punya enam orang anak, si anak keenam juga akan dipanggil Made, atau Kadek, atau Nengah. Balik lagi jadinya. Lucu ya. Saya jadi kagum sendiri. Sempat punya pikiran, kenapa mereka tidak mempersiapkan nama khusus untuk anak kelima, keenam, dst? Apakah mereka 'hanya' punya empat nama karena para nenek moyang sudah punya family planning untuk tidak punya anak lebih dari empat?
Sekarang sistem kasta di Bali sudah tidak berlaku lagi. Tapi sistem penamaan itu tetap ada, juga sebagai pengingat tentang nenek moyang masing-masing keluarga.
Kamu pasti menemukan banyak orang di Bali yang memiliki nama panggilan serupa seperti Wayan, Made, Ketut, Nyoman dan lainnya.
Jadi kalau bertanya "Bapak namanya siapa?" dan bapak itu menjawab "Panggil saya pak Made", maka kamu harus menanyakan lagi nama lengkapnya ya "Pak Made siapa ya?" Sebab hampir semua orang Bali menggunakan nama tersebut lho.
Seandainya kamu ada di ruang bioskop berisi 50 orang pria, bisa saja 50 persen di antaranya memiliki nama awalan Made. Sebenarnya nama-nama tersebut dipakai oleh orang Bali untuk menyebutkan nomor urutan kelahiran di keluarganya. Berikut ini bedanya nama Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut: Baca Juga: 4 Doa Hindu Memohon Kesembuhan, Menjenguk Orang Sakit Hingga Melayat Pexels.com/Artem Bali Baca Juga: Keren Nih, Rumah Sakit di Bali Bakal Buka Praktik Dukun Anak pertama akan diberi nama depan Wayan.
Wayan berasal dari kata ‘‘Wayahan‘‘ yang berarti paling tua. Makanya anak pertama yang paling tua diberi nama depan Wayan. Selain Wayan, anak pertama juga bisa diberi nama depan Putu, dan spesial untuk anak laki-laki pertama sebutan anak kedua di bali juga menggunakan Gede.
Dok. Pribadi/Arya W. Made adalah nama depan untuk anak kedua dalam keluarga orang Bali. Made berasal dari kata ‘’Madya’’ yang artinya tengah. Made akan menjadi penengah antara Wayan dan Nyoman. Tak hanya Made, nama depan lainnya yang bisa digunakan untuk anak kedua, baik itu anak laki-laki atau perempuan, adalah Kadek atau Nengah.
Pexels.com/Artem Bali Nama ini dipakai untuk anak nomor empat dalam keluarganya. Tidak ada sebutan lain untuk nama depan anak keempat selain Ketut. Baik laki maupun perempuan sama-sama sebutan anak kedua di bali Ketut.
Tapi, bagaimana jika dalam satu keluarga itu jumlah anaknya lebih dari empat orang? Jika anaknya lebih dari empat orang, nama depannya akan diulang lagi dari Wayan. Maka anak yang lahir kelima diberi nama depan Wayan, anak keenam diberi nama depan Made, dan begitupun seterusnya. Anak yang diberi pengulangan nama depan dalam keluarga, biasanya orang Bali menyebutnya sebagai Wayan balik, Made balik dan seterusnya. Biar mudah membedakan mana nama untuk anak laki-laki atau perempuan, orang Bali akan menggunakan awalan nama "I" untuk laki-laki, dan "Ni" untuk anak perempuannya.
Jadi, jangan heran kalau di Bali banyak orang memiliki nama panggilan Wayan, Made, Nyoman atau Ketut. Baca Juga: 10 Inspirasi Nama Bayi dari Dewa Dewi Hindu, Bermakna Suci Artikel ini pertama kali ditulis oleh Sastry di IDN Times Community dengan judul Kamu Wayan, Made, Nyoman atau Ketut?
Ini Perbedaannya TRENDING • Warga Mengutuk Lambatnya Penanganan Korupsi LPD Serangan! • 10 Potret Jokowi ke Bali, Menginap di Istana Presiden • Turis Kanada Jatuh ke Jurang di Pecatu, Diduga Lagi Selfie • Warga AS Serangan Jantung di Gunung Batur, Meninggal di RS • Potret Green Kubu, Tempat Terbaik Sunset di Nusa Penida Bali • 5 Tipe Teman Tongkrongan, Karakternya Serupa di Mana-mana • Cuaca Hari Ini 8 Mei 2022: Denpasar Hujan Ringan Siang Hari, Sore Cerah Berawan • 5 Ucapan Ulang Tahun Bahasa Inggris untuk Komunitas • Prakiraan Cuaca Hari Ini 9 Mei 2022, Sebagian Denpasar Bakal Cerah Berawan Umat Hindu Kota Pekanbaru melaksanakan upacara Melasti dalam rangka menyambut Nyepi di Danau Buatan Rumbai, Kamis (11/3/2021).
