"Om" adalah aksara suci untuk Sang Hyang Widhi. Dalam Bhagavad Gita kata "Om" dinyatakan sebagai simbol untuk memanjatkan doa pada Tuhan. Karena itu kata " Om " dengan sepenuh hati berarti kita memanjatkan doa pada Tuhan yang artinya "ya Tuhan". Hal ini juga sesuai dengan yang tertulis di buku Bahasa Hukum Indonesia, Hilman Hadikusuma, 2010. Kata "Swastyastu" juga berhubungan erat dengan simbol suci Agama Hindu yaitu SWASTIKA.
Dalam bahasa Sansekerta, Swasti artinya selamat atau bahagia, sejahtera. Dari kata inilah muncul istilah swastikasimbol agama Hindu yang universal.
Kata swastika itu tanggap sebagai keadaan yang bahagia atau keselamatan yang langgeng sebagai tujuan beragama Hindu. Untuk mengakhiri salam Om Swastiastu bisa dipakai kata Om Santi, santi, santi, Om yang artinya semoga damai. Ketika mengucapkan salam, kedua tangan dicakupkan di depan dada dengan ujung jari mengarah ke atas, namun jika kondisi tak memungkinkan, sikap ini boleh tak dilakukan.
Hal ini berarti baik yang mengucap maupun yang menerima salam sama-sama saling mendoakan satu sama lain. Jika kamu sedang berkunjung ke Bali dan ada yang menyapamu dengan Om Swastyastu, maka kamu bisa membalasnya dengan Om Swastyastu juga. Karena Om Swastyastu ini pada dasarnya merupakan salam dari Hindu Indonesia, yang juga umum digunakan di seluruh tanah Bali tanpa memedulikan agama dari orang yang mengucapkannya.
Jika tidak diberikan pemahaman mengenai tata bahasa penulisannya yang benar, maka ke depan generasi umat Hindu tidak akan tahu mana yang benar dan salah, sehingga dampak terbesarnya lagi kita akan berasumsi dan menganggap tulisan "A""B" atau "C" yang paling benar.
Terus bagaimanakah penulisan Panganjali ( OM SWASTYASTU) yang benar ? Dalam penulisan panganjali umat Hindu ke dalam bahasa latin, biasanya merujuk kepada bahasa Sansekerta. " Om Swastyastu" yang ditampilkan dalam bahasa Sansekerta dipadukan dari tiga kata yaitu: Om, swasti dan astu.
Istilah Om berasal dari Tri Aksara: Ang, Ung, Mang (AUM) dan nantinya digunakan sebagai Pranawa Om Getaran energi spiritual dari Tri Aksara tersebut sebenarnya disebutkan sebagai bagian dari aksara wijaksara yang diyakini memiliki kekuatan om swastiastu atau om swastyastu dan spritual religius dari Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud kesuciannya sebagai Tri Murti ( Brahma, Wisnu, Siwa) dan pembinaan kehidupan spiritual, Tri Kona, pembinaan kehidupan spiritual seluruh umat manusia.
• A; Ang ( Utpatti) • U; Ung ( Sthiti) • M; Mang ( Pralina) Sebagai Guna Awatara, Tuhan dalam wujud Tri Murti untuk menuntun umat manusia mengendalikan Tri Gunanya, kata Om diucapkan dalam setiap mantra dengan tiga aksara suci Ang, Ung, Mang sebagai pranawa " OM" yang bersumber dari penyatuan Dasa Aksara sebagai sumber kekuatan di dalam tubuh kita ( bhuwana alit) ataupun dalam jagat raya ini ( bhuana agung).
Om ini merupakan istilah yang sangat sakral sebagai sebutan atau seruan pada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Kitab Bhagawad Gita kata Om ini dinyatakan sebagai simbol untuk memanjatkan doa pada Tuhan. Oleh k arena itu, mengucapkan Om dengan sepenuh hati, artinya kita sedang memanjatkan doa kepada Tuhan Hyang Maha Esa. Berikut aksara Bali Om Swastyastu yang benar: Setelah mengucapkan Om dilanjutkan dengan kata Swasti.