[Foto Sebutan anak kedua di bali SuaraBali.id - Urutan nama Bali berdasarkan kasta. Ternyata untuk mengingat nama Bali dan kasta Bali tidak mudah. Kamu pasti punya teman dengan nama nama seperti Kadek, Ni Made, I Gusti, Wayan atau nama-nama lainnya yang identik dengan Bali.
Pemberian nama tersebut tidak sembarangan. Dalam adat Bali seseorang memberikan nama nama yang diberikan berdasarkan sistem kasta pada zaman dahulu yang dimiliki oleh kedua orangtuan yang bersangkutan. Sistem kasta Bali berasal dari kekeliruan dalam penerapan sistem warna yang berasal dari Veda.
Sistem kasta di Bali terbagi ke dalam Caturwangsa dan Triwangsa. Dalam Caturwangsa sistem kasta ini terbagi lagi menjadi: • Brahmana, dianggap sebagai kasta tertinggi karena golongan ini keluar dari mulut Dewa Brahmana.
Seperti pendeta dan pemimpin agama • Ksatria, dituturkan keluar dari tangan dewa Brahma. Golongan ini terdiri dari raja, bangsawan, dan prajurit, yang tugasnya menjalankan pemerintahan. • Waisya keluar dari perut atau paha Dewa Brahma, yang terdiri dari pedagang. • Sudra keluar dari kaki Dewa Brahma, golongan ini dianggap yang terendah diantara ketiga golongan di atas. Golongan ini biasanya terdiri dari petani.
Triwangsa Merupakan sistem yang hanya mengambil tiga golongan tertinggi dari Caturwangsa. Nah, dari sistem Triwangsa inilah gelar yang melekat pada nama orang Bali di dapatkan secara turun-temurun serta ditentukan berlandaskan garis keturunan. Sistem kasta Bali Setelah mengetahui pembagian kasta di Bali, berikut ini merupakan penjelasan dari pemberian gelar nama-nama tersebut yang mana dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti nama keluarga, bentuk penghormatan, jenis kelamin serta urutan kelahiran.
Berdasarkan Jenis Kelamin • Untuk penamaan anak berdasarkan jenis kelaminnya, anak laki laki menggunakan awalan i contohnya I Wayan, I Nyoman dan untuk anak perempuan menggunakan awalan Ni contohnya seperti • Pada kasta Brahmana, biasanya anak laki-laki menggunakan nama Ida Bagus dan Ayu atau Dayu untuk bayi perempuan. • Ksatria Anak AgungAgung, Dewa, untuk bayi laki laki dan Dewi untuk bayi perempuan. Selain itu juga kasta Ksatria mencantumkan nama tengah seperti Raka yang berarti saudara perempuan atau laki laki tertua.
Oka merupakan sebutan untuk yang paling muda atau bungsu, Rai saudara perempuan atau laki-laki termuda. Anom untuk perempuan muda, dan Ngurah yang berwenang. • Waisya biasanya menggunakan Gusti untuk pria maupun wanita, Desak untuk wanita, dan Dewa untuk pria. • Sudra biasanya menggunakan nama Luh untuk anak perempuan. Berdasarkan Urutan Kelahiran Berdasarkan urutan kelahiran orang Bali menggunakan nama yang berbeda-beda untuk mengidentifikasikannya, yaitu • Anak pertama, biasa menggunakan nama Wayan, Putu, atau Gede.
• Anak kedua, Made, Kade, Kadek, dan beberapa di daerah di Bali menggunakan nama Nengah. • Anak ketiga, Nyoman, Komang • Anak keempat, pada umumnya dinamai Ketut biasanya digunakan untuk anak laki-laki.
Gimana sudah semakin paham kan tentang penamaan orang-orang bali berdasarkan kasta yang dimilikinya? Meskipun demikian saat ini pemberian nama di Bali sudah lebih modern dan tidak terikat dengan kasta tertentu yang dimiliki. Artikel Asli
Selama ini mungkin sebagian besar dari kita yang pernah datang ke Bali hanya sekedar melihat keindahan alamnya saja.
Tanpa kita sadari sebenarnya telinga kita sering mendengar kata-kata yang merupakan istilah dalam bahasa Bali. Atau sudah saking biasanya kita mendengar kata-kata tersebut sampai tidak ngeh kalau itu merupakan bagian dari bahasa Bali.
Memang cukup banyak istilah kata dalam bahasa bali yang seperti sudah umum digunakan. Bali sebagai tujuan wisata lokal dan internasional merupakan wilayah istimewa di Indonesia. Rasanya memang selain mengenal panorama alamnya yang indah kita juga perlu mengetahui secara garis besar istilah kata dalam bahasa Bali yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Salah satu tujuannya adalah agar masyarakat Bali merasa mereka dihargai bukan hanya dieksplorasi tempat wisata saja. Manusia dalam hal ini masyarakat Bali juga merupakan bagian dari “paket wisata” di Bali. Agar kita bisa menjadi lebih dekat dengan masyarakat setempat saat mengunjungi wisata Bali ada baiknya mulai mengenal bahasa mereka.
Mulai dari yang sederhana saja sebagaimana yang ada di dalam tulisan dibawah ini. Hal yang Perlu Diketahui Tentang Bahasa Bali Sejarah Bahasa Bali Bahasa Bali merupakan bagian dari bahasa Austronesia yang merupakan cabang bahasa Sundik atau lebih spesifik adalah Bali-Sasak.
Perlu diketahui bahwa bahasa Austronesia tersebut bukan hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari masyarakat Bali tetapi juga berlaku di wilayah Lombok terutama pada bagian barat. Selain itu juga dipakai sebagai bahasa orang Jawa yang ada di ujung timur yaitu Banyuwangi. Jadi jangan heran jika Anda mendengar orang berbicara bahasa Bali tetapi Anda sedang tidak berada disana. Ada Pengaruh Bahasa Jawa Dalam banyak literatur kita bisa melihat dan menemukan bahwa cukup banyak istilah kata dalam bahasa Bali yang sangat mirip dengan bahasa Jawa.
Ini menunjukkan bahwa memang bahasa Bali mendapatkan banyak pengaruh dari bahasa Jawa. Hal ini memang hal yang lumrah mengingat secara geografis Pulau Bali sangat berdekatan dengan Pulau Jawa. Selain itu juga menurut sejarah dulunya Pulau Bali termasuk salah satu wilayah yang ditaklukkan oleh Patih Gajah Mada yang turut membawa serta bahasa Jawa kesana.
Walaupun sebenarnya banyak kosakata dalam bahasa Bali yang lebih mirip bahasa Melayu tetapi pengaruh penaklukan oleh Gajah Mada membuat pelafalan bahasa Bali menjadi mirip dengan bahasa Jawa. Kosa Kata dan Istilah Dalam Bahasa Bali Istilah Bilangan Dalam bahasa bali kata “bilangan” disebut dengan wilangan. Tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Lalu bagaimana dengan kata-kata untuk menyebutkan angka dalam bilangan menggunakan bahasa Bali?
Inilah beberapa contohnya. – 1 disebut dengan besik atau siki – 2 disebut dengan kalih, ini sama dengan bahasa Sebutan anak kedua di bali – 3 disebut dengan telu, sama dengan bahasa Jawa – 4 disebut dengan papat, sama dengan bahasa Jawa – 5 disebut dengan lima Kalau dilihat dari kelima contoh diatas sudah terlihat bahwa istilah angka dalam bahasa Bali sangat mendekati kemiripan dengan bagaimana menyebut angka dalam bahasa Jawa.
Istilah Untuk Menyebut Orang Anda pasti sudah terlalu sering mendengar sebutan Made, Sebutan anak kedua di bali, Ketut dan nama lainnya dari sebutan anak kedua di bali Bali.
Bagi kita yang tidak tahu akan berpikir bahwa itu hanyalah sapaan atau sebutan biasa saja untuk orang. Padahal sebenarnya tidak seperti itu. Di Bali anak-anak dinamakan dengan menggunakan urutan kelahiran seperti Eko, Dwi, Tri dan lainnya di Jawa. Dan nama tersebut masih dibedakan lagi untuk anak laki-laki dan perempuan. ▪ Nama Anak Laki-laki – Nama untuk anak pertama biasanya menggunakan Gede, Wayan, Putu – Nama anak kedua menggunakan Made atau Nengah – Nama anak ketiga menggunakan Nyoman atau Komang – Nama anak keempat menggunakan Ketut ▪ Nama Anak Perempuan – Nama untuk anak pertama biasanya menggunakan tambahan “Luh” sebelum Gede, Wayan, Putu – Nama anak kedua menggunakan Kadek – Nama anak ketiga menggunakan Nyoman atau Komang – Nama anak keempat menggunakan Ketut Setelah anak sebutan anak kedua di bali akan berulang lagi seperti anak pertama untuk anak kelima dan seterusnya.