Dalam bahasa Sansekerta kata Swasti artinya selamat atau bahagia, sejahtera. Dari kata inilah muncul istilah Swastika, simbol agama Hindu yang universal. Kata Swastika itu bermakna sebagai keadaan yang bahagia atau keselamatan yang langgeng sebagai tujuan beragama Hindu. Lambang Swastika itu sebagai visualisasi dari dinamika kehidupan alam semesta yang memberikan kebahagiaan yang langgeng. Secara keseluruhan Swastyastu berasal dari gabungan Su om swastiastu atau om swastyastu + om swastiastu atau om swastyastu (ada) + astu (semoga).
Proses "sandhi" yang terjadi dalam aturan tata bahasa Sanskerta om swastiastu atau om swastyastu penulisannya menjadi Svastyastu atau Swastyastu. Untuk penyeragaman penulisan di Indonesia, Swastyastu akan menjadi pilihan," sedangkan penulisan akademisnya Svastyastu yang menjadi pilihan ( mengingat dalam bahasa Sansekerta tidak ada huruf W).
Umat Hindu di berbagai belahan dunia memiliki keberagaman dalam pengucapan panganjali ini, seperti c ont ohnya: Di Thailand pengucapan Panganjalinya adalah Savaadi Kaa, Savaadi kap yang asalnya dari bahasa Sansekerta-nya yaitu Svasti. Di India juga berbeda juga dalam menjawab panganjali yang kita ucapkan, seperti namaste, namaskar, hareb ol, Ram Ram dll.
Di India banyak aliran kepercayaan dan beragam juga dalam pengucapan penganjalinya. Semua itu tidak dipermasalahkan, yang penting Agama Hindu disini berk onsep kepada Yadnya (Rasa ketulus ikhlasan) dan rasa inilah yang menjadi sumber untuk menjalaninya.
Jikapun berbeda pengucapan, namun pada dasarnya umat Hindu mengucapkan panganjali tersebut untuk mend oakan kebaikan kepada semua orang. * Inf ormasi ini diambil dari berbagai sumber yang terpercaya. Kesimpulanya: Penulisan panganjali yang benar adalah OM SWASTYASTU yang artinya Sem oga dalam keadaan baik, selamat sent osa atas lindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
>> Ceks juga informasi Ragam hari ini Sem oga bermanfaat dan ilmu pengetahuan kita terus bertambah Contents • 1 What is the greeting in Bali? • 2 What is OM Swastiastu? • 3 How do you spell Om Swastiastu? • 4 What does Suksma mean? • 5 How do you say hi in Bali?
• 6 How do you say love in Bali? • 7 How do you say sorry in Balinese? • 8 What is minimum wage in Bali? • 9 How do you say please in Bali? What is the greeting in Bali? The phrase used is “Om Swastiastu” ( Balinese greeting ). Better you greet with Balinese than Bahasa Indonesia since 85% of the population in Bali is a Balinese.
That greeting is used for all kinds of caste and that’s very polite. What is OM Swastiastu? Om Swastiastu is a greeting and as a prayer for the other person so that, the person is always blessed by the God. Om is the holy script for Sang Hyang Widhi (God). The term Om is a sacred term to God Almighty. How do you spell Om Swastiastu? Om Swastiastu ( Om Swastyastu) is a greeting for om swastiastu atau om swastyastu Balinese people.
It is a greeting and also a prayer for the other person so that the person is always blessed by the Gods. Om or Aum (ॐ) is a sacred sound and a spiritual symbol in Indian religions. What does Suksma mean? ( suksma.) You’re welcome. How do you say hi in Bali?
Saying “Hello” in Balinese. Say “om suastiastu”. To say ” hello” in Balinese you should say “om suastiastu.” X Research source The Balinese language has a different alphabet to Western languages, so this transcribing of the phrase for hello is written as it is pronounced in Balinese. You might be interested: How Much Money Do You Need In Bali For A Month?
How do you say love in Bali? In the first one of the beautiful words in Balinese language, we want to mention the romantic words that usually used for showing love or affection to someone.