Nama Orang Menurut Kasta Di dalam masyarakat Bali memang mengenal istilah kasta yang disebabkan oleh pengaruh agama Hindu yang dianut oleh mayoritas orang disana. Termasuk dalam pemberian nama pada keturunan-keturunannya. – Kasta Brahmana yang merupakan kasta tertinggi biasanya menggunakan nama Ida Bagus atau Ida Ayu – Kasta Ksatria yang merupakan keturunan pejabat (priyayi) biasanya memiliki nama dengan awalan Anak Sebutan anak kedua di bali, Cokorda, Gusti atau Desak – Kasta Waisya yang merupakan keturunan pedagang biasanya menggunakan awalan Ngakan, Kompyang, Si atau Sang – Kasta Sudra yang merupakan tingkatan terendah dalam tatanan masyarakat tidak menambahkan nama apapun tetapi biasanya langsung dengan nama sesuai urutan kelahiran seperti Made, Putu, Kadek dan lainnya.
• Inilah 5 Lokasi Syuting Film Terkenal di Bali • Harga Promo Watersport Bali di Tanjung Benoa • 7 Daftar Wisata Adventure di Bali ini Paling Pas Bersama… • Ini Toh Beda Safari Explorer dan Legend di Bali Safari Park • Parasailing Adventure Bali di Tanjung Benoa • Liburan ke 5 Desa Wisata Unik di Bali Pas untuk Menenangkan… • 3 Harga Paket Bali Safari Era New Normal 2022 • Harga Snorkeling di Tanjung Benoa Bali • Nikmati Keseruan Bermain Waterski Tanjung Benoa Bali • Harga Tiket Masuk Trans Studio Bali Theme Park 2020 INFO • Harga Tiket Bali Safari And Marine Park 2022 • Harga Terbaru Bali Safari Park (Weekdays & Weekend) 2022 • Bali Safari and Marine Park Harga Tiket Domestik 2022 • 3 Harga Paket Bali Safari Era New Normal 2022 • Harga Permainan di Tanjung Benoa Bali 2022 • Cek Yuk Harga Watersport Tanjung Benoa Bali 2022 • Biaya Melihat Lumba-Lumba di Lovina Bali 2022 • Harga Ayung Rafting Ubud Bali Terbaru 2022 • Harga Tiket Masuk Bali Zoo Park 2022 – Kebun Binatang Bali • Harga Bali Sobek Rafting Ayung Ubud 2022 Trending • Harga Tiket Bali Safari And Marine Park 2022 • Harga Tiket Masuk Bali Zoo Park 2022 – Kebun… • Inilah 7 Tips Liburan Murah ke Bali ala Pemula • Ini Dia Harga Tiket Masuk The Blooms Garden Bedugul… • 6 Pasar Tradisional di Bali yang Menjadi Objek Wisata • Pantai Kuta Bali – Keindahan Sunset dan Pasir… • Pantai Pandawa – Ini Dia 8 Daya Tariknya… • Bali Zoo Park – Cek 2 Hal Baru Disini • Biaya Melihat Lumba-Lumba di Lovina Bali 2022 • Super Keren!
5 Wisata Kera Paling Dicari di Bali
Saya punya teman bernama I Gusti …., kalian bisa tebak berasal dari mana? tentu saja dia adalah orang bali. Sama seperti seperti Cokorda, Anak Agung, Ida Bagus, Dewa Gede, Ketut, Wayan, Kadek, Komang, dsb. Nah namanya sendiri di belakang gelar atau setelah sebutan “umum” tersebut.
Bali merupakan salah satu wilayah Indonesia yang masyarakatnya masih memegang teguh budaya serta kepercayaan secara turun temurun hingga saat ini. Termasuk ketika memberikan nama, dimana harus memenuhi aturan adat dan itulah menjadikan identitas terkuat masyarakat Bali.
Sebaiknya kamu mengenal dulu apasih perbedaan gelar dan nama kasta orang bali. Gelar yang disematkan masyarakat bali bukan sembarangan, gelar merupakan kehormatan & bukan hanya sebutan. Orang pulau dewata sepakat dengan nama “berkasta” dan sebutan orang biasa “tidak berkasta. Berikut adalah salah satu keragaman budaya bali yang hingga kini masih eksis sampai sekarang.
Urutan Kasta di Bali Secara garis besar karena bali banyak penganut agama Hindu, sehingga masyarakat Bali mengenal sistem kasta. Sistem kasta berlangsung hingga kini, kasta menjadi warisan secara turun-temurun dari para leluhur masyarakat bali.
Terdapat 4 urutan kasta yang ada dimiliki warga Bali, yaitu : Brahmana, Kesatria, Waisya dan Sudra. Nama Orang Bali Kasta / Gelar Brahmana Golongan brahmana sangat dihormati masyarakat karena mereka termasuk ahli agama dan ilmu pengetahuan.
Brahmana merupakan kasta tertinggi di bali tugas mereka dulunya adalah sebagai penasehat raja dan sekarang biasanya memimpin upacara keagamaan.
Nama seperti Ida Bagus (gelar laki-laki) dan Ida Ayu (gelar perempuan ) adalah sebutan bagi mereka dengan gelar untuk kasta brahmana.
Masyarakan bali sendiri membagi dalam beberapa golongan seperti Bujangga, Kayusunia, Kemenuh, Keniten, Manuaba, Mas, Patapan dan Siwa. Ada juga keunikan lain seperti di wilayah Karangasem – Bali, dimana seseorang Brahmana turun kasta menjadi seorang Waisya atau Sudra maka namanya menjadi kombinasi Ida (Brahmana) Wayan (Waisya sebutan anak kedua di bali Sudra) Sumitra Wira.
Dua Gelar Brahmana Selain “gelar umum” seorang brahmana yang terlihat dari nama awal, masyarakat bali memberikan gelar berdasarkan tugas atau fungsi sebutan anak kedua di bali itu sendiri, yaitu : • Pandita, merupakan gelar bagi pemimpin agama yang diyakini sudah dwijati. Dwijati sendiri artinya sudah lahir kedua kali, tugasnya jelas untuk memimpin ritual keagamaan. Gelar pandita tentu tidak sembarangan, karena hanya bisa didapat ketika sang “brahmana” melakukan ritual upacara penyucian diri (Diksa) dan ditandai (tapak) oleh guru spiritual utama (nabe) yang punya gelar pedanda, bhujangga, rsi, bhagawan, mpu/dukuh.
• Pemangku, merupakan gelar pemimpin agama yang diyakini sudah ekajati. Ekajati sendiri artinya lahir sekali dari ibu kandung. Tugasnya untuk memimpin upacara keagamaan yang lebih kecil dari pandita. Biasanya melaksanakan tugas sehari-hari dalam pura. Sebutan lain Jero Mangku dan Jero Gede.
Nama Orang Bali Kasta / Gelar Kesatria Gelar kedua yang dikenal masyarakat bali adalah Kesatria, orang dengan gelar ini punya tanggung jawab khusus dalam pemerintahan. Gelar “ningrat” punya tanggung jawab sebagai pembesar kerajaan. Awalan namanya Anak Agung (laki-laki) disingkat gung serta Anak Agung Ayu atau Anak Agung Istri (perempuan).
Orang dengan sebutan ini artinya mereka memiliki gelar bangsawan bali. Jika menelisik lebih dalam kasta kesatria ini masih dibagi dalam 2 golongan, yaitu : • Kesatria Dalem, merupakan keturunan dari Sri Kresna Kepakisan sebutan anak kedua di bali diberi mandat oleh Gajah Mada.
Biasanya punya gelar sebutan “Dewa Agung”. • Kesatria Jawa, merupakan para ningrat yang berasal dari tanah Jawa (Majapahit). Kesatria Jawa dikenal masyarakat bali sebagai golongan “Arya” dan tugas utamanya mendampingi raja.
Gelar kesatria mereka adalah Gusti, Ki Gusti, dan I Dewa. Jadi dewa adalah gelar untuk kasta kesatria, selain gelar-gelar satria tersebut, ada juga gelar bangsawan : Dewa Agung (Klungkung), Anak Agung (Buleleng, Jembrana, Bangli, dan Gianyar), Anak Agung Agung Anglurah (Karangasem) dan Tjokorda/cokorda (Tabanan dan Badung). Gelar ini hadir saat belanda memberikan jabatan kebangsawanan.
Penobatan raja saat sebutan anak kedua di bali hanya boleh bagi mereka yang berasal dari gelar Gusti dan Dewa. Nama Orang Bali Kasta / Gelar Waiysa Kasta waisya dengan gelar gusti bagus (laki-laki) & gusti ayu (perempuan) bisa dari mereka yang punya profesi sebagai pengusaha, prajurit atau kelompok pekerja. Nama Orang Bali Kasta / Gelar Sudra Jika ditilik dari nama memang berbeda, tapi sebutan ini bukan gelar melainkan penanda urutan kelahiran.
Artinya nama Wayan atau Putu (anak pertama), Made atau Kadek (anak kedua), Nyoman atau Komang (anak ketiga) dan Ketut (anak keempat) adalah sebutan orang biasa dalam masyarakat bali. Itulah nama orang bali berdasarkan kasta yang menjadi salah kekayaan yang dimiliki Indonesia.