And those words are Titiyang Tresna Sareng Ragane. This sentence contains three important words, Tiyang, Tresna, and also the last one Raga. How do you say sorry in Balinese? How to Say Sorry in Indonesian – Phrases • “Saya minta maaf” (I’m sorry ). In english, “minta” = “ask”. • “Saya sungguh-sungguh minta maaf” (I’m really sorry ).
Or, sometimes “sungguh-sungguh” replace by “bener-bener”. • “Saya mohon maaf” (I’m sorry ). • “Mohon maaf lahir dan batin”.
• “Maaf” ( Sorry ). What is minimum wage in Bali? Average Local Salary: The minimum wage salary for a local in Bali is about $140 per month; those in high paying jobs bring home around $500 per month. How do om swastiastu atau om swastyastu say please in Bali? A collection of useful phrases in Balinese (Basa Bali ), a Malayo-Polynesian language spoken mainly in Bali in Indonesia.
Useful phrases in Balinese. Phrase Balinese Sorry Ampura Please Tempat Thank you Suksema (inf) Suksma Matur suksema (frm) Reply to thank you Mawali Suksema mawali 57 Post navigation
none
HINDUALUKTA -- Secara etmologi " Om Swastyastu" memiliki arti semoga selamat. Om Swastyastu merupakan salam panganjali yang digunakan oleh umat Hindu ketika membuka suatu acara, baik itu berupa rapat, sambutan, dan sebagainya. Selain itu, om swastyastu juga digunakan oleh umat Hindu untuk saling sapa ketika bertemu keluarga, orang tua, saudara, teman dan umat lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disumpulkan bahwa Om Swastyastu bermakna semoga selamat dalam lindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jika dilihat dari artika katanya maka Om Swastyastu berasal dari bahasa Sanskerta yakni kata Om dan Su, Asti dan Astu. Om berarti Sanghyang Widhi Wasa (Brahman/Tuhan), Su berarti baik, Asti berarti berada dan Astu berarti semoga. Dengan demikian Om Swastyastu dapat diartikan sebagai semoga selamat atas lindungan Ida Sanghyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa.
Om merupakan aksara suci untuk Sanghyang Widhi Wasa. Sedangkan Swastyastu merupakan dasar kekuatan dan kesejahteraan alam semesta dari kata Swastyka.
Dengan demikian ketika kita mengucapkan kata swastyastu berarti kita telah memohon perlindunga kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai seluruh alam semesta ini. Dalam Bhagavadgita kata Om merupakan simbol Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian dalam Kamus Bahasa Bali Swastyastu memiliki arti selamat yaitu dari kata suasti.
Jadi ketika menjadi kata swastyastu berarti maknanya semoga selamat. Swastyastu dalam Kamus Kawi-Bali dijelaskan berasal dari kata Swasti yang memiliki arti raharja, rahayu, bahagia and rahajeng. Astu juga berarti sujati, sinah, patut, dumadak. Dari kata Astu berubah menjadi Astungkara yang artinya puji, alem, sembah. dengan demikian Swastyastu dapat diartikan semoga selamat atau bahagia.
Kemudian di dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia Swasti memiliki arti kesejahteraan, sukses, semoga terjadi, nasik baik, hidup.
Sedangkan astu memiliki arti semoga terjadi, pasti, nyata-nyata, sungguh-sungguh. Kata astu berkembang menjadi astungkara yang artinya mengakui, mengiyakan. Dengan demikian Swastyastu berarti semoga terjadilah nasib baik, sungguh sejahtera. Kemudian Svasti di dalam Kamus Bahasa Sanskerta-Indonesia artinya hujan batu es, salam, selamat berpisah, selamat tinggal. Kata ini kemudian berkembang menjadi kata svastika, svastimukha, svastivacya. Kata Svastika artinya tidak mendapat halangan, tanda sasaran gaib, pertemuan empat jalan, lambang agama hindu.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa kamus di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Swastyastu dalam kamus bahasa bali, jawa kuno, kawi-bali memiliki arti yang sama yakni semoga selamat, sejahtera dan bahagia.
sedangkan Swastyastu dalam kamus bahasa Sanskerta memiliki arti selamat tinggal atau berpisah. Kata astu sebagai penutuh hanya mempertegas kata svasti yang memiliki arti semoga, selamat jalan atau selamat berpisah. Hindu Indonesia menggunakan Om Swastyastu sebagai pembuka persembahyangan atau pertemua. Juga dipakai untuk menyapa saudara, orang tua, teman atau ketika bertemu sesama umat Hindu.