Ngomongin soal wisata tepi laut serta tempat hiburannya, Bali memanglah paling top. Selain keragaman budaya bali banyak sekali tempat yang dapat kalian jelajah di pulau ini. Mulai dari tempat wisata keluarga, beach club, bar, pub, sampai pantai-pantai mempesona yang buat liburan kalian terasa begitu mengasyikkan. Halo teman semua, di hari yang indah ini kita hendak memberikan sedikit informasi apa saja tarian tradisional yang mudah dihafal dan gampang dipelajari paling utama buat kalian yang seneng banget sama tari tradisional.
Banyak loh keuntungan yang dapat kalian miliki dari menari, tidak hanya selaku hiburan, tari pula dapat dijadikan selaku komunikasi, menyehatkan badan, berikan… Jika kamu mencari suasana menyenang bagi keluarga di Ubud, Gianyar Bali coba menginap saja di Amoya Inn. Selama menginap di Amoya Inn, kamu dapat mampir ke Lempad House jaraknya kurang lebih 0,6 km, kemudian Istana Puri Saren berjakak kira-kira 0,7 km dan pasti sebutan anak kedua di bali tempat nge-hits di Ubud, Bali.
Seperti yang diketahui Amoya Inn Ubud… Tanah Lot tidak cuma diketahui dengan sebutan Pura Luhur Tanah Lot yang terletak tepat di atas karang tengah laut yang membuat para turis lokal serta mancanegara terpukau. Tetapi pula populer dengan ular sucinya. Hingga tidak heran bila para turis yang tiba tidak cuma menikmati panorama alam tetapi pula memandang langsung keberadaan ular suci tersebut. Jawa punya banyak cerita unik, termasuk nama-nama yang melegenda.
Mungkin anak milenial akan sedikit asing dengan nama-nama Jawa ini. Bapak Ibu Kakek nenek buyut kita sebagaian masih menggunakan nama Jawa yang unik, kental dan khas.
Namun generasi setelahnya sudah sangat jarang terdengar lagi, umumnya sudah bercampur dengan nama berbau ‘negeri’ asing.Tradisi penamaan di kalangan suku Bali merupakan suatu budaya yang unik, karena berkaitan dengan jenis kelamin, urutan kelahiran, atau status kebangsawanan ( kasta).
Dengan penamaan yang khas ini, masyarakat Bali dapat dengan mengetahui kasta dan urutan kelahiran seseorang. Penerapan tradisi ini bukanlah hal yang mutlak, mengingat bahwa tidak semua orang Bali mengikuti sistem penamaan ini. Tidak jelas sejak kapan tradisi pemberian nama depan ini mulai ada di Bali.
Menurut pakar linguistik dari Universitas Udayana, Prof. Dr. I Wayan Jendra, S.U., nama depan itu pertama kali disebutkan dalam catatan sejarah bertarikh abad ke-14, yakni pada masa pemerintahan Raja Gelgel "Dalem Ketut Kresna Kepakisan", putra keempat Sri Kresna Kepakisan, yang dinobatkan oleh Gajah Mada untuk menjabat sebagai pemimpin Bali, yang saat itu merupakan vasal Majapahit. Namun, Prof. Jendra belum dapat memastikan apakah tradisi pemberian nama depan itu sebagai pengaruh Majapahit atau bukan.
Tetapi, hal itu telah menjadi tradisi di Bali, dan hingga akhir abad ke-20, masyarakat Bali pun masih menggunakannya. Daftar isi • 1 Sistem kasta • 2 Jenis kelamin • 3 Urutan kelahiran • 4 Referensi Sistem kasta Orang Bali mengenal sistem kasta yang diwariskan dari zaman leluhur mereka, yang dahulu mengindikasikan keistimewaan peran seseorang dalam masyarakat.
Meskipun kini tidak lagi diterapkan secara kaku sebagaimana pada masa lampau, dalam beberapa hal keistimewaan tersebut masih dipertahankan, misalnya dalam upacara dan perkawinan adat Bali, masih dikenal pembedaan berdasarkan garis keturunan leluhur.
Sistem kasta itu pun masih dipertahankan dalam tradisi penamaan orang Bali. Orang-orang dari kasta selain sudra memiliki gelar kebangsawanan yang mengindikasikan kasta keluarga mereka, dan gelar ini diwariskan turun temurun sekadar pengingat keistimewaan leluhur, meskipun mereka tidak lagi menjabat profesi sesuai kasta mereka dalam masyarakat.
[1] • Keturunan dari kasta brahmana biasanya diawali dengan gelar Ida Bagus untuk laki-laki, dan Ida Ayu (disingkat Dayu) untuk perempuan. Pada masa lalu, kasta brahmana adalah golongan rohaniwan atau pemuka agama, yaitu pendeta, pedanda, beserta keluarganya.