Sedangkan Om santih, santih, santih, Om digunakan untuk menutup suatu persembahyangan atau kegiatan dalam sebuah acara seperti misalnya “dengan berakhirnya acara ini kami tutup dengan parama santih Om Santi santi santi Om”. Yose Suparto May 22, 2019 at 12:52 AM « DetikTrade » Forex Trading Indonesia Trading Forex Indonesia- Trading Forex Terpercaya - Trading Online Indonesia 1.
Akun Demo Gratis 2. minimum Deposit 50.000 3. Bonus Deposit 10% ( T&C Applied ) 4. Customer support 24jam /7 hari 5. Trading Platform Web-Browser Based 6.
Proses Deposit & withdrawal om swastiastu atau om swastyastu 7. Pembayaran profit up to 80% 8. Bonus Referral 1% Trading lebih mudah & Rasakan pengalaman Trading dengan profit mudah.
Bergabunglah Sekarang di www.detiktrade.com Reply DeleteSvasti panthamanucarema surya-candramasaviva Punardaddtaghnata janata sa gamemahi ( RgVeda 5.51.15) Semoga kita berjalan di dalam jalan yang mensejahterakan sebagaimana matahari dan rembulan bergerak, dan semoga kami bergaul dengan orang-orang yang bisa diajak tukar-menukar kasih dan saling memahami satu sama lain. "Swastyastu berasal dari gabungan Su (baik) + asti (ada) + astu (semoga).
Proses "sandhi" yang terjadi dalam aturan tata bahasa Sanskerta menyebabkan penulisannya menjadi Svastyastu atau Swastyastu. Untuk penyeragaman penulisan di Indonesia, Swastyastu akan menjadi pilihan," sedangkan penulisan akademisnya Svastyastu yang menjadi pilihan." Umat Hindu Indonesia bertemu dengan umat Hindu asal India di tanah air, atau ketika berkunjung ke India, bertemu dengan umat Hindu India, maka mereka mengucapkan sapaan ramah tamah Panganjali yang dipergunakan oleh umat Hindu Nusantara, yaitu Om Swastyastu.
Sapaan tersebut dijawab dengan Namaste, namaskar, atau kalau beliau orang suci/pendeta maka akan menjawab dengan Kalyanam astu, mangalam astu. Akan tetapi, umat Hindu nusantara selalu menjadi kaget, keheranan karena ternyata Om Swastyastu tidak dikenal dan tidak dipraktikkan oleh umat Hindu di India.
Panganjali umat, Om Swastyastu di Indonesia juga baru beberapa puluh tahun lalu mulai dimasyarakatkan. Pada waktu itu, umat Hindu di Indonesia tidak om swastiastu atau om swastyastu akrab dengan sapaan Om Swastyastu. Bahkan sekarang pun masih ada umat yang tidak menjawab ketika ada yang menyapanya dengan Om Swastyastu.
Umat masih lebih banyak memakainya sebagai sapaan Panganjali formal pada ceramah-ceramah, rapat-rapat, atau pertemuan-pertemuan keagamaan. Terlebih lagi ketika ditanyakan asal muasal atau sumber dari Om Swastyastu itu, mereka menjadi terbengong-bengong. Jangankan ditanyakan mengenai sumber, ketika ditanyakan artinya pun orang banyak belum mengerti jelas, karena pada umumnya orang tidak begitu perduli dengan asal mula peradaban indah yang setiap hari mereka praktikkan.
Orang-orang India mengucapkan panganjali dengan ucapan Namaste, Namaskar, atau dalam pergaulan mereka yang mempelajari bahasa Sanskerta mereka mengucapkan Namo Namah, Namaskaromi. Di Thailand orang-orang mengucapkan salam Savaadi kaa, Savaadi kap.
Savaadi berasal dari kata Sanskerta Svasti. Sekarang, lebih banyak yang menghubungkannya dengan Nama Tuhan "Ista-dewata"nya, seperti di daerah pedesaan di India Utara, bagi yang menyembah Rama, mereka saling memberikan salam dengan "Ram Ram", yang menyembah Krsna menyebut Jaya Sri Krsna, Radhe Radhe, Haribol, Narayana, dan yang menyembah Siva menyebut Jay Bhole Nath, Uar Uar Mahadeva, dan lain-lain. Umat Hindu di tanah air tidak meninggalkan bahkan tetap mengucapkan panganjali Om Swastyastu.
Penulisan Om Swastyastu di Indonesia juga belum ada keseragaman. Ada yang menuliskan Om Suasti Astu, Om Swasti Astu, Om Swastyastu, atau Om Svastyastu.
Sesungguhnya, semua sebutan tersebut benar adanya. Kata Swastyastu berasal dari gabungan Su (baik) + asti (ada) + astu (semoga). Proses "sandhi" yang terjadi dalam aturan tata bahasa Sanskerta menyebabkan penulisannya menjadi Svastyastu atau Swastyastu.
Untuk penyeragaman penulisan di Indonesia, Swastyastu akan menjadi pilihan, sedangkan penulisan akademisnya Svastyastu yang menjadi pilihan mengingat dalam bahasa Om swastiastu atau om swastyastu tidak ada huruf W. Svasti Vacana atau Mangalacarana yang biasanya dilakukan sebelum memulai suatu pekerjaan, diskusi, seminar, pertemuan atau upacara-upacara keagamaan, secara literatur kita dapat melihatnya dalam banyak kitab suci.
Kutipan Rg Veda di atas merupakan panganjali Svasti (astu) bertujuan untuk lebih mendekatkan umat satu sama lain. untuk saling memahami, dan saling tukar menukar cinta kasih demi kebersamaan yang indah.
Bukti dan sumber kitab suci Veda sangat patut kita ketahui demi memperkuat Sraddha Bhakti dalam melanjutkan atau semakin memantapkan diri dalam Panganjali Om Svastyastu dalam pergaulan sesama umat Hindu/ penganut ajaran Veda di tanah air, Indonesia.
Pada tahun 1984, sekitar bulan November-Desember, saya mendapat kesempatan berkeliling-keliling mengunjungi beberapa Ashram dan Gurukula di daerah India Utara sampai ke kota Ajmer di Negara Bagian Rajasthan bersama seorang Sannyasi, Swami Shaktivesh.
Swami JI yang karena kaya raya akhirnya meninggal mengenaskan ditembak orang. Hartanya menjadi rebutan orang-orang. Sangat menyedihkan memang, orang yang sangat menyayangi saya harus meninggal mengenaskan seperti itu. Saya diajak berkeliling-keliling di negara bagian Haryana (daerah tekenal karena pertaniannya) dan Rajasthan (daerah terkenal karena seni dan sejarah raja-raja).
Di setiap Ashrama dan Gurukula yang kami kunjungi, mereka selalu memulai acaranya dengan mengucapkan mantra Rg Veda: " Om Svasti no indro." (mohon dicatat kata Svasti), kadang sambil mereka menaburkan bunga-bunga serba harum yang diperciki air mawar.
Mantra ini terdapat dalam Rg Veda, Mandala 1, Sukta 89, Mantra 6, diturunkan melalui Maharesi Gautama, dan ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dalam wujud Vishvedeva (seluruh Dewa/i). Pada Mantra awal terdapat doa mantra yang sangat digemari serta sering dikutip oleh orang-orang untuk mengakhiri tulisan atau ceramah-ceramahnya, " Ano bhadrah kratavo yantu vis-vata?" (Mantra 1), - semoga segala pemikiran baik datang kepada kita dari seluruh arah.
Mantra om swastiastu atau om swastyastu yang juga sering dipergunakan sebagai Svasti Vacana atau Shanti Mantra (Mantra untuk kedamaian) yang juga terdapat di dalam Sukta ini adalah: " bhadram karnebhih srnuyama deva bhadram pasyemaksabhir yajatr?? (Mantra 8), - Ya Tuhan, semoga kami selalu mendengar hal-hal menyejahterakan lewat telinga kami, semoga kami selalu melihat hal-hal yang menyejahterakan lewat mata kami.