Mereka tinggal di suatu kompleks hunian yang disebut griya, diwariskan berdasarkan garis keturunan leluhur mereka pada masa lalu. Sekarang, tidak semua keturunan brahmana berprofesi sebagai pemuka agama.
Mereka sudah masuk ke dalam berbagai lapangan pekerjaan dan tidak semua keturunannya masih menetap di griya. • Keturunan dari kasta kesatria biasanya diawali dengan gelar Anak Agung (disingkat Gung), Cokorda (disingkat Cok), Desak atau Gusti. Mereka umumnya keturunan raja dan tinggal di puri atau sekitar puri, yaitu kediaman leluhur mereka (bangsawan Bali) yang memerintah atau mengabdi pada masa lalu.
Bagaimanapun, ada sebagian golongan kesatria yang tinggal di luar puri. Dalam kasta ini juga ada yang menggunakan gelar Dewa, atau Dewa Ayu untuk perempuan. Umumnya mereka adalah keturunan pejabat puri pada masa lalu. Pada mulanya, kasta kesatria merupakan orang-orang dengan profesi di bidang pemerintahan, baik sebagai raja, menteri, pejabat militer, bupati, maupun abdi keraton.
Saat ini, keturunan kasta kesatria bekerja dalam berbagai macam profesi dan jabatan. • Keturunan kasta Waisya biasanya diawali dengan gelar Ngakan, Kompyang, Sang, atau Si.
Pada masa lalu, orang dari kasta ini bekerja di bidang niaga dan industri. Kini, sebagian keturunan waisya tidak lagi menggunakan nama depannya, terkait banyaknya asimilasi kelompok ini dengan kaum sudra pada masa lalu.
Di samping itu, sekarang keturunan waisya tidak lagi mendominasi bidang niaga dan industri, sebagaimana profesi leluhur mereka pada masa lalu. Mereka kini bekerja di berbagai bidang. • Keturunan kasta sudra dicirikan dengan nama tanpa gelar kebangsawanan sebagaimana tersebut di atas, melainkan langsung mengacu pada urutan kelahiran sesuai tradisi Bali, seperti: Wayan, Putu, Gede, Made, Kadek, Nengah, Nyoman, Komang, dan Ketut.
Pada masa lampau, golongan sudra terdiri dari buruh dan petani. Kini, golongan sudra sudah bekerja di berbagai profesi, mulai dari pejabat negara hingga buruh kasar. Jenis kelamin Orang Bali mengenal tradisi pemberian imbuhan nama untuk mencirikan jenis kelamin, yaitu awalan "I" untuk nama anak laki-laki, dan awalan "Ni" untuk nama anak perempuan. Contoh: I Gede…, Ni Made…, I Dewa…, Ni Nyoman…, dsb. Bentuk honorifik dari "I" adalah "Ida" (dibaca [ id̪ə] ), digunakan untuk keturunan bangsawan, misalnya: Ida Cokorda.
Pada beberapa nama untuk orang berkasta sudra (rakyat jelata), ada yang cocok ditambahkan "Luh" untuk mengindikasikan perempuan ( luh berarti "perempuan" dalam bahasa Bali), contoh: Luh Gede…, Luh Made…, Luh Nyoman…, dsb. Untuk kasta selain sudra, mereka menggunakan kata "Ayu" ( ayu berarti "jelita" dalam bahasa Bali) daripada "Luh", contoh: I Gusti Ayu…, Dewa Ayu…, Sang Ayu…, dsb. Bagaimanapun, kata "Ayu" juga dapat diterapkan untuk kasta sudra, misalnya: Made Ayu…, Putu Ayu…, Komang Ayu…, dsb.
Untuk kasta selain sudra, biasanya mereka juga sering menambahkan kata "Istri" sebagai padanan kata "Ayu" ( istri berarti "wanita" dalam bahasa Bali), contoh: Cokorda Istri…, Anak Agung Istri…, dsb. Urutan kelahiran Orang Bali menggunakan tata cara penamaan yang mencirikan urutan kelahiran anak. Hal ini menjadi ciri khas kebudayaan suku Bali yang tak dikenal di tempat lainnya. • Anak pertama diberi nama depan Wayan, berasal dari kata wayahan yang artinya "lebih tua".
Selain Wayan, nama depan untuk anak pertama juga sering digunakan adalah Putu dan Gede. Kata putu artinya "cucu", sedangkan gede artinya "besar". Nama Gede cenderung digunakan kepada anak laki-laki saja, sementara untuk anak perempuan jarang digunakan. Untuk anak perempuan, ditambahkan kata Luh pada nama "Gede". Pada umumnya, keturunan bangsawan Bali cenderung tidak menggunakan kata Wayan maupun Gede. Mereka lebih memilih menggunakan nama Putu.