Santi Mantra ini kita dapat jumpai pada beberapa kitab Upanisad. Kedua Mantra di atas sangat indah. Kalau saja kita membuka hati kita ketika mengucapkan doa-mantra tersebut, terlebih lagi jika kita dapat mengucapkan/menyanyikannya sesuai dengan aturan Chanda Sastra, maka dalam waktu singkat hati kita akan dibersihkan, sebagaimana cermin yang kotor berdebu dihapus bersih oleh sebuah kain lap pembersih.
Banyak yang mempertanyakan dari manakah barangkali para penglingsir kita waktu itu mengambil istilah itu? Sebagai bahan acuan, penulis menjumpainya di dalam beberapa sumber, antara lain kitab Bhagavata Purana 5.18.9, " Svastyastu vishvasya.", - semoga alam om swastiastu atau om swastyastu dunia berada dalam kebaikan; Svastyastu manameyarahasya slokavartikam sakala-sastra-sara-sangraha-rupam ( L Srini-vasachar); svastyastu-manameya-rahasya-sloka-vartikam-sakala-Sastra-sara-sangraha-rupam; dalam buku Census of the Exact Sciences in Sanskrits, Series A Volume 5, David Pingree menyebutkan kata Svastyastu ( Svasty astu te vijayaraghava-bhumi-pala, Namanurupasugunam pracuratmabhavam, lilavatun ganitakarmavidam manojnam, kamartha-dana-niratam iha varanyami); dalam " The Clay Sanskrit Library" Founded by John and Jennifer Clay, disebut pula kata svastyastu: Svastyastu ramaya sa laksmanaya tatha pitur me janakasya rajhah.
Selain mendoakan orang yang diberikan salam Panganjali supaya hidupya selalu berada dalam keadaan baik, damai, sejahtera dan "slamet rahayu", Om Swastyastu dapat diucapkan dengan sikap Namaskaranjali, Krtanjali (mencakupkan kedua tangan di depan dada), Mastakanjali (bersimpuh bersujud dengan dahi menyentuh tanah/Ibu Pertiwi), dan dengan Sastanga, Dandavat (bersujud tengkurap di atas tanah).
Mastakanjali, Sastanga, dan Dandavat dilakukan hanya di hadapan Tuhan dan Guru spiritual yang bersangkutan.
Oleh: Darmayasa Source: Koran Bali Post, Minggu Pon, 3 April 2016 • DITJEN BIMAS HINDU ( Link) • WHP ( Link) • PRAJANITI ( Link) • PERADAH ( Link) • KMHDI ( Link) • ICHI ( Link) • ADHI ( Link) • PANDU NUSA ( Link) • BDDN ( Link) • PHDI Jawa Tengah ( Link) • PHDI Jawa Timur ( Link) • PHDI Sumatera Selatan ( Link) • PHDI Sulawesi Tengah ( Link) • PHDI Sulawesi Tenggara ( Link) • PHDI NTT ( Link) • PHDI Maluku ( Link ) • PHDI Banten ( Link) • Prajaniti DKI Jakarta ( Link) • Kemenag Papua ( Link) • Kemenag Bali ( Link) • Kemenag Sumsel ( Om swastiastu atau om swastyastu • Kemenag Sumut ( Link) • Kemenag Lampung ( Link) • Kemenag Kalbar ( Link) • Kemenag Kaltim ( Link) • Kemenag Kalsel ( Link) • Kemenag Sulbar ( Link) • Kemenag Sulsel ( Link) • Kemenag Sulut ( Link) • Kemenag Sulteng ( Link) • Kemenang NTT ( Link) • Bimas Hindu Sultra ( Link) • Bimas Hindu Jawa Timur ( Link) • Bimas Hindu Batam ( Link) • Wartam ( Link) • Veda Poshana Asraham ( Link) • Hindu Banten ( Link) • UNHI ( Link) • STAH DN-Jakarta ( Link) • Twitter PHDI ( Link) • Facebook PHDI ( Link) • Youtube PHDI ( Link)