• Anak kedua diberi nama depan Made (madé), berasal dari kata madya yang berarti "tengah". Di beberapa daerah di Bali, anak kedua juga dapat diberi nama depan Nengah yang juga diambil dari kata "tengah". Ada pula nama Kade atau Kadek, bentuk variasi dari Made. Ada hipotesis bahwa Kade atau Kadek berasal dari kata adi yang bermakna "adik". Pada umumnya, keturunan bangsawan Bali cenderung tidak menggunakan nama Nengah maupun Kadek.
Mereka lebih memilih menggunakan kata Made atau Kade. • Anak ketiga diberi nama depan Nyoman atau Komang. Nama Nyoman ditenggarai berasal dari kata anom yang berarti "muda" atau "kecil"; bentuk variasinya adalah nama Komang.
Ada hipotesis bahwa nama Nyoman diambil dari kata nyeman (artinya "lebih tawar" dalam bahasa Bali), mengacu kepada perumpamaan tentang lapisan terakhir pohon pisang—sebelum kulit terluar—yang rasanya cukup tawar. Ada pula dugaan bahwa nama Nyoman dan Komang secara etimologi berasal dari kata uman yang berarti "sisa" atau "akhir" dalam bahasa Bali. • Anak keempat diberi nama depan Ketut, berasal dari kata sebutan anak kedua di bali yang bermakna "mengikuti" atau "membuntuti".
Ada juga yang mengkaitkan dengan kata kuno kitut yang berarti sebuah pisang kecil di ujung terluar dari sesisir pisang. Sistem penamaan berdasarkan urutan kelahiran anak hanya mengenal 4 urutan kelahiran saja. Keluarga yang memiliki anak lebih dari empat orang dapat menggunakan sebutan anak kedua di bali nama-nama depan sebelumnya, dimulai dari nama Wayan untuk anak kelima, Made untuk anak keenam, dan seterusnya.
Ada juga yang sengaja menambahkan kata "Balik" setelah nama depan anaknya untuk memberi tanda bahwa anak tersebut lahir setelah anak yang keempat. [2] Selain itu, ada juga yang menggunakan nama "Alit" atau "Cenik", yang artinya "kecil". Ada pula yang sejak awal telah merancang 4 nama anak-anak pertama mereka dengan tambahan kombinasi awalan urutan. Contoh: I Putu Gede…, I Made Putu…, I Ketut Gede…, dsb. Sebutan anak kedua di bali masa lalu, penamaan berdasarkan urutan kelahiran anak cenderung digunakan oleh orang Bali dari golongan kasta-kasta atas (selain sudra), sedangkan orang Bali dari kasta sudra tidak banyak yang menggunakan pola penamaan tersebut.
Mereka langsung menamakan anaknya dengan awalan I untuk anak laki-laki atau Ni untuk anak perempuan. Misalnya I Swasta, I Kaler, Ni Polok, Ni Ronji, dan sebagainya. Model ini masih terlihat sampai periode akhir masa penjajahan Belanda akhir abad ke-20. Pada masa selanjutnya, pola penamaan berdasarkan urutan kelahiran akhirnya digunakan secara umum oleh sebagian besar orang Bali.
Kini, tradisi penamaan tersebut telah menjadi ciri khas kebudayaan orang Bali. [3] Referensi • ^ Ketut Wiana; Raka Santeri, Kasta dalam Hindu: Kesalahpahaman Selama Berabad-abad, Yayasan Dharma Naradha, ISBN 979-8357-03-5 • ^ Zajonc, R. B. 2001. The family dynamics of intellectual development. American Psychologist 56: 490–496, p. 490. • ^ Budi Pasupati, Nama Orang Balidiakses tanggal 8 Agustus 2015 • Arab • Armenia • Bali • Bangladesh • Bulgaria • Ceko • Belanda • Fiji • Filipina • Finlandia • Ethiopia • Ghana • Hawaii • Ibrani • Hungaria • Islandia • India • Indonesia • Irlandia • Italia • Jawa • Jepang • Jerman • Kamboja • Kanada • Kroasia • Korea • Laos • Latvia • Lithuania • Malaysia • Maluku • Minangkabau • Mongolia • Myanmar • Pakistan • Prancis • Persia • Polandia • Portugis • Romawi • Slavia Timur • Belarus • Rusia • Ukraina • Serbia • Slowakia • Spanyol • Thai • Tibet • Tionghoa • Turki • Vietnam • Yahudi • Yunani Berdasar agama • Halaman ini terakhir diubah pada 15 Agustus 2021, pukul 04.04.
• Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. • Kebijakan privasi • Tentang Wikipedia • Penyangkalan • Tampilan seluler • Pengembang • Statistik • Pernyataan kuki • •